Kelayakan Usaha dan Nilai Tambah Olahan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Di Bekasi

(1)

KELAYAKAN USAHADAN NILAI TAMBAH OLAHAN

JAMUR TIRAM PUTIH

(Pleurotus ostreatus)

DI BEKASI

SARAH PUTRI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

“Kelayakan Usaha dan Nilai Tambah Olahan Jamur Tiram Putih (Pleurotus

ostreatus) Di Bekasi”adalah benar karya sendiri dengan arahan pembimbing dan

belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013 Sarah Putri NRP. H34090104


(4)

ABSTRAK

SARAH PUTRI. Kelayakan Usaha dan Nilai Tambah Olahan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Di Bekasi.Dibimbing oleh RITA NURMALINA.

Bekasi sebagai salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki jumlah produksi jamur terendah.Faktor iklim dan temperatur di Bekasi tidak mendukung untuk produksi jamur.Meskipun demikian, hal itu tidak membuat pengusaha jamur patah semangat dalam membudidayakan jamur tiram putih di Bekasi.Salah satu pengusaha jamur tiram putih di Bekasi adalah CV. Megah Makmur Sentosa.CV. Megah Makmur Sentosa berencana untuk mengembangkan usaha jamur tiram putih melalui pembangunan kumbung baru berkapasitas besar untuk memaksimalkan produksi di daerah Bekasi.Studi kelayakan bisnis diperlukan guna menganalisis rencana usaha jamur tiram putih.Aspek utama di dalam kelayakan adalah aspek non finansial dan aspek finansial.Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial, ekonomi, dan lingkungan.Analisis juga dilakukan pada perubahan yang terjadi di sekitar bisnis dengan menggunakan analisis switching value.Switching value digunakan untuk menganalisis perubahan maximum dari biaya dan manfaat. Lebih dari itu, analisis nilai tambah adalah alat analisis lain yang digunakan dalam menghitung produksi jamur tiram putih. Hasil analisis akan menunjukkan kelayakan investasi dalam pelaksanaan bisnis jamur tiram putih. Hasil analisis menunjukkan bahwa, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 170.590.527,00, nilai IRR sebesar 59,60 persen, Net B/C sebesar 2,50 dan DPP selama 4,44 tahun. Sedangkan pada analisis sensitivitas melalui metode switching value diperoleh batas maksimal penurunan jumlah output sebesar 15,85 persen penurunan harga jamur tiram sebesar 18,28 persen, dan kenaikan biaya gas LPG sebesar 589, 66 persen. Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha jamur tiram putih peka terhadap perubahan output dan harga jual jamur namun tidak peka terhadap perubahan biaya gas LPG. Analisis nilai tambah yang dilakukan pada kedua produk olahan jamur tiram menunjukkan bahwa pengolahan nugget jamur memiliki nilai tambah sebesar Rp 54.295,00 per kilogram sedangkan pengolahan jamur crispy memiliki nilai tambah sebesar Rp 25.545,00 per kilogram. Hal ini menunjukkan bahwa produk nugget jamur memiliki nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk jamur crispy.

Kata kunci : jamur tiram putih, studi kelayakan, arus kas, switching value, nilai tambah.

ABSTRACT

SARAH PUTRI. Feasibility Business and Value Added White Oyster Mushroom (Pleurotus ostreatus) in Bekasi.Supervised by RITA NURMALINA.

Bekasi is one of the area in West Java which has the lowest producing mushroom. The weather and the temperatures factor in Bekasi did not support the mushroom production. Nevertheles, it did not discourage the mushroom preneur to passion the oyster mushroom cultivation in Bekasi. One of them is CV. Megah Makmur Sentosa. Therefore, CV. Megah Makmur Sentosa has a plan to develop the oyster mushroom bussines through build a newlarge capasity kumbung to


(5)

maximazing production capacity in a area in Bekasi. Feasibility study needs to analize a oyster mushroom bussiness. The main aspects in feasibility are non-financial aspect and non-financial aspect. Non-non-financial aspect are market, technical, management, legal, social, economy and enviromental. It’s also analyze many changes around bussiness using switching value. Switching value was used to analyze maximum changes in cost and benefit. More over, value added was another analysis tool that calculated the oyster mushroom product. The results will show feasible of investment to implement the oyster mushroom business. The results of the financial analysis showed, the NPV value is Rp 170.590.527, IRR value is 59,60 percent, Net B/C value is 2,50 and discounted payback periodfor 4,44 years. While the analysis of the sensitivity with using switching value method obtained the maximum limit of output reduction is 15,85 percent, maximum limit of oyster mushrooms price reduction is 18, 28 percent, and the increase ofgas LPG cost is 589, 66 percent. Results of analysis showed that business of white oyster mushrooms are sensitive in changes of output and price of white oyster mushroom but is not sensitive in changes of LPG gas cost. Value-added analysis on these two products of process white oyster mushroom as nugget and crispy mushroom showed that the value addedof nugget is Rp 54.295 per kilogram while value added of crispy mushroom is Rp 25.545 per kilogram. This was showed that nugget product has a value added larger than crispy mushroom products.

Keywords : white oyster mushroom, feasibility study, cash flow, switching value, value added.


(6)

(7)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Agribisnis

KELAYAKAN USAHADAN NILAI TAMBAH OLAHAN

JAMUR TIRAM PUTIH

(Pleurotus ostreatus)

DI BEKASI

SARAH PUTRI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013


(8)

(9)

Judul Skripsi : Kelayakan Usaha dan Nilai Tambah Olahan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Di Bekasi

Nama : Sarah Putri

NIM : H34090104

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Rita Nurmalina,MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen


(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis terutama dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Kelayakan Usaha dan Nilai Tambah

Olahan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Di Bekasi”.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Ir Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama dan Ir Joko Purwono, MS selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan Departemen Agribisnis yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menguji serta memberikan kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Ibu ProfDr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing akademik serta seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis FEM IPB.

Penghargaan penulis sampaikan kepada Keluarga Bapak Paryanto selaku pemilik CV. Megah Makmur Sentosa, Bapak Marno, Bapak Elang, Bapak Anggit, dan Ibu Yekti, Ibu Egiz atas arahan dan bantuan yang telah diberikan selama penulis mengumpulkan data di lokasi penelitian.

Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda Hartono Hadiwardojo dan Ibunda Yoel Fattah, ketiga saudara tersayang (Muhammad Irfan SKomdan Rizky Fajar SE serta adik Nailan Fadhly) atas kasih sayang, motivasi, semangat serta doanya demi kelancaran dan kesuksesan penulis. Akhmad Aksanul Takwin AMd sebagai motivator terbaik yang telah memberikan dukungan dan semangat selama proses penyusunan skripsi. Sahabat terbaik sejak TPB hingga sekarang yaitu Hanifatun Nufusia, Evi Astuti, Lita Hidayati, Fitri Agustina, Sara Aisya Safira, Arido Yugovelman, Karim Mustofa, Sobandi Wiguna, Dina Rosyidha atas kekeluargaan, keceriaan dan dukungan yang diberikan.Terimakasih dan tetap semangat kepada Teman-teman Agribisnis 46.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013 Sarah Putri


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 8

Ruang Lingkup Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA 8

Gambaran Umum Jamur di Indonesia 8

Jamur Tiram 9

Sarana Produksi jamur Tiram 10

Budidaya Jamur Tiram 12

Penelitian Terdahulu 13

KERANGKA PEMIKIRAN 17

Kerangka Pemikiran Teoritis 17

Teori Manfaat dan Biaya 17

Studi Kelayakan Bisnis 18

Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis 19

Analisis Sensitivitas 23

Konsep Nilai Tambah 23

Kerangka Pemikiran Operasional 24

METODE PENELITIAN 27

Lokasi dan Waktu Penelitian 27

Jenis dan Sumber Data 27

Metode Penentuan Responden 27

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 28

Definisi Operasional 32

Asumsi Dasar yang Digunakan 34

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 34

Sejarah Singkat Perusahaan 34

Produksi 36

Pemasaran 37

Manajemen 38

HASIL DAN PEMBAHASAN 39

Analisis Aspek Non Finansial 39

Aspek Pasar 39

Potensi Pasar 40

Pemasaran 42

Perkiraan penjualan 45

Hasil Analisis Aspek Pasar 46

Aspek Teknis 47


(12)

Skala Usaha 48

Penentuan Kapasitas Produksi 49

Layout 50

Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan 54

Proses Produksi 55

Hasil Analisis Aspek teknis 59

Aspek Manajemen 59

Struktur Organisasi 59

Manajemen 60

Hasil Analisis Aspek Manajemen 61

Aspek Hukum 61

Bentuk Badan Usaha 61

Izin Usaha 62

Hasil Analisis Aspek Hukum 62

Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan 62 Hasil Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan 63

Analisis Aspek Finansial 63

Arus Penerimaan (Inflow) 63

Arus Pengeluaran (Outflow) 67

Biaya Investasi 67

Biaya Reinvestasi 72

Biaya Operasional 72

Pajak Penghasilan 80

Analisis Laba Rugi 81

Analisis Kelayakan Finansial 82

Analisis Switching Value 83

Hasil Analisis Aspek Finansial 85

Analisis Nilai Tambah 85

SIMPULAN DAN SARAN 89

Simpulan 89

Saran 90

DAFTAR PUSTAKA 90

LAMPIRAN 93

DAFTAR TABEL

1 Perbandingan kandungan gizi jamur dengan bahan makanan

lain (dalam persen) 1

2 Kandungan asam amino esensial (gram per 100 gram protein) 2 3 Perkembangan jumlah pelaku usaha dan penyerapan tenaga

kerja menurut skala usaha tahun 2009-2010 3 4 Produksi jamur tahun 2007-2011 menurut kabupaten dan kota

di Jawa Barat 4

5 Prosedur analisis nilai tambah metode hayami 32 6 Data jumlah penduduk yang bekerja di sektor perdagangan, hotel

dan restaurant di Kota Bekasi Tahun 2006-2007 40 7 Daftar permintaan pengepul dan pedagang terhadap produk jamur


(13)

tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa per hari 41 8 Perkembangan produksi jamur di Bekasi tahun 2007-2012 45 9 Perhitungan proyeksi perkembangan jamur di Bekasi 46 10 Jumlah produksi dan nilai penjualan CV.Megah

Makmur Sentosa 66

11 Nilai sisa pembangunan kumbung baru CV.Megah

Makmur Sentosa 67

12 Biaya pembangunan kumbung ukuran 24x15 meter pada

CV. Megah Makmur Sentosa 67

13 Biaya pembangunan kumbung ukuran 8x10,5 meter pada

CV. Megah Makmur Sentosa 68

14 Biaya pembangunan tempat produksi ukuran 28x4 meter

pada CV. Megah Makmur Sentosa 68

15 Biaya pembangunan saung karyawan ukuran 5x5 meter

pada CV. Megah Makmur Sentosa 69

16 Biaya investasi usaha jamur tiram putih CV.Megah

Makmur Sentosa 71

17 Biaya reinvestasi CV. Megah Makmur Sentosa 72 18 Rincian gaji karyawan CV. Megah Makmur Sentosa 73 19 Biaya tetap usaha jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa 74

20 Biaya variabel CV.Megah Makmur Sentosa 80

21 Pajak penghasilan CV.Megah Makmur Sentosa (dalam Rp) 81 22 Laba bersih usaha jamur tiram putih CV.Megah Makmur Sentosa 81 23 Rekapitulasi hasil analisis finansial CV.Megah Makmur Sentosa 82 24 Hasil analisis switching value CV.Megah Makmur Sentosa 83 25 Perhitungan nilai tambah pengolahan jamur crispy dan

nugget jamurdalam satu kali proses produksi 87

DAFTAR GAMBAR

1 Proporsi kontribusi UMKM dan usaha besar terhadap PDB

Nasional2009-2010 3

2 Alur kerangka pemikiran operasional kelayakan usaha dan

nilai tambah olahan jamur tiram putih 25

3 Hubungan antara NPV dan IRR 30

4 Saluran pemasaran jamur CV.Megah Makmur Sentosa 38 5 Alur distribusi langsung produk jamur tiram 44 6 Alur distribusi langsung produk bibit dan baglog 44 7 Alur distribusi tidak langsung CV. Megah Makmur Sentosa 44 8 Rencana kondisi rak dan penaruhan baglog pada kumbung 51

9 Rencana layout kumbung 30.000 baglog 52

10 Rencana layout kumbung ukuran 8x10,5 meter 52

11 Rencana layout bangunan produksi 53

12 Rencana layout saung karyawan 54

13 Alur produksi jamur CV. Megah Makmur Sentosa 58 14 Struktur organisasi budidaya jamur CV. MMS 60


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Produksi jamur tiram segar CV. Megah Makmur Sentosa pada

tahun 2012 93

2 Resume produksi jamur tiram segar CV. Megah Makmur Sentosa

pada tahun 2012 94

3 Hasil produksi jamur tiram segar CV. Megah Makmur Sentosa

pada tahun 2012 94

4 Layout lokasi usaha 95

5 Siklus produksi jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa 96 6 Produksi jamur menurut kabupaten dan kota di Jawa Barat

tahun 2007-2012 101

7 Laba rugi usaha jamur tiram putih pada CV. Megah

Makmur Sentosa 102

8 Cashflow usaha jamur tiram putih pada CV. Megah

Makmur Sentosa 103

9 Analisis switching value (penurunan jumlah output (jamur tiram,

baglog, dan bibit) sebesar 15,85 %) 104

10 Analisis switching value (penurunan harga output jamur tiram

sebesar 18,28 %) 105


(15)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Sektor pertanian berperan penting dalam menggerakkan roda perekonomian bangsa. Komoditas hortikultura merupakan salah satu produk yang berperan dalam menempati posisi penting untuk dikembangkan. Salah satu produk komoditas hortikultura ialah sayuran. Sayuran sebagai salah satu komoditas hortikultura yang unggul, kebutuhannya kini semakin meningkat hal itu seiring perkembangan jumlah penduduk dan teknologi yang juga semakin berkembang pesat. Pengetahuan yang semakin berkembang membawa penduduk untuk mengetahui lebih luas akan manfaat pemenuhan gizi yang seimbang. Hal itu juga berdampak pada sikap penduduk yang semakin selektif dalam memilah-milah makanan guna pemenuhan gizi yang seimbang.

Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang dapat dibudidayakan dengan mudah. Menurut H.M Kudrat Slamet, Ketua Umum Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia (MAJI), jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), merupakan salah satu jenis jamur yang diminati konsumen, disamping jenis jamur lainnya seperti jamur merang, jamur kuping, champignon dan shiitake. Proses budidaya jamur tiram relatif mudah dilakukan, dimana proses budidaya sehingga menghasilkan jamur tiram segar hanya memerlukan kumbung dan bibit jamur yang tersedia dalam bentuk baglog. Ketika dalam proses budidaya, jamur tiram termasuk salah satu jamur dengan resiko gagal panen yang sangat kecil karena faktor hama penyakit. Selain itu, kandungan gizi jamur tiram lebih kaya dan lebih lengkap dibandingkan nutrisi komoditas sayuran yang lain (Tabel 1).

Tabel 1 Perbandingan kandungan gizi jamur dengan bahan makanan lain (Dalam Persen)a

Bahan makanan Protein Lemak Karbohidrat

Jamur merang 1,8 0,3 4,0

Jamur tiram 27,0 1,6 58,0

Jamur kuping 8,4 0,5 82,8

Bayam - 2,2 1,7

Kentang 2,0 - 20,9

Kubis 1,5 0,1 4,2

Seledri - 1,3 0,2

Buncis - 2,4 0,2

Daging sapi 21,0 5,5 0,5

a

Sumber : Nurjayadi dan Martawijaya 2010

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa jamur tiram memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang lebih tinggi ketika dibandingkan dengan komoditas sayuran lain seperti kentang dan kubis, dan jika dibandingkan dengan daging sapi, jamur tiram memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi namun memiliki kandungan lemak yang rendah. Begitupun jika dibandingkan dengan kandungan protein dari jamur merang dan jamur kuping, jamur tiram lebih unggul kandungan proteinnya.


(16)

Kandungan nutrisi jamur tiram yang lengkap dapat dilihat berdasarkan kandungan asam amino yang terdapat pada jamur tiram. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa jamur tiram memiliki kandungan asam amino yang tinggi. Kandungan asam amino dari jamur tiram hampir setara dengan kandungan asam amino pada telur ayam. Pada dasarnya, asam amino merupakan senyawa penyusun protein, yang mana kandungan asam amino merupakan bahan dasar penyusun tubuh manusia dan hewan (Ardiasyah 2006). Dengan kandungan asam amino yang tinggi, jamur tiram dapat digunakan sebagai makanan dengan sumber protein nabati yang sangat dianjurkan.

Tabel 2 Kandungan asam amino esensial (gram per 100 gram protein)a

Asam amino Jenis Jamur Telur ayam

Kancing Shiitake Tiram Putih Merang

Leusin 7,5 7,9 7,5 4,5 8,8

Isoleusin 4,5 4,9 5,2 3,4 6,6

Valin 2,5 3,7 6,9 5,4 7,3

Triptopan 2 - 1,1 1,5 1,6

Lisin 9,1 3,9 9,9 7,1 6,4

Treonin 5,5 5,9 6,1 3,5 5,1

Fenilalanin 4,2 5,9 3,5 2,6 5,8

Metionin 0,9 1,9 3 1,1 3,1

Histiadin 2,7 1,9 2,8 3,8 2,4

Total 38,9 36 46 32,9 47,1

a

Sumber : Nurjayadi dan Martawijaya 2010

Usaha budidaya jamur tergolong usaha industri kecil dan rumah tangga atau biasa disebut Usaha Kecil Menegah (UKM). Sebagai bagian dari agroindustri rumah tangga, budidaya jamur berperan penting dalam perekonomian negara. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Menengah berperan dalam meningkatkan pendapatan para pelaku usaha, menyerap tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, dan mendorong munculnya industri yang lain (Soekartawi 2000). Tabel 3 menunjukkan banyaknya usaha dan tenaga kerja yang terserap oleh industri kecil dan kerajinan rumah tangga.

Tabel 3 menunjukkan bahwa UKM merupakan usaha yang cukup besar yang berkembang di Indonesia dengan perkembangan sebesar 3,43 persen dari tahun 2009 ke tahun 2010 yakni dengan jumlah usaha sebanyak 52.764.603 meningkat menjadi 53.823.732 pada tahun 2010. Selain itu, tenaga kerja yang terserap pada UKM juga merupakan tenaga kerja dengan jumlah yang besar, yakni sebesar 99.401.775 pekerja dengan peningkatan jumlah pekerja sebesar 3,32 persen dari tahun 2009 ke tahun 2010. Adapun jumlah pelaku UKM pada tahun 2012 diprediksi mencapai 4.479.132 unit. Estimasi pertumbuhan pelaku usaha tersebut mencerminkan bahwa setiap pertumbuhan 1 persen PDB akan menciptakan 42.797 pelaku usaha baru di Indonesia.1 Besarnya jumlah UKM di Indonesia membuat usaha ini berkontribusi cukup besar dalam menghasilkan

1

[Departemen Koperasi]. 2012. UKM di Indonesia berkontribusi dalam menghasilkan PDB Nasional [internet]. [diunduh 2012 Okt 11]. Jakarta (ID). Departemen Koperasi: Tersedia pada: http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view


(17)

Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, Adapun besarnya kontribusi UMKM terhadap PDB Nasional terlihat pada Gambar 1.

Tabel 3 Perkembangan jumlah pelaku usaha dan penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2009-2010 a

No. Skala Usaha

Jumlah Pelaku Usaha (usaha)

(%) Jumlah Tenaga Kerja (orang)

(%)

2009 2010 2009 2010

1. Usaha Mikro

52.176.795 53.207.500 1,98 90.012.694 93.014.759 3,34 2. Usaha

Kecil

546.675 573.601 4,93 3.521.073 3.627.164 3,01 3. Usaha

Menengah

41.133 42.631 3,64 2.677.565 2.759.852 3,07 Usaha Kecil dan

Menengah (UKM)

52.764.603 53.823.732 2,01 96.211.332 99.401.775 3,32

4. Usaha Besar

4.677 4.838 3,43 2.674.671 2.839.711 6,17 JUMLAH 52.769.280 53.828.569 2,01 98.886.003 102.241.486 3,39 a

Sumber : Departemen Koperasi 2010

Gambar 1 Proporsi kontribusi UMKM dan usaha besar terhadap PDB Nasional 2009-2010.2

Sumber : Departemen Koperasi, 2010 (Diolah)

Berdasarkan gambar 1 dapat dinyatakan bahwa terdapat kontribusi yang cukup besar dari sektor Usaha Kecil Menengah terhadap perekonomian negara

2

[Departemen Koperasi]. 2010. Proporsi Kontribusi UMKM dan Usaha Besar terhadap PDB Nasional 2009-2010. [Diunduh 2012 Okt 11]. Jakarta (ID): Departemen Koperasi: Tersedia pada: http://www.depkop.go.id//


(18)

khusunya peningkatan PDB Nasional. Dengan total persentase sebesar 56,53 persen pada tahun 2009 kemudian meningkat menjadi 57,12 persen di tahun 2010 yaitu dengan sumbangan sebesar Rp 3.466.393,3 milyar dari total PDB Nasional. Hal itu menunjukkan bahwa Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan yang penting dalam perekonomian nasional sekaligus memperkuat stabilitas nasional. Salah satu UKM di bidang pertanian yang kini perkembangannya mulai dirasakan manfaatnya adalah budidaya jamur.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra dan kawasan yang potensial untuk pengembangan dan produksi jamur. Beberapa daerah yang dikembangakan untuk budidaya jamur di Jawa Barat, antara lain Kabupaten Karawang, Bogor, Subang, Sukabumi, Bandung Barat, Indramayu, dan Bekasi (Tabel 4). Terlihat pada Tabel 4 bahwa Kabupaten Bekasi termasuk pada daerah penghasil jamur terendah bila dibandingkan daerah lain pada Provinsi Jawa Barat, yakni dengan produksi jamur pada tahun 2011 sebesar 91.365 kg per periode produksi. Namun, dengan memiliki rata-rata tingkat produksi jamur yang semakin meningkat, menunjukkan Kabupaten Bekasi masih tergolong potensial untuk pengembangan produksi jamur, hal itu juga dihubungkan dengan permintaan jamur di daerah Bekasi yang semakin meningkat.

Tabel 4 Produksi jamur tahun 2007-2011 menurut kabupaten dan kota di Jawa Barata

No. Kabupaten/ Kota

Tahunb

2007 2008 2009 2010 2011

1. Bogor 4.410 638.969 26.167 696.483 2.724.851

2. Sukabumi 467 1.566 645 473.787 620.755

3. Karawang 46.145 3.811.559 1.851.128 7.304.916 18.377.013 4. Bandung Barat 0 390.401 1.004.884 4.418.284 7.860.090 5. Subang 2.719 348.100 679.911 4.663.867 2.269.471 6. Indramayu 2.914 27.775 57.657 57.413 127.160 7. Bekasi 25.157 35.239 161.620 122.624 91.365 a

Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, 2012 (Diolah) ; b

Satuan dalam Kilogram

Menurut pemaparan pengusaha jamur di Bekasi yaitu pemilik CV. Megah Makmur Sentosa, salah satu faktor penyebab kurangnya produksi jamur di Bekasi adalah iklim yang tidak mendukung untuk pertumbuhan jamur yang optimal. Meskipun demikian, dengan banyaknya permintaan jamur di Daerah Bekasi, usaha budidaya jamur tiram akan tetap memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan. Kecamatan Bantar Gebang merupakan salah satu kecamatan penghasil jamur di daerah Bekasi. Jamur yang diusahakan adalah jenis jamur tiram putih. Pasokan jamur tiram segar terbesar di Bekasi berasal dari budidaya yang di lakukan oleh para petani jamur di Kecamatan Bantar Gebang, salah satunya yaitu CV. Megah Makmur Sentosa yang merupakan salah satu produsen jamur tiram putih yang berada di Kecamatan Bantar Gebang, Kabupaten Bekasi.


(19)

CV. Megah Makmur Sentosa adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengusahaan jamur tiram putih. Pengusahaan jamur tiram putih berkisar pada kegiatan pengomposan, pembibitan, pengadukan, penanaman, pemeliharaan dan pengendalian OPT, pemanenan jamur tiram serta penjualan produk jamur tiram segar dan bibit jamur ke pengumpul pasar setempat dan konsumen langsung disekitar perusahaan. Menurut paparan pemilik, di Bekasi, prospek budidaya jamur tiram putih sangat baik, hal itu terlihat dari hasil produksi jamur tiram segar yang selalu habis terserap pasar. Bahkan, dalam perjalanan pendistribusian produk jamur tiram segar ke pengumpul pasar, produk jamur tiram cepat habis terjual kepada masyarakat sekitar. Hal itu menunjukkan produk jamur yang dihasilkan tidak dapat memenuhi seluruh permintaan jamur tiram dari hasil produksi yang dilakukan.

Permintaan jamur tiram segar pada CV. Megah Makmur Sentosa saat ini berasal dari beberapa warung, pedagang dan pengumpul pasar di wilayah Bekasi. Permintaan jamur tiram putih masih relatif besar, hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan permintaan dari pengepul, pedagang pasar, maupun rumah makan serta katering. Produk jamur yang didistribusikan kepada konsumen melalui pedagang pasar selalu habis terjual, begitupun permintaan dari penduduk sekitar yang menunjukkan minat yang tinggi terhadap produk jamur. Dengan kapasitas produksi saat ini adalah 5.500 kilogram per periode atau berkisar 30 kilogram per hari, sedangkan permintaan distributor mencapai 331 kilogram per hari, menunjukkan pemenuhan permintaan jamur hanya mampu dipenuhi sebesar 9,06 persen.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pemilik perusahaan, terdapat rencana untuk meningkatkan jumlah produksi jamur untuk memenuhi permintaan pasar dengan cara pembuatan kumbung baru di Desa Nyosog, Bekasi. Pemilihan lokasi kumbung yang akan dibuat merupakan suatu alternatif yang harus dipilih secara matang. Perencanaan usaha yang akan dilakukan adalah dengan membangun sebuah bangunan kumbung baru dengan kapasitas kumbung sebesar 30.000 baglog. Hal itu diupayakan dapat memaksimalkan kapasitas jamur yang dihasilkan dari budidaya. Upaya peningkatan skala usaha yang dilakukan meliputi pembuatan kumbung baru sebagai tempat pemeliharaan jamur, tempat produksi dan pembelian peralatan serta perlengkapan usaha. Hal itu menuntut perusahaan memerlukan investasi berupa sewa lahan untuk pembuatan kumbung berukuran 24x15m2, ruang inkubasi baglog yang di upayakan untuk penjualan baglog, tempat produksi, serta saung sebagai tempat istirahat karyawan. Rencana pembuatan kumbung baru dengan kapasitas 30.000 baglog merupakan suatu perencanaan usaha atas dasar pengembangan dari usaha yang telah dilakukan. Upaya perluasan skala usaha yang akan dilakukan yang diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar yang belum bisa terpenuhi.

Menurut Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia (MAJI), dalam tiga tahun terakhir, minat masyarakat untuk mengonsumsi jamur terus meningkat. Salah satunya dapat dilihat dari kreativitas para pedagang, yang sebelumnya hanya menjajakan jamur segar, sekarang sudah merambah ke olahan, seperti memproduksi jamur crispy dan nugget jamur. Usaha pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy maupun nugget jamur merupakan salah satu cara


(20)

mendiversifikasi olahan produk, yang mana usaha pengolahan jamur tiram merupakan salah satu cara peningkatan nilai tambah yang akan diikuti dengan peningkatan pendapatan.

Pengolahan jamur tiram yang biasa sering ditemukan diantaranya adalah pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy dan nugget jamur. Proses pengolahan jamur tiram tergolong mudah untuk dilakukan, yaitu dengan mencampurkan bumbu-bumbu dan adonan untuk kemudian digoreng atau dipanggang hingga menjadi crispy dan nugget. Input yang digunakan cukup berupa jamur tiram putih segar yang dihasilkan dari produksi oleh perusahaan. Usaha pengolahan jamur tiram ini cukup potensial untuk dikembangkan dengan pemasaran dapat dilakukan ke berbagai kalangan.

Rencana pembangunan kumbung baru yang akan dilakukan tidak terlepas dari biaya yang harus dikeluarkan serta membutuhkan analisis keuangan yang tepat. Kebutuhan pendanaan yang tidak sedikit membuat studi kelayakan sangat penting untuk dilakukan. Kelayakan usaha baik dari sisi finansial maupun non finansial akan membuka peluang bagi pemilik untuk memperluas jangkauan pemasarannya.

Analisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih dilakukan dari berbagai aspek yang akan di kaji, di antaranya aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek lingkungan serta aspek pasar. Selanjutnya dilakukan analisis finansial untuk mengetahui kelayakan usaha jamur tiram putih pada CV. Megah Makmur Sentosa.

Pada berbagai situasi dan kondisi kehidupan, terdapat beberapa ketidakpastian, hal itu juga terjadi pada sektor pertanian. Ketidakpastian memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang berkaitan dengan usaha yang akan dilakukan. Untuk itu diperlukan analisis sensitivitas untuk menilai apa yang akan terjadi dengan analisis kelayakan usaha apabila terjadi perubahan dalam perhitungan biaya atau manfaat. Perubahan tersebut antara lain penurunan produksi jamur tiram, baglog dan bibit jamur, kenaikan harga gas LPG, serta penurunan harga jual jamur tiram. Penurunan jumlah produksi berkaitan dengan sejauh mana batas produksi yang masih dapat ditolerir sehingga perusahaan memperoleh manfaat dari usaha yang dilakukan. Penurunan harga produk jamur tiram berkaitan dengan struktur persaingan pasar sempurna yang mana tidak menutup kemungkinan bagi setiap pelaku usaha berkesempatan mengambil peluang untuk memasuki usaha ini. Penurunan harga jamur tiram akan terjadi ketika semakin banyak pesaing yang masuk. Gas LPG merupakan biaya variabel terbesar yang harus dikeluarkan dalam produksi. Harga gas LPG yang cenderung berubah-ubah dipengaruhi oleh penguasaan gas LPG oleh pemerintah sebagai sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Sehingga tidak menutup kemungkinan bagi pemerintah untuk menaikan harga gas LPG.

Jamur tiram segar yang telah dipanen adalah salah satu bahan baku makanan yang dapat dijadikan makanan olahan. Pada dasarnya, Jamur tiram mempunyai kadar air yang cukup tinggi yaitu 86,60 persen (Djarijah, 2001). Jumlah kadar air yang tinggi dapat mempengaruhi daya tahan bahan pangan terhadap serangan mikroorganisme yang dinyatakan dalam aktivitas air (Aw), yakni jumlah air bebas yang digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhan, dimana semakin tinggi kadar air bebas yang terkandung dalam bahan pangan, maka akan semakin cepat rusak karena aktivitas mikroorganisme (Achyadi dan Afiana,


(21)

2004). 3 Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah daya tahan jamur yang rendah terhadap kerusakan, maka perlu dilakukan pengolahan segera setelah dipanen. Analisis nilai tambah perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang diperoleh pada produk olahan jamur tiram putih yakni jamur crispy dan nugget jamur.

Dari beberapa masalah yang dihadapi oleh CV. Megah Makmur Sentosa sebagaimana penulis sampaikan sebelumnya, penulis melakukan penelitian untuk mencari jawaban atas masalah-masalah :

1. Bagaimana kelayakan usaha jamur tiram putih dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan aspek lingkungan ?

2. Bagaimana kelayakan finansial rencana usaha budidaya jamur tiram putih? 3. Bagaimana tingkat kepekaan usaha budidaya jamur tiram terhadap penurunan

jumlah output (baglog, bibit, dan jamur tiram segar), penurunan harga produk jamur tiram putih dan kenaikan harga gas LPG ?

4. Seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan jamur tiram putih menjadi jamur crispy dan nugget jamur pada home industry pengolahan jamur?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan usaha jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa dilihat dari aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek lingkungan).

2. Menganalisis kelayakan usaha jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa dilihat dari aspek finansial.

3. Menganalisis sensitivitas usaha jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya.

4. Menganalisis nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan jamur tiram putih menjadi jamur crispy dan nugget jamur.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi CV. Megah Makmur Sentosa untuk dijadikan bahan pertimbangan atau masukkan dalam membuat rencana usaha selanjutnya. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada investor yang berniat melakukan usaha budidaya jamur tiram putih dan dapat dimanfaatkan sebagai informasi bagi penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

3 Suprihana, Sumaryati E, dan Ekayanti R. 2009. Substitusi Jamur Tiram Putih Untuk Peningkatan Sifat Fisik dan Kimia Flake Dari Maizena. [Diunduh 2013 Juni 04]. Malang (ID): Universitas Widyagama Malang: Tersedia pada: http://www.google.com/url?q=http://widyagama.ac.id/ejournal/index.php/agrika/article/download/77/65&sa=U&e i=fB3VUfejB4nSrQeOi4GICw&ved=0CCQQFjAD&usg=AFQjCNFgSO9JRsS0IPlP5ulm8bvnf8wqyQ


(22)

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji usaha produksi jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa. Analisis yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah analisis kelayakan bisnis dan analisis nilai tambah (value added). Analisis kelayakan bisnis mengkaji dua aspek, yakni aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Selain itu, sensitivitas melalui pendekatan switching value terhadap penurunan harga produk jamur tiram segar dan kenaikan harga gas LPG. Analisis nilai tambah mengacu pada metode Hayami, yaitu terhadap hasil olahan jamur tiram menjadi jamur crispy dan nugget jamur yang akan diukur nilai tambah dari produk olahan yang dihasilkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian dengan topik kelayakan usaha dan nilai tambah olahan serta penelitian yang membahas komoditi jamur bukanlah suatu hal yang baru. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan referensi dan pedoman dari beberapa sumber, salah satunya laporan penelitian terdahulu. Referensi yang digunakan berasal dari jurnal, artikel ilmiah laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Berdasarkan referensi yang telah dibahas maka akan diperoleh kesimpulan atas beberapa konsep yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini.

Gambaran Umum jamur di Indonesia

Jamur adalah tumbuhan yang menghasilkan spora, selnya memiliki inti sejati, di dalam sel nya tidak terdapat klorofil. Tubuh jamur tersusun dari gabungan benang hifa. Kumpulan benang hifa berwarna putih disebut misselium dan kumpulan misselium yang menggumpal akan membentuk primordium yang merupakan awal dari pembentukkan badan buah jamur.

Jamur tergolong ke dalam organisme heterotrof yang mana tidak mampu melakukan sintesis kebutuhan hidup sendiri layaknya tumbuhan berhijau daun. Oleh karena itu, kehidupan jamur bergantung pada organisme lain. Jamur juga digolongkan sebagai organisme saprofit yang hidup pada material organik yang telah mati. Tempat tumbuhnya di tanah ataupun pada kayu yang telah mulai lapuk. Sampai saat ini, jamur telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan obat (Tim Redaksi Agromedia, 2005). Selain itu, ada beberapa jamur yang beracun sehingga mengakibatkan keracunan sampai meninggal pada manusia.

Pada dasarnya, dunia jamur terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu divisi Myxomycota, divisi Oomycota, dan divisi Eumycota. Anggota divisi Myxomycota mempunyai tubuh vegetatif yang berlendir dan merayap seperti amuba yang disebut plasmodium. Divisi Oomycotina terdiri dari jamur yang sebagian besar hifanya tidak bersekat, sel-sel tubuh jamur divisi ini mengandung inti banyak. Jamur-jamur dalam divisi ini tergolong penting karena beranggotakan


(23)

parasit tanaman utama, seperti Phytopthora infestans yang terdapat pada tanaman kentang, Sclerospora mayoris yang menyebabkan penyakit bulai pada tanaman jagung, serta penyakit ikan yang terdapat di kolam-kolam. Pada divisi Eumycotina, terdiri atas jamur-jamur sejati. Pengklasifikasian jamur ini dengan pembagian pada empat kelas utama, yakni kelas Chytridiomycetes contohnya Synchytrium psopocarpi yang menyerang daun dan buah kecapir. Kelas Zygomycetes contohnya jamur tempe Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae, kelas Ascomycetes contohnya jamur jelaga yang menyebabkan warna hitam pada daun puluhan jenis tanaman, kelas Basidiomycetes contohnya jamur kuping, jamur merang, dan jamur busut yang enak di malan (Rifai, 1989)

Perkembangan Pembudidayaan Jamur di Indonesia

Prospek pengusahaan jamur kayu di Indonesia cukup cerah, karena kondisi alam dan lingkungan Indonesia sangat cocok untuk budidaya jamur, susbstrat atau log tanam jamur kayu cukup berlimpah, dan bibit unggul jamur sudah tersedia. Tenaga terampil untuk budidaya juga dapat dilatih dalam waktu cepat serta pasar yang cukup luas.

Banyak daerah yang potensial untuk bidang hortikultura juga berpotensi untuk agrobisnis penjamuran, khusunya jamur kayu seperti jamur tiram, jamur kuping, jamur shiitake, bahkan untuk jamur maitake dan jamur ling-zhi yang merupakan jamur berkhasiat obat.

Suriawiria (2001) menyampaikan bahwa banyak alasan yang mendukung perkembangan jamur di Indonesia berlangsung pesat, diantaranya : (1) Lahan yang dibutuhkan untuk budidaya jamur tidak luas, (2) Bahan baku yang digunakan untuk penanaman jamur biasanya sederhana dan murah yang mana dapat menekan biaya produksi, seperti serbuk gergajian kayu, bekatul, serpihan kayu. (3) Waktu antara tanam bibit hingga pemanenan yang singkat. (4) Harga jual jamur kayu sangat tinggi. (5) Jamur kayu memiliki nilai gizi tinggi untuk kesehatan dan kebugaran. Contohnya pada jamur shiitake untuk penurun gula dan kolesterol darah, pencegah kangker dan tumor, pada jamur kuping bermanfaat mencegah radang usus, radang tenggorok, dan penghancur racun. Serta pada jamur ling-zhi sebagai antikanker dan antikarsinogen.

Pada awal tahun 1980, beberapa kawasan di Pulau Jawa mulai berdiri perusahaan penjamuran untuk jenis shiitake, jamur tiram, jamur kuping, dengan skala produksi menengah ke atas, yaitu produksi rata-rata 100-250 kg jamur segar per hari. Pada saat ini masih terdapat kendala yang harus dihadapi, seperti tenaga kerja yang masih kurang terlatih, bibit yang dihasilkan masih kurang baik, pengusahaan teknologi untuk budidaya masih terbatas, serta pangsa pasar. Menurut Tim Redaksi Trubus (2001) Jawa Barat termasuk sentra jamur terlengkap di Indonesia dan aneka jamur konsumsi dapat ditemukan disana.

Jamur Tiram

Terdapat dua golongan besar jamur konsumsi berdasarkan tempat tumbuhnya, yaitu jamur kompos dan jamur kayu. Kedua jenis golongan tersebut banyak ditemukan di Indonesia. Masing-masing jamur memiliki ciri-ciri yang


(24)

berbeda dan kandungan gizi yang berbeda-beda pula sesuai jenisnya. Salah satu jamur yang dapat dimakan dan cukup dikenal di Indonesia adalah jamur tiram.

Jamur tiram atau shimeji (Bahasa Jepang) memiliki warna tubuh putih, kecoklat-cokelatan, keabu-abuan, kekuning-kuningan, kemerah-merahan, dan sebagainya dimana namanya tergantung tubuh buah jamur tersebut. Bila sudah terlalu tua, jamur tiram akan liat atau alot. Biasanya jamur akan tumbuh alami dan banyak dicari pada kayu lunak, seperti karet, kapuk, dan kidamar.

Kini, jamur tiram banyak dibudidayakan. Jamur dapat disayur juga diolah menjadi makanan lain seperti kerupuk, keripik atau menjadi tiram-chips. Menurut Suriawiria (2001) di belahan dunia Eropa dan Amerika, jamur banyak dikonsumsi langsung, di jadikan sayuran pada salad. Di Indonesia sendiri, jamur tiram sudah ditemui dalam olahan makanan untuk penyajian dalam ramuan gado-gado, sup, bahkan pepes.

Prospek Bisnis Jamur Tiram

Menurut Wijoyo (2011), usaha budidaya jamur tiram memiliki prospek bisnis yang baik, hal ini dikarenakan jamur tiram merupakan salah satu jamur konsumsi yang banyak diminati pasar. Jamur tiram memiliki kandungan gizi dan berbagai macam vitamin yang mana sering dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan makanan sehat dengan cita rasa yang nikmat. Bentuk tubuh buah yang menarik dan bersih merupakan daya tarik sendiri bagi konsumen, hal inilah yang membuat permintaan pasar jamur tiram semakin meningkat setiap harinya.

Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa memilih usaha jamur tiram : 1. Permintaan pasar terhadap produk jamur tidak tertutup oleh para petani yang

ada.

2. Prospek ekonomi semakin naik karena produk makanan yang berbahan dasar jamur kerap bermunculan di masyarakat luas.

3. Bahan baku pembuatan media tanam mudah di dapat

4. Dapat menciptakan lapangan kerja baru untuk masyarakat luas

5. Proses bertani lebih mudah, praktis dan dapat terkontrol dengan baik.

Rahmat dan Nurhidayat (2011) juga menyampaikan bahwa permintaan terhadap jamur cenderung mengalami kenaikan setiap tahun. Permintaan dari pasar domestik untuk produk jamur tiram saat ini mengalami kenaikan sebesar 10 persen per tahun. Peningkatan permintaan produk jamur tiram terkait beberapa hal, diantaranya kesadaran masyarakat akan khasiat jamur dan kandungan gizi jamur tiram. Selain itu, Menurut catatan Tabloid Peluang Usaha (2009), kebutuhan jamur tiram untuk Jakarta mencapai 15 ton per hari dan Bandung mencapai 7-10 ton per hari. Jumlah ini belum ditambah dengan kebutuhan dari berbagai kota besar lainnya, seperti Surabaya, Semarang, dan Medan.

Sarana Produksi Jamur Tiram

Sebelum melakukan proses budidaya, Usaha jamur tiram perlu melakukan persiapan sarana produksi. Hal tersebut dikarenakan, dengan adanya sarana produksi yang memadai maka proses budidaya akan dapat berjalan dengan baik. Sarana produksi tersebut mencakup pemilihan lokasi, rumah jamur, dan peralatan yang dibutuhkan.


(25)

Pemilihan Lokasi Budidaya

Syarat awal untuk melakukan budidaya jamur adalah pemilihan lokasi. Menurut Widiastuti (2005), terdapat berbagai syarat yang diperlukan dalam pemilihan lokasi, sebagai berikut : (1) Lokasi perlu dipilih sesuai dengan syarat tumbuh jamur. Syarat utama tumbuhnya jamur adalah suhu lingkungan. Jamur tiram membutuhkan suhu kisaran 30-35 derajat Celcius yang mana sesuai dibudidayakan pada kawasan dataran rendah. (2) Lokasi pembudidayaan harus cukup bersih, jauh dari pabrik atau pembuangan limbah berbahaya. Hal ini berupaya untuk menghindari jamur dari hama, penyakit, serta kontaminasi senyawa yang berbahaya. (3) Tempat budidaya sebaiknya dekat dengan sumber bahan baku dimana diupayakan dapat menghemat biaya produksi. (4) Lokasi budidaya harus dekat dengan sumber air. Sumber air harus tersedia dalam keadaan cukup, bersih, dan tidak tercemar. Air sebagai kebutuhan terpenting yang nantinya digunakan pada saat proses pembuatan media dan masa pembentukkan tubuh buah. (5) Lokasi yang dipilih tergolong mudah dalam mendapatkan instalasi listrik. Usaha budidaya dalam skala besar membutuhkan listrik untuk menggerakkan mesin-mesin produksi, memompa air, membantu pengaturan sirkulasi udara, serta penerangan.

Rumah Jamur

Rumah jamur adalah tempat untuk melakukan budidaya jamur. Umumnya terdiri atas dua macam yaitu rumah jamur industri besar dan rumah jamur sederhana. Rumah jamur industri besar berbentuk seperti bangunan pabrik, yang dalam pembangunannya membutuhkan investasi yang mahal. Adapun rumah jamur sederhana berbentuk kumbung. Investasi kumbung untuk pertumbuhan jamur memerlukan biaya lebih rendah yangmana cocok digunakan untuk budidaya jamur skala kecil atau industri menengah.

Pemilihan rumah jamur berbentuk kumbung juga memiliki banyak manfaat lain selain investasinya yang tergolong rendah. Manfaat tersebut antara lain : (1) Masa budidaya tidak tergantung pada musim, (2) Melindungi jamur dari kondisi luar yang tidak mendukung pertumbuhan jamur, seperti angin yang terlalu kencang, (3) Menghemat lahan, penyimpanan media tumbuh jamur menggunakan rak yang disusun bertingkat, (4) Mudah mengelola iklim mikro di dalam kumbung.

Budidaya jamur tiram biasanya menggunakan kumbung sebagai rumah jamur dengan sistem semi permanen. Sistem semi permanen adalah penggunaan bahan-bahan yang sederhana dalam pembuatan kumbung, yang mana dimaksudkan supaya mudah dipindahkan dan daya tahannya tidak terlalu lama.

Peralatan yang Dibutuhkan

Kebutuhan peralatan biasanya disesuaikan dengan besarnya skala usaha. Apabila ditinjau dari jumlah produksi per hari serta kekuatan produksi, Sentra kegiatan usaha jamur terbagi dalam empat kelompok, yaitu : (1) Pengusaha kecil, dengan jumlah produksi rata-rata 50 kg jamur segar per hari, (2) Pengusaha sedang, umumnya dalam usaha patungan terdiri atas 3-5 orang dengan produksi rata-rata 100 kg jamur per hari, (3) pengusaha menengah, dalam bentuk koperasi atau perorangan dengan produksi rata-rata sekitar 250-500 kg jamur segar per


(26)

hari, (4) pengusaha besar, umumnya milik kelompok pengusaha besar dengan produksi rata-rata lebih dari 1.000 kg jamur segar per hari.

Budidaya jamur tiram yang umumnya dilakukan oleh pengusaha kecil memerlukan peralatan seperti : (1) Sekop, sekop garpu, terpal plastik dan parang untuk persiapan media, (2) Drum sebagai tempat air dan bahan bakar untuk sterilisasi, (3) Sprayer untuk penggabutan dalam pemeliharaan, (4) Keranjang dan pisau untuk menampung jamur dan pembersihan jamur saat pasca panen.

Sedangkan, bagi pengusaha besar dengan modal kuat, peralatan yang dibutuhkan untuk budidaya jamur tiram misalnya mesin-mesin untuk pembuatan substrat tanam, seperti pengumpul bahan baku, alat angkut, ban berjalan, alat pencampur, alat pengisi. Pada proses sterilisasi menggunakan boiler sebagi alat penghasil uap air panas, dan penggunaan lori untuk pengangkutan pasca panen.

Budidaya Jamur Tiram

Dalam budidaya jamur tiram, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan menyangkut beberapa faktor penentu, yaitu lokasi dengan ketinggian dan persyaratan lingkungan tertentu, sumber bahan baku untuk substrat tanam, dan substrat bibit (Suriawiria 2001).

Langkah yang paling baik bagi pelaku usaha yang baru akan memulai kegiatan budidaya jamur, sebaiknya tidak membuat substrat atau log tanam sendiri namun membeli log atau substrat tanam yang sudah diberi bibit dalam jumlah terbatas sesuai dengan kemampuan pelaku usaha masing-masing. Log atau substrat tanam tersebut kemudian dipelihara sesuai ketentuan. Setelah itu, dilakukan analisis terhadap hasilnya. Menurut Suriawiria (2001) terdapat beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam budidaya jamur tiram adalah :

Penyiapan Bangunan

Bentuk dan ukuran bangunan disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya disesuaikan dengan jumlah log atau substrat tanam yang akan dipelihara. Untuk memelihara sekitar 500 – 1.000 buah log atau substrat tanam, diperlukan bangunan dengan ukuran (panjang, lebar, tinggi) 6 meter x 4 meter x 4 meter. Adapun bahan-bahan yang diperlukan seperti tiang, kaso, dan sebagainya yang terbuat dari bambu atau dari kayu yang sudah diawetkan. Atap maupun dinding bangunan sebaiknya terbuat dari bambu ataupun bahan lain yang tidak cepat dirusak oleh adanya pertumbuhan serat jamur. Bahkan kini, dinding bangunan dapat menggunakan lembaran plastik khusus berwarna gelap.

Bahan-bahan yang diperlukan untuk rak atau tempat pemeliharaan susbstrat tanam sebaiknya terbuat dari bambu tua, hal itu dikarenakan ketika jamur tumbuh maka bambu tidak mudah rusak. Jumlah dan tinggi rak tergantung pada tinggi ruangan pemeliharaan dan jumlah substrat tanam yang akan dipelihara.

Pemeliharaan

Pemeliharaan substrat tanam harus memperhatikan faktor lingkungan. Selama pertumbuhan bibit (serat atau miselia seperti benang kapas), temperatur


(27)

diatur antara 28 – 30 derajat Celcius. Sementara untuk pertumbuhan tubuh buah jamur sampai panen, temperatur diatur antara 26-28 derajat Celcius.

Selama pertumbuhan bibit dan pertumbuhan tubuh buah, kelembaban juga harus diatur sekitar 90 persen. Ketika kelembaban kurang, misalnya 80 persen maka substrat tanam akan kering. Agar kelembaban terjamin, penyiraman lantai dengan air bersih dilakukan setiap hari pada pagi san sore hari.

Pertumbuhan tubuh buah jamur pada awalnya umum ditandai dengan adanya bintik-bintik serat berwarna putih yang semakin lama semakin membesar dan selang beberapa hari akan tumbuh jamur kecil. Ketika terjadi kondisi seperti itu, tutup kapas dan leher pralon segera dilepaskan dari substrat tanam.

Kehadiran jamur asing yang merugikan ditandai dengan tumbuhnya miselia berupa serat jamur berwarna, seperti hitam, biru, cokelat, kuning. Apabila hal itu terjadi, jamur segera dipisahkan.

Pemanenan

Setelah jamur dipanen, batang jamur bekas dibersihkan dari substrat tanam. Batang jamur yang tersisa dan dibiarkan akan membusuk dan merugikan. Setelah itu, lembar kantong plastik diturunkan ke bawah agar jamur tumbuh lagi.Pemanenan jamur dapat dilakukan 4-8 kali tergantung pada kandungan substrat tanam, bibit jamur, serta lingkungan selama pemeliharaan. Jumlah jamur yang dipanen per musim dapat mencapai 600 gram, dengan berat substrat tanam adalah 1 kg.

Penelitian Terdahulu

Penelitian ini memerlukan suatu sumber informasi yang dapat digunakan sebagai referensi yaitu melalui penelitian terdahulu. Hal yang dikaji dalam penelitian terdahulu antara lain ialah produk yang diteliti, periode pembangunan investasi, alat analisis yang digunakan, tingkat diskonto yang digunakan, penetapan umur usaha, asumsi aspek finansial, dan indikator perubahan pada analisis sensitivitas.

Penelitian mengenai kelayakan usaha pernah dilakukan untuk produk agribisnis yang sama, yaitu jamur tiram putih. Nur (2012) melakukan penelitian mengenai kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih pada PD Cahya Mandiri Mushroom di Desa Sukawening, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selain itu, penelitian terdahulu mengenai jamur tiram putih pernah dilakukan oleh Putri. Putri (2010) melakukan penelitian mengenai kelayakan usahatani jamur tiram dengan menggunakan sistem kemitraan. Lokasi

penelitian dilakukan di D’Lup Farm, Desa Sudajaya Girang, Kabupaten Sukabumi. Analisis kelayakan untuk produk agribisnis tidak hanya dilakukan pada produk sayuran berupa jamur. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat berbagai produk agribisnis dibidang perikanan yang telah di teliti kelayakan usahanya. Oom (2010) meneliti tentang Analisis kelayakan pengembangan usaha ikan hias air tawar. Lokasi penelitian bertempat pada Arifin Fish Farm di Desa Ciluar, Kota Bogor.

Setiap perusahaan memiliki periode pembangunan investasi yang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada lamanya waktu yang diperlukan untuk


(28)

membangun investasi sebelum pelaksanaan kegiatan operasional usaha tersebut. Nur (2012), menggunakan tahun ke-1 sebagai tahun pembangunan investasi. Penggunaan tahun pertama dikarenakan pengembangan usaha hanya membutuhkan waktu kurang dari satu tahun, sehingga dalam periode tahun pertama sudah dapat dilakukan panen jamur dan produksi baglog. Oom (2010) juga menggunakan tahun pertama sebagai periode pembangunan investasi, dimana pembangunan investasi dalam usaha ini tidak memerlukan periode terlalu lama. Namun, Putri (2010) menggunakan perhitungan umur usaha dari mulai tahun ke-0, dimana dijelaskan perlunya waktu kurang lebih selama satu tahun untuk melakukan persiapan sebelum usaha budidaya jamur tiram dilakukan. Pada penelitian mengenai kelayakan usaha dan nilai tambah olahan jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa ini, peneliti menggunakan tahun pertama sebagai tahun pembangunan investasi usaha. Menurut pemilik CV. Megah Makmur Sentosa, pembangunan kumbung baru berkapasitas 30.000 baglog sebagai investasi terpenting yang digunakan dalam usaha ini tidak memerlukan periode yang lama untuk membangunnya. Oleh karena itu, pembangunan investasi dilakukan pada tahun pertama usaha.

Mengenai alat analisis yang digunakan dalam penelitian studi kelayakan bisnis, alat analisis yang digunakan pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Alat analisis yang digunakan ialah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Penelitian terdahulu yang dijadikan referensi pada penelitian ini menggunakan alat analisis yang sama. Namun, terdapat perbedaan pada salah satu kriteria investasi yang digunakan, yaitu payback period. Penelitian mengenai kelayakan usaha dan nilai tambah olahan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) pada CV. Megah Makmur Sentosa ini menggunakan metode yang berbeda yaitu discounted payback period untuk menentukan periode pengembalian investasi. Hal ini dikarenakan penggunaan metode ini untuk mengetahui perbandingan manfaat yang diperoleh atas usaha di masa mendatang dengan menggunakan nilai uang saat ini. Oleh karena itu, nilai manfaat bersih yang digunakan adalah manfaat bersih yang telah didiskonto.

Tingkat diskonto yang digunakan dalam penelitian terdahulu memiliki nilai yang berbeda-beda. Hal ini beracu pada sumber permodalan yang digunakan dalam pengembangan usaha. Nur (2012), menggunakan tingkat diskonto sebesar 6,7 persen sebelum dilakukan pengembangan. Nilai ini didasarkan pada rata-rata BI rate bulan Januari – Oktober 2011. Sedangkan discount rate yang digunakan sebesar 8,6 persen ketika dilakukan pengembangan dimana modal yang didapat berasal dari pinjaman ke Bank BRI. Berdasar penelitian yang dilakukan Oom (2010), tingkat diskonto yang digunakan sebesar 10,25 persen dalam lahan 800 m2. Nilai ini diperoleh melalui persentase tingkat suku bunga yang didapat merupakan rata-rata bunga pinjaman kepada Bank BRI sebesar 14 persen dengan suku bunga deposito sebesar 6,5 persen. Pada penelitian mengenai kelayakan usaha jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa ini, tingkat diskonto yang digunakan adalah 5,00 persen. Nilai ini diperoleh berdasarkan tingkat suku bunga deposito Bank Mandiri pada tahun 2013, dimana modal yang digunakan dalam melakukan usaha adalah modal sendiri.

Penetapan umur bisnis dilakukan atas dasar yang berbeda-beda. Pada penelitian Nur (2009), umur bisnis yang digunakan ialah selama lima tahun


(1)

Lampiran 8 Cashflow usaha jamur tiram putih pada CV. Megah Makmur Sentosa

1 2 3 4 5

A INFLOW

1. Penjualan jamur tiram putih 121,086,933 242,173,866 242,173,866 242,173,866 242,173,866 2. Penjualan baglog 13,238,250 15,885,900 15,885,900 15,885,900 15,885,900 3. Penjualan bibit jamur tipe F2 26,476,000 31,772,000 31,772,000 31,772,000 31,772,000

4. Nilai sisa 8,946,330

TOTAL INFLOW 160,801,183 289,831,766 289,831,766 289,831,766 298,778,096

B OUTFLOW

1. BIAYA INVESTASI

1. Bangunan Kumbung (24x15 m) 36,259,500 2. Bangunan kumbung (8x10,5 m) 10,193,500 3. Tempat produksi 12,354,500 4. Saung Karyawan 6,730,000 5. Sewa dibayar dimuka 15,000,000

6. Boiler 3,800,000 3,800,000 7. Troli 350,000

8. Sekop 75,000 75,000 75,000 9. Semawar 170,000 170,000 170,000 10. Botol bibit 1,400,000 1,400,000 1,400,000 11. Ember 68,000 68,000 68,000 12. Mesin pengkabutan 1,910,000

13. Sumur pompa 1,160,000 14. Pantek Sumur pompa 1,600,000 15. Instalasi listrik 1,000,000

16. Bunsen 30,000 30,000 30,000 17. Penggiling jagung 120,000 120,000 120,000 18. Spatula 24,000 24,000 24,000 19. Selang gas 40,000 40,000 40,000 20. Selang air 200,000 200,000 200,000 21. Timbangan besar 500,000

22. Timbangan kecil 150,000

23. Laptop 5,850,000 5,850,000 5,850,000 24. Printer 395,000 395,000 395,000 25. Mobil pickup 38,000,000

26. Motor 11,550,000

27. Meja 269,990 269,990 269,990 28. Kursi 329,990 329,990 329,990

TOTAL BIAYA INVESTASI 149,529,480 0 8,971,980 3,800,000 8,971,980 2. BIAYA TETAP

1. Biaya Sewa 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000

2. Gaji:

Gaji Kepala Bagian 14,000,000 16,800,000 16,800,000 16,800,000 16,800,000 Gaji TK Bibit 7,300,000 8,760,000 8,760,000 8,760,000 8,760,000 Gaji TK Kumbung 23,400,000 28,080,000 28,080,000 28,080,000 28,080,000 Gaji Staff Pemasaran dan Keuangan 3,000,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 Gaji staff logistik 3,500,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 3. Uang makan kepala bagian 2,600,000 3,120,000 3,120,000 3,120,000 3,120,000 Uang makan karyawan 11,200,000 13,440,000 13,440,000 13,440,000 13,440,000 4. Biaya Komunikasi 440,000 528,000 528,000 528,000 528,000 5. Biaya Listrik 150,000 180,000 180,000 180,000 180,000 6. Biaya pemeliharaan :

Pembelian oli (untuk kumbung) 300,000 360,000 360,000 360,000 360,000 Pembelian oli (untuk service motor) 0 0 360,000 360,000 360,000 Pembelian oli (untuk service mobil) 1,200,000 1,440,000 1,440,000 1,440,000 1,440,000 7. Biaya kebersihan 240,000 288,000 288,000 288,000 288,000 8. Peralatan Produksi:

Masker 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 Saringan plastik 7,000 7,000 7,000 7,000 7,000 Saringan alumunium 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 Gunting 28,000 28,000 28,000 28,000 28,000 Cutter 15,200 15,200 15,200 15,200 15,200 Sapu lidi 24,000 24,000 24,000 24,000 24,000 Sapu Ijuk 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000

TOTAL BIAYA TETAP 70,608,200 84,074,200 84,434,200 84,434,200 84,434,200 3. BIAYA VARIABEL

1. Bahan Baku Loging:

Serbuk gergaji 3,900,000 6,930,000 6,930,000 6,930,000 6,930,000 Bekatul 7,800,000 13,860,000 13,860,000 13,860,000 13,860,000 Kapur (CaCO3) 260,000 462,000 462,000 462,000 462,000 Gypsum 455,000 808,500 808,500 808,500 808,500 Pupuk NPK 195,000 346,500 346,500 346,500 346,500 Tetes tebu 650,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 Bibit F2 11,096,000 19,716,000 19,716,000 19,716,000 19,716,000 Plastik Log 4,784,000 8,510,000 8,510,000 8,510,000 8,510,000 6. Plastik kemas 1,863,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000 7. Gas LPG 4,160,000 7,392,000 7,392,000 7,392,000 7,392,000 8. Upah tenaga kerja inokulasi 3,329,040 5,914,800 5,914,800 5,914,800 5,914,800 Upah tenaga kerja pengemasan 3,329,040 5,914,800 5,914,800 5,914,800 5,914,800 Upah tenaga kerja bongkar-pasang 2,496,780 4,436,100 4,436,100 4,436,100 4,436,100 9. Bahan Baku bibit F2:

Serbuk gergaji 660,000 870,000 870,000 870,000 870,000 Jagung menir 308,000 406,000 406,000 406,000 406,000 Kapur (CaCO3) 13,200 17,400 17,400 17,400 17,400 Bekatul 66,000 87,000 87,000 87,000 87,000 Bibit F1 7,475,000 9,959,000 9,959,000 9,959,000 9,959,000 10. Botol bibit 1,083,950 1,300,600 1,300,600 1,300,600 1,300,600 11. Alkohol 286,000 312,000 312,000 312,000 312,000 12. Spirtus 462,000 504,000 504,000 504,000 504,000 13. Biaya transportasi 4,455,000 4,860,000 4,860,000 4,860,000 4,860,000

TOTAL BIAYA VARIABEL 59,127,010 97,487,700 97,487,700 97,487,700 97,487,700 TOTAL OUTFLOW 279,264,690 181,561,900 190,893,880 185,721,900 190,893,880

net benefit (118,463,507) 108,269,866 98,937,886 104,109,866 107,884,216

Pajak 25% 1,293,918 20,594,891 20,504,891 20,504,891 20,504,891

net benefit setelah pajak (119,757,425) 87,674,975 78,432,995 83,604,975 87,379,325 discount factor 5% 0.952 0.907 0.864 0.823 0.784 PV/Tahun (114,009,069) 79,521,202 67,766,108 68,806,894 68,505,391 PV positif 284,599,595

PV negatif (114,009,069)

NPV 170,590,527

IRR 59.60%


(2)

Lampiran 9 Analisis switching value (penurunan jumlah output (jamur tiram, baglog, dan bibit) sebesar 15,84653094%)

1 2 3 4 5

A INFLOW

1. Penjualan jamur tiram putih 101,898,855 203,797,709 203,797,709 203,797,709 203,797,709 2. Penjualan baglog 11,728,048 14,072,792 14,072,792 14,072,792 14,072,792 3. Penjualan bibit jamur tipe F2 23,454,582 28,145,583 28,145,583 28,145,583 28,145,583

4. Nilai sisa 8,946,330

TOTAL INFLOW 137,081,485 246,016,084 246,016,084 246,016,084 254,962,414

B OUTFLOW

1. BIAYA INVESTASI

1. Bangunan Kumbung (24x15 m) 36,259,500 2. Bangunan kumbung (8x10,5 m) 10,193,500 3. Tempat produksi 12,354,500 4. Saung Karyawan 6,730,000 5. Sewa dibayar dimuka 15,000,000

6. Boiler 3,800,000 3,800,000 7. Troli 350,000

8. Sekop 75,000 75,000 75,000 9. Semawar 170,000 170,000 170,000 10. Botol bibit 1,400,000 1,400,000 1,400,000 11. Ember 68,000 68,000 68,000 12. Mesin pengkabutan 1,910,000

13. Sumur pompa 1,160,000 14. Pantek Sumur pompa 1,600,000 15. Instalasi listrik 1,000,000

16. Bunsen 30,000 30,000 30,000 17. Penggiling jagung 120,000 120,000 120,000 18. Spatula 24,000 24,000 24,000 19. Selang gas 40,000 40,000 40,000 20. Selang air 200,000 200,000 200,000 21. Timbangan besar 500,000

22. Timbangan kecil 150,000

23. Laptop 5,850,000 5,850,000 5,850,000 24. Printer 395,000 395,000 395,000 25. Mobil pickup 38,000,000

26. Motor 11,550,000

27. Meja 269,990 269,990 269,990 28. Kursi 329,990 329,990 329,990

TOTAL BIAYA INVESTASI 149,529,480 0 8,971,980 3,800,000 8,971,980 2. BIAYA TETAP

1. Biaya Sewa 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000

2. Gaji:

Gaji Kepala Bagian 14,000,000 16,800,000 16,800,000 16,800,000 16,800,000 Gaji TK Bibit 7,300,000 8,760,000 8,760,000 8,760,000 8,760,000 Gaji TK Kumbung 23,400,000 28,080,000 28,080,000 28,080,000 28,080,000 Gaji Staff Pemasaran dan Keuangan 3,000,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 Gaji staff logistik 3,500,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 3. Uang makan kepala bagian 2,600,000 3,120,000 3,120,000 3,120,000 3,120,000 Uang makan karyawan 11,200,000 13,440,000 13,440,000 13,440,000 13,440,000 4. Biaya Komunikasi 440,000 528,000 528,000 528,000 528,000 5. Biaya Listrik 150,000 180,000 180,000 180,000 180,000 6. Biaya pemeliharaan :

Pembelian oli (untuk kumbung) 300,000 360,000 360,000 360,000 360,000 Pembelian oli (untuk service motor) 0 0 360,000 360,000 360,000 Pembelian oli (untuk service mobil) 1,200,000 1,440,000 1,440,000 1,440,000 1,440,000 7. Biaya kebersihan 240,000 288,000 288,000 288,000 288,000 8. Peralatan Produksi:

Masker 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 Saringan plastik 7,000 7,000 7,000 7,000 7,000 Saringan alumunium 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 Gunting 28,000 28,000 28,000 28,000 28,000 Cutter 15,200 15,200 15,200 15,200 15,200 Sapu lidi 24,000 24,000 24,000 24,000 24,000 Sapu Ijuk 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000

TOTAL BIAYA TETAP 70,608,200 84,074,200 84,434,200 84,434,200 84,434,200 3. BIAYA VARIABEL

1. Bahan Baku Loging:

Serbuk gergaji 3,900,000 6,930,000 6,930,000 6,930,000 6,930,000 Bekatul 7,800,000 13,860,000 13,860,000 13,860,000 13,860,000 Kapur (CaCO3) 260,000 462,000 462,000 462,000 462,000 Gypsum 455,000 808,500 808,500 808,500 808,500 Pupuk NPK 195,000 346,500 346,500 346,500 346,500 Tetes tebu 650,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 Bibit F2 11,096,000 19,716,000 19,716,000 19,716,000 19,716,000 Plastik Log 4,784,000 8,510,000 8,510,000 8,510,000 8,510,000 6. Plastik kemas 1,863,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000 7. Gas LPG 4,160,000 7,392,000 7,392,000 7,392,000 7,392,000 8. Upah tenaga kerja inokulasi 3,329,040 5,914,800 5,914,800 5,914,800 5,914,800 Upah tenaga kerja pengemasan 3,329,040 5,914,800 5,914,800 5,914,800 5,914,800 Upah tenaga kerja bongkar-pasang 2,496,780 4,436,100 4,436,100 4,436,100 4,436,100 9. Bahan Baku bibit F2:

Serbuk gergaji 660,000 870,000 870,000 870,000 870,000 Jagung menir 308,000 406,000 406,000 406,000 406,000 Kapur (CaCO3) 13,200 17,400 17,400 17,400 17,400 Bekatul 66,000 87,000 87,000 87,000 87,000 Bibit F1 7,475,000 9,959,000 9,959,000 9,959,000 9,959,000 10. Botol bibit 1,083,950 1,300,600 1,300,600 1,300,600 1,300,600 11. Alkohol 286,000 312,000 312,000 312,000 312,000 12. Spirtus 462,000 504,000 504,000 504,000 504,000 13. Biaya transportasi 4,455,000 4,860,000 4,860,000 4,860,000 4,860,000

TOTAL BIAYA VARIABEL 59,127,010 97,487,700 97,487,700 97,487,700 97,487,700 TOTAL OUTFLOW 279,264,690 181,561,900 190,893,880 185,721,900 190,893,880

net benefit (142,183,205) 64,454,184 55,122,204 60,294,184 64,068,534

Pajak 25% 1,293,918 20,594,891 20,504,891 20,504,891 20,504,891

net benefit setelah pajak (143,477,123) 43,859,293 34,617,313 39,789,293 43,563,643 discount factor 5% 0.952 0.907 0.864 0.823 0.784 PV/Tahun (136,590,221) 39,780,379 29,909,358 32,746,588 34,153,896 PV positif 136,590,222

PV negatif (136,590,221)

PV comulativ (136,590,221) (96,809,843) (66,900,484) (34,153,896) 0

NPV 0.091

IRR 5.0%

Net B/C 1.000

DPP (tahun) 5.00


(3)

Lampiran 10 Analisis switching value (penurunan harga output jamur sebesar 18,27746345%)

1 2 3 4 5

A INFLOW

1. Penjualan jamur tiram putih 98,955,313 197,910,626 197,910,626 197,910,626 197,910,626 2. Penjualan baglog 13,238,250 15,885,900 15,885,900 15,885,900 15,885,900 3. Penjualan bibit jamur tipe F2 26,476,000 31,772,000 31,772,000 31,772,000 31,772,000

4. Nilai sisa 8,946,330

TOTAL INFLOW 138,669,563 245,568,526 245,568,526 245,568,526 254,514,856

B OUTFLOW

1. BIAYA INVESTASI

1. Bangunan Kumbung (24x15 m) 36,259,500 2. Bangunan kumbung (8x10,5 m) 10,193,500 3. Tempat produksi 12,354,500 4. Saung Karyawan 6,730,000 5. Sewa dibayar dimuka 15,000,000

6. Boiler 3,800,000 3,800,000 7. Troli 350,000

8. Sekop 75,000 75,000 75,000 9. Semawar 170,000 170,000 170,000 10. Botol bibit 1,400,000 1,400,000 1,400,000 11. Ember 68,000 68,000 68,000 12. Mesin pengkabutan 1,910,000

13. Sumur pompa 1,160,000 14. Pantek Sumur pompa 1,600,000 15. Instalasi listrik 1,000,000

16. Bunsen 30,000 30,000 30,000 17. Penggiling jagung 120,000 120,000 120,000 18. Spatula 24,000 24,000 24,000 19. Selang gas 40,000 40,000 40,000 20. Selang air 200,000 200,000 200,000 21. Timbangan besar 500,000

22. Timbangan kecil 150,000

23. Laptop 5,850,000 5,850,000 5,850,000 24. Printer 395,000 395,000 395,000 25. Mobil pickup 38,000,000

26. Motor 11,550,000

27. Meja 269,990 269,990 269,990 28. Kursi 329,990 329,990 329,990

TOTAL BIAYA INVESTASI 149,529,480 0 8,971,980 3,800,000 8,971,980 2. BIAYA TETAP

1. Biaya Sewa 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 2. Gaji:

Gaji Kepala Bagian 14,000,000 16,800,000 16,800,000 16,800,000 16,800,000 Gaji TK Bibit 7,300,000 8,760,000 8,760,000 8,760,000 8,760,000 Gaji TK Kumbung 23,400,000 28,080,000 28,080,000 28,080,000 28,080,000 Gaji Staff Pemasaran dan Keuangan 3,000,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 Gaji staff logistik 3,500,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 3. Uang makan kepala bagian 2,600,000 3,120,000 3,120,000 3,120,000 3,120,000 Uang makan karyawan 11,200,000 13,440,000 13,440,000 13,440,000 13,440,000 4. Biaya Komunikasi 440,000 528,000 528,000 528,000 528,000 5. Biaya Listrik 150,000 180,000 180,000 180,000 180,000 6. Biaya pemeliharaan :

Pembelian oli (untuk kumbung) 300,000 360,000 360,000 360,000 360,000 Pembelian oli (untuk service motor) 0 0 360,000 360,000 360,000 Pembelian oli (untuk service mobil) 1,200,000 1,440,000 1,440,000 1,440,000 1,440,000 7. Biaya kebersihan 240,000 288,000 288,000 288,000 288,000 8. Peralatan Produksi:

Masker 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 Saringan plastik 7,000 7,000 7,000 7,000 7,000 Saringan alumunium 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 Gunting 28,000 28,000 28,000 28,000 28,000 Cutter 15,200 15,200 15,200 15,200 15,200 Sapu lidi 24,000 24,000 24,000 24,000 24,000 Sapu Ijuk 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000

TOTAL BIAYA TETAP 70,608,200 84,074,200 84,434,200 84,434,200 84,434,200 3. BIAYA VARIABEL

1. Bahan Baku Loging:

Serbuk gergaji 3,900,000 6,930,000 6,930,000 6,930,000 6,930,000 Bekatul 7,800,000 13,860,000 13,860,000 13,860,000 13,860,000 Kapur (CaCO3) 260,000 462,000 462,000 462,000 462,000 Gypsum 455,000 808,500 808,500 808,500 808,500 Pupuk NPK 195,000 346,500 346,500 346,500 346,500 Tetes tebu 650,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 Bibit F2 11,096,000 19,716,000 19,716,000 19,716,000 19,716,000 Plastik Log 4,784,000 8,510,000 8,510,000 8,510,000 8,510,000 6. Plastik kemas 1,863,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000 7. Gas LPG 4,160,000 7,392,000 7,392,000 7,392,000 7,392,000 8. Upah tenaga kerja inokulasi 3,329,040 5,914,800 5,914,800 5,914,800 5,914,800 Upah tenaga kerja pengemasan 3,329,040 5,914,800 5,914,800 5,914,800 5,914,800 Upah tenaga kerja bongkar-pasang 2,496,780 4,436,100 4,436,100 4,436,100 4,436,100 9. Bahan Baku bibit F2:

Serbuk gergaji 660,000 870,000 870,000 870,000 870,000 Jagung menir 308,000 406,000 406,000 406,000 406,000 Kapur (CaCO3) 13,200 17,400 17,400 17,400 17,400 Bekatul 66,000 87,000 87,000 87,000 87,000 Bibit F1 7,475,000 9,959,000 9,959,000 9,959,000 9,959,000 10. Botol bibit 1,083,950 1,300,600 1,300,600 1,300,600 1,300,600 11. Alkohol 286,000 312,000 312,000 312,000 312,000 12. Spirtus 462,000 504,000 504,000 504,000 504,000 13. Biaya transportasi 4,455,000 4,860,000 4,860,000 4,860,000 4,860,000

TOTAL BIAYA VARIABEL 59,127,010 97,487,700 97,487,700 97,487,700 97,487,700 TOTAL OUTFLOW 279,264,690 181,561,900 190,893,880 185,721,900 190,893,880

net benefit (140,595,127) 64,006,626 54,674,646 59,846,626 63,620,976

Pajak 25% 1,293,918 20,594,891 20,504,891 20,504,891 20,504,891

net benefit setelah pajak (141,889,045) 43,411,735 34,169,755 39,341,735 43,116,085 discount factor 5% 0.952 0.907 0.864 0.823 0.784 PV/Tahun (135,078,371) 39,374,444 29,522,668 32,378,248 33,803,011 PV positif 135,078,371

PV negatif (135,078,371)

NPV 0.273

IRR 5.0%


(4)

Lampiran 11 Analisis switching value (kenaikan harga gas LPG 589,656418%)

1 2 3 4 5

A INFLOW

1. Penjualan jamur tiram putih 121,086,933 242,173,866 242,173,866 242,173,866 242,173,866 2. Penjualan baglog 13,238,250 15,885,900 15,885,900 15,885,900 15,885,900 3. Penjualan bibit jamur tipe F2 26,476,000 31,772,000 31,772,000 31,772,000 31,772,000

4. Nilai sisa 8,946,330

TOTAL INFLOW 160,801,183 289,831,766 289,831,766 289,831,766 298,778,096

B OUTFLOW

1. BIAYA INVESTASI

1. Bangunan Kumbung (24x15 m) 36,259,500 2. Bangunan kumbung (8x10,5 m) 10,193,500 3. Tempat produksi 12,354,500 4. Saung Karyawan 6,730,000 5. Sewa dibayar dimuka 15,000,000

6. Boiler 3,800,000 3,800,000 7. Troli 350,000

8. Sekop 75,000 75,000 75,000 9. Semawar 170,000 170,000 170,000 10. Botol bibit 1,400,000 1,400,000 1,400,000 11. Ember 68,000 68,000 68,000 12. Mesin pengkabutan 1,910,000

13. Sumur pompa 1,160,000 14. Pantek Sumur pompa 1,600,000 15. Instalasi listrik 1,000,000

16. Bunsen 30,000 30,000 30,000 17. Penggiling jagung 120,000 120,000 120,000 18. Spatula 24,000 24,000 24,000 19. Selang gas 40,000 40,000 40,000 20. Selang air 200,000 200,000 200,000 21. Timbangan besar 500,000

22. Timbangan kecil 150,000

23. Laptop 5,850,000 5,850,000 5,850,000 24. Printer 395,000 395,000 395,000 25. Mobil pickup 38,000,000

26. Motor 11,550,000

27. Meja 269,990 269,990 269,990 28. Kursi 329,990 329,990 329,990

TOTAL BIAYA INVESTASI 149,529,480 0 8,971,980 3,800,000 8,971,980 2. BIAYA TETAP

1. Biaya Sewa 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000

2. Gaji:

Gaji Kepala Bagian 14,000,000 16,800,000 16,800,000 16,800,000 16,800,000 Gaji TK Bibit 7,300,000 8,760,000 8,760,000 8,760,000 8,760,000 Gaji TK Kumbung 23,400,000 28,080,000 28,080,000 28,080,000 28,080,000 Gaji Staff Pemasaran dan Keuangan 3,000,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 Gaji staff logistik 3,500,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 4,200,000 3. Uang makan kepala bagian 2,600,000 3,120,000 3,120,000 3,120,000 3,120,000 Uang makan karyawan 11,200,000 13,440,000 13,440,000 13,440,000 13,440,000 4. Biaya Komunikasi 440,000 528,000 528,000 528,000 528,000 5. Biaya Listrik 150,000 180,000 180,000 180,000 180,000 6. Biaya pemeliharaan :

Pembelian oli (untuk kumbung) 300,000 360,000 360,000 360,000 360,000 Pembelian oli (untuk service motor) 0 0 360,000 360,000 360,000 Pembelian oli (untuk service mobil) 1,200,000 1,440,000 1,440,000 1,440,000 1,440,000 7. Biaya kebersihan 240,000 288,000 288,000 288,000 288,000 8. Peralatan Produksi:

Masker 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 Saringan plastik 7,000 7,000 7,000 7,000 7,000 Saringan alumunium 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 Gunting 28,000 28,000 28,000 28,000 28,000 Cutter 15,200 15,200 15,200 15,200 15,200 Sapu lidi 24,000 24,000 24,000 24,000 24,000 Sapu Ijuk 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000

TOTAL BIAYA TETAP 70,608,200 84,074,200 84,434,200 84,434,200 84,434,200 3. BIAYA VARIABEL

1. Bahan Baku Loging:

Serbuk gergaji 3,900,000 6,930,000 6,930,000 6,930,000 6,930,000 Bekatul 7,800,000 13,860,000 13,860,000 13,860,000 13,860,000 Kapur (CaCO3) 260,000 462,000 462,000 462,000 462,000 Gypsum 455,000 808,500 808,500 808,500 808,500 Pupuk NPK 195,000 346,500 346,500 346,500 346,500 Tetes tebu 650,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 1,155,000 Bibit F2 11,096,000 19,716,000 19,716,000 19,716,000 19,716,000 Plastik Log 4,784,000 8,510,000 8,510,000 8,510,000 8,510,000 6. Plastik kemas 1,863,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000 3,726,000 7. Gas LPG 28,689,707 50,979,402 50,979,402 50,979,402 50,979,402 8. Upah tenaga kerja inokulasi 3,329,040 5,914,800 5,914,800 5,914,800 5,914,800 Upah tenaga kerja pengemasan 3,329,040 5,914,800 5,914,800 5,914,800 5,914,800 Upah tenaga kerja bongkar-pasang 2,496,780 4,436,100 4,436,100 4,436,100 4,436,100 9. Bahan Baku bibit F2:

Serbuk gergaji 660,000 870,000 870,000 870,000 870,000 Jagung menir 308,000 406,000 406,000 406,000 406,000 Kapur (CaCO3) 13,200 17,400 17,400 17,400 17,400 Bekatul 66,000 87,000 87,000 87,000 87,000 Bibit F1 7,475,000 9,959,000 9,959,000 9,959,000 9,959,000 10. Botol bibit 1,083,950 1,300,600 1,300,600 1,300,600 1,300,600 11. Alkohol 286,000 312,000 312,000 312,000 312,000 12. Spirtus 462,000 504,000 504,000 504,000 504,000 13. Biaya transportasi 4,455,000 4,860,000 4,860,000 4,860,000 4,860,000

TOTAL BIAYA VARIABEL 83,656,717 141,075,102 141,075,102 141,075,102 141,075,102 TOTAL OUTFLOW 303,794,397 225,149,302 234,481,282 229,309,302 234,481,282

net benefit (142,993,214) 64,682,464 55,350,484 60,522,464 64,296,814

Pajak 25% 1,293,918 20,594,891 20,504,891 20,504,891 20,504,891

net benefit setelah pajak (144,287,132) 44,087,573 34,845,593 40,017,573 43,791,923 discount factor 5% 0.952 0.907 0.864 0.823 0.784 PV/Tahun (137,361,350) 39,987,428 30,106,592 32,934,462 34,332,867 PV positif 137,361,350

PV negatif (137,361,350)

NPV 0.207

IRR 5.0%

Net B/C 1.000

DPP (tahun) 5.0


(5)

Lampiran 12 Dokumentasi

Kumbung pertumbuhan

baglog

CV.

Megah Makmur Sentosa

Rak penyimpanan

baglog

CV. Megah

Makmur Sentosa

Pengecekan kumbung oleh karyawan

CV. Megah Makmur Sentosa

Pemasukan media tanam

baglog

setelah

pengomposan

Pengangkutan

baglog

menuju kumbung

oleh karyawan

Penaruhan

baglog

pada rak

Penyimpanan bahan baku usaha jamur

tiram

Bibit F2 Produksi oleh CV. Megah

Makmur Sentosa

Produksi bibit

Pengemasan jamur tiram putih oleh

karyawan

Pembelian jamur tiram putih oleh

distributor

Peralatan budidaya jamur tiram CV.

Megah Makmur Sentosa

Produksi jamur

crispy

oleh D'Jamur

LQiang

Produksi nugget jamur oleh Joggets

Nugget


(6)

107

Lampiran 13

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Sarah Putri, dilahirkan di Jakarta pada tanggal

10 Februari 1991. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari

pasangan suami istri ayahanda Hartono Hadiwardojo dan ibunda Yoel Fattah.

Penulis menempuh pendidikan formal di SDN Percontohan Ujung

Menteng 04 Pagi pada tahun 1997 dan lulus pada tahun 2003. Penulis kemudian

melanjutkan pendidikan ke SMPN 193 Jakarta dan lulus pada tahun 2006

kemudian menamatkan pendidikan menengah atas pada SMAN 12 Jakarta pada

tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut

Pertanian Bogor melalui jalur UTMI (Ujian Talenta Mandiri) dengan Program

Mayor Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis turut mengikuti kegiatan

organisasi mahasiswa dan kepanitiaan di kampus. Penulis tergabung sebagai

Staff

IT di UKM Century (Centre of Entrepreneurship Development of Youth) IPB

pada tahun 2010. Penulis dipercaya sebagai Sekretaris Umum II di Himpunan

Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) pada tahun 2011. Penulis juga

dipercaya memegang beberapa jabatan atas divisi pada beberapa kepanitiaan di

UKM Century, himpunan profesi, dan internal kampus.

Dalam mengaplikasikan ilmu bisnis, penulis bersama

partner

mendirikan

sebuah usaha perdagangan dan jasa dengan nama Jual Beli M. Penulis adalah

Owner

di RUMAH PAYUNG dan IPUS

Gift and Souvenir

, serta

Property