PERJUANGAN CORPS POLISI MILITER (CPM) DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA DI KAWEDANAN GEDONGTATAAN KARESIDENAN LAMPUNG TAHUN 1949

MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK
INDONESIA DI KAWEDANAN GEDONGTATAAN
KARESIDENAN LAMPUNG TAHUN 1949

Dwi oktavia
1013033034

ABSTRAK

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 agustus
1945 di Jalan Pegangsaan Timur No.56, maka rakyat Indonesia dihadapkan
langsung oleh masalah yang cukup besar yaitu mempertahankan kemerdekaan
Indonesia dari ancaman bangsa asing khususnya Belanda yang ingin menguasai
kembali Indonesia. Ketika Belanda mendarat di Lampung pada tanggal 1 Januari
1949 dan berhasil menguasai pusat pemerintahan di Kota TanjungkarangTelukbetung, maka pada saat itu seluruh pemerintahan Karesidenan Lampung
beserta Staff dan pasukan kekuatan militer berpindah ke Kawedanan
Gedongtataan.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses
perjuangan Corps Polisi Militer dalam memepertahankan kemerdekaan di
Kawedanan Gedongtataan Karesidenan Lampung tahun 1949. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian historis. Variabel yang

digunakan merupakan variabel tunggal, sedangkan teknik analisis data yang
digunakan teknik data kualitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah teknik wawancara, kepustakaan dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini adalah setelah Tanjungkarang-Telukbetung berhasil
dikuasai oleh Belanda, di Gedongtataan diadakan konsolidasi pasukan untuk
mempertahankan daerah-daerah yang akan dikuasai oleh Belanda. pada tanggal 15
januari 1949 kecamatan Gedongtataan berhasil dikuasai oleh Belanda setelah
terjadi berbagai pertempuran seperti di Desa Krandegan dan Karanganyar. Pada
tanggal 16 Januari 1949 Belanda menyerang Gadingrejo. Di Gadingrejo dalam
tahap persiapan pasukan mengadakan konsolidasi pasukan dengan membagi
pasukan menjadi tiga Front yaitu Sayap Kanan, Sayap Kiri dan Sayap Tengah,
pada akhirnya Gadingrejo dikuasai juga oleh Belanda dengan berbagai
perlawanan sengit. Selanjutnya pasukan CPM ditugaskan untuk mempertahankan
kecamatan Sukoharjo, maka diadakan konsolidasi pasukan oleh CPM dengan
membagi wilayah Sukoharjo menjadi pos-pos pertahanan. Belanda yang ingin
menguasai Sukoharjo mengadakan serangan-serangan ke pos-pos seperti di Desa
Mataram, Margoyoso dan Bukit Sutopo. Pada tanggal 15 Oktober 1949 diadakan
perundingan antara CPM dengan Belanda untuk merencanakan penyerahan
kedaulatan yang akan diwakili secara simbolik oleh Kapten Suratno. Tanggal 27
Desember 1949 Belanda menyerahkan kedaulatan di PJKA Kotabumi.


Kesimpulan dalam penelitian ini adalah proses perjuangan Corps Polisi Militer
(CPM) dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kawedanan
Gedongtataan Karesidenan Lampung tahun 1949 adalah dilakukan perlawananperlawanan di kecamatan Gedongtataan, Gadingrejo dan Sukoharjo. Masingmasing perlawanan di kecamatan tersebut terdapat beberapa tahapan mulai dari
persiapan yang mengadakan konsolidasi pasukan dan menentukan strategi di
Gedongtataan, Gadingrejo dan Sukoharjo, pelaksanaan yaitu perlawanan di daerah
Gedongtataan, Gadingrejo dan daerah sekitar Sukoharjo dan penyelesaian yang
Gedongtataan dan Gadingrejo berhasil dikuasai oleh Belanda sehingga pasukan
CPM mundur ke Sukoharjo. Di Sukoharjo terjadi perundingan antara CPM
dengan Tentara Belanda. Akhirnya Corps Polisi Militer (CPM) berhasil
mempertahankan kemerdekaan di Lampung dan Lampung tetap menjadi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Teluk Betung pada tanggal 02 Oktober
1991 yang merupakan anak bungsu dari buah cinta kasih dari
pasangan Bapak Makmun Husein dengan Ibu Siti Aminah.
Penulis mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak
(TK) Aisiyah selesai pada tahun 1997, selanjutnya Pendidikan formal yang

ditempuh adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Talang Bandar Lampung selesai
pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Bandar Lampung
yang diselesaikan pada tahun 2006, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8
Bandar Lampung selesai pada tahun 2009.
Tahun 2010, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Sejarah Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung melalui jalur (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa,
penulis mengikuti Organisasi BEM FKIP tahun 2012, HIMAPIS dan FOKMA.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Way Empulau Ulu
Kabupaten Lampung Barat dan melaksanakan Program Pengalaman Lapangan
(PPL) Di SMA Negeri 1 Liwa Kabupaten Lampung Barat.

PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT, dengan keikhlasan hati dan
mengharap ridho-Nya kupersembahkan skripsi ini kepada :

 Kedua orang tuaku tercinta Bapak Makmun Husein dan Ibu
Siti Aminah yang selalu memberikan doa dalam setiap
sujudmu dan harapan disetiap tetes keringatmu demi
tercapainya cita-citaku.

 Para pendidik yang senantiasa selalu memberikan saran,
masukan dan ilmu yang bermanfaat kepadaku.
 Almamater tercinta Universitas Lampung

MOTO

“Kemerdekaan satu negara yang didirikan diatas
timbunan runtuhan jiwa, harta benda, rakyat dan
bangsanya tidak akan dapat dilenyapkan oleh manusia
siapapun juga”
(Jendral Sudirman)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perjuangan Corps Polisi
Militer

dalam

mempertahankan


kemerdekaan

Indonesia

di

Kawedanan

Gedongtataan Karesidenan Lampung tahun 1949” penulis selesaikan sebagai
salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan,
dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr.

M. Thoha B.S. jaya, M. S, Pembantu Dekan I Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si, Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
4. Bapak Drs. H. Iskandarsyah, M.H, Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan sebagai Pembahas Utama
terimakasih atas segala saran, dukungan dan masukan dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.

6. Bapak Drs. H. Maskun, M.H, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan sebagai
Pembimbing Akademik dan Pembimbing I terimakasih atas dukungan,
masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd, sebagai pembimbing II terimakasih
atas segala masukan, dukungan, motivasi dan saran dalam penyusunan
skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung Drs. H. Iskandarsyah, M.H, Drs. H. Ali Imron,
M.Hum, Drs. H. Maskun, M.H, Drs.Wakidi, M.Hum, Drs. H. Tontowi
Amsia, M.Si, Drs. Hendri Susanto, S.S, Drs. Syaiful. M. M.Si, Dr. Risma
Sinaga, M.Hum, M. Basri, S.Pd. M.Pd, Yustina Sri Ekwandari, S.Pd,
M.Hum, Suparman Arif, S.Pd, M.Pd.
9. Bapak dan Ibu staff tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.
10. Kedua orang tuaku, Bapak Makmun Husein dan ibuku tercinta Ibu Siti
Aminah yang senantiasa menuntun, menyayangi dan selalu mendoakan
keberhasilanku terima kasih atas ketulusan, kesabaran dan pengorbanan
kalian.
11. Kakak dan abangku tercinta serta keluarga besarku kak Rina, kak Wili,
kak Yani, kak Ayu, abang Iyan, abang Al-Farizi, Tiara dan Restu yang
selalu

menyayangi,

mendoakan,

penyemangat dalam hidupku.


memberi

motivasi

dan

menjadi

12. Imam Tantowi yang selalu memberikan doa, semangat dan motivasi
terima kasih atas semua dukungannya selama ini.
13. Sahabat - sahabat terbaikku Keluarga Cemara Dany Lapeba, Selly
Anggraini, Indah Hakim, Edi makmur, Meggi Tri Handini dan kelompok
sanwacana, Rovha Muliawan, Bambang Susilo, Rachmad Agung
Nugroho, Ari Aulia, Dian Nur Pertiwi dan Teman- teman seperjuanganku
angkatan 2010 Ganjil dan Genap terimakasih untuk kekeluargaan dan
kebersamaan selama ini.
14. Bapak Responden dan Informan yang telah memberikan pengetahuan serta
ilmu yang sangat berharga.
15. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi.


Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Bandar Lampung,
Penulis,

Dwi Oktavia

Oktober 2014

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ vi
HALAMAN RIWAYAT HIDUP .................................................................. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... ix
SANWACANA ................................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 7
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
F. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 8
...............................................................................................................................
G. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Pustaka .................................................................................. 10
1.1. Konsep Perjuangan ......................................................................... 10
1.2. Konsep Bentuk Perjuangan ............................................................ 11
1.3. Konsep Proses Perjuangan ............................................................. 11

1.3. Konsep Corps Polisi Militer (CPM) .............................................. 12
1.4. Konsep Mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia ....... 14
1.5. Konsep Kawedanan Gedongtataan ................................................ 15
1.6. Konsep Karesidenan Lampung ...................................................... 15
B. Kerangka Pikir ....................................................................................... 17
C. Paradigma ................................................................................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Yang Dilakukan ........................................................................
B. Variabel Penelitian .................................................................................
C. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................
1.1. Teknik Kepustakaan ........................................................................
1.2. Teknik Dokumentasi ........................................................................

19
22
23
23
24

1.3. Teknik Wawancara .......................................................................... 25
D. Teknik Analisis Data .............................................................................. 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
1. Situasi Karesidenan Lampung Setelah Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia 17 Agustus 1945 ..................................................... 28
2. Situasi di Karesidenan Lampung Menjelang Tahun1949 ....................... 29
3. Situasi Kawedanan Gedongtataan pada awal tahun 1949 ....................... 32
4. Terbentuknya Corps Polisi Militer (CPM) di Lampung ......................... 33
5. Proses Perjuangan Corps Polisi Militer (CPM) Dalam Mempertahankan
Kemerdekaan Indonesia Di Lampung Tahun 1949 ................................ 35
1. Pertempuran di Gedongtataan
1.1 Persiapan ...................................................................................... 35
1.2 Pelaksanaan .................................................................................. 36
1.3 Penyelesaian ................................................................................. 38
2. Pertempuran di Gadingrejo
1.1 Persiapan ...................................................................................... 38
A. Melaksanakan Konsolidasi Pasukan dan Menentukan Strategi 38
1.2 Pelaksanaan .................................................................................. 39
1.3 Penyelesaian ................................................................................. 41
3. Pertempuran di sekitar daerah Sukoharjo
1.1 Persiapan ...................................................................................... 42
A. Melaksanakan Konsolidasi Pasukan dan Menentukan Strategi 42
1.2 Pelaksanaan .................................................................................. 43
1.3 Penyelesaian ................................................................................. 46
A. Perundingan Antara CPM dan Tentara Belanda 15
Oktober1949 ............................................................................... 46
PEMBAHASAN
A. Proses Perjuangan Corps Polisi Militer (CPM) Dalam
MempertahankanKemerdekaan Indonesia Di Kawedenan Gedongtataan
Karesidenan Lampung Tahun 1949 ........................................................ 50
1. Pertempuran di Gedongtataan
1.1 Persiapan ...................................................................................... 51
1.2 Pelaksanaan .................................................................................. 51
1.3 Penyelesaian ................................................................................. 52

2. Pertempuran di Gadingrejo
1.1 Persiapan ...................................................................................... 53
A. Melaksanakan Konsolidasi Pasukan dan Menentukan Strategi 53
1.2 Pelaksanaan .................................................................................. 53
1.3 Penyelesaian ................................................................................. 54
3. Pertempuran di sekitar daerah Sukoharjo
1.1 Persiapan ...................................................................................... 55
A. Melaksanakan Konsolidasi Pasukan dan Menentukan Strategi 55
1.2 Pelaksanaan .................................................................................. 55
1.3 Penyelesaian ................................................................................. 57
A. Perundingan Antara CPM dan Tentara Belanda 15
Oktober1949 ............................................................................... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 59
B. Saran ....................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara ............................................................................ 64
2. Wawancara Hasil Penelitian ................................................................. 66
3. Foto-Foto Hasil Penelitian .................................................................... 90
4. Dokumen Perjuangan Pejuang Kemerdekaan Di Lampung............... 103
5. Surat Penghargaan Para Responden ................................................... 116
6. Peta Gerilya Lampung terhadap Belanda ........................................... 124
7. Pengesahan Judul ............................................................................... 125
8. Surat Izin Penelitian ........................................................................... 126

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 agustus
1945 di Jalan Pegangsaan Timur No.56, hal ini merupakan bukti bahwa Indonesia
telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada
kenyataannya kemerdekaan Indonesia tidak mutlak dapat dirasakan oleh seluruh
rakyat di Indonesia. Rakyat Indonesia dihadapkan oleh masalah yang cukup besar
yaitu mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman bangsa asing
khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.
Kekalahan Jepang oleh sekutu, dijadikan kesempatan oleh Belanda untuk
menguasai kembali Indonesia. Sekutu datang ke Indonesia dengan memboncengi
orang-orang NICA. Pada saat pasukan Sekutu sedang melucuti senjata tentaratentara Jepang di Indonesia, Belanda mengambil kesempatan untuk menyusupkan
tentara-tentaranya ke daerah-daerah yang dianggap sangat penting. Situasi
keamanan dengan cepat merosot dan menjadi sangat buruk. Sejak saat itu NICA
mempersenjatai kembali tentara KNIL yang telah dilepaskan dari tawanan Jepang
dan mengadakan provokasi-provokasi bersenjata dan agresi militer di berbagai
daerah, diantaranya di Surabaya, Ambarawa, Semarang, Jakarta, Medan dan

2

Palembang. Di Palembang, Belanda melancarkan aksi penyerbuan sampai ke
daerah Baturaja dan Martapura (Dewan Harian Daerah Angkatan 45 : 240)”.
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilakukan dengan berbagai
cara baik secara diplomasi maupun perlawanan fisik, terbukti pada tanggal 17
Januari 1948 ditandatangani Persetujuan Renville dimana salah satu isinya
mengenai gencatan senjata antara Indonesia dan Belanda.
Selain itu, seminggu setelah perundingan Renville ditandatangani, diadakan juga
sebuah perundingan di Martapura yang tujuannya untuk melaksanakan penarikan
mundur pasukan TNI di Palembang. Dalam pertemuan selanjutnya yang dihadiri
oleh Kapten Alamsyah terjadi kesepakatan untuk melakukan penarikan kembali
pasukan dari Palembang ke Lampung (Dewan Harian Daerah Angkatan 45 :
278)”.
Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militer II. Belanda
berusaha untuk menguasai kembali daerah-daerah yang strategis di seluruh
pelosok Indonesia, tidak terkecuali di Lampung. Lampung yang berada di ujung
Pulau Sumatera dan merupakan daerah penghubung antara Pulau Jawa adalah
salah satu daerah yang ingin dikuasai oleh Belanda.
Lampung yang pada saat itu masih menggunakan sistem pemerintahan Jepang
dimana daerahnya dibagi menjadi 3 Kabupaten yaitu Lampung Selatan, Lampung
Utara serta Lampung Tengah dan masing-masing Kabupaten tersebut dibagi
menjadi beberapa Kawedanan ingin dikuasai oleh pasukan Belanda. Hal ini
menyebabkan pemuda-pemuda di Lampung bersemangat untuk berusaha

3

mempertahankan kemerdekaan dengan membentuk berbagai organisasi pemuda
dan Lasykar Rakyat.
Upaya mempertahankan kemerdekaan di Lampung merupakan tanggung jawab
dari seluruh rakyat Lampung. Selain membentuk organisasi pemuda seperti API
dan GPMI serta berbagai Lasykar Rakyat, para bekas perwira Gyugun yang
berada di Tanjung Karang dan Teluk Betung juga telah membentuk Penjaga
Keamanan Rakyat (PKR) (Dewan Harian Daerah Angkatan 45 : 134)”.
Pembentukkan PKR itu meluas ke seluruh daerah Lampung dan merupakan cikal
bakal dari organisasi militer di Lampung. Para pemuda yang tergabung sebagai
PKR, nantinya akan menduduki jabatan-jabatan di dalam organisasi militer.
“Pada

bulan

Desember

1945,

Jendral

Mayor

Suharjo

Harjohandojo

menyelenggarakan rapat di Tanjung karang guna membentuk Resimen III di
Lampung, para tentara yang tergabung di dalam PKR tadi secara otomatis resmi
masuk ke Resimen tersebut (Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan.
1978/1979 : 176)”.
Selain terbentuknya Resimen Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dalam rapat
tersebut maka terbentuk juga Kecabangan Tentara yaitu Polisi Tentara di
Lampung yang berfungsi untuk penegak hukum dan disiplin para tentara di
Indonesia.
Pada tahun 1948, di pemerintahan pusat diadakan rekonstruksi dan
rasionalisasi yang diputuskan oleh Amir Syarifudin yang merubah nama
TRI menjadi TNI dengan pimpinan tertingginya Panglima besar Jendral
Sudirman, sejak saat itu, Polisi Tentara juga mengalami perubahan. Polisi
Tentara, Polisi Tentara Laut dan Udara digabung menjadi satu kesatuan
dengan nama Corps Polisi Militer (CPM) (Dewan Harian Daerah
Angkatan 45 : 360).

4

Sejak resmi berdirinya Corps Polisi Militer, cabangan dari Tentara Nasional
Indonesia ini berjuang bersama-sama dengan ALRI dan Lasykar Rakyat dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Karesidenan Lampung. Berbagai
pertempuran dihadapi sejak Belanda melancarkan Agresi Militer II tahun 1949.
Pada tanggal 1 Januari 1949, ketika kapal-kapal laut Belanda mendarat di
Lampung melalui Pelabuhan Panjang dimana kapal-kapal laut Belanda
dibantu oleh beberapa pesawat terbang, pasukan Corps Polisi Militer Kie
C bertahan di sepanjang pantai antara Teluk Betung dan Srengsem,
pasukan ini berada dalam garis pertempuran bersama-sama dengan
kekuatan ALRI (Dewan Harian Daerah Angkatan 45 : 120).
Belanda masuk ke Lampung menyerang dari dua arah yaitu arah utara dan selatan,
untuk menghadapi dua keadaan tersebut maka dibentuklah dua front yaitu front
Utara dan front Selatan. Front Selatan meliputi beberapa daerah meliputi
Wonosobo, Kotaagung, Pringsewu, Gedongtataan, Kedondong, Sukoharjo,
Gadingrejo, Tanjungkarang dan Kalianda yang dipimpin oleh Kapten Ismail
Husin. Selain itu juga diputuskan bahwa semua lasykar dan semua prajurit
menggabungkan diri pada kesatuan-kesatuan terdekat dan masuk ke pedalaman.
Tanggal 1 Januari 1949 kapal perang Belanda berhasil mendarat di Pelabuhan
Panjang, tetapi mendapat sambutan bumi hangus dan tembakan dari ALRI.
Kemudian pasukan Belanda menggunakan skoci-skoci melakukan pendaratan di
Gunung Kunyit Teluk Betung. Pada kira-kira jam 06.00 pasukan Belanda telah
bergerak ke arah Tanjungkarang Telukbetung dan akhirnya Belanda berhasil
menduduki kota Tanjungkarang Telukbetung.
Dengan dilindungi oleh dua buah pesawat terbang maka pasukan Belanda maju
terus, disertai tembakan metraliur dari pesawat terbang dan juga tembakan meriam
dari kapal perang. Pasukan TNI di bawah pimpinan Lettu Kgs.Zen dan Letnan dua

5

Ismail Latief melaksanakn bumi hangus terhadap rumah Residen di Teluk Betung
dan kantor Residen Tanjungkarang serta stasiun kereta api di Tanjungkarang.
Pada saat itu, pasukan CPM di bawah pimpinan Kapten Suratno dan pasukan
Kompi dari Batalyon mobil bawah pimpinan Lettu Supomo setelah melihat
kekuatannya tidak seimbang kemudian meninggalkan kota menuju ke Kawedanan
Gedongtataan.
Setelah ibukota Karesidenan Lampung akhirnya dapat diduduki oleh pasukan
Belanda pada hari itu juga, maka pemerintahan Karesidenan Lampung beserta
staffnya menyingkir ke Kawedanan Gedongtataan.
“Komandan Sub-Territorial Lampung, Letkol Syamaun Gaharu dengan anggotaanggota staffnya beserta beberapa pejabat Pemerintahan Sipil Karesidenan
Lampung tanggal 1 Januari sudah berada di Kawedanan Gedongtataan dan
menuju ke Pringsewu (Dewan Harian Daerah Angkatan-45 : 117).
Sejak saat itu Belanda terus melakukan serangannya ke berbagai daerah di
Kawedanan Gedongtataan baik melalui utara maupun selatan. Pada tanggal 3
Januari 1949 pasukan Belanda mulai bergerak menuju Kawedanan Gedongtataan
dan ingin menguasai daerah-daerahnya yang meliputi beberapa kecamatan seperti
Gedongtataan, Gadingrejo, Sukoharjo, Pardasuka dan Pagelaran. Belanda masuk
ke Kawedanan Gedongtataan dengan membawa pasukan yang sangat besar dan
menyerang melalui serangan darat dan udara. Keinginan Belanda yang berusaha
untuk menguasai Kawedanan Gedongtataan disebabkan juga karena daerah ini di
bentuk Pemerintahan Darurat Karesidenan Lampung setelah Tanjungkarang-

6

Telukbetung berhasil dikuasai, selain itu daerah ini dijadikan basis-basis
pertahanan militer yang ada di Lampung pada saat itu.
Untuk mengatasi keadaan tersebut dan menghadapi segala kemungkinan yang
akan terjadi, maka pada saat di Kawedanan Gedongtataan tepatnya di kecamatan
Gadingrejo diadakan konsolidasi kekuatan pasukan untuk menghadapi Belanda.
Maka Front Selatan di bagi menjadi tiga Front yaitu Front Kanan yang meliputi
daerah Way Lalap dan sekitarnya yang dipertahankan oleh pasukan ALRI, Front
Kiri yang meliputi daerah Sukoharjo dan sekitarnya yang dipertahankan oleh
CPM dipimpin oleh Kapten Suratno dan Front Tengah meliputi daerah Gadingrejo
yang dipimpin oleh Lettu Alamsyah. Serangan Belanda terus dilancarkan untuk
menguasai daerah-daerah pertahanan di Lampung, namun pasukan tentara
khususnya CPM tidak pernah menyerah dengan tekad dan semangat juang yang
tinggi sampai akhirnya resmi mengakui kedaulatan Republik Indonesia di
Lampung dan Lampung tetap menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam mempertahankan kemerdekaan merupakan tanggung jawab dari semua
rakyat Indonesia khususnya Corps Polisi Militer (CPM) yang pada saat itu
merupakan suatu kecabangan dari TNI AD. Berdasarkan latar belakang penulisan
di atas, maka penulis tertarik meneliti proses perjuangan Corps Polisi Militer
dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Karesidenan
Lampung tahun 1949.

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka identifikasi masalahnya adalah :
1. Proses Perjuangan Corps Polisi Militer (CPM) dalam mempertahankan
kemerdekaan

Republik

Indonesia

di

Kawedanan

Gedongtataan

Karesidenan Lampung tahun 1949
2. Usaha yang dilakukan Corps Polisi Militer (CPM) dalam mempertahankan
kemerdekaan

Republik

Indonesia

di

Kawedanan

Gedongtataan

Karesidenan Lampung tahun 1949
3. Bentuk Perjuangan Corps Polisi Militer (CPM) dalam mempertahankan
kemerdekaan

Republik

Indonesia

di

Kawedanan

Gedongtataan

Karesidenan Lampung tahun 1949

C. Pembatasan Masalah

Proses perjuangan Corps Polisi Militer (CPM) dalam mempertahankan
kemerdekaan Republik Indonesia di Kawedanan Gedongtataan Karesidenan
Lampung tahun 1949.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi
rumusan pada penelitian ini adalah:
Bagaimana

proses

perjuangan

Corps

Polisi

Militer

(CPM)

dalam

mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kawedanan Gedongtataan
Karesidenan Lampung tahun 1949.

8

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui

Proses perjuangan Corps Polisi Militer (CPM) dalam

mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kawedanan Gedongtataan
Karesidenan Lampung tahun 1949.

F. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengenai sejarah perjuangan
kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Lampung
2. Sebagai tambahan referensi dalam bidang kajian proses perjuangan Corps
Polisi Militer (CPM) dalam mempertahankan kemerdekaan Republik
Indonesia di Kawedanan Gedongtataan Karesidenan Lampung tahun 1949.
3. Menambah wawasan pengetahuan untuk guru-guru dalam kajian sejarah
lokal daerah Lampung.
4. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi pelajar ataupun mahasiswa
dalam mempelajari sejarah lokal daerah Lampung.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup Ilmu

:

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah perjuangan mempertahankan
kemerdekaan di Kawedanan Gedongtataan Karesidenan Lampung tahun 1949.
Ruang Lingkup Objek

:

9

Objek penelitian ini adalah Proses perjuangan Corps Polisi Militer (CPM) dalam
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kawedanan Gedongtataan
Karesidenan Lampung tahun 1949.

Ruang Lingkup Subjek

:

Subjek pada penelitian ini adalah mempertahankan kemerdekaan Republik
Indonesia di Kawedanan Gedongtataan Karesidenan Lampung tahun 1949.

Ruang Lingkup waktu

:

Waktu penelitian ini berlangsung tahun 2014.

Ruang Lingkup Lokasi atau Tempat Penelitian

:

Tempat atau lokasi penelitian dilakukan di Perpustakaan Universitas Lampung,
Perpustakaan Daerah Lampung sebagai sumber kajian pustaka.

10

REFERENSI

Dewan Harian Daerah Angkatan-45.1994.Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di
Lampung buku I.Badan Penggerak Potensi Angkatan-45.Propinsi Lampung.Hal :
240
Ibid. Hal:278
Ibid.Hal:134
Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan,1978/1979.Sejarah Daerah
Lampung.Lampung.Depdikbud.Hal:176
Log.Cit. Hal:360
Ibid.Hal:120
Ibid.Hal:117

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan
dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau
konsep-konsep atau generelisasi-generelisasi yang akan dijadikan landasan teoritis
bagi penelitian yang akan dilakukan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini
adalah :
1.1 Konsep Perjuangan
Kata Perjuangan berasal dari kata juang yang berarti berlaga memperebutkan
sesuatu dengan mengadu tenaga; berperang; berkelahi; berlanggaran (Hoetoma
M.A, 2005:224).
Perjuangan merupakan suatu usaha untuk meraih sesuatu yang diharapkan demi
kemuliaan dan kebaikan. (Susanto Tirtoprojo, 1982:7).
Perjuangan adalah segala sesuatu yang dijadikan sebagai dorongan perintis yang
mengantarkan bangsa kedepan suatu gerbang kemerdekaan dengan segala
pengorbanan-pengorbanan (C.S.T Kansil dan Julianto, 1996: 182)
Dari pemaparan ahli di atas dapat disimpulkan perjuangan adalah segala usaha
yang dilakukan dengan pengorbanan, peperangan dan diplomasi untuk
memperoleh atau mempertahankan kemerdekaan.

11

1.2 Konsep Bentuk Perjuangan
“Bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan yaitu
dikalangan militer dengan memakai strategi-diplomasi (Non Fisik) dan
menggunakan strategi kekerasan-bersenjata (fisik) (Yahya A.Muhaimin, 1982 :
27)”.
Dari penjelasan ahli diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk perjuangan dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia ditempuh denga dua bentuk yaitu
perjuangan secara fisik dan perjuangan non fisik.
Menurut Sagimun MD, 1989 :331, membedakan bentuk perjuangan non fisik dan
perjuangan fisik adalah sebagai berikut :
Perjuangan non fisik :
1.
2.
3.
4.
5.

Mengadakan perundingan-perundingan
Menarik simpati dari dunia internasional
Membentuk organisasi
Melakukan propaganda
Menghasilkan sebuah kesepakatan

Perjuangan Fisik :
1. Perjuangan yang mengandalkan kekuatan militer atau senjata
2. Dilakukan dengan pertempuran
3. Menimbulkan banyak korban
Sumber : Sagimun MD 1989 : 331

1.3 Konsep Proses Perjuangan
Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam
ruang dan waktu atau perkembangan yang mengandung serangkaian perubahan.
Menurut Mohammad Ali (1985:24) yang dimaksud dengan proses adalah
serangkaian tahapan yang harus dilalui dengan harapan agar semua tujuan dapat

12

terwujud.

Wikipedia Bahasa Indonesia mendefinisikan proses sebagai

serangkaian kegiatan yang berawal dari mempersiapkan hal-hal yang diperlukan
kemudian hal-hal yang saling terkait atau berinteraksi, serangkaian langkah yang
sistematis atau tahapan yang jelas yang mempunyai akibat yang ditimbulkan dan
jika setiap tahapan itu ditempuh secara konsisten maka akan mengarah pada hasil
yang diinginkan (Wikipedia Bahasa Indonesia, Minggu 22 Juni 2014, pukul
22:22).
Dari pendapat di atas yang dimaksud dengan proses adalah suatu runtutan pristiwa
yang di dalamnya terdapat tahapan-tahapan tertentu yang saling berhubungan dan
menimbulkan suatu perubahan yaitu mulai dari persiapan, pelaksanaan, akibat
yang ditimbulkan serta hasil yang diinginkan dapat tercapai. Maka proses
perjuangan adalah suatu kegiatan yang terdiri dari tahapan-tahapan yang dimulai
dari persiapan, pelaksanaan dan terdapat akibat yang ditimbulkan serta hasil atau
tujuan yang didapatkan dari suatu perjuangan yang dilakukan dari suatu usaha dan
perlawanan untuk mempertahankan.
1.4 Konsep Corps Polisi Militer (CPM)
Pada tanggal 23 Desember 1945 para bekas tentara Gyugun, Heiho, dan
lainnya mengadakan musyawarah untuk membentuk Resimen Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) dan Polisi Tentara (PT) Resimen III di Lampung.
Pada tahun 1947 TKR terjadi perubahan nama menjadi Tentara Republik
Indonesia (TRI) dan selanjutnya pada saat terjadi rekonstruksi dan
rasionalisasi pada tahun 1948 oleh Jendral Sudirman maka TRI berubah nama
menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan diikuti perubahan nama
dari Polisi Tentara (PT) menjadi Corps Polisi Militer (CPM) (Alamsjah
Ratuprawiranegara, Ex Peta dan Gyugun Cikal Bakal TNI:98).
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat merupakan bagian dari Tentara
Nasional Indonesia terbesar di Indonesia yang memiliki beberapa kecabangan
di dalam kesatuan. Kecabangan dari TNI AD yaitu :

13

1. Infantri (INF)
2. Kavaleri (KAV)
3. Artileri Medan (ARM)
4. Corps Polisi Militer (CPM)
5. Zeni (CZI)
6. Peralatan (CPL)
7. Perhubungan (CHB)
8. Ajudan Jendral (CAJ)
9. Pembekalan Angkutan (CBA)
10. Topografi (CTP)
11. Kesehatan Militer (CKM)
12. Keuangan (CKU)
13. Hukum (CHK)
14. Penerbangan (CPN)
Corps Polisi Militer merupakan kesatuan bantuan administrasi (Banmin) yang
berfungsi membantu tugas kesatuan lain dengan hal administrasi dan
pengurusan hukum militer. Polisi Militer berada di bawah pusat Polisi Militer
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (Puspomad) yang bertugas sebagai
penegak hukum disiplin dan tata tertib di lingkungan TNI AD (Dokumen Polisi
Militer Daerah Militer II/Sriwijaya Detasemen Polisi Militer II/3).
Corps Polisi Militer (CPM) merupakan kecabangan dari Tentara Nasional
Indonesia Angkatan Darat yang mengalami perubahan nama akibat
diadakannya rekonstruksi dan rasionalisasi yang diputuskan oleh Amir
Syarifudin yang merubah nama TRI menjadi TNI dengan Panglima besar
Jendral Sudirman, sejak saat itu, Polisi Tentara juga mengalami perubahan.
Polisi Tentara, Polisi Tentara Laut dan Polisi Tentara Udara digabung menjadi
satu kesatuan dengan nama Corps Polisi Militer (CPM) yang fungsinya untuk
mengawasi gerakan-gerakan musuh, menarik perhatian musuh untuk keluar
dari sarangnya agar mereka tidak merasa aman, operasi propaganda atau
intelijen lapangan dengan tujuan mengantisipasi propaganda lawan dan
mengadakan pengacauan di daerah musuh/daerah pendudukan Belanda
(Dewan Harian Daerah Angkatan 45 : 336).
“Polisi tentara merupakan nama awal dari satuan Polisi Militer, di Lampung
dahulu Corps Polisi Militer (CPM) bernama Polisi Tentara Resimen XI Brigader
Garuda Hitam, namun setelah tahun 1948 Polisi Tentara digabungkan dengan
polisi tentara laut serta udara dan kemudian berubah nama menjadi Corps Polisi
Militer” (Dokumen Perjuangan Pahlawan Kemerdekaan Daerah Provinsi
Lampung, Kapten Endro Suratmin 1995.Hal:1).

14

Dari penjelasan para ahli di atas, maka Corps Polisi Militer (CPM) merupakan
kecabangan dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat yang bertugas
sebagai penegak hukum disiplin dan tata tertib di lingkungan TNI AD serta
menjaga dan mempertahankan keamanan negara yang tugas dan fungsinya diatur
oleh Undang-Undang.
1.5 Konsep Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia
“Mempertahankan adalah mengusahakan supaya tetap atau membiarkan pada
keadaan semula” (W.J.S Poerwadarminta, 1985 : 647).
“Kemerdekaan adalah suatu kebebasan dari penjajahan atau kebebasan untuk
berdiri sendiri” (W.J.S Poerwadarminta, 1985 : 648).
Kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan oleh Ir
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 merupakan hal yang amat penting bagi seluruh rakyat
Indonesia, karena dengan proklamasi kemerdekaan merupakan sumber
hukum bagi tegak dan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
merdeka dan berdaulat dan membentuk masyarakat adil dan makmur (C.S.T
Kansil dan Julianto, 1996: 45).
“Mempertahankan kemerdekaan merupakan usaha yang dilakukan bangsa
Indonesia baik itu perjuangan secara diplomasi ataupun konfrontasi. Hal ini
dilakukan agar Negara Republik Indonesia yang telah merdeka ini tetap tegak
dipertahankan” (Tirto Projo, 1996 : 32).
Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa mempertahankan
kemerdekaan adalah suatu usaha untuk dapat menjaga, melindungi dan membela
diri dari segala bentuk penjajahan baik dengan cara diplomasi maupun konfrontasi
dan merupakan kemampuan bangsa dalam menghadapi berbagai ancaman dan
gangguan baik dari dalam maupun dari luar.

15

1.6 Konsep Kawedanan Gedongtataan
“Kawedanan (“ke-wedana-an”) bentuk bahasa Jawa adala wilayah administrasi
kepemerintahan yang berada di bawah Kabupaten dan di atas kecamatan yang
berlaku pada masa Hindia-Belanda. pemimpinnya disebut Wedana” (Wikipedia
Bahasa Indonesia, Kamis 19/06/2014. 20:06).
Pada masa pemerintahan pendudukan militer Jepang, Lampung segera
dijadikan Karesidenan (Syu). Syu merupakan pemerintahan yang tertinggi dan
berotonomi, kedudukannya sama dengan seorang gubernur jendral. Di bawah
karesidenan diadakan kawedanan yang dikepalai oleh seorang Gunco atau
Wedana. Di bawah Kawedanan diadakan kecamatan yang dikepalai oleh Son
dan desa dikepalai oleh seorang Fuku Gunco (Iskandarsyah, 2008:3).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Kawedanan Gedongtataan adalah
suatu daerah administrasi di dalam Kabupaten Lampung Selatan yang dikepalai
oleh seorang Wedana. Pada tahun 1949 Wedana pertamanya adalah Nurdin
dengan

ibukota pemerintahannya berada di Pringsewu. Sedangkan di bawah

kawedanan terdapat kecamatan yang dipimpin oleh seorang camat/son.
“Pada tahun 1949 kecamatan di Kawedanan Gedongtataan meliputi : kecamatan
Gedongtataan, Gadingrejo, Sukoharjo, Pardasuka dan Pagelaran” (Peta Sejarah
Propinsi Lampung : 23).
1.7 Konsep Karesidenan Lampung
Setelah Jepang menduduki daerah Lampung, sebagaimana di daerah-daerah
lainnya di Indonesia, maka daerah Lampung oleh pemerintahan pendudukan
Militer Jepang segera dijadikan Karesidenan (Syu). Syu merupakan pemerintahan
yang tertinggi dan berotonomi, Syu diperintah oleh Syucokan, Syucokan
memegang kekuasaan tertinggi di daerah Syu karena mempunyai kekuasaan

16

Legislatif dan Ekskutif, sehingga disebutkan sebagai otokrasi yang sederajat di
bawah hingga ke atas. Dalam sistem pemerintahan Jepang di Karesidenan
Lampung, maka di bawah Karesidenan terdapat Ken (Kabupaten), selanjutnya
terdapat Gun (Kewedanan), di bawah Kewedanan terdapat Fuku Gunco
(Kecamatan) dan di bawah kecamatan terdapat Son (kampung) (Dewan Harian
Daerah Angkatan 45 : 104).
Karesidenan Lampung pada tahun 1946 hingga tahun 1964 dibagi menjadi 3
Kabupaten dan 11 Kawedanan. Kabupaten-Kabupaten dan KawedananKawedanan di daerah Karesidenan Lampung adalah :
1. Kabupaten Lampung Utara dengan Kawedanan :
a. Kawedanan Menggala
b. Kawedanan Kota Bumi
c. Kawedanan Way Kanan
d. Kawedanan Krui
2. Kabupaten Lampung Tengah dengan Kawedanan :
a. Kawedanan Sukadana
b. Kawedanan Metro
c. Kawedanan Way Seputih
3. Kabupaten Lampung Selatan dengan Kawedanan :
a. Kawedanan Kalianda
b. Kawedanan Teluk Betung
c. Kawedanan Kedondong
d. Kawedanan Gedongtataan
(Dewan Harian Daerah Angkatan ’45 buku III : 124)

F. Kerangka Pikir
Dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kawedanan
Gedongtataan Karesidenan Lampung tahun 1949, Corps Polisi Militer (CPM)
berjuang untuk menghadapi serangan-serangan tentara Belanda di berbagai
kecamatan di Kawedanan Gedongtataan seperti di Kecamatan Gedongtataan,
Gadingrejo dan Sukoharjo. Masing-masing kecamatan terdapat tahapan-tahapan
yang dilakukan oleh Corps Polisi Militer (CPM) dalam mempertahankan

17

kemerdekaan, tahapan-tahapan tersebut meliputi persiapan, pelaksanaan dan
penyelesaian (akibat).
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti hal-hal yang dipersiapkan untuk
melakukan perjuangan Corps Polisi Militer (CPM) adalah melakukan konsolidasi
pasukan di Kecamatan Gedongtataan, Gadingrejo dan Sukoharjo. Pada tahap
pelaksanaan di kecamatan Gedongtataan, Gadingrejo dan Sukoharjo berisi kapan
terjadi perjuangan, waktu pelaksanaan, dimana terjadi serta bentuk perjuangan.
Pelaksanaan perjuangan di Gedongtataan dilaksanakan mulai pada tanggal 3
Januari 1949, di Gadingrejo mulai tanggal 16 januari 1949 dan di Sukoharjo
dilaksanakan mulai tanggal 13 Maret 1949. Perjuangan yang terjadi berbentuk
pertempuran fisik. akibat yang ditimbulkan dari pertempuran di Gedongtataan
yaitu pada akhirnya Gedongtataan dan Gadingrejo dapat dikuasai oleh Belanda
setelah dilakukan pertempuran sengit, sedangkan di Sukoharjo diadakan gencatan
senjata dan melakukan perundingan antara CPM yang diwakili oleh pihak RI dan
Belanda. Tahapan-tahapan tersebut merupakan suatu proses perjuangan Corps
Polisi Militer (CPM) dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di
Kawedanan Gedongtataan Karesidenan Lampung.

18

F. Paradigma

Perjuangan Corps Polisi Militer (CPM)
mempertahankan kemerdekaan RI di Kawedanan
Gedongtataan Karesidenan Lampung tahun 1949

Perlawanan di Kecamatan
Gedongtataan
-

-

Persiapan
Mengadakan
Konsolidasi Pasukan
Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan,
bentuk perjuangan,
tempat terjadi
Akibat
Gedongtataan
berhasil dikuasai
oleh Belanda

Perlawanan di Kecamatan
Gadingrejo
-

-

-

Persiapan
Mengadakan
Konsolidasi Pasukan
Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan,
bentuk perjuangan,
tempat terjadi
Akibat
Gadingrejo berhasil
dikuasai oleh
Belanda

Proses Perjuangan Corps Polisi Militer
(CPM) mempertahankan kemerdekaan RI
di Kawedanan Gedongtataan Karesidenan
Lampung tahun 1949

Keterangan :
a.
b.

Garis Kegiatan
Garis Tujuan

Perlawanan di Kecamatan
Sukoharjo
-

-

-

Persiapan
Mengadakan
Konsolidasi Pasukan
Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan,
bentuk perjuangan,
tempat terjadi
Akibat
Diadakan perundingan
antara CPM dengan
Belanda

REFERENSI

Hoetomo M.A.2005.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya.Mitra
Pelajar.Hal:224
Susanto Tirto Projo.1996.Sejarah Revolusi Nasional Indonesia
Pembangunan.Jakarta.Hal:7
C.S.T Kansil dan Julianto.1996.Sejarah Pergerakkan Kebangsaan
Indonesia.Jakarta.Gramedia.Hal:182
Yahya A.Muhaimin.1982.Perkembangan Militer dan Politik di Indonesia
1945-1966.Gajah Mada University Press.Hal:27
Sagimun MD.1989.Indonesia Abad ke-20.Yogyakarta.Kansius.Hal:331
http://id.m.wikipedia.org/wiki/proses (Minggu, 22 Juni 2014, pukul 22:22)
Alamsyah Ratuprawiranegara.1987.Ex Peta dan Gyugun Cikal Bakal
TNI.Jakarta.Hal:98
Dokumen Polisi Militer Daerah Militer II/Sriwijaya datasemen Polisi Militer
II/3
Dewan Harian Daerah Angkatan-45.1994.Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
di Lampung buku III.Badan Penggerak Potensi Angkatan-45.Propinsi
Lampung.Hal : 336
Dokumen Kapten Endro Suratmin.Lampung.1995.Hal:1
W.J.S Poerwadarminta.1985.Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional.Jakarta.Hal:647
Ibid. Hal:648
C.S.T Kansil dan Julianto.1996.Sejarah Pergerakkan Kebangsaan
Indonesia.Jakarta.Gramedia.Hal:45
Revolusi Susanto Tirto Projo.1996.Sejarah Revolusi Nasional Indonesia
Pembangunan.Jakarta.Hal:32
http://id.m.wikipedia.org/wiki/kawedanan (Kamis, 19 Juni 2014, pukul 20:06)
Iskandarsyah.2008.Sejarah Daerah Lampung.Lampung.Universitas
Lampung.Hal:3

11

Husin Sayuti.1988.Peta Sejarah Propinsi Lampung.Jakarta.Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.Hal:23
Dewan Harian Daerah Angkatan-45.1994.Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
di Lampung buku III.Badan Penggerak Potensi Angkatan-45.Propinsi
Lampung.Hal : 104
Ibid.Hal:124

III. METODE PENELITIAN

Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai
sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek
sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan
masalah (P. Joko Subagyo, S.H 2006 : 2).
Metode merupakan suatu cara atau jalan yang digunakan peneliti untuk
menyelesaikan suatu penelitian. Metode yang berhubungan dengan ilmiah adalah
menyangkut masalah kerja, yakni cara kerja untuk dapat memahami objek yang
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Husin Sayuti, 1989 : 32)
Dalam suatu penelitian, metode adalah faktor yang sangat penting dalam
penentuan keberhasilan dalam suatu penelitian. Berdasarkan pendapat ahli yang
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang
paling tepat, digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu penelitian yang
dilakukan.
A.Metode yang dilakukan
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan penulis maka untuk memperoleh
data yang diperlukan sehingga berkaitan, pada penelitian ini penulis menggunakan
metode penelitian historis. Karena penelitian ini mengambil peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada masa lampau.

20

Penelitian sejarah merupakan salah satu penelitian untuk membuat
rekontruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, memverivikasikan serta mentesiskan
bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang
kuat. (Drs. Sumardi Suryabrata.2012:73).

Dalam hal ini metode penelitian historis sangat tergantung pada data-data masa
lalu. Pendapat lain menyatakan bahwa :
“Metode penelitian historis adalah sekumpulan prinsip-prinsip aturan yang
sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam
mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian
menjadikan

suatu

sintesa

dari

pada

hasil-hasilnya”

(Nugroho

Notosusanto.1984:11).
Dari pemaparan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian historis
adalah cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian sejarah
untuk memperoleh kesimpulan mengenai fakta-fakta masa lampau yang dinilai
secara kritis dan dapat dijadikan suatu sintesa dari hasil-hasilnya.
Metode historis memusatkan pada masa lalu dan bukti-bukti sejarah seperti arsiparsip, benda-benda peninggalan, hasil dokumentasi dan tempat-tempat yang
anggab memiliki nilai-nilai sejarah. Data-data tersebut tidak hanya untuk
diungkap dari pandangan sejarahnya saja, tetapi juga diungkap berdasarkan
berbagai aspek kehidupan baik dari pendidikan, pemerintahan, politik, adat
istiadat dan lain-lain. Masalah yang dihadapi peneliti adalah terbatas dari datadata atau sumber-sumber yang sudah ada. Peneliti historis tergantung pada dua
macam data yaitu data primer yang di dapat secara langsung melakukan observasi

21

dan menyaksikan kejadian yang dituliskan, serta data sekunder yang di dapat dari
orang lain yang melaporkan kepada peneliti.
“Tujuan penelitian Historis adalah untuk memastikan dan mengatakan kembali
masa lampau yang pada prinsipnya bertujuan untuk menjawab enam pertanyaan
yaitu apa, kapan, dimana, siapa, mengapa dan bagaimana. (Kuntowijoyo.1973:
75)”.
Langkah-langkh penelitian Historis menurut Nugroho Notosusanto (1984:11)
Adalah suatu kegiatan penulisan dalam bentuk laporan hasil penelitian.
Berdasarkan langkah-langkah penelitian historis tersebut maka langkah-langkah
kegiatan penelitian adalah :
Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber sejarah.
Proses yang dilakukan penulis dalam heuristik ini adalah dengan cara mencari
buku, arsip dan dokumen yang ada di Perpustakaan Unila dan Perpustakaan
daerah Lampung yang sesuai dengan tema penelitian.
Kritik adalah menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli atau palsu dan apakah
dapat digunakan atau sesuai dengan tema penelitian. Proses ini dilakukan penulis
dengan cara memilah-milah dan menyesuaikan data yang diperoleh dari heuristik
dengan tema yang akan dikaji serta keaslian data sudah dapat diketahui.
Interpretasi adalah merangkai fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk
akal. Dalam hal ini penulis menganalisis data dan fakta yang sudah diperoleh lalu
memilah data yang sesuai dengan kajian yang ditulis oleh peneliti.

22

Historiografi adalah cara penulisan sejarah sebagai ilmu dalam bentuk laporan
hasil penelitian. Dalam hal ini penulis membuat laporan penelitian berupa Skripsi
dari data yang sudah diperoleh dari heuristik, kritik dan interpretasi. Penulisan
Skripsi disusun berdasarkan metode penulisan karya ilmiah yang berlaku di
Universitas Lampung.

B. Variabel penelitian
Dalam penelitian variabel tidak dapat kita kesampingkan. Sama halnya dengan
metode. Variabel juga membantu peneliti dalam memfokuskan apa yang menjadi
objek penelitian kita sehingga akan mempermudah dalam proses penelitian.
Variabel penelitian menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya Metodologi
Penelitian (1983; 79) menjelaskan bahwa variabel adalah sesuatu yang akan
menjadi objek yang akan diteliti atau diambil datanya dan menjadi penilaian,
sedangkan menurut Suharsimi Arkunto (1997; 12) adalah hal-hal yang menjadi
objek penelitian, yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian, yang menunjukkan
variasi.
Dengan demikian variabel adalah sesuatu yang menjadi objek penelitian terhadap
data yang diamati. Dari pengertian variabel di atas, maka variabel yang digunakan
peneliti adalah variabel tunggal dengan fokus penelitian pada proses perjuangan
Corps Polisi Militer (CPM) dalam mempertahankan kemerdekaan Republik
Indonesia di Kawedanan Gedongtataan Karesidenan Lampung tahun 1949.

23

C. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan bagian yang tidak bisa ditinggalkan dalam
penelitian. Karena pengumpulan data erat kaitannya dengan masalah yang akan
dipecahkan seorang peneliti dan hasil pengumpulan data dapat menjawab
pertanyaan dari suatu masalah penelitian.
Teknik pengumpulan data adalah suatu kegiatan operasional agar tindakannya
masuk pada pengertian penenlitian yang sebenarnya. (P. Joko Subagyo. 2006:37).
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa teknik pengumpulan data
adalah cara seorang peneliti untuk mengumpulkan