Studi aplikasi Kalsium dan Boron terhadap pengendalian getah kuning pada buah manggis

STUDI APLIKASI KALSIUM DAN BORON
TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING
PADA BUAH MANGGIS
(Garcinia mangostana L.)

PARLINDUNGAN DOLOK SARIBU

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Aplikasi Kalsium dan
Boron terhadap Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Mei 2011
Parlindungan Dolok Saribu
A 252090031

ABSTRACT
PARLINDUNGAN DOLOK SARIBU. Study of Boron and Calcium
Application to Control Yellow Latex on Garcinia mangostana L. Under
direction of ROEDHY POERWANTO, ANAS D SUSILA dan ADE
WACHJAR.
New and exciting developments in research of mangosten yellow
latex in the past few years greatly contributed to better understanding of
the methode to control gamboge in mangosten fruits. A field experiment
was conducted to understanding and quantifying the effect of boron (B)
and calcium (Ca) application to control yellow latex or gamboges on
manggosten fruit. There are five treatments and one control as follow: (1)
no fertilizer applied as control, (2) 5.79 kg Ca.tree-1.year-1 applied by soil
application (3) 5.79 kg Ca.tree-1.year-1 applied by soil application + 1.553 g
B.tree-1 .year-1 applied by soil application, (4) 5.79 kg Ca.tree-1.year-1
applied by soil application + 0.047 g B.tree-1.year-1 applied by foliar
application, (5) 1.553 g B.tree-1 .year-1 applied by soil application, (6) 0.047

g B.tree-1.year-1 applied by foliar application. The experiment was laid out
on a randomized complete block design. The treatment of 5.79 kg Ca.tree1
.year-1 applied by soil application + 1.553 g B.tree-1 .year-1 applied by soil
application significantly affect to reduced yellow latex in aril till to 0%,
reduced yellow latex scoring in aril, increasing boron content in endocarp.
However they were not significant affect on fruit weight, fruit diameter, fruit
fluident, total soluble solid (TSS), total acid titrated (TAT), Ca in leaves, Ca
in pericarp, B in excocarp, and B in mesocarp.
Key words: boron, calcium, yellow latex.

RINGKASAN
PARLINDUNGAN DOLOK SARIBU. Studi Aplikasi Kalsium dan Boron
terhadap Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.). Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO, ANAS D
SUSILA dan ADE WACJHAR.
Getah kuning merupakan salah satu masalah dan menjadi fakor
pembatas volume ekspor buah manggis nasional. Pengendalian terhadap
pencemaran getah kuning telah dilakukan dalam beberapa studi, tetapi
hasilnya masih terbatas pada penurunan getah kuning pada eksokarp.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aplikasi kalsium (Ca)

dan boron (B) terhadap getah kuning pada buah manggis dalam upaya
mendapatkan perlakuan yang lebih efektif dalam menurunkan
pencemaran getah kuning pada buah manggis. Pelaksanaan percobaan
lapangan dilakukan di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten
Bogor.
Perlakuan yang diterapkan dalam percobaan ini sebanyak 6
perlakuan sebagai berikut: (1) tanpa pupuk sebagai kontrol, (2) 5.79 kg
Ca.pohon-1.tahun-1 melalui tanah (3) 5.79 kg Ca.pohon-1.tahun-1 melalui
tanah + 1.553 g B.pohon-1 .tahun-1 melalui tanah, (4) 5.79 kg Ca.pohon1
.tahun-1 melalui tanah + 0.047 g B.pohon-1.tahun-1 melalui daun, (5) 1.553
g B.pohon-1.tahun-1 melalui tanah, (6) 0.047 g B.pohon-1.tahun-1 melalui
daun. Perlakuan disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan 4 blok penelitian. Setiap unit percobaan terdiri atas 2
tanaman sampel. Pengukuran buah untuk variable bobot, diameter,
kekerasan, padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT), getah
kuning dan preparasi sampel untuk analisis kimia dilaksanakan di
Laboratorium Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor.
Kandungan hara jaringan kulit buah untuk Ca eksokarp, Ca mesokarp, Ca
endokarp, B eksokarp, B mesokarp, B endokarp dan analisis kimia tanah
dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Institut Pertanian

Bogor.
Perlakuan 5.79 kg Ca.pohon-1.tahun-1 melalui tanah + 1.553 g
B.pohon-1 .tahun-1 melalui tanah memberikan pengaruh yang nyata lebih
tinggi terhadap penurunan pencemaran getah kuning pada aril hingga 0%.
Perlakuan 5.79 kg Ca.pohon-1 .tahun-1 melalui tanah + 1.553 g B.pohon-1
.tahun-1 melalui tanah juga memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap penurunan skor getah kuning aril buah dan peningkatan
kandungan B di endokarp. Hasil tersebut sejalan dengan perbaikan sifatsifat kimia tanah yang mendapat perlakuan 5.79 kg Ca.pohon-1 .tahun-1
melalui tanah + 1.553 g B.pohon-1 .tahun-1 melalui tanah. Perbaikan sifatsifat kimia tanah tersebut ditandai dengan penurunan pH dan kejenuhan
Al yang diikuti dengan kenaikan hara tersedia (kalsium & boron), kapasitas
tukar kation (KTK), dan kejenuhan basa (KB).
Kata Kunci: getah kuning, boron, kalsium.

©Hak cipta milik IPB, tahun 2011
Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

STUDI APLIKASI KALSIUM DAN BORON
TERHADAP PENGENDALIAN GETAH KUNING
PADA BUAH MANGGIS
(Garcinia mangostana L.)

PARLINDUNGAN DOLOK SARIBU

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011


Judul Tesis : Studi Aplikasi Kalsium dan Boron terhadap Pengendalian Getah
Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
Nama
: Parlindungan Dolok Saribu
NIM
: A252090031

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc.
Ketua

Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S.
Anggota.

Dr. Ir. Anas D. Susila, M.Si.
Anggota


Diketahui

Ketua Program Studi

Dekan Sekolah Pasca Sarjana

Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.Si.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc, Agr.

Tanggal Ujian: 12 Mei 2011

Tanggal Lulus: 26 Mei 2011

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Darda Effensi, M.Si.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2009 ini adalah getah
kuning, dengan judul Studi Aplikasi Kalsium dan Boron terhadap Pengendalian
Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.).
Ucapan terimakasih kepada:
- Bapak Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc, Dr. Ir. Anas D. Susila, M.Si,
dan Dr. Ir. Ade Wacjhar, M.S selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan dan saran.
- Prof. Bernie Dell, Ph.D (Professor of Murdoch University) atas pemberian
literatur dan bahan-bahan peneltian ini.
- Hibah Pascasarjana atas bantuan dana

sesuai kontrak Nomor:

9/13.24.4/SPK/PD/2010 dan juga kepada ACIAR (Australian Centre for
International Agriculture Research) atas tambahan bantuan dana dalam
bentuk kerjasama ACIAR – Indonesia.
- Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor (IPB)
dan Petani Manggis di Dusun Cengal, Desa Karacak, Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
- Seluruh keluarga dan teman-teman AGH 2009, atas segala dukungan

dan doanya.

Bogor, Mei 2011
Parlindungan Dolok Saribu

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Morawa pada tanggal 15 Februari 1973 dari
ayah Turman Dolok Saribu dan ibu Hj. Norma Sirait. Penulis merupakan anak ke
delapan dari sepuluh bersaudara. Pada tahun 1991 penulis lulus dari SMA
Negeri Porsea, Sumatera Utara dan pada tahun yang sama masuk perguruan
tinggi di Universitas Islam Riau. Penulis memilih Program Studi Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi
asisten mata kuliah Matematika Dasar pada tahun ajaran 1992/1993.
Sejak bulan Agustus 1996 hingga Juni 2005, penulis bekerja di lingkungan
Raja Garuda Mas Group bidang Hutan Tanaman Industri sebagai Senior Staff
Research and Development Department yang ditempatkan di wilayah Sumatera
Utara dan Riau. Bulan Juli 2005 hingga Juli 2009 penulis bekerja di lingkungan
Sinarmas Forestry sebagai Senior Manager di Research and Development
Department yang ditempatkan di wilayah Jambi (2005-2007) dan Kalimantan
Barat (2007-2009). Selama bekerja penulis memiliki tugas pokok dalam

mengembangkan Hutan Tanaman Industri dibidang nursery (pembibitan),
plantation (penanaman dan pemeliharaan), site matching (kesesuaian lahan),
dan budgeting (anggaran).
Pada tahun 2009 penulis mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan diterima sebagai mahasiswa pada
Program Studi Agronomi. Selama mengikuti program S2, penulis menjadi asisten
praktikum mata kuliah Dasar Hortikultura tahun ajaran 2010/2011.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................


xii

PENDAHULUAN.............................................................................................
Latar Belakang ........................................................................................
Tujuan .....................................................................................................
Hipotesis .................................................................................................

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................
Botani Tanaman Manggis .......................................................................
Ekspor Manggis dan Kendalanya ............................................................
Pencemaran Getah Kuning .....................................................................
Peranan Kalsium.....................................................................................
Peranan Boron ........................................................................................
Upaya Pengendalian Getah Kuning ........................................................

3
3
3
4
5
7
9

BAHAN DAN METODE...................................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................
Alat dan Bahan .......................................................................................
Metode Penelitian ...................................................................................
Pelaksanaan ...........................................................................................
Pengamatan............................................................................................

11
11
11
11
12
13

HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................
Sifat Kimia tanah....................................................................................
Pencemaran Getah Kuning....................................................................
Skor Getah Kuning ................................................................................
Kandungan Boron di Perikarp ................................................................
Kandungan Kalsium di Perikarp .............................................................
Faktor yang Mempengaruhi Getah Kuning.............................................
Kandungan Kalsium di Daun .................................................................
Kandungan Boron di Daun.....................................................................
Kualitas Fisik Buah ................................................................................
Kualitas Kimia Buah...............................................................................

19
19
20
22
24
26
27
28
29
30
31

SIMPULAN DAN SARAN................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 33
LAMPIRAN ..................................................................................................... 37

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Produksi dan volume ekspor buah manggis Indonesia ........................... 4
2 Sifat-sifat kimia tanah 12 minggu setelah aplikasi perlakuan .................. 19
3 Buah manggis layak ekspor berdasarkan pencemaran getah kuning ..... 20
4 Skor getah kuning pada buah manggis 12 minggu setelah perlakuan .... 23
5 Rata-rata kandungan boron pada perikarp buah manggis 12 minggu
setelah perlakuan. .................................................................................. 24
6 Rata-rata kandungan kalsium pada perikarp buah manggis 12
minggu setelah perlakuan…. .................................................................. 27
7 Hubungan regresi total pencemaran dan intensitas pencemaran
getah kuning di aril buah terhadap kalsium dan boron di perikarp
berdasarkan model regresi linier ............................................................. 27
8 Rata-rata kandungan kalsium daun pada 0 & 10 minggu setelah
perlakuan................................................................................................ 28
9 Rata-rata kandungan boron daun pada 0 & 10 minggu setelah
perlakuan................................................................................................ 29
10 Kualitas sifat fisik buah manggis 12 minggu setelah perlakuan............... 30
11 Kualitas sifat kimia buah manggis 12 minggu setelah perlakuan............. 31

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Alur penentuan kadar ATT buah manggis….......................................... 14

2

Alur penentuan kandungan kalsium tanah .......................................... 15

3

Alur penentuan kandungan kalsium daun………................................. 16

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Layout percobaan ............................................................................... 38

2

Indeks kematangan buah manggis ...................................................... 39

3

Hasil analisis tanah sebelum perlakuan .............................................. 40

4

Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah .............................................. 41

5

Rekapitulasi sidik ragam untuk peubah yang diamati .......................... 42

6

Rekapitulasi uji regresi untuk peubah yang diamati ............................. 43

7

Data cuaca Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten
Bogor .................................................................................................. 44

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Buah manggis merupakan komoditas ekspor yang menghasilkan devisa
bagi negara. Selama priode 2003 - 2008 nilai devisa yang diperoleh dari ekspor
buah manggis mencapai 33.4 juta USD (Ditjen Hortikultura 2009). Nilai tersebut
masuk dalam urutan kedua setelah buah nenas, namun masih berpeluang untuk
ditingkatkan mengingat pangsa pasar yang luas serta belum ada pembatasan
kuota untuk ekspor buah manggis.
Selama kurun waktu lima tahun terakhir volume ekspor buah manggis
belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Ditjen Hortikultura (2009)
melaporkan bahwa volume ekspor buah manggis periode 2003 – 2008 tercatat
45 076 ton atau hanya 9.6% dari volume produksi nasional (469 931 ton).
Periode yang sama ekspor buah nenas telah mencapai 13% dari produksinya
(Ditjen Hortikultura 2009). Kualitas buah yang tidak memenuhi standar mutu
merupakan salah satu penyebab rendahnya persentase ekspor buah manggis
(Deptan 2009).
Buah manggis layak ekspor harus memenuhi standar buah kelas super
yang memiliki kriteria kulit buah yang mulus, tidak cacat, baik mikrobiologis
maupun cacat mekanis, maksimum kecacatan burik dan getah kuning 5% (BSN
2009). Buah yang tercemar getah kuning tersebut menjadi tidak layak ekspor
karena penampilan buah menjadi buruk, buah menjadi keras, dan rasanya
menjadi pahit (Mansyah et al. 2007). Qosim (2007) menyatakan kerusakan pada
buah manggis akibat pencemaran getah kuning mencapai 20% dari produksi.
Berdasarkan studi terbaru penyebab pencemaran getah kuning pada buah
manggis diketahui akibat pecahnya saluran sekretori getah kuning pada wilayah
lamela tengah (Dorly et al. 2009). Kerusakan pada saluran getah kuning terjadi
akibat dinding sel epitel penyusun saluran sektretori kekurangan kalsium (Dorly
et al. 2009). Ini sejalan dengan Poovarodom dan Boonplang (2008) yang
melaporkan bahwa defisiensi kalsium dapat meningkatkan cemaran getah kuning
pada buah manggis.
Wulandari dan Poerwanto (2010) menemukan dosis aplikasi 4.05 ton
Ca/ha (17.5 ton dolomit/ha) melalui tanah berpengaruh nyata terhadap
penurunan getah kuning pada kulit buah manggis, namun tidak untuk aril buah.
Sejalan dengan itu Dorly (2009) melaporkan bahwa aplikasi dolomit 4.17 ton

2
Ca2+/ha (18 ton dolomit/ha) dan 5.56 ton Ca2+/ha (24 ton dolomit/ha) pada tahun
ke-1 dan 4.05 ton Ca2+/ha (17.5 ton dolomit/ha) pada tahun ke-2 melalui tanah
dapat menurunkan getah kuning pada kulit buah, namun tidak untuk aril buah.
Barasa (2009) melaporkan bahwa penyemprotan 10 ml larutan kalsium klorida
per buah pada konsentrasi CaCl 2 5 g/l, 15 g/l, 22,5 g/l, 30 g/l dapat menurunkan
pencemaran getah kuning pada perikarp dan aril buah manggis. Aplikasi Ca Mg
(CO3)2 melalui tanah (Wulandari dan Poerwanto 2010) dan aplikasi CaCl2 dengan
penyemprotan per individu buah (Barasa 2009) telah memberikan informasi
berharga untuk menemukan metode yang efektif dalam menekan pencemaran
getah kuning.
Unsur lain yang memiliki fungsi dalam menjaga integritas dinding sel
adalah boron. Pada buah apel dan pear defisiensi B mengakibatkan kerusakan
jaringan pada daging buah dan menjadi berwarna kecoklatan (Dear dan Weir
2004).

Dalam

fase

pertumbuhan

boron

berfungsi

dalam

pembelahan,

pembesaran sel (Dear dan Weir 2004), dan sebagai regulator fungsi membran
(Dell dan Malajczuk 1995). Aplikasi pupuk boron yang diberikan melalui tanah
secara nyata meningkatkan kandungan B pada daun dan menurunkan gumosis
pada bagian ranting tanaman mangga (Nartvaranant et al. 2002).
Mengingat pentingnya upaya peningkatan volume ekspor buah manggis
maka pengendalian atas kejadian pencemaran getah kuning merupakan prioritas
guna mendapatkan buah manggis dengan kualitas ekspor. Untuk itu dipandang
perlu melakukan

studi pengendalian getah kuning yang menggunakan

pendekatan aplikasi kalsium dan boron pada tanaman manggis.
Tujuan
1.

Mempelajari pengaruh aplikasi kalsium (Ca) dan boron (B) terhadap getah
kuning pada buah manggis.

2.

Mendapatkan perlakuan yang lebih efektif dalam menurunkan pencemaran
getah kuning pada buah manggis.
Hipotesis
Aplikasi kalsium dan boron dapat menurunkan pencemaran getah kuning

pada buah manggis.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Manggis
Manggis (Garcinia mangostana L.) pada umumnya dikenal sebagai
tanaman budidaya dan merupakan hasil silangan alotetraploid dari spesies liar
Garcinia hombroniana dengan Garcinia malaccensis (Janick dan Paull 2008).
Tjitrosoepomo (1994) menguraikan taksonomi tanaman manggis sebagai berikut:
divisi spermatophyta (tumbuhan berbiji), kelas Dicotyledonae (biji berkeping dua),
ordo Guttiferales atau Clusiales, famili Guttiferae atau Clusiaceae, genus
Garcinia, spesies Garcinia mangostana L. Kulit buah manggis memiliki ciri khas:
permukaan luar yang halus, memiliki ketebalan 4-8 mm, keras, berwarna ungu
kecoklatan pada bagian luarnya, dan mengandung getah kuning yang pahit
(Yaacob dan Tindall 1995). Famili Gutifera mengandung getah pada hampir
seluruh bagian tanaman (Tjitrosoepomo 1994).
Tanaman manggis dapat tumbuh dan berpoduksi baik tanaman manggis
pada kondisi curah hujan merata sepanjang tahun 1 500 – 2 500 mm/tahun,
kelembaban udara sekitar 80%,

suhu rata-rata berkisar antara 25–300C,

naungan 40-70%, dan pH tanah kisaran 5.5-7.0 dengan iklim kering pendek
(Yaacob dan Tindall 1995).

Tanah lempung berpasir, gembur dan banyak

mengandung bahan organik merupakan media tumbuh yang baik untuk tanaman
manggis. Menurut Yaacob dan Tindall (1995) untuk mendukung fungsi sistem
perakaran tanaman manggis yang lemah diperlukan permeabilitas tanah yang
baik dengan kelembaban tinggi

baik

pada saat seedling maupun setelah

tanaman dewasa.
Buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang dikenal sebagai Queen of
Tropical fruit memiliki rasa yang lezat, unik, serta indah saat disajikan (Rai dan
Poerwanto 2008). Buah manggis dengan kulit buah yang mulus dan daging buah
putih bersih tanpa getah kuning merupakan keinginan pelaku agribisnis
(Mansyah et al. 2007). Pangsa pasar ekspor buah manggis sangat luas meliputi
kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah dan Eropa dengan negara tujuan ekspor:
Malaysia, Singapura, Taiwan, China, Hongkong, Arab Saudi, Belanda, Jerman
(Mansyah et al. 2007).
Ekspor Manggis dan Kendalanya
Sebagai salah satu komoditas ekspor unggulan nasional, buah manggis
mampu menghasilkan devisa bagi negara . Selama periode ekspor 2003 - 2008

4
nilai devisa yang diperoleh dari ekspor buah manggis mencapai 33.4 juta USD
(Ditjen Hortikultura 2009). Data pada Tabel 1 juga menunjukkan bahwa nilai
devisa yang telah diperoleh dari ekspor manggis pada dasarnya masih
berpeluang untuk ditingkatkan. Menurut Ditjen Hortikultura (2009) dari 469 931
ton volume produksi buah manggis pada periode produksi tahun 2003-2008
hanya 45 076 ton saja yang diekspor. Ini berarti hanya 9.6% saja buah manggis
yang dapat diekspor pada periode tersebut.
Tabel 1 . Produksi dan volume ekspor buah manggis Indonesia
Tahun
Item
2003
Produksi (ribu ton)

2004

2005

2006

2007

2008

79.1

62.1

64.7

72.6

112.7

78.7

Volume Ekspor(ribu ton)

9.3

3.0

8.5

5.7

9.1

9.5

Nilai Ekspor(Juta USD)

9.3

3.3

6.4

3.6

4.9

5.8

Sumber: - Ditjen Hortikultura 2009

Menurut Ditjen Hortikultura (2009) hanya buah manggis yang memiliki mutu
paling baik atau kualitas super yang layak untuk diekspor. BSN (2009) memberi
batasan untuk buah manggis kelas super dengan mutu kulit buah mulus tidak
bercacat mikrobiologis maupun cacat mekanis dengan toleransi kecacatan untuk
burik dan getah kuning tidak lebih dari 5%. Dengan demikian hanya buah
manggis dengan mutu paling baik yang dapat diekspor.
Salah satu masalah yang sejak dahulu terdapat pada buah manggis adalah
gamboge yang ditandai dengan adanya cairan getah kuning yang mencemari
kulit di permukaan luar dan daging buah manggis (Yaacob dan Tindall 1995).
Bagi para pelaku agribisnis getah kuning yang mecemari buah merupakan salah
satu masalah penting karena mengakibatkan penurunan kualitas buah manggis
(Mansyah et al. 2007). Pencemaran yang diakibatkan getah kuning pada buah
manggis menjadikan rasa daging buah menjadi tidak enak dan penampilan buah
menjadi kurang menarik (Mansyah et al. 2007).
Pencemaran Getah Kuning
Getah kuning merupakan gummi resin yang dijumpai pada berbagai
tanaman dari suku Guttiferae (Tjitrosoepromo 1994). Sebagai famili Guttiferae
tanaman manggis memiliki getah kuning hampir di seluruh tubuh atau organ

5
tanaman manggis. Gummi resin terdapat pada ruang-ruang skizogen dalam
korteks, floem, daun, bunga dan biji pada tanaman dari family Guttiferae atau
Clusiaceae (Tjitrosoepromo 1994). Getah kuning pada dasarnya diproduksi oleh
tanaman untuk keperluan metabolisme dan sistem pertahanan tanaman (Dorly
2009). Keluarnya getah kuning yang diakibatkan oleh kerusakan saluran resin,
akan mencemari jaringan lain yang ada di sekitar saluran tersebut.
Kerusakan saluran apitel pada tanaman manggis dapat mengakibatkan
keluarnya getah kuning dan mengakibatkan pencemaran aril dan perikarp buah
manggis (Asano et al. 1996). Pencemaran oleh getah kuning pada buah manggis
dapat terjadi pada buah yang masih muda maupun yang sudah masak (Junaidi
2003).

Dorly et al. (2008) mengembangkan pengetahuan tentang penyebab

kerusakan pada dinding sel epitel dan menduga pecahnya saluran sekretori
sebagai akibat konsentrasi kalsium yang rendah pada dinding sel epitel.
Rusaknya

saluran

getah

kuning juga dapat

terjadi akibat faktor

perkembangan buah. Perbedaan perkembangan aril dan biji dengan kulit buah
selama pertumbuhan mengakibatkan kerusakan saluran getah kuning (Dorly et
al. 2008). Dugaan penyebab pencemaran getah kuning adalah

perubahan

tekanan turgor akibat terjadinya perubahan air tanah yang fluktuatif dan ekstrim.
Peningkatan serapan air yang ekstrim oleh akar tanaman menyebabkan dinding
sel saluran getah kuning pecah dan mengeluarkan cairan getah berwarna kuning
(Deptan 2009).
Dugaan lain terhadap penyebab getah kuning adalah akibat benturan dan
gangguan serangga. Mansyah et al. (2007) melaporkan adanya pencemaran
getah kuning pada kulit buah yang terjadi akibat kerusakan mekanis berupa
gesekan atau benturan. Kerusakan saluran getah kuning juga dapat disebabkan
oleh hama dan penyakit (Deptan 2009). Pada tanaman mangga juga ditemukan
getah (ooz) yang keluar dari dari celah percabangan atau ranting tanaman.
Keluarnya ooz dari tanaman mangga yang sedang berkembang disebabkan
defisinesi hara B pada tanaman tersebut (Nartvaranant et al. 2002).
Peranan Kalsium
Kalsium merupakan penyusun dinding sel terutama sebagai substansi
perekat Ca-pektat (Gardner et al. 1991). Peranan Ca-pektat merupakan bahan
perekat antara dinding sel yang satu dengan dinding sel yang lain (Marschner
1995) dan menguatkan dinding sel dalam lamela tengah (Dwidjoseputro 1983).
Peranan lain dari kalsium sangat penting dalam perpanjangan dan pembelahan

6
sel (White 2001). Sejalan dengan itu Taiz dan Zeiger (2006) menyebutkan
kalsium merupakan unsur penting penyusun dinding sel. Hal ini menurut Taiz
dan Zeiger (2006) berkaitan dengan peranan penting Ca2+ sebagai penghubung
rantai pektin pada struktur dinding sel.
Keberadaan kalsium dalam sel tanaman dapat berupa ikatan pada wilayah
appoplasmik, sebagai hara tersedia pada dinding sel maupun terikat pada
permukaan luar plasma membrane (Marschner 1995). Kebutuhan tanaman
tingkat tinggi akan kalsium tergolong besar, dimana pada biomasa tanaman
sehat mengandung kisaran 0.1-1% Ca (White 2001). Dibandingkan dengan
tanaman monokotil, tanaman dikotiledon membutuhklan kalsium yang lebih besar
(Islam et al. 1987).
Di dalam tanaman unsur kalsium dalam keadaan immobil

atau tidak

dapat diretranslokasi ke bagian lain dalam tanaman (Dwidjoseputro 1983).
Gardner et al. (1991) mencirikan kalsium sebagai unsur yang tidak dapat
didistribusikan kembali ke jaringan yang lebih muda sehingga daun muda dan
buah yang sedang berkembang secara penuh bergantung pada pengiriman Ca
dalam aliran transpirasi dari xilem. Transport kalsium dalam sistem perakaran
dapat terjadi secara paralel melalui lintasan simplasmik (untuk kebutuhan akar
dan signal sel) dan appoplasmik (untuk kebutuhan tajuk dan buah) (White 2001).
Kandungan kalsium pada dinding sel buah akan terus meningkat selama
perkembangan buah dan akan menurun menjelang pemasakan (Rigney dan
Wills 1981). Dalam perkembangan buah manggis ada tiga stadia yaitu: stadia I
(1-4 minggu setelah antesis), stadia II (5-13 msa) dan stadia III (14-15 msa)
(Poovarodom 2009). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan
kalsium tidak berhenti pada awal perkembangan buah manggis tetapi berlanjut
hingga buah dipanen (Poovaradom 2009).
Defisiensi kalsium merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
cemaran getah kuning pada buah manggis yang disebabkan kebutuhan kalsium
yang tidak terpenuhi pada bagian buah (Dorly 2009). Rendahnya konsentrasi
kalsium pada buah tidak hanya disebabkan defisiensi kalsium maupun
rendahnya penyerapan kalsium, namun dapat juga disebabkan oleh rendahnya
kemampuan akar dalam menyerap kalsium untuk didistribusikan melalui floem.
Oleh karena itu upaya meningkatkan kandungan kalsium tanah merupakan salah
satu cara yang dapat dilakukan dalam mengurangi cemaran getah kuning buah
manggis (Dorly 2009). Pemberian kalsium melalui tanah untuk meningkatkan

7
kandungannya pada buah manggis secara efektif seharusnya tidak dibatasi pada
periode awal setelah fruit set tetapi diperpanjang sampai panen (Poovarodom
2009).
Pengapuran pada tanah masam di wilayah tropis bertujuan untuk
menurunkan kelarutan Al dan meningkatkan ketersediaan hara kalsium serta
hara esensial lainnya dalam tanah (Hakim et al. 1986). Cekaman alumanium
mengakibatkan penurunan kandungan kalsium pada dinding sel tanaman
gandum (Hossain et al. 2005). Kelarutan Al yang menurun akan menjadikan
lingkungan pertumbuhan yang lebih baik bagi akar untuk tumbuh dan
berkembang, sehingga meningkatkan daya serap hara (Hakim et al. 1986). Pada
tanah masam dengan kejenuhan Al tinggi peningkatan aplikasi kapur maupun
boron dapat memperbaiki pertumbuhan akar tanaman dikotiledon (Shorrocks
1997; Blevins dan Lukaszewski 1998). Ada dua kation yang cocok untuk
digunakan dalam mengurangi kemasaman tanah atau dalam menaikkan pH
tanah yakni Ca2+ dan Mg2+ (Hakim et al.1986).
Peranan Boron
Boron (B) adalah salah satu dari 16 unsur hara penting untuk
pertumbuhan tanaman (Joham 1986). Konsentrasi boron dalam batuan berkisar
antara 5-10 mg/kg dalam batuan (Shorrocks 1997). Di dalam tanah B dapat
berbentuk sebagai mineral primer (mika dan tourmaline), mineral sekunder
(terjerap oleh liat dan bahan organik). Disamping itu B juga dapat ditemukan
dalam larutan (boric acid dan borate anion) dan

dalam bahan organik serta

biomas mikroba (Shorrocks 1997).
Boron tersedia dengan baik dalam tanah pada kisaran pH 5.5-7.5
(Marschner 1995), kelembaban tanah 50 – 100% (Goldberg 1997). Pada kondisi
pH rendah boron terjerap oleh Al dan pada pH tinggi terjerap oleh liat tanah
(Shorrocks 1997). Dalam kondisi tanah yang lembab penyerapan unsur boron
akan lebih baik (Dear dan Weir 2004). Untuk dapat tersedia dengan baik pada
wilayah permukaan rambut-rambut akar dapat terjadi melalui tiga meknisme:
(1) intersepsi akar, (2) aliran masa, (3) diffusi (Hakim et al. 1986).
Mekanisme pergerakan hara pasca serapan oleh akar terjadi sesuai
dengan regulasi sistem transportasi jarak pendek yakni melalui sistem
transportasi simplas dan melalui sistem transportasi appoplas (Gardner et al.
1991). Pergerakan unsur boron dalam sistem simplas akar difasilitasi oleh chanel
MIP (major instrinsic protein) dan ion transforter BOR (Tanaka and Fujiwara

8
2007). Dalam sistem apoplas boron yang diserap oleh akar tanaman bergerak
sesuai dengan aliran transpirasi dan terakumulasi pada daun dan batang
(Blevins dan Lukaszewski. 1998). Ini sesuai dengan Marschner (1995) yang
menyampaikan bahwa pengakutan atau distribusi boron dalam tanaman sangat
dipengaruhi oleh besarnya transpirasi yang terjadi pada tajuk.
Mekanisme difusi yang merupakan transpor pasif terjadi saat kandungan
B tinggi pada larutan eksternal (Brown et al. 2002). Sementara mekanisme
transport aktif ditandai dengan terekspresinya canel MIP (Takano et al. 2006)
atau transporter BOR1 (Nakagawa et al. 2007). BOR1 merupakan transporter
yang fungsinya sangat penting dalam translokasi boron dari akar menuju tajuk
saat terjadi defisiensi (Johansen et al. 2006).
Dalam sel tanaman unsur boron banyak ditemukan pada wilayah
apoplasmik dalam bentuk B(OH)3 ( Yamauchi et al. 1986). Umumnya B dalam
tanaman terdapat pada dinding sel (Dell dan Malajczuk 1995). Jumlah boron
yang ada pada dinding sel hampir 90% boron yang ada di dalam sel tanaman
(Loomis dan Durst 1992).
Blevins dan Lukaszewski (1998) mengemukakan bahwa di dalam
tanaman boron sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman dan memiliki pengaruh yang nyata terhadap kualitas hasil dari produk
buah-buahan, sayuran, kacangan, dan gabah. Unsur boron berperan dalam
menstabilkan dinding sel pada tanaman (Huang et al. 2008). Secara struktural
peranan boron sangat erat dalam pembelahan dan pembesaran sel pada bagian
tanaman yang sedang tumbuh atau berkembang (Dear dan Weir 2004).
Isolasi terhadap pectin RG-II-B complexes merupakan langkah awal
pendalaman pemahaman atas mobilisasi dan status kimia B pada dinding sel
tanaman (Blevins dan Lukaszewski 1998). Menurut Iwai et al. (2006) boron
berfungsi

untuk

menstabilkan

dinding sel melalui

pembentukan borate

rhamnogralacturonan II (RG-II) yang secara struktural merupakan komplek pectic
polycaccharide pada dinding sel primer. Kompleks borate rhamnogalacturonan II
dan galactosylated xyloglucan berfungsi dalam memperkuat tegangan dinding sel
(Ryden et al. 2003). Boron cross-link dengan glycolproteins pada membran sel
dan diduga kuat mengatur sifat fisik yakni ketidakstabilan membrane (Bell dan
Dell 2008). Pembentukan cross-link pada pektin boron juga dapat menjaga Ca
pada dinding sel (Clarkson dan Hanson 1980).

9
Defisiensi boron mengakibatkan ketidakteraturan dinding sel dan
terhambatnya pertumbuhan tanaman (Johansen et al. 2006). Pada buah apel
dan pear defisiensi mengakibatkan kerusakan atau penyumbatan jaringan pada
daging buah sehingga terlihat menjadi berwarna kecoklatan (Dear dan Weir
2004). Disamping itu juga mengakibatkan perkembangan buah tidak sempurna
dan merusak keteraturan pada kulit serta daging buah (Dear dan Weir 2004).
Richard (2009) menyatakan bahwa defisiensi B pada tanaman mangga
dapat mengakibatkan kerusakan buah dan menunjukkan warna kecoklatan pada
mesokarpnya. Hal ini diduga berkaitan dengan ketersediaan B dalam
pembentukan cross link pada pektin. Menurut Carpita dan Gibeaut (1993)
perubahan komposisi penyusun utama cross links pada dinding sel (cellulosic
polymers dan matrix polymers seperti hemicellulosic dan Pectic polysaccharides)
dapat mengakibatkan perubahan sifat mekanika dinding sel yang sedang tumbuh
atau berkembang.
Defisiensi boron akan lebih terekspresi pada tanaman saat tanah dalam
kondisi kering atau kelembaban yang sangat rendah (Dear dan Weir 2004). Pada
tanaman tomat defisiensi boron dapat mengakibatkan rendahnya kandungan
kalsium pada tanaman tomat (Yamauchi at al. 1986).
Huang et al. (2008) menemukan adanya mobilisasi boron yang ditandai
dengan adanya retranslokasi

11

B dari daun tua menuju organ reproduksi pada

tanaman white lupin yang terjadi melalui ploem dan silem.

Hasil penelitian

Huang et al. (2008) menemukan bahwa peningkatan kebutuhan unsur B saat
pembungaan dapat meningkatkan rentraslokasi [11B] boron dari daun tua menuju
organ yang sedang tumbuh dengan aktif. Peningkatan tersebut terjadi bila suplai
B yang berasal dari hasil serapan akar sangat minim. Boron tergolong sebagai
unsur yang sulit untuk dimobilisasi oleh sebab itu, perlu suplai yang cukup
sepanjang pertumbuhan tanaman (Dear dan Weir 2004).
Upaya Pengendalian Getah Kuning
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan adanya peranan Ca dalam
menekan tingkat kejadian getah kuning pada buah manggis. Wulandari dan
Poerwanto (2010) melaporkan bahwa aplikasi kalsium dosis 4.05 ton Ca2+/ha
(17.5 ton dolomit/ha) nyata lebih tinggi

menurunkan getah kuning pada kulit

buah manggis dibandingkan dengan kontrol (0.0 ton Ca2+/ha), namun demikian
perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan getah kuning
pada aril (daging) buah.

10
Dari hasil penelitian Wulandari dan Poerwanto (2010) juga diketahui bahwa
pemberian dolomit

sebagai salah satu sumber kalsium cenderung dapat

meningkatkan kandungan kalsium daun manggis. Hal ini disebabkan kalsium
yang diserap oleh akar lebih dahulu ditranslokasikan ke bagian daun (Wulandari
dan Poerwanto 2008). Temuan tersebut diperkuat oleh Dorly (2009) yang
melaporkan bahwa perlakuan 4.17 ton Ca2+/ha (18 ton dolomit /ha) dan 5.56 ton
Ca2+/ha( 24 ton dolomit /ha) tahun ke-1 dan 4.05 ton Ca2+/ha (17.5 ton dolomit
/ha) ditahun ke-2 dapat menurunkan getah kuning pada kulit buah namun tidak
untuk aril buah.
Barasa (2009) melakukan aplikasi Ca melalui buah

dan menemukan

bahwa persentase kandungan kalsium kulit buah manggis pada penyemprotan
22.5 gram kalsium klorida lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (tidak diberi
CaCl 2). Barasa (2009) juga dilaporkan

bahwa penyemprotan kalsium klorida

pada buah manggis nyata menurunkan getah kuning baik pada kulit buah
maupun pada aril buah manggis dibandingkan dengan kontrol (tanpa pemberian
CaCl 2 ).
Penggunaan boron dalam mengendalikan gummosis juga telah dilaporkan
oleh peneliti terdahulu. Aplikasi pupuk B melalui tanah meningkatkan kandungan
boron sebesar 93.6% pada daun tanaman mangga varietas Khieo Sawoei dan
75.6 % pada daun tanaman mangga varietas Nam Dok Mai setelah lima bulan
perlakuan (Nartvaranan et al. 2002). Untuk memperbaiki kekurangan boron pada
tanaman mangga dapat dilakukan dengan aplikasi pupuk boron melalui tanah
(Richard 2009).

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2009 hingga Mei 2010
dengan lokasi percobaan lapangan di kebun manggis Dusun Cengal, Desa
Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Pengukuran fisik buah dan
preparasi sampel untuk analisis kimia dilaksanakan di Laboratorium Pusat Kajian
Buah Tropika Institut Pertanian Bogor. Analisis kimia tanah dan jaringan daun
tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Institut
Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Percobaan ini menggunakan tanaman manggis yang berumur 12 tahun
dan sedang berbuah. Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari : buah manggis
yang berasal dari hasil panen kebun percobaan, kapur dolomit, pupuk borat
sebagai pupuk B, larutan natrium hidroksida (NaOH) 0.1 N, asam oksalat,
indikator penalphtalein (PP), dan akuades. Sprayer, hand refraktometer dan hand
merupakan alat-alat yang digunakan dalam

penetrometer, digital balance
penelitian ini.

Metode Penelitian
Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) satu faktor
yang terdiri atas 4 ulangan. Jumlah perlakuan yang digunakan sebanyak 6
perlakuan sebagai berikut:
1. tanpa pupuk (sebagai kontrol)
2. 5.79 kg Ca.pohon-1.tahun-1 melalui tanah
3. 5.79 kg Ca.pohon-1.tahun-1 melalui tanah + 1.553 g B.pohon-1.tahun-1 aplikasi
melalui tanah
4. 5.79 kg Ca.pohon-1.tahun-1 melalui tanah + 0.047 g B.pohon-1.tahun-1 aplikasi
melalui daun
5. 1.553 g B.pohon-1.tahun-1 aplikasi melalu tanah
6. 0.047 g B.pohon-1.tahun-1 aplikasi melalui daun
Penggunaan dosis kalsium 5.79 kg Ca.pohon-1.tahun-1 yang setara dengan
2.89 ton Ca.pohon-1.tahun-1 didasari atas hasil penelitian Wulandari (2008)
dimana aplikasi pada kisaran 3.50-4.05 ton Ca/ha dalam bentuk kapur dolomit

12
dapat menurunkan pencemaran getah kuning pada eksokarp buah manggis.
Hasil tersebut disesuaikan dengan hitungan kalibrasi keefektifan aplikasi
dolomite untuk jarak tanam 5 m x 4 m yang membutuhkan dolomit 25 kg untuk
satu tanaman percobaan yang setara dengan 5.79 kg Ca.pohon-1. Dosis pupuk
B sebesar 1.553 g B.pohon-1 melalui tanah yang setara dengan 0.8 kg B pohon-1
didasari atas rekomendasi pupuk B untuk tanaman Ficus benghalensis L. yakni
0.84 – 1.68 kg B/ha dan tanaman Carya illinoinensis 0.56 – 1.12 kg B/ha (Borax
2009).
Aplikasi pupuk B melalui daun sebesar 0.047 g B/pohon/tahun yang setara
dengan 4.7 ppm didasari hasil peneltian Asad et al (2003) yang menemukan
bahwa penggunaan B pada konsentrasi 3 ppm, 7 ppm dan 13 ppm, melalui daun
dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi Helianthus Annuus L. namun
terjadi kerusakan daun pada konsentrasi 130 ppm. Konsentrasi larutan yang
dianggap aman dan dapat diaplikasikan melalui daun yakni kisaran 3-7 ppm.
Setiap unit percobaan terdiri atas 2 tanaman sampel, sehingga total
tanaman yang digunakan sebanyak 48 tanaman dengan layout percobaan
tercatum pada Lampiran 1. Data dianalisis menggunakan uji F, untuk hasil yang
berbeda nyata dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf 5% (Mattjik & Sumertajaya 2006).
Pelaksanaan
1. Persiapan tanaman .
Deskripsi kebun manggis yang digunakan untuk percobaan sebagai
berikut: memiliki jarak tanam 5 m x 4 m, sedang berbuah dan berumur 12
tahun. Jumlah tanaman sampel yang dibutuhkan dalam percobaan ini
sebanyak 48 tanaman.
2. Pengendalian gulma.
Tujuan pengendalian gulma untuk menghindari terjadinya persaingan
serapan unsur hara antara tanaman percobaan dengan gulma yang ada di
sekitarnya saat percobaan berlangsung. Pengendalian gulma dilakukan
terhadap gulma yang tumbuh kompetitif di bawah tanaman percobaan.
3. Aplikasi perlakuan.
Aplikasi perlakuan dilakukan pada umur buah 1 bulan setelah anthesis.
Sumber kalsium yang digunakan dalam percobaan ini adalah

dolomite

13
[Ca Mg (CO3)2] dengan kandungan Ca sebesar 23.15% dan Mg 17.0%.
Dolomit diaplikasikan pada bidang tabur sesuai proyeksi tajuk tanaman yang
ditabur secara merata. Setelah ditabur ditutup kembali dengan serasah dan
tanah yang berada di sekitar tanaman.
Sumber boron yang digunakan dalam percobaan adalah pupuk borate48 yang mengandung B sebesar 14.9%. Aplikasi pupuk B dilakukan dengan
dua cara yakni melalui tanah dan melalui daun. Aplikasi melalui tanah
dilakukan dengan terlebih dahulu membuat larikan sedalam 10 cm yang
melingkari batang tanaman manggis dengan diameter 2 m. Pupuk borate-48
ditaburkan secara merata sepanjang lubang larikan sekeliling batang pohon
dengan dosis pupuk borate-48 sebesar 10.4 g per pohon. Setelah aplikasi
pupuk larikan ditutup kembali dengan tanah.

Apilkasi B melalui daun

dilakukan dengan terlebih dahulu membuat larutan pupuk. Pembuatan larutan
pupuk dilakukan dengan cara melarutkan 313 mg pupuk borate-48 dalam 10 l
air guna mendapatkan larutan pupuk dengan konsentrasi 4.7 ppm. Larutan
pupuk disemprotkan dengan volume semprot 10 l per tanaman.
4. Pelabelan buah.
Pelabelan dilakukan pada buah yang telah berumur 1 bulan anthesis
(bunga mekar). Pelabelan dimaksudkan untuk menentukan buah yang akan
dijadikan sebagai buah sampel dalam pengamatan.
5. Pemanenan buah.
Buah dipanen ketika telah memenuhi syarat umur pemanenan. Buah
yang dipanen berumur 105 – 114 hari setelah anthesis. Indek kematangan
buah manggis disajikan pada Lampiran 2.
Pengamatan
1. Diameter buah (cm).
Pengukuran diameter buah dilakukan setelah buah anthesis. Pengukuran
dilakukan menggunakan jangka sorong dengan arah horizontal melingkari
buah (diameter transversal).
2. Bobot buah (gram).
Bobot buah ditimbang menggunakan digital balance. Penimbangan ini
meliputi bobot buah secara keseluruhan, bobot kulit dan bobot aril (daging
buah) manggis beserta bijinya.

14
3. Kekerasan kulit buah (kg/det).
Kekerasan
penetrometer.

kulit

buah

Pengukuran

diukur

dengan

kekerasan

kulit

menggunakan
buah

alat

dilakukan

hand
dengan

menusukkan jarum hand penentrometer pada kulit buah manggis. Kekerasan
buah kemudian dilihat pada sekala yang tertera pada alat hand penetrometer.
4. Padatan terlarut total (% brix).
Beberapa sampel buah diambil dari masing-masing perlakuan kemudian
daging buah dari sampel tersebut diukur padatan terlarut total (PTT) dengan
menggunakan alat hand refraktometer. Pengukuran PTT dilakukan dengan
cara memberikan 1 tetes cairan buah manggis pada lensa pembaca hand
refraktometer. Setiap akan melakukan pengukuran, lensa tersebut terlebih
dahulu dikalibrasi dengan menggunakan akuades kemudian dibersihkan
dengan tisu. Angka yang muncul pada layar hand refraktometer merupakan
PTT yang terdapat di dalam buah manggis.
5. Total asam tertitrasi (%).
Pengukuran total asam tertitrasi (%) dihitung melalui asam tertitrasi.
Jumlah NaOH 0.1 N yang terpakai untuk mendapatkan perubahan warna
merah jambu hasil titrasi stabil merupakan angka yang digunakan untuk
pengukuran TAT. Skema pengukuran tertera pada Gambar 1.

Daging buah manggis

10 gram pasta buah ditimbang

Dimasukan ke dalam labu takar 100 ml

Disaring

Diambil 25 ml hasil filtrasi

Dimasukan ke dalam erlenmeyer

Ditambahkan 2 tetes indikator phenalptalein (PP)

Dititrasi mengunakan NaOH 0,1 N

Volume NaOH yang dipakai untuk titrasi dicatat
Gambar 1: Alur penentuan kadar ATT buah manggis.

15
Berdasarkan metode tersebut total asam tertitrasi dalam buah manggis dapat
diketahui yang dihitung menggunakan rumus:
ATT=

ml NaOH x N NaH x fp x 64 x 100 %
mg contoh

Keterangan:
ml NaOH

= volume NaOH yang terpakai pada titrasi

N NaOH

= normalitas NaOH (0,1 N)

Tp

= faktor pengenceran (100/25)

64

= faktor asam dominan

mg contoh

= 10.000 mg

6. Kandungan kalsium dalam tanah, kulit buah, dan daun manggis .
Analisa kandungan kalsium dilakukan pada beberapa sampel tanah,
buah, dan daun yang mewakili masing-masing perlakuan. Analisis ini
dilakukan dengan menggunakan alat AAS (atomic absorption spectrometer)
yang terdapat pada laboratrium Kimia dan Kesuburan Tanah Departemen
Managemen Sumber Daya Lahan, IPB, Bogor. Skema pengukuran tertera
pada Gambar 2.

Sampel Tanah

2 gram sampel tanah ditimbang

2 gr tanah ditambah dengan 40 ml NH4OAC pH 7

Disaring

1 ml hasil filtrasi diambil

Dimasukan ke dalam erlenmeyer

Ditambahkan 8 ml aquades dan 1 ml NH4OAC

Kandungan Ca dibaca dengan menggunakan AAS

Gambar 2: Alur penentuan kandungan kalsium tanah
Proses pengerjaan analisis kandungan kalsium pada kulit buah sama
dengan daun manggis. Skema pengukuran tertera pada Gambar 3.

16

Sampel Daun

Daun dioven daun untuk mendapat berat kering

1 gr berat kering daun ditimbang

Ditambahkan 10 tetes HCl pekat

Disimpan di hot plat sampai kering

Ditambahkan 10 ml HCl 1 N

Disaring

Diambil filtrate 1 ml menggunakan pipet

Ditambahkan 10 ml HCl 1 N dan aquades hingga volume
campuran 50 ml

Kandungan Ca dibaca dengan menggunakan AAS

Gambar 3: Alur penentuan kandungan kalsium daun
7. Pengukuran pH tanah.
Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan pH meter. Metode
yang digunakan dalam hal ini adalah SMP (Schoemaker McLean, dan Pratt)
dimana sampel tanah terlebih dahulu dikocok menggunakan akuades dengan
perbandingan 1 : 2.5, kemudian diamkan selama 30 menit. Tambahkan
larutan SMP buffer ke dalam larutan yang sama dan kocok campuran tersebut
lalu ukur kembali pHnya dengan pH meter. Angka yang terbaca pada pH
meter merupakan pH tanah.
8. Pencemaran getah kuning di eksokarp.
Pengamatan dilakukan dengan menghitung persentase buah manggis
yang memiliki getah kuning skor 1-3 pada eksokarpnya (Wulandari 2008).
Rumus yang digunakan dalam pengamatan adalah sebagai berikut:
% GK ekso= Jumlah buah dengan getah kuning di eksokarp skor 1-3 x 100%
Total buah sampel

17
9. Pencemaran getah getah kuning di aril.
Pengamatan dilakukan dengan menghitung persentase buah manggis
yang memiliki getah kuning skor 1-2 pada aril buah (Wulandari 2008). Rumus
yang digunakan dalam pengamatan adalah sebagai berikut:
% GK aril= Jumlah buah dengan getah kuning di aril skor 1-3 x 100%
Total buah sampel
10. Intensitas pencemaran getah kuning pada eksokarp.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan skor getah kuning yang
digunakan Kartika (2004). Skor getah kuning pada eksokarp adalah sebagai
berikut:
Skor 1 :

baik sekali, kulit buah mulus tanpa tetesan getah kuning.

Skor 2 :

baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering
tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 3 :

cukup baik, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang
mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 4 :

buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran
yang menguning dan membentuk jalur-jalur

Skor 5 :

buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan
membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah warna
buah kusam

11. Intensitas pencemaran getah kuning pada aril.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan skor getah kuning sesuai
dengan Kartika (2004). Skor getah kuning pada aril buah adalah sebagai
berikut:
Skor 1 :

baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah kuning
baik diantara aril dengan kulit maupun di pembuluh buah

Skor 2 :

baik, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil)
karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung
juring.

Skor 3 :

cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning pada
salah satu juring atau diantara juring yang menyebabkan rasa
buah menjadi pahit

18
Skor 4 :

buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik pada ujung
juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan
rasa buah menjadi pahit.

Skor 5 :

buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik diujung juring,
diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa
buah menjadi pahit, warna daging menjadi kuning.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Kimia Tanah
Hasil analisis sampel tanah sebelum perlakuan menunjukkan sifat-sifat kimia
tanah sebagai berikut: pH= 5.4 (sangat rendah), C-Org= 1.54% (rendah),
N-Total= 0.16% (rendah), C/N= 9.75 (rendah), P= 3.73 ppm (rendah), Ca= 0.73
me/100g (sangat rendah), B= 0.79 ppm (sangat rendah), KTK= 12.81% (rendah),
KB= 13.07% (sangat rendah), Al dd= 47.73% (tinggi). Sifat fisik berupa tekstur
tanah dikategorikan liat dengan komposisi pasir= 8%, debu= 18% dan liat= 74%.
Hasil analisis tanah awal disajikan pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil analisa
tanah dapat dikatakan bahwa kondisi awal tanah pada lokasi percobaan memiliki
kesuburan kimia tanah yang rendah. Rincian kriteria penilaian sifat-safat kimia
tanah diuraikan dalam Lampiran 4.
Salah satu penyebab sangat rendahnya ketersediaan kalsium dan boron
adalah kondisi tanah masam yang disertai dengan kelarutan Al yang tinggi.
Tanah masam cenderung memiliki tingkat kejenuhan Al yang tinggi (Hakim et
al.1986). Pada tanah masam dengan pH 5.4 akan terjadi peningkatan okupasi Al
terhadap wilayah cation exchanges pada mineral liat yang seharusnya ditempati
oleh kation Ca atau Mg (Marschner 1995).
Hakim et al. (1986) mengemukakan bahwa tingginya kejenuhan Al pada
rhyzosphera

dapat menurunkan kelarutan hara lain pada lar