Pengaruh Bentuk Dan Ketinggian Perangkap Sticky Trap Kuning Terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.) Diptera: Tephritidae) Pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum Mill.) Di Dataran Rendah.

(1)

PENGARUH BENTUK DAN KETINGGIAN PERANGKAP STICKY TRAP KUNING TERHADAP LALAT BUAH (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae)

PADA TANAMAN TOMAT ( Solanum lycopersicum Mill.) DI DATARAN RENDAH

SKRIPSI

OLEH :

CHORNELIUS KARO KARO 080302039

Hama dan Penyakit Tumbuhan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH BENTUK DAN KETINGGIAN PERANGKAP STICKY TRAP KUNING TERHADAP LALAT BUAH (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae)

PADA TANAMAN TOMAT ( Solanum lycopersicum Mill.) DI DATARAN RENDAH

SKRIPSI

OLEH :

CHORNELIUS KARO KARO 080302039

Hama dan Penyakit Tumbuhan

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Bentuk Dan Ketinggian Perangkap Sticky Trap Kuning Terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.) Diptera: Tephritidae) Pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum Mill.) Di Dataran Rendah.

Nama : Chornelius Karo-Karo

Nim : 080302039

Departemen : Hama Dan Penyakit Tumbuhan Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ir. Yuswani Pengestiningsih, MS Dr. Lisnawita, SP, M.Si. Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing

Mengetahui :

Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, MSc Ketua Program Studi


(4)

ABSTRACK

Chornelius Karo-Karo. 2014. “Effect of yellow stick trap’s shape and elevation towards fruit fly (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae) on tomato (Solanum lycopersicum mill.) at lowland area”. Under supervised Yuswani Pangestiningsih and Lisnawita. This research aims to get the best shape and elevation of yellow sticky trap to control fruit fly. Research was conducted from September 2013 until November 2013 at Kuta Tualah village, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, North Sumatera on 25 meter above sea level. The research was conducted using Randomized Block Design (RAK) factorial with of two factors and 5 replications. The first factor was U1= 100 cm, U2= 150 and U3= 200 cm and the second factor was T1= circle, T2= square, T3= sylinder. The results showed that circle yellow sticky trap with 150 cm elevationis more effective for trapping male and female fruit fly than the others. The highest number of larvae in tomatoes fruit was founded at square yellow sticky trap with 100 cm elevations. Highest tomatoes production (21.86 ton / ha) was founded at

circle yellow sticky trap with 150 cm elevation, meanwhile the lowest (3.70 ton / ha) was founded at square yellow sticky trap with 100 cm elevation.


(5)

ABSTRAK

Chornelius Karo-Karo. 2014. “Pengaruh bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning terhadap lalat buah (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae) pada tanaman tomat (Solanum lypersicum mill.) di dataran rendah”, dibawah bimbingan Yuswani Pangestiningsih dan Lisnawita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning yang efektif terhadap lalat buah pada tanaman tomat di lapangan. Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2013 sampai November 2013 di Desa Kuta Tualah, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara pada ketinggian ± 25 mdpl. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 5 ulangan. Faktor pertama adalah ketinggian perangkap (U) yaitu U1= 100 cm, U2= 150 cm, U3= 200 cm dan faktor kedua adalah bentuk perangkap (T) yaitu T1= bulat, T2= persegi, T3= silinder. Hasil penelitian menunjukkan bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm lebih efektif memerangkap lalat buah jantan dan betina dibanding bentuk lain. Jumlah larva tertinggi didapat pada perlakuan bentuk persegi dengan ketinggian 100 cm yaitu 2,4 ekor. Produksi tertinggi didapat pada perlakuan bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm yaitu 21,86 ton / ha sedangkan yang terendah bentuk persegi dengan ketinggian 150 cm dengan produki 3,70 ton / ha.


(6)

RIWAYAT HIDUP

CHORNELIUS KARO-KARO, Lahir pada tanggal 18 Mei 1990 di

Kisaran, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Rulut Karo-Karo, S.pd. dan Ibunda Dra. Darwati Br. Sembiring.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu :

Tahun 2002 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Swasta Panti Budaya Kisaran Tahun 2005 lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Kisaran Tahun 2008 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Kisaran

Tahun 2008 diterima di Program Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pendidikan informal yang pernah diikuti, yaitu :

Tahun 2010 mengikuti Seminar Nasional Sygenta dengan Thema ” How DO We feed a Growing Population”.

Tahun 2012-2013 menjadi asisten Laboratorium Pestisida dan Teknik Aplikasi, Fakultas Pertanian USU, Medan

Tahun 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juni-Juli di PTPN IV Gunung Bayu, Asahan.

Tahun 2008-2013 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman (IMAPTAN) HPT Universitas Sumatera Utara.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Pengaruh Bentuk dan Ketinggian Perangkap Sticky Trap Kuning terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.) pada Tanaman Tomat (Solanum esculentum Mill.) di Dataran Rendah”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar sarjana di program studi Agroekoteknologi fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi

pembimbing saya yaitu Ibu Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS selaku ketua dan Ibu Dr. Lisnawita, SP, MSi. selaku anggota yang telah membimbing saya selama

menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga saya sampaikan kepada teman-teman saya atas segala doa dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini dimasa mendatang.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, April 2014


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesa Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Lalat Buah (Bactrocera spp). . ... 3

Gejala Serangan ... 6

Pengendalian lalat Buah (Bactrocera spp). . ... 7

Penggunaan Perangkap Warna ... 7

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Metode Penelitian ... 9

Pelaksanaan Penelitian ... 11

Persiapan Lahan ... 11

Penanaman ... 12

Pemeliharaan ... 12

Pemasangan Perangkap ... 12

Peubah Amatan ... 14

Imago Lalat Buah Jantan (Bactrocera spp). ... 14

Imago Lalat Buah Betina (Bactrocera spp). ... 14


(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah imago lalat buah jantan ... 15

Jumlah imago lalat buah betina ... 18

Jumlah larva lalat buah (ekor) ... 21

Produksi buah tomat (ton/ha) ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 27

Saran ... 27 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No 1

2

3

4

Halaman 16

20

23 25 Judul

Pengaruh, bentuk, dan ketinggian perangkap terhadap jumlah imago lalat buah

jantan (Bactrocera spp.) pada 45, 52, 59, 66, 73, 80, 87 hst ………. Pengaruh, bentuk, dan ketinggian perangkap terhadap jumlah imago lalat buah

betina (Bactrocera spp.) pada 45, 52, 59, 66, 73, 80, 87 hst ………. Pengaruh jumlah larva lalat buah (Bactrocera spp.) dalam buah tomat terserang pada 45, 52, 59, 66, 73, 80, 87 hst ………... Produksi buah tomat pada 90 hst (ton / ha) ………


(11)

DAFTAR GAMBAR

Judul

Kelompok Telur Lalat Buah (Bactrocera spp.) ...

Larva Lalat Buah (Bactrocera spp.) ……….

Pupa Lalat Buah (Bactrocera spp.) ………...

Imago Lalat Buah (Bactrocera spp.) ………..

Buah Hijau dan Merah Terserang ……….

Gambar serangan bagian dalam buah ………...

Gambar perangkap warna (a) bentuk bulat,

(b) bentuk persegi, (c) bentuk silinder ……… No

1 2 3 4 5 6 7

Halaman 3 4 5 5 6 7


(12)

DAFTAR GRAFIK

No Judul Halaman

1 Perlakuan Kombinasi Bentuk dan Ketinggian terhadap Produksi Buah


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 45 hst …..… 34

2 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 52 hst ……. 38

3 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 59 hst ……. 42

4 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 66 hst ……. 46

5 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 73 hst …... 50

6 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 80 hst …... 54

7 Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 87 hst ……. 58

8 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 45 hst ……. 62

9 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 52 hst ……. 65

10 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 59 hst ……. 69

11 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 66 hst ……. 73

12 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 73 hst ……. 77

13 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 80 hst ……. 81

14 Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 87 hst ……. 85

15 Jumlah larva buah tomat pengamatan 45 hst ……… 89

16 Jumlah larva buah tomat pengamatan 52 hst ……… 93

17 Jumlah larva buah tomat pengamatan 59 hst ……… 96

18 Jumlah larva buah tomat pengamatan 66 hst ……… 100

19 Jumlah larva buah tomat pengamatan 73 hst ……… 104

20 Jumlah larva buah tomat pengamatan 80 hst ……… 108

21 Jumlah larva buah tomat pengamatan 87 hst ……… 112


(14)

ABSTRACK

Chornelius Karo-Karo. 2014. “Effect of yellow stick trap’s shape and elevation towards fruit fly (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae) on tomato (Solanum lycopersicum mill.) at lowland area”. Under supervised Yuswani Pangestiningsih and Lisnawita. This research aims to get the best shape and elevation of yellow sticky trap to control fruit fly. Research was conducted from September 2013 until November 2013 at Kuta Tualah village, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, North Sumatera on 25 meter above sea level. The research was conducted using Randomized Block Design (RAK) factorial with of two factors and 5 replications. The first factor was U1= 100 cm, U2= 150 and U3= 200 cm and the second factor was T1= circle, T2= square, T3= sylinder. The results showed that circle yellow sticky trap with 150 cm elevationis more effective for trapping male and female fruit fly than the others. The highest number of larvae in tomatoes fruit was founded at square yellow sticky trap with 100 cm elevations. Highest tomatoes production (21.86 ton / ha) was founded at

circle yellow sticky trap with 150 cm elevation, meanwhile the lowest (3.70 ton / ha) was founded at square yellow sticky trap with 100 cm elevation.


(15)

ABSTRAK

Chornelius Karo-Karo. 2014. “Pengaruh bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning terhadap lalat buah (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae) pada tanaman tomat (Solanum lypersicum mill.) di dataran rendah”, dibawah bimbingan Yuswani Pangestiningsih dan Lisnawita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning yang efektif terhadap lalat buah pada tanaman tomat di lapangan. Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2013 sampai November 2013 di Desa Kuta Tualah, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara pada ketinggian ± 25 mdpl. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 5 ulangan. Faktor pertama adalah ketinggian perangkap (U) yaitu U1= 100 cm, U2= 150 cm, U3= 200 cm dan faktor kedua adalah bentuk perangkap (T) yaitu T1= bulat, T2= persegi, T3= silinder. Hasil penelitian menunjukkan bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm lebih efektif memerangkap lalat buah jantan dan betina dibanding bentuk lain. Jumlah larva tertinggi didapat pada perlakuan bentuk persegi dengan ketinggian 100 cm yaitu 2,4 ekor. Produksi tertinggi didapat pada perlakuan bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm yaitu 21,86 ton / ha sedangkan yang terendah bentuk persegi dengan ketinggian 150 cm dengan produki 3,70 ton / ha.


(16)

Latar Belakang

Tomat (Solanum esculentum Mill.) merupakan salah satu sayuran yang sangat penting bagi manusia. Sehingga dari tahun ke tahun Indonesia selalu berusaha untuk meningkatkan produksi tomat dengan cara perluasan wilayah budidaya tomat. Namun Indonesia masih mengimpor tomat, baik dalam bentuk buah segar maupun dalam bentuk olahan yang berasal dari berbagai Negara (Simamora, 2009).

Produksi tomat pada 5 tahun terakhir di Sumatera Utara mencapai 76.669 ton (2008) dan pada tahun 2012 mencapai 93.386 ton. Produksi meningkat yang tujuannya adalah untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat dan perluasan pasar (ekspor) yang meningkat setiap tahun (Badan Pusat Statistik, 2012).

Salah satu kendala yang dihadapi pada pertanaman tomat adalah gangguan lalat buah (Bactrocera spp.) yang merupakan salah satu hama yang sangat merugikan pada tanaman hortikultura di dunia. Lebih dari seratus jenis tanaman hortikultura diduga menjadi sasaran serangannya (Kalshoven, 1981). Pada populasi yang tinggi, intensitas serangannya mencapai 100%. Oleh karena itu, hama ini telah menarik perhatian seluruh dunia untuk dilakukan upaya pengendalian (Kuswandi, 2001).

Pada buah tomat yang terserang oleh Bactrocera spp. biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya, serangan ditemukan pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan noda / titik bekas tusukan ovipositor


(17)

karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva memakan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak, apabila dibelah pada daging buah terdapat ulat-ulat kecil dengan ukuran antara 4-10 mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh. Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan larvanya akan menyebabkan gugurnya sebelum mencapai tingkat kematangan yang diinginkan (Van Sauers & Muller, 2005).

Salah satu teknik pengendalian lalat buah tanaman tomat adalah penggunaan alat perangkap kuning. Beberapa laporan penelitian mengemukakan bahwa penggunaan perangkap kuning dapat menekan populasi hama dengan sangat baik. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh berbagai bentuk dan ketinggian perangkap kuning dalam mengendalikan lalat buah.

Tujuan Penelitian

Untuk mendapatkan bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning yang efektif terhadap hama lalat buah pada tanaman tomat di lapangan.

Hipotesis Penelitian

- Perangkap stiky trap bentuk bulat kuning lebih efektif memerangkap lalat buah dari pada bentuk persegi dan silender.

- Ketinggian perangkap 150 cm lebih efektif dari pada yang 100 dan 200 cm dalam menangkap lalat buah.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi

Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Phylum : Arthropoda Klass : Hexapoda Ordo : Diptera Sub-ordo : Cyclorropha Family : Tephritidae Genus : Bactrocera Spesies : Bactrocera spp.

Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan berkelompok 2 - 15 butir (Gambar 1). Lalat buah betina dapat meletakkan telur 1-40 butir / hari. Satu ekor betina Bactrocera spp. dapat menghasilkan telur 1200 -1500 butir dan ukuran telur lalat buah tomat memiliki panjang 0,3 mm dan berdiameter 0,1 mm (Soeroto et al., 1995 ).

Telur


(19)

Larva berwarna putih keruh atau putih kekuningan, berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing, Larva lalat buah terdiri atas 3 bagian yaitu kepala, toraks (3 ruas), dan abdomen (8 ruas). Kepala berbentuk runcing dengan dua buah bintik hitam yang jelas, mempunyai alat kait mulut. Stadia larva terdiri atas tiga instar. Larva instar 3 berkembang maksimum dengan ukuran ± 7 mm (Gambar 2). Larva membuat saluran-saluran di dalam buah dan mengisap cairan buah. Larva ini hidup dan berkembang dalam daging buah selama 6 - 9 hari, menyebabkan buah menjadi busuk, dan biasanya larva jatuh ke tanah sebelum larva itu berubah menjadi pupa di dalam tanah (Soeroto et al., 1995).

Larva

Gambar 2. Larva lalat buah (Bactrocera spp.) Sumber: Koleksi pribadi

Pupa berbentuk oval, warna kecoklatan, dan panjangnya ± 1 cm (Gambar 3). Masa pupa adalah 4-10 hari dan setelah itu akan keluar serangga


(20)

Gambar 3. Pupa lalat buah (Bactrocera spp.) Sumber: (Khobir F, 2011)

Imago lalat buah rata-rata berukuran 0,7 mm x 0,3 mm dan terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen. Pada abdomen umumnya terdapat dua pita melintang dan satu pita membujur warna hitam atau bentuk huruf T yang kadang-kadang tidak jelas. Ujung abdomen lalat betina lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur (ovipositor) yang cukup kuat untuk menembus kulit buah, sedangkan pada lalat jantan abdomennya lebih bulat (Gambar 4) (Soeroto et al.,1995).

Ovipositor Gambar 4. a. Imago lalat buah jantan (♂)

b. Imago lalat buah betina (♀) Sumber: Koleksi pribadi

b


(21)

Lalat buah terdiri atas ± 4000 spesies yang terbagi atas 500 genus. Tephritidae merupakan famili terbesar dari ordo Diptera dan merupakan salah satu famili terpenting karena secara ekonomi sangat merugikan. Sekitar 35% spesies lalat buah menyerang buah-buahan berkulit tipis dan lunak. Di Indonesia saat ini terdapat 66 spesies lalat buah, namun beberapa spesies yang diketahui inangnya (Siwi et al., 2006).

Gejala Serangan

Buah yang terserang ditandai oleh lubang titik hitam pada bagian pangkalnya, tempat serangga dewasa memasukkan telur (Gambar 5). Umumnya telur diletakkan pada buah yang agak tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari langsung, pada buah yang agak lunak dengan permukaan agak kasar.

Bagian yang terserang lalat buah Gambar 5. Buah hijau dan merah terserang

Sumber : Koleksi pribadi

Larva membuat saluran di dalam buah dengan memakan daging buah serta menghisap cairan buah dan dapat menyebabkan terjadi infeksi oleh OPT lain. Pada buah yang telah terserang akan berubah menjadi busuk dan biasanya jatuh ke


(22)

tanah sebelum larva berubah menjadi pupa (Gambar 6) (Departemen Pertanian, 2012).

Gejala serangan bagian dalam buah

Gambar 6. Gejala serangan pada bagian dalam buah Sumber : Koleksi pribadi

Pengendalian Lalat Buah (Bactrocera spp.)

Beberapa cara pengendalian lalat buah yang dapat diterapkan dan dipadukan satu dengan yang lainnya adalah : (1) pencegahan terhadap serangan lalat buah, (2) sanitasi kebun, (3) penggunaan perangkap dan atraktan, (4) pemanfaatan musuh alam (pengendalian secara biologis), (5) penggunaan tanaman perangkap, (6) teknik serangga mandul, (7) eradikasi, (8) fisik mekanis (Sarwono, 2003).

Penggunaan Perangkap Warna

Imago betina akan tertarik pada warna kuning bila dibandingkan dengan warna lainnya. Imago terbang di sekitar tajuk tanaman sebelum meletakkan telurnya. Tingkat kematangan ikut menentukan perilaku lalat buah dalam mencari


(23)

Keefektifan daya tarik lalat buah terhadap perangkap dalam hal ini pemakaian warna kuning dengan lem perekat penting digunakan dalam perangkap, karena dapat memerangkap lalat buah baik jantan maupun betina. Ketinggian perangkap berpengaruh terhadap keefektifan pengendalian lalat buah. Hal ini diduga karena tanaman inang lalat buah mempunyai kanopi yang lebih tinggi, namun karena lalat buah membentuk pupa dan keluar dalam bentuk dewasa dari dalam tanah maka perangkap yang digunakan untuk mengendalikan lalat buah tidak perlu diletakkan sesuai dengan tingginya kanopi tanaman yang akan dikendalikan (Muryati & Jan, 1996).

Perangkap warna berperekat cukup aman di gunakan dan tidak membunuh predator dan parasitoid dari hama. Perangkap ini telah digunakan untuk monitoring hama di lapangan dan di rumah kaca. Penggunaan perangkap berperekat tidak menyebabkan kerusakan tanaman namun dapat mengurangi populasi hama. Hal ini sesuai dengan program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Sastrosiswoyo et al., 1993).


(24)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan warga Pancur Batu, desa Kuta Tualah di Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli serdang, Sumatera Utara, yang berada pada ketinggian ± 62,5 m di atas permukaan laut dan dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan November 2013.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman tomat varietas Permata, cat bewarna kuning, pupuk kandang, air, perekat berupa lem serangga, plastik transparan, dan polibeg.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah plank, triplek, stoples, bola plastik ukuran kecil, meteran, pupuk kimia : NPK dan Urea, pupuk kandang, tali plastik, gembor, pacak, pinset, cangkul, tugal, ajir, kalkulator, lup dan alat- alat pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancang Acak Kelompok (RAK) faktorial terdiri dari 2 faktor dan 6 perlakuan.

Faktor I Bentuk Perangkap (T) T1 : perangkap berbentuk bulat T2 : perangkap berbentuk persegi T3 : perangkap berbentuk silinder


(25)

Faktor II Ketinggian Perangkap (U) U1 : 100 cm

U2 : 150 cm U3 : 200 cm Dengan Kombinasi :

T1U1 T2U1 T3U1 T1U2 T2U2 T3U2 T1U3 T2U3 T3U3

Jumlah Ulangan : (t-1) (t2-1) (r-1) ≥ 15 2.2 (r-1) ≥ 15 4 (r-1) ≥ 15 4r-4 ≥ 15 4r ≥ 19

r ≥ 4,75 Ulangan = 5

Kombinasi perlakuan = 9 Jarak antar plot = 50 cm Jarak antar ulangan = 100 cm

Ukuran plot = 100 cm x 100 cm Jumlah tanaman/ plot = 4 tanaman

Jarak tanam = 40 cm x 40 cm Jumlah seluruh tanaman = 108 tanaman Jumlah plot penelitian = 27 plot


(26)

Dari hasil penelitian dianalis dengan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi+αj+ βk+ (αβ)jk + Eijk

Keterangan :

Yij = nilai pengamatan pada taraf ke-i dan ulangan ke-j

µ = nilai tengah umum αj = efek perlakuan ke j

ρi = efek blok ke i

βk = efek perlakuak ke k

(αβ)jk = efek perlakuan ke j dan perlakuan ke k

Eijk = efek eroror dari ulangan pada taraf ke i dan perlakuan ke j dan perlakuan

ke k

Untuk analisa data secara statistik dilakukan uji jarak Duncan pada taraf 5 %

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan

Lahan yang akan ditanami tanaman tomat diusahakan bukan bekas tanaman tahunan, ukuran parit 50 cm, jarak antar ulangan 100 cm, dan jarak antar plot 50 cm, pupuk kandang matang sebanyak 2kg / plot yang dicampur dengan tanah secara merata. Dibuat lubang dengan ukuran jarak tanaman yaitu 40 x 40 cm dan diberi ajir setiap lobang tanam untuk tempat berdirinya batang tomat agar tetap tegak. Plot tanam yang sudah jadi, diberi pelindung yang terbuat dari terpal plastik yang menutup seluruh areal percobaan untuk menghindari dari gangguan hewan di sekitar areal percobaan.


(27)

Penanaman

Bibit tomat varietas permata ditanam di polibeg kecil dengan diameter 5 cm dengan media campuran tanah top soil dan pupuk organik lalu diletakkan pada tempat yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung. Setelah ± 2 minggu tanaman, di tanam di plot yang sudah dibersihkan dan diberi tanda berdasarkan masing-masing perlakuan.

Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan apabila tidak turun hujan. Penyiangan dan

pembumbunan dilakukan bersama dengan pemberian pupuk pertama (pupuk kandang) yaitu pada waktu 2 minggu setelah tanam kemudian dilakukan

pemberian pupuk kedua (NPK dan Urea) pada waktu 2 minggu setelah pemberian pupuk pertama. Untuk mendapatkan kualitas buah yang baik dilakukan pemangkasan tunas yang tidak penting. Sebelum 45 hari setelah tanam (hst), di lakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida nabati yaitu ekstrak daun nimba dalam bentuk cair, yang tujuannya adalah untuk pengendalian hama dan penyakit secara terpadu pada waktu masa vegetatif. Setelah tanaman tomat mengeluarkan bunga yang sebagai bakal calon buah (generatif), dilakukan penghentian penggunaan pestisida nabati, agar lalat buah menyerang buah tomat. Pemasangan Perangkap

Pemasangan perangkap kuning dilakukan setelah tanaman berumur 45 hst dan sudah memiliki buah. Perangkap yang digunakan ada 3 bentuk yaitu bentuk bulat (Gambar 7a), persegi (Gambar 7b) dan silinder (Gambar 7c). Pemasangan perangkap dilakukan selama seminggu dari pagi sampai sore hari (07.00 - 17.00 WIB) dari masing-masing perlakuan.


(28)

Gambar 7. Bentuk perangkap warna yang digunakan : a. bentuk bulat

b. bentuk persegi c. bentuk silinder

Sumber : Koleksi pribadi

c b


(29)

Peubah Amatan

1. Jumlah imago lalat buah jantan dan betina yang terperangkap (ekor). Populasi lalat buah yang terperangkap di hitung pada 45 hst – 87 hst dengan interval seminggu sekali.

2. Jumlah larva dalam buah tomat yang terserang (ekor).

Jumlah larva di dalam buah tomat yang terserang, di hitung dengan cara membelah buah tomat secara melintang. Buah tomat yang terserang dikumpulkan berdasarkan masing-masing perlakuan.

3. Produksi tomat ( ton / ha ).

Produksi buah tomat dihitung dengan menimbang berat bersih buah tomat pada akhir percobaan yaitu pada 90 hst, yang dikonversikan ke dalam bobot ton / ha, dengan menggunakan rumus :

X 10.000 m2 Y (ton/ha) = x

L 1.000 Kg Keterangan :

Y = Produksi dalam ton / ha X = Produksi dalam kg / plot L = Luas plot dalam m2 (Sudarsono & Sujarman, 1981).


(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah imago lalat buah jantan

Hasil analisis sidik ragam pada semua pengamatan (45, 52, 59, 66, 73, 80, 87 hst) menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning beserta interaksinya berbeda nyata pada semua perlakuan (Tabel 1; Lampiran 4 – 10).

Dari Tabel 1, diketahui bahwa bentuk perangkap bulat (T1) paling efektif dalam memerangkap lalat buah jantan dibandingkan dengan bentuk persegi (T2) dan silinder (T3) dengan rataan antara 3,6 – 10 ekor. Ketinggian perangkap U2 (150 cm) merupakan yang efektif untuk memerangkap lalat buah jantan dengan rataan 1,73 – 4,33 ekor menyusul U1 (100 cm) dan U3 (200 cm). Hahn dan Ascerno (2005) melaporkan pengendalian lalat buah (Bactrocera spp.) di perkebunan jeruk di Amerika Serikat dilakukan dengan menggunakan perangkap berlem (sticky trap). Selanjutnya Klass (2008) melaporkan bola merah yang di cat warna kuning yang berperekat dan papan kuning merupakan dua tipe yang umum digunakan, namun bola merah yang di cat dengan warna kuning yang berperekat lebih efektif.

Interaksi antara bentuk dan ketinggian pada 45 dan 87 hst berpengaruh nyata dalam memerangkap imago lalat buah jantan. Interaksi antara bentuk dan ketinggian sticky trap kuning yang tertinggi memerangkap lalat buah jantan pada perlakuan T1U2 adalah 4,2 – 13,00 ekor tidak berbeda nyata dengan T1U1 (4,4 – 10,20 ekor) dan T1U3 (3,2 – 6,8 ekor) sedangkan dengan interaksi perlakuan


(31)

Tabel 1. Pengaruh bentuk dan ketinggian perangkap terhadap jumlah imago lalat buah jantan ( Bactrocera spp.) pada 45, 52, 59, 66, 73, 80 dan 87 hst

Perlakuan hari setelah tanam (hst)

45 52 59 66 73 80 87

T1 3,60 (4,31) a 4,53 (5,24) b 4,33 (5,04) a 5,27 (5,97) a 6,26 (6,97) a 9,26 (9,97) a 10,00 (10,71) a T2 1,60 (2,31) b 0,86 (1,57) b 0,46 (1,17) b 1,00 (1,71) b 0,33 (1,04) b 0,00 (0,71) b 0,00 (0,71) b T3 0,46 (1,17) c 0,46 (1,17) c 0,46 (1,17) b 0,47 (1,17) b 0,53 (1,24) b 0,06 (0,77) b 0,06 (0,77) b U1 2,40 (3,11) a 1,86 (2,57) ab 1,66 (2,31) ab 1,81 (2,51) b 1,33 (2,04) b 3,41 (4,11) ab 3,46 ( 4,11) ab U2 1,73 (2,44) ab 2,41 (3,11) a 2,13 (2,84) a 3,81 (4,51) a 4,21 (4,91) a 4,06 (4,77) a 4,33 (4,77) a U3 1,53 (2,24) ab 1,61 (2,31) ab 1,53 (2,24) b 1,13 (1,84) b 1,62 (2,31) b 1,86 (2,57) c 2,26 (2,57) b T1U1 3,40 (4,11) ab 4,00 (4,71) b 3,80 (4,51) b 4,00 (4,71) b 3,40 (4,11) bc 10,3 (10.71) b 10,2 (10,91) ab T1U2 4,20 (4,91) a 6,60 (7,31) a 5,60 (6,31) a 9,82 (10,51) a 11,8 (12,51) a 12,2 (12,91) a 13,00 (13,71) a T1U3 3,2 (3,91) abc 3,00 (3,71) bc 3,61 (4,31) bc 2,00 (2,71) c 3,60 (4,31) b 5,6 (6,31) c 6,83 (7,51) abc T2U1 3,2 (3,91) abc 1,00 (1,71) e 0,82 (1,51) d 1,00 (1,71) cd 0,22 (0,91) ef 0,00 (0,71) e 0,00 (0,71) d T2U2 0,61 (1,31) d 0,20 (0,91) g 0,22 (0,91) defg 1,00 (1,71) cd 0,22 (0,91) ef 0,00 (0,71) e 0,00 (0,71) d T2U3 1,00 (1,71) d 1,40 (2,11) d 0,46 (1,11) def 1,00 (1,71) cd 0,61 (1,31) d 0,00 (0,71) e 0,00 (0,71) d T3U1 0,61 (1,31) d 0,61 (1,31) f 0,20 (0,91) defg 0,46 (1,11) ef 0,46 (1,11) ef 0,20 (0,91) d 0,20 (0,91) d T3U2 0,46 (1,11) d 0,46 (1,11) g 0,61 (1,31) de 0,62 (1,31) e 0,61 (1,31) de 0,00 (0,71) e 0,00 (0,71) d T3U3 0,46 (1,11) d 0,46 (1,11) g 0,61 (1,31) de 0,46 (1,11) ef 0,61 (1,31) d 0,00 (0,71) e 0,00 (0,71) d Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok baris dan kelompok kolom yang sama menunjukkan

berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan dan angka-angka yang di dalam kurung merupakan data setelah di transformasi dengan Akar (√x+0.5).


(32)

lainnya berbeda nyata yaitu T2U1, T2U2, T2U3, T3U1, T3U2, dan T3U3 (Lampiran 4 – 10).

Interaksi antara bentuk dan ketinggian pada 52 – 80 hst berpengaruh sangat nyata dalam memerangkap lalat buah jantan. Jumlah imago jantan tertinggi pada perlakuan T1U2 sebesar 6,6 – 12,2 ekor berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 1; Lampiran 5 – 9). Hal ini dikarenakan lalat buah jantan di lapangan tertarik pada bentuk, warna dan aroma, sehingga lalat buah jantan datang dan melekat pada perangkap tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Economopoulus (1989) bahwa warna juga dapat berfungsi sebagai penarik lalat buah. Warna, bentuk, dan ukuran perangkap yang digunakan dapat menarik lalat buah untuk datang.

Interaksi antara T1U2 (bentuk bulat, ketinggian 150 cm) pada semua perlakuan, berpengaruh nyata dalam memerangkap lalat buah jantan dikarenakan bentuk dan ketinggian perangkap sesuai dengan perilaku lalat buah yaitu tertarik pada bentuk, warna dan aroma. Pengaruh pada perubahan metamorfosis lalat buah dari telur, larva, nimfa, imago. Larva lalat buah berada di dalam buah dan juga di dalam permukaan tanah. Pada saat nimfa berubah menjadi imago yang berada di dalam permukaan tanah, lalat buah akan terbang menuju buah yang sudah berwarna, memiliki aroma dan bentuk. Lalat buah merasa bahwa perangkap yang berada pada ketinggian 150 cm berbentuk bulat, dianggap buah tersebut, sehingga lalat buah menempel pada perangkap karena perangkap tersebut berada di bagian tengah tanaman.


(33)

dengan bentuk, aroma, dan warna pada jenis perangkap tersebut, sehingga lalat buah tidak menempel pada perangkap tersebut. Hal ini sesuai dengan Sarwono (2003) bahwa interaksi antara ketinggian dan bentuk perangkap dalam memerangkap lalat buah pada tanaman buah yang terserang harus memiliki kriteria sebagai berikut : bentuk, aroma dan warna dari masing-masing perangkap. Jumlah imago lalat buah betina

Hasil analisis sidik ragam pada semua pengamatan (45, 52, 59, 66, 73, 80, 87 hst) menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning berbeda nyata diantara perlakuan sedangkan interaksinya berbeda tidak sangat nyata pada 45 dan 52 hst (Tabel 2; Lampiran 11 dan 12 ) dan berbeda sangat nyata setelah 59, 66, 73, 80, 87 hst (Tabel 2; Lampiran 13 - 17).

Dari Tabel 2 diketahui bahwa bentuk perangkap bulat (T1) paling efektif dalam memerangkap lalat buah betina dibandingkan dengan bentuk persegi (T2) dan silinder (T3) dengan rataan antara 3,8 – 10,87 ekor. Dinas pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka (2013) mendapatkan di perkebunan cabai di Majalengka, pengendalian lalat buah (Bactrocera spp.) dilakukan dengan menggunakan perangkap berlem (sticky trap) dan metil eugenol dalam pengendalian lalat buah. Bola yang di cat warna kuning yang berperekat dan botol mineral kosong yang diletakkan metil eugenol di dalamnya sebagai perangkap lalat buah jantan.

Pada Tabel 2, diketahui bahwa ketinggian perangkap U2 (150 cm) merupakan yang efektif untuk memerangkap lalat buah betina dengan rataan 1,66 – 4,86 ekor menyusul U1 (100 cm) dan U3 (200 cm). Hal ini disebabkan pada ketinggian 150 cm lebih efektif dalam memerangkap imago lalat buah betina


(34)

karena tanaman tomat memiliki batang yang tidak terlalu tinggi (Pracaya, 2003) dengan dahan yang cenderung merunduk ke bawah pada saat buah matang. Hal ini menyebabkan aktivitas lalat buah akan tetap berada di sekitar bawah tanaman. Selain itu kondisi ini dipengaruhi oleh biologi hama lalat buah yang mengalami masa pupa di dalam tanah dan cenderung menyukai tempat yang terlindung untuk menghindar dari sinar matahari langsung (Kalshoven, 1981).

Interaksi antara bentuk dan ketinggian hanya pada 45 - 52 hst tidak berbeda nyata dalam memerangkap imago lalat buah betina. Sedangkan pada 59, 66, 73, 80, 87 hst berpengaruh sangat nyata dalam memerangkap imago lalat buah betina. Interaksi antara bentuk dan ketinggian sticky trap kuning yang tertinggi memerangkap lalat buah betina adalah T1U2 sebesar 4,4 – 14,4 ekor tidak berbeda nyata dengan T1U3 pada 59 hst (3,4 ekor) sedangkan dengan perlakuan lainnya interaksinya berbeda nyata yaitu T1U1, T2U1, T2U2, T2U3, T3U1, T3U2, dan T3U3. Susanto (2005) menyatakan warna juga dapat berfungsi sebagai penarik lalat buah. Warna, bentuk, dan ukuran perangkap yang digunakan dapat menarik lalat buah untuk datang.

Pada perlakuan T2U1 (bentuk persegi, ketinggian 100 cm) – T3U3 (bentuk silender, ketinggian 200 cm) jumlah imago lalat buah jantan dan betina sangat sedikit tertangkap. Bentuk dan ketinggian perangkap harus sesuai dengan kriteria lalat buah yang menyukai buah dari bentuk, aroma dan warna yang menyerupai buah tanaman tersebut. Menurut Gustilin (2008) serangga dapat membedakan warna, bentuk dan aroma. Lalat buah menggunakan sejumlah isyarat visual ataupun isyarat kimia (chemical cuens) untuk menemukan inangnya


(35)

Tabel 2. Pengaruh Bentuk dan ketinggian perangkap terhadap jumlah imago lalat buah betina ( Bactrocera spp. ) pada 45, 52, 59, 66, 73, 80 dan 87 hst.

Perlakuan hari setelah tanam (hst)

45 52 59 66 73 80 87

T1 3,60 (4,31) a 4,53 (5,24) b 4,66 (6,04) ab 4,93 (5,64) a 6,73 (7,44) a 10,00 (10,71) a 10,87 (11,57) a T2 1,60 (2,31) b 0,86 (1,57) b 0,93 (1,11) ab 0,86 (1,57) b 0,44 (1,11) b 0,00 (0,71) b 0,00 (0,71) b T3 0,46 (1,17) c 0,46 (1,17) c 0,4 (1,31) b 0,66 (2,51) b 0,62 (1,31) b 0,33 (1,04) b 0,20 (0,91) b U1 2,40 (3,11) a 1,86 (2,57) ab 2,61 (2,91) ab 1,86 (2,51) b 1,86 (2,57) b 3,46 (4,17) b 3,81 (4,51) ab U2 1,73 (2,44) ab 2,41 (3,11) a 1,81 (3,04) a 4,22 (4,57) a 4,22 (4,91) a 4,66 (5,37) a 4,86 (5,57) a U3 1,53 (2,24) ab 1,61 (2,31) ab 1,66 (2,51) ab 1,66 (1,51) b 1,66 (2,37) b 2,21 (2,91) ab 2,43 (3,11) b T1U1 3,21 (3,91) 6,00 (6,71) 5,62 (6,31) b 3,42 (4,11) b 4,61 (5,31) b 10,2 (10,91) b 11,2 (11,91) b T1U2 4,42 (5,11) 4,62 (5,31) 6,00 (6,71) a 9,81 (10,51) a 11,4 (12,11) a 13,8 (14,51) a 14,4 (15,1) a T1U3 3,81 (4,51) 3,42 (4,11) 4,41 (5,11) bc 1,61 (2,31) c 4,23 (4,91) bc 6,00 (6,71) c 7,21 (7,71) c T2U1 1,62 (2,31) 1,21 (1,91) 0,85 (1,51) cd 1,42 (2,11) cd 0,43 (1,11) ef 0,00 (0,71) def 0,00 (0,71) e T2U2 0,44 (1,11) 0,23 (0,91) 0,23 (0,91) defg 1,00 (1,71) de 0,43 (1,11) ef 0,00 (0,71) def 0,00 (0,71) e T2U3 1,42 (2,11) 1,44 (2,11) 0,23 (0,91) d 0,24 (0,91) fg 0,43 (1,11) ef 0,00 (0,71) f 0,00 (0,71) e T3U1 0,22 (0,91) 0,61 (1,31) 0,23 (0,91) def 0,61 (1,31) efg 0,62 (1,31) de 0,22 (0,91) def 0,21 (0,91) d T3U2 0,22 (0,91) 0,65 (1,31) 0,81 (1,51) ef 0,83 (1,51) ef 0,81 (1,51) de 0,21 (0,91) de 0,21 (0,91) d T3U3 0,22 (0,91) 0,21 (0,91) 0,81 (1,51) efg 0,61 (1,31) efg 0,43 (1,11) ef 0,62 (1,31) c 0,21 (0,91) d Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok baris dan kelompok kolom yang sama menunjukkan

berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan dan angka-angka yang di dalam kurung merupakan data setelah di transformasi dengan Akar (√x+0.5).


(36)

bentuk perangkap pada penelitian ini tidak sesuai dengan kategori atau sejumlah syarat yang dimiliki oleh lalat buah dalam menemukan inangnya.

Jumlah larva lalat buah (Bactrocera spp.) pada buah tomat yang terserang (ekor)

Hasil analisis sidik ragam pada semua pengamatan (45, 52, 59, 66, 73, 80, 87 hst) menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning berbeda nyata diantara perlakuan sedangkan interaksinya berbeda sangat nyata pada 59, 66, 73, 80, 87 hst (Tabel 3; Lampiran 20 - 24) dan berbeda tidak nyata pada 45 dan 52 hst (Tabel 3; Lampiran 18 – 19).

Bentuk perangkap persegi T2 paling banyak jumlah larva dalam buah tomat yang terserang dibandingkan dengan bentuk bulat (T1) dan silinder (T3) dengan rataan antara 1,4 – 9,33 ekor. Ketinggian perangkap U1 (100 cm) paling banyak jumlah larva dalam buah tomat yang terserang dengan rataan 0,86 - 7,53 ekor menyusul U2 (150 cm) dan U3 (200 cm). Hal ini disebabkan pada fase larva lalat buah paling banyak menyerang. Meyer (2006) menyatakan stadium lalat buah yang paling merusak adalah stadium larva, yang pada umumnya berkembang di dalam buah.

Interaksi antara bentuk dan ketinggian pada 66 – 87 hst berpengaruh sangat nyata dalam jumlah larva dalam buah tomat yang terserang. Pada perlakuan T2U1 (bentuk persegi, ketinggian 100 cm) tertinggi sebesar 5,6 – 12,44 ekor dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan perangkap yang digunakan pada penelitian ini tidak dapat menekan reproduksi lalat buah sehingga buah terserang. Pitojo (2005) melaporkan cara kerja perangkap harus


(37)

sesuai dengan bentuk dari fisiologi tanaman dan disesuaikan dengan warna, bentuk, aroma pada perangkap lalat buah.

Dari hasil sidik ragam didapat bahwa pengaruh bentuk dan ketinggian perangkap pada 45 dan 52 hst berbeda tidak nyata. Hal ini dikarenakan struktur buah dan permukaan buah tidak dapat dijadikan inang tempat bertelur imago lalat buah betina karena pada tingkatan pertumbuhan awal belum terbentuknya bakal buah melainkan bunga. Rismunandar (2001) menyatakan struktur fisiologi pada tanaman tomat yang menuju fase generatif belum menunjukkan pembentukan buah melainkan bunga muda. Selanjutnya Kardinan dan Syakir (2009) melaporkan pada fase bunga lalat buah belum meletakkan telur sebagai inangnya di lapangan.

Dari hasil sidik ragam didapat bahwa pengaruh bentuk dan ketinggian perangkap pada 59, 66, 73, 80, 87 hst berbeda nyata dalam jumlah larva lalat buah dalam buah tomat yang terserang. Hal ini disebabkan oleh struktur fisiologi tomat pada fase generatif sudah mencapai pembuahan sempurna yang ditandai pada buah yang masih muda buah berwarna hijau dan apabila sudah matang akan berwarna merah. Sarwono et al. (2003) dalam Kardinan dan Syakir (2009) menyatakan lalat buah betina mencari buah yang sesuai untuk meletakkan telur dengan bantuan indera penciuman pada antena dan indera mata. Proses ini juga dipengaruhi oleh pencernaan dan penglihatan. Lalat buah dalam meletakkan telurnya pada buah-buah yang agak tersembunyi atau tidak terkena sinar matahari langsung serta pada buah-buah yang agak lunak dan permukaannya agak kasar.


(38)

Tabel 3. Pengaruh jumlah larva lalat buah ( Bactrocera spp.) dalam buah tomat terserang pada 45, 52, 59, 66, 73, 80, dan 87 hst. hari setelah tanam (hst)

45 52 59 66 73 80 87

T1 0,53 (1,24) abc 0,80 (1,51) c 0,20 (0,91) c 0,44 (1,11) c 0,33 (1,04) c 0,00 (0,71) c 0,00 (0,71) c T2 1,44 (2,11) ab 11,00 (11,71) a 9,80 (10,51) a 4,44 (5,11) a 8,73 (9,44) a 9,87 (10,57) a 9,33 (10,04) a T3 1,66 (2,37) a 8,22 (8,91) ab 6,86 (7,57) ab 3,67 (4,37) ab 5,53 (6,24) b 8,60 (9,31) b 8,93 (9,64) b U1 0,86 (1,57) abc 7,06 (7,77) ab 6,63 (7,31) a 3,20 (3,91) a 5,67 (6,37) a 7,47 (8,17) a 7,53 (8,24) a U2 0,73 (1,44) ab 5,66 (6,37) abc 5,46 (6,17) ab 3,07 (3,77) ab 4,60 (5,31) ab 5,87 (6,57) ab 5,43 (6,11) ab U3 2,00 (2,71) a 7,26 (7,97) a 4,83 (5,51) abc 2,23 (2,91) c 4,33 (5,04) c 5,13 (5,84) c 5,33 (6,04) c T1U1 1,62 (2,31) 1,82 (2,51) 0,00 (0,71) g 0,42 (1,11) gh 0,62 (1,31) g 0,00 (0,71) g 0,00 (0,71) g T1U2 0,00 (0,71) 0,62 (1,31) 0,42 (1,11) f 0,00 (0,71) h 0,22 (0,91) gh 0,00 (0,71) g 0,00 (0,71) g T1U3 0,00 (0,71) 0,00 (0,71) 0,21 (0,91) fg 0,82 (1,51) g 0,22 (0,91) gh 0,00 (0,71) g 0,00 (0,71) g T2U1 1,00 (1,71) 9,62 (10,31) 13,00 (13,71) a 5,62 (6,31) a 10,4 (11,11) a 11,8 (12,51) a 12,4 (13,11) a T2U2 1,21 (1,91) 7,62 (8,31) 9,00 (9,71) b 5,22 (5,91) ab 8,61 (9,31) ab 9,61 (10,31) bc 8,00 (8,71) bcde T2U3 2,00 (2,71) 15,8 (16,51) 7,42 (8,11) bc 2,43 (3,11) ef 7,22 (7,91) bc 8,23 (8,91) bcd 7,63 (8,31) bcdef T3U1 0,00 (0,71) 9,82 (10,51) 6,82 (7,51) cde 3,61 (4,31) cd 6,00 (6,71) cd 10,6 (11,31) ab 10,2 (10,91)ab T3U2 1,00 (1,71) 8,82 (9,51) 7,00 (7,71) cd 4,00 (4,71) bc 5,00 (5,71) ef 8,00 (8,71) bcde 8,22 (8,91) bcd T3U3 4,00 (4,71) 6,00 (6,71) 6,82 (7,51) cde 3,41 (4,11) de 5,61 (6,31) de 7,21 (7,91) bcdef 8,41 (9,11) bc Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok baris dan kelompok kolom yang sama menunjukkan

berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan dan angka-angka yang di dalam kurung merupakan data setelah di transformasi dengan Akar (√x+0.5).


(39)

Pada perlakuan T1U1, T1U2, T1U3, bentuk perangkap bulat dengan ketingiian 100 cm, 150 cm dan 200 cm, lebih disukai imago lalat buah jantan dan betina dikarenakan bentuk, aroma dn warna dari perangkap tersebut, sehingga berdampak dalam jumlah larva yang berada dalam buah tomat. Pada bentuk perangkap bulat, jumlah larva sangat sedikit dibandingkan dengan bentuk perangkap silender dan persegi, dikarenakan bentuk perangkap silender dan persegi tidak merupakan kriteria dari imago lalat buah, sehingga jumlah larva dalam bentuk perangkap silender dan persegi sangat sedikit. Putra (2001) menyatakan bentuk, aroma dan warna perangkap harus sesuai dengan perangkap yang digunakan pada areal tanaman yang terserang lalat buah maupun serangga lainnya.

Produksi buah tomat per plot tanaman (ton / ha)

Hasil analisis sidik ragam pada pengamatan 90 hst menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan bentuk dan ketinggian perangkap sticky trap kuning berbeda nyata diantara semua perlakuan sedangkan interaksinya berbeda sangat nyata pada semua perlakuan (Tabel 4; Lampiran 24).

Dari Tabel 4; Lampiran 24, bentuk perangkap bulat (T1) paling tinggi produksi buah tomat dan disusul dengan bentuk silinder (T3) dan persegi (T2) dengan rataan antara 4,56 – 18,43 ton/ha. Ketinggian perangkap U2 (150 cm) paling tinggi produksi buah tomat dengan rataan 8,14 – 10,08 ton/ha menyusul U2 (150 cm) dan U3 (200 cm).

Dari Tabel 4; Lampiran 24, interaksi antara bentuk dan ketinggian perangkap berpengaruh sangat nyata terhadap hasil produksi buah tomat. Rataan produksi buah tomat berdasarkan interaksi antara ketinggian dan bentuk


(40)

perangkap tertinggi pada perlakuan T1U2 sebesar 21,86 ton / ha dan terendah pada perlakuan T2U1 sebesar 3,70 ton / ha. Interaksi anatara perlakuan T1U2 berbeda nyata terhadap semua perlakuan.

Tabel 4. Produksi buah tomat pada 90 hst

Perlakuan 90 hari setelah tanam (hst) T1 18,43 (11,77) a

T2 4,53 (3,43) b T3 4,56 (3,45) b U1 9,30 (6,29) ab U2 10,08 (6,76) a U3 8,14 (5,59) ab T1U1 19,7 (12,53) b T1U2 21,86 (13,83) a T1U3 13,73 (8,95) c T2U1 3,70 (2,93) ef T2U2 4,03 (3,13) ef T2U3 5,86 (4,23) d T3U1 4,50 (3,41) de T3U2 4,36 (3,33) de T3U3 4,83 (3,61) de

Keterangan : Angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kelompok baris dan kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan dan angka-angka yang di dalam kurung merupakan data setelah di transformasi dengan Akar (√x+0.5).

Dari Tabel 4; Lampiran 24, menunjukkan perlakuan T1U2 (bentuk bulat, ketinggian 150 cm) produksi tertinggi sebesar 21,86 ton / ha. Hal ini menunjukkan bahwa perangkap dengan bentuk bulat ketinggian 150 cm merupakan bentuk perangkap yang sesuai untuk memerangkap lalat buah jantan dan betina pada tanaman tomat. Putra (2001) menyatakan kombinasi dalam pengendalian menggunakan bentuk dan ketinggian perangkap dapat merupakan cara yang efektif dalam mengendalikan lalat buah dan serangga lainnya yang merusak


(41)

0 5 10 15 20 25

T1U1 T1U2 T1U3 T2U1 T2U2 T2U3 T3U1 T3U2 T3U3 Perlakuan

P

rod

uks

i (

ton/

ha

)

tahan pada hama dan penyakit akan menghambat perkembangan hama dan penyakit sehingga menekan tingkat serangan dan kehilangan hasil pada level yang lebih rendah.

Dari Tabel 4; Lampiran 24, diperoleh interaksi antara bentuk dan ketinggian dengan produksi terendah diperoleh pada perlakuan T2U1 (bentuk silinder, ketinggian 100 cm) yaitu sebesar 3,70 ton / ha. Hal ini dikarenakan pada perlakuan tersebut kombinasi bentuk dan ketinggian tidak sesuai untuk pengendalian lalat buah yang efektif sehingga menyebabkan produksi menurun.

Pengaruh bentuk dan ketinggian terhadap produksi tomat dapat dilihat pada Grafik 1.


(42)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perangkap bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm lebih efektif memerangkap lalat buah jantan dan betina dibandingkan bentuk lain.

2. Jumlah larva dalam buah tomat yang terbanyak di dapat pada perangkap bentuk persegi (1,44 – 9,33 ekor) dan ketinggian 100 cm (0,86 – 7,53 ekor).

3. Produksi tertinggi (3,70 ton / ha) di dapat pada perangkap bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm.

Saran

Perangkap dengan bentuk bulat dengan ketinggian 150 cm merupakan perangkap yang paling efektif dalam memerangkap imago lalat buah jantan dan betina.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2012. Data Produksi Tomat. Diunduh dari http://www.bps.go.id. Diunduh 13 Januari 2014.

Bes AH & Haromoto HF. 1961. Contribution to The Biology and Ecology of Oriental Fruit Fly Dacus dorsalis. University of Hawaii. Honolulu. Hal 34 Departemen Pertanian. 2002. Pemetaan Lalat Buah. Available at:

http://www.deptan.go.id/ . Diunduh 21 Oktober 2012.

Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupataen Majalengka. 2013. Pengendalian Lalat Buah (Bactrocera sp.) Pada Tanaman Cabai (online) (http://distan.majalengkakab.go.id). Diunduh 12 Desember 2013.

Economopoulus. 1989. Use of traps based on color and/or shape Dalam Robinson AS. Hopper G. (editor). Fruit Flies Their Biology Natural enemies and control. Amsterdam

Khobir F. 2011. Identifikasi Spesies Lalat Buah Pada Buah Yang Di Perdagangkan Di Pasar Bertais Kecamatan Sandubaya. Mataram

Gustilin. 2008. Pengendalian Lalat Buah. Diunduh dari http://.infonet-biovision org, Diunduh 12 Mei 2013.

Hahn J & Ascerno M. 2005. Orange Management in Home Gardens. University of Minnesota. diunduh dari http://www.extension.umn.edu. Diunduh 29 Agustus 2013.

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of crops in Indonesia. Jakarta. Hal 88-97 Kardinan A & Syakir M. 2009. Potensi Bahan Alami Sebagai Pengendali Hama

Lalat Buah. Bogor.

Kartapradja R & Djuariah D. 1992. Pengaruh tingkat kematangan buah tomat terhadap daya kecambah, pertumbuhan dan hasil tomat. Buletin Penelitian Hortikultura Vol XXIV/2

Klass C. 2008. Apple maggot rhagoletis pomonella ( Walsh ). Cornell University http://pmep.cce.cornell.edu. Diunduh tanggal 16 Desember 2013.

Kuswandi. 2001. Panduan lalat buah. diunduh dari http://deptan.go.id. Diunduh 21 Oktober 2012.


(44)

Meyer RJ. 2006. Color Vision. Departemen of Entomology NC State University. diunduh dari hhtp://cornell.go.id. Diunduh 13 September 2013.

Muryati HA & Jan W. 1996. Efektifitas Model dan Ketinggian Perangkap Dalam Menangkap Hama Lalat Buah. Diunduh dari http://.konnisonline.w ur.nl. Diunduh12 November 2012.

Naikson AD. 2007. Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik terhadap Penyakit Hawar Daun. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Pitojo S. 2005. Benih Tomat. Kanisius. Yogyakarta.

Pracaya. 2003. Varietas, Budidaya, dan Pasca Panen Tomat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Putra NS. 2001. Hama Lalat Buah dan Pengendalian. Kanisius. Yogyakarta. Halaman 32

Rismunandar. 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algesindo. Bandung.

Sarwono. 2003. PHT Lalat Buah pada Mangga. Pros. Lokakarya Masalah Kritis Pengendalian Layu Pisang, Nematode Sista Kuning pada Kentang dan Lalat Buah. Puslitbang Hortikultura. Jakarta

Sastrosiswoyo S, Moekesan KT & Wiwin S.1993. Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. Balai Penelitian Hortikultura Lembang, Bandung.

Simamora DT. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair dan Padat. USU Repository.

Siwi SP, Hidayat & Suputra. 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting di Indonesia (Diptera : Tephritidae). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian dengan Departement of Agriculture Fisheries and Forestry Australia. Bogor. Halaman 65

Soeroto AW, Nadra & Chalid L. 1995. Petunjuk Praktis Pengendalian Lalat buah. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Dan Holtikultura Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. Jakarta. Halaman 35.

Sudarsono T & Sujarman T. 1981. Pedoman Manajemen Usaha Tani. Dinas Pendidikan Penyuluhan Pertanian. Jakarta.


(45)

Van S & Muller A. 2005. Host Plants of the Carmbola Fruit Fly, Bactrocera carambolae, in Suriname, South America. Neotrapical Entomol


(46)

Lampiran 1: Deskripsi Varietas Tomat V1 : Varietas Permata

Asal tanaman : Persilangan antar induk jantan TO 5186 dan induk betina TO 4142

Golongan : Hibrida F1

Tipe pertumbuhan : Determinate

Umur berbunga : 25 hari setelah tanam Umur panen awal : 70 – 80 hari setelah tanam Umur panen akhir : 100 hari setelah tanam Tinggi tanaman awal panen : 125 – 150 cm

Diameter batang : 2-3 cm Kedudukan daun : Datar Panjang tangkai daun : 7,0 – 9,0 cm Ukuran daun ( p x d ) : 40 cm x 25 cm Warna daun : Hijau sedang Warna mahkota bunga : Kuning Jumlah bunga per tandan : 6 – 10 Jumlah tandan bunga : 10 – 16 Jumlah buah per tandan : 6 – 10

Frekuensi panen : 2 – 3 hari sekali Berat per buah : 50 g

Berat buah per tanaman : 3 – 4 kg

Ukuran buah ( p x d ) : 4,5 cm x 5,6 cm Tebal daging buah : 0,7 – 0,9 cm Jumlah rongga buah : 2

Warna buah muda : Hijau keputih-putihan Warna pundak buah : Hijau keputih-putihan Warna buah masak : Merah

Rasa buah : Manis ( 4,5 briks ) Tekstur daging buah : Renyah

Jumlah biji per buah : 100

Potensi hasil : 50 – 70 ton / ha Daerah adaptasi : Dataran rendah

Ketahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap fusariumoxyporus race O, fusariumoxyporus race I, TMV, da pseudomonas solanacearum, serta toleran terhadap alternaria solani


(47)

Lampiran 2 : Bagan Penelitian

BLOK I BLOK II BLOK III BLOK IV BLOK V 1 m U 14 m 7 m T1U2 T1U2 T2U2 T2U1 T3U2 T1U2 T3U1 T1U3 T1U3 T3U2 T3U3 T2U3 T1U1 T2U2 T3U1 T2U3 T1U1 T2U2 T3U3 T1U2 T3U1 T2U1 T3U2 T1U3 T3U3 T2U1 1 m T2U3 T1U1 T3U1 T2U1 T1U3 T2U3 T1U2 T3U2 T3U3 T2U2 T1U1 T3U3 T3U1 T2U1 T1U3 T2U2 T1U2 T3U2 T2U3 50 cm


(48)

Lampiran 3: Bagan plot tanaman

111

40 cm 10 cm

40 cm

100 cm


(49)

Lampiran 4. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 45 HST.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

T1U1 2.00 3.00 5.00 4.00 3.00 17.00 3.40 T1U2 4.00 5.00 6.00 3.00 3.00 21.00 4.20 T1U3 4.00 5.00 4.00 2.00 1.00 16.00 3.20 T2U1 4.00 5.00 4.00 1.00 2.00 16.00 3.20 T2U2 0.00 0.00 2.00 0.00 1.00 3.00 0.60 T2U3 0.00 2.00 2.00 1.00 0.00 5.00 1.00 T3U1 0.00 0.00 2.00 0.00 1.00 3.00 0.60 T3U2 1.00 0.00 0.00 0.00 1.00 2.00 0.40 T3U3 0.00 1.00 0.00 1.00 0.00 2.00 0.40

Total 15.00 21.00 25.00 12.00 12.00 85.00

Rataan 1.67 2.33 2.78 1.33 1.33 1.89

Tabel Dwi Kasta Total

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 17.00 21.00 16.00 54.00 18.00

T2 16.00 3.00 5.00 24.00 8.00

T3 3.00 2.00 2.00 7.00 2.33

Total 36.00 26.00 23.00 85.00

Rataan 12.00 8.67 7.67 9.44

Tabel Dwi Kasta Rataan

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 3.40 4.20 3.20 10.80 3.60

T2 3.20 0.60 1.00 4.80 1.60

T3 0.60 0.40 0.40 1.40 0.47

Total 7.20 5.20 4.60 17.00


(50)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

T1U1 8.71 9.71 12.71 12.71 10.71 54.54 10.91 T1U2 13.71 17.71 16.71 10.71 9.71 68.54 13.71 T1U3 7.71 5.71 8.71 6.71 8.71 37.54 7.51 T2U1 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.54 0.71 T2U2 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.54 0.71 T2U3 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.54 0.71 T3U1 1.71 0.71 0.71 0.71 0.71 4.54 0.91 T3U2 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.54 0.71 T3U3 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.54 0.71 Total 35.36 37.36 42.36 34.36 33.36 182.82

Rataan 3.93 4.15 4.71 3.82 3.71 4.06

Tabel Dwi Kasta Total

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 54.54 68.54 37.54 160.61 53.54

T2 3.54 3.54 3.54 10.61 3.54

T3 4.54 3.54 3.54 11.61 3.87

Total 62.61 75.61 44.61 182.82

Rataan 20.87 25.20 14.87 20.31

Tabel Dwi Kasta Rataan

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 10.91 13.71 7.51 32.12 10.71

T2 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

T3 0.91 0.71 0.71 2.32 0.77

Total 12.52 15.12 8.92 36.56


(51)

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F 0.05

F 0.01

Perlakuan 8 98.04

Bentuk 2 6.18 3.09 2.40 * 2.21 3.04

Ketinggian 2 75.51 37.76 29.29 ** 2.21 3.04

B x K 4 16.36 4.09 3.17 ** 1.61 2.23

Error 36 46.40 1.29

Total 44 144.44

FK = 303.26

KK = 0.44 %

Ket : tn =

tidak nyata * = nyata ** =

sangat nyata

Uji Jarak Duncan Faktor Bentuk

Sy 0.32

0.05 3.38 9.34

P 2 3 4

SSR 0,05 4.21 4.42 4.55

LSR 0,05 1.35 1.42 1.46

Perlakuan T3 T2 T1

Rataan 1.40 4.80 10.80

a b

c

Uji Jarak Duncan

Faktor Ketinggian

Sy 0.32

0.18 0.31 0.94

J 2 3 4

SSR 0,05 4.21 4.42 4.55

LSR 0,05 1.35 1.42 1.46

Perlakuan U3 U2 U1

Rataan 1.53 1.73 2.40

a


(52)

Faktor B x K

Sy 0.32

4.19 4.12 5.08 5.05 7.03 18.01 17.99 18.96 22.94

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.35 1.42 1.46 1.49 1.51 1.53 1.55 1.58 1.60 Perlakuan T3U3 T3U2 T3U1 T2U2 T2U3 T2U1 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 5.54 5.54 6.54 6.54 8.54 19.54 19.54 20.54 24.54 A

B

C


(53)

Lampiran 5. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 52 HST.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

T1U1 4.00 5.00 3.00 3.00 5.00 20.00 4.00 T1U2 8.00 6.00 6.00 5.00 8.00 33.00 6.60 T1U3 5.00 3.00 3.00 2.00 2.00 15.00 3.00 T2U1 1.00 2.00 1.00 0.00 1.00 5.00 1.00 T2U2 0.00 0.00 1.00 0.00 0.00 1.00 0.20 T2U3 2.00 2.00 1.00 1.00 1.00 7.00 1.40 T3U1 1.00 0.00 0.00 2.00 0.00 3.00 0.60 T3U2 2.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.00 0.40 T3U3 0.00 1.00 0.00 0.00 1.00 2.00 0.40

Total 23.00 19.00 15.00 13.00 18.00 88.00

Rataan 2.56 2.11 1.67 1.44 2.00 1.96

Tabel Dwi Kasta Total

Bentuk (B)

Ketinggian

Total Rataan

U1 U2 U3

T1 20.00 33.00 15.00 68.00 22.67

T2 5.00 1.00 7.00 13.00 4.33

T3 3.00 2.00 2.00 7.00 2.33

Total 28.00 36.00 24.00 88.00

Rataan 9.33 12.00 8.00 9.78

Tabel Dwi Kasta Rataan

Bentuk (B)

Ketinggian

Total Rataan

U1 U2 U3

T1 4.00 6.60 3.00 13.60 4.53

T2 1.00 0.20 1.40 2.60 0.87

T3 0.60 0.40 0.40 1.40 0.47

Total 5.60 7.20 4.80 17.60


(54)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

T1U1 4.71 5.71 3.71 3.71 5.71 23.54 4.71 T1U2 8.71 6.71 6.71 5.71 8.71 36.54 7.31 T1U3 5.71 3.71 3.71 2.71 2.71 18.54 3.71 T2U1 1.71 2.71 1.71 0.71 1.71 8.54 1.71 T2U2 0.71 0.71 1.71 0.71 0.71 4.54 0.91 T2U3 2.71 2.71 1.71 1.71 1.71 10.54 2.11 T3U1 1.71 0.71 0.71 2.71 0.71 6.54 1.31 T3U2 2.71 0.71 0.71 0.71 0.71 5.54 1.11 T3U3 0.71 1.71 0.71 0.71 1.71 5.54 1.11 Total 29.36 25.36 21.36 19.36 24.36 119.82

Rataan 3.26 2.82 2.37 2.15 2.71 2.66

Tabel Dwi Kasta Total

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 23.54 36.54 18.54 78.61 26.20

T2 8.54 4.54 10.54 23.61 7.87

T3 6.54 5.54 5.54 17.61 5.87

Total 38.61 46.61 34.61 119.82

Rataan 12.87 15.54 11.54 13.31

Tabel Dwi Kasta Rataan

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 4.71 7.31 3.71 15.72 5.24

T2 1.71 0.91 2.11 4.72 1.57

T3 1.31 1.11 1.11 3.52 1.17

Total 7.72 9.32 6.92 23.96


(55)

Daftar Sidik Ragam Sumber

Keragaman db JK KT F.Hit

F

0.05 F 0.01

Perlakuan 8 189.11

Bentuk 2 4.98 2.49 3.11 ** 2.21 3.04

Ketinggian 2 150.71 75.36 94.19 ** 2.21 3.04

B x K 4 33.42 8.36 10.44 ** 1.61 2.23

Error 36 28.80 0.80

Total 44 217.91

FK = 319.04 KK = 0.34 %

Ket : tn =

tidak nyata * = nyata ** =

sangat nyata

Uji Jarak Duncan Faktor Bentuk

Sy 0.25

0.33 1.48 12.45

P 2 3 4

SSR 0,05 4.21 4.42 4.55

LSR 0,05 1.07 1.12 1.15

Perlakuan T3 T2 T1

Rataan 1.40 2.60 13.60

A

B

Uji Jarak Duncan Faktor Ketinggian

Sy 0.25

0.53 0.75 1.25

J 2 3 4

SSR 0,05 4.21 4.42 4.55

LSR 0,05 1.07 1.12 1.15

Perlakuan U3 U1 U2

Rataan 1.60 1.87 2.40

A


(56)

Faktor B x K

Sy 0.25

3.47 4.42 4.39 5.37 7.35 9.33 17.32 22.30 35.28

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.07 1.12 1.15 1.17 1.19 1.21 1.22 1.24 1.26 Perlakuan T2U2 T3U3 T3U2 T3U1 T2U1 T2U3 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 4.54 5.54 5.54 6.54 8.54 10.54 18.54 23.54 36.54 A B

C D

E F


(57)

Lampiran 6. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 59 HST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

T1U1 3.00 4.00 4.00 4.00 4.00 19.00 3.80 T1U2 5.00 5.00 7.00 6.00 5.00 28.00 5.60 T1U3 4.00 4.00 4.00 2.00 4.00 18.00 3.60 T2U1 0.00 2.00 1.00 0.00 1.00 4.00 0.80 T2U2 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.20 T2U3 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 2.00 0.40 T3U1 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.20 T3U2 1.00 1.00 0.00 1.00 0.00 3.00 0.60 T3U3 2.00 1.00 0.00 0.00 0.00 3.00 0.60

Total 15.00 17.00 17.00 14.00 16.00 79.00

Rataan 1.67 1.89 1.89 1.56 1.78 1.76

Tabel Dwi Kasta Total

Bentuk (B)

Ketinggian

Total Rataan

U1 U2 U3

T1 19.00 28.00 18.00 65.00 21.67

T2 4.00 1.00 2.00 7.00 2.33

T3 1.00 3.00 3.00 7.00 2.33

Total 24.00 32.00 23.00 79.00

Rataan 8.00 10.67 7.67 8.78

Tabel Dwi Kasta Rataan

Bentuk (B)

Ketinggian

Total Rataan

U1 U2 U3

T1 3.80 5.60 3.60 13.00 4.33

T2 0.80 0.20 0.40 1.40 0.47

T3 0.20 0.60 0.60 1.40 0.47

Total 4.80 6.40 4.60 15.80


(58)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

T1U1 3.71 4.71 4.71 4.71 4.71 22.54 4.51 T1U2 5.71 5.71 7.71 6.71 5.71 31.54 6.31 T1U3 4.71 4.71 4.71 2.71 4.71 21.54 4.31 T2U1 0.71 2.71 1.71 0.71 1.71 7.54 1.51 T2U2 0.71 0.71 0.71 0.71 1.71 4.54 0.91 T2U3 0.71 0.71 1.71 1.71 0.71 5.54 1.11 T3U1 0.71 0.71 0.71 0.71 1.71 4.54 0.91 T3U2 1.71 1.71 0.71 1.71 0.71 6.54 1.31 T3U3 2.71 1.71 0.71 0.71 0.71 6.54 1.31 Total 21.36 23.36 23.36 20.36 22.36 110.82 Rataan 2.37 2.60 2.60 2.26 2.48 2.46

Tabel Dwi Kasta Total

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 22.54 31.54 21.54 75.61 25.20

T2 7.54 4.54 5.54 17.61 5.87

T3 4.54 6.54 6.54 17.61 5.87

Total 34.61 42.61 33.61 110.82

Rataan 11.54 14.20 11.20 12.31

Tabel Dwi Kasta Rataan

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 4.51 6.31 4.31 15.12 5.04

T2 1.51 0.91 1.11 3.52 1.17

T3 0.91 1.31 1.31 3.52 1.17

Total 6.92 8.52 6.72 22.16


(59)

Daftar Sidik Ragam Sumber

Keragaman db JK KT F.Hit

F 0.05

F 0.01

Perlakuan 8 163.11

Bentuk 2 3.24 1.62 3.40 ** 2.21 3.04

Ketinggian 2 149.51 74.76 156.47 ** 2.21 3.04

B x K 4 10.36 2.59 5.42 ** 1.61 2.23

Error 36 17.20 0.48

Total 44 180.31

FK = 272.91 KK = 0.28 %

Ket : tn = tidak nyata * = nyata ** = sangat nyata

Uji Jarak Duncan Faktor Bentuk

Sy 0.20

0.58 0.54 12.11

P 2 3 4

SSR 0,05 4.21 4.42 4.55

LSR 0,05 0.82 0.86 0.89

Perlakuan T3 T2 T1

Rataan 1.40 1.40 13.00

A

B

Uji Jarak Duncan Faktor Ketinggian

Sy 0.20

0.71 0.74 1.24

J 2 3 4

SSR 0,05 4.21 4.42 4.55

LSR 0,05 0.82 0.86 0.89

Perlakuan U3 U1 U2

Rataan 1.53 1.60 2.13

A


(60)

Faktor B x K

Sy 0.20

3.72 3.68 4.65 5.63 5.62 6.61 20.60 21.58 30.56

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 0.82 0.86 0.89 0.91 0.92 0.93 0.94 0.96 0.98 Perlakuan T3U1 T2U2 T2U3 T3U3 T3U2 T2U1 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 4.54 4.54 5.54 6.54 6.54 7.54 21.54 22.54 31.54 A B

C D

E

F


(61)

Lampiran 7. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 66 HST.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

T1U1 3.00 4.00 6.00 2.00 5.00 20.00 4.00 T1U2 9.00 10.00 13.00 9.00 8.00 49.00 9.80 T1U3 2.00 3.00 2.00 2.00 1.00 10.00 2.00 T2U1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 1.00 T2U2 3.00 1.00 0.00 0.00 1.00 5.00 1.00 T2U3 2.00 0.00 0.00 1.00 2.00 5.00 1.00 T3U1 1.00 0.00 0.00 0.00 1.00 2.00 0.40 T3U2 1.00 1.00 0.00 1.00 0.00 3.00 0.60 T3U3 1.00 1.00 0.00 0.00 0.00 2.00 0.40

Total 23.00 21.00 22.00 16.00 19.00 101.00

Rataan 2.56 2.33 2.44 1.78 2.11 2.24

Tabel Dwi Kasta Total

Bentuk (B)

Ketinggian

Total Rataan

U1 U2 U3

T1 20.00 49.00 10.00 79.00 26.33

T2 5.00 5.00 5.00 15.00 5.00

T3 2.00 3.00 2.00 7.00 2.33

Total 27.00 57.00 17.00 101.00

Rataan 9.00 19.00 5.67 11.22

Tabel Dwi Kasta Rataan

Bentuk (B)

Ketinggian

Total Rataan

U1 U2 U3

T1 4.00 9.80 2.00 15.80 5.27

T2 1.00 1.00 1.00 3.00 1.00

T3 0.40 0.60 0.40 1.40 0.47

Total 5.40 11.40 3.40 20.20


(62)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

T1U1 3.71 4.71 6.71 2.71 5.71 23.54 4.71 T1U2 9.71 10.71 13.71 9.71 8.71 52.54 10.51 T1U3 2.71 3.71 2.71 2.71 1.71 13.54 2.71 T2U1 1.71 1.71 1.71 1.71 1.71 8.54 1.71 T2U2 3.71 1.71 0.71 0.71 1.71 8.54 1.71 T2U3 2.71 0.71 0.71 1.71 2.71 8.54 1.71 T3U1 1.71 0.71 0.71 0.71 1.71 5.54 1.11 T3U2 1.71 1.71 0.71 1.71 0.71 6.54 1.31 T3U3 1.71 1.71 0.71 0.71 0.71 5.54 1.11 Total 29.36 27.36 28.36 22.36 25.36 132.82

Rataan 3.26 3.04 3.15 2.48 2.82 2.95

Tabel Dwi Kasta Total

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 23.54 52.54 13.54 89.61 29.87

T2 8.54 8.54 8.54 25.61 8.54

T3 5.54 6.54 5.54 17.61 5.87

Total 37.61 67.61 27.61 132.82

Rataan 12.54 22.54 9.20 14.76

Tabel Dwi Kasta Rataan

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 4.71 10.51 2.71 17.92 5.97

T2 1.71 1.71 1.71 5.12 1.71

T3 1.11 1.31 1.11 3.52 1.17

Total 7.52 13.52 5.52 26.56


(63)

Daftar Sidik Ragam Sumber

Keragaman db JK KT F.Hit

F 0.05

F 0.01

Perlakuan 8 371.91

Bentuk 2 57.78 28.89 25.74 ** 2.21 3.04

Ketinggian 2 207.64 103.82 92.51 ** 2.21 3.04

B x K 4 106.49 26.62 23.72 ** 1.61 2.23

Error 36 40.40 1.12

Total 44 412.31

FK = 392.02 KK = 0.36 %

Ket : tn = tidak nyata * = nyata ** = sangat nyata

Uji Jarak Duncan Faktor Bentuk

Sy 0.30

-0.79 -0.32 3.91

P 2 3 4

SSR 0,05 4.21 4.42 4.55

LSR 0,05 1.26 1.32 1.36

Perlakuan T1 T3 T2

Rataan 0.47 1.00 5.27

A

b

Uji Jarak Duncan Faktor Ketinggian

Sy 0.30

-0.13 0.48 2.44

J 2 3 4

SSR 0,05 4.21 4.42 4.55

LSR 0,05 1.26 1.32 1.36

Perlakuan U3 U1 U2

Rataan 1.13 1.80 3.80

A


(64)

Faktor B x K

Sy 0.30

4.28 4.22 5.18 7.15 7.13 7.11 12.09 22.07 51.04

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.26 1.32 1.36 1.39 1.41 1.43 1.45 1.47 1.50 Perlakuan T3U3 T3U1 T3U2 T2U3 T2U2 T2U1 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 5.54 5.54 6.54 8.54 8.54 8.54 13.54 23.54 52.54 A B

C

D

E

F


(65)

Lampiran 8. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 73 HST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

T1U1 3.00 2.00 6.00 4.00 2.00 17.00 3.40 T1U2 9.00 15.00 13.00 12.00 10.00 59.00 11.80 T1U3 4.00 3.00 5.00 4.00 2.00 18.00 3.60 T2U1 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.20 T2U2 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.20 T2U3 1.00 1.00 0.00 1.00 0.00 3.00 0.60 T3U1 1.00 0.00 0.00 0.00 1.00 2.00 0.40 T3U2 1.00 1.00 0.00 0.00 1.00 3.00 0.60 T3U3 1.00 1.00 1.00 0.00 0.00 3.00 0.60

Total 21.00 24.00 25.00 21.00 16.00 107.00

Rataan 2.33 2.67 2.78 2.33 1.78 2.38

Tabel Dwi Kasta Total

Bentuk (B)

Ketinggian

Total Rataan

U1 U2 U3

T1 17.00 59.00 18.00 94.00 31.33

T2 1.00 1.00 3.00 5.00 1.67

T3 2.00 3.00 3.00 8.00 2.67

Total 20.00 63.00 24.00 107.00

Rataan 6.67 21.00 8.00 11.89

Tabel Dwi Kasta Rataan

Bentuk (B)

Ketinggian

Total Rataan

U1 U2 U3

T1 3.40 11.80 3.60 18.80 6.27

T2 0.20 0.20 0.60 1.00 0.33

T3 0.40 0.60 0.60 1.60 0.53

Total 4.00 12.60 4.80 21.40


(66)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

T1U1 3.71 2.71 6.71 4.71 2.71 20.54 4.11 T1U2 9.71 15.71 13.71 12.71 10.71 62.54 12.51 T1U3 4.71 3.71 5.71 4.71 2.71 21.54 4.31 T2U1 1.71 0.71 0.71 0.71 0.71 4.54 0.91 T2U2 0.71 1.71 0.71 0.71 0.71 4.54 0.91 T2U3 1.71 1.71 0.71 1.71 0.71 6.54 1.31 T3U1 1.71 0.71 0.71 0.71 1.71 5.54 1.11 T3U2 1.71 1.71 0.71 0.71 1.71 6.54 1.31 T3U3 1.71 1.71 1.71 0.71 0.71 6.54 1.31 Total 27.36 30.36 31.36 27.36 22.36 138.82

Rataan 3.04 3.37 3.48 3.04 2.48 3.08

Tabel Dwi Kasta Total

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 20.54 62.54 21.54 104.61 34.87

T2 4.54 4.54 6.54 15.61 5.20

T3 5.54 6.54 6.54 18.61 6.20

Total 30.61 73.61 34.61 138.82

Rataan 10.20 24.54 11.54 15.42

Tabel Dwi Kasta Rataan

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 4.11 12.51 4.31 20.92 6.97

T2 0.91 0.91 1.31 3.12 1.04

T3 1.11 1.31 1.31 3.72 1.24

Total 6.12 14.72 6.92 27.76


(67)

Daftar Sidik Ragam Sumber

Keragaman db JK KT F.Hit F 0.05 F 0.01

Perlakuan 8 570.98

Bentuk 2 75.24 37.62 29.70 ** 2.21 3.04

Ketinggian 2 340.58 170.29 134.44 ** 2.21 3.04

B x K 4 155.16 38.79 30.62 ** 1.61 2.23

Error 36 45.60 1.27

Total 44 616.58

FK = 428.24 KK = 0.36 %

Ket : tn =

tidak nyata * = nyata ** =

sangat nyata

Uji Jarak Duncan Faktor Bentuk

Sy 0.32

-0.34 0.19 17.35

P 2 3 4

SSR 0,05 4.21 4.42 4.55

LSR 0,05 1.34 1.41 1.45

Perlakuan T2 T3 T1

Rataan 1.00 1.60 18.80

A

B

Uji Jarak Duncan Faktor Ketinggian

Sy 0.32

-0.21 0.19 2.75

J 2 3 4

SSR 0,05 4.21 4.42 4.55

LSR 0,05 1.34 1.41 1.45

Perlakuan U1 U3 U2

Rataan 1.13 1.60 4.20

A


(68)

Faktor B x K

Sy 0.32

3.20 3.13 4.09 5.07 5.04 5.02 19.00 19.98 60.95

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.34 1.41 1.45 1.47 1.50 1.52 1.54 1.56 1.59 Perlakuan T2U1 T2U2 T3U1 T3U3 T3U2 T2U3 T1U1 T1U3 T1U2 Rataan 4.54 4.54 5.54 6.54 6.54 6.54 20.54 21.54 62.54 A

B

C

E


(69)

Lampiran 9. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 80 HST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

T1U1 7.00 10.00 11.00 10.00 12.00 50.00 10.00 T1U2 9.00 12.00 14.00 14.00 12.00 61.00 12.20 T1U3 6.00 4.00 7.00 5.00 6.00 28.00 5.60 T2U1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 T2U2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 T2U3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 T3U1 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.20 T3U2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 T3U3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total 23.00 26.00 32.00 29.00 30.00 140.00

Rataan 2.56 2.89 3.56 3.22 3.33 3.11

Tabel Dwi Kasta Total

Bentuk (B)

Ketinggian

Total Rataan

U1 U2 U3

T1 50.00 61.00 28.00 139.00 46.33

T2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

T3 1.00 0.00 0.00 1.00 0.33

Total 51.00 61.00 28.00 140.00

Rataan 17.00 20.33 9.33 15.56

Tabel Dwi Kasta Rataan

Bentuk (B)

Ketinggian

Total Rataan

U1 U2 U3

T1 10.00 12.20 5.60 27.80 9.27

T2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

T3 0.20 0.00 0.00 0.20 0.07

Total 10.20 12.20 5.60 28.00


(70)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

T1U1 7.71 10.71 11.71 10.71 12.71 53.54 10.71 T1U2 9.71 12.71 14.71 14.71 12.71 64.54 12.91 T1U3 6.71 4.71 7.71 5.71 6.71 31.54 6.31 T2U1 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.54 0.71 T2U2 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.54 0.71 T2U3 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.54 0.71 T3U1 1.71 0.71 0.71 0.71 0.71 4.54 0.91 T3U2 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.54 0.71 T3U3 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.54 0.71 Total 29.36 32.36 38.36 35.36 36.36 171.82

Rataan 3.26 3.60 4.26 3.93 4.04 3.82

Tabel Dwi Kasta Total

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 53.54 64.54 31.54 149.61 49.87

T2 3.54 3.54 3.54 10.61 3.54

T3 4.54 3.54 3.54 11.61 3.87

Total 61.61 71.61 38.61 171.82

Rataan 20.54 23.87 12.87 19.09

Tabel Dwi Kasta Rataan

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 10.71 12.91 6.31 29.92 9.97

T2 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

T3 0.91 0.71 0.71 2.32 0.77

Total 12.32 14.32 7.72 34.36


(71)

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit

F 0.05

F 0.01

Perlakuan 8 965.64

Bentuk 2 38.18 19.09 18.67 ** 2.21 3.04

Ketinggian 2 852.58 426.29 417.02 ** 2.21 3.04

B x K 4 74.89 18.72 18.32 ** 1.61 2.23

Error 36 36.80 1.02

Total 44 1002.44

FK = 656.05

KK = 0.26 %

Ket : tn = tidak nyata * = nyata ** =

sangat nyata

Uji Jarak Duncan Faktor Bentuk

Sy 0.29

-1.20 -1.06 26.50

P 2 3 4

SSR 0,05 4.21 4.42 4.55

LSR 0,05 1.20 1.26 1.30

Perlakuan T2 T3 T1

Rataan 0.00 0.20 27.80

A

B

Uji Jarak Duncan Faktor Ketinggian

Sy 0.29

0.67 2.14 2.77

J 2 3 4

SSR 0,05 4.21 4.42 4.55

LSR 0,05 1.20 1.26 1.30

Perlakuan U3 U1 U2

Rataan 1.87 3.40 4.07

A b


(72)

Faktor B x K

Sy 0.29

2.34 2.28 2.24 2.22 2.20 3.17 30.16 52.14 63.11

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.20 1.26 1.30 1.32 1.34 1.37 1.38 1.40 1.43 Perlakuan T3U3 T3U2 T2U3 T2U2 T2U1 T3U1 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 3.54 3.54 3.54 3.54 3.54 4.54 31.54 53.54 64.54 A B

C D


(73)

Lampiran 10. Jumlah lalat buah jantan yang terperangkap pada pengamatan 87 HST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

T1U1 8.00 9.00 12.00 12.00 10.00 51.00 10.20 T1U2 13.00 17.00 16.00 10.00 9.00 65.00 13.00 T1U3 7.00 5.00 8.00 6.00 8.00 34.00 6.80 T2U1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 T2U2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 T2U3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 T3U1 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.20 T3U2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 T3U3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total 29.00 31.00 36.00 28.00 27.00 151.00

Rataan 3.22 3.44 4.00 3.11 3.00 3.36

Tabel Dwi Kasta Total

Bentuk (B)

Ketinggian

Total Rataan

U1 U2 U3

T1 51.00 65.00 34.00 150.00 50.00

T2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

T3 1.00 0.00 0.00 1.00 0.33

Total 52.00 65.00 34.00 151.00

Rataan 17.33 21.67 11.33 16.78

Tabel Dwi Kasta Rataan

Bentuk (B)

Ketinggian

Total Rataan

U1 U2 U3

T1 10.20 13.00 6.80 30.00 10.00

T2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

T3 0.20 0.00 0.00 0.20 0.07

Total 10.40 13.00 6.80 30.20


(74)

TRANFORMASI Akar(√x+0.5)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

T1U1 8.71 9.71 12.71 12.71 10.71 54.54 10.91 T1U2 13.71 17.71 16.71 10.71 9.71 68.54 13.71 T1U3 7.71 5.71 8.71 6.71 8.71 37.54 7.51 T2U1 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.54 0.71 T2U2 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.54 0.71 T2U3 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.54 0.71 T3U1 1.71 0.71 0.71 0.71 0.71 4.54 0.91 T3U2 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.54 0.71 T3U3 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 3.54 0.71 Total 35.36 37.36 42.36 34.36 33.36 182.82

Rataan 3.93 4.15 4.71 3.82 3.71 4.06

Tabel Dwi Kasta Total

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 54.54 68.54 37.54 160.61 53.54

T2 3.54 3.54 3.54 10.61 3.54

T3 4.54 3.54 3.54 11.61 3.87

Total 62.61 75.61 44.61 182.82

Rataan 20.87 25.20 14.87 20.31

Tabel Dwi Kasta Rataan

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 10.91 13.71 7.51 32.12 10.71

T2 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

T3 0.91 0.71 0.71 2.32 0.77

Total 12.52 15.12 8.92 36.56


(75)

Daftar Sidik Ragam Sumber

Keragaman db JK KT F.Hit F 0.05 F 0.01

Perlakuan 8 1089.91

Bentuk 2 32.31 16.16 8.26 ** 2.21 3.04

Ketinggian 2 993.38 496.69 253.99 ** 2.21 3.04

B x K 4 64.22 16.06 8.21 ** 1.61 2.23

Error 36 70.40 1.96

Total 44 1160.31

FK = 742.74 KK = 0.34 %

Ket : tn =

tidak nyata * = nyata ** =

sangat nyata Uji Jarak Duncan

Faktor Bentuk

Sy 0.40

-1.67 -1.68 8.20

P 2 3 4

SSR 0,05 4.21 4.42 4.55

LSR 0,05 1.67 1.75 1.80

Perlakuan T2 T3 T1

Rataan 0.00 0.07 10.00

A

B

Uji Jarak Duncan Faktor Ketinggian

Sy 0.40

0.60 1.72 2.53

J 2 3 4

SSR 0,05 4.21 4.42 4.55

LSR 0,05 1.67 1.75 1.80

Perlakuan U3 U1 U2

Rataan 2.27 3.47 4.33

A


(76)

Faktor B x K

Sy 0.40

1.87 1.79 1.74 1.71 1.68 2.65 35.63 52.60 66.57

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99 LSR 0.05 1.67 1.75 1.80 1.83 1.86 1.89 1.91 1.94 1.97 Perlakuan T3U3 T3U2 T2U3 T2U2 T2U1 T3U1 T1U3 T1U1 T1U2 Rataan 3.54 3.54 3.54 3.54 3.54 4.54 37.54 54.54 68.54 A B

C


(77)

Lampiran 11. Jumlah lalat buah betina yang terperangkap pada pengamatan 45 hs t.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V

T1U1 3.00 4.00 6.00 1.00 2.00 16.00 3.20 T1U2 5.00 6.00 7.00 2.00 2.00 22.00 4.40 T1U3 5.00 4.00 5.00 2.00 3.00 19.00 3.80 T2U1 1.00 2.00 1.00 2.00 2.00 8.00 1.60 T2U2 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 2.00 0.40 T2U3 1.00 1.00 2.00 1.00 2.00 7.00 1.40 T3U1 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.20 T3U2 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.20 T3U3 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 1.00 0.20

Total 17.00 18.00 22.00 9.00 11.00 77.00 Rataan 1.89 2.00 2.44 1.00 1.22 1.71

Tabel Dwi Kasta Total

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 16.00 22.00 19.00 57.00 19.00

T2 8.00 2.00 7.00 17.00 5.67

T3 1.00 1.00 1.00 3.00 1.00

Total 25.00 25.00 27.00 77.00

Rataan 8.33 8.33 9.00 8.56

Tabel Dwi Kasta Rataan

Bentuk (B) Ketinggian Total Rataan

U1 U2 U3

T1 3.20 4.40 3.80 11.40 3.80

T2 1.60 0.40 1.40 3.40 1.13

T3 0.20 0.20 0.20 0.60 0.20

Total 5.00 5.00 5.40 15.40


(1)

Daftar Sidik Ragam

Sumber

Keragaman db JK KT F.Hit F 0.05 F 0.01

Perlakuan 8

762.87

Bentuk (B) 2

10.33 5.16 3.88 ** 2.21 3.04

Ketinggian 2

693.89 346.95 260.32 ** 2.21 3.04

B x K 4

58.65 14.66 11.00 ** 1.61 2.23

Error 36

47.98 1.33

Total 44 810.85

FK = 1737.49

KK = 0.19 %

Ket : tn = tidak nyata * = nyata

** = sangat nyata

Uji Jarak Duncan Faktor Bentuk

Sy 0.33

12.23 12.26 53.81

P 2 3 4

SSR 0,05 4.21 4.42 4.55

LSR 0,05 1.37 1.44 1.49

Perlakuan T2 T3 T2

Rataan 13.60 13.70 55.30

A

B

Uji Jarak Duncan Faktor Ketinggian

Sy 0.54

5.85 6.89 7.61

J 2 3 4

SSR 0,05 4.21 4.42 4.55

LSR 0,05 2.29 2.41 2.48


(2)

Faktor B x K

Sy 0.33

13.27 14.20 15.15 15.53 16.51 19.58 43.16 61.04 67.51

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.05 4.21 4.42 4.55 4.63 4.7 4.78 4.83 4.91 4.99

LSR 0.05 1.37 1.44 1.49 1.51 1.53 1.56 1.58 1.60 1.63

Perlakuan T2U1 T2U2 T3U2 T3U1 T3U3 T2U3 T1U3 T1U1 T1U2

Rataan 14.64 15.64 16.64 17.04 18.04 21.14 44.74 62.64 69.14

A B

C D

E


(3)

(4)

c. Gambar lahan dengan perangkap silinder

d. Gambar larva dalam buah tomat Larva


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Bentuk Dan Ketinggian Perangkap Sticky Trap Kuning Terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.) Diptera: Tephritidae) Pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum Mill.) Di Dataran Rendah.

3 66 138

Analisis Kandungan Mineral Kalium, Kalsium, Natrium Dan Magnesium Pada Tomat (Solanum lycopersicum Mill.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

4 56 98

Identifikasi Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) Pada Tanaman Markisa (Passijlora edulis Sims) Di Lapangan

0 34 46

Jenis Atraktan Petrogenol Dan Metilat Serta Perbedaan Bentuk Perangkap Dalam Mengendalikan Lalat Buah (Bactrocera Dorsalis Hend.) Pada Tanaman Jeruk (Citrus Sinensis L.) Di Lapangan

0 65 90

Preferensi Lalat Buah Bactrocera spp (Diptera ; Tephritidae) Terhadap Warna Perangkap Pada Tanaman Jambu Biji ( Psidium guajava L.)

0 31 64

Kajian Beberapa Metode Perangkap Lalat Buah (Diptera;Tephritidae) Pada Pertanaman Jeruk Manis (Citrus spp.) Di Desa Sukanalu Kabupaten Karo

0 51 101

Efektivitas Sticky Trap dan Atraktan Nabati dari Minyak Selasih (Ocimum basilicum, L.) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah (Bactrocera spp.) pada Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava, L.)

2 52 16

Uji Efektifitas Model Perangkap Menggunakan Atraktan dalam Mengendalikan Hama Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel) pada Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.)

0 0 18

Uji Efektifitas Model Perangkap Menggunakan Atraktan dalam Mengendalikan Hama Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel) pada Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.)

0 0 8

Analisis Kandungan Mineral Kalium, Kalsium, Natrium Dan Magnesium Pada Tomat (Solanum lycopersicum Mill.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 43