Pengaruh ENSO (El Nino- Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Wilayah Tipe Hujan Equatorial dan Monsunal (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan Kabupaten Karawang, Jawa Barat)

(1)

PENGARUH ENSO (El Nino-Southern Oscillation)

DAN IOD (Indian Ocean Dipole) TERHADAP

DINAMIKA WAKTU TANAM PADI DI WILAYAH TIPE

HUJAN EQUATORIAL DAN MONSUNAL

(STUDI KASUS KABUPATEN PESISIR SELATAN, SUMATERA BARAT

DAN KABUPATEN KARAWANG, JAWA BARAT)

TIGIA ELOKA KAILAKU

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

ABSTRAK

TIGIA ELOKA KAILAKU. Pengaruh ENSO (El Nino- Southern Oscillation) dan IOD (Indian

Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Wilayah Tipe Hujan Equatorial dan

Monsunal (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan Kabupaten Karawang, Jawa Barat). Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS. Dan Ir. Yayan Apriyana. MSc.

ENSO (El Nino-Southern Oscillation) merupakan salah satu bentuk penyimpangan iklim di Samudera Pasifik yang ditandai dengan kenaikan suhu permukaan laut (SPL) di daerah katulistiwa bagian Tengah dan Timur. Fenomena tersebut memainkan peranan penting terhadap variasi iklim tahunan. Pengaruh ENSO sangat terasa di beberapa wilayah Indonesia yang ditandai dengan jumlah curah hujan lebih kecil dalam tahun ENSO dibandingkan dengan pra dan pasca ENSO, sehingga dapat menyebabkan musim kemarau lebih panjang. Selain dapat mempengaruhi tingginya curah hujan, kejadian El-Nino juga berpengaruh terhadap masuknya musim kemarau. Perubahan iklim akan mengakibatkan perubahan pola iklim tahunan seperti terlambatnya awal musim hujan maupun musim kering. Disamping itu periode musim hujan juga diperkirakan akan lebih pendek.

Selain ENSO, Terjadi pula gejala penyimpangan iklim yang dihasilkan oleh interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia di sekitar kathulistiwa yang disebut dengan IOD (Indian

Ocean Dipole). Interaksi tersebut menghasilkan tekanan tinggi di Samudera Hindia bagian Timur

(bagian Selatan Jawa dan Barat Sumatra) yang menimbulkan aliran massa udara yang berhembus ke Barat. Hembusan angin ini akan mendorong massa air di depannya dan mengangkat massa air dari bawah ke permukaan. Akibatnya, SPL di sekitar pantai Selatan Jawa dan pantai Barat Sumatra akan mengalami penurunan yang cukup drastis, sementara di dekat pantai timur Afrika tejadi kenaikan SPL.

Dampak iklim regional baik IOD maupun ENSO terhadap penurunan curah hujan mulai terjadi pada SON baik di Pesisir Selatan (wilayah tipe hujan Equatorial) maupun di Karawang (wilayah tipe hujan Monsunal). Pengaruh IOD dan ENSO pada wilayah tipe hujan Monsunal lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah tipe hujan Equatorial. Di Pesisir Selatan onset terjadi sepanjang tahun, dan karena pengaruh IOD maupun ENSO tidak cukup kuat, tidak terjadi pergeseran puncak onset. Sedangkan di Karawang (tipe hujan Monsunal) puncak onset mundur 2 – 6 dasarian akibat IOD maupun ENSO. Saat memasuki SON, di Pesisir Selatan, kenaikan anomali iklim baik IOD maupun ENSO diikuti dengan penurunan luas tanam pada September dan Oktober. Pada wilayah yang tidak terkena dampak, puncak tanam terjadi pada bulan Oktober dan pada wilayah yang terkena dampak iklim regional tersebut terjadi pada bulan Desember. Sedangkan di Karawang semua wilayah terkena dampak anomali iklim dengan penurunan luas panen pada Juli – Oktober. Dan puncak tanam terjadi pada Desember.


(3)

PENGARUH ENSO (El Nino-Southern Oscillation)

DAN IOD (Indian Ocean Dipole) TERHADAP

DINAMIKA WAKTU TANAM PADI DI WILAYAH TIPE

HUJAN EQUATORIAL DAN MONSUNAL

(STUDI KASUS KABUPATEN PESISIR SELATAN, SUMATERA BARAT

DAN KABUPATEN KARAWANG, JAWA BARAT)

TIGIA ELOKA KAILAKU

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(4)

Judul Penelitian

: Pengaruh ENSO (

El Nino- Southern Oscillation

) dan

IOD (

Indian Ocean Dipole

) terhadap Dinamika Waktu

Tanam Padi di Wilayah Tipe Hujan Equatorial dan

Monsunal (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Selatan,

Sumatera Barat dan Kabupaten Karawang, Jawa Barat).

Nama :

Tigia

Eloka

Kailaku

Program studi

: Meteorologi

NIM :

G

24104032

Menyetujui :

Pembimbing I

Pembimbing II

(Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS.)

(Ir. Yayan Apriyana, MSc.)

NIP. 131 473 999

NIP. 080 110 525

Mengetahui :

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Dr. Drh. Hasim, DEA

NIP. 131 578 806


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi Rabbil ’Aalamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir jaman.

Penulis mengucapkan terima kasih yang teramat dalam kepada pihak-pihak yang membantu sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Terutama untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Irsal Las dan Emiwati yang telah memberikan seluruh kasih sayangnya kepada penulis yang tak pernah putus, dukungan dan semangat baik dalam bentuk moril, materil maupun spritual.

2. Bapak Prof.Dr.Ir.Yonny Koesmaryono, MS sebagai pembimbing I atas bimbingan, arahan, konsultasi, kritik, saran dan nasehat yang diberikan selama menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Ir. Yayan Apriyana, MSc Sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, semangat, kritik, saran dan nasihat selama penyelesaian skripsi.

4. Kakak-kakak tercinta, (Sari Intan Kailaku, Freji Putri Kailaku, Andi Darmansyah dan Muhammad Nuh Arraisy) dan keponakan-keponakan tersayang, (Muhammad Fadeyka Ahsanfadila dan Khayra Nadine Arraisy) yang telah memberikan semangat serta motivasinya yang begitu tulus kepada penulis.

5. Laksito Anindyo, yang selalu menemani dan memberi semangat setiap saat. 6. Bapak Dr. Ir. Imam Santosa, MS selaku Ketua Departemen GFM.

7. Bapak Ir. Yon Sugiarto, Ms yang bersedia menjadi pembimbing akademik penulis selama menyelesaikan studi di IPB.

8. Bapak Ir. Heny Suharsono, MS selaku pembimbing praktik lapang yang telah memberika banyak pengajaran, bimbingan, nasihat, kritik serta saran sehingga praktik lapang dapat terselaikan tepat pada waktunya.

9. Bapak Dr. Ir. Budi Kartiwa, DEA selaku pembimbing II praktek lapang yang telah banyak memberikan banyak pengajaran, bimbingan serta arahan selama praktek lapang yang berlangsung di BALITKLIMAT.

10. Seluruh staf pengajar Departemen GFM terima kasih atas segala bimbingan dan pengajaran selama penulis menyelsaikan studi di Departemen GFM.

11. Bapak Dr. Ir. Aris Pramudia, MS terima kasih untuk bimbingan dan dukungannya.

12. Teman terbaik, Rini dan Tia terima kasih atas persahabatan selama ini, semoga tidak hilang dan terlupakan sampai kapanpun.

13. Sahabat terbaik (Nessa, Beril, Aqsa, Disty, Indra, Randy, Ibam dan Firly) yang selalu memberi semangat dan keceriaan.

14. Teman seperjuangan di GFM 41 (Yasmin, Weni, Fahdil, Oki, Bayu, Ining, Ire, Fitria, Rudin, Zein, Ekos, Titi, Meli, Sisi, Diva, Dita, Alm.Canggih, Cornel, Reza, Bladus, Freddy, Ferdy, Alam, Randy dan Ujang), Teman-teman di Lab.Agrometeorologi: Mba Erica (Terima kasih untuk semua kerjasamanya), Siska dan Mbak Ira (terima kasih banyak untuk semangatnya saat penulis kehilangan semangat), Yunus, Ade I, Zein, Ade A, Tedy, Anton, Terima kasih buat semua bantuannya.

15. Member of Wisma Windi (Bu Tatik, Bibi, Dimmy, Mba Citra, Mba deni), Staf administrasi Depertemen GFM: Pak Pono, Pak Khoirun, Pak Sutoro, Pak Djun, Pak Udin, Kak Ajiz, Kak Nandang, Mbak Wanti, Mbak Icha dan Bu Inda terima kasih atas semua dukungan dan bantuannya.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan sebagi pemicu untuk bisa berkarya lebih baik di masa mendatang.

Januari 2009 Penulis


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 September 1986 sebagai anak terakhir dari tiga bersaudara, anak dari pasangan Bapak Irsal Las dan Ibu Emiwati.

Pada tahun 1992 penulis memulai pendidikannya di SDN Pengadilan 3 Bogor, kemudian pada tahun 1998 melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SLTPN 2 Bogor hingga tahun 2001. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikannya di sekolah menengah atas di SMUN 5 Bogor dan pada waktu yang bersamaan diterma di Departemen Geofisika dan Meteorologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Instiut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Semasa manjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan pada tahun 2004 masuk dalam Himpunan Mahasiswa Agrometeorologi (HIMAGRETO) sampai tahun 2006. Penulis sempat menjadi seksi acara dalam kegiatan Meteorologi Interaktif (METRIK), Pesta Sains Tingkat Nasional, dan Perkenalan Mahasiswa Baru Departemen Geofisika dan Meteorologi. Berkaitan dengan salah satu kegiatan belajar pada mata kuliah wajib mahasiswa Program Studi Meteorologi, penulis melakukan kegiatan Praktek Lapang di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi pada bulan Juli-Agustus 2007.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL

... ii

DAFTAR GAMBAR

... iii

DAFTAR LAMPIRAN

... iv

I. PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang... 1

1.2 Tujuan... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ENSO (El-Nino Southern Oscillation) ... 1

2.2 IOD (Indian Ocean Dipole)... 2

2.3 Pola Curah Hujan... 2

2.4 Pola Tanam dan Kalender Tanam... 3

2.5 Studi Kasus Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat ... 4

2.6 Studi Kasus Kabupaten Karawang, Jawa Barat ... 4

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 4

3.2 Bahan dan Alat Penelitian ... 4

3.3 Metode... 5

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Curah Hujan di Wilayah Equatorial... 6

4.2 Curah Hujan di Wilayah Monsunal ... 9

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 11

DAFTAR PUSTAKA... 12


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tingkat Anomali SST terhadap Kondisi ENSO ... 2 2. Nilai Koefisien Korelasi Anomali Curah Hujan dengan Anomali IOD dan ENSO

setiap musim di Kabupaten Pesisir Selatan ... 8 3. Onset (Musim Tanam I) Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan Kalender Tanam ... 8 4. Nilai Koefisien Korelasi Anomali Curah Hujan dengan Anomali IOD dan ENSO

setiap musim di Kabupaten Karawang ... 10 5. Kalender tanam Kabupaten Karawang ... 11


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Pola Curah Hujan di wilayah terpengaruh iklim regional Kabupaten Pesisir Selatan ... 7

2. Fluktuasi Anomali Curah Hujan di wilayah terpengaruh iklim regional Kabupaten Pesisir Selatan ... 7

3. Fluktusi IOD, ENSO dan Luas Tanam Padi Sawah di Kabupaten Pesisir Selatan ... 9

4. Fluktuasi Curah Hujan di Kabupaten Karawang ... 9

5. Fluktuasi anomali Curah hujan di Kabupaten Karawang ... 9

6. Distribusi Waktu Tanam Padi Sawah Kabupaten Karawang yang dipengaruhi IOD. Periode SON ... 10

7. Distribusi Waktu Tanam Padi Sawah Kabupaten Karawang yang dipengaruhi ENSO Periode SON... 10

8. Fluktusi IOD dan Luas Tanam Padi Sawah di Kabupaten Karawang... 11


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Diagram Alir Penelitian ... 13 2. Data luas tanam Kabupaten Karawang... 14 3. Data luas tanam Kabupaten Pesisir Selatan... 19


(11)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ENSO (El Nino-Southern

Oscillation) merupakan salah satu bentuk

penyimpangan iklim di Samudera Pasifik yang ditandai dengan kenaikan suhu permukaan laut (SPL) di daerah katulistiwa bagian Tengah dan Timur. Fenomena tersebut memainkan peranan penting terhadap variasi iklim tahunan. Pengaruh ENSO sangat terasa di beberapa wilayah Indonesia yang ditandai dengan jumlah curah hujan lebih kecil dalam tahun ENSO dibandingkan dengan pra dan pasca ENSO, sehingga dapat menyebabkan musim kemarau lebih panjang. Selain dapat mempengaruhi tingginya curah hujan, kejadian El-Nino juga berpengaruh terhadap masuknya musim kemarau. Perubahan iklim akan mengakibatkan perubahan pola iklim tahunan seperti terlambatnya awal musim hujan maupun musim kering. Disamping itu periode musim hujan juga diperkirakan akan lebih pendek.

Selain ENSO, Terjadi pula gejala penyimpangan iklim yang dihasilkan oleh interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia di sekitar kathulistiwa yang disebut dengan IOD

(Indian Ocean Dipole). Interaksi tersebut

menghasilkan tekanan tinggi di Samudera Hindia bagian Timur (bagian Selatan Jawa dan Barat Sumatra) yang menimbulkan aliran massa udara yang berhembus ke Barat. Hembusan angin ini akan mendorong massa air di depannya dan mengangkat massa air dari bawah ke permukaan. Akibatnya, SPL di sekitar pantai Selatan Jawa dan pantai Barat Sumatra akan mengalami penurunan yang cukup drastis, sementara di dekat pantai timur Afrika tejadi kenaikan SPL.

Bila terjadi anomali iklim maka yang paling merasakan dampaknya adalah petani padi yang umumnya miskin, tidak mampu menabung dan tidak mempunyai pekerjaan alternatif. Anomali iklim, terutama El-Nino, tidak hanya menyebabkan turunnya produksi padi, tetapi juga berdampak terhadap mundurnya waktu tanam pada musim berikutnya.

1.2. Tujuan

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar dampak yang ditimbulkan oleh gejala ENSO dan IOD terhadap waktu tanam padi pada daerah dengan pola hujan yang berbeda.

Sedangkan tujuan yang lebih spesifik dari penelitian ini yaitu :

1. Menganalisis dampak ENSO dan IOD terhadap curah hujan di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Equatorial) dan Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Monsunal) 2. Mengetahui pengaruh ENSO dan IOD

terhadap dinamika waktu dan luas tanam padi.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ENSO (El-Nino Southern Oscillation)

ENSO adalah kepanjangan dari El-Nino, La-Nina dan Southern Oscillation. El Nino merupakan salah satu bentuk penyimpangan iklim di Samudera Pasifik yang ditandai dengan kenaikan suhu permukaan laut (SPL) di daerah katulistiwa bagian tengah dan timur. Pada kondisi normal, daerah konveksi berada di daerah barat Samudera Pasifik. Namun, pada kondisi El Nino, zona konveksi bergeser ki tengah-tengah Samudera Pasifik. Kondisi ini biasanya terjadi menjelang akhir tahun, sehingga akibatnya bagi Indonesia dapat kita tebak. Musim penghujan yang biasanya terjadi di akhir tahun akan diganti dengan kemarau karena pengaruh El Nino.

Jika El Nino mengakibatkan kekeringan, maka lain halnya dengan La Nina. Kembaran El Nino ini memiliki sifat yang bertolak belakang dengan El Nino. Karena sifatnya yang dingin ini, kedatangannya juga dapat menimbulkan petaka di berbagai kawasan kathulistiwa, termasuk Indonesia. Curah hujan berlebihan yang menyertai kedatangan La Nina dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah di Indonesia.

Beberapa gagasan dan teori lain tentang

El-Nino dan La-Nina di Indonesia antara lain

adalah: (a) sebelum anomali iklim, angin Pasat Timur Laut melemah atau menguat akibat peningkatan atau penurunan SST, (b) melemah atau menguatnya angin Pasat Tenggara secara tidak normal yang mengurangi upwelling di khatulistiwa dan mendorong atau menghambat timbulnya sirkulasi lintas khatulistiwa yang mengendalikan posisi front, (c) terjadinya penguatan atau pelemahan peranan angin Pasat Timur Laut dan Tenggara, arus Peru, front

khatulistiwa dan Cronwell (equatorial

undercurrent) yang sangat berperan dalam

proses cuaca di Indonesia (Las. 2004). Dalam seratus tahun terakhir, sedikitnya telah terjadi El Nino sekitar 25 kali dengan intensitas sedang sampai kyat, dan cenderung meningkat frekuensi


(12)

El Nino dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, yaitu dengan kejadian tahun 1977/1978, 1982/1983, 1987, 1991/92/93/94 dan 1997/1998 (Pawitan, 1998).

Tabel 1. Tingkat Anomali SST terhadap Kondisi ENSO

Anomali SST (oC) Kondisi

> 3 Sangat kuat

2.5 – 3 Kuat

1.5 – 2.5 Lemah

0 – 1.5 Sangat lemah

2.2. IOD (Indian Ocean Dipole)

Fenomena global lain yang secara siginifikan mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia menurut Boer dkk. (2004) adalah perubahan suhu muka laut di kawasan laut India, yang mirip dengan di kawasan Pasifik (fenomena

El-Nino). Fenomena tersebut dikenal dengan

nama Indian Ocean Dipole (IOD) yang di kawasan tertentu menunjukkan cara kerja yang berlawanan dengan SOI.

Fenomena IOD baru ditemukan pada tahun 1999 oleh Dr. N. H. Saji dan Professor Toshio Yamagata. Dalam makalahnya yang diterbitkan di majalah Nature, mereka mendefiniskan IOD sebagai gejala penyimpangan iklim yang dihasilkan oleh interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia di sekitar kathulistiwa. Interaksi ini menghasilkan tekanan tinggi di Samudera Hindia bagian Timur (bagian Selatan Jawa dan Barat Sumatra) yang menimbulkan aliran massa udara yang berhembus ke Barat. Hembusan angin ini akan mendorong massa air di depannya dan mengangkat massa air dari bawah ke permukaan. Akibatnya, SPL di sekitar pantai Selatan Jawa dan pantai Barat Sumatra akan mengalami penurunan yang cukup drastis, sementara di dekat pantai Timur Afrika tejadi kenaikan SPL. Perbedaan SPL ini (anomali positif di sebelah Barat dan anomali negatif di sebelah timur) membentuk dua kutub, positif dan negatif, di Samudera Hindia.

Seperti halnya El Nino, kejadian IOD direpresentasikan dengan satu indeks yang diberi nama Dipole Mode Index (DMI), yaitu perbedaan SPL di bagian barat Samudera Hindia (50o - 70oBT, 10oLS - 10oLU) dan SPL di bagian timur Samudera Hindia (90o - 110o, 10oLS - ekuator).

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa IOD mempunyai sifat yang independen terhadap ENSO. Selama 127 tahun terakhir

terjadi 14 kejadian IOD positif dan 19 kejadian IOD negatif yang kuat dan 5 kejadian IOD positif dan 7 kejadian IOD negatif yang terjadi bersamaan dengan ENSO (Saji et al. 1999; Rao

et al. 2002) artinya bahwa 65% yang kuat

berlangsung ketika tidak ada kejadian ENSO. Kekeringan hebat yang terjadi pada tahun 1997 merupakan kejadian IOD positif yang terjadi bersamaan dengan ENSO. Sebaliknya apabila IOD negatif yang bersamaan dengan ENSO akan mengurangi dampak ENSO.

2.3. Pola Curah Hujan

Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Data hujan memiliki variasi yang sangat besar dibandingkan dengan unsur-unsur ilklim yang lain.

Pola hujan di Indonesia ada 3 tipe, yaitu : 1. Tipe Equatorial adalah tipe hujan yang tidak

begitu jelas antara perbedaan musim hujan dan kemaraunya (mempunyai 2 puncak hujan)

2. Tipe Monsoon/Musim adalah tipe hujan yang sangat jelas perbedaan antara musim hujan dan kemarau (berbentuk “V”) Jumlah curah hujan minimum terjadi pada bulan Juni, Juli atau Agustus)

3. Tipe Lokal adalah tipe hujan yang mempunyai 1 puncak hujan (kebalikan dari tipe Monsoon) Jumlah curah hujan maksimum terjadi pada bulan Juni, Juli atau Agustus

Tipe hujan equatorial, terjadi disepanjang khatulistiwa wilayah Indonesia yaitu disekitar 30LU - 30LS memanjang ke Timur wilayah Indonesia Tipe hujan equatorial artinya puncak hujan terjadi dua kali setahun pada saat posisi matahari berada di atas equator, atau tepatnya puncak curah hujan terjadi satu bulan setelah matahari tepat di atas khatulistiwa, yaitu bulan April/Mei atau Oktober/November. (www.conservation.or.id).

Tipe hujan monsunal, secara tidak langsung dipengaruhi peredaran matahari. Pada saat matahari berada di belahan bumi Selatan, maka di Indonesia terjadi musim hujan

(www.depkominfo.go.id). Terlihat pada

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa untuk daerah-daerah yang memiliki tipe hujan monsunal seperti Sukamandi menghasilkan pola prediksi hujan yang cukup jelas dan mirip dengan rata-ratanya. Sebaliknya, daerah-daerah dengan tipe hujan ekuatorial seperti Kotabangun, pola tersebut tidak nampak jelas (Estiningtyas, 2005). Hal ini disebabkan


(13)

korelasi antara curah hujan sebagai output dan SST Niño 3.4 sebagai input untuk wilayah ekuatorial lebih rendah dibandingkan dengan wilayah monsunal (Aldrian dan Susanto, 2003), sehingga dalam proses pembelajaran model yang menghubungkan kedua parameter tersebut menghasilkan pola yang berbeda.

Menurut BMG (Badan Meteorologi dan Geofisiska) hari hujan adalah hari dengan penerimaan hujan 0,5 mm dengan curah hujan rata-rata tahunan sangat bervariasi menurut tempat.

Curah hujan di Indonesia tergolong tinggi yaitu lebih dari 2000 mm/tahun. Akan tetapi, seperti telah disebutkan di muka bahwa antara tempat yang satu dengan tempat yang lain curah hujannya tidak sama. Daerah yang paling besar curah hujannya adalah daerah Baturaden di lereng Gunung Slamet, dengan curah hujan sekitar 7069 mm/tahun. Sedangkan kota Palu di Sulawesi Tengah, merupakan daerah paling kering, dengan curah hujan sekitar 547 mm/tahun.

2.4. Pola Tanam dan Kalender Tanam

Fluktuasi, frekuensi dan intensitas anomali iklim yang makin meningkat, sangat nyata pengaruhnya terhadap produksi padi, sebagai akibat dari penurunan luas tanam, luas panen, dan hasil pada saat terjadi anomali iklim. Anomali iklim berdampak juga terhadap perubahan pola tanam, baik di lahan sawah irigasi maupun lahan tadah hujan (Las, et al, 2007).

2.4.1. Pola Tanam Padi

Dewasa ini, sebagian besar areal tanam padi menggunakan pola tanam padi-padi dimana pada musim tanam kedua sangat tergantung pada ketersediaan air irigasi. Misalnya anjuran pola tanam disusun berdasarkan lamanya pendistribusian air pada saat terjadi kemarau panjang, mulai dari periode 7 bulan hingga 11 bulan terakhir (Balai Penelitian Padi, 2001). Kekeringan yang terjadi pada musim tanam ke dua akan mengubah pola tanam dari padi-padi menjadi padi-non padi sehingga akan mengakibatkan penurunan produksi beras, yang pada gilirannya akan mengganggu kesinambungan stok pangan nasional. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, selama periode 1953-1992 (35 tahun), curah hujan tahunan rata-rata di atas 1500 mm atau tahun basah terjadi 22 kali, sedangkan curah hujan tahunan rata-rata di

bawah 1mm terjadi 17 kali (Balai Penelitian Padi, 2001).

Para petani bercocok tanam dua atau tiga kali setahun tergantung pala pola curah hujan dan ketersediaan air irigasi pada daerah bersangkutan. Tanaman yang paling penting adalah padi, yang membutuhkan waktu sekitar 100 hari dari awal tanam sampai pemanenan. Musim kedua kemungkinan padi lagi (bila air cukup memadai), kedelai atau kacang hijau, jagung, tembakau atau sayuran. Sedang musim tanam ketiga hampir sepenuhnya tergantung pada air irigasi. Keterkaitan antara musim dengan waktu tanam di Indonesia bagian timur dapat digolongkan menjadi; musim tanam pertama dimulai dari bulan November-Februari, musim tanam kedua dari bulan Maret-Juni, dan musim tanam ketiga dari bulan Juli-Oktober (Yasin et al. 2002).

2.4.2. Kalender Tanam

Kalender tanam (cropping calendar) merupakan salah satu aspek pertanian yang sering dipetakan orang untuk mengetahui waktu dan pola tanam di daerah tertentu selama setahun. FAO telah mengembangkan kalender tanam tersebut di berbagai negara seperti di Kosovo, Iraq, Arab Saudi dan sebagian wilayah di Afrika (Wiliamson., 2001; Edirisinghe, 2004). Secara tradisional, kalender tanam juga telah lama dikembangkan oleh petani Indonesia secara turun-temurun. Masyarakat Jawa dan Bali menyebutnya Pranata Mangsa (Sunda), Pranoto Mongso (Jawa) dan Kerta Masa (Bali). Istilah tersebut digunakan dalam merencanakan budidaya pertanian sebagai kearifan lokal

(indigenous knowledge) sebagai penentuan atau

patokan untuk bercocok tanam.

Kalender tanam tersebut memberikan informasi komoditas yang biasa tumbuh pada suatu wilayah dan pada saat mana tanah diberakan (bare soil), persiapan lahan, masa vegetatif, masa generatif, serta panen selama setahun. Dengan kalender dapat terlihat bahwa tanaman yang tergantung air hujan (rained

crops) akan tumbuh terutama selama bulan basah

dari November sampai April tahun berikutnya.

2.5. Gambaran umum Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat

Kabupaten Pesisir Selatan terletak di provinsi Sumatra Barat. Ibu kotanya berada di Painan. Kabupaten ini secara geografis terletak antara (59o LS- 228,6 LS dan 19oBT – 101,18o BT). Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan di sebelah utara berbatasan dengan Kota Padang,


(14)

sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok Selatan dan Jambi sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia dan sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Bengkulu.

Luas wilayah Kabupaten Pesisir Selatan 5.749,89 Km2 yang terbagi menjadi sepuluh kecamatan. Sektor Pertanian khususnya tanaman pangan menjadi penggerak utama kehidupan. Di sektor pangan khususnya padi yang terdapat Kecamatan Pancung Soal, Sutera, dan Bayang, menyumbang 19,17 persen dari total kegiatan perekonomian. Selain untuk kebutuhan lokal, beras Pesisir Selatan juga dipasarkan ke Padang, Solok, Payakumbuh, Pekanbaru, Bengkulu, dan Jambi.

Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan bergunung dan berbukit-bukit dengan tinggi dari permukaan laut berkisar antar 0-1000 meter. Suhu udara pada siang hari berkisar antara 23ºC-32ºC dan 22ºC-28ºC pada malam hari.

2.6. Gambaran Umum Kabupaten Karawang, Jawa Barat

Secara geografis wilayah Kabupaten Karawang termasuk daerah dataran yang relative rendah, mempunyai variasi ketinggian wilayah antara 0 - 1.279 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan wilayah 0 - 2 %, 2 - 15 %, 15 - 40 % dan diatas 40 %. Luas wilayah Kabupaten Karawang 1.753,27 Km2 atau 175.327 Ha, 3,73 % dari luas Propinsi Jawa Barat. Kabupaten Karawang sebagian besar berbentuk daratan yang relatif rata dengan variasi antara 0 - 5 meter diatas permukaan laut. Hanya sebagian kecil wilayah yang bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian antara 0 - 1.200 meter permukaan laut.

Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh kondisi iklim, keadaan orografi dan perputaran / pertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan sangat beragam menurut bulan. Catatan rata-rata curah hujan di Kabupaten Karawang selama tahun 2006 mencapai 1.722 mm dengan rata-rata curah hujan per bulan sebesar 108 mm, lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata curah hujan pada tahun 2005 yang mencapai 2.534 mm dengan rata-rata curah hujan per bulannya mencapai 127 mm Pada tahun 2006 rata-rata curah hujan tertinggi di Kecamatan Pangkalan yaitu mencapai 272 mm per bulan dan yang terendah terjadi di Kecamatan Talagasari yaitu hanya 51 mm. Sesuai dengan bentuk morfologinya, Kabupaten Karawang terdiri dari dataran rendah yang mempunyai temperature udara rata-rata 27

°C dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66 % dan kelembaban nisbi 80 %.

Kabupaten Karawang dialiri oleh dua sungai besar yaitu sungai Citarum dan Sungai Cilamaya yang merupakan sumber air utama. Aliran sungai yang melandai ke utara arah Sungai Citarum merupakan pemisah antara Kabupaten Karawang dengan Kabupaten Bekasi sedangkan Sungai Cilamaya merupakan batas wilayah dengan Kabupaten Subang , selain itu terdapat pula tiga buah saluran irigasi yang besar yaitu Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum Tengah dan Saluran Induk Tarum Barat yang dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak, industri, Pembangkit Tenaga Listrik dan kebutuhan penduduk baik langsung maupun melalui PDAM.

III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrometeorologi Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB antara bulan April sampai dengan bulan November 2008.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan dan peralatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini, yaitu:

(1) Data iklim dan curah hujan harian (stasiun otomatis yang dikelola Balitklimat, stasiun manual Badan Litbang Pertanian/BMG, dan instansi lain yang mengelola data iklim dan curah hujan) tingkat kecamatan series selama 17 tahun.

(2) Data Nino 3.4 SST dan DMI series selama 17 tahun

(3) Data series penggunaan lahan

(4) Peta-peta pendukung meliputi peta administrasi, peta topografi, peta rupa bumi, peta penyebaran stasiun iklim dan hujan dan peta pendukung lainnya.

(5) Seperangkat komputer dan piranti lunak seperti Micosoft Word, Minitab, Microsoft Excel.

3.3. Metode

3.3.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data iklim dan curah hujan dari instansi terkait seperti Balitklimat, BMG, PSDA/PU serta Dinas Pertanian untuk mengetahui kondisi curah hujan. Pengumpulan data luas tanam, luas lahan, penggunaan lahan,


(15)

dan rotasi tanam serta wawancara dengan petani dan narasumber untuk mengetahui pola dan kalender tanam yang dilakukan petani. Disamping itu dilakukan pula survei lapang untuk melakukan identifikasi pola dan kalender tanam eksisting pada setiap musim tanam.

3.3.2. Analisis Iklim Regional - Analisis Curah Hujan

Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan sekunder dari stasiun-stasiun hujan periode tahun 1990 sampai 2007. Stasiun hujan yang menyebar di lokasi penelitian tidak seluruhnya digunakan, hanya stasiun yang memiliki periode hujan lebih dari 10 tahun, sehingga dalam penelitian ini stasiun yang digunakan di Pesisir Selatan dan Karawang adalah masing-masing 11 dan 28 stasiun.

- Penentuan Anomali Iklim

Untuk mengetahui besarnya pengaruh ENSO pada kejadian curah hujan adalah dengan menggunakan indeks suhu muka laut di Nino 3.4. (50N – 50S, 1200 – 1700W). Indeks tersebut dihitung dari fluktuasi bulanan berdasarkan analisis dengan menggunakan metode Kaplan et al (1998). Yang diperoleh dari situs internet

http://www.cpc.ncep.noaa.gov/.

Sama halnya dengan ENSO, Dipole Mode (DM) atau Indian Ocean Dipole (IOD) dinyatakan dalam bentuk indeks yaitu Dipole Mode Indeks. Dipole Mode Indeks dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara suhu muka laut di kawasan barat Samudera Hindia (50°-70°BT, 10°LU-10°LS) dengan suhu muka laut di kawasan tenggara Samudera Hindia (90°-110°BT, 0°-10°LS).

- Analisis Hubungan Curah Hujan dengan IOD dan ENSO

Analisis anomali curah hujan bulanan dihitung berdasarkan persamaan berikut:

Ano

CH

ij

=

CH

ij

CH

ij

CH

ij

=

i

n

j=1

CH

j

n

Keterangan: ANo CHij=anomali curah hujan di

stasiun ke-i bulan ke-j.

Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara anomali curah hujan yang terjadi di setiap stasiun hujan dengan nilai anomali SST sebagai indikator penyimpangan iklim. Pada analisis ini digunakan

program Minitab 14 dengan cara menghitung nilai korelasi (r) yaitu korelasi antara dua variabel (Walpole, 1982). Rumus perhitungan nilai korelasi adalah:

r=

n xiyixi

i=1 n

⎛ ⎝ ⎜ ⎞ ⎠ ⎟ yi

i=1 n

⎛ ⎝ ⎜ ⎞ ⎠ ⎟ i=1 n

n x2

ixi n

⎛ ⎝ ⎜ ⎜ ⎞ ⎠ ⎟ ⎟ 2 i=1 n

⎡ ⎣ ⎢ ⎢ ⎤ ⎦ ⎥

n y

2

iyi n

⎛ ⎝ ⎜ ⎜ ⎞ ⎠ ⎟ ⎟ i=1 n

2 ⎡ ⎣ ⎢ ⎢ ⎤ ⎦ ⎥ ⎥ ⎡ ⎣ ⎢ ⎢ ⎤ ⎦ ⎥ ⎥ Keterangan: r = korelasi n = jumlah data

x = anomali SST nino 3.4 atau anomali IOD y = anomali curah hujan

Nilai korelasi berkisar antara -1 dan 1. Tanda positif atau negatif menunjukkan arah korelasinya. Bila korelasi antara x dan y negatif maka kenaikan variabel x akan menyebabkan penurunan y atau sebaliknya. Bila korelasi antara x dan y positif maka kenaikan variabel x akan diikuti dengan kenaikan variabel y atau sebaliknya.

3.3.3. Analisis Dinamika Waktu Tanam

Untuk mengetahui sensitifitas dan dinamika waktu tanam dilakukan dengan menganalisis hubungan antara indeks regional dengan luas tanam pada wilayah onset dalam kalender tanam eksisting yang telah dibuat oleh Badan Litbang Pertanian.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengetahui dinamika waktu tanam yaitu :

a. Luas Tanam

Normalisasi data dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan bias data dari pengaruh faktor lain seperti tren konversi lahan pertanian. Metode yang digunakan adalah Z-Score atau Normal Z-Score.

Perhitungan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Dimana :

x = skor data yang dinormalkan

σ = standar deviasi dari populasi

μ = rata-rata populasi

Jika variable acak dipertimbangkan sebagai rata-rata sample:


(16)

maka:

Piranti lunak yang digunakan adalah Minitab Ver 14.

b. Korelasi Lagging

Dengan mempertimbangkan faktor lag, untuk melihat maju mundurnya hubungan antara prediktor dan predikta sehingga diperoleh informasi korelasi anomali iklim pada waktu tertentu (Pearson Methode).

dimana:

x

= sample rata-rata untuk variabel pertama

s

x = standar deviasi unatuk variabel pertama

y

= sample rata-rata untuk variabel kedua

s

y = standar deviasi untuk variabel kedua

n

= panjang kolom

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Curah Hujan di Wilayah Equatorial

Indonesia memiliki dua musim yaitu, musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan umumnya terjadi pada bulan Desember, Januari dan Februari. Sedangkan musim kemarau umumnya terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus. Bulan lainnya disebut sebagai musim pancaroba atau transisi yaitu pada bulan Maret, April, Mei, September, Oktober dan November. Pembagian musim tersebut sebagai perbandingan dengan kondisi musim di belahan bumi Utara dan Selatan (musim dingin : Desember-Januari-Februari, musim panas : Juni-Juli-Agustus, musim gugur : September-Oktober-November, dan musim semi : Maret-April-Mei) maka dikelompokkan menjadi DJF, MAM, JJA dan SON.

Sepuluh stasiun curah hujan dianalisis di Kabupaten Pesisir Selatan yaitu di Tapan, Surantih Tarusan, Sutera, Ranah Pesisir, Linggo Sari, Lunang, Bayang, Batang Kapas, dan Lengayang.

Meskipun pola hujannya tidak begitu tegas, curah hujan di Kabupaten Pesisir Selatan berpola hujan equatorial sebagaimana pola curah hujan di wilayah di Sumatera Barat lainnya. Pola tersebut dicirikan dengan wilayah yang memiliki distribusi hujan bulanan bimodial dengan dua puncak musim hujan maksimum dan hampir sepanjang tahun masuk dalam kriteria musim hujan. Atau tepatnya puncak curah hujan terjadi satu bulan setelah matahari tepat di atas khatulistiwa yaitu pada bulan Maret/April dan Oktober/November.

4.1.1.Distribusi Stasiun yang Dipengaruhi oleh ENSO dan IOD di Kabupaten Pesisir Selatan

Berdasarkan analisis korelasi lagging pada lag, 0, 1, dan 2. Lag 0 merupakan lag dengan korelasi tertinggi dengan iklim regionalnya (IOD dan ENSO) sehingga analisis dilakukan pada lag 0. Selanjutnya dari seluruh stasiun yang dianalisis, anomali suhu permukaan laut yang terjadi baik di Samudera Hindia yang ditunjukkan oleh fenomena IOD maupun yang terjadi di Samudera Pasifik Equatorial yang ditunjukkan oleh ENSO pada DJF hanya berkorelasi nyata positif akibat ENSO di Tapan (r ≥ 0.34), artinya semakin meningkat anomali ENSO semakin tinggi pula curah hujannya.

Pengaruh IOD dan ENSO terhadap penurunan curah hujan baru terjadi pada SON di beberapa wilayah seperti di Tarusan, Sutera, Ranah Pesisir, Bayang, Batang Kapas dan Lengayang. Pengaruh tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi yang nyata (r ≥ -0.34).

Akibat pengaruh IOD dan ENSO Pada wilayah-wilayah tersebut, curah hujan berkurang terutama di bulan Oktober meskipun tidak sampai pada taraf anomali negatif .

Pesisir Selatan

0 50 100 150 200 250 300 350 400

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

B u l a n

Cu

ra

h

Hu

ja

n

(

m

m

)


(17)

Gambar 1. Pola Curah Hujan di wilayah terpengaruh iklim regional di Pesisir Selatan

-150 -100 -50 0 50 100 150

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

B u l a n

C

ur

a

h H

uj

a

n (

m

m

)

Gambar 2. Fluktuasi Anomali Curah Hujan di wilayah terpengaruh iklim regional.Pesisir Selatan

Tabel 2. Nilai Koefisien Korelasi Anomali Curah Hujan dengan Anomali IOD dan ENSO setiap musim di Kabupaten Pesisir Selatan.

Koefisien Korelasi

DJF MAM JJA SON

No Stasiun

IOD ENSO IOD ENSO IOD ENSO IOD ENSO

1 Tapan -0,007 0,342 -0,176 0,451 -0,33 -0,33 -0,202 -0,094

2 Pc Soal -0,001 0,022 -0,241 0,297 -0,33 -0,33 -0,149 -0,049

3 Tarusan 0 0,204 -0,261 0,183 -0,303 -0,255 -0,392 -0,472

4 Sutera -0,217 -0,097 -0,185 0,281 -0,33 -0,33 -0,362 -0,458

5 Ranah pesisir -0,009 0,214 -0,15 0,322 -0,33 -0,33 -0,344 -0,34

6 Linggo sari -0,008 0,147 -0,146 0,415 -0,33 -0,33 -0,184 -0,216

7 Lunang -0,114 0,312 -0,199 0,383 -0,296 -0,154 -0,05 0,202

8 Bayang -0,012 0,214 -0,082 0,462 -0,071 0,097 -0,34 -0,34

9 Batang kapas -0,051 0,13 -0,206 0,465 -0,332 -0,296 -0,396 -0,408

10 Lengayang -0,018 0,254 -0,217 0,52 -0,33 -0,155 -0,34 -0,34

4.1.2. Dinamika Waktu dan Luas Tanam Kabupaten Pesisir Selatan

Sepanjang periode tahun 1990 sampai 2007, El-Nino terjadi pada tahun 1991/1992, 1994/1995, 1997/1998, 2002/2003 dan 2006/2007 sedangkan IOD positif terjadi tahun 1991, 1994, 1997, 1998, 2004, 2006, dan 2007. Munculnya kedua fenomena tersebut akan mengakibatkan penurunan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, bahkan saat terjadi bersamaan akan mengakibatkan kekeringan yang hebat seperti pada tahun

1997/1998. Peristiwa tersebut tidak terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan karena air yang relatif tersedia.

Berdasarkan Peta Kalender Tanam yang dibuat oleh Badan Litbang Pertanian, hampir semua wilayah Pesisir Selatan mempunyai onset (musim tanam I) sepanjang tahun kecuali di IV Nagari Bayang. Sehingga petani dapat menanam padi kapan saja karena air yang dibutuhkan padi (200 mm/bulan) relatif terpenuhi (Tabel 3.2)


(18)

Tabel 3. Onset (Musim Tanam I) Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan Kalender Tanam (Sumber : Badan Litbang Pertanian, 2008)

No KECAMATAN Luas Baku sawah (ha) Onset

1 Basa IV Balai Tapan 2.551 Sepanjang Tahun

2 Batang Kapas 2.089 Sepanjang Tahun

3 Bayang 3.738 Sepanjang Tahun

4 IV Nagari Bayang 1.254 Juni II/III

5 Koto XI Terusan 2.292 Sepanjang Tahun

6 Lengayang 3.528 Sepanjang Tahun

7 Lunang Silaut 2.095 Sepanjang Tahun

8 Pancung Soal 4.112 Sepanjang Tahun

9 Ranah Pesisir 3.415 Sepanjang Tahun

10 Sutera 3.090 Sepanjang Tahun

Meskipun secara keseluruhan hubungan antara iklim regional baik IOD maupun ENSO dengan luas tanam tidak nyata, tetapi saat memasuki SON pada daerah yang terpengaruh oleh kedua fenomena tersebut, kenaikan anomalinya diikuti dengan penurunan luas tanam. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar petani lebih memilih menghindari resiko menanam pada saat terjadi penurunan curah hujan pada periode tersebut sehingga terjadi perbedaan puncak tanam antara wilayah yang terkena dampak IOD dan ENSO dengan yang tidak terkena dampak. Pada wilayah yang tidak terkena dampak, puncak tanam terjadi pada bulan Oktober sedangkan pada wilayah yang terkena dampak iklim regional tersebut terjadi pada bulan Desember (Gambar 3.3)

-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5

sep oct nov dec jan feb mar apr may jun jul aug

Bulan

A

nom

a

li

LT_Kena LT_Tidak DMI ENSO

Gambar 3. Fluktusi IOD, ENSO dan Luas Tanam Padi Sawah di Kabupaten Pesisir Selatan

4.2.Curah Hujan di Wilayah Monsunal

Berbeda dengan tipe curah hujan equatorial, tipe curah hujan monsunal mempunyai perbedaan yang sangat jelas antara musim hujan dan kemarau. Kabupaten Karawang termasuk dalam wilayah tipe curah hujan monsunal. Curah hujan di wilayah tersebut

meningkat memasuki bulan September dan mencapai puncaknya pada bulan Januari. Sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Juni, Juli dan terendah pada bulan Agustus. Sedangkan anomali di Karawang tidak berlangsung panjang seperti daerah Pesisir Selatan, yaitu hanya saat memasuki musim kemarau dari bulan Mei hingga Oktober.

4.2.1. Distribusi Stasiun yang Dipengaruhi oleh ENSO dan IOD di Kabupaten Karawang

Kabupaten Karawang berbeda dengan Pesisir Selatan. Telah diketahui bahwa tipe curah hujan Kabupaten Karawang tipe curah hujan monsunal sedangkan Pesisir Selatan memiliki tipe curah hujan equatorial. Kabupaten Karawang memiliki 28 buah stasiun dan berdasarkan analisis koefisien korelasi yang dilakukan pada musim DJF, MAM, dan JJA tidak berpengaruh nyata sehingga Kabupaten Karawang tidak terkena dampak pada musim DJF, MAM, dan JJA. Sedangkan pada musim SON semua stasiun yang ada menghasilkan korelasi yang nyata sehingga seluruh stasiun yang ada di Kabupaten Karawang terkena dampak iklim regional pada musim SON.


(19)

Karaw ang 0 50 100 150 200 250 300 350 Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Se p Oc t No v De c

B u l a n

C u ra h H u ja n ( m m )

CH rata-rata = 113mm/bulan

Gambar 4. Fluktuasi Curah Hujan di Kabupaten Karawang

Curah hujan di Kabupaten Karawang relatif signifikan antara yang maksimal dan minimal. Curah hujan Karawang mencapai minimal pada bulan Agusutus sedangkan mencapai maksimal pada bulan Januari. Sehingga dari bulan September curah hujan naik hingga Januari dan mulai turun pada bulan Februari dan mencapai titik minimal pada bulan Agustus. Karaw ang -150 -100 -50 0 50 100 150 200

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

B u l a n

Cu rah H u ja n ( m m )

Gambar 5. Fluktuasi anomali Curah hujan di Kabupaten Karawang

4.2.2. Dinamika Waktu Tanam dan Luas Tanam di Kabupaten Karawang.

Karakteristik pola tanam di kabupaten Karawang sangat berbeda dengan Pesisir Selatan, ini dikarenakan keadaan geografis dan pola curah hujan yang berbeda.

Berdasarkan Peta Kalender Tanam, puncak onset di Jawa Barat pada umumnya terjadi pada September III/Oktober I dengan pola tanam yang dapat dikembangkan Padi-Padi-Padi (Las et, al 2007). Namun karena pengaruh iklim regional pada beberapa wilayah mengalami pergeseran puncak onset berupa pengunduran waktu tanam beberapa dasarian. Di Karawang, sangat terlihat jelas pengunduran saat tanam terjadi pada tingkat korelasi yang berbeda akibat pengaruh IOD di SON. Pada tingkat korelasi

yang rendah (r ≥ -0.4) sekitar 18 % kecamatan di Karawang, puncak onset terjadi pada Oktober II/III hal tersebut berarti mundur dua dasarian. Pada tingkat korelasi yang sedang (-0.4 > r > -0.5) puncak onset semakin mundur dua dasarian menjadi November I/II, tetapi prosentase berkurang menjadi 14%. Dan pergeseran puncak onset terjauh hingga enam dasarian terjadi pada korelasi tinggi (≥ -0.5) meskipun hanya 7% kecamatan saja (Gambar 3.6). Selanjutnya anomali ENSO di Karawang hanya berkorelasi rendah dan sedang. Kedua tingkat korelasi tersebut mengakibatkan kemunduran puncak onset empat dasarian pada November I/II, masing-masing 25 dan 20% kecamatan di Karawang (Gambar 3.7). Pada periode pengunduran puncak onset tersebut pola tanam yang dapat dikembangkan adalah Padi-Padi-Palawija. 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

SepIII/OktI OktII/III NovI/II NovIII/DesI DesII/III JanI/III

Onset D ist ri b u si K ec am at an ( % )

r ≥-0.4 -0.4 > r > -0.5 r ≤ -0.5

IOD di Karawang

Gambar 6. Distribusi Waktu Tanam Padi Sawah Kabupaten Karawang yang

dipengaruhi IOD. Periode SON.

0 5 10 15 20 25 30

SepIII/OktI OktII/III NovI/II NovIII/DesI DesII/III JanI/III

Onset D is tr ib u si K e ca m at an ( % )

r ≥-0.4 -0.4 > r > -0.5 r ≤ -0.5

ENSO di Karawang

Gambar 7. Distribusi Waktu Tanam Padi Sawah Kabupaten Karawang yang

dipengaruhi ENSO. Periode SON. Disamping waktu tanam, anomali iklim regional berpengaruh pula terhadap luas tanam di Kabupaten Karawang. Seperti halnya terhadap waktu tanam, hasil analisis koefisien korelasi dikelompokkan menjadi 3 yaitu kecamatan dengan tingkat korelasi rendah (r ≥ -0,4), kecamatan dengan tingkat korelasi sedang (-0,4 > r > -0,5), dan kecamatan dengan tingkat korelasi tinggi (r < -0,5). Pengelompokkan ini


(20)

disebabkan semua kecamatan pada periode SON terkena dampak ENSO dan IOD.

Dari Gambar 3.8 yang menunjukkan fluktuasi IOD dan Luas Tanam Padi Sawah dapat dilihat bahwa penurunan luas tanam bersamaan dengan peningkatan anomali IOD pada wilayah-wilayah yang berkorelasi rendah, sedang maupun tinggi dengan anomali tersebut. Peningkatan IOD pada bersamaan dengan penurunan luas panen pada Juli - Oktober dan Januari – Maret. Penurunan luas tanam pada Juli - Oktober lebih tinggi dibandingkan dengan Januari - Maret.

Anomali ENSO mulai meningkat memasuki bulan Juni hingga Oktober (Gambar 3.9), akibatnya luas tanam menurun pada periode tersebut baik pada wilayah yang berkorelasi rendah maupun sedang. Tidak ada perbedaan yang tegas antara wilayah yang berkorelasi rendah maupun sedang.

Tabel 4. Nilai Koefisien Korelasi Anomali Curah Hujan dengan Anomali IOD dan ENSO setiap musim di Kabupaten Karawang.

DJF MAM JJA SON No

Stasiun

DMI Nino 3.4 DMI Nino 3.4 DMI Nino 3.4 DMI Nino 3.4

1 Batujaya -0,046 -0,084 -0,032 0,11 -0,323 -0,277 -0,371 -0,382

2 Ceuplik -0,127 0,086 0,178 0,42 -0,223 -0,042 -0,479 -0,433

3 Cibadar -0,118 -0,072 -0,068 0,126 -0,083 -0,13 -0,37 -0,389

4 Cibuaya -0,031 -0,084 -0,265 0,169 -0,304 -0,143 -0,452 -0,332

5 Cikampek -0,064 0,05 0,107 0,36 -0,24 -0,198 -0,377 -0,384

6 Cilamaya -0,008 -0,126 -0,054 0,054 -0,224 -0,214 -0,38 -0,39

7 Ciracas -0,091 0,058 -0,007 0,296 -0,335 -0,312 -0,463 -0,399

8 Curug -0,166 -0,058 -0,232 0,372 -0,246 -0,014 -0,340 -0,340

9 Dawuhan -0,055 -0,024 -0,109 0,05 -0,335 -0,007 -0,340 -0,340

10 Gebangmalang -0,151 -0,12 0,104 0,001 -0,335 -0,335 -0,366 -0,41

11 Gempol lor -0,006 -0,099 0,109 -0,08 -0,335 -0,335 -0,340 -0,340

12 Gempolhaji -0,168 -0,234 -0,149 0,186 -0,31 -0,261 -0,513 -0,398

13 Karawang -0,054 -0,064 -0,128 -0,061 -0,331 -0,164 -0,457 -0,335

14 Leuweung Seureuh -0,112 -0,002 -0,027 0,115 -0,335 -0,125 -0,542 -0,406

15 Pagadungan -0,039 -0,103 -0,05 0,183 -0,294 -0,181 -0,514 -0,477

16 Pasirukeum -0,021 -0,228 0,136 0,192 -0,248 -0,218 -0,355 -0,340

17 Pedes -0,128 0,014 0,212 -0,019 -0,153 -0,084 -0,340 -0,340

18 Pedes Tut -0,213 -0,132 -0,007 0,209 -0,301 -0,288 -0,473 -0,340

19 Pendeuy -0,007 -0,021 0,087 0,076 -0,054 -0,205 -0,340 -0,340

20 Petaruman -0,113 -0,147 0,196 0,074 -0,309 -0,119 -0,340 -0,340

21 Plawad -0,023 -0,155 -0,029 0,058 -0,273 -0,263 -0,340 -0,340

22 Pondokbalas -0,104 -0,181 -0,242 -0,161 -0,335 -0,335 -0,514 -0,43

23 Rawagempol -0,263 -0,304 -0,104 0,196 -0,313 -0,304 -0,439 -0,423

24 Rawamerta -0,056 -0,196 -0,003 -0,167 -0,159 -0,161 -0,427 -0,448

25 Rengas dengk -0,066 -0,182 -0,033 -0,054 -0,302 -0,18 -0,513 -0,486

26 Talenpase -0,162 -0,277 0,004 0,01 -0,285 -0,335 -0,4 -0,425

27 Telukbuyung -0,05 -0,09 -0,04 0,356 -0,335 -0,314 -0,340 -0,340

28 Tempuran -0,123 -0,099 0,104 -0,096 -0,128 -0,103 -0,340 -0,340

-1,5 -1 -0,5 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

sep oct nov dec jan feb mar apr may jun jul aug

Bulan

Ano

m

a

li

r ≥ -0.4 -0.4≥ r ≥ -0.5 ≤ -0.5 DMI

Gambar 8. Fluktusi IOD dan Luas Tanam Padi Sawah di Kabupaten Karawang.

-1,5 -1 -0,5 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

sep oct nov dec jan feb mar apr may jun jul aug

Bulan

Ano

m

a

li

r ≥ -0.4 -0.4≥ r ≥ -0.5 ENSO

Gambar 9. Fluktusi ENSO dan Luas Tanam Padi Sawah di Kabupaten Karawang. Dari Tabel 5, dapat diperoleh informasi yaitu Kabupaten Karawang berdasarkan data eksisting yang diambil dari kalender tanam mempunyai waktu onset yang beraneka ragam. Sehingga, kabupaten Karawang mempunyai waktu onset yang berkisar antara SepIII/OktI hingga NovIII/DesI. Kabanyakan dari 28 kecamatan yang ada di Karawang mempunyai waktu onset antara OktII/III dan NovI/II. Namun, pada umumnya berdasarkan kalender tanam pulau Jawa secara keseluruhan mempunyai waktu oset SepIII/OktI.


(21)

Tabel 5. Kalender Tanam Kabupaten Karawang (Balitklimat, 2007)

No Kecamatan Luas Baku Sawah (ha) Onset

1 Banyusari 3814 NovIII/DesI

2 Batujaya 4931 NovIII/DesI

3 Ciampel 617 Nov I/II

4 Cibuaya 3833 NovIII/DesI

5 Cikampek 492 Okt II/III

6 Cilamaya 4835 SepIII/OktI

7 Cilebar 4859 SepIII/OktI

8 Jatisari 3261 Okt II/III

9 Jayakerta 3571 Nov I/II

10 Karawang Barat 2233 Nov I/II

11 Karawang Timur 1875 Nov I/II

12 Klari 1491 Okt II/III

13 Kotobaru 1409 Nov I/II

14 Kutawaluya 5345 NovIII/DesI

15 Lemahabang 3795 Nov I/II

16 Majalaya 2233 Nov I/II

17 Pakisjaya 3166 NovIII/DesI

18 Pangkalan 2341 Okt II/III

19 Pedes 5073 SepIII/OktI

20 Purwosari 1556 SepIII/OktI

21 Rawamerta 4192 Nov I/II

22 Rengasdengklok 2026 Okt II/III

23 Talagasari 3900 Nov I/II

24 Tegalwaru 1912 Okt II/III

25 Telukjambe 2033 Okt II/III

26 Tempuran 4372 NovIII/DesI

27 Tirtajaya 5655 NovIII/DesI

28 Tirtamulya 2521 Nov I/II

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Dampak iklim regional baik IOD maupun ENSO terhadap penurunan curah hujan mulai terjadi pada SON baik pada wilayah tipe hujan di Pesisir Selatan (Equatorial) maupun di Karawang (Monsunal).

2. Pengaruh IOD dan ENSO pada wilayah tipe hujan Monsunal lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah tipe hujan Equatorial 3. Di Pesisir Selatan onset terjadi sepanjang

tahun, dan karena pengaruh IOD maupun ENSO tidak cukup kuat, tidak terjadi pergeseran puncak onset. Sedangkan di Karawang puncak onset mundur 2 – 6 dasarian akibat IOD maupun ENSO.

4. Saat memasuki SON, di Pesisir Selatan, kenaikan anomali iklim baik IOD maupun ENSO diikuti dengan penurunan luas tanam pada September dan Oktober. Pada wilayah yang tidak terkena dampak, puncak tanam terjadi pada bulan Oktober dan pada wilayah yang terkena dampak iklim regional tersebut terjadi pada bulan Desember. Sedangkan di Karawang semua wilayah terkena dampak anomali iklim dengan penurunan luas panen pada Juli – Oktober. Dan puncak tanam terjadi pada Desember.

5.2.Saran

1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam terutama pada wilayah yang didominasi oleh lahan tadah hujan.

2. Perlu dilakukan penelitian pergeseran kalender tanam pada tingkat desa.

DAFTAR PUSTAKA

Boer, R., I. Wahab., and Perdinan. 2004. The use of global climate forcing for rainfall and yield prediction in Indonesia: Case study at Bandung District. Dept. Of Geophysics and Meteorology, Bogor Agriculture Univ. Mimeograph.

Chang, C. P., P. Harr, and J. Ju. 2001. Possible roles of Atlantic circulations on the weakening Indian monsoon rainfall-ENSO relationship, J. Climate, 14, 2376-2380.

Chen, C.C., B. McCarl, and H. Hill. 2002. Agricultural value of ENSO information under alternative phase definition.

Climatic Change, 54, 305-325.

Edirisinghe, N. 2004. A Study of Food Grain Market in Iraq. Document of the World Bank & United Nations World Food Program. Reconstructing Iraq. Working Paper No. 3. June 2004. 72p.

Fagi, A.M., Irsal Las, M. Syam. 2002. Inovasi teknologi padi untuk peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani. Badan Litbang Pertanian. Publikasi Khusus dalam Pekan Padi Nasional, Sukamandi 5-9 Maret 2002.

Fagi A.M., Irsal Las, H. Pane, N. Widiarta, S. Abdurachamn, H. Toha. 2002. Produksi padi dan startegi antisipasi anomali iklim. Balai Penelitian Tanaman Padi. Badan Litbang Pertanian.

Kripalani, R. H., and A. Kulkarni. 1999. Climatological impact of El Niño/La Niña on the Indian monsoon: A new perspective. Weather, 52, 39-46.

Las I, Unadi, Subagyono, Syahbuddin, Runtunuwu. 2007. Atlas Kalender Tanam Pulau Jawa. Skala 1:1.000.000 dan


(22)

1:250.000. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. 96 hal.

Las I, Unadi, Syahbuddin, Runtunuwu. 2008. Atlas Kalender Tanam Pulau Sumatera. Skala 1:1.000.000 dan 1:250.000. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Tidak Dipublikasikan.

Las, I. 2004. Menyiasati Fenomena Anomali Iklim Bagi Pemantapan Produksi Padi Nasional Pada Era Revolusi Hijau Lestari. Laporan Orasi.

Naylor, R. L. 2000. Effects of El Nino-Southern Oscillation Events on Food Production Instability in Indonesia: Developing Models for Rice and Shrimp. Report of Investigation.

Raju, P. V. S., U.C. Mohanty, P.L.S. Rao, and R. Bhatla. 2002. The contrasting features of Asian summer monsoon during surplus and deficient rainfall over India, Int. J.

Climatol., 22, 1897-1914.

Saji, N. H., B.N. Goswami, P.N. Vinayachandran, and T. Yamagata. 1999. A dipole mode in the tropical Indian Ocean. Nature, 401, 360-363.

Syahbuddin, H., E. Runtunuwu, A. Pramudia, E. Surmaini, R. Shofiati, K. Subagyono, I. Amien, dan I. Las. 2007. Identifikasi dan Delineasi Kalender dan Pola Tanam Pada Lahan Sawah Terhadap Anomali Iklim di Pulau Jawa. Laporan Tengah Tahun. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.

Williamson, D.2001. Using remotely sensed data for humanitarian Relief. Geography Bulletin, Summer 2001, pp. 15-18.


(23)

1. Diagram Alir Penelitian

BASIS DATA TANAM HUJAN

INDIKATOR ANOMALI IKLIM

BASIS DATA LUAS TANAM PADI

ANALISIS CURAH HUJAN

ANALISIS ENSO DAN

IOD NORMALISASI DATA

KORELASI LAGGING

ANALISIS KORELASI

DINAMIKA WAKTU DAN POLA TANAM PADI


(24)

2. Data luas tanam Kabupaten Karawang

Tahun 1990 No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1 Karawang 0 0 0 4740 171 7 0 0 0 0 4099

2 Klari 662 0 0 2846 934 119 0 0 0 0 1630 2

3 Telukjambe 1142 0 300 3452 699 0 0 0 0 0 2952 1

4 Pangkalan 0 0 0 975 1840 0 0 0 0 0 0

5 Rengasdengklok 182 0 0 3510 6369 688 0 0 0 0 3552 6 6 Batujaya 7051 560 0 0 2080 8362 308 0 0 0 0 4

7 Pedes 4126 0 0 0 5716 6284 0 0 0 0 365 7

8 Rawamerta 0 0 0 4177 427 0 0 0 0 0 3197 1

9 Tempuran 0 0 0 4311 3873 0 0 0 0 0 750 5

10 Cikampek 97 0 0 4113 822 0 0 0 0 0 2264 1

11 Jatisari 1418 0 0 5447 2703 550 0 0 0 0 2958 4 12 Cilamaya 0 0 0 633 1230 7810 0 0 0 0 540 4 13 Telagasari 0 0 0 1951 1974 0 0 0 0 0 2454 1 14 Lemahabang 0 560 300 3424 376 0 308 0 0 0 1933 1

Rata-rata 1048,429 80 42,85714 2827,071 2086,714 1701,429 44 0 0 0 1906,714 3239,5 Tahun 1992

No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 1 Karawang 0 0 2400 1953 420 0 0 0 0 0 1173

2 Klari 130 0 0 3813 0 0 0 0 0 140 3677

3 Telukjambe 0 0 392 2607 864 0 0 0 0 60 4010 4 Pangkalan 1277 0 0 630 2262 0 0 0 50 175 4025 5 Rengasdengklok 0 0 0 6754 3796 0 0 0 0 0 57660 4 6 Batujaya 2022 0 0 500 9425 465 0 0 0 0 0 12

7 Pakisjaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4

8 Pedes 798 0 0 1153 7987 2860 0 0 0 0 3708

9 Cibuaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 Cikampek 462 0 2028 1918 495 0 0 0 0 1050 3669

11 Tirtamulya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12 Jatisari 150 0 0 5544 3022 0 0 0 0 180 8431 13 Cilamaya 361 0 0 1218 4924 3531 0 0 0 0 3708 59 14 Telagasari 0 0 621 3136 168 0 0 0 0 1082 2843 15 Lemahabang 0 0 1339 2561 0 0 0 0 0 556 3244 16 Rawamerta 0 0 2645 1959 0 0 0 0 0 0 4604

17 Tempuran 7 0 0 2310 5874 0 0 0 0 0 4681 3

Rata-rata 306,2941 0 554,4118 2120,941 2308,059 403,2941 0 0 2,941176 190,7647 6201,941 5012,059 Tahun 1993

No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1 Karawang 0 0 1275 3495 0 0 0 0 0 0 4681 9

2 Klari 0 0 0 3811 0 0 0 0 0 0 2286 7

3 Telukjambe 0 0 279 3565 325 0 0 0 0 0 1925 7

4 Pangkalan 0 0 0 3212 0 0 0 0 0 0 300 7

5 Rengasdengklok 0 0 0 8071 1725 0 0 0 0 0 5920 19

6 Batujaya 0 0 0 0 9411 0 0 0 0 0 405 17

7 Pakisjaya 1206 0 0 0 800 1293 0 0 0 0 0 3

8 Pedes 0 0 0 0 7733 0 0 0 0 0 1605 14

9 Cibuaya 3164 0 0 429 500 3135 0 0 0 0 0 8

10 Cikampek 0 0 201 1499 0 0 0 0 0 0 994 3

11 Tirtamulya 0 0 2123 568 0 0 0 0 0 0 2570 5 12 Jatisari 0 0 445 6470 1585 0 0 0 0 0 5107 16 13 Cilamaya 0 0 0 1326 7365 967 0 0 0 0 1826 18 14 Telagasari 0 0 1875 2050 0 0 0 0 0 0 2270 7 15 Lemahabang 0 0 2197 1603 0 0 0 0 0 0 3103 7 16 Rawamerta 0 0 3335 1269 0 0 0 0 0 0 3625 9 17 Tempuran 0 0 0 5023 3087 74 0 0 0 0 235 15

Rata-rata 257,0588 0 690 2493,588 1913,588 321,7059 0 0 0 0 2167,765 10542,94 Luas Tanam

Luas Tanam

Luas Tanam

864 227 101 550 832 597 151 407 690 831 960 805 471 867

0 217 181 0 260 549 825 0 0 30 640 0 0 0 503

530 636 748 484 684 767 299 040 195 370 284 585 469 850 600 208 481


(25)

Tahun 1994 KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 1 Karawang 0 0 195 4393 76 0 0 0 0 0 4323 2 Klari 207 0 100 2817 887 0 0 0 0 0 2430 3 Telukjambe 589 0 0 1987 1615 15 0 0 0 0 2914 4 Pangkalan 0 0 0 2237 981 0 0 0 0 0 0 1 5 Rengasdengklok 133 0 0 6297 2878 623 0 0 0 0 1694 7 6 Batujaya 2233 0 0 0 3144 6316 0 0 0 0 0 3 7 Pakisjaya 2225 941 0 0 0 1360 512 0 0 0 0 0 8 Pedes 1426 0 0 0 2309 5408 0 0 0 0 300 9 Cibuaya 2698 399 0 0 150 3690 224 0 0 0 0 10 Cikampek 358 0 3 1350 47 0 0 0 0 0 1028 11 Tirtamulya 0 0 1618 918 0 0 0 0 0 105 2424 12 Jatisari 415 0 75 2671 4874 780 0 0 0 0 2906 3 13 Cilamaya 851 0 0 210 4015 5429 0 0 0 0 140 2 14 Telagasari 0 0 1527 2398 0 0 0 0 0 0 2472 1 15 Lemahabang 0 0 1987 1813 0 0 0 0 0 0 2518 1 16 Rawamerta 0 0 1500 3104 0 0 0 0 0 0 3235 1 17 Tempuran 887 0 0 2362 5299 523 0 0 0 0 195 2

Rata-rata 778,7222 78,82353 412,0588 1915,118 1545,588 1420,235 43,29412 0 0 6,176471 1563,471 1598,588 Tahun 1995

No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 1 Karawang 0 0 0 4567 72 0 0 0 0 5 3750 2 Klari 500 0 0 2867 651 163 0 0 0 0 2870 3 Telukjambe 200 0 0 389 3056 0 0 0 0 225 2011 1 4 Pangkalan 3247 0 0 675 2175 0 0 0 0 0 525 3 5 Rengasdengklok 819 0 0 1724 6875 1132 0 0 0 0 3971 6 6 Batujaya 6782 734 0 0 2838 5914 1097 0 0 0 890 9 7 Pakisjaya 610 2556 0 0 0 1030 842 0 0 0 0 2 8 Pedes 6577 0 0 0 858 4872 2003 0 0 0 0 7 9 Cibuaya 1964 2017 0 0 0 3616 436 0 0 0 20 1 10 Cikampek 586 0 0 1309 395 0 0 0 0 0 840 1 11 Tirtamulya 0 0 320 2243 0 0 0 0 0 75 2524 12 Jatisari 2314 0 0 2551 2907 2926 116 0 0 0 4213 4 13 Cilamaya 6644 649 0 160 2069 6230 1195 0 0 0 1035 8 14 Telagasari 279 0 0 2748 873 304 0 0 0 0 2754 1 15 Lemahabang 218 0 1235 1622 936 0 0 0 0 0 2546 1 16 Rawamerta 0 0 390 4214 0 0 0 0 0 0 3257 1 17 Tempuran 4266 813 0 0 4917 3267 0 0 0 0 0 5

Rata-rata 2059,176 398,1765 114,4118 1474,647 1683,647 1732,588 334,6471 0 0 17,94118 1835,647 3338,412 Tahun 1996

No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 1 Karawang 0 0 20 4104 371 0 0 0 0 0 4135 2 Klari 0 0 135 2879 654 0 0 0 0 0 3083 3 Telukjambe 0 0 0 1866 1085 52 0 0 0 0 769 2 4 Pangkalan 0 0 0 3345 0 0 0 0 0 321 1429 2 5 Rengasdengklok 0 0 0 1426 8190 84 0 0 0 0 4703 5 6 Batujaya 384 0 0 0 2776 7173 0 0 0 0 910 7

7 Pakisjaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 Pedes 1126 0 0 0 0 1872 0 0 0 0 0 1

9 Cibuaya 232 0 0 0 2450 5283 0 0 0 0 0 5 10 Cikampek 2375 0 0 0 483 3569 0 0 0 0 0 1 11 Tirtamulya 73 0 800 1238 286 0 0 0 0 215 870 12 Jatisari 0 0 0 1751 0 0 0 0 0 0 2444 13 Cilamaya 178 0 0 1718 3111 3586 0 0 0 0 3784 4 14 Telagasari 0 0 0 0 1161 8487 0 0 0 5 5458 8 15 Lemahabang 0 0 620 2304 1616 0 0 0 0 0 2325 1 16 Rawamerta 0 0 0 1435 1738 0 0 0 0 690 2491 1 17 Tempuran 2305 0 0 3872 732 0 0 0 0 0 2406 1 Rata-rata 481,6667 0 92,64706 1525,765 1450,176 1770,941 0 0 0 72,41176 2047,471 2701,

Luas Tanam

Luas Tanam Luas Tanam

341 872 931 025 508 073 856 71 403 77 280 229 174 057 369 910

884 920 418 522 019 315 040 501 657 104 0 109 625 166 247 347 879

360 707 343 522 287 536 089 759 747 656 0 716 808 590 302 508 765


(26)

Tahun 1997 No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 1 Karawang 0 0 0 3988 507 0 0 0 0 0 680 3

2 Klari 0 0 0 2918 696 0 0 0 0 0 443 2

3 Telukjambe 0 0 0 671 2014 318 0 0 0 0 47 2

4 Pangkalan 0 0 0 3345 0 0 0 0 0 0 0

5 Rengasdengklok 0 0 0 2089 6861 750 0 0 0 0 248 4 6 Batujaya 937 0 0 225 2288 2230 0 0 0 0 0 7 Tirtajaya 1206 0 0 0 2540 2616 0 0 0 0 0 8 Pakisjaya 2077 0 0 0 0 2352 0 0 0 0 0 0 9 Pedes 1542 432 0 0 460 3774 3499 0 0 0 0 10 Cibuaya 1981 324 0 0 0 1247 2466 0 0 0 0 11 Cikampek 34 0 0 1168 346 0 0 0 0 0 748 12 Tirtamulya 0 0 85 2396 122 0 0 0 0 0 967 1 13 Jatisari 0 0 0 657 4823 2855 124 0 0 0 120 4 14 Cilamaya 303 0 0 0 1131 7567 775 0 0 0 0 15 Telagasari 0 0 0 2212 1508 200 0 0 0 0 243 2 16 Lemahabang 0 0 450 1610 1733 0 0 0 0 0 1515 1 17 Rawamerta 0 0 190 3707 707 0 0 0 0 0 1876 2 18 Tempuran 1449 0 0 0 3486 2318 2205 0 0 0 0 2 Rata-rata 529,3889 42 40,27778 1388,111 1623,444 1457,056 503,8333 0 0 0 382,6111 1800, Tahun 1998

No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 1 Karawang 0 0 0 1881 2614 0 0 0 0 50 4495 2 Klari 408 137 0 245 2737 429 0 0 0 423 2046 1 3 Telukjambe 143 157 0 0 2355 542 0 0 211 0 1681 890 4 Pangkalan 3612 366 0 0 3367 0 85 0 400 0 320 3533 5 Rengasdengklok 5113 96 20 0 4074 5626 0 0 0 0 2360 7 6 Batujaya 1623 1610 1028 0 0 3627 1131 0 0 0 490 4 7 Tirtajaya 2554 1426 1613 0 0 2940 1966 125 0 0 292 3392 8 Pakisjaya 0 1530 1636 0 0 0 1872 0 0 0 0 2

815 546 878 275 488 670 65 890 40 302 622 643 796 733 553 728 357 056

0 438 618 158 110 9 Pedes 3905 1895 1008 0 0 4876 2822 0 0 0 20 4942 10 Cibuaya 935 423 2654 0 40 957 3055 0 0 0 0 11 Cikampek 390 89 0 0 1189 320 0 0 0 0 667 12 Tirtamulya 0 0 0 40 1333 0 0 0 0 0 110

313 862 7 1504 13 Jatisari 3517 220 0 1189 3194 4004 1097 0 0 50 3307 5143 14 Cilamaya 3598 2471 2503 1333 0 4138 5446 64 0 0 200 5617 15 Telagasari 538 411 0 3194 1948 1466 0 0 0 0 965 2 16 Lemahabang 725 0 55 0 1032 1312 0 0 0 0 1074 2 17 Rawamerta 0 0 0 1948 2041 194 0 0 0 0 3450 1 18 Tempuran 4838 989 0 1032 5551 2139 272 0 0 0 135 7

Rata-rata 1772,167 656,6667 584,2778 603,4444 1748,611 1809,444 985,8889 10,5 33,94444 29,05556 1256,056 3093,5 Tahun 1999

No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 1 Karawang 0 0 0 2750 1745 0 0 0 0 0 3151 1

2 Klari 0 0 0 2946 588 0 0 0 0 0 1483 2

3 Telukjambe 0 0 692 1283 983 0 0 0 0 75 2702 4 Pangkalan 0 0 0 1867 1585 0 0 0 0 0 1316 2 5 Rengasdengklok 0 0 0 580 7569 1551 0 0 0 0 2300 7 6 Batujaya 283 0 0 0 1198 3159 391 0 0 0 0 2 7 Tirtajaya 1974 0 0 0 675 4983 0 0 0 0 0 4 8 Pakisjaya 1056 0 0 0 0 1670 675 0 0 0 0 0 9 Pedes 2714 0 0 0 600 4390 2708 0 0 0 0 7 10 Cibuaya 3133 481 125 0 0 766 3286 0 0 0 0 11 Cikampek 0 0 0 333 1181 0 0 0 0 0 535 12 Tirtamulya 0 0 0 1290 1290 0 0 0 0 0 1302 1 13 Jatisari 0 0 10 2657 2880 2953 0 0 0 0 121 8 14 Cilamaya 3839 0 0 0 1087 8569 0 0 0 0 0 7 15 Telagasari 0 0 0 711 3204 0 0 0 0 0 1397 2 16 Lemahabang 0 0 0 815 2978 0 0 0 0 0 1255 2 17 Rawamerta 0 0 0 3239 1365 0 0 0 0 0 2837 1 18 Tempuran 719 0 0 0 4024 4159 0 0 0 0 225 6

Rata-rata 762,1111 26,72222 45,94444 1026,167 1830,667 1788,889 392,2222 0 0 4,166667 1034,667 3347,611 Luas Tanam

Luas Tanam

Luas Tanam

960 719 154 330

344 010 330 937 678 353 635 005 740 994 312 166 296 523 538 767 629


(27)

Tahun 2000 No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1 Karawang 0 0 0 3624 843 0 0 0 0 0 4467

2 Klari 0 0 0 2243 1250 0 0 5 20 0 1951 1

3 Telukjambe 0 0 0 2042 519 0 0 0 0 665 1896

4 Ciampel 0 0 0 407 0 0 0 0 0 34 407

5 Pangkalan 0 0 0 3453 0 0 0 0 0 0 2172 1

6 Rengasdengklok 0 0 0 75 2870 2383 0 0 0 0 1645 3 7 Kutawaluya 0 0 0 750 3622 0 0 0 0 0 3635 8 Batujaya 2254 970 194 0 0 2953 1829 0 0 0 0 1

9 Tirtajaya 3173 0 0 0 0 5156 0 0 0 0 0 2

10 Pakisjaya 1680 1700 546 0 0 0 2152 0 0 0 0 0 11 Pedes 693 522 314 0 1240 6197 261 0 0 0 0 3

12 Cibuaya 1840 861 396 0 0 0 3857 0 0 0 0

13 Cikampek 0 0 0 105 1424 0 0 0 0 0 70 1

14 Tirtamulya 0 0 0 2189 397 0 0 0 0 0 746 1

15 Jatisari 213 0 0 0 5380 3120 0 0 0 0 0 8

16 Cilamaya 2470 150 0 0 1970 7678 0 0 0 0 0 5 17 Telagasari 0 0 0 1068 2832 0 0 0 0 0 1747 2 18 Lemahabang 0 0 0 1490 2303 0 0 0 0 0 1080 2 19 Rawamerta 0 0 0 1203 3401 0 0 0 0 0 3234 1 20 Tempuran 1604 832 376 0 4499 3681 0 0 0 0 350 6

Rata-rata 696,35 251,75 91,3 932,45 1627,5 1558,4 404,95 0,25 1 34,95 1170 2245,7 Tahun 2002

No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1 Karawang 0 0 0 4467 0 0 0 0 0 35 4432

2 Klari 0 0 0 0 3493 0 0 0 0 25 1528 1

3 Telukjambe 0 0 0 1709 852 0 0 240 186 398 1737 0

4 Ciampel 0 0 0 482 167 0 0 0 0 95 554 0

5 Pangkalan 425 0 0 3985 0 0 0 450 300 25 1000 2 6 Rengasdengklok 911 0 0 780 1170 3616 0 0 0 0 904 3 7 Kutawaluya 0 0 0 1628 2744 0 0 0 0 0 810 2 8 Batujaya 3554 165 0 0 350 1193 3215 0 0 0 0 9 Tirtajaya 1920 823 0 0 1035 2085 1169 649 0 0 0 2 10 Pakisjaya 2070 1096 0 0 0 250 2068 0 0 0 0 0

11 Pedes 4602 0 0 0 410 3989 3299 0 0 0 0 1

12 Cibuaya 965 1518 1171 0 0 0 1097 2740 0 0 0 0

13 Cikampek 0 0 0 0 1529 0 0 0 0 0 0 1

14 Tirtamulya 0 0 0 0 2509 0 0 0 0 0 1737

15 Jatisari 0 0 0 0 4131 4234 90 0 0 0 55 7

16 Cilamaya 4110 0 0 0 609 3425 5622 0 0 0 0 7 17 Telagasari 0 0 0 1881 2019 0 0 0 0 0 2278 1 18 Lemahabang 0 0 0 0 2666 1132 0 0 0 0 1880 1

19 Rawamerta 0 0 0 755 3849 0 0 0 0 0 3455 1

20 Tempuran 951 0 0 0 2065 6118 0 0 0 0 0 2

Rata-rata 975,4 180,1 58,55 784,35 1479,9 1302,1 828 203,95 24,3 28,9 1018,5 1984,3 Tahun 2003

No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1 Karawang 0 0 0 1659 1244 0 0 0 0 0 2631

2 Majalaya 0 0 0 1564 0 0 0 0 0 0 1419

3 Klari 0 0 0 0 3493 0 0 0 0 825 250 2

4 Telukjambe 0 0 111 1971 479 106 5 0 50 1065 1185 261

5 Ciampel 0 0 0 256 393 0 0 0 0 50 336

6 Pangkalan 0 0 955 3030 0 0 0 585 0 0 0 1

7 Rengasdengklok 1516 0 0 1060 379 561 0 0 0 0 845 1

8 Jayakerta 0 0 0 0 0 3571 0 0 0 0 0 1

9 Kutawaluya 0 0 0 0 4372 0 0 0 0 0 1551 2

10 Batujaya 2790 946 1313 332 0 1763 3029 0 0 0 0 11 Tirtajaya 3340 0 1748 0 0 1150 2400 2108 0 0 0 12 Pakisjaya 3166 1003 530 0 0 550 1322 1200 0 0 0 0 13 Pedes 5072 310 1803 0 0 13625 5231 1105 0 0 0 14 Cibuaya 1360 1333 1144 0 0 0 1337 2500 0 0 0 0

15 Cikampek 63 0 0 0 580 934 0 0 0 0 336

16 Tirtamulya 0 0 0 1265 1227 1 0 0 0 0 1680 17 Jatisari 1159 0 0 0 2255 5905 320 0 0 0 55 2 18 Cilamaya 2168 0 0 363 530 1841 6922 0 0 0 0 19 Telagasari 130 0 0 915 1887 1123 0 0 0 0 1592 20 Lemahabang 0 0 0 1476 1515 807 0 0 0 0 1512 21 Rawamerta 0 0 72 2487 2036 74 0 0 0 0 2982 1 22 Tempuran 5288 0 2572 0 1303 3370 2166 1334 0 0 0

Rata-rata 1184,182 163,2727 465,8182 744,4545 986,0455 1608,227 1033,273 401,4545 2,272727 88,18182 744,2727 778,2273 Luas Tanam Luas Tanam Luas Tanam 0 542 0 208 656 050 737 170 915 096 183 459 719 500 546 163 718 370 882 0 940 928 286 562 945 000 566 466 747 286 488 517 918 142 895 223 145 053 258 465 080 385 654 150 250 220 791 680 440 40 708 480 615 223


(1)

Tahun 1997 No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1 Karawang 0 0 0 3988 507 0 0 0 0 0 680 3

2 Klari 0 0 0 2918 696 0 0 0 0 0 443 2

3 Telukjambe 0 0 0 671 2014 318 0 0 0 0 47 2

4 Pangkalan 0 0 0 3345 0 0 0 0 0 0 0

5 Rengasdengklok 0 0 0 2089 6861 750 0 0 0 0 248 4

6 Batujaya 937 0 0 225 2288 2230 0 0 0 0 0

7 Tirtajaya 1206 0 0 0 2540 2616 0 0 0 0 0

8 Pakisjaya 2077 0 0 0 0 2352 0 0 0 0 0 0

9 Pedes 1542 432 0 0 460 3774 3499 0 0 0 0

10 Cibuaya 1981 324 0 0 0 1247 2466 0 0 0 0

11 Cikampek 34 0 0 1168 346 0 0 0 0 0 748

12 Tirtamulya 0 0 85 2396 122 0 0 0 0 0 967 1

13 Jatisari 0 0 0 657 4823 2855 124 0 0 0 120 4

14 Cilamaya 303 0 0 0 1131 7567 775 0 0 0 0

15 Telagasari 0 0 0 2212 1508 200 0 0 0 0 243 2

16 Lemahabang 0 0 450 1610 1733 0 0 0 0 0 1515 1

17 Rawamerta 0 0 190 3707 707 0 0 0 0 0 1876 2

18 Tempuran 1449 0 0 0 3486 2318 2205 0 0 0 0 2

Rata-rata 529,3889 42 40,27778 1388,111 1623,444 1457,056 503,8333 0 0 0 382,6111 1800, Tahun 1998

No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1 Karawang 0 0 0 1881 2614 0 0 0 0 50 4495

2 Klari 408 137 0 245 2737 429 0 0 0 423 2046 1

3 Telukjambe 143 157 0 0 2355 542 0 0 211 0 1681 890

4 Pangkalan 3612 366 0 0 3367 0 85 0 400 0 320 3533

5 Rengasdengklok 5113 96 20 0 4074 5626 0 0 0 0 2360 7

6 Batujaya 1623 1610 1028 0 0 3627 1131 0 0 0 490 4

7 Tirtajaya 2554 1426 1613 0 0 2940 1966 125 0 0 292 3392

8 Pakisjaya 0 1530 1636 0 0 0 1872 0 0 0 0 2

815 546 878 275 488 670 65 890 40 302 622 643 796 733 553 728 357 056

0 438

618 158 110

9 Pedes 3905 1895 1008 0 0 4876 2822 0 0 0 20 4942

10 Cibuaya 935 423 2654 0 40 957 3055 0 0 0 0

11 Cikampek 390 89 0 0 1189 320 0 0 0 0 667

12 Tirtamulya 0 0 0 40 1333 0 0 0 0 0 110

313 862

7 1504

13 Jatisari 3517 220 0 1189 3194 4004 1097 0 0 50 3307 5143

14 Cilamaya 3598 2471 2503 1333 0 4138 5446 64 0 0 200 5617

15 Telagasari 538 411 0 3194 1948 1466 0 0 0 0 965 2

16 Lemahabang 725 0 55 0 1032 1312 0 0 0 0 1074 2

17 Rawamerta 0 0 0 1948 2041 194 0 0 0 0 3450 1

18 Tempuran 4838 989 0 1032 5551 2139 272 0 0 0 135 7

Rata-rata 1772,167 656,6667 584,2778 603,4444 1748,611 1809,444 985,8889 10,5 33,94444 29,05556 1256,056 3093,5

Tahun 1999

No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1 Karawang 0 0 0 2750 1745 0 0 0 0 0 3151 1

2 Klari 0 0 0 2946 588 0 0 0 0 0 1483 2

3 Telukjambe 0 0 692 1283 983 0 0 0 0 75 2702

4 Pangkalan 0 0 0 1867 1585 0 0 0 0 0 1316 2

5 Rengasdengklok 0 0 0 580 7569 1551 0 0 0 0 2300 7

6 Batujaya 283 0 0 0 1198 3159 391 0 0 0 0 2

7 Tirtajaya 1974 0 0 0 675 4983 0 0 0 0 0 4

8 Pakisjaya 1056 0 0 0 0 1670 675 0 0 0 0 0

9 Pedes 2714 0 0 0 600 4390 2708 0 0 0 0 7

10 Cibuaya 3133 481 125 0 0 766 3286 0 0 0 0

11 Cikampek 0 0 0 333 1181 0 0 0 0 0 535

12 Tirtamulya 0 0 0 1290 1290 0 0 0 0 0 1302 1

13 Jatisari 0 0 10 2657 2880 2953 0 0 0 0 121 8

14 Cilamaya 3839 0 0 0 1087 8569 0 0 0 0 0 7

15 Telagasari 0 0 0 711 3204 0 0 0 0 0 1397 2

16 Lemahabang 0 0 0 815 2978 0 0 0 0 0 1255 2

17 Rawamerta 0 0 0 3239 1365 0 0 0 0 0 2837 1

18 Tempuran 719 0 0 0 4024 4159 0 0 0 0 225 6

Rata-rata 762,1111 26,72222 45,94444 1026,167 1830,667 1788,889 392,2222 0 0 4,166667 1034,667 3347,611 Luas Tanam

Luas Tanam

Luas Tanam

960 719 154 330

344 010 330 937 678 353 635 005 740 994 312 166 296 523 538 767 629


(2)

Tahun 2000 No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1 Karawang 0 0 0 3624 843 0 0 0 0 0 4467

2 Klari 0 0 0 2243 1250 0 0 5 20 0 1951 1

3 Telukjambe 0 0 0 2042 519 0 0 0 0 665 1896

4 Ciampel 0 0 0 407 0 0 0 0 0 34 407

5 Pangkalan 0 0 0 3453 0 0 0 0 0 0 2172 1

6 Rengasdengklok 0 0 0 75 2870 2383 0 0 0 0 1645 3

7 Kutawaluya 0 0 0 750 3622 0 0 0 0 0 3635

8 Batujaya 2254 970 194 0 0 2953 1829 0 0 0 0 1

9 Tirtajaya 3173 0 0 0 0 5156 0 0 0 0 0 2

10 Pakisjaya 1680 1700 546 0 0 0 2152 0 0 0 0 0

11 Pedes 693 522 314 0 1240 6197 261 0 0 0 0 3

12 Cibuaya 1840 861 396 0 0 0 3857 0 0 0 0

13 Cikampek 0 0 0 105 1424 0 0 0 0 0 70 1

14 Tirtamulya 0 0 0 2189 397 0 0 0 0 0 746 1

15 Jatisari 213 0 0 0 5380 3120 0 0 0 0 0 8

16 Cilamaya 2470 150 0 0 1970 7678 0 0 0 0 0 5

17 Telagasari 0 0 0 1068 2832 0 0 0 0 0 1747 2

18 Lemahabang 0 0 0 1490 2303 0 0 0 0 0 1080 2

19 Rawamerta 0 0 0 1203 3401 0 0 0 0 0 3234 1

20 Tempuran 1604 832 376 0 4499 3681 0 0 0 0 350 6

Rata-rata 696,35 251,75 91,3 932,45 1627,5 1558,4 404,95 0,25 1 34,95 1170 2245,7

Tahun 2002

No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1 Karawang 0 0 0 4467 0 0 0 0 0 35 4432

2 Klari 0 0 0 0 3493 0 0 0 0 25 1528 1

3 Telukjambe 0 0 0 1709 852 0 0 240 186 398 1737 0

4 Ciampel 0 0 0 482 167 0 0 0 0 95 554 0

5 Pangkalan 425 0 0 3985 0 0 0 450 300 25 1000 2

6 Rengasdengklok 911 0 0 780 1170 3616 0 0 0 0 904 3

7 Kutawaluya 0 0 0 1628 2744 0 0 0 0 0 810 2

8 Batujaya 3554 165 0 0 350 1193 3215 0 0 0 0

9 Tirtajaya 1920 823 0 0 1035 2085 1169 649 0 0 0 2

10 Pakisjaya 2070 1096 0 0 0 250 2068 0 0 0 0 0

11 Pedes 4602 0 0 0 410 3989 3299 0 0 0 0 1

12 Cibuaya 965 1518 1171 0 0 0 1097 2740 0 0 0 0

13 Cikampek 0 0 0 0 1529 0 0 0 0 0 0 1

14 Tirtamulya 0 0 0 0 2509 0 0 0 0 0 1737

15 Jatisari 0 0 0 0 4131 4234 90 0 0 0 55 7

16 Cilamaya 4110 0 0 0 609 3425 5622 0 0 0 0 7

17 Telagasari 0 0 0 1881 2019 0 0 0 0 0 2278 1

18 Lemahabang 0 0 0 0 2666 1132 0 0 0 0 1880 1

19 Rawamerta 0 0 0 755 3849 0 0 0 0 0 3455 1

20 Tempuran 951 0 0 0 2065 6118 0 0 0 0 0 2

Rata-rata 975,4 180,1 58,55 784,35 1479,9 1302,1 828 203,95 24,3 28,9 1018,5 1984,3

Tahun 2003

No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1 Karawang 0 0 0 1659 1244 0 0 0 0 0 2631

2 Majalaya 0 0 0 1564 0 0 0 0 0 0 1419

3 Klari 0 0 0 0 3493 0 0 0 0 825 250 2

4 Telukjambe 0 0 111 1971 479 106 5 0 50 1065 1185 261

5 Ciampel 0 0 0 256 393 0 0 0 0 50 336

6 Pangkalan 0 0 955 3030 0 0 0 585 0 0 0 1

7 Rengasdengklok 1516 0 0 1060 379 561 0 0 0 0 845 1

8 Jayakerta 0 0 0 0 0 3571 0 0 0 0 0 1

9 Kutawaluya 0 0 0 0 4372 0 0 0 0 0 1551 2

10 Batujaya 2790 946 1313 332 0 1763 3029 0 0 0 0

11 Tirtajaya 3340 0 1748 0 0 1150 2400 2108 0 0 0

12 Pakisjaya 3166 1003 530 0 0 550 1322 1200 0 0 0 0

13 Pedes 5072 310 1803 0 0 13625 5231 1105 0 0 0

14 Cibuaya 1360 1333 1144 0 0 0 1337 2500 0 0 0 0

15 Cikampek 63 0 0 0 580 934 0 0 0 0 336

16 Tirtamulya 0 0 0 1265 1227 1 0 0 0 0 1680

17 Jatisari 1159 0 0 0 2255 5905 320 0 0 0 55 2

18 Cilamaya 2168 0 0 363 530 1841 6922 0 0 0 0

19 Telagasari 130 0 0 915 1887 1123 0 0 0 0 1592

20 Lemahabang 0 0 0 1476 1515 807 0 0 0 0 1512

21 Rawamerta 0 0 72 2487 2036 74 0 0 0 0 2982 1

22 Tempuran 5288 0 2572 0 1303 3370 2166 1334 0 0 0

Rata-rata 1184,182 163,2727 465,8182 744,4545 986,0455 1608,227 1033,273 401,4545 2,272727 88,18182 744,2727 778,2273 Luas Tanam

Luas Tanam

Luas Tanam

0 542 0 208 656 050 737 170 915 096 183 459 719 500 546 163 718 370 882

0 940

928 286 562 945 000 566 466 747 286 488 517 918 142 895

223 145 053 258 465 080 385 654 150 250 220 791 680 440 40 708 480 615 223


(3)

Tahun 2005 No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1 Karawang 0 0 0 1685 1200 0 0 0 0 0 2477

2 Majalaya 0 0 0 440 1124 0 0 0 0 0 1564

3 Klari 144 0 0 840 2377 100 0 195 155 303 1739 1138

4 Telukjambe 0 425 1640 496 0 50 341 1109 238 0 67 1740

5 Ciampel 77 0 215 337 35 0 35 100 0 0 408 236

6 Pangkalan 0 0 4253 0 0 0 0 230 0 0 0 1

7 Rengasdengklok 537 475 335 0 831 441 712 0 0 0 110 1

8 Jayakerta 1500 2071 225 0 0 0 3000 571 0 0 0 0

9 Kutawaluya 2109 0 1756 0 559 2931 882 0 0 0 0 4

10 Batujaya 315 2860 2745 0 0 0 1415 3377 0 0 0

11 Tirtajaya 165 1621 993 1893 0 275 2050 3333 0 0 0

12 Pakisjaya 310 1773 4347 551 0 670 1065 1020 0 0 0 0

13 Pedes 875 6823 1886 0 0 235 7463 0 0 0 0 0

14 Cibuaya 225 1722 0 0 0 15 2085 1733 0 0 0 0

15 Cikampek 118 0 0 0 1191 313 0 0 0 0 748

16 Tirtamulya 0 0 0 140 2348 0 0 0 0 175 2178 140

17 Jatisari 618 0 0 600 858 1829 0 0 0 0 175 2

18 Banyusari 1914 1295 0 0 0 500 3314 0 0 0 160 1

19 Kotabaru 752 0 0 75 560 774 0 0 0 0 235 1

20 Cilamaya Kulon 1523 3047 1189 0 0 265 3493 812 0 0 0

21 Cilamaya Wetan 634 2997 1281 0 0 0 2079 2258 0 0 0

22 Telagasari 1320 0 282 175 930 1562 1233 0 0 0 555 2

23 Lemahabang 1043 1371 0 0 1492 950 1279 0 0 0 1317 1

24 Rawamerta 0 0 155 878 2298 1419 0 0 0 0 1825 2

25 Tempuran 4168 3452 3538 482 207 1778 3702 2685 0 0 0

Rata-rata 733,88 1197,28 993,6 343,68 640,4 564,28 1365,92 696,92 15,72 19,12 542,32 987,48

Tahun 2006

No. KECAMATAN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1 Karawang Barat 0 0 0 1781 94 0 0 0 0 0 1189

2 Karawang Timur 0 0 0 1790 0 0 0 0 0 0 1638

3 Majalaya 0 0 0 2232 0 0 0 0 0 0 2133

4 Klari 293 0 0 996 353 0 150 150 50 0 1150 141

5 Telukjambe Barat 555 199 100 149 969 719 187 154 140 779 833 341

6 Telukjambe Timur 0 0 0 0 0 80 465 0 0 44 192

7 Ciampel 0 0 0 357 160 60 20 0 0 0 359

8 Pangkalan 2548 0 100 0 2207 0 0 11 61 0 989 1352

9 Tegalwaru 0 0 0 1690 222 0 0 0 92 0 0 1912

10 Rengasdengklok 649 0 0 1134 590 311 0 0 20 195 369 1442

11 Jayakerta 3571 380 0 0 0 2060 1511 0 0 0 2075 1

12 Kutawaluya 235 0 0 0 1655 2717 0 0 0 0 322 2

13 Batujaya 3687 863 0 0 0 3134 1743 0 0 0 225 2

14 Tirtajaya 4440 0 0 0 2510 2588 0 0 0 105 2

15 Pakisjaya 1190 968 142 0 0 250 1792 0 0 0 0

16 Pedes 7078 1834 0 0 0 593 4053 427 0 0 0 1

17 Cilebar 0 615 0 0 0 0 4641 218 0 0 0 1

18 Cibuaya 410 0 723 0 0 0 3833 0 0 0 0 0

19 Cikampek 170 2800 0 122 268 87 0 0 66 186 0 240

20 Purwasari 0 0 0 1556 0 0 0 0 0 942 250 0

21 Tirtamulya 0 0 0 525 1776 0 0 0 364 120 2230 0

22 Jatisari 928 0 0 0 1516 1735 0 0 0 1429 1825 0

23 Banyusari 2434 0 0 0 1000 1350 1457 0 0 0 0 3

24 Kotabaru 0 0 0 760 649 0 0 0 0 0 876

25 Cilamaya Kulon 4112 0 0 0 0 1328 3242 0 0 0 50 3

26 Cilamaya Wetan 3766 496 0 0 0 946 3018 373 0 0 0 2

27 Telagasari 953 0 0 100 1572 2228 0 0 0 0 738 3

28 Lemahabang 451 0 0 1361 860 1565 0 0 0 0 1218 1

29 Rawamerta 109 0 0 1303 2884 0 0 0 0 0 2992 1

30 Tempuran 4181 0 1363 0 0 3214 3116 0 0 0 0 1

Rata-rata 1392 281,2069 80,93333 528,5333 559,1667 829,5667 1060,533 44,43333 26,43333 123,1667 725,2667 1209,8 Luas Tanam

Luas Tanam

408 0

705 276 137 381 500

601 178 220 174 458 75 392 973 665 290

686 151 100

329 258

496 591 081 930 610 275 149

807 533 512 383 162 031 199 583


(4)

3. Data Luas Tanam Kabupaten Pesisir Selatan

Tahun 2003

Kode Kab/Kec/Inten

Janua ri

Pebru ari

Mar et

Apr

il Mei Jun

i Juli Agust

us Sept Oktob er

Nopemb er

Desemb er

010 LUNANG SILAUT 30 69 123 34 26 369 51 5 2079 423 128 15 020 BASA AMPEK BALE

TAPAN 54 527 271 615 162 128 349 64 271 167 44 26 030 PANCUNG SOAL 145 1540 234 162 379 0 864 744 930 138 58 0 040 LINGGO SARI

BAGANTI 214 241 103 261 202 108 325 443 1426 655 409 271 050 RANAH PESISIR 0 45 396 178 136 187 90 999 1511 190 310 891 060 LENGAYANG 108 64 130 229 448 248 231 413 1477 935 359 300 070 SUTERA 172 49 413 15 84 172 463 218 1258 527 148 182 080 BATANG KAPAS 104 296 398 303 117 78 281 131 703 208 168 25 090 IV JURAI 294 0 85 336 42 0 0 371 649 205 0 49 100 BAYANG 418 581 333 610 463 659 436 271 358 604 59 71 110 KOTO XI TERUSAN 29 98 270 897 239 0 30 261 600 745 221 315 J u m l a h 1568 3510

275 6

364 0

229 8

194 9

312

0 3920 1126

2 4797 1904 2145

Tahun 2004

Kode Kab/Kec/Inten

Janua ri

Febru ari

Mar et

Apr

il Mei Jun

i Juli Agust us

Se pt

Oktob er

Nopemb er

Desem be

010 LUNANG SILAUT 0 2 15 37 349 17 19 121 891 1268 169 463 020 BASA AMPEK BALE

TAPAN 0 271 320 79 291 315 468 901 158

2 191 44 47 030 PANCUNG SOAL 222 1452 817 0 234 266

112

9 440 711 101 286 473 040 LINGGO SARI

BAGANTI 267 25 123 241 679 763 812 246 305 349 847 714 050 RANAH PESISIR 584 669 425 133 310 207 409 719

137

7 849 345 677 060 LENGAYANG 347 221 315 331 827 428 458 532 705 672 1291 551 070 SUTERA 772 617 397 306 161 340 258 428 418 270 148 685 080 BATANG KAPAS 241 401 333 285 323 331 267 281 310 488 342 25 090 IV JURAI 117 85 981 77 44 92 82 240 358 397 578 72 100 BAYANG 666 402 446 406 535 666 305 1162 797 358 256 1132 110 KOTO XI TERUSAN 25 12 423 192 323 368 148 39 490 127 510 46 J u m l a h 3241 4157

459 5

208 7

407 6

379 3

435

5 5109 794

4 5070 4816 4885

Tahun 2005

Kode Kab/Kec/Inten

Janu ari

Pebru ari

Mar et

Apr

il Mei Jun

i Juli Agust us

Se pt

Oktob er

Nopemb er

Desemb er

010 LUNANG SILAUT 126 101 714 105 131 54 738 394 300 1389 597 82 020 BASA AMPEK BALE

TAPAN 207 394 305 458 246 477 750 412 154 172 246 103 030 PANCUNG SOAL 818 872 390 0 548 620 362 640 561 276 0 108 040 LINGGO SARI

BAGANTI 404 384 443 574 330 221 359 221 123 64 34 15 050 RANAH PESISIR 251 238 418 684 955 153 478 982 990 235 455 108 060 LENGAYANG 118 238 536 305 684 689 551 847 492 788 605 458 070 SUTERA 395 213 297 193 290 359 438 352 429 519 431 965 080 BATANG KAPAS 227 50 372 425 351 172 441 335 545 98 268 175 090 IV JURAI 270 174 161 300 294 329 118 310 317 293 164 171


(5)

Tahun 2006 Kode Kab/Kec/Inten

Janu ari

Pebru ari

Mar et

Apr

il Mei Jun

i Juli Agust us

Se pt

Oktob er

Nopemb er

Desemb er

010 LUNANG SILAUT 85 197 442 290 164 152 69 4 50 0 404 0 020 BASA AMPEK BALE

TAPAN 182 320 404 271 965 418 172 207 148 64 172 0 030 PANCUNG SOAL 660 307 861 413 246 704 629 463 556 325 295 0 040 LINGGO SARI

BAGANTI 290 423 855 744 618 512 173 213 590 121 177 0 050 RANAH PESISIR 529 342 468 301 451 401 295 128 69 271 0 0 060 LENGAYANG 386 384 512 497 345 492 300 394 886 310 271 0 070 SUTERA 489 461 596 558 355 252 171 64 492 211 62 0 080 BATANG KAPAS 233 384 371 233 141 131 51 25 590 49 0 0 090 IV JURAI 587 250 167 184 144 86 261 51 180 184 214 0 100 BAYANG 184 453 474 256 568 427 134 100 225 46 142 0 101 IV NAGARI BAYU 77 49 394 177 34 228 63 84 156 0 180 0 110 KOTO XI TERUSAN 371 358 920 375 82 172 70 32 687 488 10 0 J u m l a h 4073 3928

646 4

429 9

411 3

397 5

238

8 1765 462

9 2069 1927 0

Tahun 2007

Kode Kab/Kec/Inten

Janu ari

Pebru ari

Mar et

Apr

il Mei Jun

i Juli Agust us

Se pt

Oktob er

Nopemb er

Desemb er

010 LUNANG SILAUT 286 13 418 267 102 45 23 2 20 0 0 645 020 BASA AMPEK BALE

TAPAN 1547 123 268 379 665 605 162 108 47 69 30 54 030 PANCUNG SOAL 463 682 517 440 220 194 615 817 255 0 116 150 040 LINGGO SARI

BAGANTI 280 1609 888 64 0 303 750 308 126 0 0 271 050 RANAH PESISIR 315 246 413 381 910 406 30 108 157 148 0 699 060 LENGAYANG 285 704 576

109

3 369 586 427 494 372 143 98 197 070 SUTERA 350 418 752 321 272 96 365 604 402 95 86 303 080 BATANG KAPAS 103 992 663 113 59 86 673 425 546 34 32 74 090 IV JURAI 278 0 44 148 150 212 123 74 108 246 246 123 100 BAYANG 353 785 269 427 613 571 157 372 297 283 300 941 101 IV NAGARI BAYU 161 39 25 79 296 160 128 117 0 30 309 297 110 KOTO XI TERUSAN 104 399

121

9 135 130 134 73 915 600 58 12 44 J u m l a h 4525 6010

605 2

384 7

378 6

339 8

352

6 4344 293


(6)