KAJIAN TEORI KAJIAN TEORITIS

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id menerangkan asal mulanya dan meramalkannya. Pikiran manusia menerobos dunia luar, seolah-olah mengenalnya dari balik penampilannya. 16 Paham mengenai interaksi simbolis symbolic interactionism adalah suatu cara berpikir mengenai pikiran mind, diri dan masyarakat yang telah memberikan banyak kontribusi kepada tradisi sosiokultural dalam membangun teori komunikasi. Dengan menggunkan sosiologi sebagai fondasi, paham ini mengajarkan bahwa ketika manusia berinteraksi satu sama lainnya, mereka saling membagi makna untuk jangka waktu tertentu dan untuk tindakan tertentu. George Herbert Mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi simbolis ini.Ia mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi di antara manusia baik secara verbal maupun nonverbal. Melalui aksi dan respons yang terjadi, kita memberikan makna ke dalam kata-kata atau tindakan, dan karenanya kita dapat memahami suatu peristiwa dengan cara-cara tertentu.Menurut paham ini masyarakat muncul dari percakapan yang saling berkaitan di antara individu.Karena pentingnya percakapan bagi paham interaksi simbolis. 17 Mead membedakan antara dua tingkat interaksi yakni isyarat dan lambang.Blumer mengartikan tingkat-tingkat ini sebagai interaksi yang yang nonsimbolis dan interaksi yang simbolis. Baik bagi Blumer maupun Mead perbedaan itu sama. Suatu isyarat, atau yang bukan lambang, merupakan tindakan implusif dan bersifat spntan, dalam arti respons refleks.Yang berupa penunjukan diri serta penafsiran.Walaupun binatang mampu bertindak secara nonsimbolis 16 Muhamad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2009, h. 160. 17 Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, Jakarta: Kencana, 2013, h.110. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id sudah tentu seperti manusia juga, namun hanya manusialah ang memiliki kemampuan untuk berinteraksi secara simbolis. Seorang manusia akan memberikan responnya kepada tindakan orang lain atas dasae makna tindakan atau lambang. 18 Menurut pandangan interaksi simbolis, makna suatu objek sosial serta sikap dan rencana tindakan tidak merupakan sesuatu yang terisolasi satu sama lain. Seluruh ide paham interaksi simbolis menyatukan bahwa makna muncul melalui interaksi.Orang-orang terdekat memberikan pengaruh besar dalam kehidupan.Mereka adalah orang-orang dengan yang memiliki hubungan dan ikatan emosional seperti orang tua atau saudara.Mereka memperkenalkan dengan kata-kata baru, konsep-konsep tertentu atau kategori-kategori tertentu yang kesemuanya memberikan pengaruh kepada kita dalam melihat realitas. Orang terdekat membantu kita belajar membedakan antara diri kita dan orang lain sehingga kita terus memiliki sense of self. Konsep diri merupakan objek sosial penting yang di definisikan dan dipahami berdasarkan jangka waktu tertentu selama interaksi antara kita dengan orang- orang terdekat.Konsep diri anda tidak lebih dari rencana tindakan anda terhadap diri anda, identitas anda,ketertarikan, kebencian, tujuan, ideology, serta evaluasi diri anda. Konsep diri memberikan acuan dalam menilai objek lain. Seluruh rencana tindakan ini berawal dari konsep diri. 19 18 B Aubrey Fisher, Teori-Teori Komunikasi,Bandung: Remadja Karya, 1978, h.234. 19 Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, Jakarta: Kencana, 2013, h.111. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Komunikasi interpersonal

Komunikasi interpersonal didefinisikan sebagai proses pengiriman dan penerimaan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. dari definisi tersebut, komunikasi antarpribadi bisa berlangsung antara dua orang yang sedang berdua- duaan, seperti suami istri yang sedang berbincang-bincang, bisa terjadi antara dua orang yang saling bertemu, misalnya antara mahasiswa dan dosen pembimbing skripsinya. 20 Capella mendefinisan komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. 21 Komunikasi antarpribadi pada hakikatnya adalah interaksi antara seorang individu dan individu lainnya tempat lambang-lambang pesan secara efektif digunakan, terutama dalam hal komunikasi antar-manusia menggunakan bahasa. 22 Komunikasi antarpribadi lebih efektif berlangsung jika berjalan secara dialogis, yaitu anta dua orang saling menyampaikan dan memberi pesan sacara timbal balik.Dengan komunikasi dialogis, berarti terjadi interaksi yang hidup karena masing-masing dapat berfungsi secara bersama, baik sebagai pendengan 20 Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2011, h. 4. 21 Joseph A Devito, Komunikasi Antarmanusia, Jakarta, Professional Books, 1997, h. 231. 22 Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2011, h. 141. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id maupun pembicara.Keduanya memasukkan pesan dan informasi, keduanya saling memberi dan menerima. 23 Komunikasi antarpribadi juga dibedakan berdasarkan tingkat analisis yang digunakan untuk melakukan prediksi guna mengetahui apakah komunikasi itu bersifat non-antarpribadi atau antarpribadi. Menurut Miller dan Stainberg seperti dikutip dalam buku Teori Komunikasi Antarpribadi oleh Muhammad Budyatna terdapat tiga tingkatan analisis dalam melakukan prediksi, yaitu kultural, sosiologis dan psikologis. a. Analisis pada tingkat kultural Kultur merupakan keseluruhan kerangka kerja komunikasi berupa kata-kata, tindakan, postur, gerak, nada, suara, ekspresi wajah, penggunaan waktu dan ruang.Semuanya merupakan sistem-sistem komunikasi yang lengkap dengan makna-makna yang hanya dapat dibaca secara tepat apabila seorang akrab dengan perilaku dalam konteks sejarah, sosial dan kultural. Terdapat dua kultur yang membedakannya yakni homogeneous yang artinya apabila orang-orang disuatu kultur berperilaku kurang lebih sama dan menilai sesuatu juga sama. Sedangkan heterogeneous yakni adanya perbedaan di dalam pola perilaku dan nilai-nilai yang dianutnya.Jadi apabila seorang komunikator melakukan prediksi terhadap reaksi penerima atau receiver sebagai akibat menerima pesan dengan menggunakan dasar kultural. 24 b. Analisis pada tingkat sosiologis 23 Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2011, h. 143. 24 Muhammad Budyatna, dkk, Teori Komunikasi Antarpribadi, Jakarta: Kencana, 2011, h. 141. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Analisis pada tingkat sosiologis ini apabila prediksi komunikator tentang reaksi penerima terhadap pesan-pesan yang ia sampaikan didasarkan kepada keanggotaan penerima di dalam kelompok sosial tertentu, maka komunikator melakukan prediksi melalui tingkat sosiologis. 25 c. Analisis pada tingkat psikologis Pada analisis tingkat psikologis komunikator memprediksi reaksi pihak lain atau penerima terhadap perilaku komunikasi didasarkan pada analisis dari pengalaman-pengalaman belajar individual yang unik, maka prediksi itu didasarkan pada tingkat psikologis. 26 25 Muhammad Budyatna, dkk, Teori Komunikasi Antarpribadi, Jakarta: Kencana, 2011, h. 3. 26 Muhammad Budyatna, dkk, Teori Komunikasi Antarpribadi, Jakarta: Kencana, 2011, h. 4. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 45

BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN

A. Profil Data

1. Deskripsi Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan beberapa orang yang menjadi informan guna melengkapi data peneliti. Informan tersebut adalah dua orang tua siswa dan dua orang siswa yang merupakan anak berkebutuhan khusus tunarungu yaitu Chelsy dan Erlina. a. Informan I Nama : Rosita Ibu Chelsy. Ibu Rosita, berusia 45 tahun, sehari-hari ia bekerja sebagai pegawai swasta di salah satu perusahaan. Ia tak pernah menganggap anaknya berbeda dengan yang lain. Ia selalu membiarkan Chelsy bergaul dengan siapapun, hal itu dilakukannya agar chelsy tidak minder. Saat bertemu teman-temannya ia tak pernah menyembunyikan bahwa ia mempunyai anak berkebutuhan khusus. Ia mngakui terang-terangan, karena meskipun Chelsy mempunyai kekurangan, ia sangat bangga, di saat anak teman-temannya hanya bisa sekolah dan pulang, Chelsy sudah bisa menjuarai beberapa perlombaan bahkan sudah mandiri naik pesawat tanpa dampingan orang tua diusinya saat ini. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Ibu Rosita membesarkan Chelsy tanpa bantuan suaminya, sejak kecil Ibu Rosita dan Chelsy sama sekali tidak diperhatikan. Ibu Rosita banting tulang bekerja untuk membesarkan Chelsy dan demi pendidikan Chelsy. Pendidikan terakhir Ibu Rosita yakni Sekolah Menengah Atas Negeri SMAN 22 di salah satu kota. Ia sempat berkuliah di salah satu Universitas swasta namun berhenti kuliah karena kemudian menikah. b. Informan II Nama : Chelsy Gadis Prisyitha Chelsy, berusia 13 tahun, duduk di kelas 5 SLB-B Bina Bangsa Ngelom. Chelsy merupakan salah satu murid SLB yang mengalami tunarungu sedang, ia termasuk berprestasi di kelasnya, ia sering mengikuti lomba-lomba hingga sampai menuju final nasional. Suatu kebanggaan baginya ia bisa naik pesawat mengikuti lomba tanpa dampingan orang tuanya. Ia termasuk leader untuk teman-temannya. Saat di kelas ia terlihat sering mempimpin doa, memimpin pelajaran dan menjadi contoh bagi teman-temannya. Sejak kecil ia diasuh oleh ibunya sendiri, karena ibu dan ayahnya bercerai. Meskipun begitu chelsy tidak patah semangat. Ia tidak pernah minder dengan lingkungan sekitarnya, ibunya sama sekali tidak pernah menganggapnya seperti anak ABK. Bahkan ketika bertemu orang, chelsy sama sekali tidak terlihat seperti anak ABK. Prinsip ibunya bahwa anak adalah sama, tidak ada yang berbeda, haknya juga digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id sama. Ibunya membiarkan chelsy bergaul dengan teman-teman normal lainnya di lingkungan rumah dan tempat kerjanya. Ibunya juga mendidiknya agar tidak minder dengan orang lain. Saat masih bayi Chelsy tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan Chelsy menderita tunarungu, bahkan saat masuk TK, Chelsy masuk TK formal biasanya selama dua tahun. Menginjak kelas 1 SD tiba-tiba Chelsy sakit sesak nafas dan panas tinggi, saat itulah baru diketahui kalau Chelsy menderita tunarungu. Telinga kanannya masih bisa mendengar namun yang kiri sama sekali tidak ada sisa pendengaran sama sekali. Ia termasuk kedalam tunarungu sedang. Chelsy sangat takut dengan dokter, ia menganggap semua dokter itu jahat. Trauma ini terjadi saat Chelsy akan cabut gigi di salah satu puskesmas, saat itu dokternya marah-marah ketika menyuruh Chelsy membuka mulut, yang harusnya anak kecil dibujuk dulu supaya tidak takut dengan alat-alat kedokteran yang akan digunakan. Sejak saat itu ketika sakit Chelsy tidak mau dibawa ke dokter, hingga Ibu Rosita membujuknya dan memberi pengertian bahwa dokter itu baik, dan Chelsy memahaminya. Tapi sampai sekarang ia masih ingat siapa dokter yang membuatnya trauma saat kecil dulu. Chelsy sangat menyukai Hello Kitty, di kamarnya penuh dengan stiker dinding hello kitty, dindingnya pun dicat dengan warna pink sesuai permintaannya. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id c. Informan III Nama : Chomsiyah ibu Erlina. Ibu chomsiyah, biasa dipanggil bukom berumur 43 tahun. bekerja sebagai seorang penjual rujak di belakang rumah sakit Siti Khodijah sedikit jauh dari rumahnya. Setiap hari ia berjualan rujak dari pagi hingga dagangan habis, biasanya hingga menjelang malam. Ia jarang sekali menemani Erlina ke sekolah, hanya mengantar dan menjemputnya saja, kalau jam sekolah Erlina pulang ia menitipkan warungnya ke adik ipar yang setiap hari juga ikut berjualan bersamanya. Sejak Erlina kecil memang ia jarang menemani dari pagi hingga siang di sekolah karena ia harus berjualan rujak, tapi hal tersebut sangat baik karena menjadikan Erlina semakin mandiri. Meskipun tidak selalu bersama ibunya, Erlina selalu ditemani ibunya, seperti kalau ada PR yang susah dan tugas tertentu dari sekolah. Meskipun hanya penjual rujak ia tak pernah minder mempunyai anak seperti Erlina. Memang awalnya ia sedih saat pertama kali mendaftarkan Erlina sekolah , bukan karena malu atau apa, tapi karena seorang ibu tidak tega melihat anaknya masuk SLB, di saat anak- anak lain masuk sekolah TK pada umumnya. Tapi itu hanya sementara, setelah mengetahui banyak yang kurang beruntung dari pada Erlina yang secara fisik sempurna, ia sangat bersyukur di karuniai anak Erlina, karena masih ada teman-temannya yang tidak mempunyai tulang punggug hingga tidak bisa berdiri dengan tegap sempurna. Selain itu, di digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id usianya saat ini ketika teman-temannya masih sibuk dengan bermainnya, Erlina sudah bisa membanggakan orang tuanya dengan prestasi-prestasi yang didapat. Ibu Chomsiyah menempuh pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas. Sedangkan Ayah Erlina hanya menempuh pendidikan hingga Sekolah Dasar, meskipun begitu, ia dan suaminya sangat mengerti dan menyayangi Erlina. tidak pernah ada penyesalan di dalam dirinya karena menurutnya rizqi dan hidup semuanya hanya Allah yang menentukan. d. Informan IV Nama : Erlina Rizky Amalia Erlina, Berusia 12 tahun, duduk dikelas 5 SLB-B Bina Bangsa Ngelom. Erlina merupakan juara bertahan di kelasnya, setiap kenaikan kelas ia selalu mendapat peringakat satu, ia juga sama seperti Chelsy berprestasi dikelasnya dan banyak mengikuti lomba-lomba. ia termasuk murid yang patah semangat, saat ada penurunan nilai harian ia selalu marah kepada ibunya dan ingin terus belajar supaya tidak kalah dengan yang lain. Keinginannya saat ini ialah dapat naik pesawat seperti Chelsy. Ia hidup di keluarga dan lingkungan yang harmonis, ibunya tidak pernah membandingkannya dengan kakak dan adiknya maupun anak normal lainnya. Kakak dan adiknya juga begitu sayang kepadanya. Ia juga sering mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci baju dan lain-lain, bahkan ia lebih rajin dari kakak dan adiknya.

Dokumen yang terkait

Gambaran Dukungan Keluarga yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Khusus Kota Tangerang Selatan

2 48 98

IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DALAM MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DALAM MENGAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-C1 DHARMA RENA RING PUTRA I YOGYAKARTA.

0 2 13

POLA ASUH IBU PADA KEBERHASILAN TOILET TRAINING ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB NEGERI SURAKARTA Pola Asuh Ibu Pada Keberhasilan Toilet Training Anak Berkebutuhan Khusus Di Slb Negeri Surakarta.

0 9 16

POLA ASUH IBU PADA KEBERHASILAN TOILET TRAINING ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB NEGERI SURAKARTA Pola Asuh Ibu Pada Keberhasilan Toilet Training Anak Berkebutuhan Khusus Di Slb Negeri Surakarta.

0 2 14

Gambaran dari dampak penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) terhadap perkembangan bahasa dan komunikasi pada murid tunarungu kelas VI SLB B Karnnamanohara Yogyakarta.

0 4 150

Konstruksi Makna dan Pola Komunikasi Antara Guru dengan Anak-anak Autis di Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus.

0 0 2

Gambaran dari dampak penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) terhadap perkembangan bahasa dan komunikasi pada murid tunarungu kelas VI SLB B Karnnamanohara Yogyakarta

0 3 148

PENGARUH METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA TUNARUNGU SMP DI SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN 2014.

0 0 19

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL YANG EFEKTIF ANTARA IBU DAN ANAK

0 0 9

Aksesibilitas Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Negeri Sukoharjo

0 21 9