Pengelolaan feses kuda (Equus caballus) di Nusantara Polo Club (NPC), Karanggan, Bogor

PENGELOLAAN FESES KUDA (Equus caballus)
DI NUSANTARA POLO CLUB (NPC),
KARANGGAN, BOGOR

SKRIPSI
ANNISA ANTARESSA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

i

RINGKASAN
Annisa Antaressa. D14070263. 2011. Pengelolaan Feses Kuda (Equus caballus) di
Nusantara Polo Club (NPC), Karanggan, Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Salundik, M.Si.
Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, M.S.
Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari

suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas, ataupun
sisa pakan. Limbah yang terdiri dari feses dan urin adalah limbah yang paling banyak
dihasilkan dan dapat memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan apabila tidak
diolah dengan baik dan benar. Kuda merupakan hewan yang telah lama digunakan
untuk kepentingan manusia, baik untuk digunakan tenaganya, kecepatannya,
dagingnya sebagai pangan, bahkan limbah yang dihasilkan dari kuda. Saat ini di
Indonesia sudah banyak orang yang tertarik untuk beternak kuda karena keunggulan
tersebut. Akan tetapi, banyak peternak yang kurang memperhatikan limbah yang
dihasilkan kuda dan tidak memanfaatkannya sehingga dapat menyebabkan dampak
buruk bagi lingkungan sekitar. Tidak seperti feses sapi perah, feses kuda memiliki
tekstur yang lebih padat sehingga jarang digunakan untuk biogas dan pupuk organik,
namun tidak menutup kemungkinan bahwa limbah peternakan kuda, terutama feses,
dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Manajemen pengolahan limbah yang baik akan
menghasilkan lingkungan yang sehat bagi peternakan maupun daerah sekitarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mendapatkan informasi mengenai
manajemen pengolahan limbah terutama feses kuda sehingga dapat membantu
mengurangi dampak buruk yang dihasilkan dari limbah kuda terhadap lingkungan di
sekitarnya, serta dapat memberikan solusi dalam pengolahan limbah yang efisien.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data
sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara dan pengamatan langsung di

lokasi penelitian, sedangkan data sekunder didapat dari data yang sudah ada
sebelumnya. Pengamatan dilakukan di dua tempat, yaitu kandang Alpha dan kandang
Bravo. Selanjutnya data tersebut dianalisis dan diolah secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini di NPC belum dilakukan
pengolahan feses lebih lanjut. Feses beserta bedding yang kotor digunakan sebagai
pupuk dengan cara disebar secara langsung ke kebun rumput pakan ternak. Hal
tersebut menyebabkan dampak buruk bagi warga sekitar yang tinggal tidak jauh dari
kebun rumput pakan ternak tersebut. Gangguan yang diakibatkan dari penyebaran
feses beserta bedding secara langsung adalah timbul bau dan munculnya binatang
pengganggu yang berasal dari feses kuda tersebut. Binatang pengganggu tersebut
ialah kaki seribu yang memiliki sifat tinggal di tempat gelap dan lembab serta
terdapat tumbuhan yang membusuk karena kaki seribu dapat merombak bahan
organik berupa tanaman dan serasah untuk membentuk humus. Kaki seribu memiliki
sifat yang pada dasarnya dapat menguntungkan, terutama untuk pengolahan pupuk
kompos, akan tetapi warga merasa terganggu karena kaki seribu muncul dengan
jumlah besar dan masuk ke dalam rumah warga. Solusi yang dapat diberikan ialah
sebaiknya feses diolah kembali menjadi pupuk kompos agar dapat mengurangi
dampak buruk bagi lingkungan sekitar dan lebih ramah lingkungan. Pengolahan feses
kuda di NPC lebih efisien diolah menjadi pupuk kompos karena NPC memiliki lahan
ii


yang luas dan dekat dengan kandang sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat
pengolahan pupuk kompos. Pengolahan pupuk kompos lebih efisien dalam hal waktu
dan tenaga bila dibandingkan dengan pengolahan menjadi biogas.
Kata-kata kunci : kuda, manajemen pengolahan limbah, feses

iii

ABSTRACT
Feces Horse (Equus caballus) Management at Nusantara Polo Club (NPC),
Karanggan, Bogor
Antaressa, A., Salundik, and P. H. Siagian
Livestock waste the causes bad impacts to the environment if not properly handled.
Horses are now widely used because they have good functional and high value. This
study aimed to obtain information about waste management on a horse farm at
Nusantara Polo Club to reduce the negative impact and give a suitable solution. The
studies conducted by interviews with men that responsible for management of waste
processing especially for horse feces. The interviews showed that wastes on that farm
are not yet processed into product, they only use as manure that directly scattered
into the grass field for horses’s feed which cause some bad impacts for citizen that

live not far from the grass field. The bad impact was the bad odor and interference
from kaki seribu (Julus nomerensis). It will be better if the wastes are procesed into a
compost or biogas that will reduce bad impact for environment. For feces from
horses, composting process will be more efficient than biogas because composting
needs less human power and time than biogas.
Keywords : horse, management, feces

iv

PENGELOLAAN FESES KUDA (Equus caballus)
DI NUSANTARA POLO CLUB (NPC),
KARANGGAN, BOGOR

Annisa Antaressa
D14070263

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor


DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

v

Judul

: Pengelolaan Feses Kuda (Equus caballus) di Nusantara Polo Club
(NPC), Karanggan, Bogor

Nama

: Annisa Antaressa

NIM

: D14070263


Menyetujui,

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

(Ir. Salundik, M.Si.)
NIP. 19640406 198903 1 003

(Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, M.S.)
NIP. 19460825 197711 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.)
NIP: 19591212 198603 1 004


Tanggal Ujian : 25 Juli 2011

Tanggal Lulus :

vi

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Maret 1990 di Surabaya, Jawa Timur.
Penulis merupakan anak ke-empat dari empat bersaudara pasangan Bapak H. A.
Sofyan Kusumapriyatna, SH. dan Ibu Hj. Siti Primundari.
Penulis telah menjalani pendidikan Sekolah Dasar (SD) dari tahun 1995
sampai 2001 dan dilanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dari tahun 2001
sampai 2004 di sekolah yang sama, yaitu Yayasan Bina Insani, Bogor. Pendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA) telah dijalani oleh Penulis dari tahun 2004 sampai
2007 di SMAN 2 Bogor.
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB)
Fakultas Peternakan pada tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB). Setelah menjalani masa Tahap Persiapan Bersama (TPB) dari tahun
2007 sampai 2008, Penulis diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama menjalani masa perkuliahan, Penulis aktif

mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Olah Raga Panahan. Selain kegiatan di
luar Fakultas, Penulis juga aktif dalam Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan
(HIMAPROTER) bagian Keprofesian Club Satwa Harapan (2008-2009) dan bagian
Infomasi dan Komunikasi (2009-2010). Penulis juga pernah mengikuti beberapa
acara seminar dan pelatihan selama masa perkuliahan, diantaranya ialah seminar dan
pelatihan Budidaya Kepompong Ulat Sutera Attacus atlas 2008, Stadium General
Pengelolaan Kesehatan Ternak Tropis 2009, Seminar Nasional Peternakan
RAKERNAS (Rapat Kerja Nasional) 2009, dan Stadium General Peningkatan Soft
Skill di Bidang Peternakan 2010. Berbagai kegiatan kepanitiaan juga sering Penulis
ikuti, diantaranya Budidaya Kepompong Ulat Sutera Attacus atlas 2008, PAB
Panahan 2008, Dekan Cup 2008, RAKERNAS Ismapeti 2009, D’Satay Festival
2009, DFF 2010, Domba Tangkas 2010, D’Sate Festival 2010, dan MAKRAB ’45
2010.

vii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas ridho dan karunia
yang telah diberikan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
Pengelolaan Feses Kuda (Equus caballus) di Nusantara Polo Club, Karanggan,

Bogor sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan
dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
pengikutnya hingga akhir jaman.
Kuda merupakan hewan ternak yang sudah banyak diternakkan di Indonesia
karena dapat memberikan banyak manfaat bagi manusia sebagai hewan pekerja,
hewan olah raga, hewan peliharaan, maupun sebagai bahan pangan. Akan tetapi
banyak peternak yang belum memanfaatkan limbah kuda terutama fesesnya secara
maksimal. Penanganan limbah yang kurang baik akan menimbulkan dampak buruk
bagi lingkungan sekitar dan menimbulkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan
global warming. Oleh karena itu manajemen pengolahan limbah yang baik dan benar
diperlukan sehingga dapat mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan. Penelitian
ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat luas dalam memanfaatkan informasi
mengenai manajemen pengolahan feses dan dapat membantu dalam mengurangi
dampak pencemaran lingkungan akibat limbah dari bidang peternakan sehingga
sektor peternakan tidak perlu dikurangi jumlahnya dan kebutuhan protein hewani
dapat terpenuhi.
Tak ada gading yang tak retak, Penulis menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan dalam skripsi dan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.
Akhir kata, Penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini dapat

dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat luas.

Bogor, 11 Agustus 2011

Penulis

viii

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ..............................................................................................

ii

ABSTRACT ................................................................................................

iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................


iv

LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................

v

RIWAYAT HIDUP .....................................................................................

vi

KATA PENGANTAR .................................................................................

vii

DAFTAR ISI ...............................................................................................

viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

xii

PENDAHULUAN .......................................................................................

1

Latar Belakang .................................................................................
Tujuan ..............................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................

3

Kuda (Equus caballus) .....................................................................
Tata Laksana Pemeliharaan Kuda ....................................................
Kandang ...............................................................................
Pakan ....................................................................................
Limbah Peternakan ..........................................................................
Dampak Limbah Peternakan ................................................
Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Peternakan ..............

3
4
4
5
5
6
7

MATERI DAN METODE ...........................................................................

9

Lokasi dan Waktu ............................................................................
Materi ...............................................................................................
Prosedur ...........................................................................................
Rancangan ........................................................................................

9
9
9
10

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................

12

Keadaan Umum Lokasi Penelitian ..................................................
Kondisi Lingkungan NPC ....................................................
Tenaga Kerja ........................................................................
Populasi Kuda ......................................................................
Sistem Perkandangan ...........................................................
Pakan dan Air Minum ..........................................................
Proses Produksi ................................................................................
Proses Pengumpulan Feses ..............................................................
Proses Pengangkutan Feses .............................................................

12
12
13
15
18
25
29
32
33

ix

Proses Pengolahan Feses dan Penggunaannya ................................

34

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................

43

Kesimpulan ......................................................................................
Saran ................................................................................................

43
43

UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................

44

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

45

LAMPIRAN ................................................................................................

49

x

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Identitas Petugas Groomer dan Spare di NPC ........................................

15

2. Populasi Kuda di Kandang Alpha NPC ...................................................

16

3. Populasi Kuda di Kandang Bravo NPC ...................................................

18

4. Komposisi Zat Makanan Konsentrat yang Diberikan .............................

27

5. Hasil Perhitungan Analisa Proksimat dari Rumput dan Konsentrat yang
Diberikan pada Kuda di NPC Berdasarkan Bahan Kering .....................

28

6. Hasil Pengukuran Jumlah Feses Kuda di Kandang Alpha ......................

30

7. Hasil Pengukuran Jumlah Feses Kuda di Kandang Bravo ......................

30

8. Perkiraan Jumlah Feses dari Seluruh Kuda di Setiap Kandang per Hari

30

9. Tanggapan Masyarakat Terhadap Kenyamanan Lingkungan Sekitar .....

36

xi

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Proses Penimbangan Feses ....................................................................

9

2. Bagan Manajemen Pengolahan Limbah ................................................

11

3. Foto NPC Melalui Google Earth (2011) ................................................

13

4. Kuda di Kandang Alpha .........................................................................

16

5. Kuda di Kandang Bravo .........................................................................

17

6. Kandang Alpha ......................................................................................

20

7. Kandang Bravo ......................................................................................

21

8. Lantai Kandang Alpha ...........................................................................

23

9. Lantai Kandang Bravo ...........................................................................

23

10. Alas Tidur dari Serasah Kayu ................................................................

24

11. Pakan Kuda ...........................................................................................

26

12. Tempat Minum Kuda .............................................................................

29

13. Pengumpulan Feses ...............................................................................

33

14. Pengangkutan Feses ...............................................................................

34

15. Penyebaran Feses Secara Langsung di Kebun Rumput Pakan Ternak..

35

16. Kaki Seribu (Julus nomerensis) .............................................................

37

17. Digester Biogas yang Terdapat di NPC .................................................

40

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Kuisioner Wawancara Terhadap Karyawan NPC ...................................

51

2. Kuisioner Wawancara Warga Sekitar NPC .............................................

54

3. Lay Out Kandang Alpha ..........................................................................

55

4. Lay Out Kandang Bravo ..........................................................................

56

xiii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari
suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas, ataupun
sisa pakan. Limbah peternakan merupakan semua buangan dari usaha peternakan
yang bersifat padat, cair, dan gas. Total limbah yang dihasilkan peternakan
tergantung dari spesies ternak, besar usaha, tipe usaha, dan lantai kandang. Limbah
yang terdiri dari feses dan urin adalah limbah yang paling banyak dihasilkan dan
dapat memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan apabila tidak diolah dengan
baik dan benar.
Kuda merupakan hewan yang telah lama digunakan untuk kepentingan
manusia, baik untuk diambil tenaganya, kecepatannya, dagingnya sebagai pangan,
bahkan limbah yang dihasilkan dari kuda. Populasi kuda pada tahun 2010 mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2004 sampai 2009, yaitu dari 397.000 ekor pada
tahun 2004 menjadi 409.000 ekor pada tahun 2010 (angka sementara) (Badan Pusat
Statistik, 2010). Saat ini peternakan kuda di Indonesia kebanyakan memiliki tujuan
untuk menghasilkan kuda olah raga seperti pacuan kuda dan polo atau kuda untuk
upacara kenegaraan. Selain itu, sudah banyak orang yang tertarik dengan kuda,
terutama apabila kuda tersebut dapat menghasilkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan
oleh pemiliknya. Namun banyak peternak kuda yang tidak begitu memperhatikan
limbah dari kuda, terutama fesesnya, sehingga tidak dimanfaatkan sebaik mungkin.
Berbeda dengan ternak sapi perah, feses kuda memiliki tekstur yang lebih padat
sehingga jarang digunakan untuk biogas dan pupuk organik. Tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa limbah peternakan kuda, terutama feses, dapat dimanfaatkan
sebaik mungkin.
Dewasa ini, pencemaran lingkungan yang menyebabkan penipisan lapisan
ozon sebagian besar berasal dari sektor peternakan. Sektor peternakan telah
menyumbang 9% karbon dioksida, 37% gas metan (mempunyai efek pemanasan 72
kali lebih kuat daripada CO2 dalam jangka 20 tahun, dan 23 kali dalam jangka 100
tahun), serta 65% dinitrogen oksida (mempunyai efek pemanasan 296 kali lebih kuat
daripada CO2). Peternakan juga menimbulkan 64% amonia yang dihasilkan karena
campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam (Steinfeld et al., 2006).
1

Oleh karena itu, dibutuhkan pengolahan dan pengelolaan limbah dari
peternakan, terutama feses dan urin, agar dapat meminimalisasi dampak pencemaran
lingkungan dan dapat pula dimanfaatkan sehingga menghasilkan keuntungan dari
limbah yang dihasilkan. Pengolahan limbah sendiri dapat menghasilkan berbagai
produk, diantaranya ialah pupuk organik (pupuk kompos dan pupuk cair), biogas,
serta bioarang. Banyak peternakan yang mengolah limbah ternaknya menjadi pupuk
kompos untuk digunakan sebagai pupuk komersial agar dapat menambah income
atau pemasukan, sedangkan untuk digunakan pribadi biasanya diolah menjadi biogas.
Manajemen pengolahan limbah yang baik akan menghasilkan lingkungan yang sehat
bagi peternakan maupun daerah sekitar peternakan. Penelitian ini diharapkan dapat
membantu mengurangi dampak buruk dari limbah peternakan, terutama feses dan
urin. Selain itu, diharapkan dapat membantu peternak kuda dalam memanfaatkan
feses kuda lebih lanjut sehingga dapat memberikan keuntungan.
Tujuan
Tujuan dari penelititan ini ialah untuk menganalisis penerapan manajemen
pengolahan limbah terutama feses kuda di Nusantara Polo Club, Karanggan, Bogor.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Kuda (Equus caballus)
Kuda merupakan mamalia ungulata (hewan yang berdiri pada kuku) yang
berukuran paling besar di kelasnya. Kuda berdiri pada satu kuku sehingga
dimasukkan dalam ordo Perissodactyla. Dalam hal kekerabatan, kuda memiliki
kesamaan nenek moyang dengan tapir dan badak. Kuda merupakan satu dari hewan
modern paling sukses dari genus Equss, hal tersebut dikarenakan kemampuannya
dalam bertahan hidup dari seleksi alam dan kemampuannya dalam berevolusi yang
sangat baik (Kidd, 1985).
Kuda modern saat ini dibedakan menjadi kuda domestikasi dan kuda liar.
Kuda domestikasi (Equus caballus) adalah kuda yang sengaja dipelihara manusia
untuk digunakan dan diambil manfaatnya. Sedangkan kuda liar (Equus ferus
caballus) adalah kuda yang masih hidup di alam liar (Kidd, 1985). Domestikasi kuda
terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu. Kuda pertama kali digunakan adalah sebagai
sumber pangan, untuk perang dan olahraga, serta untuk tujuan pengangkutan. Kuda
digunakan Sekarang ini untuk olah raga dan rekreasi, pertunjukan, pengendali ternak
lain, serta teman bagi orang yang menyukai kuda. Kuda memiliki daya tarik tinggi
bagi masyarakat, baik anak muda maupun orang dewasa (Bogart dan Taylor, 1983).
Parakkasi (1986) menyatakan bahwa selain dapat digunakan untuk kegiatan
konsumsi masyarakat (daging kuda dan air susu), kuda juga dapat dimanfaatkan
untuk berperang, olahraga dan rekreasi, keperluan pertanian secara luas, dan untuk
alat pengangkutan.
Kuda pada umumnya mencapai dewasa pada umur enam tahun. Jika kuda
memiliki kehidupan kerja yang panjang, kuda sebaiknya tidak dipaksa bekerja keras
sampai kuda telah dewasa tubuh. Seekor kuda mulai menjadi tua ketika telah
berumur sekitar 15 tahun. Pada saat tua, sistem tubuhnya bekerja kurang efisien
daripada sebelumnya. Kuda akan kehilangan kekuatan dan tidak bisa bekerja keras
seperti ketika kuda tersebut masih muda tetapi kuda akan masih sehat selama
beberapa tahun asalkan diberi pakan yang sesuai, teratur, olahraga ringan, dan juga
perlindungan pada musim dingin (Kidd, 1995)

3

Tata Laksana Pemeliharaan Kuda
Kandang
Kandang kuda terbagi menjadi dua tipe, yaitu individu dan koloni. Kandang
individu hanya berisi satu ekor atau induk dan anak yang belum lepas sapih di setiap
kandang sementara kandang koloni berisi sekelompok hewan dengan jumlah tertentu
yang dikandangkan secara bersamaan. Kandang kuda umumnya berbentuk single
stall atau individu (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Kandang di daerah tropis
diusahakan dibangun dengan ventilasi sehingga pertukaran udara bisa berjalan
dengan lancar dan tidak menimbulkan hawa panas didalamnya. Menurut Jacoebs
(1994), sebaiknya air hujan tidak masuk ke dalam kandang. Atap pada kandang kuda
lebih baik jika jaraknya semakin tinggi karena dapat menghasilkan sirkulasi udara
yang lebih baik. Ketersediaan udara yang baik sangat dibutuhkan pada perkandangan
kuda karena kuda mudah terkena penyakit pernafasan. Udara yang bersih sangat
penting untuk kesehatan dan kenyamanan kuda serta akan mempengaruhi kekuatan
kuda tersebut (McBane, 1991).
Alas kandang kuda harus selalu dalam keadaan bersih dan lunak serta
beralaskan serbuk gergaji atau jerami. Alas yang lunak bertujuan agar melindungi
kuda ketika sedang berguling, memberikan kehangatan, dan untuk kenyamanan kuda
serta melindungi kaki kuda, terutama untuk kuda olahraga dan pacu (McBane, 1994).
Permukaan alas kandang juga tidak boleh licin atau kasar yang dapat mengakibatkan
goresan luka pada kuda. Selain itu, alas kandang tidak menjadi sarang parasit-parasit
atau bakteri dan alas kandang tidak mengakibatkan stres pada kuda yang dapat
mengganggu tingkah laku atau produktivitas kuda (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Bangunan kandang harus dilengkapi dengan ventilasi yang sempurna.
Ventilasi yang sempurna dapat dibuat dengan pengaturan dinding yang sebagian
terbuka. Ventilasi yang sempurna sangat menguntungkan bagi kuda sebab ventilasi
berguna untuk mengeluarkan udara kotor (CO2, H2S, metan, NH3, dan partikel
lainnya) dari dalam kandang dan menggantinya dengan udara segar (O2) dari luar.
Dengan kondisi ini, udara segar di dalam kandang dapat dipertahankan (Tim Karya
Tani Mandiri, 2010).

4

Pakan
Salah satu faktor yang sangat menunjang keberhasilan peternakan kuda
adalah pakan. Pakan akan menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan kuda.
Pakan pokok kuda adalah rumput. Ada beberapa jenis rumput yang dapat diberikan
kepada kuda, antara lain : Panicum muticum dan Brachiaria mutica. Kuda sudah
dapat hidup dengan makan rumput saja, tetapi untuk mencapai prestasi yang baik,
kuda perlu diberi pakan tambahan seperti konsentrat. Konsentrat merupakan
tambahan energi bagi kuda. Konsentrat untuk kuda dibagi menjadi dua jenis, yaitu 1)
konsentrat sereal yang terdiri dari jagung, gandum, produk tepung, sorgum, berbagai
produk padi, dan 2) produk non sereal yang terdiri dari gula bit, rumput kering
(alfafa), legum, dan kacang-kacangan seperti soya dan peas (McBanne, 1994).
Kuda memiliki cecum yang besar dan mengandung mikroorganisme yang
mampu mencerna pakan berserat, sehingga kuda dapat memanfaatkan hijauan dan
jerami serta mengubahnya menjadi zat- zat gizi yang dapat diserap. Kebutuhan pakan
yang bersifat spesifik bervariasi tergantung pada pemanfaatan kuda yang
bersangkutan. Kebutuhan energi kuda yang istirahat lebih sedikit dibandingkan kuda
yang sedang bekerja, kuda yang sedang laktasi perlu lebih banyak protein.
Kebutuhan gizi kuda muda hampir seluruhnya lebih banyak dibanding kuda dewasa
(Blakely dan Bade, 1991).
Pemberian pakan kuda untuk pemeliharaan sebaiknya diberikan secukupnya
untuk menjaga kondisi sehari-hari. Energi tersedia untuk otot-otot usus, jantung dan
paru-paru selama bekerja, energi untuk merumput, untuk mempertahankan suhu
tubuh, serta untuk menggantikan sel-sel yang menjaga tubuh agar dapat beraktivitas
(Pilliner, 1993). Menurut Parakkasi (1986), pemberian pakan hendaknya dibedakan
berdasarkan umur, jenis, tipe kuda, dan aktivitas harian kuda.
Limbah Peternakan
Limbah peternakan dibedakan menjadi dua, yaitu dalam arti sempit dan
dalam arti luas. Dalam arti sempit, limbah ternak adalah feses dan urin sedangkan
dalam arti luas ialah sisa dari produksi peternakan setelah diambil hasil utamanya.
Berdasarkan pengertian tersebut, yang dimaksud dengan limbah peternakan adalah
kulit, tanduk, bulu, tulang, dan isi rumen. Total limbah yang dihasilkan peternakan

5

tergantung dari spesies ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang
(Wiryosuharto, 1985).
Menurut Soehadji (1992), limbah peternakan meliputi semua kotoran yang
dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan,
gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk
padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari
pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau
dalam fase cairan (air seni atau urin, air dari pencucian alat-alat), sedangkan limbah
gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.
Limbah peternakan yang berupa kotoran dan sisa pakan dapat menurunkan
mutu lingkungan dan dapat mengganggu kesehatan. Kotoran ternak yang tercecer
akan terbawa oleh aliran air hujan ke daerah-daerah yang lebih rendah dan
selanjutnya akan menyebabkan penyakit (Setiawan, 1996). Menurut Widarto dan
Suryana (1995), penanganan limbah yang biasa dilakukan peternak adalah dengan
menampung di kolam terbuka sehingga fermentasi aerob dan degradasi senyawa
organik berlangsung sangat lambat.
Dampak Limbah Peternakan
Perkembangan atau pertumbuhan industri peternakan menimbulkan masalah
bagi lingkungan seperti menumpuknya limbah peternakan. Limbah tersebut menjadi
polutan karena dekomposisi kotoran ternak berupa Biological Oxygen Demand
(BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD), bakteri patogen yang menyebabkan
polusi air (terkontaminasinya air bawah tanah, air permukaan), polusi udara dan
debu, serta bau yang ditimbulkannya (Sugiharto, 1987). Biological Oxygen Demand
merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecah
(mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di lingkungan. Bahan buangan
organik tersebut dipecah dan diuraikan menjadi gas CO2, air, dan gas NH3. Chemical
Oxygen Demand merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan agar bahan buangan
dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Bahan buangan tersebut akan dioksidasi oleh
Kalium bichromat atau K2Cr2O7 menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion Chrom
(Wardhana, 2004).
Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk
mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi
6

mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa total sapi
dengan berat badan 5.000 kg, selama satu hari produksi menghasilkan manur yang
dapat mencemari 9.084 x 107 m3 air. Selain melalui air, limbah peternakan sering
mencemari lingkungan secara biologis, yaitu sebagai media untuk berkembangbiaknya lalat. Kandungan air manur antara 27-86% merupakan media yang paling
baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara kandungan air
manur 65-85% merupakan media yang optimal untuk lalat bertelur. Kehadiran
limbah ternak dalam keadaan keringpun dapat menimbulkan pencemaran dengan
menimbulkan debu (Syah, 2009).
Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Peternakan
Penanganan limbah ternak akan spesifik pada jenis/spesies, jumlah ternak,
tata laksana pemeliharaan, areal tanah yang tersedia untuk penanganan limbah, dan
target penggunaan limbah (Etgen dan Reaves, 1978). Penanganan limbah menurut
Murbandono (1993) dapat diolah menjadi kompos, yaitu dengan menyimpan atau
menumpuknya, kemudian diaduk-aduk atau dibalik-balikkan. Perlakuan pembalikan
ini akan mempercepat proses pematangan serta dapat meningkatkan kualitas kompos
yang dihasilkan. Setelah itu, pengeringan dilakukan untuk beberapa waktu sampai
kira-kira terlihat kering atau matang. Proses pengomposan biasa disebut sebagai
proses penguraian bahan organik. Menurut Rao (1994), proses penguraian bahan
organik adalah proses perombakan bahan organik yang melibatkan mikroorganisme
pengurai dalam kondisi anaerobik maupun aerobik, baik mikroorganisme primer
maupun sekunder yang dapat menghasilkan asam-asam organik berupa asam laktat,
asetat, fumurat, suksinat, butirat, dan alkohol.
Penanganan limbah cair menurut Sugiharto (1987) dapat diolah secara fisik,
kimia, dan biologi. Pengolahan secara fisik disebut juga pengolahan secara primer
dan membutuhkan biaya yang relatif murah karena tidak memerlukan biaya
operasional yang tinggi. Pengolahan secara kimia disebut juga pengolahan sekunder
dan memerlukan biaya yang lebih mahal dibanding secara primer karena diperlukan
bahan penolong berupa zat-zat kimia. Pengolahan secara biologi merupakan tahap
akhir dari pengolahan sekunder yang digunakan untuk pengolahan bahan-bahan
organik yang terkandung dalam limbah cair.

7

Limbah peternakan seperti feses dan urin merupakan salah satu sumber bahan
yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas. Biogas merupakan renewable
energy yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar
yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan gas alam (Houdkova et al., 2008).
Secara komersial, terdapat dua jenis tipe digester atau instalasi, yaitu tipe terapung
(floating type) dan tipe kubah tetap (fixed dome type). Tipe terapung biasanya terdiri
dari sumur pencerna yang diatasnya diletakkan drum-drum terapung dari besi
terbalik yang berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan. Sumur dibangun
dengan menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat fondasi
rumah seperti pasir, batu bata, dan semen. Tipe kubah dibangun dengan menggali
tanah, kemudian dibuat bangunan dengan batu bata, pasir, dan semen yang berbentuk
seperti rongga yang kedap udara dan berstruktur seperti kubah (bulatan setengah
bola) (Hambali, 2007). Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran
ternak sebagai pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut
sebagai pupuk organik. Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat
meningkatkan unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas mikrobiologi
tanah dan memperbaiki struktur tanah tersebut (Soehadji, 1992).

8

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2011. Penelitian dilakukan di
tempat pelatihan kuda Nusantara Polo Club, kawasan Jagorawi Golf Country Club,
Karanggan, Bogor, Jawa Barat.
Materi
Penelitian ini menggunakan sampel kuda yang berada di kandang Alpha dan
Bravo di Nusantara Polo Club beserta penanggungjawab kandang kuda yang
bertugas membersihkan kandang kuda untuk dilakukan wawancara. Peralatan yang
digunakan dalam penelitian ini ialah berupa alat ukur, timbangan, meteran, alat tulis,
form wawancara (kuisioner) yang telah disiapkan sebelumnya, dan kamera.
Prosedur
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data berupa data primer dan data
sekunder. Data primer didapat melalui pengamatan langsung dan wawancara
terhadap petugas pembersih kandang kuda, sedangkan data sekunder didapat dari
data yang sudah ada sebelumnya seperti recording, lay out kandang, dan sebagainya.
Data primer yang diolah berupa jawaban seputar manajemen pengolahan limbah
feses kuda di kandang Alpha dan Bravo Nusantara Polo Club, Karanggan, Bogor
dengan menggunakan kuisioner yang sudah disediakan sebelumnya (Lampiran 1).
Selain itu, data jumlah feses kuda yang dihasilkan selama 24 jam diambil dari tiga
ekor kuda dengan tiga kali pengulangan, yaitu pada hari pertama, kedua, dan ketiga
(Gambar 1). Selanjutnya data tersebut dihitung nilai rataannya.

Gambar 1. Proses Penimbangan Feses
9

Adapun data primer yang dikumpulkan ialah :
1. Data diri penanggungjawab yang bertugas membersihkan kandang, meliputi
nama, umur, latar belakang pendidikan, dan pengalaman dalam mengolah
limbah ternak kuda.
2. Identitas kuda, meliputi jumlah kuda, jenis kelamin kuda, umur kuda, dan
jenis kuda.
3. Pakan dan air minum yang diberikan, meliputi sistem pemberian air minum,
jenis pakan (hijauan maupun konsentrat), perbandingan antara pemberian
hijauan dan konsentrat, frekuensi pemberian, dan jumlah yang diberikan per
hari.
4. Sistem perkandangan, meliputi bentuk kandang (individu atau kelompok),
ukuran kandang, keadaan sekitar kandang, jenis bahan bedding, volume
bedding, frekuensi penambahan, dan penggantian bedding.
5. Pola atau cara pembersihan feses, meliputi cara pembersihannya, waktu
pembersihan, frekuensi pembersihan, dan rataan jumlah feses. Hal tersebut
dikaitkan dengan proses pengolahan feses selanjutnya.
6. Proses pengolahan feses, meliputi produksi (berkaitan dengan pembersihan
kandang), pengumpulan feses, pengangkutan feses, pengolahan feses,
penyimpanan, dan penggunaannya. Hal tersebut digunakan untuk menjelaskan manajemen pengolahan limbah.
7. Kebersihan lingkungan sekitar, meliputi kebersihan di sekitar kandang.
Rancangan
Data dianalisis dan diolah secara deskriptif untuk mendapatkan informasi
mengenai manajemen pengolahan limbah feses kuda. Data yang diolah didapat dari
hasil wawancara terhadap penanggungjawab yang bersangkutan. Pengolahan data
secara kuantitatif dihitung dengan rumus :
Y = X x 100%
Keterangan :
Y

= peubah yang diamati (peubah-peubah kuantitatif)

X

= rataan populasi

10

Pengolahan data mengacu pada bagan pengolahan limbah. Menurut USDA
(1994),

bagan

manajemen

pengolahan

limbah

meliputi

proses

produksi,

pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, dan penggunaan.

Proses Produksi

Proses Pengumpulan

Penyimpanan

Proses
Pengangkutan

Proses Pengolahan

Penggunaan

Gambar 2. Bagan Manajemen Pengolahan Limbah (USDA, 1994)

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Nusantara Polo Club adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di Indonesia
yang dibangun oleh Bapak Prabowo Subianto di kawasan Jagorawi Golf & Country
Club, Karanggan, Bogor pada tahun 2005. Sebelumnya, Nusantara Polo Club
bernama Batavia Polo Club yang kemudian diambil alih oleh Prabowo Subianto pada
tahun 2005. Setelah diambil alih, nama Batavia Polo Club berganti menjadi
Nusantara Polo Club dan kemudian lahan diperluas sehingga memiliki dua kandang
kuda yang berbeda dan lapangan polo yang luas. Selain itu, fasilitas, sarana
prasarana, dan kuda yang dimiliki semakin lengkap dan banyak.
Selain menjadi klub yang terbuka untuk membina olahraga polo berkuda
yang saat ini masih belum lazim dimainkan di Indonesia, Nusantara Polo Club juga
membina tim nasional polo Indonesia yang pada bulan Desember 2007
berkesempatan mewakili Indonesia pada ajang turnamen polo SEA Games 2007
Thailand. Pada tahun 2011, Nusantara Polo Club akan dijadikan tempat
penyelenggaraan turnamen polo berkuda pada South East Asian Games (SEA
Games) 2011 Indonesia (Jakarta Press, 2010).
Kondisi Lingkungan NPC
Rataan suhu lingkungan di lokasi selama penelitian ialah sebesar 27 °C
dengan kisaran suhu 22 °C sampai 40 °C. Kelembaban udara rata-rata selama
penelitian berjalan ialah sebesar 71,3% dengan kisaran 45% sampai 99%. Suhu
nyaman untuk kuda berkisar 7,22-23,88 °C, namun yang paling baik ialah 12,77 °C,
sedangkan kelembaban yang dapat diterima berkisar 50-75%, namun yang paling
baik adalah 60% (Ensminger, 2010).
Nusantara Polo Club memiliki dua bangunan kandang, yaitu kandang Alpha
dan kandang Bravo. Kandang Alpha terletak di bagian atas dekat kantor NPC.
Kandang tersebut merupakan kandang untuk kuda polo yang masih aktif bertanding.
Kandang Bravo terletak di bagian bawah dan digunakan sebagai kandang untuk kuda
tua pasca atlet yang masih dimanfaatkan untuk kuda olahraga dan kuda kawin. Selain
itu, terdapat pula kuda yang dilatih untuk dijadikan sebagai kuda polo. Kedua
kandang tersebut berjarak 200 meter. Selain kandang Alpha dan Bravo, terdapat pula

12

lapangan untuk bermain polo, lapangan untuk berkuda, kebun rumput untuk pakan,
dan bangunan lain yang menunjang fasilitas, seperti kantor, pos satpam, gudang
pakan, gudang peralatan, mees, dapur, kamar mandi, dan lounge bar. Gambar NPC
secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.

N

C
A

D

B

Gambar 3. Foto NPC Melalui Google Earth (2011), (a) Lapangan Polo, (b) Kandang
Alpha, (c) Kandang Bravo, (d) Kantor dan Lounge Bar
Kuda yang berada di NPC merupakan kuda lokal, impor, dan kuda hasil
persilangan. Indonesia merupakan negara beriklim tropis sehingga memiliki suhu
diatas kisaran suhu yang nyaman untuk kuda. Stull (1997) menyatakan bahwa pada
suhu comfort zone seekor kuda dapat tumbuh lebih baik karena kuda dapat
melakukan homeotermi dalam tubuhnya dengan mudah, dan ketika suhu lingkungan
mencapai suhu 24-32 °C ternak kuda biasanya akan meningkatkan intensitas
bernafas dan keringat untuk menurunkan suhu tubuh. Kuda lokal dan kuda
persilangan yang lahir di Indonesia dapat beradaptasi dengan suhu daerah tropis,
namun bagi kuda impor agak sulit beradaptasi sehingga dibutuhkan perlakuan yang
khusus pula, seperti menggunakan kipas angin di kandang, memandikan kuda,
memberikan banyak air minum, serta kandang yang terbuka dan memiliki ventilasi
yang bagus sehingga udara dapat mengalir lancar dan dapat menurunkan suhu tubuh.
Tenaga Kerja
Nusantara Polo Club memiliki 72 karyawan yang terdiri dari manajer, bagian
administrasi dan keuangan, petugas maintenance, pelatih, atlet, groomer, petugas
13

tack room, dokter hewan, dan sebagainya. Petugas yang memiliki tanggungjawab
pada kuda dan kandang secara langsung ialah groomer. Petugas groomer yang ada di
kandang Alpha berjumlah 13 orang, empat diantaranya merupakan spare atau atlet
junior yang bertugas untuk menggantikan groomer yang sedang libur. Di kandang
Bravo terdapat 10 orang groomer, satu diantaranya merangkap sebagai petugas tack
room atau orang yang bertanggungjawab terhadap pakan kuda.
Groomer bertugas sebagai pengurus kuda secara langsung, diantaranya ialah
memandikan kuda, membawa kuda exercise, memberi makan kuda, mengganti dan
memberi air minum pada kuda, menyikat badan kuda, dan mencukur rambut kuda.
Menurut McBane (1991), perawatan dan manajemen kuda meliputi : pengawasan
kuda di lapangan rumput, mengganti alas kandang, penanganan kotoran, perawatan,
pemandian, pencukuran, merawat kuku, penanganan transportasi, higienis kandang,
kegiatan pemberian pakan berupa hijauan dan konsentrat, dan pengecekan kesehatan.
Selain itu, groomer juga bertanggungjawab atas kebersihan di dalam dan di luar
kandang. Apabila di dalam kandang terdapat kotoran seperti feses dan serbuk gergaji
yang basah, maka groomer harus segera mengeluarkan dan mengumpulkannya
dalam satu karung. Serbuk gergaji yang sudah berkurang pun segera ditambahkan
dengan yang baru oleh groomer dan apabila stok dalam gudang sudah berkurang
maka groomer diharuskan melapor agar segera dikirimkan stok baru.
Kebersihan di sekitar kandang juga merupakan tanggungjawab para petugas
groomer. Kotoran kuda yang tercecer di depan kandang harus segera dibersihkan
oleh groomer. Peralatan yang sudah digunakan seperti tempat pakan, sapu, sekop,
sepatu boot, selang, dan sebagainya harus dibersihkan dan diletakan di tempatnya
kembali.
Setiap satu orang groomer bertanggung-jawab menangani rata-rata empat
ekor kuda. Satu orang groomer rata-rata membutuhkan waktu 10-20 menit untuk
membersihkan satu stall kandang. Kebanyakan petugas sudah memiliki pengalaman
kerja di NPC lebih dari satu tahun. Seluruh petugas baik groomer, spare, maupun
tack room berjenis kelamin laki-laki. Identitas groomer dan spare (kandang Alpha
dan Bravo) seperti umur, pendidikan terakhir, dan pengalaman mengolah limbah
dapat dilihat pada Tabel 1.

14

Tabel 1. Identitas Petugas Groomer dan Spare di NPC
Keterangan

Jumlah (orang)

Persentase (%)

- < 30

20

86,96

- ≥ 30

3

13,04

- SD

5

21,74

- SMP

11

47,83

- SMA

7

30,43

- Ada

3

13,04

- Tidak

20

86,96

1. Umur (Tahun)

2. Pendidikan Terakhir

3. Pengalaman Mengolah Limbah

Umur para groomer berkisar antara 20 sampai 35 tahun, sedangkan para
spare berkisar antara 18 sampai 20 tahun. Kebanyakan petugas berumur dibawah 30
tahun (86,96%). Latar belakang pendidikan para groomer maupun spare di NPC
rata-rata adalah SMP (47,83%), sedangkan lainnya adalah SD (21,74%) dan SMA
(30,43%). Dari keseluruhan groomer dan spare, sebanyak 13,04% petugas yang
memiliki pengalaman dalam mengolah limbah dan sisanya sebanyak 86,96% belum
berpengalaman. Pengalaman dalam mengolah limbah yang dimiliki petugas berupa
pembuatan pupuk kandang dan mengelola biogas yang terdapat di sisi barat kandang
Alpha. Limbah yang diolah berasal dari kotoran kuda yang terdapat di NPC.
Pembuatan pupuk kandang hanya berjalan selama enam bulan sedangkan pengolahan
feses menjadi biogas hanya berjalan selama satu bulan. Pengolahan feses di NPC
selanjutnya akan dijelaskan pada bab Pengolahan dan Penggunaan Feses.
Populasi Kuda
Kuda yang berada di kandang Alpha sebanyak 35 ekor yang terdiri dari
seekor jantan dewasa, tujuh ekor jantan kastrasi, dan 27 ekor betina dewasa. Jenis
kuda meliputi kuda Arab (tiga ekor jantan dan satu ekor betina) dan kuda Pony
Argentina (lima ekor jantan dan 26 ekor betina). Foto kuda dapat dilihat pada
Gambar 4 dan populasi kuda di kandang Alpha NPC dapat dilihat pada Tabel 2.

15

(a)

(b)

Gambar 4. Kuda di Kandang Alpha (a) Kuda Arab, (b) Kuda Pony Argentina
Tabel 2. Populasi Kuda di Kandang Alpha NPC
Keterangan

Jumlah (ekor)

Persentase (%)

- ≤ 10

11

31,43

- 11-20

21

60,00

- > 20

3

8,57

- Jantan

1

2,86

- Betina

27

77,14

- Jantan Kastrasi

7

20,00

- Arab

4

11,43

- Pony Argentina

31

88,57

1. Umur (tahun)

2. Jenis Kelamin

3. Bangsa

Kuda Pony Argentina merupakan kuda hasil persilangan Thoroughbred dan
Criollo. Persilangan tersebut menghasilkan kombinasi yang kuat, karena kuda
Thoroughbred memiliki bakat atletik sehingga tercipta kuda polo yang terbaik di
dunia. Criollo sendiri memiliki sifat yng tangguh dan cerdas, daya tahan tubuh dan
kecepatan yang baik, serta gerakan yang gesit (Kidd, 1995). Menurut Putri (2011),
Kuda Pony Argentina di NPC memiliki bentuk badan yang kokoh, pertumbuhan otot
dan tulang yang baik, bentuk kaki yang proporsional, gerakan yang cukup gesit dan
berani, stamina yang terjaga, serta memiliki kecepatan lari yang cukup baik. Kuda
Arab yang berada di kandang Alpha digunakan sebagai kuda pejantan breeding.
16

Kuda Arab sendiri memiliki kecepatan lari yang baik dan daya tahan tubuh yang kuat
sehingga diharapkan dapat menghasilkan anak kuda dari hasil persilangan dengan
kuda lokal maupun Pony Argentina dengan kemampuan yang sama baiknya untuk
dimanfaatkan sebagai kuda polo.
Kuda yang berada di kandang Bravo NPC sebanyak 43 ekor yang terdiri dari
kuda lokal, kuda persilangan, kuda breeding (jantan dan betina), dan kuda Pony
Argentina non-atlet (Gambar 5). Umur kuda berkisar antara sembilan bulan sampai
31 tahun. Data umur kuda didapat dari perkiraan yang diketahui oleh groomer dan
penanggungjawab stable karena kuda-kuda tersebut tidak memiliki recording. Selain
itu, umur kuda juga dilihat dari bentuk dan jumlah gigi (Bogart dan Taylor, 1977).

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 5. Kuda di Kandang Bravo (a) Kuda Lokal, (b) Kuda Persilangan, (c) Kuda
Breeding, (d) Kuda Pony Argentina Non-Atlet
Kuda-kuda di kandang Bravo umumnya digunakan oleh guest yang datang
untuk latihan berkuda. Selain itu, terdapat pula kuda untuk breeding dan kuda yang

17

berpotensi untuk dilatih agar dapat digunakan sebagai kuda polo. Populasi kuda di
kandang Bravo NPC dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Populasi Kuda di Kandang Bravo NPC
Keterangan

Jumlah (ekor)

Persentase (%)

- ≤ 10

13

30,23

- 11-20

9

20,93

- >20

21

48,84

- Jantan

21

48,84

- Betina

22

51,16

- Pony Argentina

25

58,14

- Throughbreed

2

4,65

- Lokal

2

4,65

- Persilangan

14

32,56

1. Umur (tahun)

2. Jenis Kelamin

3. Bangsa

Sistem Perkandangan
Kandang Alpha terletak di bagian atas dekat dengan kantor dan lapangan
polo. Lay out kandang Alpha dapat dilihat pada Lampiran 3. Petak kandang yang
berada di kadang Alpha NPC adalah kandang individu (Gambar 6a). Kandang Alpha
berjumlah 36 petak kandang yang terdiri dari tiga blok. Satu blok terdiri dari 12
kandang individu yang berjejer dan dibagi menjadi dua baris dengan masing-masing
baris sebanyak enam petak kandang individu (Gambar 6b). Kandang memiliki
ukuran 4 x 4 m² dengan tinggi 2,5 m yang terbuat dari tembok atau beton yang dicat
berwarna putih. Menurut McBane (1991), tinggi minimal untuk dinding kandang
ialah 3,66 m sedangkan menurut Morel (2008), ukuran kandang minimal untuk kuda
dengan tinggi 150 cm sebaiknya 5 x 5 m2. Ukuran dan tinggi kandang di kandang
Alpha kurang sesuai dengan kedua pernyataan tersebut karena kuda di kandang
Alpha memiliki tinggi yang mencapai 150 cm.
Pintu kandang terbuat dari besi yang menyerupai pintu pagar. Pintu kandang
yang terdapat anak kuda dilapisi dengan papan karet lunak agar besi pada pintu tidak
18

digigit oleh anak kuda. Setiap pintu kandang tidak dipasang kunci ganda atau
gembok dan hanya sekedar diselot, hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan
Suharjono (1990) bahwa sebaiknya kunci pintu dipasang ganda karena kebanyakan
kuda dapat membuka pintu sendiri. Struktur kandang pada kandang Alpha hampir
sesuai dengan pernyataan Soehardjono (1990), yaitu material kandang sebaiknya
dibuat dari bahan yang kuat seperti campuran bahan beton, kayu yang kuat atau kayu
gelondongan dengan pintu yang tertutup rapih dan lantai kandang sebaiknya yang
mudah dibersihkan dan kering.
Menurut McBane (1991), bagian kandang harus tersedia air bersih. Di dalam
petak kandang yang ada pada kandang Alpha terdapat tempat minum permanen
berbentuk wastafel yang terletak di pojokan kandang dan sudah dilengkapi dengan
kran dan saluran pembuangan sisa air minum sehingga memudahkan penyediaan air
minum serta pembuangan sisa air minumnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Soehardjono (1990) bahwa setiap kandang kuda harus dilengkapi air bersih sehingga
tidak sukar bagi karyawan untuk menyediakan air minum kuda secara terus-menerus
karena kuda banyak minum, terutama pada musim panas.
Setiap kandang dilengkapi dengan kipas angin besar yang diletakkan di sisi
samping atas kandang. Hal tersebut ditujukan agar kuda tetap merasa nyaman dan
tidak kepanasan. Atap kandang terbuat dari genteng sehingga tidak memancarkan
panas ke dalam kandang. Menurut Nozawa et al. (1981), ventilasi yang baik adalah
berbentuk kerucut pada atapnya dan akan sangat berpengaruh pada penanganan
masalah kuda dan jendela pada kandang kuda harus berada pada posisi sejajar
dengan kepala kuda. Bentuk kandang Alpha sudah sesuai dengan pernyataan tersebut
karena memilik atap yang berbentuk kerucut dan juga jendela yang sejajar dengan
kepala kuda sehingga dapat memberikan kenyamanan untuk kuda (Gambar 6c).
Jalan di depan pintu kandang yang terbuat dari semen digunakan sebagai
tempat lalu lalang petugas. Jalan tersebut memiliki lebar lima meter sehingga mobil
pengangkut feses dan bedding dapat masuk. Di depan kandang kuda terdapat gudang
pakan dan gudang untuk berbagai macam peralatan (tack room). Di tembok sisi
depan dan belakang kandang terdapat kran untuk tempat mandi kuda setiap pagi.
Sekitar 10 m di belakang kandang atau di bagian selatan kandang terdapat lapangan
rumput (Gambar 6d). Menurut Direktorat Jenderal Budidaya Peternakan (2000)
19

dalam Good Farming Practice untuk ternak sapi potong, konstruksi kandang yang
digunakan sebaiknya terdiri dari bahan yang kuat yang dapat menjamin keamanan
dan kenyamanan bagi pegawai ternak. Lantai kandang harus kuat dan tidak licin,
sebaiknya terbuat dari coran semen untuk menjamin kebersihan dan untuk
memudahkan didesenfeksi. Good Farming Practice yang digunakan ialah Good
Farming Prac