Growth and Fekundity Hermetia illucens (Stratiomyidae, Diptera) Fed with Enriched Palm Kernel Meal (PKM)

PERKEMBANGAN DAN FEKUNDITAS SERANGGA
Hermetia illucens (STRATIOMYIDAE, DIPTERA) YANG
DIBERI PAKAN BUNGKIL KELAPA SAWIT YANG
DIPERKAYA

DESI ARDIANTI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

ABSTRAK
DESI ARDIANTI. Perkembangan dan Fekunditas Serangga Hermetia illucens
(Stratiomyidae, Diptera) yang Diberi Pakan Bungkil Kelapa Sawit yang Diperkaya.
Dibimbing oleh TRI HERU WIDARTO dan SAURIN HEM.
Hermetia illucens merupakan serangga kosmopolitan yang hidup didaerah
berbunga dan bukan merupakan serangga hama. Larva serangga ini sangat potensial
sebagai sumber protein pengganti pada pakan ternak ikan yang harganya kian meningkat.
Larva ini biasanya digunakan dalam menkonversi limbah kelapa sawit (Palm Kernel

Meal) yang sekaligus digunakan sebagai pakan. Namun kini harga limbah ini pun terus
meningkat sehingga diperlukan upaya pencarian sumber pakan baru. Selain itu upaya
peningkatan kualitas pakan larva juga diperlukan dengan harapan kandungan nutrisi larva
sebagai pakan ikan juga meningkat. Pada penelitian ini digunakan limbah ikan untuk
memperkaya PKM/PKM enrichment (PKM-e). Dalam penelitian ini akan dikaji apakah
pakan baru (PKM-e) ini lebih baik dari pakan biasa (PKM 100%) dengan melihat
pertumbuhan larva, persentasi terbang imago dari pupa, fekunditas, kualitas telur dan
analisis proksimat. Secara keseluruhan hasil pengamatan menujukkan bahwa PKM-e
lebih baik untuk digunakan sebagai pakan larva H. illucens dibanding dengan PKM
100%. PKM-e kemungkinan besar cocok untuk tujuan produksi massal.

Kata kunci: Hermetia illucens, pakan, PKM, PKM-e, larva

ABSTRACT
DESI ARDIANTI. Growth and Fekundity Hermetia illucens (Stratiomyidae, Diptera)
Fed with Enriched Palm Kernel Meal (PKM). Supervised by TRI HERU WIDARTO
and SAURIN HEM.
Hermetia illucens is a cosmopolitan insect that live around the flowers and not a
pest. Larvae of this insect is very potential as a source of protein substitute in fish feed
which its cost is always increase. The larvae is converting palm oil waste (Palm Kernel

Meal) and used as larvae feed. But now the price of this waste continues to increase so
that the efforts to find new feed sources is needed. In addition that improving the quality
of larvae feed also is needed with hope the nutritional of larvae as feed fish also increase.
The aim of this is to study fish waste is used to enrich PKM / PKM-enrichment (PKM-e).
This research will study whether a new feed (PKM-E) is better than ordinary feed (PKM
100%) by looking at the growth of larvae, imago fly persentation from pupae, fecundity,
egg quality and proximate analysis. Overall, the study showed that PKM-E is better as
larvae feed of H. illucens than PKM 100%. PKM-E might also suitable for mass
production purposes.
Key word: Hermetia illucens, feed, PKM, PKM-e, larvae

PERKEMBANGAN DAN FEKUNDITAS SERANGGA
Hermetia illucens (STRATIOMYIDAE, DIPTERA) YANG
DIBERI PAKAN BUNGKIL KELAPA SAWIT YANG
DIPERKAYA

DESI ARDIANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Judul
Penyusun
NIM

: Perkembangan

dan Fekunditas Serangga Hermetia illucens
(Stratiomyidae, Diptera) yang Diberi Pakan Bungkil Kelapa Sawit
yang Diperkaya

: Desi Ardianti

: G34070056

Menyetujui
Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Tri heru Widarto, M. Sc

Ir. Saurin Hem, DEA

NIP. 19620513 198703 1 002

Mengetahui,
Ketua Departemen

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si
NIP. 19641002 198903 1 002

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Alhamdulillah hirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan
kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Skripsi
yang berjudul “Perkembangan dan Fekunditas Serangga Hermetia illucens
(Stratiomyidae, Diptera) yang Diberi Pakan Bungkil Kelapa Sawit yang Diperkaya”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc selaku dosen pembimbing I
dan Bapak Ir. Saurin Hem, DEA selaku pembimbing II yang telah membimbing,
mengarahkan dan memberi banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsinya serta Bapak Dr. Ir. Tri Atmowidi, M.Si selaku
penguji.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada IRD atas dukungan
finansial dalam penelitian ini, kepada Bapak Drs. I Wayan Subamia, M.Si selaku kepala
BRBIH yang telah memberiklan izin pelaksanaan penelitian, kepada Ibu Emily Devic,
DEA atas saran-saran yang diberikan dan kepada Pak Urip, Mba Irma, Mba ika, dan Pak
Usman yang telah banyak membatu dalam teknis dilapangan. Terima kasih untuk ayah,
ibu, adik dan keluarga besar tercinta atas bantuan, dukungan dan doa yang tulus, kepada
teman-teman biologi 44 dan Do’iers 07-11 atas dukungan semangat dan keceriannya.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi rujukan bagi

semua pihak yang membutuhkannya pada saat ini dan dikemudian hari. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna, sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan.
Bogor, Agustus 2011

Desi Ardianti

Riwayat Hidup
Penulis dilahirkan di Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 04 Juli 1989 dari
ayah Ardizal dan Ibu Yusmayar. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMA 21 Jakarta dan diterima sebagai mahasiswa
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan alam.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa
Tahap Persiapan Bersama (BEM TPB) pada tahun 2007-2008, Badan Pengawas
Himpunan Profesi Himpunan Mahasiswa Biologi (BP HIMPRO HIMABIO) pada tahun
2008-2009 dan Badan Eksekutif Mahasiwa Keluarga Mahasiswa IPB (BEM KM IPB)
pada tahun 2009-2010. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitian dalam maupun luar
organisasi.
Penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar pada tahun 2011.

Penulis berkesempatan melakukan Praktik Lapang di PT. Sea World Indonesia dari bulan
Juli-Agustus 2010 dengan judul Manajemen Pakan Dalam Upaya Penerapan Animal
Welfare di PT. Sea World Indonesia.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................... vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................................ 1
Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 1
BAHAN DAN METODE
Pengamatan Pertumbuhan .......................................................................................... 2
Pengamatan Persentasi Terbang ................................................................................. 2
Pengamatan Fekunditas .............................................................................................. 2
Pengamatan Kualitas Telur ......................................................................................... 3
Analisis Proximate ...................................................................................................... 3
HASIL................................................................................................................................. 3
Pertumbuhan Maggot ................................................................................................. 3

Persentasi Terbang Pupa ............................................................................................. 4
Fekunditas Imago H. illucens ..................................................................................... 4
Kualitas telur............................................................................................................... 4
Kandungan Nutrisi ...................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5
SIMPULAN ........................................................................................................................ 7
SARAN ............................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 7
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 9

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kandungan omega 3 pada maggot dengan pakan PKM 100% dan PKM-e .................... 7
2 Perbandingan nutrisi larva H. illucens dengan pakan PKM-100%, PKM-e dan
tepung ikan. ..................................................................................................................... 7

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Cara memberi makan imago ............................................................................................ 3
2 Metode fekunditas cara 1 ................................................................................................. 3

3 Metode fekunditas cara 2 ................................................................................................. 3
4 Persentasi terbang imago dari pupa pada dua lokasi dengan suhu yang berbeda
berbeda ............................................................................................................................ 4
5 Fekunditas H. illucens pasangan berdasarkan pakan yang diberikan saat larva .............. 4
6 Fekunditas H. illucens secara general berdasarkan pakan yang diberikan saat larva ...... 4
7 Persentasi kualitas telur H. illucens berdasarkan pakan saat larva .................................. 4
8 Kandungan nutrisi maggot H. illucens dengan pakan PKM 100% dan PKM-e .............. 5

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Grafik pertumbuhan maggot siklus 2, 3 dan 4 ............................................................... 10
2 Tabel fekunditas............................................................................................................. 11
3 Grafik hubungan korelasi Panjang dan lebar tubuh H, illucens terhadap jumlah telur
dengan Pakan PKM-e dan PKM 100% saat larva ......................................................... 12
4 Program ImageJ yang Digunakan dalam Penelitian ...................................................... 13

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hermetia illucens (Linnaeus)
dikenal dengan nama “The Black Soldier

Fly” karena warnanya yang hitam legam
saat dewasa. Serangga ini sekilas nampak
seperti lalat biru atau lalat rumah saat
pertama kali melihatnya tapi kedua
spesies ini sangat berbeda (Diclaro &
Kaufman 2009). Serangga ini merupakan
serangga bunga dan bukan golongan hama
karena tidak terdapat di habitat dan makan
manusia (lebih higienis dibanding
serangga lainnya). Larva serangga ini
dapat dimanfaatkan sebagai sumber
protein
bagi ikan dalam budidaya
perikanan (Hem et al. 2008).
Serangga ini tergolong kedalam
serangga kosmopolitan karena terdapat
hampir di seluruh dunia. H. illucens
termasuk ke dalam Kingdom Animalia,
filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo
Diptera, subordo Brachycera dan famili

Stratiomyidae (Hawkinson 2005). H.
illucens termasuk kedalam serangga
holometabola yaitu serangga yang
mengalami metamofosis sempurna (telurlarva-pupa-imago). Metamorfosis ini
dikontrol oleh berbagai hormon meliputi
prothoracicotropic hormone [PPTH] yang
dihasilkan oleh sel neurosecretori di otak,
α-Ecdysone yang dihasilkan oleh kelenjar
prothoracic, dan juvenile hormone yang
dihasilkan oleh corpora allata (Romoser
& Stoffolano 1998).
Siklus hidup H. illucens dimulai
dari telur yang berbentuk oval dengan
panjang kurang dari 1 mm. Telur
diletakkan
oleh
betina
secara
berkelompok dan berlekatan satu sama
lain. Telur berwarna putih pucat dan
berangsur-angsur menguning sampai
waktu tetas tiba. Pada suhu 24 oC telur
menetas menjadi larva setelah ±3 hari
sejak diletakkan. Larva H. illucens
berbentuk lonjong dan berwarna coklat
muda (crem) (Rachmawati 2010). Larva
H. illucens berbentuk oval, pipih,
panjangnya 17-12 mm. Larva yang
berwarna putih lama-kelamaan akan
berubah menjadi coklat kehitaman pada

saat prepupa setelah ±3 minggu atau ±21
hari dan menghitam pada saat pupa
(Tomberlin et al. 2002). Tahap terakhir
adalah imago yang hidup selama ±2
minggu tergantung media tumbuhnya dan
kopulasi terjadi setelah hari kedua keluar
dari pupa. Proses kopulasi dipengaruhi
oleh ukuran kandang dan intensitas
cahaya matahari (Sheppard et al. 2002).
Larva atau magot H. illucens
sangat potensial digunakan sebagai
sumber protein pengganti pada pakan ikan
dan ternak lainnya. Menurut Hem et al.
(2008) dalam penelitiannya di Republik
Guinea, dimana biaya pelet ikan dan
bahan seperti tepung ikan, minyak ikan,
kedelai sangat tinggi sehingga menjadi
kendala yang nyata untuk pengembangan
aquakultur disana. Pemanfaatan larva H.
illucens sebagai sumber protein alternatif
berhasil mengatasi masalah tersebut (Hem
et al. 2008). Pakan ikan alternatif ini bisa
didapatkan dengan harga yang relatif
murah dan efisien. Maggot memiliki
kandungan protein mencapai 42%, lemak
35%, dan kadar air hanya 8% (Sheppard
et al. 1994). Kadar protein yang tinggi
sangat
baik
untuk
mempercepat
pertumbuhan dan meningkatkan daya
tahan terhadap penyakit (Almatsier 2009)
untuk ikan yang mengkonsumsinya.
Indonesia memiliki masalah yang
sama dengan Republik Guinea dan
menghasilkan limbah kelapa sawit
(PKM=Palm Kernel meal) sebagai pakan
larva H. illucens dalam jumlah yang
sangat
besar,
oleh
karena
itu
pengembangan budidaya larva H. illucens
juga telah mulai dicobakan di Indonesia.
Hasilnya
sangat
memuaskan
dan
mendapat apresiasi dari UNESCO sebagai
green bisnis ekonomi
tahun 2010.
Namun, PKM sebagai sumber pakan
utama larva semakin mahal harganya.
Karena itu perlu dicobakan penggunaan
limbah lainnya, seperti ampas tahu, dedak,
ampas kelapa, limbah ikan, dll.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
melihat pengaruh pakan campuran PKM +
sisa ikan terhadap perkembangan telur

2

hingga imago dan fekunditas Hermetia
illucens.

BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan pada
bulan Februari-Juni 2011 dan bertempat
di Institut de Recherche pour le
Développement–Balai Riset Budidaya
Ikan Hias (IRD–BRBIH) Depok.
Penelitian ini menggunakan telur
H. illucens yang nantinya akan
bermetamorfosis
sebagai
serangga
penelitian. Telur H. illucens didapatkan
dari tempat budidayanya di IRD-BRBIH,
Depok. PKM 100% dan PKM+sisa ikan
digunakan sebagai pakan larva serangga
ini. Namun pakan tersebut tidak diberikan
secara langsung, melainkan difermentasi
terlebih dahulu. Fermentasi PKM 100%
dilakukan dengan menggunakan air dan
didiamkan selama ±3 hari. Hal ini
dimaksudkan
untuk
menumbuhkan
mikroorganisme yang dapat membantu
memecah zat-zat yang sulit dicerna oleh
larva H. illucens. Sedangkan untuk sisa
ikan difermentasi dengan asam formiat,
fermentasi sisa ikan ini dimaksudkan
untuk membunuh bakteri yang berbahaya
dan tetap menjaga keberadaan bakteri
baik seperti Lactobacillus sp. dan
Streptococcus sp. serta menghilangkan
bau tidak sedap.
Pengamatan ini dilakukan pada
empat siklus H. illucens (telur-larva-pupaimago).
Pengamatan Pertumbuhan
Pengamatan pertumbuhan dimulai
pada saat telur hingga menjadi pupa.
Telur H. illucens ditimbang sebanyak 0,5
gr (2X), masing-masing diletakkan dalam
alumunium foil dan dimasukkan kedalam
2 baskom plastik yang berisi media.
Wadah berupa baskom plastik diisi media
PKM (Palm Kernel Meal) 100% sebanyak
4 kg. Setelah larva berusia 10 atau 11 hari,
ditambahkan 2 kg PKM 100% (pada
baskom 1) dan 2 kg sisa ikan (pada
baskom 2). Pada baskom 1 ini, secara
keseluruhan disebut sebagai media PKM
100% sedangkan pada baskom 2 disebut

media PKM enrichment (PKM-e). Telur
akan menetas menjadi larva dalam waktu
±3 hari. Panjang, lebar larva diukur
dengan menggunakan program ImageJ
dan ditimbang beratnya setiap hari hingga
ada beberapa yang terbang yaitu sekitar
±30 hari.
Pengamatan Persentasi Terbang
Pupa dari kedua media yang
berbeda diambil masing-masing sebanyak
50 g (6X ulangan) dalam wadah tertutup
kain streamin. Tiga ulangan dari setiap
media akan diletakkan di Laboratorium
IRD dan
tiga ulang lainnya akan
diletakkan didalam kandang. Pengamatan
persentasi terbang pada lokasi yang
berbeda dimaksudkan untuk melihat
pengaruh suhu pada perkembangan pupa.
Suhu di laboratorium hanya berkisar
antara 25⁰-27⁰C, sedangakan suhu dalam
kandang lebih fluktuatif mencapai 30⁰40⁰C. Imago yang keluar dari pupa akan
dilepaskan kedalam kandang setiap
harinya. Jika dalam beberapa hari tidak
ada lagi imago yang keluar dari pupa
maka dianggap bahwa tidak akan ada lagi
imago yang keluar dan itu berarti pupa
siap dihitung. Pupa yang kosong dan
masih berisi akan dihitung untuk
menentukan persentasi terbang setiap
perlakuan.
Pengamatan Fekunditas
Imago yang telah berhasil
terbang/keluar dari pupa diamati mulai
dari sejak keluar dari pupa hingga
mencapai tahap kedewasaan sempurna
(dapat kawin). Pengamatan fekunditas
dilakukan dengan 2 cara. Cara 1 berupa
pengamatan fekunditas dari sepasang H.
illucens dari serangga yang dilepas secara
bersamaan dan cara 2 pengamatan
fekunditas general. Pada pengamatan cara
1, sepasang imago yang sedang kawin
ditangkap dan dipisahkan dalam toples,
diletakkan pula media PKM 100%
sebagai atraktan induk betina untuk
meletakkan telurnya dan daun pisang
dalam toples tersebut sebagai tempat
meletakkan telur, toples ditutup dengan
kain streamin. Kemudian toples diperiksa

3

setiap hari, bila terdapat telur, telur
dikoleksi dalam ependorf + alkohol dan
dihitung jumlah butir telur yang
ditetaskannya. Sedangkan pada cara 2,
media PKM 100% dan daun pisang
diletakkan dalam 6 baskom. Setiap 3
baskom diletakkan pada dua kandang
yang terpisah berdasarkan pakan saat
larvanya.
Kemudian
dilakukan
pemanenan telur setiap Senin, Rabu, dan
Jum’at hingga serangga habis. Hasil
pemanenan telur ditimbang beratnya.
Imago diberi pakan madu dengan cara
disemprotkan dengan alat penyemprot.

Tabung
Alat

Gambar 1 Cara memberi makan imago

Kain Streamin
Daun Pisang kering
PKM 100%
Gambar 2 Metode fekunditas cara 1

Dun pisang kering
dan PKM 100%
Gambar 3 Metode fekunditas cara 2
Pengamatan Kualitas Telur
Hasil pemanenan telur pada
pengamatan fekunditas cara 2 diletakkan
dalam toples plastik yang telah diberi
media PKM. Sepuluh hari kemudian telur
yang telah tumbuh menjadi larva akan
diambil dan hitung dengan menggunakan
metode ekstrapolasi (perkiraan) untuk
menentukan keberhasilan penetasan/
kualitas telur.

Analisis Proksimat
Analisis ini digunakan untuk
mengetahui kandungan nutrisi pada larva
H. illucens dan dilakukan oleh laboran
IRD. Analisis yang dilakukan mencakup
analisis kandungan protein dengan
menggunakan
metode
Kjehdal,
kandungan lemak kasar menggunakan
metode Soxhlet, kandungan serat kasar
menggunakan metode asam-basa, kadar
air
dengan
menggunakan
metode
pengeringan (thermogravimetri) dan kadar
abu dengan melakukan pembakaran dalam
tanur.

HASIL
Dari empat siklus yang diamati,
dua siklus berlangsung tidak sempurna.
Pada siklus 1 telur H. illucens tidak
mencapai tahapan imago (telur-larvapupa), sedangkan pada siklus 2 imagonya
tidak mau melakukan perkawinan (telurlarva-pupa-imago). Pada dua siklus
terakhir berhasil hingga sempurna (telurlarva-pupa-imago-telur).
Pertumbuhan Larva (Maggot)
Pertumbuhan panjang, lebar dan
berat larva menunjukkan hasil tidak
berbeda nyata antara kedua perlakuan
yang ditunjukkan oleh (P=0,76) untuk
panjang; (P=0,70) untuk lebar; (P=0,08)
untuk berat pada siklus 2, (P=0,69) untuk
panjang; (p=0,68) untuk lebar; (P=0,38)
untuk berat pada siklus 3 dan (P=0,80)
untuk panjang; (P=0,90) untuk lebar;
(P=0,90) untuk berat siklus 4. Pada selang
kepercayaan 95% dan suhu media yang
yang hampir sama yaitu berkisar antara
24⁰-25⁰C. Siklus 1 tidak dimasukkan
kedalam hasil karena pada siklus 1 limbah
ikan dicampur dengan PKM 100% sejak
awal sehingga tidak ada mikroorganisme
yang tumbuh untuk memecah zat yang
mengakibatkan larva H. illucens tidak
dapat
hidup
karena
tidak
bisa
mengkonsumsi pakannya. Sedangkan
pada pakan PKM 100% larva tumbuh
dengan baik. Oleh karena itu larva yang
berhasil tumbuh baik ini dibagi ke dalam
2 baskom plastik. Baskom 1 ditambahkan

4

PKM 100% dan baskom 2 ditambahkan
limbah ikan. Dengan ini larva pada kedua
baskom dapat tumbuh dengan baik hingga
mencapai pupa. Saat dibagi dua larva
telah berumur 10 hari. Hal inilah yang
menjadi alasan pemberian limbah ikan
dilakukan pada hari ke 10/11.
Persentasi Terbang Imago dari Pupa
Dari pengamatan ini dapat dibuat
sebuah hipotesa bahwa perbedaan lokasi
yang memiliki suhu berbeda pula cukup
berpengaruh pada persentasi terbang
imago dari pupa (banyaknya serangga
yang keluar dari pupa dalam persen (%))
dengan pakan PKM 100% saat larva yang
mencapai 9,3%. Sedangkan pada pakan
PKM-e saat larva tidak terlalu terlihat
pengaruhnya pada persentasi terbang pupa
yaitu 0,87%.

Gambar 4 Persentasi terbang imago dari
pupa pada dua lokasi dengan
suhu yang berbeda berbeda
Fekunditas Imago H. illucens

Gambar 5 Fekunditas
H.
illucens
pasangan berdasarkan pakan
yang diberikan saat larva

Dari perhitungan telur yang
dihasilkan, diperoleh bahwa fekunditas
imago H. illucens dengan pakan larva
PKM-e lebih baik (Lampiran 2) dengan
rata-rata jumlah telur 310 butir. Selain itu
betina yang berhasil bertelur berjumlah 24
ekor. Sedangkan H. illucens dengan pakan
larva PKM 100% hanya 3 ekor betina
dengan rata-rata 276 butir telur.

Gambar 6 Fekunditas H. illucens secara
general berdasarkan pakan
yang diberikan saat larva
Fekunditas H. illucens yang
dikawinkan dengan cara 2 menunjukkan
perbedaan rata-rata cukup besar antara H.
illucens dengan pakan larva berupa PKM
100% dan PKM-e
yang mencapai
perbedaan 4,53 g. Dimana hasil panen
telur H. illucens dengan pakan larva PKM
100% sebesar 5,41 g dan H. illucens
dengan pakan larva PKM-e sebesar 9,94
g. Panen telur dilakukan sebanyak 5 kali.
Kualitas telur

Gambar 7 Persentasi kualitas telur H.
illucens berdasarkan pakan
saat larva

5

Secara keseluruhan persentasi
telur yang menetas pada H. illucens yang
diberi pakan PKM 100% pada saat larva
lebih tinggi dibanding telur H. illucens
dengan pakan PKM-e pada saat larva.
Perbedaan keduanya mencapai 14,83%.
Kandungan Nutrisi

Gambar 8

Kandungan nutrisi maggot
H. illucens dengan pakan
PKM 100% dan PKM-e
Hasil
analisis
proksimat
menunjukkan bahwa selain protein,
kandungan nutrisi larva dengan pakan
PKM-e lebih unggul dibanding larva
dengan pakan PKM 100% terutama
lemak. Lemak pada larva PKM-e lebih
tinggi sebesar 9,2% sedangkan protein
larva PKM-e lebih rendah 4,62% dari
larva PKM 100%.

PEMBAHASAN
Hermetia illucens merupakan
serangga yang dapat dijadikan sebagai
agen biokonversi limbah. Hem et al.
(2008) menggunakan limbah PKM
sebagai pakan yang akan dikonversi oleh
larva H. illucens untuk memproduksi
telur. PKM memiliki kandungan serat
kasar yang tinggi sehingga mempengaruhi
daya cerna saat larva, oleh karena itu
perlu dilakukan fermentasi PKM untuk
memecah serat-serat tersebut sehingga
bisa lebih mudah dicerna sekaligus
meningkatkan
kandungan nutrisinya
(Hadadi et al. 2007). Fermentasi PKM
tersebut dilakukan dengan bantuan
mikroorganisme
seperti
cendawan

Aspergillus flavus, Geotrichum candidum,
dan Penicillium chrysogenum (Pangestu
2009).
Pengamatan
ini
sebenarnya
dilakukan dalam empat siklus, dimana
siklus 1 dan 2 tidak berhasil mencapai
metamorfosis sempurna dari telur- larvapupa- imago. Siklus pertama telur H.
illucens tidak mencapai tahapan imago.
Hal ini diperkirakan karena suhu yang
terlalu tinggi di dalam kandang (30- 40⁰C)
sehingga
menyebabkan
kepanasan,
dehidrasi dan kematian karena lemas
hingga tak punya cukup energi untuk
keluar dari pupa. Pupa berkembang
menjadi imago dalam waktu 10-14 hari
pada suhu 27-30⁰C (Tomberlin et al.
2002). Sedangkan pada siklus 2 telur H.
illucens berhasil mencapai tahapan imago
namun mereka tidak mau melakukan
kawin. Hal ini mungkin dikarenakan
luasan kandang yang tidak memadai
(panjang 2 m; lebar 1,2 m; tinggi 1,6 m)
untuk mereka melakukan kawin. Menurut
Sheppard et al. 2002 H. illucens dapat
melakukan
kawin
pada
kandang
berukuran 2 - 2 - 4 m yang diletakkan
dalam rumah kaca yang berukuran 7 - 9 5 m dimana cukup sinar matahari dan
ruang untuk terjadinya perkawinan.
Pada
pengamatan
hasil
pertumbuhan,
tak
terlihat
adanya
perbedaaan
yang
nyata
antara
pertumbuhan larva dengan pakan PKM-e
dan larva dengan pakan PKM 100% yang
ditunjukkan oleh (P=0,76) untuk panjang;
(P=0,70) untuk lebar; (P=0,08) untuk
berat pada siklus 2, (P=0,69) untuk
panjang; (p=0,68) untuk lebar; (P=0,38)
untuk berat pada siklus 3 dan (P=0,80)
untuk panjang; (P=0,90) untuk lebar;
(P=0,90) untuk berat pada siklus 4.
Namun demikian sebenarnya perbedaan
itu tetap ada antara larva dengan pakan
PKM 100% dan pakan PKM-e tapi sangat
kecil. Terlihat bahwa pertumbuhan
panjang, lebar dan berat larva yang diberi
pakan PKM-e lebih tinggi secara konstan
pada setiap siklusnya dibandingkan
dengan larva yang diberi pakan PKM
100% (Lampiran 1). Hal ini berhubungan
dengan rendahnya kandungan protein

6

pada larva dengan pakan PKM-e
dibandingkan dengan pakan PKM 100%.
Hal tersebut dikarenakan larva dengan
pakan PKM-e menggunakan lebih banyak
protein untuk pertumbuhan. Salah satu
fungsi
protein
adalah
sebagai
pertumbuhan (Almatsier 2009).
Pada pengamatan fekunditas
pasangan (cara 1), larva dengan pakan
PKM-e menghasilkan imago dengan
fekunditas yang lebih baik. Demikian pula
dengan pengamatan secara general (cara
2) dimana berat total telur yang dihasilkan
dengan pakan PKM-e lebih tinggi
dibandingkan dengan PKM 100%.
Perbedaannya
mencapai
4,53
g.
Perbedaan ini sangatlah besar dalam
jumlah telur H. illucens. Karena
berdasarkan penelitian sebelumnya (Hem,
tidak dipublikasikan) menyatakan bahwa
1 g telur sama dengan ±37000 butir telur.
Hal ini mungkin ada kaitannya dengan
nutrisi lemaknya. Pada hasil analisis
memang menunjukkan bahwa lemak pada
PKM-e (9,2 %) lebih tinggi dibanding
PKM 100%. Simpanan lemak biasanya
meningkat selama periode aktif makan
dan menurun ketika aktifitas tersebut
berhenti. Sejumlah besar lemak digunakan
sepanjang
oogenesis
dan
terbang
(Chapman 1998). Jadi dapat dikatakan
bahwa lemak ini digunakan serangga
khususnya Hermetia illucens sebagai
cadangan makanan, kawin dan produksi
telur saat dewasa (imago).
Pada pengamatan fekunditas
pasangan, panjang tubuh betina (female)
memiliki hubungan korelasi yang lemah
dengan jumlah telur yang dihasilkan
(Lampiran 3) dan Sheima (2011) juga
mendapati hal yang sama pada
penelitiannya terhadap ikan Banban.
Pengamatan persentasi terbang
pada lokasi yang berbeda dimaksudkan
untuk melihat pengaruh suhu pada
perkembangan
pupa.
Suhu
di
laboratorium berkisar antara 25⁰- 27⁰C,
sedangkan suhu didalam kadang lebih
fluktuatif yaitu berkisar antara 27⁰- 40⁰C.
Pengamatan presentasi terbang imago
pada dua tempat berbeda dengan suhu
yang berbeda pula ini menujukkan

keberhasilan terbang imago dari pupa
dengan pakan PKM 100% saat larva
memiliki perbedaan persentasi yang lebih
tinggi dibanding larva yang diberi pakan
PKM-e. Hal ini menunjukkan bahwa pupa
dari larva dengan pakan PKM-e lebih
stabil terhadap perubahan suhu. Hal ini
dimungkinkan
karena
kandungan
lemaknya yang lebih tinggi, hingga dapat
bertahan terhadap perubahan suhu.
Menurut Almatsier (2009) lapisan lemak
dibawah kulit mengisolasi tubuh dan
mencegah kehilangan panas tubuh secara
cepat, oleh karena itu lemak juga
berfungsi dalam pemeliharaan suhu tubuh.
Kualitas
telur
(ditunjukkan
dengan daya tetasnya) H. illucens yang
saat larva diberi pakan PKM 100% lebih
tinggi dibandingkan dengan yang
diberikan pakan PKM-e saat larva. Hal
ini mungkin disebabkan oleh pembagian
nutrisi yang tidak merata dari induk betina
H. illucens dengan pakan PKM-e saat
larva ketika proses produksi telur terjadi
dalam tubuh induk hingga saat penetasan
telur tersebut karena jumlah produksinya
yang banyak (dibuktikan oleh hasil
fekunditas yang baik). Hingga terdapat
beberapa telur dengan kondisi yang
kurang baik dan sangat rentan terhadap
pengaruh lingkungan.
Penambahan ikan pada PKM
100% (PKM-e) sebagai pengkayaannya
dimaksudkan untuk mengimbangi kualitas
tepung ikan. Tepung ikan memiliki
kandungan omega 3 tinggi yang dapat
meningkatkan omega 3 pada ikan yang
mengkonsumsinya. Asam lemak Omega 3
sangat penting dalam peningkatan daya
imun ikan atau hewan ternak (Rusmana et
al. 2008). Lalu pada akhirnya manusia
juga akan mendapatkan dampak positif
dari ikan yang dikonsumsinya. Larva H.
illucens dengan pakan PKM 100%
memiliki kandungan omega 3 (AA, DHA,
EPA) kurang dari 0,1%, Sedangkan larva
dengan
pakan
PKM-e
memiliki
kandungan omega 3 (AA, DHA, EPA)
lebih dari 1% (Tabel 1). Kandungan
protein, lemak dan abu kasar larva dengan
pakan PKM-e pun mendekati nutrisi
tepung ikan (Tabel 2).

7

Tabel 1 Kandungan omega 3 pada maggot
dengan pakan PKM 100% dan
PKM-e
Maggot (%)
Omega 3
PKM 100% PKM-e
AA
DHA
EPA

0,02
0
0,05

1,29
2,02
4,02

sumber: Hem (tidak dipublikasikan)

Tabel 2 Perbandingan nutrisi larva H.
illucens dengan pakan PKM100%, PKM-e dan tepug ikan.
Kadar
Jenis Bahan
Protein Lemak Abu
Maggot
49,08
21,14 10,43
(PKM 100%)
Maggot
44,86
30,34 11,47
(PKM-e)
*
Tepung ikan
54,00
8,7
25,7
* sumber: Rachmawati 2010

SIMPULAN
PKM-e merupakan pakan yang
baik digunakan sebagai pakan larva
(maggot) Hermetia illucens untuk dapat
menggantikan pakan ikan karena memiliki
nutrisi berupa kandungan omega 3 yang
cukup tinggi dan kadungan protein,
lemak, abu kasar yang telah mendekati
tepung ikan. Pakan PKM-e juga sangat
cocok untuk tujuan produksi massal
karena fekunditas larva Hermetia illucens
sangat baik dengan mengkonsumsi pakan
ini.

SARAN
Perlu
dilakukan
penelitian
mengenai jenis limbah-limbah lain yang
dapat dimanfaatkan sebagai pakan larva
serangga Hermetia illucens yang juga
merupakan agen biokonversi. Kemudian
pakan-pakan yang telah diteliti dan
memiliki keunggulan nutrisi tersebut
dapat dikombinasikan. Hal ini guna
menghasilkan pakan ikan atau hewan
ternak dengan kandungan nutrisi terbaik,
namun ekonomis (terjangkau bagi

peternak). Sekaligus mengurangi jumlah
limbah yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Borror DJ, Triplehorn CA, Jonhson NF.
1992.
Pengenalan
Pelajaran
Serangga
Edisi
Keenam.
Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada Press.
Chapman RF. 1998. The Insects:
Structure and Function. Edisi ke-4.
Cambridge: Cambridge University
Press.
Diclaro JW II and Kaufman PE. 2009.
Black soldier fly Hermetia illucens
Linnaeus
(Insecta:
Diptera:
Stratiomyidae).
Florida
Cooperative Extension Service,
Universitas of Florida. EENY-461.
Hadadi A, Herry, Setyorini, Surahman A,
Ridwan E. 2007. Pemanfaatan
limbah sawit untuk pakan ikan.
Jurnal Budidaya Air Tawar. Vol.4
(1): 11-18.
Hawkinson C. 2005. Black Soldier Fly
(Hermetia illucens). Beneficial
Insects In The Lanscape: #51
http://aggie-horticulture.tamu.edu/
galveston/beneficials/beneficial51_black_soldier_fly.htm.
[28/08/2010 08:05:29]
Hem S, Toure S, Sagbla C, Legendre M.
2008. Bioconversion of palm
kernel meal for aquaculture:
Experiences from the forest region
(Republic of Guinea). African
Journal of Biotechnology Vol. 7
(8), pp. 1192-1198.
Hem S, Rini M, Chumaidi, Maskur,
Hadadi A, Supriyadi, Ediwarman,
Larue M, Pouyaud L. 2008.
Valorization of Palm Kernel Meal
via Bioconversion: Indonesia’s
Initiative to Address Aquafeeds
Shortage. Fish For The People

8

Southeast
Asian
Fisheries
Development Center Magazine vol
6: 2.
Newton GL, Sheppard DC,Watson DW,
Burtle GJ, Dove CR. 2005. Using
The Black Soldier Fly, Hermetia
illucens, As a Value-Added Tool
For the Management of Swine.
Director of the Animal and Poultry
Waste Managmenent Center North
Carolina State University, Raleigh,
NC. Report For Mike Williams,
Jun 6. www.cals.nscu.edu. [21
Januari 2011]
Pangestu D. 2009. Isolasi, Identifikasi,
Dinamika, Skrining Pertumbuhan
Fungi dan Fermentasi Palm Kernel
Meal oleh Fungi Indigenos terpilih.
[Thesis].
Depok:
Universitas
Indonesia.
Rachmawati. 2010. Sejarah Kehidupan
Hermatia illucens (Linnaeus)
(Diptera: Stratiomyidae) Pada
Bungkil Kelapa Sawit. [Thesis].
Bogor:
Sekolah
Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Romoser WS dan Stoffolano JG. 1998.
The Science of Entomology 4th
Edition. Singapore: McGraw-Hill
Book Co.
Rusmana D, Piliang WG, Setiyono A,
Budijanto S. 2008. Minyak ikan
Lemuru dan suplementasi vitamin
E dalam ransum ayam Broiler

sebagai imunomodulator. Animal
Production. Vol.10 (2): 110-116.
Sheima IAP. 2011. Laju ekspolitasi dan
variasi
temporal
keragaan
reproduksi ikan Banban (Engraulis
grayi) betina di pantai utara jawa
pada
bulan
April-September.
[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Sheppard DC, Newton GL, Thompson
SA, Savage E. 1994. A value
added manure management system
using the Black Soldier Fly.
Bioresource Technology. 50:275279.
Sheppard DC, Thomberlin JK, Joyce JA,
Kiser BC, Sumner SM. 2002.
Rearing methods for the Black
Soldier
Fly
(Diptera:
Stratiomyidae). J. Med. Entomol.
39 (4): 695-698.
Tomberlin JK, Sheppard DC. 2002. Factor
influencing mating and oviposition
of black soldier flies (Diptera:
Stratiomyidae) in coloni. J.
Entomol. Sci. 37: 345-352.
Tomberlin JK, Sheppard DC, Joyce
JA.2002. Selected life-history traits
of Black Soldier Flies (Diptera:
Stratiomyidae) reared on three
artificial diets. Annals of The
Entomological society of America
95(3): 379-386.

LAMPIRAN
.

10

Lampiran 1 Grafik pertumbuhan maggot siklus 2, 3 dan 4

PKM 100%
PKM-e
Ket*
M Pjg
12,61±5,97 13,2±6,29 P=0,76
E
3,6±1,62 3,81±1,77 P=0,70
A Lbr
N Brt
2,36±1,99 1,76±1,13 P=0,08
*
CI=95%

PKM 100%
PKM-e
Ket*
M Pjg
11,24±5,86 12,04±6,46 P=0,69
E
Lbr
3,37±1,72 3,61±1,90 P=0.68
A
Brt
1,56±1,10 1,91±1,34 P=0,38
N
*
CI=95%

M
E
A
N

Nb: siklus 1 tidak dimasukkan

PKM 100%
PKM-e
Ket*
Pjg
11,90±5,68 11,48±5,72 P=0,80
Lbr
3,55±1,62
3,62±1,76 P=0,90
Brt
1,52±0,97
1,48±1,02 P=0,90
*
CI=95%

11

Lampiran 2 Tabel fekunditas

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Panjang
Tubuh
Female
15,83
13,15
14,68
14,61
14,37
13,93
14,1
13,81
12,64
13,99
13,03
13,52
12,16
12,74
12,36
14,35
13,14
15,58
13,26
14,12
13,23
14,34
13,83
14,35
Rata-rata

PKM-e
Lebar
Tubuh
Female
3,94
3,21
3,59
3,73
3,8
3,59
3,36
3,51
3,32
3,27
3,4
3,31
3,12
3,3
3,5
3,49
3,37
3,75
3,36
3,44
3,46
3,97
3,94
3,51

Jumlah Telur
(butir)
528
131
124
337
558
38
321
243
333
295
242
348
294
477
439
272
217
297
652
342
170
316
219
252
310

PKM 100%
Panjang
Lebar
Jumlah
Tubuh
Tubuh
Telur (butir)
Female
Female
13,74
3,58
254
14,70
3,13
260
13,47
3,56
314

Rata-rata

276

12

Lampiran 3 Grafik hubungan korelasi Panjang dan lebar tubuh H, illucens terhadap
jumlah telur dengan Pakan PKM-e dan PKM 100% saat larva

Pearson correlation of Panjang Tubuh Female and Jumlah tlur = 0,031
P-Value > 0,05 with CI 95%
Pearson correlation of Lbr tubuh and Jmlh telur = 0,108
P-Value > 0,05 with CI 95%

Pearson correlation of Panjang Tubuh Female and Jumlah Telur (butir) = -0,600
P-Value >0,05 with CI 95%
Pearson correlation of Lebar Tubuh Female and Jumlah Telur (butir) = 0,383
P-Value > 0,05 with CI 95%

13

Lampiran 4 Program ImageJ yang Digunakan dalam Penelitian
Program
“ImageJ merupakan program pengolahan gambar yang menggunakan bahasa
pemrograman Java yang terinspirasi dari NIH Image untuk Macintosh. Program ini dapat
dioperasikan, baik secara terhubung berkala atau dalam bentuk aplikasi yang dapat
diunduh, pada berbagai komputer dengan Java 1.4 atau mesin virtual setelahnya. Aplikasi
yang dapat diunduh dapat beroperasi pada Windows, Mac OS, Mac OS X, dan Linux”.
Program tersebut dapat diunduh secara gratis dari rsbweb.nih.gov/ij/download.html. Program tersebut dapat melakukan penghitungan area dan piksel,
pengukuran jarak dan sudut, dan pembuatan histogram kepadatan dan plot profil garis.
Program tersebut juga dapat melakukan transformasi geometris seperti pembuatan skala,
rotasi, dan pelipatan. Gambar dapat diperbesar hingga 32 : 1 dan diperkecil hingga 1 : 32.
Semua fungsi analisis dan proses tersedia pada berbagai faktor perbesaran. Program
tersebut juga memungkinkan sejumlah jendela dibuka secara bersamaan, kecuali jika
terdapat keterbatasan memori.
Cara penggunaan
Pada penelitian ini, program ImageJ digunakan dalam penghitungan telur dan
pengukuran larva. Sampel-sampel diproses sebagai berikut. Pertama-tama, file gambar
dibuka dengan memilih menu File
Open pada bar menu. Setelah gambar muncul,
kualitas gambar dapat diatur. Tingkat kontras dan kecerahan dapat diatur dengan memilih
menu Image
Adjust
Brightness/Contrast. Selanjutnya, gambar diubah ke
dalam tampilan abu-abu (grayscale) dengan memilih menu Image
Type
8 bit
(Gambar A1).
Selanjutnya, gambar diubah menjadi gambar berwarna hitam putih dengan
memilih menu Process
Binary
Make Binary (Gambar A2). Selanjutnya, objekobjek yang tidak diinginkan, seperti partikel debu dan pengotor yang terproses secara
tidak sengaja, dibersihkan dengan memilih selection tool (di bawah bar menu) apa pun,
misalnya kotak, lingkaran, atau garis buatan tangan (freehand); kemudian dilanjutkan
dengan memilih menu Edit
Clear. Skala diatur dengan cara menarik garis lurus
(selection tool) pada label skala (20 mm) dan kemudian dilanjutkan dengan memilih
menu Analyze
Set Scale. Pada jendela yang muncul, tertera panjang garis dalam
piksel secara otomatis, selanjutnya pada kotak Known Distance diisi angka 20 dan pada
kotak Unit of Measurement diganti dengan mm (milimeter). Pilihan Global dapat
dicontreng bila kita bekerja dengan beberapa gambar yang memiliki kualitas gambar dan
jarak fokus yang sama.
Setelah itu, gambar label skala dapat dihapus agar tidak ikut terhitung atau terukur
serta. Setelah itu, objek sampel dapat dihitung dan diukur secara bersamaan dengan
memilih menu Analyze
Analyze Particles. Pada jendela yang muncul, ukuran
partikel minimun ditentukan berdasarkan jenis sampel, misalnya 0.1 untuk telur. Setiap
objek sampel yang dianalisis dapat ditampilkan dalam bentuk garis tepi (outline) atau
lainnya dengan cara mengubah pilihan pada kotak Show. Kemudian pilihan-pilihan
seperti Diplay Result dan Summarize dicontreng, terakhir klik OK. Tampilan hasil dari
gambar yang diproses (Gambar A3) dapat disimpan dalam format Tiff (File
Save
As
tiff). Tampilan hasil dan rangkuman dapat disimpan secara langsung, yang
selanjutnya dapat dibuka pada program MS. Excel (Rahmawati 2010).

A

A

A

PERKEMBANGAN DAN FEKUNDITAS SERANGGA
Hermetia illucens (STRATIOMYIDAE, DIPTERA) YANG
DIBERI PAKAN BUNGKIL KELAPA SAWIT YANG
DIPERKAYA

DESI ARDIANTI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

ABSTRAK
DESI ARDIANTI. Perkembangan dan Fekunditas Serangga Hermetia illucens
(Stratiomyidae, Diptera) yang Diberi Pakan Bungkil Kelapa Sawit yang Diperkaya.
Dibimbing oleh TRI HERU WIDARTO dan SAURIN HEM.
Hermetia illucens merupakan serangga kosmopolitan yang hidup didaerah
berbunga dan bukan merupakan serangga hama. Larva serangga ini sangat potensial
sebagai sumber protein pengganti pada pakan ternak ikan yang harganya kian meningkat.
Larva ini biasanya digunakan dalam menkonversi limbah kelapa sawit (Palm Kernel
Meal) yang sekaligus digunakan sebagai pakan. Namun kini harga limbah ini pun terus
meningkat sehingga diperlukan upaya pencarian sumber pakan baru. Selain itu upaya
peningkatan kualitas pakan larva juga diperlukan dengan harapan kandungan nutrisi larva
sebagai pakan ikan juga meningkat. Pada penelitian ini digunakan limbah ikan untuk
memperkaya PKM/PKM enrichment (PKM-e). Dalam penelitian ini akan dikaji apakah
pakan baru (PKM-e) ini lebih baik dari pakan biasa (PKM 100%) dengan melihat
pertumbuhan larva, persentasi terbang imago dari pupa, fekunditas, kualitas telur dan
analisis proksimat. Secara keseluruhan hasil pengamatan menujukkan bahwa PKM-e
lebih baik untuk digunakan sebagai pakan larva H. illucens dibanding dengan PKM
100%. PKM-e kemungkinan besar cocok untuk tujuan produksi massal.

Kata kunci: Hermetia illucens, pakan, PKM, PKM-e, larva

ABSTRACT
DESI ARDIANTI. Growth and Fekundity Hermetia illucens (Stratiomyidae, Diptera)
Fed with Enriched Palm Kernel Meal (PKM). Supervised by TRI HERU WIDARTO
and SAURIN HEM.
Hermetia illucens is a cosmopolitan insect that live around the flowers and not a
pest. Larvae of this insect is very potential as a source of protein substitute in fish feed
which its cost is always increase. The larvae is converting palm oil waste (Palm Kernel
Meal) and used as larvae feed. But now the price of this waste continues to increase so
that the efforts to find new feed sources is needed. In addition that improving the quality
of larvae feed also is needed with hope the nutritional of larvae as feed fish also increase.
The aim of this is to study fish waste is used to enrich PKM / PKM-enrichment (PKM-e).
This research will study whether a new feed (PKM-E) is better than ordinary feed (PKM
100%) by looking at the growth of larvae, imago fly persentation from pupae, fecundity,
egg quality and proximate analysis. Overall, the study showed that PKM-E is better as
larvae feed of H. illucens than PKM 100%. PKM-E might also suitable for mass
production purposes.
Key word: Hermetia illucens, feed, PKM, PKM-e, larvae

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hermetia illucens (Linnaeus)
dikenal dengan nama “The Black Soldier
Fly” karena warnanya yang hitam legam
saat dewasa. Serangga ini sekilas nampak
seperti lalat biru atau lalat rumah saat
pertama kali melihatnya tapi kedua
spesies ini sangat berbeda (Diclaro &
Kaufman 2009). Serangga ini merupakan
serangga bunga dan bukan golongan hama
karena tidak terdapat di habitat dan makan
manusia (lebih higienis dibanding
serangga lainnya). Larva serangga ini
dapat dimanfaatkan sebagai sumber
protein
bagi ikan dalam budidaya
perikanan (Hem et al. 2008).
Serangga ini tergolong kedalam
serangga kosmopolitan karena terdapat
hampir di seluruh dunia. H. illucens
termasuk ke dalam Kingdom Animalia,
filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo
Diptera, subordo Brachycera dan famili
Stratiomyidae (Hawkinson 2005). H.
illucens termasuk kedalam serangga
holometabola yaitu serangga yang
mengalami metamofosis sempurna (telurlarva-pupa-imago). Metamorfosis ini
dikontrol oleh berbagai hormon meliputi
prothoracicotropic hormone [PPTH] yang
dihasilkan oleh sel neurosecretori di otak,
α-Ecdysone yang dihasilkan oleh kelenjar
prothoracic, dan juvenile hormone yang
dihasilkan oleh corpora allata (Romoser
& Stoffolano 1998).
Siklus hidup H. illucens dimulai
dari telur yang berbentuk oval dengan
panjang kurang dari 1 mm. Telur
diletakkan
oleh
betina
secara
berkelompok dan berlekatan satu sama
lain. Telur berwarna putih pucat dan
berangsur-angsur menguning sampai
waktu tetas tiba. Pada suhu 24 oC telur
menetas menjadi larva setelah ±3 hari
sejak diletakkan. Larva H. illucens
berbentuk lonjong dan berwarna coklat
muda (crem) (Rachmawati 2010). Larva
H. illucens berbentuk oval, pipih,
panjangnya 17-12 mm. Larva yang
berwarna putih lama-kelamaan akan
berubah menjadi coklat kehitaman pada

saat prepupa setelah ±3 minggu atau ±21
hari dan menghitam pada saat pupa
(Tomberlin et al. 2002). Tahap terakhir
adalah imago yang hidup selama ±2
minggu tergantung media tumbuhnya dan
kopulasi terjadi setelah hari kedua keluar
dari pupa. Proses kopulasi dipengaruhi
oleh ukuran kandang dan intensitas
cahaya matahari (Sheppard et al. 2002).
Larva atau magot H. illucens
sangat potensial digunakan sebagai
sumber protein pengganti pada pakan ikan
dan ternak lainnya. Menurut Hem et al.
(2008) dalam penelitiannya di Republik
Guinea, dimana biaya pelet ikan dan
bahan seperti tepung ikan, minyak ikan,
kedelai sangat tinggi sehingga menjadi
kendala yang nyata untuk pengembangan
aquakultur disana. Pemanfaatan larva H.
illucens sebagai sumber protein alternatif
berhasil mengatasi masalah tersebut (Hem
et al. 2008). Pakan ikan alternatif ini bisa
didapatkan dengan harga yang relatif
murah dan efisien. Maggot memiliki
kandungan protein mencapai 42%, lemak
35%, dan kadar air hanya 8% (Sheppard
et al. 1994). Kadar protein yang tinggi
sangat
baik
untuk
mempercepat
pertumbuhan dan meningkatkan daya
tahan terhadap penyakit (Almatsier 2009)
untuk ikan yang mengkonsumsinya.
Indonesia memiliki masalah yang
sama dengan Republik Guinea dan
menghasilkan limbah kelapa sawit
(PKM=Palm Kernel meal) sebagai pakan
larva H. illucens dalam jumlah yang
sangat
besar,
oleh
karena
itu
pengembangan budidaya larva H. illucens
juga telah mulai dicobakan di Indonesia.
Hasilnya
sangat
memuaskan
dan
mendapat apresiasi dari UNESCO sebagai
green bisnis ekonomi
tahun 2010.
Namun, PKM sebagai sumber pakan
utama larva semakin mahal harganya.
Karena itu perlu dicobakan penggunaan
limbah lainnya, seperti ampas tahu, dedak,
ampas kelapa, limbah ikan, dll.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
melihat pengaruh pakan campuran PKM +
sisa ikan terhadap perkembangan telur

2

hingga imago dan fekunditas Hermetia
illucens.

BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan pada
bulan Februari-Juni 2011 dan bertempat
di Institut de Recherche pour le
Développement–Balai Riset Budidaya
Ikan Hias (IRD–BRBIH) Depok.
Penelitian ini menggunakan telur
H. illucens yang nantinya akan
bermetamorfosis
sebagai
serangga
penelitian. Telur H. illucens didapatkan
dari tempat budidayanya di IRD-BRBIH,
Depok. PKM 100% dan PKM+sisa ikan
digunakan sebagai pakan larva serangga
ini. Namun pakan tersebut tidak diberikan
secara langsung, melainkan difermentasi
terlebih dahulu. Fermentasi PKM 100%
dilakukan dengan menggunakan air dan
didiamkan selama ±3 hari. Hal ini
dimaksudkan
untuk
menumbuhkan
mikroorganisme yang dapat membantu
memecah zat-zat yang sulit dicerna oleh
larva H. illucens. Sedangkan untuk sisa
ikan difermentasi dengan asam formiat,
fermentasi sisa ikan ini dimaksudkan
untuk membunuh bakteri yang berbahaya
dan tetap menjaga keberadaan bakteri
baik seperti Lactobacillus sp. dan
Streptococcus sp. serta menghilangkan
bau tidak sedap.
Pengamatan ini dilakukan pada
empat siklus H. illucens (telur-larva-pupaimago).
Pengamatan Pertumbuhan
Pengamatan pertumbuhan dimulai
pada saat telur hingga menjadi pupa.
Telur H. illucens ditimbang sebanyak 0,5
gr (2X), masing-masing diletakkan dalam
alumunium foil dan dimasukkan kedalam
2 baskom plastik yang berisi media.
Wadah berupa baskom plastik diisi media
PKM (Palm Kernel Meal) 100% sebanyak
4 kg. Setelah larva berusia 10 atau 11 hari,
ditambahkan 2 kg PKM 100% (pada
baskom 1) dan 2 kg sisa ikan (pada
baskom 2). Pada baskom 1 ini, secara
keseluruhan disebut sebagai media PKM
100% sedangkan pada baskom 2 disebut

media PKM enrichment (PKM-e). Telur
akan menetas menjadi larva dalam waktu
±3 hari. Panjang, lebar larva diukur
dengan menggunakan program ImageJ
dan ditimbang beratnya setiap hari hingga
ada beberapa yang terbang yaitu sekitar
±30 hari.
Pengamatan Persentasi Terbang
Pupa dari kedua media yang
berbeda diambil masing-masing sebanyak
50 g (6X ulangan) dalam wadah tertutup
kain streamin. Tiga ulangan dari setiap
media akan diletakkan di Laboratorium
IRD dan
tiga ulang lainnya akan
diletakkan didalam kandang. Pengamatan
persentasi terbang pada lokasi yang
berbeda dimaksudkan untuk melihat
pengaruh suhu pada perkembangan pupa.
Suhu di laboratorium hanya berkisar
antara 25⁰-27⁰C, sedangakan suhu dalam
kandang lebih fluktuatif mencapai 30⁰40⁰C. Imago yang keluar dari pupa akan
dilepaskan kedalam kandang setiap
harinya. Jika dalam beberapa hari tidak
ada lagi imago yang keluar dari pupa
maka dianggap bahwa tidak akan ada lagi
imago yang keluar dan itu berarti pupa
siap dihitung. Pupa yang kosong dan
masih berisi akan dihitung untuk
menentukan persentasi terbang setiap
perlakuan.
Pengamatan Fekunditas
Imago yang telah berhasil
terbang/keluar dari pupa diamati mulai
dari sejak keluar dari pupa hingga
mencapai tahap kedewasaan sempurna
(dapat kawin). Pengamatan fekunditas
dilakukan dengan 2 cara. Cara 1 berupa
pengamatan fekunditas dari sepasang H.
illucens dari serangga yang dilepas secara
bersamaan dan cara 2 pengamatan
fekunditas general. Pada pengamatan cara
1, sepasang imago yang sedang kawin
ditangkap dan dipisahkan dalam toples,
diletakkan pula media PKM 100%
sebagai atraktan induk betina untuk
meletakkan telurnya dan daun pisang
dalam toples tersebut sebagai tempat
meletakkan telur, toples ditutup dengan
kain streamin. Kemudian toples diperiksa

2

hingga imago dan fekunditas Hermetia
illucens.

BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan pada
bulan Februari-Juni 2011 dan bertempat
di Institut de Recherche pour le
Développement–Balai Riset Budidaya
Ikan Hias (IRD–BRBIH) Depok.
Penelitian ini menggunakan telur
H. illucens yang nantinya akan
bermetamorfosis
sebagai
serangga
penelitian. Telur H. illucens didapatkan
dari tempat budidayanya di IRD-BRBIH,
Depok. PKM 100% dan PKM+sisa ikan
digunakan sebagai pakan larva serangga
ini. Namun pakan tersebut tidak diberikan
secara langsung, melainkan difermentasi
terlebih dahulu. Fermentasi PKM 100%
dilakukan dengan menggunakan air dan
didiamkan selama ±3 hari. Hal ini
dimaksudkan
untuk
menumbuhkan
mikroorganisme yang dapat membantu
memecah zat-zat yang sulit dicerna oleh
larva H. illucens. Sedangkan untuk sisa
ikan difermentasi dengan asam formiat,
fermentasi sisa ikan ini dimaksudkan
untuk membunuh bakteri yang berbahaya
dan tetap menjaga keberadaan bakteri
baik seperti Lactobacillus sp. dan
Streptococcus sp. serta menghilangkan
bau tidak sedap.
Pen