PENGANTAR HUKUM PRANATA PEMBANGUNAN

PENGANTAR HUKUM PRANATA PEMBANGUNAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
HUKUM adalah peraturan atau adat yg secara resmi dianggap mengikat, yg dikukuhkan oleh penguasa
atau pemerintah dan hukum adalah undang-undang, peraturan, dsb untuk mengatur pergaulan hidup
masyarakat.
PRANATA adalah sistem tingkah laku sosial yg bersifat resmi serta adat-istiadat dan norma yg mengatur
tingkah laku itu, dan seluruh perlengkapannya guna memenuhi berbagai kompleks kebutuhan manusia dl
masyarakat atau institusi.
PEMBANGUNAN adalah perubahan individu/kelompok dalam kerangka mewujudkan peningkatan
kesejahteraan hidup.
Jadi dapat di artikan bahwa hukum pranata pembangunan adalah suatu peraturan perundang undangan yang mengatur suatu sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi yang di miliki oleh
kelompok ataupun individu dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan hidup bersama.
Kegiatan pembangunan memiliki empat unsur pokok, adalah manusia, kekayaan alam, modal, dan
teknologi. Pembangunan sebagai suatu sistem yang kompleks mengalami proses perubahan dari yang
sederhana sampai dengan yang rumit/kompleks. Proses perubahan tersebut mengalami perkembangan
perubahan cara pandang, beberapa cara pandang tersebut adalah pertumbuhan, perubahan strukutr,
ketergantungan, pendekatan sistem, dan penguasaan teknologi.
Pranata Pembangunan Bidang Arsitektur merupakan interaksi/hubungan antar individu/kelompok
dalam kumpulan dalam kerangka mewujudkan lingkungan binaan.Interaksi ini didasarkan hubungan
kontrak. Analogi dari pemahaman tersebut dalam kegiatan yang lebih detil adalah interaksi antar
pemilik/perancang/pelaksana dalam rangka mewujudkan ruang/bangunan untuk memenuhi kebutuhan

bermukim. Dalam kegiatannya didasarkan hubungan kontrak, dan untuk mengukur hasilnya dapat diukur
melalui kriteria barang public.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum
http://archi-tere.blogspot.com/2011/09/hukum-pranata-pembangunan-di-indonesia.html

STRUKTUR HUKUM PRANATA PEMBANGUNAN

Struktur Hukum Pranata di Indonesia :
1. Legislatif (MPR-DPR), pembuat produk hukum
2. Eksekutif (Presiden-pemerintahan), pelaksana perUU yg dibantu oleh Kepolisian (POLRI)
selaku institusi yg berwenang melakukan penyidikan; JAKSA yg melakukan penuntutan
3. Yudikatif (MA-MK) sebagai lembaga penegak keadilan
Mahkamah Agung (MA) beserta Pengadilan Tinggi (PT) & Pengadilan Negeri (PN) se-Indonesia
mengadili perkara yg kasuistik; Sedangkan Mahkamah Konstitusi (MK) mengadili perkara
peraturan PerUU
4. Lawyer, pihak yg mewakili klien utk berperkara di pengadilan, dsb.

KONTRAK KERJA ANTARA ARSITEK DAN KLIEN

Sebelum kita mendesain/merancang bangunan sebelum nya kita harus mensetujui kontrak kerja
antara arsitek dan klien,dengan cara pertemuan langsung dengan klien Membicarakan secara
langsung semua keinginan client, dan memberi masukan, maupun pertimbangan tentang
keinginan client, setelah dianggap OK. Dan setelah itu masuk ke bagian perjanjian pembayaran
dan lain-lain. Setelah antara arsitek dan klient setuju maka masuk ke perjanjian hubungan kerja
antara arsitek dan clien yaitu sebagai berikut.
Contoh kontrak kerja Rumah tinggal
1.Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah : LINGKUP PEKERJAAN POKOK yang
terdiri dari (Rincian Pekerjaan dapat dilihat pada Aturan Main antara Arsitek dan Pemberi Tugas
yang dilampirkan) :
a. Tahap Konsepsi & Perancangan
b. Tahap Rancangan Pelaksanaan
c. Tahap Pembuatan Dokumen Pelaksanaan / Gambar Kerja
dari Rumah Tinggal dengan lokasi lahan (tapak) di Jalan ............... seluas ........... m2 (copy
gambar lokasi tapak terlampir)
2.Batas Waktu Penugasan
1. Untuk mengetahui perkiraan waktu penugasan, maka perlu diketahui lebih dahulu perkiraan
luas bangunan rumah yang diinginkan Pemberi Tugas. Berdasarkan permintaan program ruang
dalam Rumah dari pihak Pemberi Tugas, adalah :



6 Kamar Tidur (1 Kamar Tidur Utama, 1 Kamar Tidur Tamu, 3 Kamar Tidur
Anak, 1 Kamar Pembantu)



Ruang Tamu



Ruang Makan



Ruang Keluarga



3 Kamar Mandi / WC




Ruang Santai / Perpustakaan



Dapur / Pantry

Adapun Ruang dalam yang di usulkan Arsitek adalah :


Kamar Mandi / WC Pembantu

Dari Program Ruang tersebut, maka dapat diperkirakan (bisa kurang, bisa lebih setelah desain
disetujui Pemberi Tugas dan ditetapkan) seluas 120 m2 (seratus dua puluh meter persegi), maka
Perkiraan waktu Penugasan adalah :
a. Tahap Konsepsi & Perancangan
1 jam x 120 = 120 jam / 7 jam = ~17 hari kerja (dihitung dari mulai berlakunya perjanjian
pada Tahap Konsepsi & Perancangan ini)

b. Tahap Rancangan Pelaksanaan
¾ jam x 120 = 90 jam / 7 jam = ~ 13 hari kerja (dihitung mulai dari berlakunya perjanjian
pada Tahap Rancangan Pelaksana ini)
c. Tahap Pembuatan Dokumen Pelaksanaan / Gambar Kerja
¾ jam x 120 = 90 jam / 7 jam = ~ 13 hari kerja (dihitung mulai dari berlakunya perjanjian
pada Tahap Pembuatan Dokumen Pelaksanaan / Gambar Kerja ini)
2. Hari Kerja adalah hari-hari kerja yang tidak termasuk hari libur mingguan dan hari-hari libur
sesuai kesepakatan Pihak Pemberi Tugas dan Pihak Arsitek.
3.Imbalan Jasa
Imbalan jasa di hitung berdasarkan prosentase (3%) dari Rencana Anggaran Biaya.
Berdasarkan informasi dari saudara sepupu Arsitek sendiri, yaitu Bapak Ir. Iwan Haryadji
Satyawan (Arsitek berdomisili di ..........) dan diperkuat oleh adiknya Bapak Ir. Denny Sadhana
(Arsitek berdomisili di ..........) bahwa, biaya bangunan rumah tinggal di daerah ............. dan
sekitarnya pada tahun ini (2010, dan apabila belum mengalami kenaikan) adalah :
a. Rumah murah
sekitar Rp. 2.000.000,-/m2
b. Rumah sedang
sekitar Rp. 2.750.000,-/m2
c. Rumah mewah pakai kayu jati jateng tidak lepas mata sekitar Rp. 3.500.000,-/m2
Dari sini dapat diperkirakan biaya bangunan rumah (Untuk proyek ini Arsitek memakai standar

biaya bangunan rumah murah yaitu : sekitar Rp. 2.000.000,-/m2) :
120 m2 x Rp. 2.000.000,- = Rp 240.000.000.- (dua ratus empat puluh juta rupiah)
Total Imbalan Jasa : 3 % x Rp 240.000.000.- = Rp. 7.200.000,Adapun prosentase bagian-bagian tahap pekerjaan mengacu kepada Buku Pedoman Hubungan
Kerja Antara Arsitek dan Pemberi Tugas 1991 yang di terbitkan IKATAN ARSITEK
INDONESIA.(yang sketsarumah.com lakukan dengan huruf tercetak tebal / bold) :
1. Tahap Konsepsi (10 %)
2. Tahap (Pra) Perancangan (15 %)
3. Tahap Rancangan Pelaksanaan (30 %)
4. Tahap Pembuatan Dokumen Pelaksanaan / Gambar Kerja (32,5 %)
5. Tahap Pelelangan (2,5 %)
6.Tahap Pengawasan Berkala (10 %)
a. Tahap Konsepsi & Perancangan (10%+15%=25%) x Rp 7.200.000,atau 120m2 x Rp.15.000,-/m2 = Rp.1.800.000,b. Tahap Rancangan Pelaksanaan (30%) x Rp 7.200.000,atau 120m2 x Rp 18.000,-/m2 = Rp. 2.160.000,c. Tahap Pembuatan Dokumen Pelaksanaan / Gambar Kerja (32,5%) x Rp 7.200.000,atau 120m2 x Rp 19.500,-/m2 = Rp 2.340.000,TOTAL (87,5%)
= Rp 6.300.000,-

4.Cara Pembayaran
Cara pembayaran Imbalan Jasa adalah sesuai dengan yang tertulis pada Aturan Main Hubungan
Kerja antara Pemberi Tugas dan Arsitek, yaitu :
a. Imbalan Jasa dilakukan selambat-lambatnya 7 hari setelah perjanjian tertulis dikirim kepada
Pemberi Tugas atau tahap pekerjaan sebelumnya telah disetujui oleh Pemberi Tugas.
b. Jika melewati batas 7 hari tidak dilakukan pembayaran maka hubungan kerja pada tahap

bersangkutan dianggap ditunda sampai Pemberi Tugas melakukan pembayaran.
c. Jika melewati batas 28 hari tidak dilakukan pembayaran maka hubungan kerja pada tahap
bersangkutan dianggap batal.
d. Cara Pembayaran adalah melalui transfer Rekening Bank, atau cash

5.Waktu Mulai Berlaku Perjanjian
Perjanjian pada setiap Tahap Pekerjaan berlaku ketika Pemberi Tugas telah menyelesaikan
Imbalan Jasa pada Tahap Pekerjaan yang bersangkutan dan Arsitek telah mengkonfirmasi bahwa
Arsitek telah menerima pambayaran tersebut.
6.Lain-lain
a. Dengan disetujuinya Surat Perjanjian ini, maka dengan sendirinya disetujui pula Aturan
Main yang telah dilampirkan.
b. Bila ada hal-hal yang belum ditetapkan dalam perjanjian ini, maka dapat di musyawarahkan
kembali antara Arsitek dan Pemberi Tugas.
Adapun fungsi dari pembuatan surat kontrak kerja adalah untuk, melindungi kedua belah pihak
sehingga masing-masing mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya. Diharapkan, jasa
arsitek dapat dilindungi dengan adanya surat kontrak kerja yang menyertai.

Undang-Undang dan Peraturan Pembangunan Nasional
1.TATA HUKUM KEBIJAKAN NEGARA

Tata Hukum berasal dari bahasa Belanda, ” recht orde “ ialah susunan hukum, yang artinya
memberikan tempat sebenarnya kepada hukum, yaitu dengan menyusun lebih baik, dan tertib
aturan hukum – aturan hukum dalam pergaulan hidup sehari-hari.
Dalam Tata Hukum, ada aturan hukum yang berlaku, pada saat tertentu, yang disebut hukum
Positif atau Ius Constitutum, aturan-aturan hukum yang berlaku tersebut dinamakan rech, atau
Hukum.
Perlu diingat bahwa manusia selalu berkembang, sehingga rasionya berjalan sesuai dengan rasa
adil yang dibutuhkan dalam perkembangan masyarakat saat itu, oleh karena itu, ketentuanketentuan hukum yang berlaku sebagai hukum positif juga akan berkembang sesuai dengan
tujuannya.
Berarti hukum positif pun akan mengalami perubahan dan berkembang sebagaimana aturan
hukum yang dibutuhkan oleh masyarakat .
Suatu ketentuan hukum, seperti hukum positif, yang tidak sesuai dengan kebutuhan, wajib
diganti dengan ketentuan hukum sejenis yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat itu.
Hukum pengganti yang semula sebagai Ius Constituendum wajib berdasarkan hukum
masyarakat . Hal itu supaya kelak menjadi Ius Constitutum (Hukum Positif), aturan hukum yang
lama, yang semula sebagai hukum positif tidak berlaku lagi, sementara itu hukum yang baru
menjadi hukum positif , baik hukum yang lama (recht) atau hukum yang baru sebagai pengganti
hukum yang lama (Positif recht) kedua-duanya merupakan Tata Hukum atau Orden Recht.
Kebijakan negara diperuntukkan untuk kepentingan negara. Contoh: kebijakan moneter
negara, kebijakan luar negeri, dll. Menurut James E Anderson ( dalam Islamy,2004 :

19) kebijaksanaan negaraadalah kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dikembangkan oleh badanbadan dan pejabat-pejabat pemerintah.
Implikasi dari pengertian kebijakan negara tersebut adalah :1) Bahwa kebijakan negara itu
sesalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan-tindakan yang berorientasi pada
tujuan; 2) Bahwa kebijaksanaan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat
pemerintah; 3) Bahwa kebijaksanaan itu adalah merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh
pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang pemerintah bermaksud akan melakukan sesuatu atau
menyatakan akan melakukan sesuatu; 4) Bahwa kebijaksanaan negara itu bisa bersifat positif

dalam arti merupakan beberapa bentuk tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentu,
atau bersifat negatif dalamartimerupakan keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan
sesuatu; dan 5) Bahwa kebijaksanaan pemerintah setidak-tidaknya dalamarti yang positif
didasarkan atau selalu dilandasi pada peraturan-peraturanperundangan yang bersifat memaksa
(otoritarif).

2. PERATURAN PEMERINTAH DAN PERATURAN DAERAH
Peraturan Pemerintah (disingkat PP) adalah Peraturan Perundang-undangan di Indonesia yang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Materi
muatan Peraturan Pemerintah adalah materi untuk menjalankan Undang-Undang. Di dalam UU
No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dinyatakan bahwa
Peraturan Pemrintah sebagai aturan organik daripada Undang-Undang menurut hirarkinya tidak

boleh tumpangtindih atau bertolak belakang.
Peraturan Pemerintah ditandatangani oleh Presiden.
Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah (gubernur atau
bupati/wali kota).
Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran
lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan Daerah terdiri atas:


Peraturan Daerah Provinsi, yang berlaku di provinsi tersebut. Peraturan Daerah Provinsi
dibentuk oleh DPRD Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.



Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, yang berlaku di kabupaten/kota tersebut. Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan persetujuan
bersama Bupati/Walikota. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tidak subordinat terhadap
Peraturan Daerah Provinsi.


Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Peraturan Daerah dikenal dengan istilah Qanun.
Sementara di Provinsi Papua, dikenal istilah Peraturan Daerah Khusus dan Peraturan Daerah
Provinsi.
-Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah
Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) dapat berasal dari DPRD atau kepala daerah
(gubernur, bupati, atau wali kota). Raperda yang disiapkan oleh Kepala Daerah disampaikan
kepada DPRD. Sedangkan Raperda yang disiapkan oleh DPRD disampaikan oleh pimpinan
DPRD kepada Kepala Daerah.
Pembahasan Raperda di DPRD dilakukan oleh DPRD bersama gubernur atau bupati/wali kota.
Pembahasan bersama tersebut melalui tingkat-tingkat pembicaraan, dalam rapat
komisi/panitia/alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani legislasi, dan dalam rapat
paripurna.
Raperda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur atau Bupati/Walikota

disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Gubernur atau Bupati/Walikota untuk disahkan
menjadi Perda, dalam jangka waktu palinglambat 7 hari sejak tanggal persetujuan bersama.
Raperda tersebut disahkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota dengan menandatangani dalam
jangka waktu 30 hari sejak Raperda tersebut disetujui oleh DPRD dan Gubernur atau
Bupati/Walikota. Jika dalam waktu 30 hari sejak Raperda tersebut disetujui bersama tidak
ditandangani oleh Gubernur atau Bupati/Walikota, maka Raperda tersebut sah menjadi Perda dan
wajib diundangkan

3. UNDANG-UNDANG NO.24 TAHUN.1992 TENTANG TATA
RUANG
Menimbang:
a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia dengan letak
dan kedudukan yang strategis sebagai negara kepulauan dengan
keanekaragaman ekosistemnya merupakan sumber daya alam yang
perlu disyukuri, dilindungi, dan dikelola untuk mewujudkan tujuan
pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila;
b. bahwa pengelolaan sumber daya alam yang beraneka ragam di
daratan, di lautan, dan di udara, perlu dilakukan secara terkoordinasi
dan terpadu dengan sumber daya manusia dan sumber daya buatan
dalam pola pembangunan yang berkelanjutan dengan
mengembangkan tata ruang dalam satu kesatuan tata lingkungan
yang dinamis serta tetap memelihara kelestarian kemampuan
lingkungan hidup sesuai dengan pembangunan berwawasan
lingkungan, yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional;
c. bahwa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pemanfaatan ruang belum menampung tuntutan perkembangan
pembangunan, sehingga perlu ditetapkan undang-undang tentang
penataan ruang;
Pasal 1 :
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan
ruang udara sebagai. satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara
kelangsungan hidupnya.
2. Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik
direncanakan maupun tidak.

3. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
4. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
5. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.
6. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budi daya.
7. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
ulama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.
8. Kawasan budi daya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
9. Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
10. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
11. Kawasan tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional
mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan.
Sumber :
mdjum.wordpress.com
id.shvoong.com
id.answers.yahoo.com

wiki/Peraturan_daerah
wiki/Peraturan_pemerintah

4.UNDANG-UNDANG NO.4 TAHUN.1992 TENTANG PEMUKIMAN
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Pokok-pokok Perumahan menjadi UndangUndang Nomor 3 Tahun 1964 sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan, sehingga
perlu diatur kembali ketentuan mengenai perumahan dan permukiman dalam Undang-Undang
yang baru.
Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan yang
sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina serta
dikembangkan demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam pembangunan dan pemilikan, setiap
pembangunan rumah hanya dapat dilakukan di atas tanah yang dimiliki berdasarkan hak-hak atas
tanah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penataan perumahan dan permukiman berlandaskan pada asas manfaat, adil dan merata,
kebersamaan dan kekeluargaan, kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian
lingkungan hidup. Pemerintah melakukan pendataan rumah untuk menyusun kebijaksanaan di
bidang perumahan dan permukiman.
Pemenuhan kebutuhan permukiman diwujudkan melalui pembangunan kawasan permukiman
skala besar yang terencana secara menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap.
Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh badan usaha di bidang pembangunan perumahan
dilakukan hanya di kawasan siap bangun atau di lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri.
Setiap warga negara mempunyai hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk
berperan serta, baik dilakukan secara perseorangan atau dalam bentuk usaha bersama dalam
pembangunan perumahan dan permukiman. Pemerintah dapat menyerahkan sebagian urusan di
bidang perumahan dan permukiman kepada Pemerintah Daerah.
Setiap orang atau badan yang dengan sengaja melanggar ketentuan yang tercantum dalam
Undang-undang dikenakakan sanksi pidana. Jika kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan pidana tidak dipenuhi oleh suatu badan usaha di bidang pembangunan perumahan dan
permukiman, maka izin usaha badan tersebut dicabut.
Sumber :
http://perkim-bappenas.info/index.php?
prm_page_id=1&prm_id=2&prm_type_id=2&prm_parent_id=1&is_view=1&prm_doc_cat_id=
8

http://210.57.222.58/go.php?id=jiptunair-gdl-s2-2004-widyasarim905&width=300&PHPSESSID=fb688e772e96670b5ed82380bb2f43e

KETIDAK PEDULIAN / PELANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Dengan adanya peraturan dan undang-undang pembangunan nasional,
seorang arsitek atau perancang tidak dapat membangun suatu bangunan
dengan bebas. Seorang arsitek harus mengikuti kaedah-kaedah dari
peraturan dan undang-undang yang sudah di putuskan oleh pemerintah,
seperti mengatur fungsi bangunan, mengikuti persyaratan-persyaratan
mendirikan bangunan sesuai tempat dan lokasi nya, yang seperti kita
ketahui di setiap daerah mempunyai peraturan-peraturan pembangunan
yang berbeda-beda.
Tapi realita pada saat ini para Designer/konsultan sudah tidak
memperdulikan semua peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah, para designer sudah terpaku oleh permintaan seorang client
yang menginginkan suatu bangunan yang bagus tanpa memperdulikan
lingkungan sekitar, mereka hanya mempentingkan design yang bagus dan
mewah tanpa memperdulikan fungsi dari bangunan itu.
Akibatnya terjadi suatu kegagalan terhadap bangunan, kegagalan itu

disebabkan oleh faktor kesalahan manusia itu sendiri. Kesalahan manusia itu dapat
diakibatkan dari ketidaktahuan,kesalahan kinerja (kecerobohan dan kelalaian)
keserakahan dan tidak memperdulikan hukum-hukum bangunan yang sudah diatur
oleh pemerintah. Ketidaktahuan dapat diakibatkan dari kurangnya pelatihan,
pendidikan dan pengalaman. Kesalahan kinerja ( kecerobohan dan kelalaian)
termasuk salahnya dalam perhitungan dan tidak terperinci, tidak benar dalam
membaca gambar dan spesifikasi dan cacat konstruksi. Walaupun demikian,
konsultan tersebut harus merencanakan segala sesuatunya dengan baik, sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal juga.
Contoh lain dari pelanggaran pembangunan ialah banyak di kota-kota di Indonesia
pemilik bangunan tidak mempunyai ijin mendirikan pembangunan (IMB), manusia
saat ini sudah tidak memperdulikan izin-izin tersebut akibatnya ialah banyak
mereka yang sesukanya mendirikan bangunan disembarang tempat, akibatnya
tentu saja berdampak ke lingkungan sekitarnya. Dengan begitu Seharusnya
Penegakkan hukum yang adil dan merata bisa membuat para pelanggar hukum jera
dan tidak mendirikan suatu bangunan sesuka hati, dan yang lebih penting ialah
kesadaran dari diri kita sendiri.