Manajemen Pemeliharaan Kuda (Equus caballus) Untuk Olahraga Polo Di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor

MANAJEMEN PEMELIHARAAN KUDA (Equus caballus) UNTUK
OLAHRAGA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB, JAGORAWI
GOLF COUNTRY CLUB, CIBINONG, KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI
WULIANDARI TRI PUTRI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PETERNAKAN BOGOR
2011

 

RINGKASAN
Wuliandari Tri Putri. D14070177. 2011. Manajemen Pemeliharaan Kuda (Equus
caballus) untuk Olahraga Polo di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country
Club, Cibinong, Kabupaten Bogor.Skripsi.Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS.
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si.

Saat ini penggunaan kuda sudah banyak digunakan untuk olahraga seperti
pacuan kuda dan polo. Peternakan kuda di Indonesia yang memelihara kuda untuk
olahraga polo adalah Nusantara Polo Club (NPC). Kuda yang mengikuti
pertandingan polo adalah kuda yang terlatih dengan sistem manajemen pelatihan dan
pemeliharaan yang diterapkan di NPC. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
manajemen pemeliharaan kuda meliputi manajemen pemberian pakan,
perkandangan, pemeliharaan kesehatan, dan pelatihan ternak kuda di NPC.
Kuda yang diamati berjumlah 35 ekor dengan umur dan bangsa yang
beragam. Responden yang juga merupakan bagian penting dari penelitian ini
berjumlah 27 orang. Metode yang digunakan berupa pengamatan, dokumentasi, dan
wawancara responden. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah keadaan
umum lokasi penelitian, pengadaan dan identitas kuda, manajemen pemeliharaan dan
pelatihan, identitas atlet dan petugas, kegiatan NPC, dan pertandingan polo.
Nusantara Polo Club (NPC) memiliki sekelompok kuda atlet (kuda polo) dan
juga non-atlet yang ditempatkan di kandang yang berbeda. Kuda yang diamati dalam
penelitian adalah kelompok kuda polo. Kuda terdiri atas delapan ekor jantan dan 27
ekor betina, dengan kisaran umur tujuh sampai 30 tahun. Terdapat lima ekor kuda
pada kandang penelitian yang tidak digunakan untuk olahraga polo. Kuda tersebut
merupakan kuda pasca equestrian dan kuda breeding.Estimasi bobot badan kuda
diperoleh dengan mengukur panjang badan (PB) dan lingkar dada (LD) kuda.

Berdasarkan ukuran PB dan LD kuda, maka didapatkan estimasi bobot badan kuda di
NPC berkisar antara 313,54-477,87 kg dengan rataan bobot badan kuda polo adalah
393,94 kg dan kuda non-polo adalah 349,79 kg. Rataan bobot badan ini berada
dibawah standar yang diinginkan yaitu 400-500 kg.
Manajemen pemeliharaan kuda di NPC meliputi perawatan kuda, penanganan
kesehatan, perkandangan, dan pemberian pakan. Pola pemeliharaan dilakukan
berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan aktivitas harian kuda. Perawatan kuda
meliputi pembersihan kandang dan kuda, perawatan bulu, surai, ekor, dan kuku kuda
adalah sama untuk semua jenis kuda. Jenis pakan yang diberikan pada kuda polo
agak berbeda dengan kuda non-polo. Perbedaannya adalah adanya penambahan oat
pada kuda polo dan pejantan breeding yang digunakan sebagai tambahan sumber
energi. Hasil analisis zat makanan menunjukkan bahwa terdapat defisiensi lisin dan
magnesium dalam pakan yang berakibat memburuknya efisiensi protein dan
rendahnya bobot badan kuda.
Pemeliharaan kuda di NPC dapat dikatakan baik. Bangunan kandang terbuat
dari bahan yang kuat, memiliki ventilasi yang baik, adanya pemasangan kipas angin
dan pipa penyejuk udara membuat perkandangan di NPC sudah memenuhi
persyaratan yang dibutuhkan. Salah satu unsur terpenting dalam manajemen

 


pemeliharaan kuda yaitu faktor manusia. Pemeliharaan kuda oleh petugas dilakukan
dengan cukup baik, karena penampakan tubuh kuda terlihat baik dan pertumbuhan
bulunya yang bagus. Penanganan kesehatan juga telah dilakukan dengan baik,
terlihat saat pengamatan tidak terdapat kuda yang mengalami sakit yang serius
ataupun kuda yang mati.
Pelatihan kuda polo dilakukan oleh pelatih dan atlet. Kemampuan atlet dalam
mengendalikan kuda sangat dibutuhkan dalam olahraga polo. Pola latihan meliputi
lungeing, pengenalan alat tunggang, schooling, dan stick and ball. Peran pelatih dan
atlet sangat besar pada keberhasilan pelatihan dan membutuhkan kesabaran.
Pelatihan dilakukan secara bertahap, dari materi yang mudah hingga materi yang
sulit. Kuda yang telah dilatih menjadi jinak dan dapat digunakan untuk bermain polo.
Kata kunci : kuda, kuda polo, olahraga polo, manajemen pemeliharaan

ii 
 

ABSTRACT
Breeding Management of Horses (Equus caballus) for Polo Sport at Nusantara
Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Regency of Bogor

Putri, W.T., P.H. Siagian, H. Nuraini
Nowadays, horses are not only used as a means of carrying or towing but also
used in sports such as polo. Nusantara Polo Club (NPC) is a polo club in Indonesia.
Nusantara Polo Club has two groups of athlete and non-athlete horses which are
placed in different stable. The research observed 35 Alfa stable horses which are
used polo sport. Breeding management and training affect the quality of polo horse.
Breeding management includes the nursing, feeding, stabling, and health handling of
horse. Breeding management is different according to the function and daily activity
of horse. The difference lays on feeding and training pattern, while horse nursing and
health handling are equal for all type of horses. Patterns of the training include
lungeing polo horse training, the introduction of control, schooling, and stick and
ball. Generally, the breeding management of horse in NPC is good enough, but it still
needs correction in feeding because therearedeficiency of lysine and magnesium in
feed.
Keywords: horse, polo sport, horse management

 

MANAJEMEN PEMELIHARAAN KUDA (Equus caballus) UNTUK
OLAHRAGA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB, JAGORAWI

GOLF COUNTRY CLUB, CIBINONG, KABUPATEN BOGOR

WULIANDARI TRI PUTRI
D14070177

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PETERNAKAN BOGOR
2011

 

Judul

: Manajemen Pemeliharaan Kuda (Equus Caballus) untuk Olahraga

Polo di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf Country Club, Cibinong,
Kabupaten Bogor

Nama

: Wuliandari Tri Putri

NIM

: D14070177

Menyetujui,
Pembimbing Utama,

(Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS)
NIP: 19460825 197711 1 001

Pembimbing Anggota,

(Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si)

NIP:19640202 198903 2 001

Mengetahui:
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.)
NIP: 19591212 198603 1001

Tanggal Ujian: 31 Maret 2011

 

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Oktober 1989 di Cirebon. Penulis adalah
anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Woerono dan Ibu Lia Jumalia.
Penulis menempuh pendidikan yang dimulai pada tahun 1995 di TK Islam Al-Azhar
Cirebon, dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SD Islam Sabilal Muhtadin

Banjarmasin dan lulus pada tahun 2001. Pendidikan menengah pertama (SMP)
Penulis selesaikan di SMPN 1 Cirebon pada tahun 2004 dan pendidikan menengah
atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2007 di SMAN 10 Bandung. Penulis diterima
menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Fakultas Peternakan dan pada tahun berikutnya
Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif pada berbagai organisasi
kemahasiswaan diantaranya adalah organisasi mahasiswa daerah (OMDA)
Paguyuban Mahasiswa Bandung (Pamaung) sebagai anggota, dan organisasi Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan periode 2008-2009 sebagai staf
Departemen Informasi dan Komunikasi. Tahun berikutnya Penulis juga mengikuti
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan periode 2009-2010 sebagai
staf Biro Public Relation. Penulis berkesempatan menjadi peserta dalam diskusi
mengenai Flu H1N1 atau yang dikenal sebagai Flu Babi yang diselenggarakan oleh
Komite Nasional Tanggap Flu Burung di Bogor. Selain itu Penulis pernah mengikuti
magang mengenai manajemen pemeliharaan ayam broiler yang dilaksanakan di Pati,
Jawa Tengah dan magang tentang manajemen pemeliharaan kuda di Nusantara Polo
Club, Cibinong.


KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji sematamata hanya milik Allah SWT, Rabb yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya
hanya untuk manusia, Rabb yang menciptakan binatang ternak untuk kebutuhan
manusia, Rabb yang Maha Pengasih lagi Penyayang atas segala Rahmat-Nya,
hidayah-Nya, karunia-Nya, dan kasih sayang-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul Manajemen Pemeliharaan Kuda
(Equus caballus) untuk Olahraga Polo di Nusantara Polo Club, Jagorawi Golf
Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada teladan manusia,
baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat, dan para pengikutNya yang Insya Allah tetap istiqomah hingga akhir zaman. Amin.
Memelihara kuda tidaklah mudah, dibutuhkan ketekunan dan kedisiplinan,
agar kuda yang dirawat selalu sehat dan berkualitas baik. Pemeliharaan kuda secara
umum terdiri atas pembersihan kuda dan kandang, pemberian pakan, perawatan
kuda, dan penanganan kesehatan. Pemeliharaan kuda di Nusantara Polo Club
dimanfaatan untuk berbagai hal, salah satunya olahraga polo. Polo merupakan
olahraga berkuda yang dimainkan secara beregu dengan tujuan mencetak gol ke
gawang lawang.
Penulis menyadari banyak terjadi kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Terakhir, tak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
Bogor, April 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN

i

ABSTRACT

iii

LEMBAR PERNYATAAN

iv


LEMBAR PENGESAHAN

v

RIWAYAT HIDUP

vi

KATA PENGANTAR

vii

DAFTAR ISI

viii

DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Kuda
Riwayat Kuda
Gaya Berjalan
Morfometrik Kuda
Seleksi Kuda
Warna Dasar Kuda
Penentuan Umur Kuda Berdasarkan Gigi
Exercise (Latihan) Kuda
Bangsa Kuda
Kuda Arab
Kuda Poni
Kuda Thoroughbred
Kuda Argentina (Criollo)
Kuda Appaloosa
Kuda Poni Argentina
Manajemen Pemeliharaan Kuda
Perkandangan
Pakan
Kesehatan
Kebersihan
Perlakuan Panas dan Dingin
Manajemen Peternakan Kuda
Sumber Daya Manusia

1
2
2
2
3
3
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
10
11
11
12
14
14
15
15
16

Polo
Sejarah Polo di Indonesia
Nusantara Polo Club
Peralatan yang Digunakan untuk Bermain Polo
MATERI DAN METODE
Waktu dan Lokasi
Materi
Prosedur
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Pengadaan Kuda
Identitas Kuda
Estimasi Bobot Badan
Identitas Petugas
Groomer
Petugas Tack Room
Farrier
Dokter Hewan
Pemeliharaan Kuda
Perkandangan
Penanganan Kesehatan
Pakan dan Pemberiannya
Hijauan
Konsentrat
Pemberian Pakan
Perawatan Kuda(Grooming)
Olahraga Polo
Peraturan Pertandingan Polo
Pola Latihan
Lungeing (Longser)
Pengenalan Alat Tunggang
Schooling
Stick and Ball
Pelatih Kuda Polo
Atlet Polo
Kesejahteraan Kuda
Kegiatan Nusantara Polo Club
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

16
17
17
18
20
20
20
20
21
23
23
25
26
29
30
30
31
32
32
33
33
36
40
40
40
43
46
49
51
52
53
54
54
54
56
56
59
60
62
62
62

UCAPAN TERIMA KASIH

63

DAFTAR PUSTAKA

64

LAMPIRAN

67

ix
 

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Identitas Groomer

31

2. Merek Obat yang Digunakan dan Fungsinya

39

3. Komposisi Zat Makanan Konsentrat Fringan

41

4. Hasil Perhitungan Analisa Proksimat Rumput dan Konsentrat Kuda di
Nusantara Polo ClubBerdasarkan Bahan Kering

42

5. Kebutuhan Nutrien Kuda

43

6. Kandungan Nutrien Ransum Kuda

44

7. Jadwal Kegiatan Merawat Kuda

46

8. Identitas Atlet

59

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Lokasi Nusantara Polo Club Dilihat dari Atas

24

2. Berbagai Fasilitas di Nusantara Polo Club

25

3. Bangsa Kuda di Nusantara Polo Club

27

4. Berbagai Warna Bulu Kuda di Nusantara Polo Club

28

5. Cara Mengukur Lingkar Dada dan Panjang Badan

29

6. Keadaan Kandang Kudadi Nusantara Polo Club

34

7. Kegiatan Membersihkan Kandang dan Lingkungannya

35

8. Kuda yang Mengalami Luka pada Bagian Kaki

38

9. Obat-obatan yang Diberikan pada Kuda di Nusantara Polo Club

40

10. Jenis Pakan

42

11. Berbagai Kegiatan Merawat Kuda di Nusantara Polo Club

47

12. Peralatan untuk Merawat Kuda

48

13. Pertandingan Polo

50

14. Peralatan Pemain Saat Bermain Polo

52

15. Exercise Kuda

53

16. Kegiatan Lungeing Kuda

54

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Lembar Kuisioner

68

2. Foto Kuda Penelitian

72

3. Daftar Umur Kuda

75

4. Sertifikat Kuda

76

5. Identitas Kuda

77

6. Identitas Petugas

79

7. Perhitungan Kandungan Nutrien Ransum Pakan Kuda
di Nusantara Polo Club

80

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) adalah salah satu dari
sepuluh spesies modern mamalia dari genus Equus. Hewan ini telah lama menjadi
salah satu ternak yang penting secara ekonomis, dan telah memegang peranan
penting dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun. Kuda dapat
ditunggangi oleh manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan
untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda dan juga digunakan sebagai sumber
makanan di beberapa daerah. Walaupun peternakan kuda diperkirakan telah dimulai
sejak tahun 4500 SM, bukti-bukti penggunaan kuda untuk keperluan manusia baru
ditemukan sejak 2000 SM.
Dewasa ini, penggunaan kuda tidak terbatas sebagai pengangkut ataupun
penarik. Kuda mulai diminati dalam bidang olahraga. Sejak dahulu pun kuda telah
digunakan dalam olahraga, terutama dalam lingkup kerajaan, baik untuk berburu,
atau pacuan. Penggunaan kuda dalam bidang olahraga seperti permainan polo sudah
mulai dikembangkan di Indonesia.
Polo adalah olahraga tim tertua yang tercatat dalam sejarah, dengan
pertandingan pertama dimainkan di Persia sejak 2500 tahun yang lalu. Awalnya
diduga telah diciptakan oleh suku-suku yang bersaing di Asia Tengah, dengan cepat
diambil sebagai metode pelatihan untuk kavaleri elit raja. Saat ini polo merupakan
olahraga beregu yang dimainkan diatas kuda dengan tujuan untuk mencetak gol ke
gawang lawan. Polo berkuda kerap dianggap sebagai olahraga kaum bangsawan dan
eksklusif. Salah satu klub di Indonesia yang membina olahraga polo berkuda berada
di Nusantara Polo Club (NPC), Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
Pemeliharaan masing-masing kuda di NPC berbeda sesuai dengan
pemanfaatannya. Pemeliharaan kuda olahraga berbeda dengan pemeliharaan kuda
non-atlet yang juga dipelihara di NPC. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemeliharaan kuda seperti pakan, kandang dan peralatan, perawatan kuda,
penanganan kesehatan dan pencegahan penyakit, dan pola latihan. Selain itu juga
dibutukan ketekunan dan kedisiplinan dalam memelihara kuda.

Kuda yang digunakan dalam olahraga polo adalah kuda yang terlatih dengan
sistem manajemen pelatihan yang telah diterapkan di NPC. Tatalaksana
pemeliharaan menjadi penentu dari performa ternak kuda selain dari manajemen
pelatihan dan kualitas genetik yang dimilikinya. Sistem manajemen pemeliharaan
yang tepat akan menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan kuda serta
meningkatkan kualitas kuda yang dihasilkan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi manajemen pemeliharaan kuda
meliputi manajemen pemberian pakan, perkandangan, pemeliharaan kesehatan, dan
pelatihan ternak kuda di Nusantara Polo Club, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Kuda
Kuda termasuk golongan hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang
bertulang belakang, kelas Mammalia yaitu hewan yang menyusui anaknya (Blakely
dan Bade, 1991). Hewan ini telah lama menjadi salah satu ternak penting secara
ekonomis dan telah lama memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan
barang selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan
menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu seperti
kendaraan beroda. Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) memiliki
klasifikasi zoologis sebagai berikut (Ensminger, 1962):
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Perissodactyla

Family

: Eqiuidae

Genus

: Equus

Spesies

: Equus caballus

Fungsi kuda yang banyak berkembang saat ini di masyarakat adalah sebagai
sarana olahraga berkuda. Perkembangan olahraga ini didukung oleh Persatuan
Olahraga

Berkuda

Seluruh

Indonesia

(PORDASI).

Organisasi

PORDASI

membawahi empat komisi, yaitu pacuan, polo, peternakan dan olahraga berkuda atau
equestrian.
Beberapa istilah yang digunakan untuk menyatakan jenis kelamin, umur atau
keadaan seekor kuda adalah sebagai berikut (Blakely dan Bade, 1991) :
1. Stallion

: Kuda jantan yang belum kawin berumur lebih daripada tiga tahun.

2. Stud

: Kuda jantan yang digunakan untuk dikawinkan.

3. Mare

: Kuda betina dewasa.

4. Filly

: Kuda betina muda sampai umur tiga tahun.

5. Gelding

: Kuda jantan yang dikastrasi.

6. Colt

: Kuda jantan sampai umur tiga tahun.

7. Foal

: Anak kuda.

8. Weanling : Kuda muda jantan atau betina yang baru saja disapih.

 

Saat ini pengetahuan terkini tentang domestikasi kuda didasarkan pada
material purbakala dari bagian selatan Ukraina yang telah berusia 4200-3800 SM
(Anthony et al.,1991). Kuda pertama kali digunakan sebagai sumber pangan, untuk
perang dan olahraga, serta untuk tujuan pengangkutan. Kuda tersebut digunakan
sebagai alat transportasi cepat untuk mengangkut orang dan memindahkan muatan
yang berat. Kuda juga menjadi ternak penting dalam bidang pertanian,
pertambangan, dan kehutanan (Bogart dan Taylor, 1983).
Ternak kuda selain dapat digunakan untuk konsumsi masyarakat (daging dan
air susu kuda), kuda juga dapat dimanfaatkan untuk berperang, olahraga dan rekreasi,
keperluan pertanian secara luas dan alat pengangkutan. Kepemilikan ternak kuda
juga dapat memberikan status sosial yang lebih tinggi bagi pemiliknya (Parakkasi,
1986).
Riwayat Kuda
Kuda berkembang sangat baik sejak dilahirkan ke dunia. Selama 24 jam sejak
lahir, anak kuda dialam harus mampu berpacu dengan ternak lain untuk bertahan
hidup. Karena itu, ia telah memiliki kaki (panjangnya hampir sama dengan kuda
dewasa) dan naluri untuk bangkit dan mulai bergerak segera setelah ia lahir. Selama
bulan pertama hidupnya, tinggi anak kuda meningkat sekitar sepertiga dari tinggi
saat lahir. Anak kuda pada akhir tahun pertamanya, tingginya mencapai tigaperempat dari tinggi kuda dewasa (Kidd, 1995).
Setelah penyapihan, selama sekitar enam bulan didomestikasi dan sedikit
demi sedikit dibawa kealam liar, kuda muda tersebut disebut weanling. Kuda pada
tahun pertamanya disebut yearling. Setelah itu, kuda berumur dua tahun, tiga tahun,
dan seterusnya. Seekor kuda mulai menjadi tua ketika telah berumur sekitar 15
tahun.

Dimasa

tua,

sistem

tubuhnya

bekerja

kurang

efisien

daripada

sebelumnya. Kuda akan kehilangan kekuatan dan tidak bisa bekerja dengan keras
seperti ketika kuda tersebut masih muda, tetapi kuda masih akan sehat selama
beberapa tahun, asalkan diberikan pakan yang sesuai, teratur, olahraga ringan dan
juga perlindungan pada musim dingin (Kidd, 1995).

4
 

Gaya Berjalan
Kuda saat berjalan memiliki gerak langkah yang panjang dan teratur. Dalam
gaya trot atau derap kaki digerakkan teratur, tidak terlalu tinggi namun juga tidak
terlalu rendah. Pada gaya canter, gerakan kaki juga rendah, pendek atau panjangnya
tergantung pada kecepatan canter yang diinginkan. Pada gaya gallop, langkahnya
sangat panjang dan badan terentang dengan bagian belakang agak naik. Kaki depan
juga merentang lurus (Blakely dan Bade, 1991).
Bogart dan Taylor (1983) mengemukakan definisi dari beberapa istilah gaya
berjalan kuda khususnya yang sering dipakai dalam dunia pacuan kuda yaitu:
1.

Walk adalah sebuah gaya berjalan empat irama dimana setiap kaki menyentuh
tanah secara terpisah satu sama lain.

2.

Trot adalah sebuah gaya berjalan dua irama diagonal dimana kaki kanan depan
dan kaki kiri belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak, dan kaki
kiri depan serta kaki kanan belakang menginjak permukaan dataran dengan
serentak.

3.

Canter adalah sebuah gaya berjalan tiga irama. Kaki belakang menginjak
permukaan dengan serentak. Kedua kaki depan menginjak permukaan secara
terpisah dan berbeda waktu dengan pijakan kaki belakang.

4.

Gallop adalah canter yang dilakukan dengan cepat.

Morfometrik Kuda
Sasimowski (1987) menyatakan bahwa kepala kuda merupakan bagian tubuh
yang menunjukkan karakteristik tertentu sesuai dengan spesies, bangsa, jenis,
kelamin, habitat hidup, dan kondisi kesehatan yang terlihat. Kuda yang hidup di
daerah pegunungan dan dataran tinggi memiliki kepala yang relatif pendek dengan
dahi lebih lebar dan panjang serta mempunyai moncong pendek.
Ukuran kepala amat berkorelasi dengan ukuran tubuh. Jika bobot kepala
terlalu berat untuk leher maka akan membebani kaki dan menganggu keseimbangan.
Namun, jika ukuran kepala terlalu kecil juga akan mengganggu keseimbangan
(Edwards, 1991). Suherman (2007) menyatakan bahwa penciri kuda (size) tubuh
seekor kuda adalah panjang badan, tinggi pundak, dan tinggi panggul sedangkan
untuk bentuk (shape) tubuh seekor kuda hanya panjang badan.

5
 

Seleksi Kuda
Konformasi secara garis besar dapat menjelaskan penampilan umum seekor
kuda. Konformasi tubuh dan kaki diketahui memiliki heritabilitas yang tinggi. Hal ini
diketahui bahwa penilaian subjektif dari konformasi juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor bukan genetik (Arnason, 1984 ; Preisinger et al., 1991). Faktor bukan genetik
ini meliputi tim penilai, jenis kelamin, kondisi tubuh dan manajemen pemeliharaan
kuda, bulan dan tahun judging, serta perawatan anak kuda. Semua faktor ini dihitung
bersama dengan data konformasi tubuh jika digunakan untuk melakukan seleksi kuda
dan analisis genetik (Bowling dan Ruvinsky, 2000).
Biasanya kuda pejantan yang unggul akan memberikan keturunan yang
unggul pula, meskipun sering terjadi penyimpangan berupa keturunan yang kurang
baik. Hal ini bisa terjadi karena mungkin kondisi pejantan atau induknya yang
kurang sehat, atau berbagai sebab lain, namun pada umumnya kuda pejantan
menentukan baik tidaknya keturunan yang dihasilkan. Kehadiran kuda pejantan yang
unggul, didampingi kuda betina berkualitas sebagai pasangannya, diharapkan akan
meningkatkan mutu kuda. Kuda betina berfungsi sebagai kuda induk. Oleh
karenanya, sebaiknya kita memilih kuda betina yang sehat, tegap, berbadan lebar dan
panjang, agar jika mengandung akan dapat dengan leluasa menempatkan anak dalam
kandungannya (Soehardjono, 1990). Kriteria seleksi untuk kompetensi reproduksi
pada kuda jantan tidak jauh berbeda dengan kuda betina, yaitu sebagai berikut:
sejarah, temperamen dan libido, usia, konformasi umum, pemeriksaan saluran
reproduksi, evaluasi air mani, kelainan kromosom, pengambilan sampel darah,
infeksi, dan manajemen umum pembiakan. Umur tidak mempengaruhi pemilihan
kuda jantan breeding, namun yang harus diperhatikan adalah kesehatan dan kondisi
kuda (Oftedalet al., 1983).
Warna Dasar Kuda
Warna dasar kuda adalah bay atau hitam, chesnut, dan grey. Warna dasar bay
terdiri atas tiga macam warna yaitu bay terang (light bay) yaitu coklat kemerahan,
bay cerah (bright bay) yaitu kuda dengan warna chesnut dan bay gelap (dark bay)
cenderung berwarna coklat gelap. Kuda dengan warna bay adalah kuda yang
memiliki surai, ekor, dan kaki berwarna hitam (Brown dan Sarah, 1994). Segera

6
 

setelah dilahirkan, anak kuda yang memiliki gen abu-abu mulai menunjukkan
pencampuran warna bulu putih, terutama warna putih. Proporsi warna abu-abu
terhadap putih, meningkat seiring dengan pertambahan umur. Saat dewasa kelamin,
warna bulu kuda berubah menjadi abu-abu atau abu-abu dengan bintik-bintik
berwarna hitam (Bowling dan Ruvinsky, 2000). Chesnut merupakan warna coklat
kemerahan pada bulu dan warna ini juga menjadi warna pada ekor dan surai (Vogel,
1995).
Penentuan Umur Kuda Berdasarkan Gigi
Gigi kuda memang dapat digunakan untuk memperkirakan umurnya secara
cermat, sehingga para pengusaha pacuan mempunyai ahli atau spesialis untuk
menentukan umur kuda. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya praktek-praktek
tidak jujur misalnya memperlombakan kuda yang sudah cukup dewasa melawan
kuda yang masih terlalu muda (Blakely dan Bade, 1991).
Seekor kuda mempunyai gigi susu yang kemudian akan berganti dengan gigi
tetap. Ada sebanyak enam gigi depan atas dan enam gigi depan bawah. Gigi tetap
mulai muncul dalam pasangan, dimulai pada umur 2,5 tahun. Baik gigi seri tengah
atas maupun bawah pada umur tiga tahun telah lengkap. Gigi tersebut akan jauh
lebih besar dan panjang dibandingkan dengan gigi susu. Umur empat tahun,
pasangan berikutnya menjadi lengkap dan tinggallah satu pasang gigi susu. Kuda
berumur lima tahun telah memiliki satu set gigi tetap yang lengkap dan tinggal satu
pasang gigi seri sementara. Hal yang menarik adalah perkembangan gigi taring pada
umur tersebut (meskipun bisa juga terjadi pada umur 3,5 tahun). Gigi taring selalu
ada pada kuda jantan dewasa atau kuda jantan muda, tetapi jarang ada pada kuda
betina (Blakely dan Bade, 1991). Kuda berumur enam sampai delapan tahun, gigi
permanen telah usang yang dimulai dari bagian pusat hingga bagian pertengahan
mengarah kesamping (Bogart dan Taylor, 1983).
Exercise (Latihan) Kuda
Kuda membutuhkan exercise atau latihan untuk menjaga kesehatannya, sama
halnya dengan atlet lainnya. Kuda atlet yang secara rutin dilatih memerlukan
frekuensi istirahat yang cukup, terlebih lagi pada saat kuda baru saja mengikuti suatu
pertandingan, istirahat yang diberikan pada kuda dapat dengan melakukan

7
 

pengumbaran di paddock. Tindakan tersebut memberikan kesempatan bagi kuda
untuk merelaksasikan otot-otot yang tegang setelah hari-hari kerja yang dijalani
sebelumnya dan akan sangat berpengaruh terhadap psikologis kuda tersebut
berkaitan dengan kelanjutan program latihan yang akan diberikan. Perlakuan latihan
yang tidak tepat akan menyebabkan luka pada otot maupun tulang bagi kuda atlet
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Kedaan cuaca juga perlu dipertimbangkan pada saat akan menjalani latihan,
agar kondisi fisik kuda tetap prima. Hal ini dipertimbangkan agar terjadi
keseimbangan antara temperatur tubuh dan lingkungan. Selain itu, kenyamanan
lapangan tempat kuda akan menjalani latihan hendaklah terjamin dari berbagai
kemungkinan adanya faktor penyebab kecelakaan. Penguasaan temperamen kuda
juga diperlukan agar kuda menuruti setiap perintah yang diberikan penunggang, tetap
tenang pada saat disaksikan orang banyak dan harus mempunyai insting untuk suka
berlari-lari, melompat, dan bermain. Seluruh tubuh (tulang, otot, kaki, dan tulang
belakang) kuda harus dapat bergerak dengan luwes, alami, dan dinamis (Tim Karya
Tani Mandiri, 2010). Selain itu, terdapat perbedaan tertentu dalam kemampuan
belajar dan mempelajari tugas tertentu dalam setiap latihan pada setiap bangsa kuda
(Hart dan Hart, 1985).
Bangsa Kuda
Berbagai jenis kuda ada di dunia. Kuda tersebut berasal dari berbagai tempat
di dunia atau yang dikembangkan disuatu daerah untuk suatu tujuan tertentu.
Beberapa jenis diantara kuda itu masih tetap sama dengan keadaan di daerah asal
tetapi beberapa jenis lagi telah banyak berubah untuk mengikuti perkembangan serta
tuntutan zaman (Blakely dan Bade, 1991).
Kuda Arab
Kuda Arab mungkin berasal dari Mesir, tetapi telah dikembangkan di Arab
sampai mencapai bentuk yang sekarang. Karakteristik yang menonjol dari kuda Arab
adalah kecepatan, daya tahan tubuhnya (stamina) dan kecantikannya. Kuda ini juga
terkenal karena memiliki sifat yang jinak dan bersahabat dengan manusia. Sifat
inilah yang membuat kuda disukai oleh pemiliknya. Terkenal mudah dipelihara
dalam kondisi yang baik, kondisi pada padang rumput atau ketersediaan biji-bijian

8
 

yang minim, dengan demikian kuda merupakan ternak kuda yang ekonomis bagi
pemiliknya (Blakely dan Bade, 1991).
Kuda Arab memiliki ciri-ciri kepala kecil dengan bagian hidung agak
melengkung ke dalam (concave), mata bersinar jeli, rambut kepala (surai) dan ekor
terurai panjang, kaki dan kuku kuat, cepat dan kuat untuk berlari jauh, berani dan
bertemperamen (Edwards, 1991). Bobot kuda Arab mencapai 400-500 kg. Warna
dasarnya kebanyakan putih (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Kuda Poni
Kuda poni berukuran kecil sampai sedang, tinggi bahunya kurang dari 0,5-1,2
m. Tipenya termasuk kuda penarik atau kuda tunggang. Tingginya dari tanah sampai
ke punggung kurang dari 142 cm (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Kuda ini kecil
dan sifatnya keras, disukai di seluruh Amerika Serikat sebagai kuda tunggang untuk
anak-anak. Selain beberapa dari sifat positifnya, kuda ini cenderung cepat marah dan
keras kepala, seperti yang telah disadari oleh para pemilik kuda tersebut, tetapi
meskipun demikian, bangsa kuda poni ini disayangi dan menjadi kuda kesayangan
(Blakely dan Bade, 1991).
Ensminger (1962) menambahkan kuda poni termasuk ke dalam kuda dengan
ukuran terkecil. Kuda poni merupakan kuda khas dari Shetland. Kuda poni
digunakan sebagai kuda tunggang dan kuda tarik. Kuda ini juga biasa dijadikan
sebagai hewan kesayangan anak kecil karena ukurannya yang kecil. Kuda ini
memiliki tinggi 0,9-1,45 m dengan bobot badan 250-450 kg (Ensminger, 1962).
Kuda Thoroughbred 
Kuda Thoroughbred dikembangkan oleh keluarga raja Inggris sebelum
diimpor ke Amerika. Kalangan bangsawan Inggris mengembangbiakkannya sebagai
kuda olahraga dan melombakan kuda ini karena memiliki penampilan yang bagus.
Kuda ini diseleksi berdasarkan kecerdasannya, selain itu karakteristik kuda ini yang
menonjol adalah kecepatan lari dan daya tahannya seperti telah dibuktikan selama
beberapa tahun (Blakely dan Bade, 1991). Edwards (1994) menyatakan sejak 200
tahun yang lalu kuda Thoroughbred sudah dikembangkan sebagai industri pacuan
karena mampu memberikan pengaruh besar dalam meningkatkan gerakan misalnya

9
 

kecepatan, keberanian, dan daya tahan serta secara bersamaan dapat meningkatkan
ukuran tubuh.
Kuda Thoroughbred memiliki warna tubuh cokelat, chesnut, hitam, bay, dan
abu-abu. Kuda ini pada bagian muka dan kaki berwarna putih. Kuda Thoroughbred
memiliki berat 450-575 kg dan tinggi 1,55-1,65 m (Ensminger, 1962). Kidd (1995)
menambahkan kuda Thoroughbred memiliki kondisi yang memenuhi syarat untuk
berpacu, seperti bentuk kepala kecil dan terlihat pintar, leher dan badan panjang, kaki
langsing dan panjang, tulang ramping dengan panjang yang seimbang, serta warna
bulu yang halus dan terang.
Kuda Argentina (Criollo)
Kuda ini berasal dari Argentina yang dianggap memiliki hubungan dengan
Barb, Andalusia dan Arab. Nenek moyang Criollo dibawa ke Amerika Selatan oleh
tentara Spanyol pada abad ke-16. Sekarang ini, peternakan kuda Criollo menjadi
populer. Kuda ini kebanyakan dikawinsilangkan dengan Thoroughbred, kombinasi
yang kuat, bakat atletik dengan Thoroughbred yang cepat untuk menghasilkan kuda
polo terbaik di dunia. Kuda ini memiliki kisaran tinggi 135-153 cm. Criollo
merupakan kuda yang tangguh dan cerdas. Daya tahan, kecepatan dan gerakan
gesitnya membuat mereka populer dan banyak dimanfaatkan peternak di Amerika
Selatan untuk menggembalakan ternak. Mereka juga digunakan untuk transportasi
dekat atau jauh dan juga membawa beban (Kidd, 1995).
Kuda Appaloosa
Ciri khas kuda ini yaitu kulitnya yang spotted. Appaloosa pertama kali
dipelihara oleh suku Nez Perce dari Washington. Meskipun sekarang ditemukan
diseluruh dunia, namun paling umum di Amerika.Kuda ini memiliki kisaran tinggi
144-154 cm. Kepribadian kuda ini sangat mudah mengerti, sangat mudah untuk
ditangani, tangkas, atletik dan serbaguna. Kuda ini pandai melompat, memiliki daya
tahan yang cukup dan cepat dalam jarak jauh (Kidd, 1995).
Kuda Poni Argentina
Kuda poni Argentina merupakan persilangan antara kuda Thoroughbred dan
Criollo. Kuda ini merupakan kuda yang digunakan untuk bermain polo sehingga
disebut juga dengan kuda poni polo. Karakterisitik kuda poni polo ini tampilannya

10
 

seperti Thoroughbred. Kuda harus cepat, berani, memiliki keseimbangan, dan sangat
lincah. Langkah kaki yang rendah tidak dipermasalahkan karena lebih mudah untuk
mengambil bola dari seekor kuda poni yang lebih pendek kakinya (Edwards, 2002).
Pemilihan tipe dan konformasi dasar kuda poni polo adalah berdasarkan
ketahanan dan kecepatan tubuh yang sedang membawa penunggang. Kuda harus
memiliki kemampuan yang baik untuk berhenti tiba-tiba, berputar, kemudian
kembali berlari kearah yang berlawanan, serta temperamen kuda harus berani dan
cerdas untuk mendeteksi penempatan bola polo (Kacker dan Panwar, 1996).
Manajemen Pemeliharaan Kuda
Perkandangan
Kandang kuda umumnya berbentuk single stall. Tempat untuk latihan
(exercise) sebaiknya disediakan di areal perkandangan. Kandang untuk ternak kuda
dapat dibuat dari bahan bangunan yang sederhana dan murah, namun harus memiliki
konstruksi yang cukup kuat (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Membangun kandang
di daerah tropis, sebaiknya disediakan ventilasi sehingga pertukaran udara dapat
berjalan lancar dan tidak menimbulkan hawa panas didalam kandang (Jacoebs,
1994).
Atap kandang adalah naungan bagi ternak dan melindungi ternak terhadap air
hujan, panas sinar surya, maupun terhadap udara dingin. Atap pada kandang kuda
lebih baik jika jaraknya semakin tinggi, karena dapat menghasilkan sirkulasi udara
yang baik. Tim Karya Tani Mandiri (2010) menambahkan atap kandang hendaknya
dibuat dengan kemiringan sedang dan biasanya sekitar 30-45°. Bahan atap sebaiknya
dipilih yang memiliki permukaan yang memungkinkan pemantulan sebanyak
mungkin atau yang memiliki koefisien refleksi radiasi surya atau bumi.
Ketersediaan udara yang baik sangat dibutuhkan pada perkandangan kuda
karena kuda mudah terkena penyakit pernafasan. Udara yang bersih sangat penting
untuk kesehatan dan kenyaman kuda serta akan mempengaruhi kekuatan dari kuda
tersebut. Ventilasi yang baik adalah berbentuk puncak pada atapnya dan akan sangat
berpengaruh pada penanganan masalah kuda. Jendela pada kandang kuda juga harus
berada pada posisi sejajar dengan kepala kuda (McBane, 1991).

11
 

Nozawa et al. (1981) menyatakan di tiap bagian kandang harus tersedia air
bersih. Air minum harus diperhatikan bagi induk kuda yang sedang menyusui, karena
jika induk kuda tersebut kekurangan air dalam kondisi menyusui maka air susu induk
akan berkurang pula. Kandang juga harus memiliki sistem pembuangan kotoran yang
baik dan adanya ketersediaan listrik untuk lampu, kipas, dan lain sebagainya.
Alas lantai kandang kuda harus selalu dalam keadaan bersih dan lunak serta
beralaskan serbuk gergaji atau jerami. Alas lantai yang lunak bertujuan agar
melindungi kuda ketika sedang berguling, memberikan kehangatan dan untuk
kenyaman kuda serta melindungi kaki kuda, terutama untuk kuda olahraga dan kuda
pacu (McBane,1994). Permukaan alas lantai kandang juga tidak boleh licin atau
kasar yang dapat mengakibatkan goresan luka pada kuda. Selain itu, alas lantai
kandang kuda tidak akan menjadi sarang parasit-parasit atau bakteri dan tidak akan
mengakibatkan stres pada kuda yang dapat mengganggu tingkah laku atau
produktivitas kuda (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Peternakan kuda lebih baik
dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat
penyimpanan pakan, dan ruang groom pada setiap kandang sehingga memudahkan
untuk pengawasan kuda (McBane,1994).
Pakan
Kuda tidak memamahbiak dan secara fisiologis tidak dapat melakukan proses
regurgitasi. Kuda memiliki cecum yang besar dan mengandung mikroorganisme
yang mampu mencerna pakan berserat, sehingga kuda dapat memanfaatkan hijauan
dan jerami serta mengubahnya menjadi zat- zat gizi yang dapat diserap. Kebutuhan
pakan yang bersifat spesifik bervariasi, tergantung pada pemanfaatan kuda yang
bersangkutan. Kuda yang istirahat kebutuhan energinya lebih sedikit dibandingkan
kuda yang sedang bekerja, kuda yang sedang laktasi perlu lebih banyak protein, dan
kebutuhan gizi kuda muda hampir seluruhnya lebih banyak dibanding kuda dewasa
(Blakely dan Bade, 1991).
Pakan utama kuda adalah rumput dengan berbagai jenis, seperti Panicum
maximum dan Brachiaria mutica dengan ketinggian 1,2 m dan bermacam-macam
jenis rumput yang tumbuh dimana-mana dengan ketinggian 40 cm yang biasa diarit
untuk makanan ternak (Soehardjono, 1990). Pakan rumput hanya cukup untuk
digunakan bagi kelangsungan hidup tetapi untuk kuda pacu atau olahraga perlu

12
 

tambahan konsentrat dan vitamin. Untuk pakan kuda, hijauan yang paling penting
dalam bentuk segar di pastura dan bentuk hay (Templeton, 1979). Pakan konsentrat
merupakan pakan tambahan energi bagi kuda. Konsentrat yang dapat diberikan
antara lain konsentrat sereal yang terdiri dari gandum, jagung, produk tepung,
sorgum, berbagai produk padi dan produk non sereal yang terdiri dari gula bit,
rumput kering, kacang-kacangan (legum) seperti kedelai dan kacang, sedangkan
menurut NRC (1989), konsentrat atau sereal biji-bijian merupakan pakan utama yang
menjadi sumber energi dan seluruh jenis biji-bijian yang bermanfaat bagi kuda.
Selain rumput dan konsentrat juga diberi vitamin dan mineral (Soehardjono, 1990).
Air juga sangat penting, tubuh kuda terdiri dari 70% air (McBane, 1994).
Kualitas pakan kuda dipengaruhi oleh spesies tumbuhan tersebut, kesuburan
tanah, dampak iklim (seperti suhu dan kelembaban), dan juga tidak kalah pentingnya
yaitu umur panen tumbuhan. Hijauan untuk kuda harus bebas toksin dan bebas dari
bahan lain yang berbahaya bagi kuda (NRC, 1989). Pakan dapat dianalisis untuk
mengetahui nutrisi yang terkandung didalamnya, dan pengetahuan dasar tentang
komposisi beberapa pakan penting ketika menyiapkan ransum untuk kuda.
Jenis-jenis pakan untuk kuda terbagi dalam empat kategori menurut Pilliner
(1993), yaitu :
(1) Biji-bijian. Sebagai sumber energi dari ransum konsentrat, misalnya oat, barley,
dan jagung.
(2) Pakan protein. Berasal dari hewan (misalnya meat bone meal dan tepung susu)
atau dari tumbuhan (misalnya biji rami, kedelai dan kacang-kacangan atau
polong-polongan).
(3) Pakan intermediate. Pakan ini termasuk jerami, umbi-umbian dan tepung
rumput.
(4) Hijauan. Rumput, hay, haylage, dan silase.
Pemberian pakan kuda untuk pemeliharaan yaitu pemberian secukupnya
untuk menjaga kondisi sehari-hari. Hal ini berarti menyediakan energi untuk otototot usus, jantung dan paru-paru selama bekerja, energi untuk merumput, untuk
mempertahankan suhu tubuh dan untuk menggantikan sel-sel yang menjaga tubuh
agar dapat beraktivitas (Pilliner, 1993). Parakkasi (1986) menambahkan bahwa

13
 

pemberian pakan hendaknya dibedakan berdasarkan umur, jenis, tipe kuda, dan
aktivitas harian kuda.
Setiap kuda yang menerima ransum atau pakan konsentrat penuh, sebaiknya
pemberian makan diberikan tiga kali sehari. Jika kuda tidak menghabiskannya dalam
tiga kali pemberian, berikan pakan pada larut malam, sehingga kuda mendapatkan
jumlah makanan yang sama tetapi dengan empat kali pemberian pakan yang lebih
sedikit (Pilliner, 1992). Kuda untuk olahraga dianggap dewasa pada umur tiga tahun.
Saat umur tiga tahun baru mulai dilatih. Kuda olahraga tidak boleh terlalu dini dilatih
karena punggungnya belum terlalu kuat dan mudah cedera. Pemberian makan
disesuaikan dengan latihannya. Jika latihannya meningkat maka konsentrat
ditambah. Lain halnya dengan kuda pacu, maka kuda olahraga lebih banyak
memerlukan konsentrat dan serta kasar. Kebutuhan energi kuda olahraga biasanya
terpenuhi dengan mengganti setengah hingga sepertiga pakan berserat dengan pakan
yang mengandung zat tepung, terutama sereal biji-bijian (Medina et al., 2002).
Kesehatan
Menurut Blakely dan Bade (1991), program kesehatan pada ternak kuda
mencakup pencegahan penyakit, pemberian obat cacing, dan tindakan pertolongan
pertama. Merupakan suatu hal yang penting untuk senantiasa membuat diagnosayang
tepat dan memiliki pengetahuan yang benar tentang pengobatan yang memadai.
Pemilik dan peternak kuda sebaiknya memanfaatkan jasa dokter hewan agar berhasil
dalam mengendalikan gangguan-gangguan tersebut.
Salah satu gejala pertama dari masalah apapun biasanya adalah rendahnya
nafsu makan atau bahkan tidak makan sama sekali. Kuda yang sehat hampir selalu
lapar dan ingin makan (Blakely dan Bade, 1991). Hodges dan Pilliner (1991)
menambahkan kondisi kuda yang baik terlihat dari bulu yang mengkilap, halus, dan
lembut serta pada saat kulit dicubit kemudian dilepaskan haruslah kembali dengan
cepat, dan mudah kembali pada posisi semula. Kulit yang lambat kembali setelah
dicubit menunjukkan adanya tingkat dehidrasi atau kekurangan lemak subkutan. 
Kebersihan
Grooming lebih daripada sekedar menjaga kebersihan kuda, melainkan
merangsang sirkulasi darah dan getah bening serta memberikan kilau pada bulu kuda

14
 

dengan membawa minyak alami ke permukaan. Grooming yaitu menyikat dengan
cepat bagian atas tubuh, menghilangkan noda yang sulit, mencuci mata, hidung lalu
kaki. Kuda dapat dimandikan pada waktu tertentu. Kuda yang telah dicuci dan
dibilas, selanjutnya dikeringkan dengan penyerap air atau keringat, lalu kepala,
badan dan kaki dihanduki sampai kering (Pilliner, 1994).
Sanitasi

sangat

penting

untuk

mengendalikan

kuda

dari

serangan

parasit. Seekor kuda yang akan diperkenalkan kedalam kawanan harus diisolasi
selama sebulan sebelum menjalani aktivitas dengan kuda lain. Setiap penyakit hewan
mungkin telah diketahui sebelum periode isolasi sehingga diberi waktu untuk
menunjukkan diri. Menjaga kebersihan kandang dan perawatan kuda secara teratur
sangat mempengaruhi kesejahteraan kuda (Bogart dan Taylor, 1983).
Perlakuan Panas dan Dingin
Perlakuan dingin akan membantu untuk mengendalikan reaksi inflamasi dan
mengurangi rasa sakit. Setelah fase akut awal cedera telah berlalu, terapi panas dan
dingin bergantian dapat dilakukan untuk meningkatkan aliran darah ke daerah yang
terkena dan membawa elemen-elemen penting untuk penyembuhan. Perawatan ini
akan membuat kuda tenang, sehingga kuda dapat beristirahat lebih efektif
(Pilliner,1994).
Manajemen Peternakan Kuda
Manajemen peternakan kuda berkaitan dengan masalah perencanaan,
pengorganisasian, dan pelaksanaannya. Untuk melaksanakan prinsip-prinsip
manajemen diperlukan kelengkapan yang saling terkait, seperti manusia, modal, serta
material atau sarana. Faktor manusia sangat menentukan kelangsungan peternakan,
karena tanpa kehadirannya tentu tidak akan ada peternakan kuda. Usaha modal
sebagai tenaga penggerak, disamping manusia yang terampil dan memiliki keahlian
khusus

serta

kelengkapan

sarana,

sangat

menentukan

usaha

peternakan

(Soehardjono, 1990). Setelah perencanaan yang matang dengan tersedianya modal,
maka langkah berikutnya menentukan areal peternakan yang diperlukan, kemudian
berupaya untuk pengadaan kuda pejantan dan betina. Langkah berikutnya mencari
tenaga kerja yang ahli, seperti seorang manajer dan tenaga-tenaga ahli lainnya yang

15
 

akan mengelola segala sesuatu kegiatan teknis didalam peternakan itu (Soehardjono,
1990).
Sumber Daya Manusia
Memilih seorang manajer bagi sebuah peternakan serta tenaga-tenaga ahli
dan pembantu-pembantunya dapat dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan,
seperti dia harus berkepribadian dan beritikad baik, memiliki rasa cinta kepada kuda
serta memiliki dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Faktor terpenting dalam hal
ini, yaitu adanya rasa tanggungjawab untuk merawat dan menjaga keselamatan
hewan ternak peliharaannya (Soehardjono, 1990). Tenaga ahli dan pembantupembantunya pada suatu peternakan kuda menurut Soehardjono (1990) biasanya
terdiri atas:
1. Bagian kandang, bertugas merawat kuda, membersihkan kandang dari kotoran
kuda dan memberi makanan kepada kuda.
2. Bagian kesehatan, bertugas mengobati dan merawat kuda yang sakit, menolong
kuda yang beranak dan memberi perawatan sesudahnya, serta menjaga kesehatan
kuda secara keseluruhnya.
3. Bagian pertanian, bertugas menanam rumput dan melaksanakan pemeliharaan
seperti menyiram rumput pada musim kemarau dan memberi pupuk.
4. Bagian listrik, air, dan mesin, bertugas menjaga jangan sampai ada gangguan
pada penggunaan listrik, air, dan merawat semua mesin yang ada.
5. Bagian administrasi, bertugas mengerjakan administrasi kuda seperti laporan,
perkawinan, kelahiran, masuk-keluarnya kuda serta menyelesaikan masalah yang
menyangkut karyawan dan lain-lain.
6. Bagian logistik, bertugas melakukan pembelian makanan kuda, alat-alat, dan
sebagainya.
Polo
Polo adalah olahraga beregu yang dimainkan diatas kuda dengan tujuan untuk
mencetak gol ke gawang lawan. Pemain mengendalikan bola kayu atau plastik
(diameter 3-3,5 inci) dengan menggunakan pemukul yang panjang disebut mallet.
Gol dianggap sah apabila bola lewat diantara gawang yang ditandai dengan
dikibarkannya bendera oleh penjaga gawang. Setiap regu polo terdiri dari empat

16
 

orang pemain dengan menggunakan jumlah kuda yang tidak terbatas. Permainan
berlangsung dalam periode tujuh menit yang disebut chukka. Keseluruhan permainan
dapat berlangsung antara empat sampai enam chukka tergantung pada peraturan
turnamen dan asosiasi masing-masing (Jakarta Press, 2010).
Sejarah Polo di Indonesia
Tahun 1937 menandai dimulainya sejarah polo di Indonesia, saat Batavia
Polo Klub didirikan di Lapangan Banteng, Jakarta. Pendiri perkumpulan tersebut
adalah seorang Belanda dan pertandingan pertama yang dilakukannya adalah
melawan regu polo Malaysia. Saat terjadi perang dunia kedua dan Indonesia dijajah
Jepang, perkumpulan tersebut bubar (Jakarta Press, 2010).
Tahun 1992, Hashim S. Djojohadikusumo dan James T. Riady kembali
memperkenalkan polo di Indonesia dengan mendirikan Jakarta Polo and Equestrian
Club (JPEC) di Bukit Sentul Selatan. Pada tahun itu pula, Indonesia menjadi anggota
Federation of International Polo (FIP) dengan Hashim Djojohadikusumo sebagai
Ketua Asosiasi Polo Indonesia.
Dibawah bimbingan Subiyakto Cakra Wardaya sebagai presiden Persatuan
Olahraga Berkuda Indonesia (PORDASI), Asosiasi Polo Indonesia menjadi Komisi
Polo

Indonesia

dibawah

PORDASI

dengan

ketuanya

tetap

Hashim

Djojohadikusumo. Karena kesibukan ketuanya tersebut berbisnis di luar negeri,
perkembangan polo di Indonesia benar-benar berhenti pada tahun 2002 (Jakarta
Press, 2010).
Tahun 2005, dibawah bimbingan Letnan Jenderal (Purn.) Prabowo Subianto,
didirikan Nusantara Polo Club. Klub ini mewakili Indonesia untuk pertama kalinya
dalam turnamen Kings Cup 2006 di Thailand dan meraih peringkat ketiga dibawah
Malaysia dan Jordan. Pada akhir dari turnamen ini, negara-negara ASEAN:
Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, dan Indonesia sepakat untuk membuat polo
sebagai cabang olahraga resmi yang dimainkan dalam SEA Games2007 di Thailand
(Jakarta Press, 2010).
Nusantara Polo Club
Nusantara Polo Club adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di Indonesia
yang dibangun oleh Prabowo Subianto di kawasan Jagorawi Golf & Country Club.

17
 

Selain menjadi klub yang terbuka untuk membina olahraga polo berkuda yang saat
ini masih belum lazim dimainkan di Indonesia, Nusantara Polo Club juga membina
tim nasional polo Indonesia yang pada bulan Desember 2007 berkesempatan
mewakili Indonesia pada ajang turnamen polo SEA GAMES 2007 di Thailand.
Tahun 2011, Nusantara Polo Club direncanakan akan dijadikan tempat
penyelenggaraan turnamen polo berkuda pada South East Asian Games (SEA
Games) 2011 Indonesia (Jakarta Press, 2010).
Peralatan yang Digunakan untuk Bermain Polo
Manajemen perawatan dan pemeliharaan kuda di Nusantara Polo Club akan
berinteraksi dengan penggunaan kuda baik pada polo maupun kegiatan berkuda
(equestrian). Kegiatan-kegiatan penggunaan kuda tersebut tidak lepas dari adanya
peralatan dan perlengkapan-perlengkapan khusus yang tentunya juga memerlukan
perawatan dan pemeliharaan secara khusus pula. Peralatan-peralatan tersebut
diantaranya adalah (Nusantara Polo Club, 2010):
a.

Saddle atau pelana adalah tempat dudukan yang diletakkan pada punggung kuda.

b.

Double girth for mouth adalah tali yang terbuat dari kulit, dipasangkan pada
badan kuda, berfungsi untuk menahan kuda saat berontak.

c.

Bandage adalah kain yang diberikan pada kaki kuda dengan membalutkannya
pada keempat kaki kuda, hal ini dimaksudkan agar kuda tidak mengalami luka
saat bergesekan antara kaki yang satu dengan yang lainnya.

d.

Martingale adalah tali yang terbuat dari kulit, dipasangkan pada badan kuda
berfungsi untuk menahan kepala kuda supaya tidak naik turun saat ditunggangi.

e.

Safety adalah sabuk yang melilitkan pelana ke badan kuda, berfungsi untuk
mengendalikan kuda.

f.

Stirrup adalah pijakan kaki untuk penunggang kuda yang berfungsi mengatur
posisi kaki yang sesuai dengan tinggi badan penunggang

g.

Polo ball adalah bola yang digunakan dalam permainan polo, terdiri atas
berbagai jenis dengan ukuran yang berbeda dan penggunaan pada jenis lapangan
yang berbeda.

18
 

h.

Polo stick / mallet adalah tongkat pemukul dalam permainan polo. Panjang stick
sendiri bervariasi ditentukan dengan ukuran tinggi badan seseorang, yaitu sekitar
50-53 inchi atau 127-134,62 cm.

19
 

MATERI DAN METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September
2010 di Nusantara Polo Club, Kompleks Polo-Jagorawi Golf Country Club,
Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
Materi
Materi penelitian menggunakan 35 ekor kuda yang terdiri atas seekor jantan
dewasa, tujuh ekor jantan kastrasi, dan 27 ekor betina dewasa, bersama dengan 26
orang responden yang merupakan tim pengurus, pelatih senior, dan atlet kuda polo di
Nusantara Polo Club. Peralatan yang digunakan meliputi alat tulis, kamera, dan
lembar wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.
Prosedur
Penelitian ini diawali dengan penelitian pendahuluan y