Komunikasi dan Budaya Landasan Teoretis

mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Roucek merumuskan interaksi sosial sebagai satu proses timbal balik yang saling mempengaruhi perilaku antara yang satu dan lainnya. Bisa dikatakan itu sebagai bentuk respon dari tindakan lawan atau sebagai aksi dan reaksi. Gillin Soekanto 1999: 61, mengemukakan bahwa: interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan antara kelompok-kelompok manusia maupun orang perorangan dengan kelompok manusia.

1. Komunikasi dan Budaya

Hubungan antara komunikasi dan budaya penting dipahami untuk memahami komunikasi antarbudaya, oleh karena melalui pengaruh budayalah orang-orang belajar berkomunikasi. Cara-cara kita berkomunikasi, keadaan- keadaan komunikasi kita, bahasa dan gaya bahasa yang kita gunakan, dan perilaku-perilaku nonverbal kita, semua itu terutama merupakan respons terhadap dan fungsi budaya kita. Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya seperti yang dikatakan Edward Lubis, 2002: 1, bahwa komunikasi adalah budaya dan budaya adalah komunikasi. satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. Pada sisi lain, budaya merupakan norma-norma atau nilai-nilai yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu. Komunikasi terikat dengan budaya, sebagaimana budaya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi dan budaya tidak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisinya-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan, konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi. Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan, pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial. Pelintasan komunikasi itu menggunakan kode-kode pesan, baik secara verbal maupun nonverbal, yang secara alamiah selalu digunakan dalam semua konteks interaksi. Pusat perhatian studi komunikasi dan kebudayaan juga meliputi bagaimana menjajaki makna, pola-pola tindakan, dan bagaimana makna serta pola-pola itu diartikulasi dalam sebuah kelompok sosial, kelompok budaya, kelompok politik, proses pendidikan, bahkan lingkungan teknologi yang melibatkan interaksi antarmanusia Mulyana, 2009: 37. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya mempengaruhi komunikasi dalam banyak hal, budayalah yang menentukan waktu dan jadwal peristiwa-peristiwa antarpersona, tempat- tempat untuk membicarakan topik-topik tertentu, jarak fisik yang memisahkan antara seorang pembicara dengan orang lainnya, nada suara yang sesuai untuk pembicaraan tertentu. Budaya, dalam hal ini, melukiskan kadar dan tipe kontak fisik yang dituntut oleh adat kebiasaan, dan intensitas emosi yang menyertainya. Budaya meliputi hubungan antara apa yang dikatakan dan apa yang dimaksud seperti “tidak” maksudnya “mungkin” dan “besok” maksudnya “tak pernah” Mulyana, 2009: 37. 51

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sosial, yang nantinya digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan perselingkuhan para tokoh yang ada dalam novel The Sax. Ratna 2012:53 mendefinisikan pendekatan sebagai cara-cara menghampiri objek. Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah novel The Sax karya Sujiwo Tejo. Psikologi sosial menguraikan dan menerangkan kegiatan-kegiatan manusia dan khususnya kegiatan-kegiatan dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. situasi sosial itu sendiri adalah situasi di mana terdapat interaksi hubungan timbal-balik antarmanusia maupun antara manusia dan hasil kebudayaannya. Teori psikologi sosial dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa, teori ini mengkaji hubungan karya sastra dengan masyarakat dan konflik-konflik yang menyertainya. Pendekatan psikologi sosial digunakan sebagai cara menghampiri novel The Sax dengan cara memberikan penjelasan tentang sastra yang mempertimbangkan segi-segi jiwa sosial. Jiwa sosial adalah fakta dan kejadian dalam kehidupan sosial manusia di masyarakatnya, atau dengan kata lain gejala- gejala sosialnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis Bogdan Moleong