Feasibility Study and Business Development Strategy of Hatchery of Patin Catfish (Pangasius hypophthalmus) (Case Studies on the CV. Mika Distrindo).

ANALISIS KELAYAKAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN
IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus)
(STUDI KASUS PADA CV. MIKA DISTRINDO)

PINDO WITOKO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa tugas akhir yang
berjudul :
ANALISIS KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
PEMBENIHAN IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus)
(STUDI KASUS PADA CV. MIKA DISTRINDO)
merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendiri di bawah bimbingan komisi
pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas akhir ini

belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di
perguruan tinggi lain. Sumber informasi dan data yang digunakan berasal atau
dikutip dari karya penulis lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor,

Mei 2012

Pindo Witoko
F054107105

ABSTRACT

PINDO WITOKO. Feasibility Study and Business Development Strategy of
Hatchery of Patin Catfish (Pangasius hypophthalmus) (Case Studies on the CV.
Mika Distrindo). Supervised by RIZAL SYARIEF as Chief and SAPTA
RAHARJA as Member.
The development of larva production of Patin catfish has great potential to

meet market demand. In this case, Lampung is one of Patin catfish enlargement
center which has large aquaculture production than others. Production of Patin
catfish in Lampung, in 2010 was 19.565 tonnes. Demand of Patin catfish larva is
taken to anticipate, so in the future, no need to bring out the larva from the other
region. Obstacles and constraints faced by the company, mainly by CV. Mika
Distrindo are very diverse, from each stage of production until marketing process.
Therefore, it is needed a development strategy to increase production to meet
demand of Patin catfish larva for Metro region and surrounding areas. The aims of
this study were: (1) To obtain information on the production process of breeding
Patin catfish; (2) To know the feasibility of Patin catfish breeding; and (3) To
carry out the strategy of seeding to obtain maximum profit. The analysis used
descriptive and analytical methods which data that have been collected will be
described or portrayed as it is. The data were collected through interviews,
observation and literature study. Method of analysis was done with (1) a
descriptive analysis of the production process for a portrait Patin catfish hatchery;
(2) Analysis of the feasibility using Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Net Benefit Cost (B/C) Ratio, Gross Benefit Cost (B/C) Ratio, Pay
Back Period (PBP), and Break Even Point (BEP); (3) Analysis of internal and
external matrix are using Internal Factor Evaluation (IFE) and External Factor
Evaluation (EFE) matrix, and in combination in a matrix of Internal External (IE);

4) Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT) matrix analysis to
formulate strategic alternatives; and 5) Analysis Quantitative Strategic Planning
Matrix (QSPM) for alternative decision priorities. The study results shows that
CV. Mika Distrindo is feasible because the business get the financial benefit.
Indications in terms of financial feasibility is known from Rp.516.660.510,- of
NPV; 21.42% of IRR; 5.57 of Gross B/C Ratio; 4.05 of Nett B/C Ratio; 10
months and 5 days of PBP and 2.698.006 of larva production or
Rp.539.601.139,60 of the value of sales. IFE score is 2.511 and EFE score is
2.565. The Company core strategy is Growth/Stability Strategy. The SWOT
analysis obtains formulation of strategies including the use of advances in
technology, expansion of marketing network, strengthening capital, increasing
sales volume, doing partnerships, taking advantage of investors, increase customer
loyalty, maintain larva quality, improved system management and collaboration
with stakeholders.
Keywords : Patin Catfish Hatchery, Aquaculture, Feasibility Analysis and
Business Development Strategy

RINGKASAN

PINDO WITOKO. Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha

Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) (Studi Kasus pada CV. Mika
Distrindo). Dibimbing oleh RIZAL SYARIEF sebagai ketua dan SAPTA
RAHARJA sebagai anggota.
Sektor agribisnis yang memiliki prospek yang cukup baik untuk
dikembangakan adalah di bidang perikanan, terutama perikanan budidaya
(aquaculture). Salah satu jenis ikan konsumsi yang banyak digemari oleh
masyarakat adalah ikan Patin, karena memiliki rasa daging yang enak, lezat,
gurih, dan teksturnya yang sedikit kenyal serta harganya yang relatif terjangkau.
Keberhasilan usaha ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) sangat
ditentukan oleh input bermutu yang diperoleh dari proses produksi yang baik.
Salah satu input produksi tersebut adalah benih. Dengan meningkatnya usaha
pembesaran ikan Patin, kebutuhan benih dimasyarakat juga semakin meningkat.
Peningkatan kebutuhan benih hingga saat ini belum sepenuhnya diimbangi dengan
penyediaan benih dengan mutu dan kuantitas yang baik.
Pengembangan produksi benih ikan Patin memiliki potensi besar untuk
memenuhi permintaan pasar. Dalam hal ini, Lampung merupakan salah satu
sentra pembesaran ikan Patin, dimana produksi perikanan budidaya terbesar jika
dibandingkan dengan komoditas perikanan lainnya. Produksi ikan Patin konsumsi
di Propinsi Lampung pada Tahun 2010 menunjukan angka 19.565 ton.
Pemenuhan permintaan benih ikan Patin tersebut sudah mulai diupayakan,

sehingga nantinya tidak perlu lagi mendatangkan benih dari luar darah. Hambatan
dan kendala yang dihadapi oleh para pembenih, terutama oleh CV. Mika Distrindo
sangatlah beragam dimulai dari tiap tahapan produksi sampai pemasaran. Untuk
itu perlu adanya strategi pengembangan yang tepat untuk menghadapi situasi yang
ada pada usaha pembenihan ikan Patin, guna peningkatan produksi guna
pemenuhan permintaan akan benih ikan Patin di daerah metro dan sekitarnya.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Memperoleh informasi proses produksi
pada kegiatan usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo; (2)
Mengetahui kelayakan usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo; dan
(3) Mendapatkan strategi pengembangan usaha pembenihan ikan Patin yang
paling efektif dalam memperoleh hasil maksimal.
Lokasi yang dijadikan tempat kajian adalah CV. Mika Distrindo yang
berlokasi di Desa Sumbersari, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro, Lampung.
Kajian ini menggunakan metode deskriptif dan analitik yang bersifat studi kasus,
dimana data yang telah terkumpul dideskripsikan, atau digambarkan sebagaimana
adanya.
Data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan studi pustaka.
Metode analisis dilakukan dengan (1) Analisis deskriptif untuk mengambarkan
proses produksi dalam pembenihan kan Patin; (2) Analisis kelayakan usaha
menggunakan pedekatan net present value (NPV), internal rate of return (IRR),

net benefit cost (B/C) ratio, gross benefit cost (B/C) ratio, pay back period (PBP),
dan break even point (BEP); 3) Analisis lingkungan internal dan eksternal

dievaluasi dengan matriks internal factor evaluation (IFE) untuk kekuatan dan
kelemahan serta matriks external factor evaluation (EFE) untuk peluang dan
ancaman, kemudian di gabungkan dalam matriks internal external (IE); 4)
Analisis SWOT (strengths-weaknesses-opportunties-threats) yang memakai
variabel internal dan eksternal perusahaan untuk memperoleh alternatif-alternatif
prioritas strategi bagi pengembangan usahanya; dan 5) Analisis quantitative
Strategic Planning matrix (QSPM) untuk pengambilan keputusan alternatif
prioritas strategi yang tepat dan terbaik untuk diterapkan bagi pengembangan
usaha pembenihan ikan Patin CV. Mika Distrindo
Dari hasil analisis kelayakan usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika
Distrindo dikatakan layak, karena dari hasil perhitungan yang dilakukan
mendapatkan hasil yang memberikan manfaat (benefit) secara financial. Indikasi
kelayakan dari segi financial diketahui dari hasil perhitungan dengan kebutuhan
biaya investasi Rp.509.050.000,- dan rataan biaya operasional Rp.284.100.000,per tahun menghasilkan nilai NPV Rp.516.660.510,- ; IRR 21,42% ; Gross B/C
Ratio 5,57 ; Nett B/C Ratio 4,05 ; PBP 0,85 tahun atau 10 bulan 5 hari dan BEP
pada produksi benih 2.698.006 ekor atau pada nilai penjualan Rp.539.601.139,60
(90%)

Dari hasil penjumlahan skor total pada matriks IFE dan EFE didapatkan
nilai masing masing 2,511 dan 2,565. Apabila masing-masing total skor dari
faktor internal maupun eksternal dipetakan dalam matriks, maka posisi
perusahaan saat ini berada di kotak di kuadran ke-lima yang berarti inti strategi
yang diterapkan perusahaan adalah Strategi Pertumbuhan/Stabilitas. Hasil analisis
SWOT berupa pemanfaatan kemajuan teknologi, perluasan jaringan pemasaran,
penguatan modal, peningkatan volume penjualan, malakukan kemitraan,
memanfaatkan investor, meningkatkan loyalitas pelanggan, mempertahankan
mutu benih, perbaikan sistem manajemen dan peningkatan kerjasama dengan
stakeholder. Implementasi strategi didapat berdasarkan perhitungan matriks QSP
adalah meningkatkan volume penjualan benih Ikan Patin dengan nilai daya tarik
5,397.

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak ipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebut sumbernya. Pengutip hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan pustaka suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan
kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis
dalam
bentuk
apa
pun
tanpa
izin
IPB

ANALISIS KELAYAKAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN
IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus)
(STUDI KASUS PADA CV. MIKA DISTRINDO)

PINDO WITOKO

Tugas Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional pada
Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir:
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA

Judul Tugas Akhir

Nama Mahasiswa
Nomor Pokok

: Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha
Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus)
(Studi Kasus pada CV. Mika Distrindo)
: Pindo Witoko
: F054107105


Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Rizal Syarief, DESS
Ketua

Dr. Ir. Sapta Rahardja, DEA
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Industri Kecil Menengah,

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA

Dr.Ir. H. Dahrul Syah, M.Sc.Agr


Tanggal Ujian :

Tanggal Lulus :

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT dan Nabi
Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini yang berjudul Analisis Kelayakan dan
Strategi

Pengembangan

Usaha

Pembenihan

Ikan

Patin

(Pangasius

hypophthalmus) (Studi Kasus pada CV. Mika Distrindo) tepat pada waktunya.
Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional dalam program studi Magister Profesional Industri Kecil
Menengah pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, berbagai pihak telah memberikan
masukan dan bantuan sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Rizal Syarief, DESS selaku Ketua Komisi
Pembimbing.
2. Bapak Dr. Ir. Sapta Rahardja, DEA selaku Anggota Komisi Pembimbing
3. Bapak Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku Ketua Program
dan Penguji Luar Komisi
4. Bapak dan Ibu Dosen, serta Pegawai Sekretariat Program Studi Magister
Profesional Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor yang telah membimbing, meluangkan waktunya dan memberikan
ilmunya kepada penulis.
5. Bapak Mika Prasetya selaku pemilik CV. Mika Distrindo beserta
karyawannya

yang

telah

membimbing,

meluangkan

waktunya

dan

memberikan ilmunya kepada penulis.
6. Bapak Firngadi (alm), Ibu Murjiem, Andhi Wicaksono, ST., Nining Isti
Utami, ST., Illyasa Razzan Andhista dan Alvero Anargya Andhista tercinta
yang telah memberikan do’a dan dorongan kepada penulis.
7. Rekan-rekan seperjuangan dengan penulis Angkatan 14 Marlinda Apriyanti,
Intan Zania Nasrun, Wine Widiana, Berliyanto Budi Cahyo, August

Thryanda, Jaja Subagia Dinata, Santoso, Andi Anto, Sugeng Riyanto,
Pristiyanto, Robert E. Kusnadi dan Suryadi.
8. Rekan-rekan, sanak saudara yang telah membantu, memberikan dorongan dan
Do’a, namun tidak dapat disebutkan penulis satu persatu karena keterbatasan
tempat, semoga dapat diberikan taufik dan Hidayah-Nya selalu. Amin.
Semoga tugas akhir ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi dunia
industri kecil menengah pada umumnya dan pembenihan ikan Patin pada
khususnya. Saran dan kritik atas Tugas Akhir ini sangat diharapkan, agar menjadi
lebih sempurna dan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Bogor,

Mei 2012

Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 14 Juni 1983 sebagai anak
kedua dari ayah Firngadi (alm) dan ibu Murjiem. Pendidikan Sekolah Dasar
diselesaikan pada tahun 1995 di SD N 2 Sumbersari, Sekolah Lanjuan Tingkat
Pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SLTP N 1 Metro, serta Sekolah
Menengah Umum diselesaikan pada tahun 2001 di SMU N 9 Yogyakarta.
Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 2001. Pada bulan September
2010 penulis diterima di Program Studi Magister Profesional Industri Kecil
Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Riwayat pekerjaan Penulis sebagai Technical Support and Sales (TSS) di
PT. Suri Tani Pemuka (STP) Japfa Comfeed tahun 2007 - 2008, Manajer produksi
tambak udang di PT. Aruna Wijaya Sakti (AWS) tahun 2008 - 2009 dan sebagai
staf pengajar di Program Studi Budidaya Perikanan, Jurusan Peternakan,
Politeknik Negeri Lampung tahun 2009 – sekarang.

ABSTRACT

PINDO WITOKO. Feasibility Study and Business Development Strategy of Hatchery
of Patin Catfish (Pangasius hypophthalmus) (Case Studies on the CV. Mika
Distrindo). Supervised by RIZAL SYARIEF as Chief and SAPTA RAHARJA as
Member.
The development of larva production of Patin catfish has great potential to
meet market demand. In this case, Lampung is one of Patin catfish enlargement
center which has large aquaculture production than others. Production of Patin catfish
in Lampung, in 2010 was 19.565 tonnes. Demand of Patin catfish larva is taken to
anticipate, so in the future, no need to bring out the larva from the other region.
Obstacles and constraints faced by the company, mainly by CV. Mika Distrindo are
very diverse, from each stage of production until marketing process. Therefore, it is
needed a development strategy to increase production to meet demand of Patin catfish
larva for Metro region and surrounding areas. The aims of this study were: (1) To
obtain information on the production process of breeding Patin catfish; (2) To know
the feasibility of Patin catfish breeding; and (3) To carry out the strategy of seeding to
obtain maximum profit. The analysis used descriptive and analytical methods which
data that have been collected will be described or portrayed as it is. The data were
collected through interviews, observation and literature study. Method of analysis
was done with (1) a descriptive analysis of the production process for a portrait Patin
catfish hatchery; (2) Analysis of the feasibility using Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost (B/C) Ratio, Gross Benefit Cost
(B/C) Ratio, Pay Back Period (PBP), and Break Even Point (BEP); (3) Analysis of
internal and external matrix are using Internal Factor Evaluation (IFE) and External
Factor Evaluation (EFE) matrix, and in combination in a matrix of Internal External
(IE); 4) Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT) matrix analysis to
formulate strategic alternatives; and 5) Analysis Quantitative Strategic Planning
Matrix (QSPM) for alternative decision priorities. The study results shows that CV.
Mika Distrindo is feasible because the business get the financial benefit. Indications
in terms of financial feasibility is known from Rp.516.660.510,- of NPV; 21.42% of
IRR; 5.57 of Gross B/C Ratio; 4.05 of Nett B/C Ratio; 10 months and 5 days of PBP
and 2.698.006 of larva production or Rp.539.601.139,60 of the value of sales. IFE
score is 2.511 and EFE score is 2.565. The Company core strategy is
Growth/Stability Strategy. The SWOT analysis obtains formulation of strategies
including the use of advances in technology, expansion of marketing network,
strengthening capital, increasing sales volume, doing partnerships, taking advantage
of investors, increase customer loyalty, maintain larva quality, improved system
management and collaboration with stakeholders.
Keywords : Patin Catfish Hatchery, Aquaculture, Feasibility Analysis and Business
Development Strategy

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii
I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1.2 Perumusan Masalah ..............................................................................
1.3 Tujuan...................................................................................................

1
5
6

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembenihan Ikan Patin ........................................................................
2.1.1 Klasifikasi Ikan Patin ..................................................................
2.1.2 Proses Produksi Benih Ikan Patin ...............................................
2.2 Kelayakan Usaha ..................................................................................
2.3 Manajemen Strategi ..............................................................................
2.4 Analisis Strategi Pengembangan Usaha ...............................................
2.4.1 Faktor Internal dan Eksternal ......................................................
2.4.2 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ...............................
2.4.3 Matriks Internal – Eksternal .......................................................
2.4.4 Matriks SWOT ............................................................................
2.4.5 Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif ...................................

7
7
9
11
15
18
18
22
23
24
24

III. METODE KAJIAN
3.1 Lokasi dan Waktu.................................................................................
3.2 Metode Kerja ........................................................................................
3.2.1 Pengumpulan Data ......................................................................
3.2.2 Pengolahan dan Analisis Data ....................................................
3.3 Aspek Kajian ........................................................................................
3.3.1 Kondisi Umum ............................................................................
3.3.2 Menganalisis Kelayakan Usaha ..................................................
3.3.3 Menganalisis pengembangan Usaha ...........................................

27
27
27
28
31
31
31
34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Penelitian .................................................................
4.1.1 Produksi benih Ikan Patin di Metro, Lampung ............................
4.1.2 Perkembangan Produksi Benih Ikan Patin ...................................
4.1.3 Lokasi dan Tata Letak ..................................................................
4.1.4 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan .......................................
4.1.5 Struktur Organisasi .......................................................................
4.1.6 Produk yang Dihasilkan ...............................................................
4.2 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ........................................................

43
43
45
46
46
47
48
49

ix

4.3 Analisis Lingkungan .............................................................................
4.3.1 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan ................................
4.3.2 Analisis Lingkungan Internal Perusahaan ...................................
4.4 Analisis Kelayakan Usaha ....................................................................
4.5 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ......
4.6 Analisa Matriks IFE dan EFE ...............................................................
4.6.1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ....................................
4.6.2 Matriks External Factor Evaluation (EFE)..................................
4.7 Matriks Internal Eksternal (IE Matriks) ...............................................
4.8 Analisis Matriks SWOT .......................................................................
4.9 Analisis Matriks QSP ...........................................................................
4.10 Implementasi Strategi ...........................................................................

49
50
55
77
79
84
84
85
86
87
90
92

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 95
5.2 Saran ..................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 97
LAMPIRAN .................................................................................................. 101

x

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Produksi benih ikan Patin di Kota Metro dari tahun 2005-2009 ...........

3

2. Produksi benih ikan Patin di Kabupaten Bogor dari tahun 2007-2010 .

3

3. Pembenihan yang Bersertifikat di Indonesia tahun 2011 ......................

5

4. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan ...............................

35

5. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan .............................

35

6. Matriks IFE ............................................................................................

36

7. Matriks EFE ...........................................................................................

36

8. Matriks SWOT .......................................................................................

39

9. Matriks QSP ...........................................................................................

41

10. Proyeksi produksi perikanan budidaya menurut komoditas utama
2010-2014 dalam satuan ribu ton..........................................................

43

11. Target produksi menurut Propinsi pada tahun 2011 ..............................

44

12. Jumlah karyawan CV. Mika Distrindo berdasarkan latar belakang
pendidikan .............................................................................................

48

13. Jenis pakan berdasarkan umur dalam pemeliharaan benih Patin ...........

65

14. Kelayakan usaha pembenihan ikan Patin CV. Mika Distrindo..............

78

15. Profil SWOT CV. Mika Distrindo .........................................................

79

16. Perhitungan Matriks IFE CV. Mika Distrindo .......................................

85

17. Perhitungan Matriks EFE CV. Mika Distrindo......................................

86

18. Rumusan strategi pengembangan dengan matriks SWOT
CV. Mika DIstrindo ..............................................................................

89

19. Urutan prioritas strategi dari matriks QSP CV. Mika Distrindo ............

91

xi

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Kerangka pemikiran kajian ..............................................................

30

2.

Matriks IE ........................................................................................

37

3.

Diagram analisi SWOT....................................................................

38

4.

Struktur organisasi CV. Mika Distrindo ..........................................

47

5.

Jalur pemasaran benih Patin CV. Mika Distrindo ...........................

55

6.

Diagram kegiatan pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo. .

65

7.

Bagan alir proses produksi benih ikan Patin....................................

69

8.

Matriks Internal–Eksternal CV. Mika Distrindo .............................

87

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kuesioner Kajian .................................................................................. 101
2. Kuesioner penentuan bobot dan rating faktor internal dan eksternal .... 107
3. Komposisi biaya investasi CV. Mika Distrindo ................................... 111
4. Komposisi biaya operasional CV. Mika Distrindo ............................... 112
5. Analisa usaha pembenihan ikan Patin di CV. Mika Distrindo ............. 113
6. Perhitungan rating faktor strategi internal dan eksternal
CV. Mika Distrindo ........................................................................... 114
7. Rekapitulasi perhitungan rating faktor strategi internal dan eksternal
CV. Mika Distrindo ........................................................................... 116
8. Perhitungan bobot faktor strategi internal dan eksternal
CV. Mika Distrindo ........................................................................... 117
9. Rekapitulasi perhitungan bobot faktor strategi internal dan eksternal
CV. Mika Distrindo ........................................................................... 119
10. Hasil perhitungan Matriks QSP CV. Mika Distrindo ........................... 120

xiii

xiv

1

1

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Usaha mikro, kecil dan menengah perlu dikembangkan karena merupakan
salah satu kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi. Gerakan
sektor UMKM sangat vital untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan
pekerjaan. UMKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan
pasang surut serta arah permintaan pasar, serta menciptakan lapangan pekerjaan
lebih cepat dibandingkan sektor usaha lainnya serta memberikan konstribusi
penting dalam ekspor dan perdagangan (Pramiyanti, 2008).
Ditinjau dari segi usaha, sektor agribisnis juga telah terbukti memiliki daya
tahan terhadap krisis ekonomi yang menimpa Indonesia, karena sektor usaha ini
sejalan dengan basis sumberdaya (resources base) yang banyak tesedia.
Agribisnis merupakan kegiatan usaha yang berkaitan dengan sektor pertanian
dalam arti luas yang meliputi pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan.
Agribisnis juga merupakan penjumlahan semua kegiatan yang berkecimpung
dalam pabrik dan distribusi alat maupun bahan pertanian, kegiatan produksi,
pengolahan, penyimpanan dan distribusi komoditas pertanian atau barang-barang
yang dihasilkan.
Sektor agribisnis yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan
adalah bidang perikanan. Prospek sektor perikanan indonesia untuk ekspor sangat
cerah karena permintaan dan kebutuhan ikan dunia yang terus meningkat dari
tahun ke tahun. Peningkatan permintaan dan kebutuhan tersebut sebagai akibat
dari pertambahan jumlah penduduk dan perubahan konsumsi masyarakat ke arah
protein hewani yang lebih sehat.
Salah satu potensi perikanan Indonesia yang berkembang adalah budidaya
perikanan (aquaculture). Potensi budidaya perikanan Indonesia diperkirakan
seluas 15,59 juta Ha yang terdiri dari budidaya air tawar (2,23 juta Ha), payau
(1,22 juta Ha), dan laut (12,14 juta Ha), tetapi pemanfaatannya masih sangat kecil,
yaitu untuk tawar baru 10,01 % (223.223 Ha), payau 40 % (488.000 Ha), dan laut
0,01 % (1.214 Ha) (Fadel, 2011).

2

2

Salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang memiliki potensi dan banyak
digemari oleh masyarakat adalah ikan Patin (Pangasius hypophthalmus), terutama
di pulau Sumatera dan Kalimantan. Hal ini disebabkan rasa daging ikan Patin
yang enak, lezat, gurih dan tekstur dagingnya yang sedikit kenyal. Selain itu,
harga ikan Patin yang relatif terjangkau membuat masyarakat gemar
mengkonsumsi ikan jenis ini, maka untuk merespon potensi permintaan tersebut,
diperlukan suatu kegiatan usaha budidaya ikan Patin.
Ikan Patin merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang memiliki
nilai ekonomis yang tinggi, digemari oleh masyarakat dan mempunyai daya
adaptasi yang tinggi terhadap perubahan kondisi lingkungan. Ikan Patin
digunakan sebagai alternatif pengganti ikan Baung yang keberadaanya semakin
sedikit di alam dan masih susah untuk dibudidayakan secara besar besaran.
Pengembangan Ikan Patin sudah banyak dilakukan petani pembudidaya dan
cenderung terus meningkat. Peningkatan usaha budidaya dilakukan dalam rangka
memenuhi permintaan akan kebutuhan ikan konsumsi di masyarakat.
Keberhasilan usaha pembesaran ikan Patin sangat ditentukan oleh input
yang bermutu dan proses produksi yang baik. Salah satu input produksi tersebut
adalah benih. Mutu benih ikan sangat menentukan output pembesaran ikan Patin
yang akan dihasilkan. Apabila benih ikan Patin mempunyai mutu yang baik maka
kemungkinan besar hasil ikan Patin konsumsi bermutu baik juga. Dengan
meningkatnya usaha pembesaran ikan Patin, kebutuhan akan benih di tingkat
pembesaran semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan benih hingga saat ini
belum sepenuhnya diimbangi dengan penyediaan benih yang bermutu baik.
Pengembangan produksi benih ikan Patin memiliki potensi besar untuk
memenuhi permintaan pasar. Dalam hal ini, Lampung merupakan salah satu
sentra pembesaran ikan Patin dimana produksi perikanan budidaya terbesar jika
dibandingkan dengan komoditas perikanan lainnya (Tribun, 2010). Produksi ikan
Patin konsumsi di Propinsi Lampung pada Tahun 2010 menunjukan angka 19.565
ton (Taryono, 2011), berdasarkan data tersebut maka jumlah kebutuhan benih ikan
Patin di Lampung adalah 39.130.000 ekor. Jumlah tersebut didapatkan dari asumsi
dengan ukuran konsumsi 2 ekor/kg. Jumlah kebutuhan tersebut masih sangat jauh
jika dibandingkan dengan total produksi rataan benih ikan Patin di Lampung,

3

3

sehingga diperlukan usaha untuk meningkatkan produksi benih ikan Patin di
Lampung. Maka tidak salah jika pemerintah menargetkan produksi benih ikan
Patin yang cukup besar di daerah tersebut. Salah satu wilayah yang menjadi basis
produksi benih ikan Patin di Lampung adalah Kota Metro. Berikut ini Tabel
mengenai produksi benih ikan Patin di Kota Metro.
Tabel 1. Produksi benih ikan Patin di Kota Metro dari tahun 2005-2009
No
Tahun Produksi
Benih Ikan Patin (ekor)
1
2005
1.208.000
2
2006
653.000
3
2007
831.000
4
2008
892.000
5
2009
1.782.000
Rata-rata Produksi Per Tahun
1.073.200
Sumber: Dinas Pertanian Bidang Perikanan Kota Metro, 2009
Produksi benih ikan Patin di Kota Metro masih jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan pembenihan di Jawa dan daerah lainnya. Berdasarkan Tabel
1. di atas rataan produksi benih ikan Patin pertahun dari tahun 2005-2009 adalah
1.073.200 ekor. Jika dibandingkan dengan daerah lain, Kondisi pembenihan di
Kota Metro berbeda jauh dengan pembenihan ikan Patin di Subang yang mampu
memproduksi 18.300.000 ekor benih ikan Patin per tahun, dan di daerah Bogor
yang mampu menghasilkan benih ikan Patin rataan per tahun 49.047.000 ekor.
Berikut ini Tabel mengenai produksi benih ikan Patin di Kabupaten Bogor tahun
2007-2010.
Tabel 2. Produksi benih ikan Patin di Kabupaten Bogor dari tahun 2007-2010.
No
Tahun Produksi
Benih Ikan Patin (ekor)
1
2007
58.126.000
2
2008
79.893.000
3
2009
26.358.000
32.047.000
4
2010
Rata-rata Produksi Per Tahun
49.106.000
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2011
Hambatan dan sumber risiko produksi yang dihadapi oleh pembenih ikan
Patin yang memicu ketidakberhasilan sehingga produksi yang dihasikan sedikit,
karena terjadinya kematian benih ikan Patin (mortalitas rate) dan rendahnya
produktifitas telur yang dihasilkan oleh indukan. Penyebab hambatan tersebut
diantaranya adalah penyakit, perubahan suhu air yang ekstrim, musim kemarau,

4

4

dan kanibalisme. Penyakit yang biasa menyerang benih ikan Patin adalah jenis
bakteri Aeromonas dan penyakit white spot. Kedua penyakit ini berasal dari
lingkungan yang tidak terkontrol, sehingga menyebabkan benih ikan kehilangan
nafsu makan, lemas, dan dapat menyebabkan kematian. Perubahan suhu air yang
ekstrim mengharuskan benih beradaptasi dengan lingkungan baru. Benih yang
lemah tidak dapat bertahan pada perubahan tersebut, sehingga menyebabkan
kematian. Musim kemarau menyebabkan produksi telur oleh indukan berkurang,
hal ini disebabkan respon ikan terhadap lingkungannya, pengaruh musim kemarau
dapat menurunkan produksi telur hingga 50 %. Kanibalisme terjadi setelah telur
menetas, ketika cadangan makanan (yolk sack) habis benih ikan Patin
membutuhkan makanan dan dapat bersifat kanibal atau karnivora jika
ketersediaan pakan di media budidaya terbatas jumlahnya.
Menurut Hubeis dan Najib (2008), keberadaan suatu perusahaan sangat
ditentukan oleh kemampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara
memuaskan dari segi mutu, ketersediaan, harga dan distribusinya. Sedangkan
permintaan konsumen terhadap barang sekarang ini semakin kompleks seiring
semakin banyaknya alternatif usaha yang telah ada. Situasi persaingan usaha yang
tinggi memaksa CV. Mika Distrindo untuk lebih meningkatkan daya saingnya
sehingga mencapai tingkatan superior competitive advantage di antara
pesaingnya. Untuk itu perlu adanya strategi pengembangan usaha yang harus
dilakukan untuk menghadapi situasi persaingan yang ada pada usaha pembenihan
ikan Patin.
CV. Mika Distrindo merupakan salah satu usaha pembenihan ikan Patin
bersertifikat di Indonesia (Tabel 3). Salah satu faktor yang menyebabkan masih
sedikitnya pembenih ikan Patin adalah baru berkembangnya pembenihan ikan
Patin di Kota Metro, sehingga usaha ini dianggap belum stabil. Selain itu besarnya
modal awal yang berkisar Rp.15.000.000,- (Hasanudin, 2011) untuk melakukan
usaha pembenihan menjadi faktor lain yang mempengaruhi jumlah pembenih dan
produksi benih ikan Patin di Kota Metro.

5

5

Tabel 3. Pembenihan yang Bersertifikat di Indonesia tahun 2011
Nama Kelompok
No
Komoditas
Lokasi
Usaha/Perusahaan
Sukamandi,
1 BPBAT Cijengkol
Ikan Patin
Subang, Jawa Barat
Padang Mutung,
2 BBIS Sei Tibun
Ikan Patin
Kampar, Riau
Padang Mutung,
3 Ohara Sakti Indo Pratiwi Ikan Patin
Kampar, Riau
UPR Graha Pratama
Koto Masjid,
4
Ikan Patin
Fish
Kampar, Riau
Kec. Lima Puluh,
5 Dolphin Farm
Ikan Patin
Pekanbaru, Riau
Bangkinang,
6 UPR Stanum Hatchery
Ikan Patin
Kampar,Riau
Kota Metro
7 CV. Mika Distrindo
Ikan Patin
Lampung
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP, 2010

Produksi
Benih (ekor)
18.300.000
1.000.000
18.000.000
4.500.000
3.400.000
3.600.000
3.000.000

Studi kasus analisis kelayakan dan strategi pengembangan usaha
pembenihan ikan Patin ini untuk mengetahui tingkat kelayakan dalam usaha
pembenihan ikan Patin. Selain itu untuk mendapatkan strategi guna lebih
meningkatkan usaha kecil menegah pembenihan ikan Patin agar dapat lebih
berkembang dan tumbuh.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka dapat dirumuskan
masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana kegiatan usaha CV. Mika Distrindo dalam menghadapi kendala
proses produksi pembenihan ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) ?
2. Bagaimana

kelayakan

usaha

pembenihan

ikan

Patin

(Pangasius

hypopthalmus) pada CV. Mika Distrindo ?
3. Bagaimana strategi pengembangan usaha pembenihan ikan Patin (Pangasius
hypopthalmus) pada CV. Mika Distrindo ?

6

6

1.3 Tujuan
1. Mengkaji informasi proses produksi pada kegiatan usaha pembenihan ikan
Patin (Pangasius hypopthalmus) CV. Mika Distrindo.
2. Menganalisis

kelayakan

usaha

pembenihan

ikan

Patin

(Pangasius

hypopthalmus) di CV. Mika Distrindo
3. Menyusun strategi pengembangan usaha pembenihan yang paling efektif
untuk memperoleh hasil maksimal.

7

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembenihan Ikan Patin
2.1.1

Karakteristik Ikan Patin
Ikan Patin termasuk ke dalam golongan Pangasidae, yaitu golongan ikan

lele yang banyak terdapat di beberapa negara terutama di Benua Asia. Menurut
Susanto dan Amri (1998), ikan Patin dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum

: Chordata

Kelas

: Pisces

Sub-kelas : Teleostei
Ordo

: Ostariphysi

Sub-Ordo : Siluroidae
Famili

: Pangasidae

Genus

: Pangasius

Spesies

: Pangasius hypophthalmus

Bentuk tubuh ikan Patin memanjang berwarna putih seperti perak dengan
punggung kebiru-biruan. Panjang ikan Patin dapat mencapai 120 cm dan
kepalanya relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala bagian bawah. Pada
sudut mulutnya terdapat dua (2) pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai
indra peraba. Sirip punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah
menjadi patil yang bergerigi. Ikan Patin memiliki sirip ekor yang membentuk
cagak dan bentuknya simetris, sirip duburnya panjang terdiri dari 30-33 jari-jari
lunak, sedangkan sirip perutnya memiliki enam jari-jari lunak. Sirip dada
memiliki 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi
senjata yang dikenal sebagai patil.
Ikan Patin Siam biasa juga disebut Patin Bangkok, atau Lele Bangkok.
Sebutan ini muncul tidak hanya ukurannya yang besar, tetapi juga berasal dari
Bangkok. Ikan Patin dapat hidup baik pada derajat keasaman (pH) 5-9, kandungan
oksigen antara 3-6 ppm, kandungan CO2 antara 9-20 ppm, alkalinitas antara 80250 ppm dan suhu antara 28-30ºC (Khairuman dan Sudenda, 2002)

8

8

Habitat ikan Patin di sungai-sungai yang tersebar di Indonesia, India, dan
Myanmar (Kottelat et al., 1993). Ikan Patin hidup di alam bebas dan biasanya
bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai, atau kali. Ikan ini baru keluar
dari liang persembunyiannya pada waktu malam hari atau ketika hari mulai gelap.
Hal ini sesuai dengan sifat hidupnya yang nocturnal (aktif pada malam hari). Ikan
Patin siam merupakan ikan pemakan segala (omnivora). Secara alami makanan
ikan Patin siam berupa ikan-ikan kecil, detritus, serangga, udang-udangan,
moluska, dan biji-bijian. Berdasarkan jenis makannya yang beragam tersebut oleh
para ahli ikan Patin dikategorikan sebagai ikan omnivore, atau pemakan segala
(Subamia et al., 2003).
Dari segi rasa, daging ikan Patin memiliki karakteristik yang khas. Dari
semua jenis ikan keluarga lele-lelean, ikan Patin merupakan jenis unggulan dan
paling dicari. Dari segi kandungan gizi, nilai protein daging ikan Patin cukup
tinggi yaitu mengandung 68,6 %. Kandungan lemak sekitar 5,85 %, abu 3,5 %
dan air 59,3 % (Mehyuddin, 2010).
Ikan Patin sulit memijah secara alami dan termasuk ikan yang mempunyai
sifat musiman. Ikan ini tidak sanggup melakukan ovulasi karena perkembangan
gonad berhenti pada fase istirahat. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan
yang berbeda dengan sungai sebagai habitat alaminya (Subamia et al., 2003).
Pemijahan ikan Patin dilakukan melalui pemijahan buatan (induced breeding)
melalui bantuan rangsangan hormonal. Hormon yang sering digunakan untuk
memacu ovulasi dan pemijahan adalah kelenjar hipofisa yang diperoleh dari ikan
donor dan hormon sintetik yang banyak dijual di pasaran seperti hormon
Gonadotropin. Hormon ini telah berhasil digunakan untuk merangsang ovulasi
pada jenis-jenis ikan air tawar, payau dan laut. Ovaprim akan bekerja untuk
meningkatkan kadar gonadotropin di dalam darah dan selanjutnya menuju gonad,
sehingga proses ovulasi dapat berjalan cepat. Ovulasi adalah proses runtuhnya
atau lepasnya telur dari dinding ovarium ke rongga ovarium dan siap memijah.
Jika ikan tidak mengalami ovulasi maka tidak terjadi pemijahan (Afrianto dan
Liviawati, 1990).

9

9

2.1.2

Proses Produksi Benih Ikan Patin
Proses produksi atau budidaya adalah kegiatan memelihara (reproduksi,

produksi dan penanganan) organisme spesifik dalam sarana akuatik dengan
lingkungan yang terkontrol. Budidaya juga dapat diartikan sebagai kegiatan
membesarkan organisme dalam air dengan komponen-komponen kimia, fisika dan
biologi lingkungan perairan seperti mutu air dan gizi, baik mutu maupun
kuantitas, hama dan lain-lain (Khairuman dan Amri, 2008).
Guna memperoleh hasil produksi yang tinggi maka diperlukan benih yang
baik. Benih yang digunakan dalam proses budidaya sebaiknya adalah benih yang
memenuhi persyaratan fisik (ukuran, bentuk dan warna) serta tahan dan bebas dari
serangan penyakit. Selain itu benih yang dipilih adalah benih yang mudah
beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan, pertumbuhan cepat dan relatif
mudah diperoleh. Biasanya ukuran benih yang digunakan dalam usaha
pembesaran adalah 1,5-2 inci per ekor.
Penyediaan benih ikan Patin dapat dilakukan dengan dua (2) cara yaitu
dengan menangkap benih yang ada di perairan umum dan dengan memijahkan
ikan pemeliharaan tersebut di kolam, atau dengan cara pembuahan buatan.
Pembuahan buatan biasanya dilakukan terhadap ikan-ikan yang sulit, atau belum
dapat memijah di kolam buatan dengan alasan ketidakcocokan faktor-faktor
ekologis. Teknik pembuahan buatan memberikan kemungkinan meningkatkan
produksi benih tiap induk dan mengendalikan prosesnya setiap saat sesuai dengan
yang dikehendaki.
Teknik pembuahan buatan ini dilakukan dengan menyuntikan hormon
ekstrak yang diperoleh dari kelenjar hipofisa donor ikan mas. Pembuahan telur
dapat dilakukan dengan dua (2) cara, yaitu :
a. Pembuahan alami artinya membiarkan pembuahan terjadi dengan sendirinya
dalam bak pemijahan.
b. Pembuahan buatan artinya membuahi telur-telur yang sengaja diurut keluar
dari induk betina dicampur dengan sperma ikan jantan yang telah dikeluarkan
dari induk jantan yang ditampung dalam suatu wadah. Setelah telur-telur
dibuahi, maka kegiatan selanjutnya adalah menaburkan telur-telur yang telah
dibuahi ke dalam kolam penetasan.

10

10

Ikan Patin termasuk ikan omnivora yang cenderung karnivora, sehingga
kriteria makanan alami yang baik untuk larva ikan Patin adalah terlihat oleh ikan,
melayang-melayang di dalam air, enak dan tidak mengejutkan ikan. Keberhasilan
larva ikan Patin dalam memilih makanan alaminya juga tergantung pada
kombinasi faktor biologi dan fisika, yaitu ukuran makanan alami yang sesuai
dengan bukaan mulut larva, kepadatan makanan, makanan yang bergerak, tingkat
kekurangan air, pergerakan larva dan makanan yang tidak transparan.
Menurut Kordi (2005), selain pakan, sarana yang diperlukan dalam usaha
pembenihan ikan Patin untuk skala kecil berupa :
a. Wadah
Wadah merupakan suatu tempat untuk penetasan dan pemeliharaan telur.
Wadah yang digunakan ada beberapa macam, tergantung fungsinya, yaitu :
1) Akuarium, berfungsi sebagai tempat penetasan telur dan pemeliharaan larva
ikan Patin. Ukuran akuarium yang disarankan adalah (80x40x40) cm3.
2) Kolam pemeliharaan induk berfungsi untuk memelihara induk dengan
ukuran kolam disesuaikan dengan jumlah induk yang dipelihahara dengan
kepadatan adalah 0,25 kg/m2. Ukuran kolam yang biasa digunakan seluas
3x3 m2 dengan kedalaman air 100 cm.
3) Kolam pemberokan berfungsi untuk menempatkan induk hasil seleksi dari
kolam pemeliharaan induk sebagai penyimpanan sementara. Dinding kolam
pemberokan sebaiknya dibuat tidak kasar dan diberi Styrofoam, karena sifat
ikan Patin yang suka menabrak dinding apabila terkejut guna menghindari
induk ikan terluka.
4) Bak penampungan cacing berfungsi untuk menampung cacing rambut yang
merupakan pakan alami bagi benih ikan Patin, dimana bak ini dipertahankan
agar air selalu mengalir dengan kedalaman 10-25 cm.
b. Peralatan lain
Menurut Prahasta dan Masturi (2008), beberapa peralatan penting yang
harus ada dalam usaha pembenihan ikan Patin adalah :
1) Aerator berfungsi untuk menjaga ketersediaan oksigen dalam air.
2) Alat suntik digunakan untuk melakukan penyuntikan atau memasukkan
hormon ke dalam tubuh ikan yang akan dipijahkan.

11

11

3) Kompor berfungsi untuk menjaga kondisi suhu air tetap pada kondisi suhu
yang optimal (30oC), baik sebagai media penetasan telur maupun
pemeliharaan larva dan benih ikan Patin.
4) Baki plastik berfungsi untuk menampung telur hasil pengurutan dan
sekaligus sebagai wadah saat melakukan pembuahan buatan (fertilisasi).
5) Gelas berfungsi untuk menampung dan mengencerkan sperma ikan Patin.
6) Bulu ayam berfungsi untuk mengaduk telur pada proses pembuahan telur.
7) Serokan ikan berfungsi untuk menangkap larva serta benih ikan. Sebaiknya
digunakan serokan yang berbahan halus, agar tidak menimbulkan luka saat
menangkap larva atau benih ikan yang berukuran kecil.
8) Ember atau baskom, berfungsi membantu pemanenan dan pemindahan larva
atau benih ikan Patin dari satu wadah ke wadah yang lainnya. Dianjurkan
untuk

memilih

ember

atau

waskom

yang

bewarna

terang agar

mempermudah pengelolaan larva atau benih.
9) Selang plastik, berfungsi untuk membuang kotoran dan mengganti air pada
media pemeliharaan. Selang yang diperlukan terdiri dari dua (2) ukuran
selang. Selang ukuran kecil (diameter 1 cm) untuk membersihkan kotoran di
akuarium dan memanen larva. Selang berukuran lebih besar (diameter 2 cm)
untuk mengganti air media pemeliharaan.
10) Pompa air, berfungsi untuk mempermudah pengelolaan air di dalam unit
pembenihan ikan Patin.
11) Sumber listrik, merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi berjalannya
usaha pembenihan ikan Patin, khususnya untuk kegiatan penetasan telur dan
pemeliharaan larva.

2.2 Kelayakan Usaha
Prospek pengembangan bisnis dapat dilihat melalui analisis kelayakan
usaha dari pendirian usaha tersebut dan hal ini diperlukan dalam mengambil
keputusan untuk melakukan investasi selanjutnya. Studi kelayakan bisnis
merupakan kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh
dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek (Ibrahim, 2003). Studi
kelayakan usaha bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pihak yang

12

12

terkait dengan usaha tersebut misalnya investor, kreditur dan pemerintah.
Pendirian dan pengembangan usaha layak dilaksanakan ditinjau dari beberapa
aspek antara lain aspek organisasi, aspek pemasaran, aspek teknik/operasi dan
aspek keuangan (Zubir, 2006).
Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menggunakan sejumlah
sumberdaya untuk memperoleh manfaat. Analisis proyek dilakukan untuk
mangambil keputusan dalam menentukan pemilihan investasi yang tepat dari
berbagai alternatif yang dapat dilaksanakan (Pramudya, 2011). Kegiatan ini
membutuhkan biaya yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan dalam
jangka waktu tertentu.
Hal pertama yang dikaji berkaitan dengan analisis kelayakan usaha
meliputi biaya bangunan fisik, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan proyek (Zubir, 2006). Pembangunan sarana
dan prasarana tersebut meliputi:
a. Pembelian tanah (termasuk biaya pematang tanah, pembuatan saluran air,
lapangan parkir, tanaman dan pemagaran).
b. Biaya pembangunan (pabrik, kantor, gudang, mess karyawan, pos satpam dan
bangunan penunjang lainnya).
c. Biaya pembelian mesin-mesin dan pemasangannya (termasuk biaya tenaga
ahli yang digunakan).
d. Biaya instalasi listrik, air dan sebagainya.
e. Biaya pembelian kendaraan.
f. Biaya pembelian peralatan kantor, perabot dan lain lain.
Menurut Ibrahim (2003), faktor-faktor yang perlu dinilai dalam menyusun
studi kelayakan bisnis menyangkut beberapa aspek, yaitu :
a. Aspek pasar dan pemasaran meliputi perkiraan peluang pasar, perkembangan
pasar, penetapan harga dan langkah kebijakan pendukung.
b. Aspek teknik dan teknologi meliputi lokasi usaha/proyek yang direncanakan,
sumber bahan baku, jenis teknologi yang digunakan, kapasitas produksi, jenis
dan jumlah investasi yang diperlukan.
c. Aspek organisasi dan manajemen meliputi bentuk organisasi dan jumlah
tenaga kerja dengan keahlian yang diperlukan.

13

13

d. Aspek ekonomi dan keuangan meliputi perkiraan biaya investasi, perkiraan
biaya operasi dan pemeliharaan, kebutuhan modal kerja, sumber pembiayaan,
perkiraan pendapatan, perhitungan kriteria investasi, break even point, pay
back period, proyeksi laba/rugi, proyeksi aliran kas, dan dampak proyek
terhadap perekonomian masyarakat.
Modal kerja sangat dibutuhkan dalam memulai usaha guna menjalankan
kegiatan operasional perusahaan. Modal kerja adalah dana yang dibutuhkan untuk
operasional perusahaan sehari-hari yang meliputi kebutuhan dana yang tertanam
dalam harta lancar dalam bentuk piutang usaha, persediaan bahan baku, bahan
dalam proses, barang jadi dan bahan penunjang (termasuk bahan bakar), serta
sejumlah kas minimum yang dibutuhkan untuk dana cadangan (Zubir, 2006).
Perhitungan kelayakan usaha yang paling utama didasarkan pada kriteria
Net Present Value (NPV). Inti dari konsep NPV adalah nilai bersih dari arus kas
masuk dan keluar yang dihitung pada saat ini atau periode nol. NPV dapat
dikatakan dapat menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur
investasi (Zubir, 2006). NPV merupakan nilai selisih antara nilai sekarang investasi
dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan
datang (Husnan dan Suwarsono, 2005). Menurut Pramudya (2011), NPV
merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present value) dari manfaat dan
biaya. Jika NPV bernilai positif (NPV > 0), maka proyek layak untuk
dilaksanakan dan sebaliknya jika NPV bernilai negatif (NPV < 0), maka usaha
tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
Kriteria lain yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha adalah
Internal rate of Return (IRR) dan Payback Period (PBP). Analisis IRR akan
mencari pada tingkat bunga berapa akan dihasilkan NPV sama dengan nol,
sedangkan PBP menghitung kapan atau berapa lama NPV akan menjadi nol
(Zubir, 2006). Jika biaya modal (discount rate) suatu usaha lebih besar dari IRR,
maka NPV menjadi negatif sehingga usaha tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan dan sebaliknya.
Presentase keuntungan yang diperoleh atau investasi bersih dari suatu
proyek atau tingkat diskonto yang dapat membuat arus