review jurnal 026

I.

PENDAHULUAN
Saat ini dunia farmasi dan kedokteran telah berkembangpesat, sehingga sudah banyak
dibuat dan dipakai berbagai jenis obat-obatan yang diproduksi oleh pabrik-pabrik farmasi.
Adanya krisis moneter dan krisis ekonomi yang berkepanjangan di akhir-akhir ini membuat
harga obat-obatan produksi pabrik menjadi semakin mahal dan semakin tidak terjangkau
lagi oleh masyarakat kecil. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu digalakkan
penggunaan obat-obatan tradisional, khususnya yang dibuat dari ramuan tanaman.
Tanaman, khususnya tanaman obat tradisional mudah diperoleh karena dapat ditanam
sendiri di pekarangan rumah, selain itu tanaman (tumbuhan) merupakan sumber daya alam
yang dapat diperbaharui sehingga tidak akan mengalami kepunahan apabila dilestarikan.
Tanaman dikenal banyak mengandung senyawa-senyawa kimia khususnya senyawa
metabolit sekunder. Salah satu senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam
tanaman adalah senyawa Triterpenoid. Senyawa tersebut dapat dijumpai pada bagian akar,
batang, daun, buah maupun biji tanaman.
Triterpenoid adalah senyawa metabolid sekunder yang kerangka karbonnya berasal dari
enam satuan isoprena dan diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik , yaitu skualena.
Senyawa ini berbentuk siklik atau asiklik dan sering memiliki gugus alkohol, aldehida, atau
asam karboksilat. Sebagian besar senyawa Triterpenoid mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol sehingga dalam kehidupan sehari-hari banyak dipergunakan sebagai obat seperti

untuk pengobatan penyakit diabetes, gangguan menstuasi, patukan ular, gangguan kulit,
kerusakan hati dan malaria. Sedang bagi tumbuhan yang mengandung senyawa
Triterpenoid terdapat nilai ekologi karena senyawa ini bekerja sebagai anti fungus,
insektisida, anti pemangsa, anti bakteri dan anti virus. Uji kimia yang dapat dilakukan untuk
mengetahui adanya senyawa Triterpenoid dalam bagian tumbuhan adalah dengan
menggunakan pereaksi Liebermann- Burchard, sedangkan untuk mengetahui adanya
keaktifan biologis dari ekstrak bagian tanaman yang mengandung senyawa Triterpenoid
dapat dilakukan dengan uji Brine Shrimp menggunakan hewan uji Arthemia Salina Leach.

II. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui adanya senyawa Triterpenoid pada tanaman dapat dilakukan dengan
menambahkan pereaksi Lieberman-Burchard yang terdiri dari asam sulfat pekat dan asam
asetat anhidrat. Jika pada bagian tanaman yang dianalisis mengandung senyawa
Triterpenoid, maka ekstrak bagian tanaman yang diuji menunjukkan terjadi perubahan
warna yaitu warna merah, merah jambu atau ungu. Untuk mengetahui seberapa banyak

kandungan Triterpenoid yang terdapat pada bagian tanaman, maka intensitas warna yang
ditimbulkan pada penambahan pereaksi Liebermann-Burchard dibandingkan dengan
intensitas warna yang terjadi pada ekstrak biji mahoni yang ditambah pereaksi LiebermannBurchard. Digunakan biji mahoni sebagai pembanding karena di dalamnya terkandung
banyak senyawa Triterpenoid yang diberi tanda (+++).

Pada penelitian ini dikumpulkan beberapa spesies tanaman obat tradisional yang biasa
dipergunakan oleh masyarakat pedesaan Propinsi Bengkulu. Bagian yang diambil meliputi
akar, batang , daun, bunga dan buah. Sebanyak 4 gram sampel segar (bagian tanaman
dapat berupa akar, daun, kulit batang, bunga atau buah) digerus dalam lumpang porselin
dan dilarutkan dengan kloroform sebanyak 10 ml. Filtrat yang dihasilkan dipindahkan ke
dalam pelat tetes dan dibiarkan sampai menguap pelarutnya. Kemudian ke dalamnya
ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard (1 tetes asam sulfat pekat dan 3 tetes asam
asetat anhidrat).
Dari hasil penelitian tersebut juga dapat diketahui tanaman-tanaman uji yang mengandung
senyawa triterpenoid sebagai berikut.
No
1.
2.

Nama daearah/Latin/famili
Kamboja / Plumeria acuminata

4.

Mengkudu/ Morinda citrifolis

Kunyit/ Curcuma domestica

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Daun (+++), kulit batang (+)

/bombaceae
Selasih / Ocinum bacilicum

6.

Kulit batang (+), bunga (+)


/apocynaceae
Kapuk/randu / Caiba petrandra

3.

5.

Bagian yang mengandung Triterpenoid / kadar

Akar (+++), daun (+), batang (+), bunga (+++),
akar (+++)
Daun (++++), kulit batang (+++) , buah (++++)
/

zingiberaceae
Kangkung/ Ipomea reptans
Sirsak/Anona
muricata/
annonaceae
Sirihppiper betle/piperaceae

Serai/
Andropogon
nardus
/gramineae
Jeruk nipis/ Citrus aurantifolia/
rutaceae
Kemuning / Murraya paniculata
Jarak pagar/ Jatropa curcar
Melati/ Jasminum
sambac/Oleaceae
Daun anjuang/ Cordyline

Daun ( +) , umbi (+++)
Akar (++), daun (+), batang (+)
Kulit buah,(+), buah (++)
Daun (+), akar (++)
Daun (+), akar (++)
Daun ( +), buah (+)
Daun (++), kulit batang (+++), buah (+++)
Daun (+), kulit batang (+)

Bunga (++)
Daun (+++), kulit batang (+)

15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.

32.

terminalis
Jagung/ Zea mais, Linn/ graminae
Jambu biji/ Psidium guajava, Linn
Kecubung/ Datura metel /

Kulit batang (++), rambut (+)
Daun (+), buah (+)

solanaceae
Singkong/ Manihot utilissima, Pohl
Kumis kucing / Orthosiphon

Daun (+++), kulit batang (+)

stamineus
Kemiri / Aleurites moluccana, Willd
Keji beling / Strobilanthes crispus/
acanthaceae

Temu lawak / Curcuma
xanthorrhiza, Roxb
Alang-alang / Imperata cylindrica,
beav /gramineae
Lengkuas / Alpiniaofficinarum
hance /zingiberaceae
Alpokat / Parsea americana, Mill/
lauraceae
Dadap / Erythrina orientalis
Lamtoro / Leucaena glauca /
leguminosae
Jahe / Zingiber officinale /
zingiberaceae
Jeruk purut / Citrus hystrix, D.C. /
rutaceae
Kencur / Kaemphera galanga, L /
Pule (pelawi)/ Alstonia scholari
Pepaya / Carica papaya /
caricaceae


33.

Jarak (ginje)/ Thevetio peruviana /
apocynaceae

34.

Asam jawa / Tamarindus indica , L

Keterangan :
(+) = sedikit Triterpenoid
(++) = cukup banyak Triterpenoid
(+++) = mengandung banyak Triterpenoid
(++++) = mengandung sangat banyak

Bunga (++)

Daun (+), batang (++), bunga (+++)
Daun (+), kulit batang (+++)
Kulit batang (+)

Daun (+), rimpang (+++)
Daun (+)
Daun (+), batang (+) , rimpang (++)
Kulit batang (+)
Daun (++), kulit batang (+)
Daun (+), kulit batang (+), bunga (+), buah (++),
kulit buah (+)
Daun (+), umbi (+++), akar (+)
Daun (+++)
Daun (+)
Kulit batang (++++), daun (++++), getah (+++)
Daun (+), batang (+), akar (+), buah (+) bunga
(++)
Daun (+), kulit batang (+++), bunga (+++), kulit
buah (+++),
biji (++++)
Kulit batang (+)

Pada penelitian ini, bioassay (uji aktivitas biologis) dilakukan pada bagian tanaman yang
mengandung kadar Triterpenoid banyak (+++) dan sangat banyak (++++).Bagian tanaman

yang mengandung banyak dan sangat banyak senyawa Triterpenoid tersebut diekstrak
dengan alat ekstraksi sokhlet menggunakan pelarut metanol. Dipilihnya alat ekstraksi
sokhlet karena alat tersebut mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat
mengekstrak sampel dalam jumlah banyak (skala gram), penyarian dapat dilakukan
berulang-ulang sehingga semua ekstrak dapat terambil, dan pelarut yang digunakan dapat
digunakan kembali karena tidak menguap.
Pada penelitian ini untuk mengetahui adanya aktivitas biologis dari ekstrak tanaman
yang mengandung Triterpenoid digunakan uji Brine Shrimp. Metode ini dipilih karena dapat
digunakan untuk mengetahui adanya efek sitotoksik dan juga untuk memperoleh hewan uji
lebih mudah, harganya murah, telurnya dapat tahan beberapa tahun bila disimpan ditempat
kering, mengerjakannya sederhana dan lebih cepat. Jika ekstrak bagian tanaman yang diuji
mempunyai harga LC50 < 1000 ppm maka ekstrak tersebut dinyatakan mempunyai aktivitas
biologis yaitu mengandung senyawa yang bersifat sitotoksik.
Adapun pelaksanaan bioassay adalah sebagai berikut : sebanyak 500 ml larutan garam
dimasukkan ke dalam wadah sebagai tempat penetasan yang dibuat terdiri dari dua bagian
yaitu separo bagian tertutup dan separo bagian lain dibiarkan terbuka. Dimasukkan ke
dalamnya Brine shrimp eggs secukupnya, kemudian ditempatkan di bawah sinar lampu
yang diberi airasi. Setelah telur menetas, larva akan bergerak bebas. Ditunggu selama 2
hari sampai tumbuh menjadi larva
dewasa. Kemudian disiapkan larutan sampel yaitu larutan ekstrak bagian tanaman yang
mengandung Triterpenoid, dengan konsentrasi 10 ppm, 100 ppm, dan 1000 ppm. Ke dalam
3 buah tabung reaksi masing-masing dimasukkan larutan sampel dengan konsentrasi yang
berbeda yaitu 10 ppm, 100 ppm dan 1000 ppm serta satu tabung (tabung ke empat) diisi
larutan blanko sebagai kontrol. Pada setiap tabung yang telah diisi larutan sampel dan
larutan blanko di atas dimasukkan sebanyak 10 individu larva shrimp. Pengamatan
dilakukan setelah 24 jam untuk mengetahui adanya larva shrimp yang mati.
8 ekstrak bagian tanaman tersebut mempunyai aktivitas biologis terhadap Arthemia
salina Leach atau mengandung senyawa yang bersifat sitotoksik. Namun untuk mengetahui
apakah senyawa yang mempunyai aktivitas tersebut adalah Triterpenoid, perlu dilakukan
penelitian lanjutan, yaitu dengan mengisolasi Triterpenoid yang terdapat pada ekstrak
tersebut. Setelah dihasilkan Triterpenoid murni maka diuji kembali dengan uji Brine shrimp.

III. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Dari beberapa spesies tanaman obat tradisional yang dianalisis diperoleh 34 spesies
tanaman mengandung senyawa Triterpenoid dan tidak semua bagian tanaman yang
dianalisis mengandung Triterpenoid.
b. Dari 8 ekstrak bagian tanaman yang mengandung banyak dan sangat banyak senyawa
Triterpenoid diketahui semuanya mempunyai aktivitas terhadap Brine shrimp berarti
ekstrak kasar ke 8 bagian tanaman tersebut mempunyai aktivitas biologis.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Widiyati, Eni., 2005, Penentuan Adanya Senyawa Triterpenoid dan Uji Aktivitas Biologis
Pada Beberapa Spesies Tanaman Obat Tradisional Masyarakat Pedesaan
Bengkulu, Jurusan Kimia Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Unversitas Bengkulu, Indonesia