Pengaruh El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap Produktivitas Kelapa Sawit

PENGARUH EL NIÑO SOUTHERN OSCILLATION
DAN INDIAN OCEAN DIPOLE TERHADAP
PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT

DILLA ANGRAINA

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh El Niño
Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap
Produktivitas Kelapa Sawit adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
Dilla Angraina
NIM G24070034

ABSTRAK
DILLA ANGRAINA. Pengaruh El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian
Ocean Dipole (IOD) terhadap Produktivitas Kelapa Sawit. Dibimbing oleh Dr.
Akhmad Faqih.
Pengaruh El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole
(IOD) terhadap produktivitas kelapa sawit dapat dilihat dari anomali Suhu Muka Laut
(aSML), menggunakan analisis korelasi silang (secara temporal) dan korelasi Pearson
(secara spasial) dengan α=0.05. Analisis korelasi temporal menunjukkan Kebun
Kertajaya berkorelasi tinggi pada fase penentuan rasio seks (lag 17) dengan nilai 0.37,
dan Kebun Talo Pino pada fase anthesis (lag 6) dengan nilai korelasi -0.53. Secara
spasial produktivitas Kebun Kertajaya dan Kebun Talo Pino mempunyai hubungan
negatif yang kuat dengan aSML pada fase pembentukan bakal bunga dan
pembentukan perhiasan bunga, sedangkan fase perkembangan bunga yang lain
mempunyai hubungan positif. Korelasi positif maupun negatif pada kedua kebun yang

berpola hujan monsun menunjukkan ENSO dan IOD dapat mempengaruhi
perkembangan bunga dan produktivitas kelapa sawit. Sebaliknya Kebun Sungai Aur
dengan pola curah hujan ekuatorial tidak menunjukkan hubungan kuat antara aSML
dan produktivitas kelapa sawit secara temporal maupun spasial, sehingga fenomena
ENSO dan IOD tidak berpengaruh signifikan.
Kata kunci: aSML, ENSO, IOD, kelapa sawit, produktivitas

ABSTRACT
DILLA ANGRAINA. Influence of El Niño Southern Oscillation (ENSO) and Indian
Ocean Dipole (IOD) to The Productivity of Palm Oil. Supervised by Dr. Akhmad
Faqih.
The influence of El Niño Southern Oscillation (ENSO) and Indian Ocean Dipole
(IOD) to the productivity of palm oil can be investigated from Sea Surface
Temperature anomalies (SSTa), it used cross-correlation analysis (the temporal) and
Pearson correlation (the spatial) with α=0.05. Temporal correlation analysis shows that
Kebun Kertajaya has the highest correlation at determination of sex ratio phase (lag
17) with a value of 0.37, and Kebun Pino Talo at anthesis phase (lag 6) with a
correlation value of -0.53. Spatial correlation analysis shows a strong negative
correlation of the productivity of Kebun Kertajaya and Kebun Talo Pino with SSTa on
the inflorescence initiation phase and the sex determination respectively. While at the

development of flower phase both plantations a positive relationship. Either positive or
negative strong correlation in both plantations that has monsoonal rainfall patterns
indicate that the ENSO and IOD affect the development of flower and the productivity
of palm oil. Meanwhile, the Kebun Sungai Aur that has the equatorial rainfall pattern,
did not show a strong relationship between the productivity of palm oil and SSTa, both
temporally and spatially. Thus the phenomenon of ENSO and IOD do not have a
significant effect on the Kebun Sungai Aur.
Keywords: SSTa, ENSO, IOD, palm oil, productivity

PENGARUH EL NIÑO SOUTHERN OSCILLATION
DAN INDIAN OCEAN DIPOLE TERHADAP
PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT

DILLA ANGRAINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi


DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Pengaruh El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean
Dipole (IOD) terhadap Produktivitas Kelapa Sawit
Nama
: Dilla Angraina
Nim
: G24070034

Disetujui oleh

Dr. Akhmad Faqih
Pembimbing I

Diketahui oleh


Dr. Ir. Rini Hidayati, MS
NIP. 19600305 198703 2 002

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulilah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah
dengan judul Pengaruh El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean
Dipole (IOD) terhadap Produktivitas Kelapa Sawit. Karya ilmiah ini disusun dalam
rangka memperoleh gelar Sarjana Sains pada program studi Meteorologi Terapan,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis
mengucapkan terimakasih kepada Apa, Ama, Abang, Ika, Bon-bon atas kasih sayang,
doa dan doronganya. Terimakasih kepada Ibuk Tin, Pak Akib, Upik Lidia, Upik Puput
beserta keluarga besar Paknga Tiar atas semangat dan bantuannya kepada penulis.
Terimakasih pula kepada:
1.


Dr. Ir. Akhmad Faqih sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
banyak arahan dan bimbingan dari awal sampai selesainya karya ilmiah ini
2.
Dr. Ir. Rini Hidayati, MS selaku Ketua Departemen Meteorologi dan Geofisika
sekaligus sebagai pembimbing akademik yang banyak memberikan saran
3.
Seluruh dosen, Staf Pengajar dan Tata Usaha Departemen Geofisika dan
Meteorologi atas bantuannya selama penulis melaksanakan studi
4.
Rice, Ii, Echa, Yute dan teman-teman GFM 44 lainnya atas kebersamaannya
5.
Adi Tabund yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis
6.
Kikong, Indong, Lila, anak-anak Pondok Kenanga atas dukungannya
7.
Kak Sandro, Fida, Topik, Uni Rahmi, Kak Depi, Kak Cris, seluruh kakak dan
adik kelas GFM
8.
Semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya ilmiah ini, yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2013
Dilla Angraina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

Pola Curah Hujan Indonesia

2

Fenomena ENSO di Samudera Pasifik

3


Fenomena IOD di Samudera Hindia

4

Dampak ENSO dan IOD

4

Kelapa Sawit

5

METODE

8

Alat dan Bahan

8


Prosedur Analisis Data

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Pola Curah Hujan Daerah Kajian

11

Hubungan Anomali Curah Hujan dan Anomali SML

13

Hubungan Anomali Curah Hujan dan Anomali Produktivitas Kelapa Sawit

15


Hubungan Anomali SML dan Anomali Produktivitas Kelapa Sawit

20

Pengaruh ENSO dan IOD terhadap Produktivitas Kelapa Sawit

36

SIMPULAN

38

Simpulan

38

Saran

38

DAFTAR PUSTAKA

39

LAMPIRAN

42

DAFTAR TABEL
1. Rata-rata produktivitas bulanan

37

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Pola hujan di Indonesia
Daerah Niño dan batasnya
Kondisi El Niño dan La Niña
IOD positif dan IOD negatif
Diagram perkembangan bunga kelapa sawit
Peta lokasi daerah kajian
Rata-rata curah hujan di Kebun Kertajaya
Rata-rata curah hujan di Kebun Talo Pino
Rata-rata curah hujan di Kebun Sungai Aur
Hubungan aSML dan anomali curah hujan Kebun Kertajaya
Hubungan aSML dan anomali curah hujan Kebun Talo Pino
Hubungan aSML dan anomali curah hujan Kebun Sungai Aur
Rata-rata curah hujan dan produktivitas di Kebun Kertajaya
Hubungan anomali curah hujan dan anomali produktivitas kelapa sawit
Kebun Kertajaya (lag 0)
Korelasi silang anomali curah hujan dan anomali produktivitas kelapa
sawit (a) serta perbandingan time series data pada korelasi tertinggi di
lag 16 (b) untuk Kebun Kertajaya
Rata-rata curah hujan dan produktivitas di Kebun Talo Pino
Hubungan anomali curah hujan dan anomali produktivitas kelapa sawit
Kebun Talo Pino (lag 0)
Korelasi silang anomali curah hujan dan anomali produktivitas kelapa
sawit (a) serta perbandingan time series data pada korelasi tertinggi di
lag 7 (b) untuk Kebun Talo Pino
Rata-rata curah hujan dan produktivitas di Kebun Sungai Aur
Hubungan anomali curah hujan dan anomali produktivitas kelapa sawit
Kebun Sungai Aur (lag 0)
Korelasi silang anomali curah hujan dan anomali produktivitas kelapa
sawit (a) serta perbandingan time series data pada korelasi tertinggi
di lag 5 (b) untuk Kebun Sungai Aur
Korelasi silang aSML Niño 3 dan anomali produktivitas kelapa sawit (a)
serta perbandingan time series data pada korelasi tertinggi di lag 7 (b)
untuk Kebun Kertajaya
Korelasi silang aSML Niño 4 dan anomali produktivitas kelapa sawit (a)
dan perbandingan time series data pada korelasi tertinggi di lag 14 (b)
untuk Kebun Kertajaya
Korelasi silang aSML Niño 3.4 dan anomali produktivitas kelapa sawit (a)
serta perbandingan time series data pada korelasi tertinggi di lag 15 (b)
untuk Kebun Kertajaya
Korelasi silang DMI dan anomali produktivitas kelapa sawit (a) serta
perbandingan time series data pada korelasi tertinggi di lag 17 (b)

2
3
3
4
5
11
12
12
13
13
14
15
16
16
16
17
17
18
18
19
19
20
21
21

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

untuk Kebun Kertajaya
Korelasi silang aSML Niño 3 dan anomali produktivitas kelapa sawit (a)
serta perbandingan time series data pada korelasi tertinggi di lag 4 (b)
untuk Kebun Talo Pino
Korelasi silang aSML Niño 4 dan anomali produktivitas kelapa sawit
Kebun Talo Pino
Korelasi silang aSML Niño 3.4 dan anomali produktivitas kelapa sawit (a)
serta perbandingan time series data pada korelasi tertinggi di lag 4 (b)
untuk Kebun Talo Pino
Korelasi silang DMI dan anomali produktivitas kelapa sawit(a) serta
perbandingan time series data pada korelasi tertinggi di lag 6 (b)
untuk Kebun Talo Pino
Korelasi silang aSML Niño 3 dan anomali produktivitas kelapa sawit (a)
serta perbandingan time series data pada korelasi tertinggi di lag 9 (b)
untuk Kebun Sungai Aur
Korelasi silang aSML Niño 4 dan anomali produktivitas kelapa sawit (a)
serta perbandingan time series data pada korelasi tertinggi di lag 14 (b)
untuk Kebun Sungai Aur
Korelasi silang aSML Niño 3.4 dan anomali produktivitas kelapa sawit (a)
serta perbandingan time series data pada korelasi tertinggi di lag 13 (b)
untuk Kebun Sungai Aur
Korelasi silang DMI dan anomali produktivitas Kebun Sungai Aur
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Kertajaya
dan aSML pada fase pembentukan bakal bunga dengan warna putih
menunjukkan korelasi yang tidak signifikan pada 95%
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Kertajaya
dan aSML pada fase pembentukan perhiasan bunga dengan warna putih
menunjukkan korelasi yang tidak signifikan pada 95%
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Kertajaya
dan aSML pada fase penentuan rasio seks dengan warna putih menunjukkan
korelasi yang tidak signifikan pada 95%
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Kertajaya
dan aSML pada fase aborsi bunga betina dengan warna putih menunjukkan
korelasi yang tidak signifikan pada 95%
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Kertajaya
dan aSML pada fase bunga mekar dengan warna putih menunjukkan korelasi
yang tidak signifikan pada 95%
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Kertajaya
dan aSML pada fase perkembangan tandan dengan warna putih menunjukkan
korelasi yang tidak signifikan pada 95%
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Talo Pino
dan aSML pada fase pembentukan bakal bunga dengan warna putih
menunjukkan korelasi yang tidak signifikan pada 95%.
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Talo Pino
dan aSML pada fase pembentukan perhiasan bunga dengan warna putih
menunjukkan korelasi yang tidak signifikan pada 95%
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Talo Pino

21
22
22
22
23
23
24
24
24
26
26
27
28
28
29
29
30

43
44
45
46
47
48
49
50
51

dan aSML pada fase penentuan rasio seks dengan warna putih menunjukkan
korelasi yang tidak signifikan pada 95%
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Talo Pino
dan aSML pada fase aborsi bunga betina dengan warna putih menunjukkan
korelasi yang tidak signifikan pada 95%.
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Talo Pino
dan aSML pada fase bunga mekar dengan warna putih menunjukkan korelasi
yang tidak signifikan pada 95%
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Talo Pino
dan aSML pada fase perkembangan tandan dengan warna putih menunjukkan
korelasi yang tidak signifikan pada 95%
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Sungai Aur
dan aSML pada fase perkembangan bakal bunga dengan warna putih
menunjukkan korelasi yang tidak signifikan pada 95%
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Sungai Aur
dan aSML pada fase pembentukan perhiasan bunga dengan warna putih
menunjukkan korelasi yang tidak signifikan pada 95%.
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Sungai Aur
dan aSML pada fase penentuan rasio seks dengan warna putih menunjukkan
korelasi yang tidak signifikan pada 95%.
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Sungai Aur
dan aSML pada fase aborsi bunga betina dengan warna putih menunjukkan
korelasi yang tidak signifikan pada 95%
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Sungai Aur
dan aSML pada fase bunga mekar dengan warna putih menunjukkan
korelasi yang tidak signifikan pada 95%
Sebaran spasial korelasi anomali produktivitas kelapa sawit Kebun Sungai Aur
dan aSML pada fase perkembangan tandan dengan warna putih menunjukkan
korelasi yang tidak signifikan pada 95%

31
31
32
32
33
33
34
35
35
36

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Tren produktivitas Kebun Talo Pino
Detren produktivitas Kebun Talo Pino
Tren produktivitas Kebun Sungai Aur
Detren produktivitas Kebun Sungai Aur
Tren produktivitas Kebun Kertajaya
Detren produktivitas Kebun Kertajaya

42
42
42
43
43
43

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman asal
Afrika yang menjadi salah satu komoditas penting di Indonesia. Pentingnya
kelapa sawit disebabkan kelapa sawit mempunyai banyak manfaat dibidang
pangan dan non pangan, sehingga permintaan terhadap produksi semakin
meningkat. Terbukti dari luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia
sebelum tahun 1983 kurang dari 1 juta hektar, sedangkan tahun 2010 luas
mencapai 8.04 juta hektar (Ditjenbun 2010). Peningkatan perluasan lahan kelapa
sawit, menyebabkan tidak hanya lahan yang sesuai dengan kelapa sawit saja
dimanfaatkan, tetapi juga lahan marjinal (Lubis 1992). Oleh sebab itu, kondisi
curah hujan di suatu daerah perkebunan perlu diperhatikan (Pahan 2006).
Curah hujan merupakan sumber utama bagi tanaman kelapa sawit terkait
dengan ketersediaan air. Perubahan ketersediaan air dipengaruhi oleh keragaman
hujan yang akan berdampak terhadap produktivitas. Indonesia yang terletak di
antara benua Asia, benua Australia, dan Samudera Hindia, Samudera Pasifik,
menyebabkan curah hujan dipengaruhi oleh Suhu Muka Laut (SML) sekitarnya.
Penyimpangan atau anomali Suhu Muka Laut (aSML) yang ekstrim seperti
fenomena El Niño and Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole
(IOD) mengakibatkan beberapa daerah di Indonesia mengalami kekeringan atau
banjir.
Terdapat hubungan yang kuat antara curah hujan dan SML (Hendon 2003),
menyebabkan timbul dugaan bahwa produksi kelapa sawit secara tidak langsung
juga mempunyai hubungan yang kuat dengan kedua fenomena tersebut.
Pendugaan ini dilakukan oleh Darlan (2011) menggunakan SML di Samudera
Pasifik kawasan Niño 3.4 dengan hasil analisis menunjukkan, produktivitas
kelapa sawit di Sumatera bagian selatan mempunyai korelasi yang cukup tinggi
pada lag-12 bulan dengan nilai korelasi -0.40. Berbeda dengan penelitian Darlan
(2011), hubungan SMLdan produktivitas kelapa sawit yang akan dilakukan pada
penelitian ini adalah SML di seluruh kawasan Samudera Pasifik dan Samudera
Hindia.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu tunda (time lag) hubungan
produktivitas kelapa sawit di daerah kajian dan aSML, serta mempelajari
pengaruh kejadian ENSO dan IOD terhadap produktivitas kelapa sawit di Kebun
Kertajaya (Banten), Kebun Talo Pino (Bengkulu Selatan) dan Kebun Sungai Aur
(Pasaman Barat) secara temporal dan spasial.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Pola Curah Hujan Indonesia
Curah hujan mempunyai keragaman yang besar dalam ruang dan waktu.
Dalam skala ruang, keragaman sangat dipengaruhi oleh letak geografi, topografi,
arah angin dan letak lintang. Dalam skala waktu, keragaman curah hujan
dikelompokkan berdasarkan curah hujan harian, bulanan dan tahunan. Variasi
curah hujan harian lebih dipengaruhi oleh angin darat dan angin laut, aktivitas
konveksi, arah aliran udara di permukaan serta variasi sebaran daratan dan lautan.
Variasi curah hujan tahunan dipengaruhi oleh atmosfir global, siklon tropis dan
lain-lain.
Analisis keragaman curah hujan tidak akan terlepas dari pola dasar curah
hujan. Tiga pola dasar curah hujan di Indonesia menurut Aldrian dan Susanto
(2003) yaitu:
a. Pola monsunal (daerah A). Pola ini meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia.
Saat matahari berada di belahan bumi selatan, di Indonesia akan terjadi musim
hujan dan sebaliknya jika matahari berada dibelahan bumi utara. Hal ini
menyebabkan penerimaan musim hujan dan musim kemarau berbeda nyata.
Pola berbentuk “V”dengan satu puncak musim hujan ini, berkorelasi terhadap
perubahan SML.
b. Pola ekuatorial (daerah B). Pola ini tersebar di daerah sepanjang khatulistiwa
dengan puncak hujan dua kali setahun (pola bimodial).
c. Pola lokal (daearah C). Pola ini bersifat unimodal (satu puncak hujan) dengan
bentuk yang berlawanan dengan pola monsunal (Gambar 1).

Gambar 1 Pola hujan di Indonesia (wilayah A (monsun) garis hitam, wilayah B
(ekuatorial) garis dan titik, wilayah C (lokal) garis putus-putus)
(Aldrian dan Susanto 2003)

3

Fenomena ENSO di Samudera Pasifik
ENSO merupakan fenomena interaksi antara lautan dan atmosfer, dengan
fenomena lautan dinyatakan sebagai El Niño dan fenomena atmosfer adalah
Southern Oscillation. El Niño merupakan fenomena alam yang ditandai dengan
peningkatan SML di sekitar Pasifik Tengah dan Timur sepanjang ekuator,
sedangkan Southern Oscillation adalah perbedaan fase tekanan udara permukaan
laut yang berskala global antara Samudera Pasifik Timur dan Samudera Pasifik
Barat. Daerah kejadian ENSO meliputi Niño 1.2 (5°-10°LS, 80°-90°BB), Niño 3
(5°LU-5°LS, 90°-150BB), Niño 4 (5°LU-5°LS, 150°BB-160°BT) dan Niño 3.4
(170°-120°BB, 5°LU-5°LS) (Gambar 2).
Salah satu indikator terjadinya ENSO adalah SML (Suhu Muka Laut). SML
menggambarkan proses interaksi antara lautan dan atmosfer berdasarkan nilai
anomali. Gambar 3 menunjukkan El Niño terjadi ketika aSML Samudera Pasifik
Timur menghangat hingga ekuator (merah) dan bagian barat Samudera Pasifik
mendingin yang mengakibatkan Samudera Pasifik Barat dan beberapa daerah di
Indonesia mengalami kekeringan. Sebaliknya ketika terjadi La Niña
mengakibatkan Samudera Pasifik Barat dan beberapa daerah di Indonesia
mengalami musim hujan diatas normal. Kuat lemahnya El Niño dapat dilihat dari
nilai anomalinya yang berlangsung tiga bulan berturut-turut. Jika nilai anomalinya
+0.5 ºC sampai 0.9 ºC termasuk El Niño lemah,+1.0 ºC sampai +1.4 ºC El Niño
sedang, dan >1.5 ºC adalah El Niño kuat (http://ggweather.com/enso/oni.htm).

Gambar 2 Daerah Niño dan batasnya
(www.cpc.ncep.noaa.gov)

Gambar 3 Kondisi El Niño (atas) dan La Niña
(bawah) (Gibbons 2008)

4

Fenomena IOD di Samudera Hindia
Indian Ocean Dipole (IOD) merupakan fenomena interaksi antara atmosfer
dan lautan yang mirip ENSO, tetapi terjadi di Samudera Hindia dengan waktu
yang tidak lebih dari satu musim (Saji et al. 1999). Terjadinya IOD disebabkan
perbedaan SML antara Samudera Hindia Barat atau Pantai Timur Afrika (50°BT70°BT, 10°LS-10°LU) dan Samudera Hindia Timur atau Pantai Barat Sumatera
(90°BT-110°BT, 10°LS-equator) (Saji et al. 1999). Fenomena IOD dapat di
identifikasi dengan menggunakan Dipole Mode Index (DMI). Jika nilai DMI
>0.35 maka disebut sebagai IOD positif (+) dan jika

Dokumen yang terkait

Determination of The Rice Cropping Calendar based on ENSO (El Niño Southern Oscillation) and IOD (Indian Ocean Dipole) phenomena in Monsoon and Equatorial Regions

0 9 211

Pengaruh Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap propagasi Madden Julian Oscillation (MJO)

3 27 31

Identifikasi Fenomena ENSO (El Nino-Southern Oscillation) DAN IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Daerah Jawa Barat (Studi Kasus Kabupaten Indramayu dan Cianjur)

3 29 184

Pengaruh ENSO (El Nino- Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Wilayah Tipe Hujan Equatorial dan Monsunal (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan Kabupaten Karawang, Jawa Barat)

2 24 60

Penetapan kalender tanam padi berdasarkan fenomena enso (El Niño Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) di wilayah Monsunal dan Equatorial

0 11 404

Variabilitas arus, suhu dan angin di Perairan Barat Sumatera dan inter-relasinya dengan Indian Ocean Dipole Mode (IODM) dan El Nino Southern Oscillation (ENSO)

3 15 160

Keragaman curah hujan indonesia saat fenomena indian ocean dipole (iod) dan el nino southern-oscillation (enso)

1 5 39

Hubungan Kejadian Simultan El Niño Dan Indian Ocean Dipole (Iod) Terhadap Variasi Suhu Virtual Serta Estimasi Suhu Virtual Menggunakan Metode Arima Dan Holt-Winters

0 5 46

Pengaruh El Nino, La Nina Dan Indian Ocean Dipole.

0 0 1

Pengaruh Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino Southern Osscillation (ENSO) Terhadap Variabilitas Upwelling Di Perairan Selatan Jawa.

0 1 1