PENGARUH REMUNERASI DAN FASILITAS DIREKSI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BUMN NON PERBANKAN SEBELUM DAN SESUDAH REMUNERASI EKSEKUTIF BUMN

(1)

ABSTRAK

PENGARUH REMUNERASI DAN FASILITAS DIREKSI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN BUMN NON PERBANKAN

SEBELUM DAN SESUDAH REMUNERASI EKSEKUTIF BUMN

Oleh

ENDAH YUNI PUSPITASARI

Gaji menjadi salah satu fokus utama bagi kementerian BUMN untuk menarik, mendorong, dan memelihara prestasi pekerja, hal ini tercermin dalam dibentuknya Peraturan Menteri Negara BUMN Republik Indonesia Nomor: 02/MBU/2009 tentang pedoman penetapan penghasilan direksi, dewan komisaris, dan dewan pengawas BUMN. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh pemberian remunerasi gaji dan fasilitas direksi terhadap kinerja keuangan perusahaan BUMN Non Perbankan sebelum dan sesudah remunerasi eksekutif BUMN.

Pemilihan sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode purposive judgment sampling. Berdasarkan kriteria yang ada, maka didapat 12 perusahaan BUMN Non Perbankan. Data yang digunakan adalah data sekunder diperoleh melalui website masing-masing perusahaan dan IDX. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji sampel berpasangan (Paired Sample T-Test). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Terdapat perbedaan jumlah remunerasi yang diberikan kepada direksi BUMN (2) Tidak terdapat perbedaan jumlah

fasilitas yang diberikan kepada direksi BUMN (3) Remunerasi dan fasilitas direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan BUMN.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pemberian

remunerasi gaji dan fasilitas direksi terhadap kinerja perusahaan BUMN Non Perbankan. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis

ketepatan pengambilan keputusan terhadap pemberian remunerasi gaji dan fasilitas kepada direksi.

Berdasarkan Forbes Global 2000 List, yang dirilis oleh majalah Forbes, mencatat 10 perusahaan Indonesia ke dalam list perusahaan paling sukses di dunia pada tahun 2011 (Prihatiningtyas, 2012: 2). Dari 10 perusahaan tersebut, enam diantaranya merupakan perusahaan BUMN. Dari hasil riset tersebut terlihat bahwa perusahaan BUMN memiliki kinerja yang lebih baik

dibandingkan dengan perusahaan - perusahaan non-BUMN. Oleh sebab itu penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang kinerja BUMN.

Gaji dan insentif menjadi salah satu fokus utama bagi kementerian badan usaha milik negara (BUMN) untuk menarik, mendorong dan memelihara prestasi pekerja, hal ini tercermin dengan dibentuknya Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor :


(3)

02/MBU/2009 tentang pedoman penetapan penghasilan direksi, dewan komisaris, dan dewan pengawas badan usaha milik negara. Jumlah tersebut berbeda untuk setiap perusahaan BUMN, tergantung kepada kemampuan perusahaan tersebut. Namun, kebijakkan ini masih dianggap kurang tepat mengingat banyak pihak yang menganggap bahwa jumlah remunerasi yang diberikan kepada direksi BUMN jauh melebihan jumlah yang diterima oleh pejabat-pejabat pemerintahan lain termasuk presiden RI(Wibowo: 2010)

Berdasarkan teori agensi yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976), mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu atau lebih principal (pemilik) menggunakan orang lain atau agent ( manajer) untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Principal menyediakan fasilitas dan dana untuk kebutuhan operasi peusahaan. Agent sebagai pengelola

berkewajiban untuk mengelola perusahaan sebagaimana dipercayakan pemegang saham (principal), untuk meningkatkan kemakmuran principal melalui peningkatan nilai perusahaan. Sebagai imbalannya agen akan memperoleh gaji, bonus, dan berbagai kompensasi lainnya (dalam Haryono, 2005: 65).

Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Principal menginginkan

pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas investasi mereka. Agent menginginkan kepentingannya diakomodir dengan pemberian

kompensasi/ bonus/ insentif/ remunerasi yang memadai dan sebesar - besarnya atas kinerjanya. Sehingga untuk memenuhi keinginan principal, agent akan


(4)

berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga selain memberikan kompensasi yang tinggi kepada principal, mereka juga akan mendapatkan kompensasi atas kinerja dan target yang telah dicapai.

Hipotesis bonus plan menunjukkan bahwa manajemen yang remunerasinya didasarkan pada bonus maka mereka akan berusaha memaksimalkan pendapatannya melalui pendekatan akuntansi yang dapat menaikan laba sehingga bonusnya tinggi yang bisa menuju arah creative accounting (Harahap, 2011 : 112)

Manfaat dari penulisan ini ialah diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan bagi investor dalam menentukan investasi yang sudah ataupun yang akan mereka lakukan pada perusahaan perbankan milik BUMN akan

menguntungkan atau tidak. Serta dapat menjadi salah satu penilaian atau bahan evaluasi bagi kementeriaan BUMN mengenai apakah keputusan untuk membuat kebijakkan pemberian remunerasi gaji dan fasilitas kepada direksi, sudah tepat atau kurang tepat.

Dalam penelitian terdahulu Prasidhanto (2012) menyimpulkan bahwa kompensasi yang diberikan kepada eksekutif BUMN secara konsisten berpengaruh terhadap pendapatan maupun laba perusahaan. Sedangkan, kompensasi yang diberikan kepada pegawai non eksekutif BUMN tidak berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan, tetapi berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba perusahaan.


(5)

Dalam Penelitian Zahra (2011) di ketahui bahwa fasilitas dan tunjangan kesehatan memiliki pengaruh signifikan terhadap peubah Y (produktivitas kerja) dengan nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Berdasarkan penelitian tersebut juga diketahui bahwa fasilitas kerja (X1) memiliki koefisien paling besar diantara peubah bebas lainnya.

Penelitian Aisyah (2010) menyimpulkan bahwa terjadi hubungan yang linear positif, yaitu makin besar penambahan insentif material makin besar

peningkatan kinerja. Dari perhitungan koefisien determinasi, didapatkan bahwa insentif mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan sebesar 62,41%, sedangkan peningkatan kinerja karyawan 37,59% dipengaruhi oleh faktor lain.

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang pengaruh remunerasi dan fasilitas direksi terhadap kinerja perusahaan yang diukur dari aspek keuangan sesuai dengan Peraturan Menteri BUMN Nomor :

02/MBU/2009 tentang penilaian tingkat kesehatan BUMN, selain itu penulis juga ingin melihat apakah remunerasi dan fasilitas yang diberikan perusahaan-perusahaan BUMN Non Perbankan mengalami perubahan/peningkatan yang signifikan terkait dengan diberlakukannya peraturan tersebut.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan judul “Pengaruh Remunerasi dan Fasilitas Direksi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan BUMN Non Perbankan Sebelum dan Sesudah Remunerasi Eksekutif BUMN”.


(6)

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah 1.2.1. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :

1. Apakah terdapat perbedaan jumlah remunerasi yang diberikan kepada direksi sebelum dan sesudah kebijakkan remunerasi eksekutif BUMN Non Perbankan?

2. Apakah terdapat perbedaan jumlah fasilitas yang diberikan kepada direksi sebelum dan sesudah kebijakkan remunerasi eksekutif BUMN Non Perbankan?

3. Apakah remunerasi direksi berpengaruh positif terhadap kinerja BUMN Non Perbankan?

1.2.2. Batasan Masalah

Pembatasan masalah oleh peneliti dimaksud agar pembahasan dapat lebih terfokus. Adapun penelitian ini hanya akan membahas mengenai:

1. Remunerasi direksi sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor : 02/MBU/2009

2. Fasilitas direksi sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor : 02/MBU/2009

3. Laporan keuangan milik perusahaan BUMN non perbankan untuk periode 2008 – 2010


(7)

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan jumlah remunerasi yang diberikan kepada direksi sebelum dan sesudah kebijakkan remunerasi eksekutif BUMN Non Perbankan.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan jumlah fasilitas yang diberikan kepada direksi sebelum dan sesudah kebijakkan remunerasi eksekutif BUMN Non Perbankan.

3. Untuk mengetahui apakah remunerasi direksi berpengaruh positif terhadap kinerja BUMN Non Perbankan.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Menjadi salah satu bahan masukan bagi pengguna jasa perbankan BUMN baik kreditur, debitur, maupun investor dalam menganalisa kinerja bank sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi dan kebijakan penyaluran dananya

2. Menjadi salah satu penilaian atau bahan evaluasi bagi kementeriaan BUMN mengenai apakah keputusan untuk membuat kebijakkan remunerasi gaji dan fasilitas, sudah tepat atau kurang tepat. 3. Dapat dijadikan acuan atau referensi untuk penelitian berikutnya.


(8)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Agency Theory

Jensen dan Meckling (dalam Elqorni, 2009)teori keagenan (Agency theory) menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu pemegang saham dengan pihak yang menerima wewenang (agent) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut ”nexus of contract”. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan, sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri.

Principal menginginkan pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas investasi yang salah satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang dimiliki. Agen menginginkan kepentingannya

diakomodir dengan pemberian kompensasi/bonus/insentif/remunerasi yang memadai dan sebesar-besarnyanya atas kinerjanya. Principal menilai prestasi Agen berdasarkan kemampuannya memperbesar laba untuk dialokasikan pada


(9)

pembagian deviden. Makin tinggi laba, harga saham dan makin besar deviden, maka agen dianggap berhasil/berkinerja baik sehingga layak mendapat insentif yang tinggi.

2.2Bonus Plan Hypothesis

Hipotesis bonus plan (Harahap 2011:112), menunjukkan bahwa manajemen yang remunerasinya didasarkan pada bonus maka mereka akan berusaha memaksimalkan pendapatannya melalui pendekatan akuntansi yang dapat menaikan laba sehingga bonus yang tinggi bisa mengarah pada tindakan creative accounting. Bonus plan yang berasal dari bonus biasanya mempunyai batas atas dan batas bawah. Pada batas atas bonus akan maksimal, dan pada batas bawah tidak ada bonus (Wolk 2004:401).

2.3Remunerasi Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor: 02/MBU/2009

Dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor : 02/MBU/2009, remunerasi eksekutif BUMN telah diatur jenis, komposisi, besaran serta faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan besaran gaji dan tantiem/insentif. Secara garis besar, remunerasi eksekutif BUMN terbagi menjadi gaji atau honorarium yang merupakan komponen tetap serta tantiem atau insentif kinerja yang diterima berdasarkan variabel tertentu. Determinasi dari komponen tetap tersebut meliputi ukuran


(10)

bisnis. Sedangkan determinasi dari komponen variabel remunerasi adalah kinerja perusahaan yang dinilai berdasarkan key performance indicator dan tingkat kesehatan perusahaan.

Remunerasi gaji anggota direksi ditetapkan berdasarkan rumus berikut:

Gaji = Gaji Dasar x Faktor Penyesuaian Industri x Faktor Penyesuaian Inflasi x Faktor Jabatan

Keterangan:

Gaji Dasar = (Indeks Dasar/100) x Rp 15 juta

Indeks Dasar = 60% Indeks Pendapatan x 40% Indeks Total Aktiva Faktor Penyesuaian Industri = s.d 400%

Faktor Jabatan = 100 s.d 36%

Faktor Inflasi = 50% dari inflasi tahun sebelumnya sesuai dengan asumsi APBN

Perbedaan remunerasi yang diberikan sebelum dan sesudah peraturan menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 adalah pada formula perhitungan gaji.

Sebelum peraturan tersebut gaji direksi langsung ditetapkan sebesar 90% dari gaji direktur utama dan tidak menggunakan indeks dasar, faktor penyesuaian industri, faktor jabatan, dan faktor inflasi. Sedangkan setelah peraturan

tersebut direksi mendapatkan gaji 90% dari gaji direktur dimasukkan kedalam perhitungan gaji yang digunakan sebagai faktor jabatan.


(11)

2.4Fasilitas Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor: 02/MBU/2009

Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor : 02/MBU/2009, fasilitas adalah penghasilan berupa sarana dan/atau kemanfaatan dan/atau penjaminan yang digunakan/dimanfaatkan oleh anggota direksi, dewan komisaris, dan dewan pengawas dalam rangka pelaksanaan tugas, wewenang, kewajiban, dan tanggung jawab berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Fasilitas direksi yang diberikan meliputi: a. Kendaraan

b. Kesehatan diri sendiri beserta suami/istri dan tiga orang anak yang belum mencapai usia 25 tahun (fasilitas kesehatan dapat diberikan penuh atau sebagian dengan memperhatikan kemampuan keuangan perusahaan) c. Perkumpulan profesi ( maksimal dua perkumpulan). Fasilitas ini meliputi

uang pendaftaran dan iuran tahunan dengan memperhatikan kemampuan keuangan perusahaan

d. Bantuan hukum e. Rumah

f. Club membership (maksimal dua keanggotaan). Fasilitas ini meliputi uang pendaftaran dan iuran tahunan dengan memperhatikan kemampuan


(12)

Perbedaan fasilitas yang diberikan sebelum dan sesudah peraturan menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 ialah adanya penambahan fasilitas berupa perkumpulan profesi, bantuan hukum dan club membership.

2.5Direksi BUMN

Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam menjalankan kegiatan kepengurusan perseroan direksi diawasi dan diberikan nasihat oleh dewan komisaris dan dewan pengawas.

Tugas dan tanggung jawab direksi berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/M-MBU/2002, antara lain:

a. Dalam melaksanakan tugasnya, direksi harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Direksi bertugas untuk mengelola BUMN dan wajib

mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham/pemilik modal.

c. Setiap anggota direksi harus orang yang berwatak baik dan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dengan jabatan yang didudukinya.

d. Direksi harus melaksanakan tugasnya dengan baik demi kepentingan BUMN dan direksi harus memastikan agar BUMN melaksanakan


(13)

tanggung jawab sosialnya serta memperhatikan kepentingan dari berbagai stakeholders sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2.6Laporan Keuangan

Berdasarkan PSAK 1 (revisi 2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:

1. Asset 2. Laibilitas 3. Ekuitas

4. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian

5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik

6. Arus kas.

Laporan keuangan yang lengkap harus meliputi komponen-komponen berikut ini :


(14)

2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode 3. Laporan perubahan ekuitas selama periode 4. Laporan arus kas selama periode

Karakteristik umum laporan keuangan, antara lain:

a. Penyajian Secara Wajar dan Kepatuhan terhadap SAK

Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, laibilitas, pendapatan dan beban yang diatur dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Penerapan SAK, dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan, dianggap menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

b. Kelangsungan Usaha

Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Entitas menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen bertujuan untuk melikuidasi entitas atau

menghentikan perdagangan, atau tidak mempunyai alternatif lainnya yang realistis selain melakukannya. Jika manajemen menyadari (dalam

membuat penilaiannya) mengenai adanya ketidakpastian yang material sehubungan dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menimbulkan keraguan yang signifikan tentang kemampuan entitas untuk


(15)

mempertahankan kelangsungan usaha, maka entitas harus mengungkapkan ketidakpastian tersebut.

c. Dasar Akrual

Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Ketika akuntansi berbasis akrual digunakan, entitas mengakui pos-pos sebagai aset, laibilitas, ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos-pos tersebut memenuhi definisi dan kriteria

pengakuan untuk unsur-unsur tersebut dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

d. Materialitas dan Agregasi

Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material. Entitas menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak material. Jika suatu klasifikasi pos tidak material, maka dapat digabungkan dengan pos lain yang sejenis dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan. Suatu pos mungkin tidak cukup material untuk disajikan terpisah dalam laporan keuangan tetapi cukup material untuk disajikan terpisah dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak diperlukan untuk memberikan suatu pengungkapan khusus yang diminta oleh suatu PSAK jika informasi tersebut tidak material.

e. Saling Hapus

Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan laibilitas atau pendapatan dan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh suatu


(16)

PSAK. Entitas melaporkan secara terpisah untuk aset dan laibilitas serta pendapatan dan beban. Saling hapus dalam laporan laba rugi komprehensif atau laporan posisi keuangan atau dalam laporan laba rugi terpisah (jika disajikan) mengurangi kemampuan pengguna laporan keuangan baik untuk memahami transaksi, peristiwa dan kejadian lain yang telah terjadi

maupun untuk menilai arus kas entitas di masa depan, kecuali jika saling hapus mencerminkan substansi transaksi atau peristiwa. Pengukuran aset secara neto setelah dikurangi penyisihan penilaian (misalnya, penyisihan keusangan atas persediaaan dan penyisihan piutang tak tertagih) tidak termasuk kategori saling hapus.

f. Frekuensi Pelaporan

Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi komparatif) setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari periode satu tahun, sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, maka entitas mengungkapkan alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek.

g. Informasi Komparatif

Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh SAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan


(17)

periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

h. Konsistensi Penyajian

Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten kecuali setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau review atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK 25

2.7Pengertian Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan (Harahap, 2007). Rasio keuangan hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dan pos lainnya. Perbedaan jenis perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasio yang penting.

2.8Keunggulan Rasio Keuangan

Keunggulan analisis rasio dibandingkan teknik analisis lainnya, antara lain : (Harahap, 2007)

a. Rasio merupakan angka –angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan


(18)

b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit

c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain

d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model – model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score)

e. Menstandarisir size perusahaan

f. Lebih memilih memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodok atau time series g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa

datang

2.9 Keterbatasan Analisis Rasio

Keterbatasan Analisis Rasio, antara lain (Harahap, 2007) :

a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakaian

b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:

 Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif

 Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dari rasio adalah nilai perolehan bukan harga pasar

 Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio


(19)

 Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda

c. Jika data untuk mengukur rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio

d. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron

Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan

2.10 Studi Penelitian Terdahulu Tabel 1. Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Metodelogi Hasil

Prasidhanto (2012) Studi Biaya Tenaga Kerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN): Kontribusi Pegawai dan Eksekutif Terhadap Kinerja Perusahaan Penelitian ini menggunakan teknik progress panel data, uji T

Pengujian hipotesis dilakukan dengan nilai α = 0,05. Koefisien variabel EXCit adalah positif atau searah dengan hipotesis alternatif Ha. Nilai probabilitas t<0,05 dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya kompensasi eksekutif berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan. Koefisien variabel EMPit


(20)

adalah negatif. Ini berarti berlawanan arah dengan hipotesis Hb. Dengan probabilitas t<0,05, maka data menunjukkan bahwa kompensasi pegawai non eksekutif berpengaruh negatif terhadap pendapatan perusahaan. Dengan demikian Hb ditolak dan kompensasi pegawai non eksekutif tidak berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan. Firmawan (2011) Pengaruh Remunerasi Terhadap Kinerja Pegawai Organisasi Sektor Publik (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Selatan) Analisis Regresi berganda, Uji Asumsi Klasik Berdasarkan hasil analisis regrasi linier berganda diketahui bahwa nilai koefisien determinasi Adjusted R squere adalah sebesar 0,203 atau 20,3%. Yang artinya remunerasi mempengaruhi 20,3% dari kinerja pegawai. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 79,7% dipengaruhi oleh variabel lain


(21)

diluar variabel bebas yang dalam penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh remunerasi secara simultan dari variabel gaji dan Tunjangan terhadap kinerja. Zahra (2011) Pengaruh

Pemberian Fasilitas Kerja dan Tunjangan Kesehatan Terhadap Peningkatan Produktivitas Karyawan Bagian Produksi pada Perusahaan Indah Cemerlang Malang (Industri Paving Stone dan Bataco) Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan alat analisis regresi linier berganda, uji F dan uji t

Fasilitas dan tunjangan kesehatan memiliki pengaruh signifikan terhadap peubah Y (produktivitas kerja) dengan nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Berdasarkan penelitian tersebut juga diketahui bahwa fasilitas kerja (X1) memiliki koefisien paling besar diantara peubah bebas lainnya yaitu 0,398 Asiyah (2004) Pengaruh Insentif Material Terhadap Kinerja Karyawan Analisis Korelasi, dimana insentif material sebagai variabel bebas (X), dan kinerja karyawan sebagai variabel independen (Y). Serta Koefisien Determinasi, Koefisien korelasi 0,79 artinya telah terjadi hubungan yang linear positif. Dari perhitungan koefisien determinasi diperoleh nilai 62,41% artinya insentif mempengaruhi


(22)

peningkatan kinerja karyawan sebesar 62,41%

2.11 Kerangka Penelitian

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penelitian yang dilakukan, maka gambar.1 akan menyajikan kerangka berfikir penelitian yang menjadi pedoman dalam penelitian.


(23)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Remunerasi dan Fasilitas Dierksi Terhadap Kinerja Keuangan Bank BUMN

Remunerasi Direksi Fasilitas Direksi Peraturan

Menteri Negara BUMN Nomor : 02/MBU/2009

Laporan keuangan

Keputusan Menteri BUMN Nomor : 100/MBU/2002 Aspek Keuangan:

1. Likuiditas 2. Solvabilitas 3. Profitabilitas

Evaluasi kinerja keuangan


(24)

Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : Per-02/MBU/2009 menetapkan tentang pedoman penetapan penghasilan direksi, dewan komisaris, dan dewan pengawas badan usaha milik Negara.

Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor : 100/MBU/2002 yang berisi tentang penilaian tingkat kesehatan BUMN, digolongkan menjadi:

Tabel 2. Golongan Tingkat Kesehatan BUMN

KATEGORI TOTAL NILAI

SEHAT

AAA TS > 95

AA 80 < TS ≤ 95

A 65 < TS ≤ 80

KURANG SEHAT

BBB 50 < TS < = 65

BB 40 < TS < = 50

B 30 < TS < = 40

TIDAK SEHAT

CCC 20 < TS < = 30

CC 10 < TS < = 20


(25)

2.12 Hipotesis Penelitian

Remunerasi eksekutif merupakan bagian penting dalam menjalankan perusahaan, khususnya di BUMN. Eksekutif BUMN merupakan agen bagi negara selaku pemilik perusahaan. Dengan memberikan remunerasi yang seimbang, maka perusahaan dapat menarik sumber daya manusia yang kompeten untuk memimpin perusahaan. Namun hal ini masih dipandang kurang oleh berbagai pihak di dalam lingkungan BUMN mengingat tanggung jawab dan tugas yang semakin besar serta persaingan yang cukup ketat baik dengan perusahaan nasional maupun perusahan asing.

Menindaklanjuti hal tersebut maka Menteri Negara BUMN mengeluarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 tentang pedoman penetapan penghasilan eksekutif BUMN. Pedoman remunerasi tersebut berisikan tentang standar-standar serta tata cara perhitungan jumlah remunerasi dan fasilitas yang diberikan BUMN kepada para eksekutifnya.

Meskipun remunerasi dan fasilitas yang diberikan kepada eksekutif perusahaan sudah ditetapkan dalam peraturan tersebut, namun besarnya jumlah yang diberikan kepada para eksekutif tidaklah sama di setiap perusahaan, hal ini tergantung kepada kemampuan perusahaan dalam memberikan remunerasi kepada para eksekutifnya.

Berdasarkan penjabaran di atas maka, hipotesis pertama dan kedua penelitian ini adalah:


(26)

H1 : Terdapat perbedaan jumlah remunerasi yang diberikan kepada direksi BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi eksekutif BUMN H2 : Terdapat perbedaan jumlah fasilitas yang diberikan kepada dewan direksi

BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi eksekutif BUMN

Remunerasi merupakan imbalan atau balas jasa yang diberikan perusahaan kepada tenaga kerja sebagai imbalan dari prestasi yang telah diberikannya dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa keberadaannya di dalam suatu organisasi perusahaan akan terkait langsung dengan pencapaian tujuan perusahaan. Remunerasi tersebut diharapkan dapat menggerakkan pegawai yang kurang produktif untuk lebih aktif memperbaiki diri karena remunerasi memang ditujukan untuk meningkatkan produktifitas dan kedisiplinan serta mengubah budaya kerja pegawai menjadi lebih baik. Hal ini juga dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Firmawan (2011) yang menyimpulkan bahwa secara simultan remunerasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang

Dalam penelitian terdahulu Prasidhanto (2012) juga menyimpulkan bahwa kompensasi yang diberikan kepada eksekutif BUMN secara konsisten berpengaruh terhadap pendapatan maupun laba perusahaan. Sedangkan, kompensasi yang diberikan kepada pegawai non eksekutif BUMN tidak

berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan, tetapi berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba perusahaan.


(27)

Berdasarkan penjabaran di atas maka, hipotesis pertama penelitian ini adalah: H3 : Remunerasi dan fasilitas direksi berpengaruh positif terhadap kinerja


(28)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Penelitiaan ini menggunakan populasi dari perusahaan BUMN Non Perbankan di Indonesia tahun 2008 - 2010. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialahpurposive samplingyaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010: 122). Adapun kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Seluruh perusahaan BUMN Non Perbankan yang menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut pada tahun 2008-2010

b. Perusahaan BUMN Non Perbankan yang memuat secara lengkap variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

c. Perusahaan BUMN Non Perbankan yang tidak melakukan pergantian direksi selama tiga tahun berturut-turut yaitu 2008-2010.

3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)


(29)

(Indriantoro dan Supomo, 2002: 147). Sumber data diperoleh dariwebsite BUMN, seperti peraturan–peraturan BUMN, serta laporan keuangan yang berasal dari IDX, danwebsitemasing-masing perusahaan BUMN.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang relevan dan akurat dengan masalah yang dibahas, metode pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tinjauan Kepustakaan

Metode ini dilakukan dengan mempelajari teori–teori dan konsep– konsep yang sehubungan dengan masalah yang diteliti penulis pada buku –buku, artikel, majalah, jurnal serta penelitian terdahulu guna

memperoleh landasan teoritis yang memadai untuk melakukan pembahasan.

2. Mengakses web dan situs–situs terkait

Metode ini digunakan untuk mencari data–data atau informasi terkait padawebsitemaupun situs –situs yang menyediakan informasi

sehubungan dengan masalah dalam penelitian ini, antara lain IDX , situs BUMN dan Perusahaan-perusahaan terkait.

Data–data yang telah terkumpul kemudian dilanjutkan dengan pencatatan, perekapan, kemudian penghitungan.


(30)

3.4 Definisi Operasional Variabel 3.4.1. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (Sugiyono, 2010: 59). Penelitian ini memiliki satu variabel dependen, yaitu kinerja perusahaan, yang diukur sesuai denganKeputusan Menteri BUMN

Nomor : 100/MBU/2002yang berisi tentang penilaian tingkat kesehatan

BUMN yang meliputi aspek keuangan, operasional, dan administrasi.

3.4.2. Variabel Independen

Variabel independen adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (Sugiyono, 2010: 59). Variabel independen dalam penelitian ini, yaitu remunerasi direksi, dan fasilitas direksi berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor : 02/MBU/2009 tentang pedoman penetapan penghasilan direksi, dewan komisaris, dan dewan pengawas badan usaha milik negara. Data Variabel independen ini diambil langsung dari laporan tahunan dari masing-masing perusahaan.

3.4.3. Analisis Keuangan

Analisis keuangan yang digunakan dalam metode ini disesuaikan dengan


(31)

keuangan mencakup aspek likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas. Kemudian, melakukan penilaian atas bobot dari jenis-jenis indikator kinerja BUMN. Setelah dilakukan perhitungan, dan pemberian skor pada hasil perhitungan rasio-rasio tersebut , kemudian dilakukan penjumlahan skor dari rasio-rasio tersebut. Total skor tersebut dihubungkan dengan kategori tingkat kesehatan finansial perusahaan menurutKeputusan

Menteri BUMN Nomor : 100/MBU/2002.Namun, pada penelitian ini

penulis tidak mencantumkan unsur operasional, dan administrasi, karena hal ini tidak bisa digambarkan secara langsung dari laporan keuangan. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Likuiditas a. Rasio kas

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek yang akan segera atau harus dilunasi dengan uang kas yang tersedia dalam perusahaan. Rasio kas =

Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor 100/MBU/2002, skor penilaian Rasio kas digolongkan sebagai berikut:

Tabel 3. Daftar Skor Penilaian Rasio Kas

Cash Ratio= x (%) Skor

x > = 35 5

25 < = x < 35 4

15 < = x < 25 3

10 < = x < 15 2

5 < = x < 10 1


(32)

b. Rasio lancar

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancar yang tersedia.

Rasio lancar =

Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor 100/MBU/2002, skor penilaian Rasio lancar digolongkan sebagai berikut:

Tabel 4. Daftar Skor Penilaian Rasio Lancar

Rasio Lancar = x (%) Skor

125 <= x 5

110 <= x < 125 4

100 <= x < 110 3

95 <= x < 100 2

90 <= x < 95 1

x < 90 0

2. Solvabilitas

a. Rasio total modal sendiri terhadap total aset

Rasio ini digunakan untuk seberapa solvabel perusahaan dalam mengolah modalnya terhadap aset yang dimilikinya.

TMS terhadap TA =

Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor 100/MBU/2002, skor penilaian Rasio modal sendiri terhadap total aset digolongkan sebagai berikut:


(33)

Tabel 5. Daftar Skor Penilaian Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aset

Rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Aset (%) = x

Skor

x < 0 0

0 <= x < 10 4

10 <= x < 20 6

20 <= x < 30 7,25

30 <= x < 40 10

40 <= x < 50 9

50 <= x < 60 8,5

60 <= x < 70 8

70 <= x < 80 7,5

80 <= x < 90 7

90 <= x < 100 6,5

b. Collection Period

Rasio ini digunakan untuk mengukur periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang (dalam satuan hari). Jika menghasilkan angka yang semakin kecil menunjukkan hasil yang semakin baik.

Collection Period= x 365 hari

Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor 100/MBU/2002, skor penilaiancollection perioddigolongkan sebagai berikut:

Tabel 6. Daftar Skor Penilaian RasioCollection Periods Collection Periods= x (hari) Skor

x <= 60 5

60 < x <= 90 4,5

90 < x <= 120 4


(34)

150 < x <= 180 3

180 < x <= 210 2,4

210 < x <= 240 1,8

240 < x <= 270 1,2

c. Perpuaran Persediaan

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu periode tertentu.

Perputaran Persediaan = x 365 hari

Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor 100/MBU/2002, skor penilaian perputaran persediaan digolongkan sebagai berikut:

Tabel 7. Daftar Skor Penilaian Rasio Perputaran Persediaan Perputaran Persediaan = x (%) Skor

x <= 60 5

60 < x <= 90 4,5

90 < x <= 120 4

120 < x <= 150 3,5

150 < x <= 180 3

180 < x <= 210 2,4

210 < x <= 240 1,8

240 < x <= 270 1,2

270 < x <= 300 0,6

d. Perputaran Total Aset

Rasio ini digunakan untuk mengukur dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue.


(35)

Perputaran Total Aset = x 100%

Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor 100/MBU/2002, skor penilaian perputaran aset digolongkan sebagai berikut:

Tabel 8. Daftar Skor Penilaian Rasio Total Aset Perputaran Total Aset = x (%) Skor

120 < x 5

105 < x <= 120 4,5

90 < x <= 105 4

75 < x <= 90 3,5

60 < x <= 75 3

40 < x <= 60 2,5

20 < x <= 40 2

x <= 20 1,5

3. Profitabilitas a. ROE

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham ROE =

Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor 100/MBU/2002, skor penilaian ROE digolongkan sebagai berikut:

Tabel 9. Daftar Skor Penilaian ROE

ROE (%) Skor

15 < x 20

13 < x <= 15 18

11 < x <= 13 16

9 < x <= 11 14

7,9< x <= 9 12

6,6< x <= 7,9 10


(36)

4 < x <= 5,3 7

2,5< x <= 4 5,5

1 < x <= 2,5 4

0 < x <= 1 2

x < 0 0

b. ROI

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bersih.

ROI =

Capital Employedadalah posisi pada akhir tahun buku total aktiva dikurangi aktiva tetap dalam pelaksanaan.

Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor 100/MBU/2002, skor penilaian ROI digolongkan sebagai berikut:

Tabel 10. Daftar Skor Penilaian ROI

ROI (%) Skor

18 < x 15

15 < x <= 18 13,5

13 < x <= 15 12

12 < x <= 13 10,5

10,5< x <= 12 9

9 < x <= 10,5 7,5

7 < x <= 9 6

5 < x <= 7 5

3 < x <= 5 4

1 < x <= 3 3

0 < x <= 1 2


(37)

3.5 Alat Analisis

3.5.1. Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan persentase (Sugiyono, 2010: 206).

Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan jumlah remunerasi, jumlah fasilitas dan kinerja perusahaan BUMN Non Perbankan baik sebelum maupun sesudah Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 tentang pedoman penetapan penghasilan eksekutif BUMN. Hasil analisis meliputi perbandinganmeans, nilai maksimum dan minimum, serta standar deviasi.

3.5.2. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk mengetahui apakah data yang dimiliki normal atau tidak maka

digunakan ujikolmogorov-smirnovdengan tingkat signifikansi 0,05. Apabila data berdistribusi normal maka uji statistik dapat dilakukan denganpaired


(38)

sampel T-testsecara dua arah dengan tingkat keyakinan 95% dan tingkat signifikansi (α) 5%. Sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal maka uji statistik dilakukan dengan menggunakan statistik non parametrik dengan menggunakanMann U-Whitney Test.

3.6 Uji Hipotesis

3.6.1. Uji Sampel Berpasangan (Paired Sample T Test)

Uji T berpasangan merupakan uji parametrik yang digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan rata-rata dua sampel yang berhubungan (Ghozali, 2006). Uji perbedaan dilakukan dengan membandingkan isi dari sampel yang diambil dari populasi yang sama. Dalam analisis isi, uji beda sampel berpasangan ini umumnya dilakukan dengan membandingkan isi antar waktu (Eriyanto, 2011 : 340). Untuk dapat meramalkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan tingkat kepercayaan 95 % atau α= 5%.

Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah:

a. Berdasarkan nilai probabilitas atau signifikansi: Jika signifikansi: 2 < 0,025 maka Ha diterima Jika signifikansi: 2 > 0,025 maka Ha ditolak

b. Berdasarkan perbandingan antara t-hitung dengan t-tabel: Jika -2,201 < t-hitung < 2,201 maka Ha ditolak


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Terdapat perbedaan jumlah remunerasi yang diberikan kepada direksi BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi eksekutif BUMN

b. Tidak terdapat perbedaan jumlah fasilitas yang diberikan kepada direksi BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi eksekutif BUMN.

c. Remunerasi dan fasilitas direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan BUMN.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang kemudian diharapkan keterbatasan-keterbatasan tersebut dapat dijadikan penyempurna untuk penelitian selanjutnya. Keterbatasan tersebut antara lain:


(40)

a. Sampel yang digunakan masih terbatas karena hanya sedikit

perusahaan, khususnya perusahaan-perusahaan BUMN Non Perbankan yang tidak melakukan pergantian direksi selama tahun 2008-2010.

b. Tidak semua perusahaan-perusahaan BUMN Non Perbankan

mempublikasikan laporan tahunan mereka di website terutama untuk perusahaan-perusahaan yang belum go public.

5.3. Saran

a. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa peningkatan remunerasi dan fasilitas yang diberikan kepada direksi khususnya untuk perusahaan BUMN Non Perbankan mampu meningkatkan kinerja perusahaan, maka jumlah yang diberikan harus benar-benar diperhatikan dan diawasi pelaksanaannya.

b. Selain itu, kementerian BUMN perlu melakukan evaluasi secara berkala agar tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan kinerja perusahaan dapat tercapai, dan dapat dengan cepat mengatasi masalah yang timbul atau kebijakkan-kebijakkan yang dianggap sudah tidak tepat lagi untuk dilaksanakan.

c. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengklasifikasikan perusahaan menurut jenis industri serta memperpanjang periode pengamatan agar mampu memberikan data yang lebih akurat.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Nur. 2004. Pengaruh Insentif Material Terhadap Kinerja Karyawan (Kasus Pt. Mlc Life Indonesia Divisi Pemasaran Jakarta 1 Bagian Financial Consultant). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Amriani, Fitri Riski. 2012. Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO dan NIM Terhadap LDR pada Bank BUMN Persero di Indonesia Periode 2006-2010. Skripsi. Universitas Hasanudin Makassar.

Elqorni, Ahmad. Februari 2009. Mengenal Teori Keagenan. Diakses tanggal 5 Desember 2012. http://elqorni.wordpress.com/2009/02/26/mengenal-teori-keagenan/

Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

Firmawan, Yeni. 2011. Pengaruh Remunerasi Terhadap Kinerja Pegawai Organisasi Sektor Publik (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Selatan).Thesis. Universitas Brawijaya

Ghozali, Imam.2006. Aplikasi Analisis Variate SPSS. Semarang. Edisi Ketiga. Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Harahap, Sofyan Safri. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Harahap, Sofyan Safri. 2011. Teori Akuntansi. Rajawali Pers: Jakarta.

Haryono, Slamet. Struktur Kepemilikan dalam Bingkai Teori Keagenan. Februari. 2005. Diakses tanggal 3 Desember 2012. Http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/ jurnal/51056371.pdf

Indrianto, Nur, dkk. 2002. Metodelogi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFE: Yogyakarta.

Keputusan Menteri BUMN Nomor : 100/MBU/2002 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN


(42)

Keputusan Menteri BUMN Nomor :117/M-MBU/2002 Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (Bumn)

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor: 03/MBU/2009 Tentang Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris, Dan Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara.

Prasidhanto, Wiratmoko. (2012). Studi Biaya Tenaga Kerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN): Kontribusi Pegawai dan Eksekutif Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Kementrian Badan Usaha Milik Negara. Jakarta: Kementrian Badan Usaha Milik Negara.

Prihatiningtyas, Lailly. 2012. Remunerasi eksekutif BUMN Perbankan : Pay for Performance?. Jurnal Riset dan Informasi Kementerian BUMN. Keasdepan Riset & Informasi Kementerian BUMN, Edisi III Mei 2012. Jakarta.

PSAK No 1 (revisi 2009). Diakses 4 Juli 2013.

staff.blog.ui.ac.id/martini/files/2011/04/ED-PSAK-1.pdf Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.

Syahputra. 2005. Pengaruh Gaji, Kemampuan Individu dan Persepsi Peranan Terhadap Kinerja Pegawai Yayasan Pendidikan Sinar Husni Deli Serdang. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Bisnis Indonesia.

Uyanto, Stanislaus S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Wibowo, Arinto Tri, dkk. Januari 2010. Gaji Direksi BUMN Melebihi Presiden. Diakses 22 Juni 2013. http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/179127-sby-singgung-tingginya-gaji-direksi-bumn

Wolk, Harry, dkk. 2004. Accounting Theory : Conceptual Issues in a Political and Economic Environtment. Thomson: Maryland.

Zahra. 2011. Pengaruh Pemberian Fasilitas Kerja dan Tunjangan Kesehatan terhadap Peningkatan Produktivitas Karyawan Bagian Produksi pada Perusahaan Indah Cemerlang Malang (Industri Paving Stone dan Bataco). Diakses tanggal 7 Januari 2013. http://osrel.stiemce.ac.id/?page=thesis&level =s1&id=7647

www.adhi.co.id www.antam.com www.btdc.co.id

www.hutama-karya.com


(43)

www.kimiafarma.co.id www.pgn.co.id

www.ptba.co.id www.pusri.co.id www.telkom.co.id www.timah.com www.wika.co.id


(1)

menggunakanMann U-Whitney Test.

3.6 Uji Hipotesis

3.6.1. Uji Sampel Berpasangan (Paired Sample T Test)

Uji T berpasangan merupakan uji parametrik yang digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan rata-rata dua sampel yang berhubungan (Ghozali, 2006). Uji perbedaan dilakukan dengan membandingkan isi dari sampel yang diambil dari populasi yang sama. Dalam analisis isi, uji beda sampel berpasangan ini umumnya dilakukan dengan membandingkan isi antar waktu (Eriyanto, 2011 : 340). Untuk dapat meramalkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan tingkat kepercayaan 95 % atau α= 5%.

Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah:

a. Berdasarkan nilai probabilitas atau signifikansi: Jika signifikansi: 2 < 0,025 maka Ha diterima Jika signifikansi: 2 > 0,025 maka Ha ditolak

b. Berdasarkan perbandingan antara t-hitung dengan t-tabel: Jika -2,201 < t-hitung < 2,201 maka Ha ditolak


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Terdapat perbedaan jumlah remunerasi yang diberikan kepada direksi BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi eksekutif BUMN

b. Tidak terdapat perbedaan jumlah fasilitas yang diberikan kepada direksi BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi eksekutif BUMN.

c. Remunerasi dan fasilitas direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan BUMN.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang kemudian diharapkan keterbatasan-keterbatasan tersebut dapat dijadikan penyempurna untuk penelitian selanjutnya. Keterbatasan tersebut antara lain:


(3)

b. Tidak semua perusahaan-perusahaan BUMN Non Perbankan

mempublikasikan laporan tahunan mereka di website terutama untuk perusahaan-perusahaan yang belum go public.

5.3. Saran

a. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa peningkatan remunerasi dan fasilitas yang diberikan kepada direksi khususnya untuk perusahaan BUMN Non Perbankan mampu meningkatkan kinerja perusahaan, maka jumlah yang diberikan harus benar-benar diperhatikan dan diawasi pelaksanaannya.

b. Selain itu, kementerian BUMN perlu melakukan evaluasi secara berkala agar tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan kinerja perusahaan dapat tercapai, dan dapat dengan cepat mengatasi masalah yang timbul atau kebijakkan-kebijakkan yang dianggap sudah tidak tepat lagi untuk dilaksanakan.

c. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengklasifikasikan perusahaan menurut jenis industri serta memperpanjang periode pengamatan agar mampu memberikan data yang lebih akurat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Nur. 2004. Pengaruh Insentif Material Terhadap Kinerja Karyawan (Kasus Pt. Mlc Life Indonesia Divisi Pemasaran Jakarta 1 Bagian Financial Consultant). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Amriani, Fitri Riski. 2012. Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO dan NIM Terhadap LDR pada Bank BUMN Persero di Indonesia Periode 2006-2010. Skripsi. Universitas Hasanudin Makassar.

Elqorni, Ahmad. Februari 2009. Mengenal Teori Keagenan. Diakses tanggal 5 Desember 2012. http://elqorni.wordpress.com/2009/02/26/mengenal-teori-keagenan/

Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

Firmawan, Yeni. 2011. Pengaruh Remunerasi Terhadap Kinerja Pegawai Organisasi Sektor Publik (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Selatan).Thesis. Universitas Brawijaya

Ghozali, Imam.2006. Aplikasi Analisis Variate SPSS. Semarang. Edisi Ketiga. Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Harahap, Sofyan Safri. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Harahap, Sofyan Safri. 2011. Teori Akuntansi. Rajawali Pers: Jakarta.

Haryono, Slamet. Struktur Kepemilikan dalam Bingkai Teori Keagenan. Februari. 2005. Diakses tanggal 3 Desember 2012. Http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/ jurnal/51056371.pdf

Indrianto, Nur, dkk. 2002. Metodelogi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFE: Yogyakarta.

Keputusan Menteri BUMN Nomor : 100/MBU/2002 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN


(5)

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor: 03/MBU/2009 Tentang Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris, Dan Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara.

Prasidhanto, Wiratmoko. (2012). Studi Biaya Tenaga Kerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN): Kontribusi Pegawai dan Eksekutif Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Kementrian Badan Usaha Milik Negara. Jakarta: Kementrian Badan Usaha Milik Negara.

Prihatiningtyas, Lailly. 2012. Remunerasi eksekutif BUMN Perbankan : Pay for Performance?. Jurnal Riset dan Informasi Kementerian BUMN. Keasdepan Riset & Informasi Kementerian BUMN, Edisi III Mei 2012. Jakarta.

PSAK No 1 (revisi 2009). Diakses 4 Juli 2013.

staff.blog.ui.ac.id/martini/files/2011/04/ED-PSAK-1.pdf Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.

Syahputra. 2005. Pengaruh Gaji, Kemampuan Individu dan Persepsi Peranan Terhadap Kinerja Pegawai Yayasan Pendidikan Sinar Husni Deli Serdang. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Bisnis Indonesia.

Uyanto, Stanislaus S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Wibowo, Arinto Tri, dkk. Januari 2010. Gaji Direksi BUMN Melebihi Presiden. Diakses 22 Juni 2013. http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/179127-sby-singgung-tingginya-gaji-direksi-bumn

Wolk, Harry, dkk. 2004. Accounting Theory : Conceptual Issues in a Political and Economic Environtment. Thomson: Maryland.

Zahra. 2011. Pengaruh Pemberian Fasilitas Kerja dan Tunjangan Kesehatan terhadap Peningkatan Produktivitas Karyawan Bagian Produksi pada Perusahaan Indah Cemerlang Malang (Industri Paving Stone dan Bataco). Diakses tanggal 7 Januari 2013. http://osrel.stiemce.ac.id/?page=thesis&level =s1&id=7647

www.adhi.co.id www.antam.com www.btdc.co.id

www.hutama-karya.com


(6)

www.kimiafarma.co.id www.pgn.co.id

www.ptba.co.id www.pusri.co.id www.telkom.co.id www.timah.com www.wika.co.id