MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN LATIHAN GERAKAN PRAMUKA (Studi Kasus di Kwartir Cabang Lampung Selatan)

(1)

ii

PRAMUKA CABANG RAJABASA

(Studi Kasus di Kwartir Cabang Lampung Selatan)

Oleh Karsiti

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang: (1) Implementasi manajemen diklat, (2) Ketercapaian penyelenggaraan diklat, dan (3) Dukungan stakeholders dalam pelaksanaan diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, dokumentasi, dan observasi. Sumber data terdiri dari Staff Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung Selatan, Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka cabang Raja basa, Pelatih pembina, peserta diklat, masyarakat, dan Kepala Dinas Pemuda Olah Raga Lampung Selatan.

Hasil Penelitian: (1) Implementasi kegiatan manajemen diklat di Pusat Pendidikan dan latihan Gerakan Pramuka Rajabasa Kwartir Cabang Lampung Selatan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan diklat. Kemudian dilakukan kegiatan mendisain kegiatan diklat yang sesuai dengan diklat yang dilaksanakan. Disain kegiatan diklat Pusdiklatcab Raja Basa juga dikembangkan materi diklat yang sudah ada sesuai dengan perkembangan di lapangan. Pelaksanaan kegiatan diklat di Pusdiklatcab Rajabasa berdasarkan hasil rapat kerja dan program kerja yang sudah ditentukan oleh Pusdikaltcab Rajabasa, (2) Tujuan yang dicapai dalam penyelenggaraan diklat di Pusdiklatcab Rajabasa adalah untuk menghasilkan peserta Diklat yang mampu menerapkan kode etik dan kode kehormatan serta prinsip dasar Kepramukaan di lingkungan pengabdiannya, (3) Dukungan Stakeholders dalam pelaksanaan diklat di Pusdiklatcab Rajabasa Kwarcab Lampung Selatan mendapatkan dukungan baik moril maupun materiil dari seluruh komponen stake holders.


(2)

iii

(CASE STUDY AT KWARTIR CABANG OF THE SCOUT SOUTH LAMPUNG

By KARSITI

The aims of research are to find out and to describe (1) implementation of education and training management, (2) achievement of helding education and training at, (3)Supporting by stakeholders in implementation of education and training at Rajabasa kwartir’s scout training and education center in south Lampung.

This research used qualitative approach by case study design. To collecting the data, it used dialogue, documentation and observation. Subject of research

consists of staf at kwartir’s scout training in South Lampung, leader of kwartir’s

scout training Rajabasa, trainer, participants of education and training, society, and the head of Youth and Sport Department.

The result of research are: (1) implementation of management activity education and training at Rajabasa kwartir’s scout training and education center in South Lampung is started from analyzing of education and training activity needs through evaluation assesment, it analyze last activity until present activity. Then had done activity to design education and training activity which is suitable for the implementation. Activity design result at Rajabasa kwartir’s scout training and education center also develop valid material which is suitable for development. Implementation of education and training activity at Rajabasa training and education center belong to dicuss result and program in Rajabasa training and education center. Purpose of education and training implementation at Rajabasa training and education center is to produce education and training participants which are able to apply ethic code, regardness code and scout basic principally in environmental, (3) supporting from Stakeholders in implementing of education and training at Rajbasa training and education in south Lampung get good support, by moril and material from all of stakeholdres component.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

v

Penulis dilahirkan di Sidomulyo pada tanggal 7 Oktober 1972 dari pasangan suami istri Sukarta dan Karsem. Pada tahun 1985 penulis menyelesai- kan pendidikan di SDN 2 Sidorejo. Tahun 1988 penulis menyelesaikan pendidikan di SMP N 1 Sidomulyo dan pada tahun 1991 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Wijaya Bandar Lampung. Tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta dan tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas Lampung.

Pengalaman kerja yang pernah dilalui oleh penulis antara lain: Tahun 1999 sampai dengan sekarang penulis menjadi staf pengajar di SMP Dharma Bhina Putra Sidomulyo


(8)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

RIWAYAT HIDUP v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN vi

SANWACANA vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian... 1.1Fokus Penelitian ... 1.2Pertanyaan Penelitian ... ... 1.3Tujuan Penelitian ... 1.5 Manfaat Penelitian ... 1.6 Definisi Istilah ...

1 7 7 8 9 10 II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan dan Pelatihan ... 2.1.1 Pengertian Pendidikan dan Pelatihan ... 2.1.2 Prinsip - Prinsip manajamen Pendidikan dan Pelatihan.. 2.2 Manajemen Pendidikan dan Pelatihan ... 2.2.1 Langkah Langkah Analisis ... 2.2.2 Desain Pendidikan dan Pelatihan ... 2.2.3 Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan ... 2.2.4 Pelaksanaan Diklat... 2.2.5 Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan ... 2.2.5.1 Metode Evaluasi Diklat………. 2.2.5.2 Produk Evalusi……….. 2.3 Strategi Pendidikan dan Pelatihan ... 2.4 Pendidikan Kepramukaan ... 2.5 Prinsip Dasar Kepramukaan ... 2.6 Metode Kepramukaan ...

13 13 15 16 23 24 25 26 27 29 29 29 30 30 32


(9)

x III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 3.1.1 Desain Penelitian ... 3.1.2 Rancangan Penelitian ... 3.2 Lokasi Penelitian ... 3.3 Kehadiran Peneliti ... 3.4 Sumber Data Penelitian ... 3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 3.5.1 Pengamatan dan Observasi ... 3.5.2 Wawancara ... 3.5.3 Dokumentasi ... 3.6 Analisis Data ... 3.7 Pengecekan Keabsahan Data ... 3.8 Tahapan Penelitian ...

37 37 39 40 40 44 44 45 46 49 50 53 54

IV PAPARAN DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Latar Penelitian... 4.2 Paparan Data Peneltian ... 4.2.1 Implementasi Manajemen Diklat di Pusat Pendidikan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Lampung

Selatan... 4.2.1.1 Analisis Kebutuhan Diklat di Pusdik Dan Latihan Cabang Raja Basa……… 4.2.1.2 Mendisain Kegiatan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa……… 4.2.1.3 Mengembangkan Kegiatan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa………. 4.2.1.4 Pelaksanaan Kegiatan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa……… 4.2.1.5 Evaluasi Kegiatan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa……… 4.2.1.6 Pertanggungan Jawab Program Kegiatan Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Cabang Raja Basa……… 4.2.2 Ketercapaian Penyelenggaraan Diklat di Pusat

Pendidikan dan Latihan Raja Basa Kwarcab Lampung Selatan ... 4.2.2.1 Cara Mengetahui Ketercapaian Penyelenggara Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa………..

4.2.2.2 Patokan Ketercapaian Penyelenggaraan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa Kwarcab

58 62 63 63 65 67 70 72 74 78 78


(10)

xi

Lampung Selatan ... 4.2.3.1 Dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten

Lampung Selatan Dalam Penyeenggaraan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa Kwarcab

Lampung Selatan……… 4.2.3.2 Dukungan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Lampung Selatan Dalam

Penyelenggaraan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa Kwarcab Lampung Selatan……… 4.2.3.3 Dukungan dari Masyarakat Umum Terhadap Penyelenggaraan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa Kwarcab Lampung Selatan………. 4.2.3.4 Dukungan Dari Kwartir Ranting Dan Gugus Depan Di Lingkungan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung Selatan……… 4.3 Temuan Penelitian ... 4.3.1 Implementasi Manajemen Diklat di Pusat Pendidikan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Lampung Selatan ... 4.3.1.1 Analisis Kebutuhan Diklat Di Pusat Pendidikan Dan Latihan Cabang Raja Basa………. 4.3.1.2 Mendisain Kegiatan Diklat Di Pusdiklatcab

Raja Basa……… 4.3.1.3 Mengembangkan Kegiatan Diklat Di Pusdiklatcab Raja Basa……… 4.3.1.4 Pelaksanaan Kegiatan Diklat Di Pusdiklatcab Raja Basa……… 4.3.1.5 Evaluasi Kegiatan Diklat Di Pusdiklatcab

Raja Basa……… 4.3.1.6 Pertanggungan Jawab Program Kegiatan Diklat Di Pusdiklatcab Raja Basa……….. 4.3.2 Tujuan Yang Dicapai Penyelenggaraan Diklat di Pusat Pendidikan Dan Latihan Raja Basa Kwarcab Lampung Selatan ... 4.3.2.1 Cara Mengetahui Ketercapaian Penyelenggaraan Diklat Di Pusdiklatcab Raja Basa………. 4.3.2.2 Patokan Ketercapaian Penyelenggaraan Diklat Di Pusdiklatcab Raja Basa Kwarcab Lampung Selatan……… 4.3.2.3 Yang Terlibat Dalam Pengukuran Ketercapaian Diklat Di Pusdiklatcab Raja Basa Kwarcab

Lampung Selatan……… 4.3.3 Dukungan Dari Stakeholders Dalam Pelaksanaan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa Kwartir Cabang Lampung

Selatan... 85 86 88 90 91 94 95 95 95 96 96 97 97 98 99 99 100 102


(11)

xii

Selatan……….. 4.3.3.2 Dukungan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Lampung Selatan Dalam

Penyelenggaraan Diklat Di Pusdiklatcab Raja Basa Kwarcab Lampung Selatan………... 4.3.3.3 Dukungan Dari Masyarakat Umum Terhadap Penyelenggaraan Diklat Di Pusdiklatcab Raja Basa Kwarcab Lampung Selatan……….. 4.3.3.4 Dukungan Dari Kwartir Ranting Dan Gugus Depan Di Lingkungan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung Selatan………. 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ...

102

102

103

103 105 4.4.1 Implementasi Manajemen Diklat di Pusat Pendidikan

Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Lampung Selatan ... 4.4.1.1 Analisis Kebutuhan Diklat Di Pusdik Dan Latihan Cabang Raja Basa……….. 4.4.1.2 Mendisain Kegiatan Diklat Di Pusdiklatcab

Raja Basa……… 4.4.1.3 Mengembangkan Kegiatan Diklat Di Pusdiklatcab Raja Basa……… 4.4.1.4 Pelaksanaan Kegiatan Diklat Di Pusdiklatcab Raja Basa……… 4.4.1.5 Evaluasi Kegiatan Diklat Di Pusdiklatcab

Raja Basa……… 4.4.1.6 Pertanggungan Jawab Program Kegiatan Diklat Di Pusdiklatcab Raja Basa……….. 4.4.2 Tujuan Yang Dicapai Penyelenggaraan Diklat di Pusat Pendidikan Dan Latihan Raja Basa Kwarcab Lampung Selatan ... 4.4.2.1 Cara Mengetahui Ketercapaian Penyelenggaraan Diklat Di Pusdiklatcab Raja Basa……….

4.4.2.2 Patokan Ketercapaian Penyelenggaraan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa Kwarcab

Lampung Selatan………... 4.2.2.3 Yang Terlibat Dalam Pengukuran Ketercapaian Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa Kwarcab

Lampung Selatan……… 4.4.3 Dukungan Dari Stakeholders Dalam Pelaksanaan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan..

4.4.3.1 Dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan Dalam Penyelenggaraan Duklat Di

Pusdiklatcab Raja Basa Kwarcab Lampung Selatan.. 4.4.3.2 Dukungan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Lampung Selatan Dalam

105 105 107 109 111 112 116 117 117 118 119 121 122 122


(12)

xiii

V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 5.2 Implikasi ... 5.3 Saran ...

127 128 129 DAFTAR PUSTAKA ... 133


(13)

vii

SANWACANA

Puji syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah S. W. T atas rahmat dan karunia dan sholawat salam dilimpahkan bagi Rasulullah Muhammad S.A.W dengan cahaya ketauladan telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis dengan judul Manajemen Pendidikan Dan Latihan Gerakan Pramuka Cabang Rajabasa (Studi Kasus di Kwartir Cabang Lampung Selatan) ini ditulis sebagai sebagai syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penyelesaian tesis ini disempurnakan dengan masukan-masukan dari para dosen, rekan sejawat, dan pihak taris Program studi Malainnya, maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. Rektor Universitas Lampung atas bimbingan dan pengarahannya

2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. Direktur Pascasarjana Universitas Lampung atas bimbingan dan pengarahannya

3. Dr. Bujang Rahman, M.Si Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung atas segala saran, masukan dan motivasinya.

4. Dr. Irawan Suntoro, M.S selaku ketua program Studi Magister Manajemen Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Lampung juga sebagai dosen pembimbing kedua penulis dalam pembuatan tesis ini.

5. Dr. Sumadi, M.S selaku dosen pembimbing pertama dalam penulisan tesis ini.

6. Bapak/Ibu dosen lainnya sebagai staf pengajar pada program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama ini kepada penulis sehingga dengan penambahan wawasan dan ilmu pengetahuan tersebut maka penulis dapat menyelesaikan tesis ini.


(14)

viii

8. Kepala Pusdiklatcab Raja Basa dan pengurus Pusdiklatcab Raja Basa serta staff Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Lampung atas kesediannya menjadi informan dalam penelitian ini.

9. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2012 mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung yang selalu memberikan motivasi kepada penulis sehingga dapat diselesaikannya tesis ini.

10.Sahabatku Sukma Elyna, S.E, M.Pd yang sudah memberikan motivasi kepada penulis sehingga dapat diselesaikannya tesis ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas sumbang dan sarannya.

Tesis ini masih sangat jauh dari sempurna maka diperlukan kritik dan saran membangun dalam penyempurnaan tesis ini dari semua pihak. Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangsih bagi ilmu pendidikan, khususnya manajemen pendidikan. Akhirnya atas segala perhatian, penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis

Karsiti


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan hal yang amat penting untuk peningkatan kualitas generasi muda. Dan hal tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan keluarga. Oleh karena itu pendidikan di Indonesia memiliki tiga jalur yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal.

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Gerakan Pramuka berfungsi sebagai organisasi pendidikan nonformal di luar sistem pendidikan sekolah (formal) dan di luar sistem pendidikan keluarga (informal) dalam pelaksanaannya saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Hasil pendidikan


(16)

informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Semenjak dicanangkan revitalisasi Gerakan Pramuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada tahun 2006, Gerakan Pramuka semakin diperhatikan oleh masyarakat, serta lembaga - lembaga baik swasta maupun pemerintahan. Gerakan Pramuka dipandang mampu memperkuat karakter bangsa, saat ini masyarakat sudah risau dengan lunturnya nilai - nilai karakter bangsa yang ada pada masyarakat Indonesia.

Terbukti telah lahirnya beberapa Saka diantaranya Saka Wira Kartika yang terbentuk tahun 2007 yang pembentukannya berdasarkan Peraturan Bersama Kepala Staf Angkatan Darat dengan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 182/X/2007 dan 199/X/2007 tanggal 28 Oktober 2007 tentang kerjasama dalam usaha pembinaan dan pengembangan pendidikan bela negara dan kepramukaan. Petunjuk Penyelenggaraan Saka Wira Kartika ada pada Keputusan Kwarnas Nomor. 205 Tahun 2009.

Pemantapan Gerakan Pramuka dalam memperkuat karakter bangsa dapat dilakukan melalui empat konsensus bangsa Indonesia, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), dan Bhinneka Tunggal Ika mampu mempertahankan cita-cita generasi muda untuk menjadi generasi, yang cerdas, tangguh, unggul, inovatif, dan mandiri.


(17)

Peran serta Gerakan Pramuka di Tanah Air dalam pemantapan karakter bangsa terus berkembang. Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Azrul Azwar sebelumnya menyampaikan mengenai keberhasilan gerakan Pramuka selama kurun waktu tujuh tahun terakhir dari tahun 2006 sampai tahun 2013. Keberhasilan ini dibagi menjadi tiga tahapan. Pertama, pencanangan program Revitalisasi Pramuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2006. Kedua, terbitnya Undang-Undang No.12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.

Guna mewujudkan hal tersebut di atas diperlukan pembina Pramuka yang handal dan tangguh. Sebab untuk mewujudkan peserta didik yang tangguh dan berkarakter serta berkepribadian luhur juga diperlukan pembina yang tangguh. Hal ini menjadikan pekerjaan atau tantangan bagi gerakan Pramuka untuk menciptakan generasi atau peserta didik yang tangguh dan berkarakter melalui tangan pembina yang handal dan tangguh.

Pusat Pendidikan Latihan Gerakan Pramuka Cabang Lampung Selatan yang lebih di kenal dengan Pusdiklatcab Raja Basa, sesuai dengan Undang - Undang Gerakan Pramuka Nomor 12 Tahun 2010, bertanggung jawab dan melaksanakan tugas penyelenggaraan Diklat di tingkat Kwartir Cabang Lampung Selatan. Tugas - tugas itu bagian yang tidak terpisahkan apa yang ada dalam revitalisasi gerakan Pramuka yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2006.


(18)

Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan bahwa pelaksanaan diklat di Pusdiklatcab Raja Basa diawali dengan kegiatan rapat merencanakan program kegiatan selama setahun dalam bentuk Rencana Kerja (Renja), yang disesuaikan dengan kebutuhan pada saat itu, kemudian menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan diklat, dan melaksanakan apa yang tertulis dalam jadwal kegiatan. Evaluasi kegiatan dilakukan pada saat berlangsungnya kegiatan dan diakhir masa periode rencana kerja.

Evaluasi kegiatan di akhir masa periode rencana kerja dilakukan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat rencana kerja tahun berikutnya. Sedangkan Evaluasi Kegiatan yang dilakukan setiap kegiatan diklat dilakukan setiap hari untuk bahan pertimbangan melakukan penyempurnaan kegiatan hari berikutnya.

Anggota Pusdiklatcab Raja Basa terdiri para pelatih yang telah melakukan jenjang pendidikan dari Kursus Mahir Dasar (KMD), Kursus Mahir Lanjutan (KML) dan kemudian dikukuhkan menjadi Pembina Mahir melalui kegiatan pengembangan nara karya satu dan narakarya dua, dan sudah melaksanakan minimal Kursus Pelatih Dasar (KPD) dan sebagian sudah melaksanakan Kursus Pelatih Lanjutan (KPL). Mereka tergabung dalam korps pelatih Pusdiklatcab Raja Basa yang bertugas mengisi materi Diklat dalam pelaksanaan Diklat yang diselenggarakan oleh Pusdiklatcab Raja Basa.

Penyelenggaraan Diklat yang ada di Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Lampung Selatan, dilaksanakan oleh Pusat Pendidikan dan Latihan


(19)

Gerakan Pramuka Cabang Raja Basa. Penyelenggaraan Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia baik dari anggota Dewasa yang terdiri dari Majelis Pembimbing (Mabi) baik Gugus Depan maupun Kwartir Ranting dan Pembina Pramuka yang berada di pangkalan Gugus Depan , Pamong Saka, maupun Anggota Muda gerakan Pramuka yang terdiri dari anggota Siaga (S) berusia antara tujuh sampai sepuluh tahun, Penggalang (G) berusia antara sebelas sampai dengan limabelas tahun, Penegak (T) berusia antara enambelas dan duapuluh tahun dan Pandega (D) berusia antara duapuluh satu sampai dengan duapuluh lima tahun. Dari Hasil kegiatan diklat yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa bisa terlihat baik secara kwantitas dan kwalitas yang dirasakan oleh Kwartir Ranting yang ada di Kwartir Cabang Lampung Selatan.

Dengan motto ”satyaku kudarmakan darmaku kubaktikan”, dan berpedoman kepada prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, Pusdiklatcab Raja Basa, bekerja untuk menciptakan generasi - generasi yang handal yang berkarakter dan berakhlak mulia. Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung Selatan, setiap tahun mendapatkan predikat Kwartir Cabang Tergiat wilayah Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Lampung dari Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Lampung. Kegiatan pemberian anugrah Kwartir Cabang tergiat di Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Lampung berdasarkan frekwensi kegiatan baik kegiatan pembinaan Anggota dewasa maupun kegiatan anggota muda yang


(20)

diselenggarakan oleh masing - masing Kwartir Cabang Gerakan Pramuka di Wilayah Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Lampung, ini merupakan salah satu indikator baiknya kinerja Pusdiklatcab Raja Basa. Prestasi yang diraih oleh Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Lampung Selatan merupakan kerja keras yang dilakukan oleh seluruh jajaran organisasi Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Lampung Selatan. Kerja keras ini dalam bentuk merealisasikan kegiatan - kegiatan yang sudah direncanakan dalam program kerja yang sudah di buat oleh Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kabupaten Lampung Selatan.

Penyelenggaraan diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kabupaten Lampung Selatan lima puluh persen pendanaan dibiayai oleh APBN melalui Dinas Pemuda dan Olah Raga Lampung Selatan, dan sisanya dana dibebankan kepada peserta diklat. Dari uraian di atas bahwa ada sebagian diklat yang dananya diadakan secara mandiri oleh peserta diklat. Biasanya diklat yang dananya secara mandiri diadakan karena adanya permintaan dari kwartir ranting untuk menyelenggarakan diklat misalkan penyelenggaraan kursus pembina mahir dasar (KMD), Kursus Orientasi Pembina dan sebagainya atas permintaan kwartir ranting tertentu dilingkungan Kwartir Cabang Lampung Selatan, dan Kwartir Ranting Gerakan Pramuka mengajukan permohonan kepada Pusdiklatcab kemudian Pusdiklatcab merekomendasikan untuk melaksanakan kegiatan di Kwartir Ranting.


(21)

Predikat Kwartir Cabang tergiat yang diraih oleh Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Lampung Selatan selama ini tidak terlepas dari dukungan seluruh stakeholders di lingkungan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung Selatan baik berupa dukungan moril berupa pemberian ijin kegiatan dan motivasi yang diberikan dalam penyelenggaraan kegiatan diklat dan dukungan materiil berupa pemberian dana untuk pelaksanaan kegiatan.

1.2Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka fokus penelitian Pola pengembangan Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Lampung Selatan terdiri fokus sebagai berikut :

1.2.1 Implementasi manajemen Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.

1.2.2 Ketercapaian penyelenggaraan Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.

1.2.3 Dukungan dari stakeholders dalam pelaksanaan Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus masalah dalam penelitian, maka pertanyaan- pertanyaan yang diajukan dalam wawancara adalah sebagai berikut:


(22)

1.3.1 Bagaimana implementasi manajemen Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan. 1.3.2 Bagaimana ketercapaian penyelenggaraan Diklat di Pusat Pendidikan dan

Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan. 1.3.3 Bagaimana dukungan dari stakeholders dalam pelaksanaan Diklat di Pusat

Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis:

1.4.1 Implementasi manajemen Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.

1.4.2 Ketercapaian penyelenggaraan Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.

1.4.3 Dukungan dari stakeholders dalam pelaksanaan Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan.


(23)

1.5 Manfaat Penelitian

Dari kegiatan penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1.5.1 Secara Teoritis:

1.5.1.1Untuk menambah khasanah teori-teori yang berkaitan dengan manajemen diklat yang berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia.

1.5.1.2 Memberikan konstribusi pemikiran berupa analisis kritis tentang pengembangan diklat dilingkungan Gerakan Pramuka pada khususnya dan di luar lingkungan Gerakan Pramuka pada umumnya.

1.5.2 Secara Praktik

1.5.2.1Memberikan kontribusi pemikiran implementasi manajemen Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Cabang Raja Basa 1.5.2.2Memberikan masukan kepada Kwartir Cabang Lampung Selatan untuk

memberikan dukungan kegiatan penyelenggaraan Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan dengan lebih optimal guna lebih meningkatkan prestasinya sebagai Kwartir Cabang Tergiat.

1.5.2.3Memberikan masukan kepada stakeholders Untuk mewujudkan visi dan misi Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung Selatan, khususnya


(24)

pelaksanaan Pendidikan dan Latihan di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Cabang Raja Basa.

1.5.2.4Memberikan masukan kepada Dinas Pemuda dan Olah Raga dalam mengambil kebijakan untuk mendukung kegiatan Kepramukaan di Kwartir Cabang Lampung Selatan.

1.5.2.5Peneliti, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar magister

manajemen pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

1.6. Definisi Istilah

Guna memberikan kejelasan pengertian yang digunakan dalam penelitian ini, maka dikemukakan beberapa pengertian istilah yang terkandung dalam kalimat judul. Adapun beberapa istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1.6.1 Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Cabang adalah lembaga pendidikan dan latihan yang merupakan bagian integral dari Kwartir, sebagai wadah dan satuan pelaksana pendidikan dan pelatihan kepramukaan tingkat Kwartir Cabang. Pusdiklatcab bertugas melatih dan mendidik anggota dewasa dan anggota muda sesuai dengan kode etik gerakan Pramuka dan Prinsip Dasar Kepramukan. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Gerakan Pramuka juga dapat memberikan pelayanan pendidikan dan pelatihan Kepramukaan bagi masyarakat.


(25)

1.6.2 Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di

luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.

1.6.3 Pendidikan dan Pelatihan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara (instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan lain sebagainya untuk mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa yang akan datang. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pelatihan adalah bagian dari kegiatan pendidikan.

1.6.4 Manajemen Pendidikan dan Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang mencakup kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi program pendidikan dan pelatihan. Kegiatan-kegiatan dalam manajemen pendidikan dan pelatihan meliputi:, perencanaan, pengorganisasian pelaksanaan, pengecekan/pengawasan Perencanaan adalah menentukan kebutuhan pendidikan dan pelatihan berikut rekomendasinya. Menyusun pola dan program pendidikan latihan sesuai rekomendasi berikut metode dan sarana diklat. Pengorganisasian adalah kegiatan menentukan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan diklat. Pelaksanaan adalah menyelenggarakan dan


(26)

melaksanakan pendidikan dan latihan. Pengecekan/pengawasan adalah menilai hasil-hasil dari pelaksanaan pendidikan dan latihan yang telah dilakukan serta mengetahui apa-apa yang masih perlu disempurnakan. 1.6.5 Stakeholders adalah pihak - pihak yang berkepentingan dalam

penyelenggaraan pendidikan dan latihan di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan, untuk ikut serta bertanggung jawab dalam memajukan lembaganya, yaitu Kepala Dinas Pendidikan Lampung Selatan, Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga, Ketua Majelis Pembimbing Cabang (Mabicab) yang dijabat oleh Bupati Lampung Selatan, Ketua Kwartir Cabang Gerakan Lampung Selatan, Ketua Peneliti, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar magister manajemen pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses pembinaan pengertian dan pengetahuan terhadap kelompok fakta, aturan serta metode yang terorganisasikan dengan megutamakan pembinaan, kejujuran dan ketrampilan.Pendidikan dan pelatihan merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya saling berkaitan, untuk lebih memahami pengertian Pendidikan dan Pelatihan dapat dijelaskan di bawah ini.

2.1.1 Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Pengelolaan program pendidikan pelatihan tidak jauh berbeda dengan pengelolaan sebuah proyek atau program tertentu. Akan tetapi, seringkali pengelolaan program pendidikan dan pelatihan dianggap sebagai suatu yang sederhana hingga banyak dikesampingkan. Hal ini ditengarai dengan "tingkat keseriusan dan komitmen" berbagai pihak. Banyak pihak lebih memperhatikan dan lebih menguntungkan "mengelola proyek fisik" daripada "proyek pengembangan sumberdaya manusia melalui program pendidikan pelatihan". Di samping itu, tercermin pula dalam "penyediaan atau alokasi


(28)

dana" yang relatif kecil untuk komponen pendidikan pelatihan, baik pendidikan dan pelatihan bagi staf maupun pendidikan dan pelatihan bagi kelompok sasaran.

Secara yuridis pengertian pendidikan dan pelatihan dapat dilihat pada dua sumber yaitu, yang pertama Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Tentang Sistem Pendidikan Nasioanal pasal 1, dinyatakan bahwa “ Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”. Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat kita pahami bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara (instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan lain sebagainya untuk mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa yang akan datang. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pelatihan adalah bagian dari kegiatan pendidikan.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat (4) dinyatakan bahwa lembaga pelatihan merupakan satuan pendidikan nonformal, di samping satuan pendidikan lainnya yaitu kursus, kelompok belajar, majelis ta’lim, kelompok bermain, taman penitipan anak, pusat kegiatan belajar masyarakat serta satuan pendidikan yang sejenis. Termasuk dalam kegiatan sejenis adalah panti


(29)

penyuluhan, magang, bimbingan belajar, Kepramukaan, pondok pesantren tradisional (salafiyah), padepokan dan sanggar. Pelatihan dapat dilakukan alam jenis dan ruang lingkup pendidikan keagamaan, pendidikan jabatan kerja, pendidikan kedinasan, dan pendidikan kejuruan.

Menurut Gomes dalam Soekidjo (2003:197), pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya

2.1.2 Prinsip - Prinsip Manajemen Pendidikan dan Pelatihan

Pengelolaan manajemen pelatihan tidak berlangsung begitu saja melainkan melalui serangkaian proses kegiatan berupa pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan, hal ini dikemukakan oleh beberapa ahli di bawah ini.

Pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan atas sesuatu oleh seseorang senantiasa diperoleh melalui proses belajar. Proses belajar dapat dilakukan dengan sengaja dapat juga tanpa rencana. Proses belajar itu dapat secara terprogram (seperti dalam pendidikan formal di sekolahan dan pendidikan nonformal seperti di masyarakat) maupun tanpa program (seperti dalam pendidikan informal di keluarga). Belajar diperlihatkan melalui perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman, yang diperoleh pembelajar melalui interaksi dengan lingkungannya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tingkah laku dalam belajar memiliki enam karakteristik, yakni (1) terjadi secara sadar, (2) bersifat kontinu dan fungsional, (3) bersifat positif dan aktif, (4) besifat permanen, bukan sementara, (5) bertujuan atau terarah, dan (6) mencakup seluruh aspek tingkah laku. Sudjana ( 2007:36).


(30)

Belajar merupakan proses psikologis yang mengubah tingkah laku individu, yang berupa kemampuan aktual dan potensial, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama, dan diperoleh dengan usaha sadar Sudjana ( 2007:37)

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar dan pembelajar seringkali digunakan istilah pendidikan, pembinaan, dan pelatihan. Pendidikan mengacu kepada komunikasi yang terorganisasi dan diarahkan untuk menumbuhkan kegiatan belajar; pembinaan mengacu kepada usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik; sedangkan pelatihan mengacu kepada usaha, proses, atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai keterampilan. Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh trikondisi pendidikan, yakni konsistensi, konvergensi, dan kontinuitas. Konsistensi berarti bahwa kegiatan pendidikan harus serasi dan ajeg dalam mengembangkan potensi peserta didik. Konvergensi berarti pendidikan bertolak dari suatu landasan yang jelas. Kontinuitas berarti bahwa pendidikan harus ditempuh dan berkelanjutan Sudjana( 2004:29).

2.2 Manajemen Pendidikan dan Pelatihan

Sebagai suatu proses, istilah manajemen atau pengelolaan pendidikan dan pelatihan berkaitan dengan trisula aktivitas, yakni (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, dan (c) evaluasi.

Menurut Notoatmodjo (2009: 18) Siklus pelatihan ini secara garis besar adalah sebagai berikut:

a. Analisis Kebutuhan Pelatihan (Training Need Assesment)

Tujuan analisis kebutuhan pelatihan ini antara lain untuk mencari atau mengidentifikasi kemampuan – kemampuan yang diperlukan oleh karyawan dalam rangka menunjang kebutuhan organisasi.

b. Menetapkan Tujuan Pelatihan

Tujuan pelatihan pada hakekatnya ialah perumusan kemampuan yang diharapkan dari pelatihan tersebut yaitu adanya perubahan kemampuan. c. Pengembangan Kurikulum

Yaitu menentukan metoda belajar mengajar yang akan digunakan, serta alat bantu belajar mengajar yang diperlukan dalam pelatihan tersebut.


(31)

d. Persiapan Pelaksanaan Diklat

Sebelum pendidikan dan pelatihan dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan yang pada umumnya mencakup kegiatan – kegiatan administrasi.

e. Pelaksanaan Diklat

Adalah hal - hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Diklat, antara lain adanya penanggung jawab harian, adanya monitoring pelaksanaan pelatihan melalui evaluasi harian.

f. Evaluasi

Setelah berakhirnya pelatihan, seyogyanya dilakukan evaluasi yang mencakup: (1) Evaluasi terhadap proses kegiatan Diklat, dan (2) evaluasi terhadap hasil dari kegiatan diklat.

Pada dasarnya Mengelola Pelatihan (Managing Training) tidak ada bedanya dengan Mengelola Proyek yang sudah kita kenal selama ini. Pada umumnya Daur Manajemen Pendidikan dan Pelatihan dapat dibagankan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Prosedur Pengelolaan Pendidikan dan Pelatihan Sumber: Notoatmodjo (2009: 18)

ANALISIS

UMPAN

BALIK DAN

REVISI

DISAIN

EVALUASI


(32)

Menurut Notoatmodjo (2009: 20) Daur manajemen pendidikan dan pelatihan tersebut merupakan “Pendekatan Pendidikan dan Pelatihan Sistematis” (Sistematic Training Approach). Pendekatan ini berkaitan dengan prosedur mengelola pendidikan dan pelatihan, yang diawali dari adanya permasalahan yang dihadapi yang dapat mengganggu pencapaian tujuan yang diharapkan, sampai dengan evaluasi dan tindak lanjut yang sesuai dengan upaya pemecahan masalah melalui pendidikan dan pelatihan.

Prosedur pengelolaan pendidikan dan pelatihan secara hierarkis dapat diuraikan sebagai berikut. Langkah 1: Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Pelatihan Langkah 2: Menguji dan Analisis Jabatan dan Tugas Langkah 3: Klasifikasi dan Menentukan dan Peserta Pelatihan Langkah 4: Rumuskan Tujuan Pelatihan Langkah 5: Pendesainan Kurikulum dan Silabus Pelatihan Langkah 6: Perencanaan Program Pelatihan Langkah 7: Penyusunan dan Pengembangan Kerangka Acuan (TOR) Langkah 8: Pelaksanaan Program Pelatihan Langkah 9: Evaluasi Program Pelatihan Langkah 10: Tindak Lanjut Pelatihan Sebagai langkah awal, mengelola program pelatihan.

Mengelola program pelatihan adalah penjajagan dan analisis kebutuhan pelatihan, baik kebutuhan pelatihan yang bersifat kelembagaan, kesatuan unit dalam lembaga atau kebutuhan pelatihan yang bersifat individual. Kebutuhan pelatihan ini dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu kebutuhan yang ada saat ini maupun kebutuhan pelatihan di masa yang akan datang, sebagai akibat adanya berbagai perubahan. Di sisi lain, langkah ini disertai pula dengan


(33)

identifikasi sumber daya yang dimiliki sehingga memungkinkan permasalahan tersebut dapat dipecahkan.

Mengingat adanya berbagai keterbatasan, baik keterbatasan dana maupun keterbatasan lain, perlu pula ditempuh berbagai langkah untuk menetapkan skala prioritas, dengan menguji “bagian atau unit manakah atau siapa saja dan posisi apa saja” yang perlu diprioritaskan dengan jalan melakukan analisis jabatan atau analisis posisi melalui analisis tugas, uraian tugas, dan analisis spesifikasi tugas, kemudian dilanjutkan dengan analisis terhadap pengetahuan, ketrampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi “standar” yang diharapkan dalam uraian tugas yang ada. Berdasarkan hasil analisis ini, langkah berikutnya menetapkan “siapa” atau “calon peserta” yang potensial untuk mengikuti program pelatihan.

Dari rangkaian kegiatan tersebut, secara garis besar sudah dapat teridentifikasi “isi” atau “materi” pelatihan yang diharapkan untuk dapat memenuhi persyaratan berdasarkan dalam “uraian tugas” dan “tujuan lembaga”. Kemudian langkah terperinci dan spesifik dapat disusun dalam tahapan-tahapan perencanaan pelatihan.

Dalam mendasain kurikulum dan merencanakan program pelatihan, hendaknya dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan berbagai pihak terkait, terutama pihak manajemen untuk memperoleh komitmen lebih jauh guna “menciptakan situasi yang mendukung dalam implementasi dan pasca pendidikan pelatihan.


(34)

Keterlibatan dan komitmen semua pihak, terutama pihak manajemen, akan menjadi kunci keberhasilan program pendidikan pelatihan. Pepatah mengatakan bahwa “perencanaan yang baik berarti setengah pekerjaan telah terselesaikan”. Pada umumnya, perencanaan pendidikan dan pelatihan lebih banyak membutuhkan waktu daripada pelaksanaannya.

Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan program pendidikan dan pelatihan, antara lain: (1) latar belakang kegiatan, (2) tujuan pelatihan; (3) peserta pendidikan dan pelatihan; (4) biaya/sumber dana; (5) waktu dan tempat pelatihan, (6) jadwal pelatihan (waktu, materi, dan pemateri); (7) susunan panitia pelaksana; (8) tata tertib; dan (9) nara sumber.

Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penyelenggara pendidikan dan pelatihan yang menyangkut komunikasi, fasilitator, peserta dan prasarana pendukung lainnya. Terakhir adalah evaluasi pelatihan dan tindak lanjut. Banyak pelatihan yang dilakukan hanya menyelenggarakannya saja, setelah itu tidak ada tindak lanjutnya. Evaluasi pendidikan dan pelatihan dan tindak lanjut sangat penting untuk mengetahui berbagai kekurangan, kelemahan, dan kelebihan, baik penyelenggaraan pelatihan maupun proses yang terjadi.

Stufflebeam & Shinkfield dalam Krisna (2007). Dalam melakukan penilaian terdapat kegiatan menentukan nilai suatu program (judgement). Objek evaluasi adalah program yang hasilnya memiliki banyak dimensi, antara lain,


(35)

kemampuan, kreativitas, sikap, minat, dan keterampilan. Melalui evaluasi dan tindak lanjut, pelatihan dapat diketahui manfaat dan dampaknya.

Belajar diperlihatkan melalui perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman, yang diperoleh pembelajar melalui interaksi dengan lingkungannya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tingkah laku dalam belajar memiliki enam karakteristik, yakni (1) terjadi secara sadar, (2) bersifat kontinu dan fungsional, (3) bersifat positif dan aktif, (4) besifat permanen, bukan sementara, (5) bertujuan atau terarah, dan (6) mencakup seluruh aspek tingkah laku. Surya M (2004: 24).

Dengan demikian, belajar merupakan proses psikologis yang mengubah tingkah laku individu, yang berupa kemampuan aktual dan potensial, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama, dan diperoleh dengan usaha sadar Sudjana (2007: 56).

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar dan pembelajar seringkali digunakan istilah pendidikan, pembinaan, dan pelatihan. Pendidikan mengacu kepada komunikasi yang terorganisasi dan diarahkan untuk menumbuhkan kegiatan belajar; pembinaan mengacu kepada usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik; sedangkan pelatihan mengacu kepada usaha, proses, atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai keterampilan. Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh trikondisi pendidikan, yakni konsistensi, konvergensi, dan kontinuitas. Konsistensi berarti bahwa kegiatan pendidikan harus serasi dan ajeg dalam mengembangkan potensi peserta didik. Konvergensi


(36)

berarti pendidikan bertolak dari suatu landasan yang jelas. Kontinuitas berarti bahwa pendidikan harus ditempuh dan berkelanjutan Sudjana (2007: 65).

Sebelum suatu program pendidikan dan pelatihan dilaksanakan oleh perusahaan atau organisasi , perlu dilakukan suatu analisis yang jelas tentang pendidikan dan pelatihan untuk kebutuhan perusahaan. Setelah melihat adanya kebutuhan perusahaan perlu dibuat program yang sesuai dan benar-benar mencapai sasaran kebutuhan perusahaan.

Organizational maintenance (pemeliharaan organisasi) bertujuan untuk menjamin kestabilan/kelancaran di dalam tersedianya keterampilan pegawai yang tidak memadai. Kurangnya pengetahuan pegawai apabila akan dialih tugaskan akan menimbulkan adanya kebutuhan akan pendidikan dan pelatihan. dapat meningkatkan mutu/ keterampilan tenaga kerja.

Organizational culture (budaya organisasi), merefleksikan sistem nilai atau filosofi organisasi. Dilakukan dengan melihat budaya kerja yang mendukung tercapainya tujuan organisasi. Menurut Dessler (2006: 76) mengemukakan : “Budaya organisasi dapat diartikan sebagai sikap dan persepsi yang dimiliki pegawai pada umumnya dalam suatu perusahaan tempat mereka bekerja.”

Dengan perkataan lain, para pegawai menangkap isyarat tentang perusahaan mereka dan dari syarat-syarat ini mereka membentuk suatu gambaran yang padu tentang jenis organisasi tempat mereka bekerja.

Dessler (2006: 80) analisis kebutuhan pelatihan itu adalah: a) mengidentifasikan keterampilan kinerja jabatan khusus yang dibutuhkan untuk memperbaiki kinerja dan produktivitas,b) Menganalisis peserta untuk memastikan bahwa


(37)

program akan sesuai dengan tingkat pendidikan khusus mereka, pengalaman, dan keterampilan juga sikap dan motivasi pribadi mereka, c) Menggunakan penelitian untuk mengembangkan sasaran pengetahuan dan kinerja yang dapat diukur.

2.2.1 Langkah – Langkah Analisis Diklat

Analisis harus dilakukan dengan seksama agar hasilnya benar - benar bermanfaat dalam penyelenggaraan Diklat.

Menurut Pusdiklat Pegawai Depdiknas (2003: 24) ada empat langkah dalam melakukan analisis kebutuhan diklat. Keempat langkah itu adalah: (1) melakukan analisis kesenjangan yaitu memeriksa kinerja aktual organisasi dan anggotanya dibandingkan dengan standar yang ada atau standar baru yang ditetapkan dalam rangka pertumbuhan dan pengembangan; (2) mengidentifikasi prioritas yaitu mengkaji prioritas dalam kaitannya dengan kadar pentingnya bagi tujuan, realitas, dan kendala organisasi ; (3) mengidentifikasi penyebab masalah kinerja dan atau peluang yaitu perlu untuk mengetahui kinerja yang seharusnya untuk dapat menerapkan solusi yang tepat; serta, (4) mengidentifikasi solusi dan atau peluang pertumbuhan yaitu menentukan pelatihan jika masalahnya adalah kemampuan, kegiatan pengembangan organissai jika masalahnya tidak terletak pada kemampuan. Analisis kebutuhan perlu dilakukan jika, ada masalah atau disefisiensi kinerja, peralatan atau prosedur baru, peluang pengembangan atau permintaan perubahan dalam pelatihan yang sekarang, atau perlunya pelatihan baru karena adanya kebijakan baru, atau untuk mengantisipasi adanya perubahan di masa depan.

Analisis kebutuhan Diklat diperlukan untuk menentukan langkah pelaksanaan Diklat supaya Diklat berjalan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penyelenggaraan Diklat.

Menurut Pusdiklat Pegawai Depdiknas (2003: 25) Analisis kebutuhan membantu untuk menjamin ketepatan solusi masalah, mengidentifikasi isu pelatihan, dan memastikan bahwa pembelajaran dalam topik tertentu belum tercakup dalam program pelatihan yang ada. Yang meliputi empat analisis yaitu: (1) Analisis Kinerja adalah pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi


(38)

kesenjangan antara kinerja yang terjadi dan yang diharapkan serta faktor - faktor yang menghambat terwujudnya kinerja yang diinginkan; (2) Analisis fungsi adalah apabila yang dianalisis adalah suatu posisi yang melaksanakan sejumlah besar tugas; (3) Analisis pekerjaan adalah proses untuk menyusun daftar semua tugas bagi pekerjaan atau posisi tertentu; (4) Analisis tugas adalah upaya menganalisis pekerjaan dan menguraikan semua tugas yang tercakup dalam pelaksanaannya.

2.2.2 Desain Pendidikan dan Pelatihan

Tujuan tahap desain pelatihan adalah dihasilkannya rencana pengembangan pelatihan yang menjadi pedoman pengadaan materi strategi pelatihan. Tahap ini adalah tahapan untuk melakukan pengembangkan program pelatihan secara sitematis. Apabila tahapan analisis kebutuhan dilakukan dengan cermat maka akan menghasilkan model program pelatihan. Meliputi kegiatan – kegiatan seperti di bawah ini:

Teknik untuk menentukan isi, urutan, media, dan metode pelatihan dapat bervariasi, dari yang sangat formal sampai yang kurang formal. Penggunaan kombinasi teknik tradisional, table-top, verifikasi, anailsis dokumen, dan identifikasi pola biasanya akan paling efisien.

Menurut Pusdiklat Pegawai Depdiknas (2003: 30), hal - hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun desain pelatihan adalah: (1) tujuan pelatihan adalah hasil menyeluruh/kompetensi yang diharapkan dimiliki peserta dengan melaksanakan rencana pelatihan; (2) Media pelatihan bagaimana cara melakukan pelatihan yang menyangkut pertanyaan tentang media yang digunakan; (3) Tujuan pembelajaran, apa yang akan dapat dilakukan peserta sebagai hasil dari kegiatan pmbelajaran dalam topik tertentu; (4) Metode/kegiatan pembelajaran apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran; dan (5) Dokumentasi/bukti belajar, yaitu bukti yang dihasilkan selama mengikuti kegiatan belajar, ini adalah hasil bahwa seseorang dengan melihat, mendengar, merasa, membaca, melakukan dan sebagainya; (6)


(39)

Evaluasi, penilaian dan pertimbangan atas kualitas bukti untuk menyimpulkan apakah peserta mencapai tujuan pembelajaran atau tidak.

2.2.3 Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan

Dalam tahap ini semua program pelatihan, dokumen, dan bahan evaluasi direvisi, ditulis, atau diproduksi ulang. Pada saat mengadakan manual pelatihan, bahan dan alat bantu pelatihan, perlu dilakukan evaluasi untuk menentukan efektivitas, efisiensi biaya, dan kelayakterapanya terhadap kebutuhan pelatihan.

Pengembangan dapat berarti menggunakan bahan atau merevisi bahan lain yang sudah ada, atau membuat bahan baru. Bahan dari organisasi atau fasilitas lain yang memiliki tugas dan fungsi serupa seringkali dapat membuat tugas pengembangan relatif mudah dan lebih efisien. Kadar formalitas dan kerumitan bahan pelatihan dipengaruhi oleh kadar kerumitan dan resiko pekerjaan atau tugas.

Unsur - unsur pengembangan Diklat adalah sebagai berikut:

a. Bahan pelatihan dikembangkan atau dimodifikasikan dengan menggunakan tujuan pembelajaran yang disusun dari analisis informasi yang mencerminkan persyaratan kinerja.

b. Persyaratan review dan persetujuan ditetapkan dan dilaksanakan sebelum semua bahan pelatihan digunakan


(40)

c. Bahan pelatihan dikembangkan dengan pedoman dan struktur yang menjamin adanya konsistensi presentasi dan evaluasi

d. Pengembangan bahan pelatihan dilakukan dengan memperhatikan prinsip - prinsip pembelajaran yang lazim ditetapkan bagi orang dewasa.

Produk tahap pengembangan setidaknya mencakup yang berikut: (1) Manual administrative pelatihan (mikro); (2) Pedoman dan bahan evaluasi, (3) Alat bantu pembelajaran, (4) Bahan bagi peserta; (5) Bahan pelatihan dalam pekerjaan; (6) Jadwal pelatihan; (7) Soal ujian; (8) Bahan evaluasi program; dan (9) Sistem dokumentasi pelatihan.

2.2.4 Pelaksanaan Diklat

Selama pelaksanaan, proses pembelajaran dikelola dengan baik dan kadar prestasi peserta dalam mencapai tujuan pelatihan/pembelajaran dinilai. Hasil akhir pelaksanaan pelatihan adalah sejumlah peserta yang terlatih. Peserta yang memenuhi persyaratan selama proses pelatihan telah memiliki seperangkat kompetensi yang akan ditetapkan di tempat kerja mereka. Mereka telah siap menerapkan hasil belajar di tempat kerja masing - masing.


(41)

Unsur - unsur pelaksanaan mencakup hal berikut:

a. Pelatihan dilaksanakan sesuai dengan bahan dan prosedur pelatihan yang disetujui.

b. Kegiatan pelatihan mendorong partisipasi peserta secara langsung dalam proses pembelajaran.

c. Instruktur menggunakan metode fasilitasi pembelajaran yang sesuai dengan isi dan tujuan pelatihan.

d. Penguasaan peserta atas tujuan pelatihan dievaluasi dengan menggunakan sarana yang sesuai. Sarana itu dapat berupa ujian, baik berbentuk tertulis atau lisan, ujian performa, kuis, permaianan peran, studi kasus, dan atau latihan kelompok.

Produk pelaksanaan diklat dapat mencakup hal berikut: a. Jadwal Pelatihan

b. Dokumen peserta

c. Catatan evaluasi dalam pelatihan: program, penyelenggaraan, instruktur, dan peserta (hasil belajar).

d. Daftar peserta yang terlatih

2.2.5 Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan

Kegiatan pelatihan pada dasarnya untuk menyiapkan sumber daya yang kompeten supaya dapat bekerja secara efektif dan efisien sesuai dengan standar kompetensi yang diinginkan. Semua aspek pelatihan perlu dievaluasi secara


(42)

berkala untuk menentukan efektivitasnya. Perubahan yang terjadi sebagai hasil dari proses evaluasi itu harus terdokumentasi dengan baik.

Agar program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan efektif maka program tersebut harus merupakan suatu solusi yang tepat bagi permasalahan perusahaan, yaitu bahwa pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan. Peningkatkan usaha belajar, para pegawai harus menyadari perlunya memperoleh informasi yang baru atau memperoleh ketrampilan baru dan berkeinginan untuk belajar hendaknya tetap dapat dipertahankan.

Dessler (2006: 85) mengemukakan mengenai evaluasi sebagai berikut: Terdapat dua masalah dasar yang harus dikemukakan bila mengevaluasi sebuah program pendidikan dan pelatihan. Pertama adalah rancangan dari telaah evaluasi dan terutama apakah eksperimentasi terkendali yang akan digunakan. Kedua adalah efek latihan yang dapat diukur. Eksperimen terkendali adalah metode terbaik untuk digunakan dalam mengevaluasi sebuah program pelatihan untuk menguji efektivitas sebuah program pelatihan, yang lebih disukai adalah dengan tes sebelum dan sesudahnya.

2.2.5.1 Metode Evaluasi Diklat

Ada sejumlah kegiatan evaluasi yang menyediakan informasi tentang efektivitas program pelatihan. Kegiatan yang umum digunakan adalah sebagai berikut:

a. Evaluasi dalam pelatihan b. Evaluasi fasilitasi pelatihan c. Evaluasi pasca pelatihan


(43)

d. Tindakan perubahan

e. Evaluasi komprehensif program pelatihan.

2.2.5.2 Produk Evaluasi

Menurut Produk yang umumnya dihasilkan dari evaluasi pelatihan adalah sebagai berikut:

a. Dokumen hasil evaluasi b. Dokumen tindakan perbaikan c. Data analisis yang dimuktahirkan

d. Bahan pelatihan yang akurat dan mutakhir. Sumber Pusdiklat Pegawai Depdiknas (2003: 45)

2.3 Strategi Pendidikan dan Pelatihan

Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan adalah ketepatan penggunaan strategi atau teknik pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Akan tetapi, pemilihan strategi bukan pekerjaan yang mudah karena tidak ada strategi yang tepat untuk berbagai situasi. Penggunaan strategi pendidikan dan pelatihan bergantung waktu, tempat, bahan, dan peserta pendidikan dan pelatihan.

Zaltman dalam Krisna (2007) menyebutkan empat strategi pendidikan dan pelatihan, yakni strategi fasilitatif, reedukatif, persuasif (bujukan), dan strategi paksaan. Dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan perlu diperhatikan hubungan antara pelatih dan peserta latihan. Hubungan di antara keduanya dapat berupa hubungan interaktif, proaktif, dan reaktif. Hubungan interaktif menunjukkan kerjasama yang harmonis antara pelatih dan peserta, hubungan


(44)

proaktif menunjukkan pelatih lebih berinisiatif, dan hubungan reaktif menunjukkan peserta lebih responsif.

2.4 Pendidikan Kepramukaan

Kepramukaan merupakan organisasi pendidikan non formal yang keanggotannya bersifat sukarela, yang dilakukan di luar lingkungan rumah.

Menurut Nugraha (2009: 116) Pendidikan kepramukaan adalah proses pendidikan yang praktis, di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik,menantang, menyenangkan, sehat, teratur dan terarah dengan menerapkan Prinsip Dasar kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya adalah terbentuknya watak kepribadian dan akhlak mulia.

Gerakan Pramuka mendidik kaum muda Indonesia dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia agar menjadi manusia Indonesia yang lebih baik, dan anggota masyarakat Indonesia yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara.

2.5. Prinsip Dasar Kepramukaan

Prinsip dasar kepramukaan sebagai norma hidup anggota gerakan Pramuka. Prinsip dasar kepramukaan menjadi dasar filosofipelaksanaan kode kehormatan Pramuka dalam kehidupan sehari – hari seorang Pramuka, sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, individu dan anggota masyarakat serta lingkungannya.


(45)

Menurut Nugraha (2009: 132) Prinsip dasar kepramukaan sebagai norma hidup sebagai anggota Gerakan Pramuka, ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kepada setiap peserta didik melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadi dengan bantuan para Pembina, sehingga pelaksanaan dan pengalamannya dapat dilakukan dengan inisiatif sendiri, penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggungjawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi.

Prinsip Dasar Kepramukaan meliputi:

a. Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya. c. Peduli terhadap diri pribadi.

d. Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.

Prinsip dasar kepramukaan sebagai norma hidup sebagai anggota Gerakan Pramuka, ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kepada setiap peserta didik melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadi dengan bantuan para Pembina, sehingga pelaksanaan dan pengalamannya dapat dilakukan dengan inisiatif sendiri, penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggungjawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Pada hakekatnya anggota Gerakan Pramuka wajib menerima Prisip Dasar Kepramukaan, dalam arti:

a. Menaati perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhi laranganNya serta beribadah sesuai tata cara dari agama yang dipeluknya.

b. Memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sosial, memperkokoh persatuan, serta menerima kebinekaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.


(46)

c. Memerlukan lingkungan hidup yang bersih dan sehat agar dapat menunjang dan memberikan kenyamanan dan kesejahteraan hidup dan karenanya setiap anggota Gerakan Pramuka wajib peduli terhadap lingkungan hidup dengan cara menjaga, memelihara dan menciptakan kondisi yang lebih baik.

d. Mengakui bahwa manusia tidak hidup sendiri, melainkan hidup bersama berdasarkan prinsip peri-kemanusiaan yang adil dan beradab dengan makhluk lain ciptaan Tuhan, khususnya dengan sesama manusia.

e. Memahami prinsip diri pribadi untuk dikembangkan dengan cerdas guna kepentingan masa depan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2.6 Metode Kepramukaan

Metode Kepramukaan merupakan suatu sistem, yang tiap unsurnya mempunyai fungsi pendidikan yang spesifik dan saling memperkuat serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan Gerakan Pramuka.

Menurut Nugraha (2009: 126) Adalah suatu cara memberikan pendidikan watak kepada peserta didik melalui kegiatan kepramukaan. Pendidikan kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya, meliputi aspek mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik, baik bagi individu maupun sebagai anggota masyarakat maka dibutuhkan suatu Metoda /ketentuan khusus yang kita sebut Metoda Kepramukaan.

Metode Kepramukaan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari Prinsip Dasar Kepramukaan yang keterkaitanya keduanya terletak pada pelaksanaan Kode Kehormatan Pramuka. PDK (Prinsip Dasar Kepramukaan) dan MK


(47)

(Metode Kepramukaan ) harus dilaksanakan secara terpadu, keduanya harus berjalan seimbang dan saling melengkapi. Setiap unsur pada Metode Kepramukaan merupakan subsistem tersendiri yang memiliki fungsi pendidikan spesifik, yang secara bersama-sama dan keseluruhan saling memperkuat dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan kepramukaan.

Metode kepramukaan merupakan salah satu cara belajar interaktif progresif melalui:

a. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka. b. Belajar sambil melakukan.

c. Sistem beregu.

d. Kegiatan yang menantang dan menarik serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda.

e. Kegiatan di alam terbuka.

f. Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan. g. Sistem tanda kecakapan.

h. Sistem satuan terpisah untuk putra dan untuk putri. i. Kiasan dasar.

Pasal 21 Undang - Undang Gerakan Pramuka Tahun 2010

Ayat 1 Pusat pendidikan dan pelatihan kepramukaan, merupakan bagian integral dari kwartir yang mempunyai tugas pokok dan fungsi menyelenggarakan


(48)

pendidikan dan pelatihan anggota gerakan pramuka, melakukan evaluasi kurikulum pendidikan kepramukaan, sertifikasi kompetensi tenaga pendidik.

Ayat 2 Pusat pendidikan dan pelatihan kepramukaan berada di tingkat cabang, daerah, dan nasional.

2.7 Hasil Penelitian Terdahulu

Menurut Nurhalis (2007) Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja Pegawai Badan Diklat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, hasil analisis deskriptif jawaban responden menunjukan manfaat pendidikan dan pelatihan yang telah diikuti sangat bermanfaat bagi pegawai, hendaknya pendidikan dan pelatihan yang bersifat teknis lebih sering lagi dilakukan untuk meningkatkan kinerja pegawai Badan Diklat Provinsi Nanngroe Aceh Darussalam.

Menurut Eko Agus Alfianto, Bambang Swasto, H. Achmad Sudiro, (2004) Pengaruh Kompensasi dan Pelatihan Terhadap Motivasi Kemampuan dan Kinerja Studi pada Karyawan Bagian Pemimpin Perjalanan Kereta Api PT Kereta Api (Persero) Daerah Operasi VIII Surabaya, hasil analisis deskriptif jawaban responden menunjukan adanya pengaruh pelatihan karyawan terhadap kinerja karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adanya pelatihan akan meningkatkan kemampuan karyawan. Semakin karyawan dilatih, maka akan semakin meningkat kemampuan serta kinerjanya.


(49)

2.8 Kerangka Pikir

Fokus pada penelitian ini adalah pada manajemen Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka di Pusat Pendidikan Dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa. Implementasi Manajemen Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Kabupaten Lampung Selatan, dilihat dari sisi manajemen diklat untuk mencapai tujuan penyelenggaraan Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kwartir Cabang Kabupaten Lampung Selatan adalah mendidik dan melatih anggota dewasa dan anggota Muda dengan metode Kepramukaan merupakan input dari kegiatan Pendidikan dan Pelatihan melalui. Sementara proses kegiatan manajemen Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan oleh Pusdiklatcab Raja Basa berupa rangkaian kegiatan Diklat yang terdiri dari kegiatan menganalisis kebutuhan Diklat, Mendisain kegiatan Diklat, mengembangkan kegiatan Diklat, pelaksanaan kegiatan Diklat dan diakhiri dengan kegiatan mengevaluasi kegiatan Diklat.

Pembina Pramuka, Majelis Pembimbing (anggota Dewasa) dan Peserta Didik yang terdiri dari Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega ( Anggota Muda) yang akan diproses untuk mencapai tujuan Diklat yaitu anggota dewasa dan anggota muda yang mampu menerapkan kode etik Pramuka dan Prinsip Dasar Kepramukaan dilingkungan pengabdiannya. Undang Undang Gerakan Pramuka Tahun 2010 pasal 21 merupakan payung hukum pelaksanaan Diklat yang diselenggarakan di lingkungan Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka


(50)

Raja Basa. Stake Holder yang terdiri dari Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung Selatan, Ketua Majelis Pembimbing Cabang, Ranting dan Gugus Depan di Wilayah Kwarcab Lampung Selatan, Masyarakat luas, Kepala Dinas Pendidikan, dan Kepala Dinas Pemuda Dan Olah Raga Kabupaten Lampung Selatan mendukung pelaksanaan kegiatan Diklat yang dilaksanakan di Pusdiklatcab Raja Basa. Dukungan Stakeholder dalam pelaksanaan Diklat berupa dukungan moril dan materiil.

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa

Kwartir Cabang Kabupaten Lampung Selatan. IN PUT Pembina, Pelatih Pembina, Ka Kwarcab, Kadispora, Kapusdiklatcab, Stakeholder Proses Manajemen Diklat 1. Analisis Kebutuhan Diklat

2. Disain Diklat 3. Pengembangan Diklat

4. Pelaksanaan Diklat 5. Evaluasi Diklat

Out Put dan Out come: 1. Out Put Peserta Diklat yang dinyatakan lulus Diklat

2. Out Come Pembina dan Peserta Didik yang mampu menerapkan kode etik Pramuka dan Prinsip Dasar Kepramukaan di lingkungan pengabdiannya DUKUNGAN STAKEHOLDERS UU Gerakan Pramuka Tahun 2010 Pasal 21


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

Berbagai hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

3.1.Jenis dan Rancangan Penelitian

3.1.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teori fenomenologi, karena ingin mengetahui gambaran yang lengkap tentang manajemen dan latihan Gerakan Pramuka di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Cabang Raja Basa.

Pendekatan penelitian kualitatif dipilih karena dalam pendekatan kualitatif diperlukan pengamatan yang mendalam dengan latar belakang yang alami (natural setting). Sebagaimana diungkapkan Sugiyono (2010:15) bahwa metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitian dilakukan pada kondisi yang alami (natural setting).Penelitian kualitatif memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal).


(52)

Data yang diungkap dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf, dokumen-dokumen dan bukan berupa angka-angka. Obyek penelitian tidak diperlakukan khusus atau dimanipulasi sehingga data yang diperoleh tetap berada pada kondisi alami sebagai salah satu karakteristik penelitian kualitatif.

Moleong (2005:15) lebih luas mengungkapkan tentang penelitian kualitatif fenomenologis dengan rancangan studi kasus menekankan bahwa penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan dan sesuai dengan konteks (holistik kontekstual) serta peneliti berusaha untuk memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu.

Prosedur yang bersifat deskriptif dan induktif akan digunakan dalam rangka mendeskripsikan fenomena secara alami dengan menghadirkan peneliti sebagai instrumen utama pengumpul data dan merupakan salah satu ciri penelitian kualitatif. Jika dikaitkan dengan tujuan penelitian kualitatif kini ingin mencari sekaligus mengungkap makna di balik suatu peristiwa dengan memberikan dasar-dasar pengertian atau pemahaman berdasar alasan-alasan berfikir yang dapat diterima oleh akal sehat.

Berdasarkan berbagai pendapat mengenai pendekatan penelitian, maka dalam rangka memberikan gambaran yang lengkap tentang Manajemen Pendidikan dan Latihan di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Cabang Raja Basa Kwartir Cabang Lampung Selatan, peneliti akan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi.


(53)

3.1.2 Rancangan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian itu untuk memberikan gambaran tentang pengembangan sumberdaya pendidik dan tenaga kependidikan ditinjau dari awal perekrutan sumberdaya pendidik maupun tenaga kependidikan sampai pada tahap pengembangannya. Atas dasar tujuan penelitian yang telah diungkap, maka peneliti akan memilih jenis rancangan yang sesuai yaitu menggunakan rancangan studi kasus.

Rancangan studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi kasus tunggal (single-case studies), yang dilihat dari studi cross sectional yakni berupaya mempersingkat waktu observasinya dengan cara mengobservasi pada beberapa tahap atau tingkatan perkembangan tertentu, dengan harapan dari beberapa tahap atau tingkatan akan diperoleh dan dibuat suatu kesimpulan.

Pemilihan rancangan penelitian menggunakan studi kasus memiliki tujuan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan how dan why dalam mengetahui Manajemen Pendidikan dan Latihan di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Cabang Raja Basa Kwartir Cabang Lampung. Selaras dengan pendapat Yin (2011:1) bahwa studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang merupakan strategi yang cocok jika pertanyaan suatu penelitian adalah bagaimana (how) dan mengapa (why), dan bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diteliti, serta bila penelitiannya hanya berfokus pada fenomena masa kini (kontemporer) di dalam konteks kehidupan nyata.


(54)

Selain hal yang dikemukakan di atas, pemilihan rancangan penelitian studi kasus juga memiliki tujuan agar dapat menyajikan berbagai data dan temuan yang sangat berguna sebagai dasar dalam menentukan latar permasalahan yang akan dijadikan bahan perencanaan, pengelolaan dan penyelenggaraan program secara mendalam, serta dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Moleong (2005:27) menekankan bahwa penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan. Penelitian kualitatif mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif dan lebih mementingkan proses daripada hasil.

3.2 Lokasi penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah kerja Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung Selatan.

3.3 Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti menjadi tolak ukur keberhasilan terhadap beberapa kasus. Peneliti bertindak sebagai instrumen terutama dalam pengumpulan data. Pada penelitian ini peneliti hadir langsung ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan data baik berupa data wawancara dan observasi langsung terhadap objek yang diteliti.


(55)

Pertama peneliti mengadakan observasi awal dengan melakukan wawancara terhadap Kapusdiklatcab Raja Basa Kak Sri Wiyatmi, S.Pd di kantor Kwarcab Gerakan Pramuka Lampung Selatan pada tanggal 2 Juli 2013 untuk meminta keterangan berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa.

Dari hasil observasi awal peneliti menyusun proposal penelitian dan mengadakan konsultasi dengan pembimbing 1 dan pembimbing 2 secara intensif mulai bulan Agustus 2013, dan tanggal 18 Oktober 2013 peneliti mengadakan seminar proposal.

Wawancara mendalam dengan para nara sumber peneliti lakukan mulai tanggal 17 Maret sampai tanggal 21 Maret 2014. Observasi lapangan peneliti lakukan pada kegiatan Kursus Mahir Dasar Pembina Pramuka yang diselenggarakan oleh Yayasan Michael De Roslem PT Astra TDR di SMP N 1 Tanjung Sari pada tanggal 1 April sampai 4 April 2014.

Di samping itu peneliti juga melakukan penelitian ke salah satu Gugus Depan dengan mengadakan observasi kegiatan latihan Pramuka di SD N 5 Sidorejo pada tanggal 19 Maret 2014 sekaligus mengadakan wawancara mendalam dengan para pembina Pramuka di Gugus Depan SD N 5 Sidorejo, output peserta Diklat untuk mengumpulkan data data pendukung berkaitan dengan pelaksanaan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa.


(56)

Setelah data terkumpul penulis mulai menyusun laporan hasil penelitian dan terus berkonsultasi dengan pembimbing 1 dan pembimbing 2, setelah disetujui untuk seminar hasil, peneliti melakukan seminar hasil pada tanggal 2 Oktober 2014. Hal tersebut di atas sesuai apa yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:307) bahwa instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, akan tetapi ketika fokus penelitian menjadi lebih jelas, maka akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.

Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan. Linchon and Guba dalam Sugiyono (2010:110) menyatakan bahwa :

“The instrument of choice in naturalistic inqury is the human. We shall see that other forms of instrumentation may be used in later phases of inquiry, but the human is the initial and continuing mainstay. But if the human instruments has been used extensively in earlier stages of inquiry, so that an instrument can be constructed that is grounded in the data that the human intruments has product”. Instrumen dari pilihan yang natural adalah manusia. Kita harus melihat bahwa bentuk lain dari instrumen mungkin dipergunakan di tahap yang berikutnya dari suatu pemeriksaan, tetapi manusia adalah arus utama awal dan lanjutan. Tetapi kalau instrumen manusia telah dipergunakan secara ekstensif di langkah lebih awal dari pemeriksaan, maka satu instrumen dapat dihaluskan pada data instrumen yang telah memiliki hasil.


(57)

Kehadiran peneliti di lapangan dapat bekerja sama dengan subyek penelitian. Peneliti mampu berinteraksi dengan subyek secara wajar di lapangan, menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada. Hubungan baik antara peneliti dengan subyek sebelum dan selama di lapangan merupakan kunci utama keberhasilan dalam pengumpulan data.

Suharsimi Arikunto dalam Sugiono (2010:112), menyatakan bahwa keuntungan peneliti sebagai instrumen adalah sebagai berikut :

1 Peneliti memiliki daya responsive yang tinggi, mampu merespon sambil memberikan interpretasi terus menerus pada gejala yang dihadapi.

2 Memiliki sifat adaptable, yaitu mampu menyesuaikan diri mengubah taktik atau strategi mengikuti kondisi lapangan yang ada.

3 Memiliki kemampuan untuk memandang objek penelitiannya secara holistik, mengaitkan gejala dengan konteks saat itu, mengaitkan dengan masa lalu dan dengan gejala kondisi yang relevan.

4 Sanggup terus menerus menambah pengetahuan untuk bekal dalam melakukan interpretasi terhadap gejala.

5 Memiliki kemampuan melakukan klarifikasi agar dengan cepat memiliki kemampuan menarik kesimpulan mengarah pada perolehan hasil.

Pelaksanaan penelitian di lapangan, peneliti memperhatikan beberapa hal seperti : (1) peneliti berusaha untuk berperilaku luwes, sederhana dan ramah serta senantiasa berusaha tampil sebaik-baiknya dengan memperhatikan sikap dan perilaku, serta tidak menonjolkan diri, (2) peneliti menghormati etika pergaulan yang sudah terbangun, mengikuti peraturan dan ketentuan yang berlaku serta berusaha menyesuaikan diri dengan kebiasaan subyek penelitian, (3) peneliti berusaha meleburkan diri ke dalam situasi subyek dengan bergaul sewajar mungkin agar informan dapat terbuka dalam memberikan informasi maupun jawaban pada saat wawancara dan pengamatan, sehingga data yang diperlukan


(58)

dapat diperoleh dengan sebaik-baiknya dan lancar, dan (4) karena keterbatasan peneliti di lapangan memerlukan instrumen bantu yang dapat dipergunakan dalam penelitian .

3.4Sumber Data Penelitian

Milles dan Huberman (2006 :12) menyatakan bahwa sumber data dalam penelitian ini adalah manusia dan bukan manusia. Manusia sebagai sumber data merupakan informan, yaitu pelaku utama dan bukan pelaku utama. Pelaku utama yaitu staff Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung Selatan sebanyak dua orang, seluruh jajaran Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Lampung Selatan, sebanyak lima orang, pembina Pramuka lima orang, Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Lampung Selatan, dan masyarakat dua orang.

Adapun sumber data bukan manusia berupa kegiatan manajemen, sarana dan prasarana serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penyelenggaraan diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kabupaten Lampung Selatan.

3.5Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2010:118) menyatakan bahwa penelitian kualitatif secara umum terdapat macam tehnik pengumpulan data, yaitu data dapat dikumpulkan melalui tehnik; (1) pengamatan atau observasi (2) wawancara,dan (3) dokumentasi berupa


(59)

dokumen - dokumen yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan Diklat dan dokumentasi foto - foto kegiatan pelaksanaan Diklat, sedangkan dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah :

3.5.1 Pengamatan atau observasi

Dalam penelitian ini peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian berupa kegiatan pelaksanaan penyelenggaraan Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa Kabupaten Lampung Selatan, pengamatan ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh dari responden.

Lincolin dan Guba dalam Sugiono (2010: 122) menyatakan bahwa peneliti melakukan pengamatan atau obervasi dalam pengumpulan data, dengan alasan : (a) teknik pengamatan didasarkan atas pengamatan langsung yang ampuh untuk mengetes kebenaran, (b) teknik pengamatan memungkinkan melihat, mengamati dan mencatat peristiwa atau kejadian yang sebenarnya, (c) dalam pengamatan dimungkinkan untuk mencatat peristiwa dalam situasi berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun yang langsung diperoleh data, (d) dapat dipakai untuk mengecek kepercayaan data yang sekiranya meragukan, (e) memungkinkan peneliti mampu memahami situasi yang rumit atau perilaku yang kompleks, (f) dapat dijadikan alat yang bermanfaat untuk kasus-kasus tertentu dimana komunikasi lain tidak memungkinkan, misalnya mengamati perilaku orang. Pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan berperan


(1)

129

mengimplementasikan hasil Diklat di Gugus Depannya masing masing sesuai dengan tujuan diklat yang diharapkan.

5.2.2 Instrumen pengukuran ketercapaian penyelenggaraan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa sudah baik, tetapi sebaiknya dilengkapi juga instrumen hasil pasca Diklat berupa instrumen pendataan peserta untuk mendapatkan narakarya 1 maupun narakarya 2.

5.2.3 Patokan ketercapaian penyelenggaraan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa hendaknya melibatkan seluruh pihak pihak terkait baik pihak interen Pusdiklatcab Raja basa dan pihak diluar Pusdiklatcab Raja Basa, karena pihak eksteren yang lebih mengetahui hasil kompetensi peserta pasca diklat di masyarakat.

5.2.4 Dukungan dari Stakeholders sudah bagus dalam pelaksanaan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa, hendaknya Pusdiklatcab Raja Basa lebih

membangun kerjasama lagi dengan instansi instansi lain yang belum terjalin selama ini.

5.3 Saran

Kegiatan Implementasi Manajemen Pendidikan dan Latihan di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa, sudah berjalan dengan baik, hal ini merupakan langkah yang tepat untuk mencapai visi dan misi Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa pada khususnya dan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung Selatan pada umumnya, dengan Manajemen


(2)

130

Pendidikan dan Latihan di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa berjalan dengan baik sehingga bisa mengoptimalkan pencapaian program Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa. Yaitu menghasilkan lulusan peserta Diklat yang mampu mengimplementasikan hasil yang diperoleh dari Diklat di lingkungannya. Untuk mencapai hasil yang maksimal sudah semestinya Pusdiklatcab melaksanakan Manajemen pelaksanaan Diklat dengan baik.. Untuk menunjang kegiatan Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka cabang Raja Basa juga diperlukan komitmen dan dukungan dari stakeholders. Sehubungan dengan ini maka disarankan oleh peneliti sebagai berikut:

5.3.1 Bagi Pusat Pendidikan Dan Latihan Cabang Raja Basa

5.3.1.1 Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa hendaknya tetap melibatkan dan menjalin dengan baik dengan seluruh pengurus Pusdiklatcab Raja Basa, Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung Selatan dan stakeholders dalam menganalisis kebutuhan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa.

5.3.1.2 Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa hendaknya selalu berinovasi untuk mendisain kegiatan Diklat supaya sasaran kegiatan Diklat yang diselenggarakan Pusdiklatcab Raja Basa tepat sasaran.

5.3.1.3 Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa hendaknya Menggunakan hasil eavaluasi kegiatan Diklat sebelumnya sebagai acuan dalam mengembangkan kegiatan Diklat di masa yang akan


(3)

131

datang.

5.3.1.4 Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa melaksanakan kegiatan Diklat hendaknya berpatokan dengan program sudah digariskan dalam program kegiatan.

5.3.1.5 Hasil Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan Diklat hendaknya dijadikan acuan untuk mengambil kebijakan untuk melaksanakan Diklat

dikemudian hari, dan perlu diadakan penekanan kegiatan pendampingan kegiatan pasca Diklat terutama Diklat KMD dan KML.

5.3.2 Bagi Pelatih Pembina

Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu menunjukkan perkembangan yang pesat, maka pelatih pembina sebagai ujung tombak dalam penyampai materi dalam kegiatan Diklat di Pusdiklatcab Raja Basa hendaknya selalu mengikuti perkembangan yang terjadi, meningkatkan kemampuan, dan selalu mengkaji kembali program Diklat agar senantiasa relevan dengan perkembangan jaman.

5.3.3 Bagi Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Lampung Selatan

Kerajasama yang sudah terjalin baik dengan Pusat pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Raja Basa hendaknya tetap dipertahankan. untuk lebih meningkatkan fungsi dan perannya sebagai mitra Pusat Pendidikan dan Latihan gerakan Pramuka Raja agar tercapai tujuan penyelenggaraan Diklat sehingga mendapatkan out come yang kompeten untuk mengabdikan dirinya dilingkungan masyarakat.


(4)

132

5.3.4 Bagi Masyarakat

Hendaknya masyarakat lebih aktif lagi untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Diklat yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka cabang Raja Basa.

5.3.5 Bagi Majelis Pembimbing Cabang Gerakan Pramuka Lampung Selatan

5.3.5.1 Majelis Pembimbing Cabang Gerakan Pramuka Lampung Selatanhendaknya mengeluarkan kebijakan yang berkenaan dengan pelaksanaan Diklat di Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka cabang Raja Basa sehingga lebih banyak kegiatan Diklat yang terselenggara.

5.3.5.2 Majelis Pembimbing Cabang Gerakan Pramuka Lampung hendaknya

mendorong Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka Cabang Raja Basa melaksanakan Pendidikan dan latihan dan lebih meningkatkan mutu pelaksanaan Pendidikan dan latihan di lingkungan Pusat Pendidikan dan Latihan Gerakan Pramuka cabang Raja Basa.


(5)

133

133 DAFTAR PUSTAKA

Bogdan, R.C & Biklen, S.K.B. 1998. Cualitative Research for Education to Theory and Methods. Allyin and Bacon, inc. Boston.

Brown, H.D. (1994). Principles of Language Learning and Teaching. London: Prentice-Hall, Inc.

Davies, L.K. 1981. Instructional Technique. New York: McGraw-Hill.

Guba, E and Lincoln. 1985. Effective Evaluation. Jossey Bass Publisher, San Fransisco U.S.A.

Krisna. 2007. Pendidikan dan Latihan. http://sdm-teori.blogspot.com. Diakses Tanggal 5 Oktober 2013

Milles, BM & Huberman, A.M. 1992. Analisis Kualitatif. Penerjemah Rohadi. Jakarta: RT Universitas Indonesia.

Mulyono,MA,2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Ar – Ruzz Media, Yogyakarta

Moleong, Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Nugraha. 2009. Panduan Lengkap Pramuka. Pustaka Mahardika, Jakarta

Notoatmodjo. 2009. Pengembangan Manajemen Sumber Daya manusia. Rineka Cipta, Jakarta

Patton Q, Michael. 2006. Metode Evaluasi Kualitatif. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Pusdiklat Pegawai Depdiknas 2003. Prinsip Prinsip Manajemen Pelatihan. Depok Sonhaji, Ahmad. 2004. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Universitas Negeri

Malang, Malang.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D). C.V. Alfabeta, Bandung.


(6)

134

134 Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Pengembangan Sumberdaya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana, D. 2007. Sistem Dan Manjemen Pelatihan Teori dan Aplikasi. Bandung. Syarif, Rusli. 2001 Teknik Manajemen Latihan dan Pembinaan. Bandung: Angkasa. UU Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, Jakarta 2010

Yin, Robert, K. 2011. Studi Kasus Desain dan Metode. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta