Aplikasi pupuk kalsium dan boron untuk mengurangi getah kuning pada buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK
MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH
MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

DHIKA PRITA HAPSARI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi pupuk kalsium
dan boron untuk mengurangi getah kuning pada buah manggis (Garcinia
mangostana L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Dhika Prita Hapsari
NIM A24110187

ABSTRAK
DHIKA PRITA HAPSARI. Aplikasi Pupuk Kalsium dan Boron untuk
Mengurangi Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.).
Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO.
Cemaran getah kuning pada buah manggis menyebabkan rendahnya kualitas
buah manggis. Cemaran getah kuning terjadi akibat lemahnya dinding sel pada
buah. Dinding sel yang lemah disebabkan oleh rendahnya kandungan kalsium dan
boron. Kalsium berfungsi memperkuat integritas dinding sel dan boron berfungsi
menjaga stabilitas dinding sel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kombinasi
pupuk kalsium dan boron dengan dosis yang rendah untuk mengurangi cemaran
getah kuning pada buah manggis. Penelitian ini dilakukan di 3 lokasi kebun
manggis, yaitu Cigudeg, Citeureup, dan Sukabumi, serta analisis sampel di
Laboratorium Pascapanen Institut Pertanian Bogor pada bulan November 2014
sampai dengan Maret 2015. Penelitian dirancang menggunakan Rancangan

Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor, yaitu kombinasi dosis
kalsium dan boron. Perlakuan terdiri atas 5 taraf yang diulang sebanyak 4 kali
dengan setiap ulangan terdiri atas 1 pohon sehingga jumlah pohon manggis yang
dibutuhkan adalah 20 pohon pada masing-masing kebun percobaan. Setiap pohon
terdiri atas 20 sampel buah. Kombinasi dosis pupuk yang digunakan pada
penelitian ini yakni tanpa pupuk (kontrol), 1 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon, 1
kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon, 1.5 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon, dan 1.5 kg
Ca/pohon + 1.553 g B/pohon. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosis yang
paling efektif mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis di ketiga
lokasi percobaan adalah dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon. Aplikasi
kalsium dan boron dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon nyata
menurunkan skor dan persentase cemaran getah kuning pada kulit dan aril buah,
serta tidak mempengaruhi kualitas fisik dan kimia buah manggis.
Kata kunci: dinding sel, hara mineral, kualitas buah, pemupukan

ABSTRACT
DHIKA PRITA HAPSARI. Application of Calcium and Boron Fertilizer to
Reduce Yellow Sap in Mangosteen (Garcinia mangostana L.). Supervised by
ROEDHY POERWANTO.
The yellow sap contamination causes low quality of mangosteen. Yellow

sap contamination occurs due to weak cell walls in the fruit. Weak cell walls
caused by low calcium and boron. Calcium has a function to strengthen the
integrity of the cell wall and boron provide the stability maintenance of the cell
wall. This research aims to examine the combination of calcium and boron with a
low dose to reduce yellow sap contamination in mangosteen. The research was
located in 3 mangosteen orchard in Cigudeg, Citeureup, Sukabumi, and analysis
of samples in Post Harvest Laboratory of Bogor Agricultural University in
November 2014 to March 2015. The research was designed by Randomized
Complete Block Design (RCBD) with one factor of the combination of calcium

and boron dose. The treatment consisted of 5 levels that repeated 4 times with
each repetition consisted of one tree so that the number of mangosteen tree is 20
trees in each experimental orchard. In each tree, 20 fruits were collected randomly.
The combination of fertilizers that used in this research was without fertilizer
(control), 1 kg Ca / tree + 0.047 g B / tree, 1 kg Ca / tree + 1.553 g B/ tree, 1.5 kg
Ca / tree + 0.047 g B / tree , and 1.5 kg Ca / tree + 1.553 g B / tree. The results of
this research indicated that the most effective dose to reduce contamination of
yellow sap in mangosteen in three experimental orchard was a dose of 1.5 kg Ca /
tree + 1.553 g B / tree. The application of calcium and boron at a dose of 1.5 kg
Ca/tree + 1.553 g B/tree significantly reduced scores and percentage of yellow sap

contamination on peel and aryl of fruit, and did not affect the physical and
chemical quality of mangosteen fruits.
Keywords: cell wall, fertilization, fruit quality, mineral nutrient

APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK
MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH
MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

DHIKA PRITA HAPSARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini
berjudul Aplikasi Pupuk Kalsium dan Boron untuk Mengurangi Getah Kuning
pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.).
Penelitian ini didanai oleh Hibah Kompetensi dengan judul penelitian
“Perbaikan Kualitas Buah Manggis dan Mangga sebagai Upaya Peningkatan
Ekspor Buah Tropika Nusantara” dengan Ketua Tim adalah Prof Dr Ir Roedhy
Poerwanto, MSc, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih. Terima kasih juga
penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc selaku pembimbing,
serta Dr Ir Ketty Suketi, MSi dan Dr Edi Santosa, SP, MSi selaku dosen penguji.
Selain itu, terima kasih kepada Ibu Maryati Sari, SP, Msi sebagai dosen
pembimbing akademik, Pak Makmun, Pak Diki, dan Ibu Iis yang bersedia
menjadikan kebun manggisnya sebagai bahan percobaan penulis, serta Pusat
Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), program Beasiswa Utusan Daerah (BUD)
dan seluruh keluarga besar AGH atas motivasi dan dukungan, baik dalam bentuk
moril maupun materil. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada

bapak, ibu, serta seluruh keluarga dan kerabat atas segala doa, dukungan, dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi yang membaca dan
membutuhkannya.

Bogor, Juli 2015
Dhika Prita Hapsari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

2

Hipotesis

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani

2

Syarat Tumbuh

4


Getah Kuning (Gamboge)

4

Peranan Kalsium

5

Peranan Boron

6

METODE PENELITIAN

7

Tempat dan Waktu

7


Bahan dan Alat

8

Rancangan Percobaan

8

Prosedur Percobaan

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

12

Kondisi Umum

12


Cemaran Getah Kuning

14

Kualitas Fisik Buah

17

Kualitas Kimia Buah

20

Perbandingan Ketiga Lokasi Percobaan

21

Perkiraan Keuntungan

25


KESIMPULAN DAN SARAN

26

Kesimpulan

26

Saran

26

DAFTAR PUSTAKA

26

LAMPIRAN

29

RIWAYAT HIDUP

31

DAFTAR TABEL
1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

14
15
16

Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah
kuning pada aril buah manggis (persentase buah dan juring
tercemar getah kuning)
Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah
kuning pada aril buah manggis (skor cemaran getah kuning)
Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah
kuning pada kulit buah manggis
Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap diameter
transversal dan longitudinal buah manggis
Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah,
bagian-bagian buah, dan edible portion di Cigudeg
Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah,
bagian-bagian buah, dan edible portion di Citeureup
Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah,
bagian-bagian buah, dan edible portion di Sukabumi
Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap ketebalan dan
kekerasan kulit buah manggis
Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap PTT dan TAT
buah manggis
Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap skor rasa buah
manggis
Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap
cemaran getah kuning
Interaksi kalsium dan boron dengan lokasi percobaan terhadap
skor cemaran getah kuning pada kulit
Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap
diameter transversal dan longitudinal, kekerasan, dan ketebalan
buah manggis
Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap bobot
bagian-bagian buah dan edible portion
Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap
kualitas kimia buah manggis
Analisis keuntungan pada kebun manggis yang mengaplikasikan
Ca dan B dan kebun manggis yang tidak melakukan aplikasi

14
15
16
17
18
19
19
20
20
21
22
22
23
24
24
25

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Kebun manggis Cigudeg
Kebun manggis Citeureup
Kebun manggis Sukabumi
Anthesis
Cemaran getah kuning pada aril
Cemaran getah kuning pada kulit

13
13
13
13
15
15

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Data curah hujan Agustus 2014−Maret 2015
Klasifikasi buah manggis berdasarkan diameter dan bobot buah (BSN
2009)

30
30

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manggis yang mendapat julukan sebagai Queen of Tropical Fruits
merupakan komoditas ekspor utama produk hortikultura setelah cabai dan nenas
(Kementan 2014) yang banyak digemari baik oleh masyarakat Indonesia maupun
luar negeri. Buah ini memiliki rasa buah yang menarik dengan kombinasi rasa
asam dan manis. Keistimewaan lain dari manggis adalah kandungan senyawa
antioksidan pada kulit buah manggis yang melebihi vitamin C dan E yang tidak
terdapat pada buah-buah lain (Silalahi 2002).
Potensi ekspor buah manggis yang sangat tinggi berperan dalam sektor
perekonomian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor manggis
pada tahun 2010 mencapai 8 225 ton meningkat sebesar 90% dibandingkan
dengan ekspor pada tahun 2009 yang hanya mencapai 4 285 ton. Peningkatan
tersebut terus berlanjut pada tahun 2011 dan 2012 dengan ekspor masing-masing
mencapai 12 603 dan 20 168 ton dengan tujuan ekspor Cina, Taiwan, Hongkong,
Timur Tengah, Eropa, bahkan saat ini telah masuk ke Selandia Baru. Ekspor
manggis sempat mengalami penurunan pada tahun 2013, yaitu senilai USD 5.73
juta. Nilai ekspor tersebut menurun cukup drastis dibandingkan dengan tahun
2012 yang mencapai nilai ekspor USD 17.4 juta. Ekspor manggis pada periode
Januari-Juni 2014 kembali mengalami peningkatan yaitu mencapai USD 5.43 juta
(Kementan 2014). Penurunan ekspor manggis yang cukup drastis pada tahun 2013
terjadi akibat penurunan produksi buah manggis. Selain disebabkan oleh
terjadinya penurunan produksi buah manggis, kualitas buah manggis yang tidak
layak ekspor juga menjadi salah satu penurunan ekspor manggis.
Mutu yang rendah pada sebagian besar buah manggis antara lain disebabkan
oleh adanya getah kuning pada kulit bagian luar dan kulit bagian dalam atau aril
buah manggis. Getah kuning tersebut mempengaruhi penampilan, kualitas, dan
rasa buah manggis. Getah kuning pada kulit bagian dalam dapat mengotori aril
sehingga rasa buah menjadi pahit dan tidak layak untuk dikonsumsi. Berdasarkan
penelitian Dorly (2009) pada irisan melintang perikarp dan struktur tiga dimensi
buah manggis tampak struktur saluran sekretori getah kuning yang dikelilingi oleh
sel-sel epitelium yang khas. Getah kuning dapat mencemari kulit dan aril buah
apabila saluran getah tersebut pecah. Pecahnya saluran getah kuning sangat
dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh tanaman, seperti kandungan hara, pH tanah,
KTK, dan perubahan ketersediaan air. Menurut Poerwanto et al. (2010) perubahan
tekanan turgor dapat menyebabkan dinding sel-sel epitel menerima desakan, baik
dari dalam (turgor plasma sel) maupun dari luar (turgor cairan getah). Sel-sel
epitel yang lemah akibat kekurangan kalsium akan pecah dan mengeluarkan getah
kuning yang akan mencemari aril buah manggis.
Pecahnya saluran getah kuning dapat dicegah dengan membuat unsur
kalsium tersedia bagi tanaman manggis karena kalsium merupakan salah satu
unsur penting yang dapat memperkuat dinding sel. Unsur lain yang berfungsi
untuk memperkuat dinding sel adalah boron yang merupakan komponen
struktural sel. Peranan boron sangat penting dalam pembelahan dan pembesaran
sel pada fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Dear dan Weir 2004).

2
Penambahan unsur hara tersebut diharapkan dapat memperkuat dinding sel
sehingga mencegah pecahnya saluran getah kuning. Berkurangnya cemaran getah
kuning dapat meningkatkan persentase manggis yang layak ekspor.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
pemberian pupuk kalsium dan boron, baik secara tunggal maupun bersamaan,
terbukti mampu menurunkan cemaran getah kuning pada kebun manggis di lokasi
penanaman yang berbeda. Wulandari (2009) menyatakan bahwa dosis 3.5 ton
Ca/ha nyata menurunkan getah kuning manggis di Leuwiliang. Penelitian yang
dilakukan oleh Primilestari (2011) dengan menggunakan dosis yang lebih rendah
menyatakan bahwa dosis 2 ton Ca/ha nyata menurunkan cemaran getah kuning di
Lampung. Cemaran getah kuning juga dapat diturunkan dengan menggunakan
dosis 2.89 ton Ca/ha + 0.78 kg B/ha (Saribu 2011) di Leuwiliang. Berdasarkan hal
tersebut, pada penelitian ini mencoba menurunkan dosis kalsium dan boron dari
penelitian sebelumnya untuk menguji keefektifan aplikasi pupuk kalsium dan
boron dengan dosis yang rendah dalam mengurangi cemaran getah kuning pada
buah manggis.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aplikasi pupuk Ca dan B dengan
dosis rendah terhadap cemaran getah kuning, penampilan, kualitas, dan rasa buah
manggis di beberapa lokasi penanaman manggis.

Hipotesis
Apilkasi pupuk Ca dan B dengan dosis rendah dapat mengurangi cemaran
getah kuning sehingga dapat meningkatkan kualitas, penampilan, dan rasa pada
buah manggis di Cigudeg, Citeureup, dan Sukabumi.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani
Manggis merupakan tanaman buah tropika yang berasal dari hutan tropis
yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau
Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah
dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan
Australia Utara (Menristek 2000). Buah yang bernama latin Garcinia mangostana
L. ini termasuk ke dalam famili Guttiferae dan merupakan spesies terbaik dari
Garcinia. Buah manggis mendapat julukan Queen of Tropical Fruit karena
buahnya yang sangat eksotik, rasanya lezat, bentuk buah yang indah, serta tekstur
daging buah yang putih halus. Selain itu manggis juga mendapat julukan sebagai

3
Nectar of Ambroise, Golden Apples of Hesperides, dan Finest Fruit in The World
(Syah 2009).
Pohon manggis merupakan evergreen-tree dengan pertumbuhan yang sangat
lambat dan tingginya dapat mencapai 6−25 meter. Sistem perakaran manggis
lemah dan mudah terganggu sehingga transplanting harus dilakukan dengan hatihati (Yaacob dan Tindall 1995). Daunnya berbentuk bulat telur, lonjong, atau
elips dengan posisi yang berlawanan dan berwarna hijau tua mengkilap di bagian
atas dan hijau kekuningan di bagian bawah. Daun manggis memiliki panjang
9−25 cm dan lebar 4.5−10 cm (Orwa et al. 2009). Bunga manggis berada pada
bagian terminal cabang. Kuncup bunga manggis muncul di ujung ranting dan
memerlukan waktu kurang lebih 40 hari sampai anthesis (bunga mekar). Bunga
manggis memiliki empat sepal dan empat petal yang berwarna merah muda. Petal
akan rontok setelah anthesis (Rai 2004). Menurut Ropiah (2009) perkembangan
bunga manggis dapat di bagi menjadi 5 fase yaitu: (1) inisiasi tunas bunga yang
ditandai dengan pembengkakan berwarna merah pada ujung tunas, (2) pecah tunas,
(3) pembentukan kuncup, (4) pertumbuhan dan perkembangan kuncup, dan (5)
anthesis. Ashari (2006) menyebutkan bahwa benang sari pada manggis tidak
dapat berkembang sempurna (rudimenter) sehingga pembentukkan dan
perkembangan buahnya terjadi secara apomiksis.
Pola pertumbuhan buah manggis membentuk kurva sigmoid, diawali dengan
dominasi pertumbuhan perikarp hingga 20 HSA kemudian dilanjutkan dengan
terjadinya perkembangan aril dan biji (Osman et al. 2006). Buah manggis
berbentuk bulat dan berkulit licin. Buah manggis tergolong dalam tipe buah buni
karena kulit buah manggis terdiri dari tiga bagian, yaitu lapisan luar (eksokarp)
menjadi lapisan luar yang tipis, lapisan tengah (mesokarp), dan laipsan dalam
(endokarp) yang tebal, lunak, dan berair (Poerwanto dan Susila 2013). Menurut
Yaacob dan Tindall (1995) buah manggis mempunyai 4−8 segmen dan setiap
segmen mengandung satu bakal biji diselimuti oleh aril (salut biji) berwarna putih,
empuk dan mengandung sari buah. Tidak semua bakal biji dalam segmen dapat
berkembang menjadi biji. Umumnya hanya 1−3 bakal biji yang dapat berkembang
menjadi biji.
Buah manggis berwarna hijau muda (light green) pada umur 1 hingga 7
MSA dan berwarna hijau sedang (medium green) pada umur 8 hingga 12 MSA
buah. Selanjutnya buah berwarna hijau muda dengan sedikit bercak garis merah
muda di sekitar kelopak pada umur 13 MSA. Pada umur 14 MSA kulit buah
manggis berwarna hijau muda dengan guratan garis berwarna merah jambu. Pada
umur 15 MSA kulit buah berwarna merah jambu, sedangkan buah akan berwarna
ungu ketika sudah tua pada16 MSA (Dorly 2009).
Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dan
dibuat sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan,
wasir dan luka. Kulit buah manggis mengandung pektin, tanin, resin, serta
senyawa xanthone yang sangat bermanfaat untuk mengatasi masalah kesehatan
(Mansyah et al. 2007). Kulit buah manggis juga dimanfaatkan sebagai pewarna
tekstil, sedangkan batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan dan kayu
bakar/kerajinan (Menristek 2000). Menurut Qosim (2013) masyarakat pada
umumnya memanfaatkan tanaman manggis karena buahnya yang segar,
mengandung gula sakarosa, dekstrosa, dan levulosa. Komposisi bagian buah yang
dimakan per 100 g meliputi 79.2 g g air, 0.5 g protein, 19.8 g karbohidrat, 0.3 g

4
serat, 11 mg kalsium, 17 mg fosfor, 0.9 mg besi, 14 IU vitamin A, 66 mg vitamin
C, tiamin 0.09 mg, riboflavin 0.06 mg, dan niasin 0.1 mg.
Syarat Tumbuh
Tanaman manggis dapat tumbuh baik pada dataran rendah sampai
ketinggian 1000 m di atas permukaan laut, namun pertumbuhan terbaik dapat
dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500−600 m di atas permukaan
laut (Menristek 2000). Tanah yang gembur dengan drainase yang baik dan pH
rendah sampai netral merupakan kondisi yang optimal untuk pertumbuhan
tanaman manggis. Selain itu, pertumbuhan yang baik dapat didukung dengan
kelembaban yang tinggi serta curah hujan tahunan 1200 mm atau lebih, namun
tanaman manggis memerlukan musim kering yang pendek untuk menginduksi
pembungaan. Beberapa tanaman manggis ditemukan tumbuh produktif di daerah
aliran air yang membuat akar-akarnya hampir selalu dalam keadaan basah (Osman
dan Milan 2006). Permeabilitas tanah yang baik dengan kelembaban tinggi
dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman manggis
terkait dengan lemahnya sistem perakaran, baik pada saat seedling maupun setelah
tanaman dewasa (Yaacob dan Tindall 1995).
Tanaman manggis membutuhkan kalsium dalam jumlah yang besar untuk
memperkuat dinding sel. Defisiensi kalsium merupakan salah satu penyebab
utama terjadinya cemaran getah kuning pada buah manggis yang disebabkan
kebutuhan kalsium yang tidak terpenuhi pada bagian buah (Dorly 2009). Kalsium
bersifat immobile sehingga terdistribusi melalui aliran transpirasi. Rendahnya Ca
pada tanaman dapat berkaitan dengan kondisi tanah. Tanah gembur yang banyak
mengandung bahan organik dengan reaksi tanah agak asam sampai netral pada pH
5.0−7.0 dibutuhkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman manggis
(Yaacob dan Tindall 1995).
Getah Kuning (Gamboge)
Salah satu permasalahan pada buah manggis adalah adanya cemaran getah
kuning. Getah kuning pada tanaman manggis yang biasa disebut dengan gamboge
merupakan cairan getah berwarna kuning yang keluar akibat pecahnya saluran
getah pada buah manggis. Manggis yang terkena serangan getah kuning memiliki
bobot yang lebih berat dibandingkan dengan buah yang normal (PKBT 2007).
Getah kuning terdapat hampir di seluruh bagian tanaman manggis (Mansyah
2007). Menurut Dorly et al. (2008) saluran getah kuning manggis dijumpai pada
bagian eksokarp, mesokarp, endokarp, aril buah, bunga, batang dan daun dengan
saluran getah yang terdapat pada tangkai buah menyatu dengan saluran getah pada
buah.
Getah kuning dapat mencemari manggis pada kulit bagian luar (pericarp)
dan kulit bagian dalam (endocarp). Salah satu penyebab getah kuning pada kulit
bagian luar adalah gangguan mekanis seperti tusukan, gigitan serangga, dan
benturan (Ashari 2006). Getah kuning pada kulit bagian dalam lebih disebabkan
oleh faktor endogen, yaitu gejala fisiologis yang berkaitan dengan pecahnya

5
dinding sel pada saluran getah kuning manggis akibat tekanan turgor karena
perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim (Syah 2009). Menurut Dorly et al.
(2011) terdapat teori yang menyebabkan terjadinya cemaran getah kuning pada
buah manggis, yaitu pembentukan saluran getah, perkembangan buah, faktor
iklim, dan pemberian kalsium. Saluran getah dijumpai tidak hanya pada perikarp
melainkan juga pada jaringan aril, terutama pada buah manggis yang berumur 14
hingga 16 MSA. Spot getah kuning pada aril buah muda sulit dideteksi karena aril
masih melekat pada kulit buah dengan kandungan getah yang masih encer
sehingga pada saat buah disayat getah akan keluar mengotori aril. Getah kuning
pada buah yang sudah tua atau matang akan mengering sehingga tidak
menimbulkan masalah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dorly (2009) mengenai saluran
sekretori getah kuning, saluran getah kuning dijumpai pada seluruh bagian
tanaman manggis kecuali akar. Getah kuning manggis tidak akan menjadi masalah
apabila tetap berada di dalam saluran getah. Terdapat beberapa hal yang
menyebabkan pecahnya saluran getah kuning pada buah manggis, yaitu desakan
akibat perubahan turgor dan desakan akibat perbedaan perkembangan bagian buah
manggis. Dorly et al. (2008) menyebutkan bahwa kulit buah mulai menipis pada
minggu kelima setelah anthesis, diikuti dengan pertumbuhan biji yang pesat.
Pada minggu kesepuluh setelah anthesis, biji tumbuh pesat, namun pertumbuhan
aril semakin melambat. Pertambahan volume buah sedikit, tetapi pertambahan biji
meningkat pesat sehingga muncul desakan dari dalam berupa stress mekanik yang
dapat menyebabkan saluran getah kuning pecah pada 10 MSA dan mulai
mengotori aril pada 14 MSA.
Poerwanto et al. (2010) menyatakan bahwa mekanisme terjadinya cemaran
getah kuning terkait dengan perkembangan buah, peranan Ca, dan perubahan
potensial air sebagai berikut. Pada saat perkembangan buah, biji bertambah besar
dengan pertambahan volume yang sedikit sehingga terjadi desakan dari dalam ke
arah perikarp. Akibatnya sel-sel epitel saluran getah kuning mengalami tekanan
dan akan mudah pecah sehingga menyebabkan bocornya saluran getah kuning.
Tekanan turgor yang tinggi juga akan menyebabkan pecahnya saluran getah.
Tekanan turgor yang tinggi tersebut terjadi apabila fluktuasi potensial air tanah
terjadi secara drastis dalam waktu yang pendek. Perubahan tekanan turgor akan
memberikan tekanan pada dinding sel epitel, baik dari dalam (karena turgor
plasma sel) maupun dari luar (turgor cairan getah). Buah manggis yang memiliki
dinding sel epitel yang lemah akan menyebabkan pecahnya saluran getah kuning
akibat desakan dari perubahan turgor dan perbedaan perkembangan buah.
Lemahnya dinding sel epitel tersebut disebabkan oleh rendahnya kandungan
kalsium di dalam sel. Keutuhan dinding sel epitel akan terjadi apabila kebutuhan
akan kalsium dan boron tercukupi sehingga dapat mencegah pecahnya saluran
getah kuning.
Peranan Kalsium
Unsur kalsium (Ca) adalah unsur yang paling berperan dalam pertumbuhan
sel. Kalsium merupakan penyusun dinding sel terutama sebagai substansi perekat
Ca-pektat. Kalsium menjaga ketegaran dinding sel melalui ikatan cross-link antar

6
rantai pektat pada lamela tengah (Marschner 1995). Ca merupakan komponen
yang menguatkan dan dapat mengatur aliran fotosintesis menembus dinding sel.
Perannya sangat penting pada titik tumbuh akar. Bahkan bila terjadi defisiensi Ca,
pembentukan dan pertumbuhan akar terganggu sehingga penyerapan hara
terhambat (Taiz dan Zeiger 2010).
Kalsium merupakan salah satu unsur hara makro yang bersifat immobile
sehingga kalsium yang diangkut ke buah hanya dalam jumlah kecil jika
dibandingkan dengan jumlah yang diangkut ke daun. Kalsium diangkut dari akar
ke bagian pucuk tanaman melalui aliran transpirasi (Saure 2004). Hal tersebut
menyebabkan kalsium banyak dijumpai pada bagian daun karena sebagian besar
air ditranspirasikan melalui daun. Buah hanya sedikit melakukan transpirasi
sehingga akumulasi kalsium pada buah hanya sedikit. Kondisi tersebut didukung
dengan pernyataan Dayod et al. (2010) bahwa akumulasi Ca berbeda pada
berbagai organ, yaitu berlimpah pada daun yang mengalami transpirasi tinggi dan
relatif rendah pada jaringan yang rendah transpirasinya. Wallace dan Mueller
(2008) juga menyatakan bahwa kandungan Ca di dalam daun semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya umur daun. Taiz dan Zeiger (2010) menyebutkan
bahwa mobilitas kalsium yang sangat rendah tersebut merupakan faktor utama
yang menyebabkan gejala kekurangan kalsium pada tanaman
Gejala kekurangan kalsium ini ditunjukkan dengan jaringan nekrotik pada
daerah yang sedang berkembang. Pada buah manggis, kekurangan unsur ini
menyebabkan dinding sel epitel rapuh dan mudah rusak sehingga memicu
keluarnya getah kuning pada manggis. Buah normal yang tidak tercemar getah
kuning memiliki kandungan kalsium yang lebih tinggi dibandingkan buah yang
tercemar getah kuning. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Dorly (2009),
pemberian kalsium dalam bentuk dolomit pada tanah mampu meningkatkan kadar
Ca dalam eksokarp dan menurunkan cemaran getah kuning pada kulit luar
manggis.
Peranan Boron
Unsur boron memiliki dua fungsi utama bagi tanaman. Fungsi pertama yaitu
boron memudahkan pengikatan molekul glukosa dan fruktosa menjadi selulosa
untuk mempertebal dinding sel (Gusyana 2010). Boron berperan dalam
pembentukan pektin yang nantinya akan berikatan dengan Ca dan membentuk
polimer cross-link untuk memperkuat dinding sel pada buah pir (Dong et al.
2000). Fungsi kedua yakni boron dapat membentuk ester dengan sukrosa sehingga
sukrosa yang merupakan bentuk gula terlarut dalam tubuh tanaman lebih mudah
diangkut dari tempat fotosintesis ke tempat pengisian buah. Proses tersebut
menyebabkan buah akan terasa lebih manis dengan aroma yang khas. Menurut
Leite (2008) konsentrasi gula pada tanaman Eucalyptus meningkat seiring dengan
meningkatnya pemberian boron.
Kelebihan dan kekurangan unsur mikro ini dapat menyebabkan beberapa
masalah pada tanaman. Kelebihan unsur boron dapat menyebabkan toksisitas pada
tanaman. Sintesis sel pada tanaman akan terganggu dan beberapa proses fisiologi
akan berubah akibat toksisitas boron. Proses fisiologi yang berubah tersebut
meliputi gangguan perkembangan dinding sel, gangguan metabolik dengan

7
mengikat gugus ribose ATP, NADH, dan NADPH, serta terhambatnya
pembelahan dan pemanjangan sel (Reid et al. 2004). Toksisitas boron terjadi pada
penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2014). Hasil penelitiannya menunjukkan
cemaran getah kuning yang lebih tinggi pada aplikasi dosis boron sebesar 2.32 g
B2O3/pohon dibandingkan dengan aplikasi dosis boron yang lebih rendah. Dosis
tersebut meningkatkan kandungan boron di perikarp dengan peningkatan sebesar
39.91%. Peningkatan kandungan boron sebesar itu menyebabkan toksisitas boron
dan meningkatkan cemaran getah kuning dibandingkan dengan dosis yang lain
yang lebih rendah. Kondisi tersebut sejalan dengan penelitian Martias (2012) yang
melaporkan bahwa kandungan B di endokarp dengan konsentrasi > 150 mg.kg-1
meningkatkan persentase cemaran getah kuning terutama pada buah yang
kekurangan unsur Ca. Kelebihan kandungan B tidak begitu menjadi masalah
apabila kandungan Ca buah tercukupi.
Defisiensi boron juga menyebabkan beberapa kelainan pada tanaman. Gejala
defisiensi tersebut akan lebih terekspresi pada tanaman saat tanah dalam kondisi
kering atau kelembaban yang sangat rendah (Dear dan Weir 2004). Bagian
tanaman yang baru tumbuh akan lebih memperlihatkan gejala defisiensi
dibandingkan dengan bagian tanaman dewasa. Defisiensi boron lebih banyak
mempengaruhi proses pemanjangan sel dibandingkan dengan proses pembelahan
sel yang kemudian menyebabkan berhentinya pemanjangan akar, perluasan daun
serta hilangnya kesuburan (Miwa et al. 2010).
Menurut Poerwanto et al. (2010) kandungan Ca dan B dalam tanah adalah
yang paling menentukan keluarnya getah kuning pada buah manggis. Pemberian
pupuk boron (B) mampu menurunkan cemaran getah kuning pada aril seiring
dengan meningkatnya kadar B di endokarp. Saribu (2011) pada penelitiannya juga
melaporkan bahwa aplikasi boron pada tanaman manggis mampu menurunkan
cemaran getah kuning, baik diaplikasikan secara tunggal maupun bersamaan
dengan kalsium. Dong et al. (2000) menyebutkan bahwa terdapat interaksi
kalsium dan boron dengan pektin pada buah pir yang membentuk jaringan polimer
cross-link sehingga membuat struktur dinding sel menjadi kuat. Dinding sel yang
kuat akibat jaringan polimer antar pektin dapat mencegah pecahnya saluran getah
kuning akibat desakan-desakan yang terjadi karena perubahan turgor dan
perbedaan perkembangan buah.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Percobaan dilakukan di kebun manggis Kabupaten Bogor tepatnya di Desa
Wargajaya, Kecamatan Cigudeg dan Desa Leuwikaret, Kecamatan Citeureup,
serta kebun manggis di Kabupaten Sukabumi tepatnya di Desa Bojongkembar,
Kecamatan Cikembar pada bulan November 2014 sampai dengan Maret 2015.
Analisis kualitatif, kuantitatif, dan preparasi sampel untuk analisis kimia
dilakukan di Laboratorium Pascapanen Institut Pertanian Bogor.

8
Bahan dan Alat
Pohon manggis yang digunakan adalah pohon manggis berumur lebih dari
15 tahun yang sedang dalam masa anthesis dari kebun manggis Cigudeg,
Citeureup, dan Sukabumi. Bahan lain yang digunakan adalah dolomit sebagai
sumber Ca, pupuk finbor sebagai sumber B, larutan NaOH 0.1 N, indikator
phenolphthalein (PP), dan akuades.
Alat yang digunakan meliputi jangka sorong, timbangan digital, hand
refraktometer, hand penetrometer, digital balance, atomic absorption
spectrometer (AAS), labu takar, gelas ukur, buret, erlenmeyer, saringan, serta
alat-alat laboratorium lainnya.
Rancangan Percobaan
Percobaan ini dilakukan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak
(RKLT) dengan 1 faktor. Perlakuan yang digunakan sebanyak 5 taraf sebagai
berikut.
1. Tanpa pupuk (kontrol)
2. 1 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon
3. 1 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon
4. 1.5 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon
5. 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon
Masing-masing taraf diulang sebanyak 4 kali dengan setiap ulangan terdiri
atas 1 pohon sehingga jumlah pohon manggis yang dibutuhkan adalah 20 pohon
pada masing-masing kebun. Setiap pohon terdiri atas 20 sampel buah. Pemilihan
20 pohon manggis sebagai tanaman contoh dan 20 buah sebagai sampel dilakukan
secara acak. Model matematika yang digunakan sebagai analisis statistik dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Yij = µ + αi + βj + εij
Keterangan :
Yij
= nilai pengamatan pada aplikasi dolomit dan finbor ke-i terhadap ulangan
ke-j
µ
= nilai rataan umum
αi
= pengaruh perlakuan dolomit dan finbor ke-i
βj
= pengaruh kelompok ke-j
εij
= pengaruh galat pada aplikasi dolomit dan finbor ke-i terhadap ulangan
ke-j
i
= 1, 2, 3
;
j
= 1, 2, 3
Perbandingan peubah yang diamati pada ketiga lokasi percobaan
menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial dengan
faktor pertama adalah dosis kalsium dan boron sebanyak 5 taraf sebagai berikut.
1.
Tanpa pupuk (kontrol)
2.
1 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon
3.
1 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon
4.
1.5 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon
5.
1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon

9
Dan faktor kedua adalah lokasi sebanyak 3 taraf sebagai berikut.
1.
Cigudeg
2.
Citeureup
3.
Sukabumi
Lokasi yang dipilih menjadi kebun percobaan adalah kebun yang belum
pernah diteliti sebelumnya. Penggunaan dosis Ca dan B merupakan hasil
modifikasi dari dosis hasil penelitian Purnama (2014). Penelitian ini
menggunakan dosis Ca yang lebih rendah untuk menguji keefektifan Ca dengan
dosis rendah dalam menurunkan cemaran getah kuning, dimana 1 kg Ca/pohon
setara dengan 1.75 ton dolomit/ha dan 1.5 kg Ca/pohon setara dengan 2.5 ton
dolomit/ha. Dosis boron yang digunakan merupakan dosis yang paling efektif
menurunkan cemaran getah kuning pada penelitian Purnama (2014), yaitu dosis
1.553 g B/pohon yang setara dengan 1.6 kg finbor/ha dan 0.047 g B/pohon yang
setara dengan 50 g finbor/ha.
Data dianalisis menggunakan uji F, jika hasilnya berpengaruh nyata maka
akan dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
Prosedur Percobaan
Pelaksanaan Percobaan
1. Persiapan tanaman
Pohon manggis yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah pohon
yang sedang dalam fase pembungaan sebanyak 20 pohon pada tiap lokasi
percobaan.
2. Pembersihan Gulma
Pembersihan gulma dilakukan agar tidak terjadi persaingan hara antara
gulma dan pohon manggis yang diberikan dolomit dan finbor.
3. Aplikasi Kalsium dan Boron
Aplikasi kalsium dilakukan pada saat anthesis dengan menggunakan
dolomit yang memiliki kandungan CaO sebesar 30%. Dolomit ditabur pada
alur pupuk secara merata sesuai tajuk tanaman kemudian ditutup dengan
tanah agar tidak tercuci oleh air hujan.
Aplikasi boron dilakukan pada saat anthesis menggunakan pupuk finbor
yang mengandung 48% B2O3. Aplikasi finbor dilakukan dengan cara
dilarutkan dalam air kemudian disiramkan di bagian dalam alur pemupukan
dolomit.
4. Pemanenan
Buah dipanen ketika telah memenuhi kriteria panen. Buah yang dipanen
pada umumnya berumur 105-114 HSA (hari setelah anthesis).
Pengamatan Percobaan
Komponen yang diamati terdiri atas 3 bagian, yaitu pengamatan terhadap
cemaran getah kuning, kualitas fisik, dan kualitas kimia buah manggis. Terdapat 2
komponen cemaran getah kuning yang diamati sebagai berikut.

10
1.

2.

Cemaran getah kuning pada aril

Persentase buah tercemar
Pengukuran tingkat cemaran ini dilakukan dengan menghitung
jumlah buah yang bagian arilnya tercemar getah kuning terhadap
seluruh sampel buah dalam 1 pohon.

Persentase aril tercemar
Pengukuran tingkat cemaran ini dilakukan dengan menghitung
jumlah juring yang tercemar getah kuning terhadap seluruh juring
dalam 1 buah.

Skor cemaran
Pengukuran tingkat cemaran ini dilakukan dengan metode skoring
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Kartika (2004) sebagai
berikut.
Skor 1 : baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah
kuning baik di antara aril dengan kulit maupun di
pembuluh buah.
Skor 2 : baik, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak
kecil) karena getah kuning yang masih segar hanya pada
satu ujung.
Skor 3 : cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning di
salah satu juring atau di antara juring yang menyebabkan
rasa buah menjadi pahit.
Skor 4 : buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di
juring, di antara juring atau di pembuluh buah yang
menyebabkan rasa buah menjadi pahit.
Skor 5 : buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik di juring di
antara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa
buah menjadi pahit, warna daging buah menjadi bening.
Cemaran getah kuning pada kulit

Persentase buah tercemar
Pengukuran tingkat cemaran ini dilakukan dengan menghitung
jumlah buah yang bagian kulit luarnya tercemar getah kuning
terhadap seluruh sampel buah dalam 1 pohon.

Skor cemaran
Pengukuran tingkat cemaran ini juga dilakukan dengan metode
skoring berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Kartika (2004)
sebagai berikut.
Skor 1 : baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning.
Skor 2 :baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang
mengering tanpa mempengaruhi warna buah.
Skor 3 : cukup baik, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning
yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah.
Skor 4 : buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas
aliran yang menguning dan membentuk jalur-jalur
berwarna kuning di permukaan buah.
Skor 5 : buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan
membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan
buah, warna buah menjadi kusam.

11
Pengamatan terhadap kualitas fisik buah manggis terdiri atas 5 komponen
sebagai berikut.
1. Diameter buah
Diameter buah diukur setelah buah dipanen dengan menggunakan
jangka sorong secara horizontal (transversal) dan vertikal (longitudinal).
2. Bobot buah dan bagian-bagiannya
Bobot buah diukur dengan menggunakan timbangan digital. Bobot buah
yang diukur meliputi bobot buah, bobot kulit, bobot cupat, bobot aril, dan
bobot biji.
3. Kekerasan kulit buah
Kekerasan kulit buah diukur menggunakan alat hand penetrometer
dengan cara menusukkan jarum pada kulit buah. Kekerasan kulit buah lalu
dapat dilihat pada skala yang tertera di alat tersebut. Pengukuran meliputi
bagian ujung, tengah, dan pangkal buah.
4. Ketebalan kulit buah
Ketebalan kulit buah diukur dengan cara membelah buah secara
melingkar kemudian diukur menggunakan jangka sorong.
5. Edible portion
Edible portion adalah bagian aril buah yang dapat dimakan
dibandingkan dengan bagian keseluruhan buah. Nilai edible portion dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Edible portion =
Pengamatan terhadap kualitas kimia terdiri atas 3 komponen sebagi berikut.
1. Skor rasa buah
Pengamatan terhadap skor rasa buah manggis dilakukan berdasarkan
metode skoring yang telah dilakukan oleh Suyanti et al. (1999) sebagai
berikut.
Skor 1
: asam sangat dominan dibanding manis.
Skor 2
: asam agak dominan dibanding manis.
Skor 3
: manis sedikit asam.
Skor 4
: manis.
Skor 5
: sangat manis.
2. Padatan Terlarut Total
Pengukuran PTT dilakukan menggunakan hand refraktometer dengan
cara memberikan satu tetes cairan buah pada lensa pembaca. Angka yang
muncul pada layar hand refraktometer merupakan PTT dalam buah manggis.
3. Asam Tertitrasi Total
Asam tertitrasi total (ATT) yang terdapat dalam buah manggis dapat
diukur menggunakan metode titrasi NaOH dengan langkah-langkah sebagai
berikut.

12
Daging buah manggis
Dihaluskan sampai membentuk pasta
Timbang 10 g pasta buah manggis
Masukkan ke dalam labu takar
Tambahkan akuades sampai didapatkan volume larutan 100 ml
Disaring
Hasil saringan diambil sebanyak 25 ml
Masukkan ke dalam Erlenmeyer
Tambahkan 2 tetes indikator phenolptalein (PP)
Lakukan titrasi dengan menggunakan NaOH 0.1 N
Didapatkan volume NaOH yang terpakai untuk titrasi
Berdasarkan metode tersebut, asam tertitrasi total yang terkandung
dalam buah manggis dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai
berikut.
ATT = ml NaOH x N NaOH x fp x 64 x 100%
mg contoh
Keterangan :
ml NaOH = volume NaOH yang terpakai
N NaOH = normalitas NaOH (0.1 N)
fp
= faktor pengenceran
64
= faktor asam dominan
mg contoh = 10 000 mg

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi dengan karakteristik yang berbeda.
Lokasi pertama adalah Cigudeg yang terletak di ketinggian 370 mdpl pada
koordinat lintang 6°29'32.91"S dan bujur 106°33'30.27"T. Kebun penanaman
manggis di Cigudeg berbentuk terasering karena kondisi lahan yang miring.
Tanaman manggis ditanam dengan jarak 4 m x 4 m bersamaan dengan tanaman
lain seperti durian dan sengon.
Lokasi kedua adalah kebun manggis di Citeureup yang terletak di
ketinggian 221 mdpl pada koordinat lintang 6°30'32.97"S dan bujur

14
Cemaran Getah Kuning
Aplikasi kalsium dan boron mampu menurunkan persentase buah tercemar
pada aril, persentase aril tercemar per buah, dan skor cemaran getah kuning pada
aril di ketiga lokasi percobaan. Hasil pengaruh kombinasi kalsium dan boron
terhadap cemaran getah kuning pada aril secara lengkap ditampilkan pada Tabel 1
dan 2.
Tabel 1 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada
aril buah manggis (persentase buah dan juring tercemar getah kuning)
Perlakuan
(kg
Ca/pohon
+g
B/pohon)
0
1.0 + 0.047
1.0 + 1.553
1.5 + 0.047
1.5 + 1.553

Persentase buah tercemar getah
kuning (%)
Cigudeg Citeureup
45.00a
43.25ab
36.00ab
33.00ab
16.00b

57.50a
38.25ab
42.00ab
29.25b
18.00b

Sukabumi
40.75a
30.00ab
41.25a
29.00ab
12.00b

Persentase aril tercemar getah
kuning per buah (%)
Cigudeg Citeureup
28.85a
21.81ab
18.88ab
19.26ab
8.66b

23.37a
13.30ab
16.20ab
15.00b
10.92b

Sukabumi
25.25a
15.25ab
18.50ab
12.50ab
6.50b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf
5%.
Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa hampir setengah dari perlakuan kontrol
terkena cemaran getah kuning, bahkan di Citeureup persentase buah tercemar
getah kuning mencapai 57.5%. Pemberian kalsium dan boron dengan dosis 1.5 kg
Ca/pohon + 1.553 g B/pohon nyata menurunkan cemaran getah kuning
dibandingkan dengan kontrol baik pada parameter persentase buah tercemar,
persentase juring tercemar, maupun skor cemaran. Penurunan pada persentase
buah tercemar dan persentase juring tercemar cukup tinggi. Penurunan persentase
buah tercemar sebesar 29% di Cigudeg, 40% di Citeureup, 29% di Sukabumi,
serta penuruan persentase juring tercemar sebesar 20% di Cigudeg, 12% di
Citeureup, dan 18% di Sukabumi. Dosis 1.5 kg Ca/pohon +1.553 g B/pohon
adalah perlakuan terbaik dibandingkan dengan perlakuan lain dalam menurunkan
persentase cemaran getah kuning. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa perlakuan
dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon di Citeureup nyata menurunkan
persentase cemaran getah kuning dibandingkan dengan kontrol, namun tidak
berbeda nyata dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon +1.553 g B/pohon. Berdasarkan hal
tersebut, maka dosis 1.5 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon dapat digunakan untuk
menurunkan persentase cemaran getah kuning pada aril di Citeureup, sedangkan
kedua lokasi lain memerlukan penggunaan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g
B/pohon untuk dapat menurunkan persentase cemaran.
Kondisi yang berbeda ditunjukkan pada paramater skor cemaran getah
kuning. Tabel 2 menunjukkan bahwa aplikasi kombinasi kalsium dan boron tidak
berpengaruh nyata terhadap skor cemaran getah kuning di Sukabumi. Pengaruh
yang tidak nyata di Sukabumi disebabkan karena kualitas buah yang sudah cukup

16
Pengamatan cemaran getah kuning juga dilakukan pada kulit buah manggis.
Hasil pengataman secara rinci disajikan pada Tabel 3. Kondisi cemaran getah
kuning yang terjadi pada kulit buah manggis lebih parah dibandingkan dengan
yang terjadi pada aril. Persentase buah tercemar getah kuning hampir mencapai
angka 100% di Cigudeg dan Citeureup, serta 71% di Sukabumi. Aplikasi kalsium
dan boron mampu menurunkan intensitas dan tingkat keparahan cemaran buah
manggis yang terjadi di ketiga lokasi tersebut. Dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g
B/pohon nyata menurunkan persentase dan skor cemaran getah kuning pada kulit
di ketiga lokasi percobaan. Penurunan persentase yang cukup tinggi tersebut
sebesar 38.5% di Cigudeg, 61% di Citeureup, dan 46% di Sukabumi. Dosis 1.5 kg
Ca/pohon + 1.553 g B/pohon dapat menurunkan skor cemaran getah kuning yang
cukup signifikan, yaitu dari 2.30 menjadi 1.52 di Cigudeg, dari 2.66 menjadi 1.35
di Citeureup, dan dari 1.84 menjadi 1.29 di Sukabumi. Dapat dilihat pada Tabel 3
bahwa dosis 1 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon sudah menunjukkan pengaruh
yang nyata menurunkan persentase dan skor cemaran getah kuning di Citeureup,
namun dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon menunjukkan tingkat penurunan
yang nyata lebih tinggi dibandingkan dosis yang lain. Berdasarkan hal tersebut
dapat dikatakan bahwa dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon adalah dosis
yang paling efektif untuk menurunkan cemaran getah kuning pada kulit
dibandingkan dengan dosis yang lain baik di Cigudeg, Citeureup, maupun
Sukabumi.
Tabel 3 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada
kulit buah manggis
Perlakuan
(kg
Ca/pohon +
g B/pohon)
0
1.0 + 0.047
1.0 + 1.553
1.5 + 0.047
1.5 + 1.553

Persentase buah tercemar getah
kuning (%)
Cigudeg
91.75a
82.25a
81.50a
71.50ab
53.25b

Skor cemaran getah kuning

Citeureup

Sukabumi

Cigudeg

Citeureup

Sukabumi

96.00a
78.25b
68.00b
75.25b
35.00c

71.00a
76.25a
60.25a
50.00ab
25.00b

2.30a
2.03ab
1.88b
1.87b
1.52c

2.66a
1.94b
1.78b
1.93b
1.35c

1.84a
2.01ab
1.78ab
1.63ab
1.29b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf
5%.
Pengamatan cemaran getah kuning yang dilakukan dengan 2 kriteria
penilaian (persentase dan skor) memiliki tujuan yang berbeda. Pengamatan
terhadap persentase cemaran getah kuning dilakukan untuk mengetahui intensitas
cemaran yang terjadi, baik pada buah dalam satu pohon maupun pada juring per
buah. Persentase cemaran tidak memperhatikan parah atau tidaknya jumlah getah
yang mencemari buah. Buah akan dikatakan tercemar walaupun hanya sedikit
getah kuning yang keluar. Skor cemaran getah kuning menunjukkan tingkat
keparahan getah kuning yang mencemari buah. Data yang ditampilkan pada Tabel
1, 2 dan 3 cenderung menunjukkan penurunan intensitas cemaran getah kuning
yang diikuti dengan penurunan tingkat keparahan cemaran getah kuning pada
tanaman yang diberi kalsium dan boron.

17
Penurunan cemaran getah kuning baik pada aril maupun pada kulit
diperkirakan terjadi akibat meningkatnya kandungan kalsium dan boron pada
buah yang telah diberi dolomit dan finbor. Menurut Marschner (1995) kalsium
berperan sebagai perekat antar dinding sel. Kalsium yang berperan sebagai
penyusun dinding sel tersebut diserap dalam bentuk Ca2+ melalui aliran transpirasi
dan intersepsi akar. Unsur boron berperan dalam pembelahan dan pembesaran sel
yang sedang berkembang (Dear dan Weir 2004). Kebutuhan boron yang tidak
tercukupi pada tanaman menyebabkan tanaman sangat rentan mengalami
kerusakan sel termasuk pecahnya saluran getah. Martias (2012) pada
penelitiannya menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi kalsium dan boron di
kulit buah manggis dapat menurunkan cemaran getah. Kalsium dan boron di
dalam jaringan akan berinteraksi dengan pektin membentuk polimer cross-link
(Dong et al. 2000). Ikatan polimer tersebut membuat dinding sel lebih stabil dan
lentur terhadap perubahan tekanan. Pemberian dolomit meningkatkan kandungan
kalsium di perikarp khususnya pada eksokarp (Dorly et al. 2011). Hal tersebut
juga didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Depari (2011) yang
menyatakan adanya pola peningkatan kandungan Ca di kulit buah manggis akibat
pemberian dolomit. Peningkatan kandungan boron di dalam endokarp karena
aplikasi kalsium dan boron juga telah dibuktikan pada penelitian yang dilakukan
oleh Saribu (2011).
Keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kalsium dan
boron mampu mengurangi cemaran getah kuning terutama dengan dosis 1.5 kg
Ca/pohon + 1.553 g B/pohon. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dorly et al. (2011) dan Depari (2011) yang menyatakan bahwa
terdapat korelasi antara skor getah kuning dengan kandungan Ca di kulit buah,
yaitu peningkatan kandungan Ca pada kulit buah dapat menurunkan skor getah
kuning di kulit luar dan aril buah. Purnama (2014) juga menyatakan adanya
korelasi negatif antara kandungan Ca dan B di perikarp dengan skor dan
persentase cemaran getah kuning.
Kualitas Fisik Buah
Terdapat beberapa kualitas fisik yang diamati pada penelitian ini, yaitu
diameter transversal dan longitudinal, bobot buah dan bagian-bagian buah, edible
portion, kekerasan buah, dan ketebalan kulit buah.
Tabel 4 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap diameter transversal dan
longitudinal buah manggis
Perlakuan
Cigudeg
Citeureup
(kg
Ca/pohon +
T (mm)
L (mm)
T (mm)
L (mm)
g B/pohon)
0
53.44
45.36
36.83
32.03
1.0 + 0.047
51.95
46.45
34.31
30.16
1.0 + 1.553
55.71
46.98
50.60
43.65
1.5 + 0.047
55.85
48.02
49.47
42.31
1.5 + 1.553
56.82
47.41
53.05
46.46
Uji F
tn
tn
tn
tn
Keterangan : T (diameter transversal), L (diameter longitudinal)

Sukabumi
T (mm)

L (mm)

58.44
55.58
53.12
57.14
56.52
tn

49.43
46.85
46.22
47.89
46.98
tn

18
Aplikasi kalsium dan boron menunjukkan pengaruh yang tidak nyata
terhadap diameter buah baik transversal maupun longitudinal di ketiga lokasi
percobaan. Diameter transversal berkisar 51−57 mm di Cigudeg, 34−53 mm di
Citeureup, dan 53−58 mm di Sukabumi, sedangkan diameter longitudinal berkisar
45−47 mm di Cigudeg, 30−46 mm di Citeureup, dan 46−49 mm di Sukabumi
(Tabel 4). Berdasarkan standar ukuran diameter dan bobot buah manggis yang
ditetapkan Badan Standar Nasional (2009), buah manggis di Cigudeg termasuk
pada kode 3 (53−58 mm) dan 4 (46−53 mm), di Citeureup termasuk pada kode 5
(34−53 mm), dan di Sukabumi termasuk pada kode 3 (53−58 mm).
Bagian-bagian buah yang diamati pada penelitian ini adalah bobot buah total,
bobot cupat, bobot kulit, bobot aril, dan bobot biji. Dari bagian-bagian buah yang
diamati tersebut dapat dietahui nilai edible portion (bagian buah manggis yang
dapat dikonsumsi). Aplikasi kalsium dan boron tidak mempengaruhi bobot
bagian-bagian buah dan edible portion. Pertambahan bobot buah dipengaruhi oleh
pertambahan luas dan volume sel yang tidak dipengaruhi kalsium (Primilestari
2011). Kalsium berperan untuk menjaga integritas dinding sel dalam bentuk Ca
pektat sehingga tidak mempengaruhi pertambahan volume dan luas sel. Dapat
dibandingkan dari Tabel 5, Tabel 6, dan Tabel 7 bahwa bobot buah di Citeureup
memiliki bobot yang paling rendah dibandingkan dengan 2 lokasi yang lain.
Bobot buah di Citeureup berkisar 44−78 g, berbeda dengan bobot buah di
Cigudeg dan Sukabumi yang relatif lebih berat dengan bobot masing-masing
berkisar 75−