Identifikasi komponen kimia empat tingkat mutu gaharu

ABSTRAK
FARID ANWAR. Identifikasi Komponen Kimia Empat Tingkat Mutu Gaharu.
Dibimbing oleh SUMINAR S. ACHMADI dan BAMBANG WIYONO
Telah diidentifikasi komponen kimia 4 mutu gaharu (Aquilaria malaccensis)
perdagangan. Empat mutu gaharu tersebut, dari mutu tertinggi ke terendah ialah kacangan
B, teri B, medang A, dan medang B. Dalam penelitian ini, diketahui kandungan damar
wangi dalam gaharu cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan mutu gaharu.
Namun, rendemen kadar damar wangi tidak berkorelasi dengan kadar senyawa
seskuiterpena dan kromon yang merupakan penentu mutu gaharu. Dalam langkah isolasi,
sampel gaharu difraksinasi dengan kolom kromatografi bergradien dengan eluen heksanaetil asetat dan dikelompokkan sesuai dengan nilai Rf-nya. Identifikasi senyawa
menggunakan kromatografi gas-spektrofotometer massa menunjukkan keberadaan 10
senyawa seskuiterpena dan 3 kromon yang berbeda dalam keempat mutu gaharu dengan
kandungan yang berbeda-beda.

ABSTRACT
FARID ANWAR. Chemical Component Identification in Four Grades of Agarwood.
Supervised by SUMINAR S. ACHMADI and BAMBANG WIYONO
Agarwoods (Aquilaria malaccensis) with 4 different commercial grades has been
identified, namely kacangan B, teri B, medang A, and medang B, from the highest to the
lowest grade. In this work, resin content tends to increase as the grade increases.
However, the resin content does not have correlation with the content of sesquiterpene

and chromone which determine the grade of agarwoods. In isolation step, the agarwood
samples were fractionated using gradient column chromatography method with hexaneethyl acetate as eluent and were grouped according to its Rf point. Identification of
samples using gas chromatography-mass spectrophotometer showed the presence of 10
sesquiterpenes and 3 chromones in various levels.

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA EMPAT TINGKAT
MUTU GAHARU

FARID ANWAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011


Judul : Identifikasi Komponen Kimia Empat Tingkat Mutu Gaharu
Nama : Farid Anwar
NIM : G44061464

Menyetujui
Pembimbing I,

Prof. Ir. Suminar S. Achmadi, PhD
NIP 19480427 197412 2 001

Mengetahui
Ketua Departemen

Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS
NIP 195012271976032002

Tanggal lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “Identifikasi Komponen Kimia Empat Mutu Gaharu”. Karya ilmiah ini
disusun berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli hingga
Desember 2010 di Laboratorium Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan di Laboratorium Kimia Organik,
Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bimbingan, dukungan, dan
kerja sama yang telah diberikan oleh Ibu Prof. Ir. Suminar S. Achmadi, PhD
selaku pembimbing I dan Bapak Dr.Ir. Bambang Wiyono, M.For.Sc (Alm) selaku
pembimbing II. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Andriawan Subekti, S.Si dan Budi Arifin M.Si atas segala diskusi dan saran
berkaitan dengan penelitian. Terima kasih juga kepada Bapak Sabur, Ibu Yenni
Kamila, Ibu Siti Robiah atas bantuan yang telah diberikan selama saya melakukan
penelitian di Laboratorium Kimia Organik. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Bogor, Maret 2011


Farid Anwar

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Maret 1988 dari Ayah
Abdurrachman Anwar dan Ibu Salamah Said Balbeid. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan studi di SMAN 52 Jakarta
pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian
Bogor (IPB) pada Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti masa perkuliahan penulis pernah aktif dalam organisasi
kemahasiswaan Ikatan Mahasiswa Kimia (Imasika) IPB, UKM Tarung Derajat,
UKM MAX dan Koperasi Mahasiswa (Kopma) IPB. Selain itu, penulis pernah
menjadi pengajar kimia bimbingan belajar Avogadro pada tahun 2007/2008, dan
pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Dasar pada tahun 20082010, mata kuliah Kimia Organik D3 Analisis Kimia pada tahun 2010, mata
kuliah Kimia Organik Layanan pada tahun 2009, Praktikum Kimia Organik
Berbasis Kompetensi pada tahun 2010, dan mata kuliah Kimia Dasar Alih Tahun
pada tahun 2010. Penulis juga berkesempatan melaksanakan kegiatan praktik
lapangan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan pada tahun 2009.


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... vi
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ..................................................................................................... 1
Persiapan Sampel Kayu ....................................................................................... 1
Isolasi dan Fraksionasi ......................................................................................... 1
Identifikasi ............................................................................................................ 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Resin Gaharu....................................................................................... 2
Komponen Kimia berdasarkan Fraksi Kromatografi Kolom dan TLC ............... 3
Identifikasi Senyawa berdasarkan GCMS ........................................................... 4
SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 6
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 8

DAFTAR TABEL

Halaman
1 Kadar air 4 sampel gaharu ............................................................................................ 2
2 Rendemen resin gaharu terkoreksi kadar air (ekstrak aseton) dari 2 ulangan .............. 2
3 Fraksi gaharu berdasarkan kromatogram .................................................................... 4
4 Bobot 10 komponen dominan dalam keempat mutu gaharu ........................................ 4
5 Hasil identifikasi senyawa kromon dan seskuiterpena ................................................ 6

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Hasil pemisahan pada pelat TLC dengan berbagai nisbah eluen heksana-EtOAc........ 3
2 Struktur kromon pada mutu kacangan B dan medang A .............................................. 5

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Diagram alir penelitian ................................................................................................ 9
2 Senyawa kimia 4 mutu gaharu hasil analisis GCMS ................................................. 10

PENDAHULUAN
Gaharu adalah salah satu jenis hasil hutan
bukan-kayu yang memiliki mutu beragam

dengan nilai ekonomi tinggi karena kayunya
mengandung resin yang harum baunya.
Gaharu memiliki berbagai bentuk dan warna
yang khas, serta memiliki kandungan damar
wangi, berasal dari pohon penghasil gaharu
yang tumbuh secara alami dan telah mati,
sebagai akibat infeksi yang terjadi baik secara
alami maupun buatan pada pohon tersebut.
Pada umumnya gaharu terbentuk dalam pohon
Aquilaria. Gaharu memiliki mutu yang
berbeda-beda. Beberapa lembaga telah
membuat standar mutu gaharu, seperti Badan
Standardisasi Nasional (BSN) dan Asosiasi
Gaharu Indonesia (Asgarin). Namun, standar
yang dibuat tersebut masih didasarkan pada
sifat fisik gaharu. Perbedaan mutu inilah yang
membuat gaharu memiliki harga jual yang
berbeda-beda.
Tingginya harga jual gaharu menyebabkan
terjadinya perburuan gaharu besar-besaran

yang mengakibatkan semakin langkanya
pohon penghasil gaharu, salah satunya
Aquilaria malaccensis (CITES 2002). Gaharu
inokulasi
mulai
dikembangkan
untuk
mengurangi kelangkaan pohon penghasil
gaharu oleh banyak peneliti, baik di Indonesia
maupun di negara lainnya. Fadzli (2006)
melaporkan bahwa upaya untuk melakukan
inokulasi gaharu dimulai sejak tahun 80-an.
Namun, hingga saat ini belum diketahui
kesesuaian mutu gaharu inokulasi dengan
mutu gaharu yang dihasilkan dari proses
infeksi secara alami. Beberapa standar BSN
seperti SNI 01-5009.1-1999 dan standar dari
Asgarin belum mampu dijadikan standar mutu
yang lebih pasti. Hal ini karena gaharu-gaharu
dibedakan dari warna, aroma, bobot kayu, dan

sifat fisik lainnya. Salah satu cara untuk
membandingkan mutu gaharu hasil inokulasi
dengan gaharu alami yang lebih baik adalah
dengan membandingkan kandungan senyawa
di dalamnya. Beberapa penelitian telah
mengidentifikasi kandungan senyawa dalam
gaharu. Namun, identifikasi tersebut belum
membandingkan kandungan dalam gaharu
dengan mutu yang berbeda.
Yoneda et al. (1984) menyebutkan bahwa
terdapat delapan komponen seskuiterpena
pada gaharu asal Indonesia, yaitu αagarofuran, 10-epi-γ-eudesmol, agarospirol,
jinkohol, jinkoh-eremol, jinkohol II, kusunol,
dan okso-agarospirol. Nakanishi et al. (1984)
melaporkan bahwa ada 3 seskuiterpena yang
memiliki aroma yang wangi, yaitu α-

agarofuran, (–)-10-epi-γ-eudesmol, dan oksoagarospirol. Selain seskuiterpena, gaharu dari
A. malaccensis asal Indonesia mengandung
komponen pokok minyak gaharu berupa

kromon. Kromon inilah yang menyebabkan
aroma harum dari gaharu bila dibakar
(Burfield 2005). Konishi et al. (2002)
melaporkan telah mengidentifikasi 6 turunan
baru
kromon
yang berperan dalam
menentukan keharuman gaharu. Oleh karena
itu, penelitian ini mengidentifikasi kembali
kandungan gaharu guna menentukan standar
mutu gaharu yang lebih baik.

METODE
Penelitian ini terbagi dalam tiga tahap,
yaitu tahap preparasi sampel, isolasi dan
fraksionasi, serta identifikasi senyawa. Bagan
alir penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Resin difraksionasi dengan kromatografi
kolom preparatif menggunakan gel silika
(Merck, 60–120 mesh) dan kromatografi lapis

tipis menggunakan pelat gel silika 60 F254
(Merck). Senyawa diidentifikasi menggunakan kromatografi gas-spektrometri massa
(GCMS) Shimadzu.
Bahan yang digunakan adalah gaharu yang
terinfeksi secara alami dengan berbagai mutu,
dari yang tertinggi sampai terendah, yaitu
kacangan B, teri B, medang A, dan medang B.
Gaharu diperoleh dari pengumpul di
Kalimantan Timur.
Preparasi Sampel Kayu (ASTM Standard
D 4442)
Sampel kayu gaharu dipotong sekecilkecilnya
untuk
memudahkan
proses
penggilingan menjadi serbuk. Selanjutnya
gaharu digiling hingga diperoleh serbuk
berukuran 40–60 mesh. Sampel kayu kering
ditetapkan kadar airnya. Sebanyak 1 g serbuk
kayu ditimbang dan dimasukkan ke dalam
oven selama 24 jam pada suhu 103 ± 2 °C.
Kadar air dapat ditentukan dengan rumus
berikut:

Kadar air =

× 100 %

Keterangan:
A : Bobot basah (g)
B : Bobot kering tanur (g)
Isolasi dan Fraksionasi
Sebanyak 10 g serbuk gaharu yang telah
dihaluskan diekstraksi dengan soxhlet dengan

bantuan pelarut aseton sebanyak 150 mL.
Ekstraksi dilakukan selama 3 jam atau hingga
ekstrak di tabung soxhlet sudah tidak
berwarna. Ekstraksi selanjutnya dipekatkan
dengan bantuan penguap putar hingga semua
pelarutnya menguap. Ekstrak pekat yang
diperoleh merupakan resin gaharu yang
berwarna cokelat kehitaman. Resin yang
diperoleh
selanjutnya
ditimbang
dan
difraksionasi dengan kromatografi kolom.
Kolom
kromatografi
dikemas
menggunakan 20 g gel silika dengan pelarut
n-heksana. Sebanyak 0.5 g resin gaharu yang
diperoleh dilarutkan dengan aseton beberapa
tetes hingga semua resin terlarut sempurna.
Sampel resin gaharu dimasukkan ke dalam
kolom kromatografi, dielusi bergradien
dengan pelarut n-heksana dan campuran
heksana-EtOAc dengan nisbah (9:1-1:9) yang
merupakan eluen terbaik. Setelah semua
pelarut digunakan, kolom dielusi dengan
metanol untuk membersihkan sampel yang
masih tertinggal dalam kolom. Setiap 5 mL
fraksi ditampung dalam tabung reaksi. Sampel
hasil fraksionasi diperiksa di atas pelat
kromatografi lapis tipis (TLC) untuk
mengelompokkan fraksi berdasarkan tinggi
retensinya (Rf). Pengembang untuk TLC
menggunakan eluen terbaik yang ditentukan
dari kombinasi heksana-EtOAc dengan nisbah
2:3.
Identifikasi
Fraksi yang memiliki bobot terbesar
digunakan untuk analisis komponen kimia
menggunakan GCMS. Analisis GCMS
dilakukan di Pusat Laboratorium Forensik
(Puslabfor) Mabes Polri. Proses analisis
dengan GCMS menggunakan metode ionisasi
serangan elektron (EI) pada kromatografi gas
GC-17A (Shimadzu) yang ditandem dengan
spektrometer massa MS QP 5050A; kolom
kapiler DB-5 ms (J&W) (silika 30 m × 250
µm × 0.25 µm); suhu kolom 50 °C (0 menit)
hingga 290 °C pada laju 15 °C/menit; gas
pembawa helium pada tekanan tetap 7.6411
psi, dan database yang digunakan adalah
Wiley 7N tahun 2008.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Resin Gaharu
Kadar air sampel sebelum diekstraksi
ditentukan sebagai faktor koreksi rendemen
ekstrak yang dihasilkan selanjutnya. Tabel 1

menunjukkan hasil penentuan kadar air pada 4
sampel gaharu dengan mutu yang berbeda.
Tabel 1 Kadar air 4 sampel gaharu
Sampel
Kadar air (%)
Kacangan B

5.84

Teri B

6.11

Medang A

6.94

Medang B

6.99

Rendemen
resin
gaharu
dihitung
berdasarkan bobot resin yang dihasilkan dari
proses ekstraksi dengan pelarut aseton.
Pemilihan
pelarut
aseton
berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh Ishihara
et al. (1991) dan Alkhathlan et al. (2005).
Pelarut aseton dapat memberikan rendemen
tertinggi dibandingkan dengan metanol,
heksana, dan benzena. Penentuan rendemen
resin gaharu sangatlah penting karena salah
satu indikator yang menentukan mutu suatu
gaharu adalah kadar damar wangi yang
dikandungnya. Semakin tinggi rendemen resin
gaharu, semakin tinggi kadar damar
wanginya, maka semakin tinggi pula mutu
suatu gaharu. Kadar damar wangi keempat
mutu gaharu ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2

Rendemen resin gaharu terkoreksi
kadar air (ekstrak aseton) dari 2
ulangan
Rerata
Rendemen
Sampel
rendemen
(%)
(%)
Kacangan B
19.77–22.67
21.22
Teri B

19.48–20.14

19.81

Medang A

17.33–18.19

17.76

Medang B

23.17–23.68

23.42

Berdasarkan mutu perdagangan, gaharu
kacangan B merupakan gaharu tingkat
menengah, disusul oleh teri B, medang A, dan
medang B. Pada penelitian ini, gaharu medang
B mengandung resin paling tinggi (23%)
melebihi gaharu kacangan B (21%). Hal ini
karena sampel medang B memiliki kelarutan
zat ekstraktif yang tinggi dalam pelarut
aseton. Hasil tersebut juga menunjukkan
bahwa medang B mengandung banyak
senyawa kimia. Kenyataan ini akan dikuatkan
dengan hasil TLC dan GCMS. Bagaimanapun,
hal ini belum pasti menunjukkan gaharu
tersebut lebih baik dibandingkan dengan
gaharu lainnya dalam penelitian ini karena

2



Tabel 3 Fraksi gaharu berdasarkan kromatogram
Sampel

Fraksi

Rf

Bobot
fraksi (mg)

Sampel

Fraksi

Rf

Bobot
fraksi
(mg)

Kacangan
B

I

0.21

34.0*

Medang
A

I

0.28

29.1

II

0.32

8.1*

II

0.36

12.4

III

0.43

17.0*

III

0.47

3.9

IV

0.70

58.7*

IV

0.61

74.2

V

0.86

83.5*

V

0.82

97.5*

Jumlah

217.1

I

0.30

110.8*

II

0.44

13.8

Jumlah
Teri B

201.3
Medang
B

I

0.38

89.1*

II

0.51

36.6

III

0.78

51.3

III

0.69

69.6

IV

0.91

62.9

IV

0.86

48.0

Jumlah

242.2

Jumlah
* Dilanjutkan untuk analisis GCMS

239.9

Gaharu dengan mutu perdagangan yang
berbeda yang berasal dari A. malaccensis
memiliki komponen kimia yang berbeda
(Tabel 3). Menurunnya mutu gaharu diikuti
dengan meningkatnya jumlah bobot fraksi
yang didapatkan. Hal ini mengindikasikan
bahwa mutu terendah mengandung campuran
senyawa yang lebih banyak. Dengan kata lain,
gaharu mutu tinggi mengandung campuran
yang lebih sedikit. Data tersebut dikuatkan
dengan data rendemen yang menunjukkan
bahwa mutu terendah memiliki rendemen
tertinggi. Komponen yang memiliki bobot
fraksi tertinggi dari setiap mutu digunakan
untuk analisis GCMS karena diduga
mengandung senyawa kimia terbanyak.
Identifikasi Senyawa berdasarkan GCMS
Analisis GCMS menunjukkan beberapa
senyawa dari kacangan B, teri B, medang A,
dan medang B. Sebanyak 10 senyawa dengan
kadar tertinggi dari setiap komponen mutu
gaharu ditunjukkan dalam Lampiran 2.
Data rendemen dan TLC menunjukkan
bahwa mutu terendah gaharu (medang B)
memiliki rendemen dan jumlah bobot fraksi
tertinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa
mutu terendah gaharu merupakan campuran
dari banyak senyawa kimia. Data GCMS
(Tabel 4) menunjukkan bahwa mutu kacangan
B memiliki jenis senyawa kimia yang sedikit,
tetapi konsentrasinya tinggi, sedangkan mutu
medang B memiliki senyawa kimia yang
banyak, tetapi dengan konsentrasi yang
rendah.

Tabel 4 Sepuluh komponen dominan dalam
keempat mutu gaharu
Jumlah %
Mutu
Fraksi
area
Kacangan
I
40.48
B
II
45.06
III

55.14

IV

48.11

V

40.86

Teri B

I

40.39

Medang A

V

46.51

Medang B

I

29.58

Senyawa kimia yang paling banyak
ditemukan pada empat tingkat mutu gaharu
ialah asam heksadekanoat, yaitu terdapat pada
komponen II, III, V kacangan B dan
komponen V medang A. Bhuiyan et al. (2009)
dalam penelitiannya juga menemukan asam
heksadekanoat pada sampel A. agallocha. Hal
ini menunjukkan bahwa resin gaharu yang
berasal dari spesies pohon yang berbeda
memiliki beberapa senyawa yang sama dan
beberapa senyawa yang memiliki kemiripan.
Analisis dengan GCMS pada keempat
tingkat mutu gaharu hasil fraksionasi juga
menunjukkan
keberadaan
senyawa

4

seskuiterpena. Senyawa seskuiterpena yang
diperoleh ditemukan pada kisaran waktu
retensi (RT) 12 sampai 19. Seskuiterpena
dominan yang ditemukan pada mutu terbaik
(kacangan B) adalah eudesma-3,7(11)-diena.
Senyawa
seskuiterpena
yang
berhasil
diidentifikasi ditunjukkan dalam Tabel 5.
Senyawa kromon yang merupakan
senyawa kunci penentu aroma dalam
penelitian ini berhasil diidentifikasi pada dua
mutu gaharu, yaitu 6-hidroksi-2-metil-5nitrokromon, dan 3-metoksimetil-2,5,5,8atetrametil-6,7,8,8a-tetrahidro-5H-kromena
pada fraksi IV kacangan B serta 2,2-dimetil6,7-dimetoksikromanon pada fraksi V medang
A (Tabel 5). Berdasarkan data tersebut,
kacangan B mengandung jumlah kromon yang
lebih banyak dibanding medang A. Struktur
ketiga senyawa tersebut ditunjukkan pada
Gambar 2.
Seskuiterpena merupakan komponen yang
banyak ditemukan oleh beberapa peneliti
pada resin gaharu (Nakanishi et al. 1984;
Yoneda et al. 1984; Ishihara et al. 1991;
Alkhathlan et al. 2005; dan Putri 2005).

O

Yoneda et al. (1984) dan Putri (2005)
melaporkan telah berhasil mengidentifikasi
10-epi-γ-eudesmol yang merupakan kelompok
seskuiterpena yang memiliki aroma harum.
Selain seskuiterpena, Konishi et al. (2002)
menemukan 6 turunan baru kromon yang
berperan dalam menentukan aroma dan mutu
suatu gaharu, yaitu 6-metoksi-2-[2-(3metoksi-4-hidroksifenil)etil]-kromon;
6,8dihidroksi-2-(2-feniletil)-kromon; 6-hidroksi2-[2-(4’-hidroksifenil)etil]-kromon; 6-hidroksi
-2-[2-(2’-hidroksifenil)etil]-kromon; 7-hidroksi-2-(2-feniletil)-kromon; dan 6-hidroksi-7metoksi-2-(2-feniletil)-kromon. Selain itu,
beberapa kromon seperti 5,8-dimetoksi-2-[2(3’-asetoksifenil)etil]kromon; 6-metoksi-2-(2feniletil)kromon; dan 6,7-dimetoksi-2-(2feniletil)kromon berhasil diidentifikasi oleh
Alkhathlan et al. (2005). Namun, dalam
penelitian ini, seskuiterpena dan senyawa
kromon yang sama tidak teridentifikasi. Hal
ini
disebabkan
peneliti
lain
tidak
mengungkapkan mutu gaharu yang dianalisis
dan asal gaharu tersebut.

O

NO2

O

OH

O

O
6-hidroksi-2-metil-5-nitro-kromon

O

2,2-dimetil-6,7-dimetoksikromanon

O

O

3-metoksimetil-2,5,5,8a-tetrametil6,7,8,8a-tetrahidro-5H-kromena

Gambar 2 Struktur kromon pada mutu kacangan B dan medang A.

5

Tabel 5 Hasil identifikasi senyawa kromon dan seskuiterpena dalam fraksi I–V
Teri
Medang
Kacangan B
%
B
A
Senyawa
RT
area
I II III IV V
I
V

Medang
B
I

β-Eudesmol

16.41

1.74



-

-

-

-

-

-

-

β-Elemenon

12.65

0.27

-

-



-

-

-

-

-

Elemol
3-Metoksimetil2,5,5,8atetrametil6,7,8,8atetrahidro5H-kromena
6-Hidroksi-2metil-5nitrokromon
Eudesma3,7(11)diena
6,12-Epoksi11.β.eudesma4,6-dien-3on
β-Eudesmol

13.25

0.83

-

-

-



-

-

-

-

12.35

1.19

-

-

-



-

-

-

-

12.13

1.14

-

-

-



-

-

-

-

16.22

2.62

-

-

-

-



-

-

-

15.96

0.29

-

-

-

-

-



-

-

17.68

2.39

-

-

-

-

-



-

-

α-Kubebena

12.24

0.11

-

-

-

-

-

-



-

δ-Kadinena
2,2-Dimetil-6,7dimetoksi
kromanon

13.66

0.14

-

-

-

-

-

-



-

16.13

0.54

-

-

-

-

-

-



-

γ-Gurjunen
γ-Kadinen
aldehida

16.17

0.04

-

-

-

-

-

-

-



18.75

0.84

-

-

-

-

-

-

-



SIMPULAN DAN SARAN

Saran

Simpulan

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
sampel gaharu inokulasi pada spesies A.
malaccensis agar diketahui pengaruh lamanya
proses infeksi dengan komponen kimia yang
dihasilkan.

Mutu gaharu (kacangan B, teri B, medang
A, dan medang B) berkorelasi dengan
rendemen ekstrak aseton. Semakin tinggi
mutu suatu gaharu, semakin tinggi rendemen
ekstrak aseton yang dihasilkan. Mutu tertinggi
ekstrak aseton yang difraksionasi pada pelat
TLC menunjukkan bobot fraksi terendah. Hal
ini mengindikasikan bahwa mutu tertinggi
mengandung campuran senyawa yang lebih
sedikit, tetapi dengan persentase bobot yang
lebih besar. Seskuiterpena dan kromon
merupakan indikator yang menunjukkan mutu
suatu gaharu yang tinggi dan dengan mudah
dideteksi dengan GCMS.

DAFTAR PUSTAKA
Alkhathlan HZ, Al-Hazimi HM, Al-Dhalaan
FS, Mousa AA. 2005. Three 2-(2phenylethyl) chromones and two
terpenes from agarwood. Nat Prod Res
19:367-371.

6

[ASTM] American Society for Testing and
Materials. 2005. Standard Test
Methods for Direct Moisture Content
Measurement of Wood and WoodBase Materials. ASTM D International
4442-92.2005.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1999.
Gaharu. SNI 01-5009.1-1999.
Bhuiyan Md NI, Jaripa B, Nurul HB. 2009.
Analysis of essential oil of eaglewood
(A. agallocha) by gas chromatography
mass spectrometry. Bangladesh J
Pharmacol 4:24-28.
Burfield T. 2005. Agarwood Chemistry.
http://www.cropwat.org/Agarchem.htm
l. [3 Agu 2009].
[CITES] Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Flora and
Fauna. 2002. Agarwood (Gaharu)
Harvest and Trade in New Guinea
[Papua New Guinea and the
Indonesian
province
of
Papua
(formerly Irian Jaya)]. Sydney: CITES.

Fadzli A. 2006. Extraction of gaharu essential
oil using spinning band distillation
[tesis]. Malaysia: Faculty of Chemical
& Natural Resources Engineering,
University College of Engineering &
Technology Malaysia.
Ishihara M, Tsuneya T, Shiga M, Uneyama K.
1991. Three sesquiterpenes from
agarwood. Phytochemistry 30:563-566.
Konishi T, Konoshima T, Shimada Y,
Kiyosawa S. 2002. Six new 2-(2phenylethyl)chromones
from
agarwood. Chem Pharm Bull 50:419422.
Nakanishi T et al. 1984. Three fragrant
sesquiterpenes
of
agarwood.
Phytochemistry 23:2066-2067.
Putri MSE. 2005. Sifat fisis dan kimia resin
gaharu [skripsi]. Bogor: Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Yoneda K et al. 1984. Sesquiterpenoids in two
different
kinds
of
agarwood.
Phytochemistry 23:2068-2069.

7

LAMPIRAN

8

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Gaharu

10 g sampel + 150 mL aseton
teknis (soxhlet 3 jam)

Penetapan
kadar air

Ekstrak diuapkan

Resin ditimbang

Sisa resin dimasukkan
dalam botol vial

0.5 g resin dimasukkan
dalam cawan petri

Resin dilarutkan
dengan sedikit
aseton

Fraksionasi
dengan kolom

Fraksi gaharu

Pengelompokan
fraksi (TLC)

GC-MS

9

Lampiran 2 Senyawa kimia 4 mutu gaharu hasil analisis GCMS
Kacangan B

Senyawa
I
Asam heksadekanoat

II

III

2.58

3.01

Asam oktadekanoat
Oktadekena

IV

V

Teri
B
I

6.98

4.72

2.87

6.81

Medang
B
I

Senyawa
yang
sama
4

3.12

1

4.28

Oplopenon

3

3.13

Tetrakosana

4.68

Trikosana

4.40

1

2.95

Trikosena

2.73

Dokosana

3.66

Dokosena

5.22

2.76

3

1.94

1

3.69

2
2.32

3.35

3-Eikosena

2

4.68

3

2.92

1

5-Eikosena

7.04

Eikosana

3.80

Pentakosana

4.41

3.59

2.95

1
2.44

4
1

Heptakosana
Heksakosena
10-Heneikosena

2.86

1

3.87

1

2.76

Oktadekana

1

3.28

Nonadekena
9-Nonadekena

Medang
A
V

3.86

2.98

2

10.75

2

3.78

1

(-)-Alukusiol

2.60

1

8-Asetil-3,3-epoksimetano6,6,7-trimetilbisiklo[5.1.0]

2.94

1

3.31

1

oktan-2-on
(E)-2-Hidroksi-4'sianostilbena
Baimuksinal
1,4,7-Androstatrien3,17-dion

6.97

1

3.54

1

2.28

1

3,3,7,11-Tetrametiltrisiklo
[5.4.0.0 (4,11)]undekan1-ol
2,6,9-Trimetiltrisiklo
[6.3.0.0 (4,8)]undekan-

6.94

1

1-on
Trisiklo [3.3.3.01,5] undek-

4.80

6-ena-2,3,6-trikarbonitril
4b,9,9a,10-Tetrahidro-9.beta.fenilindeno[1,2-a]indena
2-(Dibenzilamino)-4-metil
pentanal

1

9.17

1

11.37

1

10

Lanjutan lampiran 2 Senyawa kimia 4 mutu gaharu hasil analisis GCMS
Kacangan B
Senyawa
I
1,4-Dimetoksi-2,3,5-trimetil6-[prop-2'-enil] benzena
Pireno [1,2-c] furan
7H-Pirrolo [2,3-D] pirim

II

III

IV

V

Teri
B

Medang
A

Medang
B

I

V

I

Senyawa
yang
sama

2.21

1

4.09

1
5.19

1

2,5-Pifeniloksazola

8.96

1

(+)-β-kostol

15.01

1

5.40

1

Erusilamida

2.14

1

2-Heksil-1-dekan-3-una

2.64

1

Asetamida, N-(4-benzil
oksifenil)-2-siano

5,6,7,8-tetrahidrotieno
[2,3-b]kuinolina
1,2,3,6-Tetrametilbisiklo
[2.2.2]okta-2,5-diena
4a,7-Metano-4aH-nafta
[1,8a-b]oksirena,
oktahidro-4,4,8,8Tetrametil
1,2,3,3a,4,5,6,6a,7,12Dekahidro-3-isopropil6-metilena-siklopenta

5.55

1

2.81

1

9.80

1

2.66

1

6.91

1

8.29

1

2.67

1

3.74

1

[d] antrasena-8,11-dion
11-Fenil-11H-indolo [3,2-c]
kuinolina-6(5H)-on
3-(p-Tolil) pentana-2,4-dion
[1.Alfa.5-beta.]-1-(fenil
sulfinil) bisiklo [3.3.1]
nonan-3-on
4-Metoksi-3-(4'-metoksifenil)5-[(4''-metoksifenil)metil]
furan-2 (5H)-on
Bis (2-etilheksil) ftalat

2.90

1

Iso-α-kedren-15-al
6H,16H,31H-5,9:15,19Dimetano-10,14-meteno26,30-nitrilo-5H,25H-

2.85

1

dibenzo [b,s]
7-(3',4'-Didesoksi-1'-0-metil3'-alfa-D,L-treo-pento
piranosil)4- metilamino-

3.15

2.86

2

7.50

1

6-metilpirolo[2,3-d]
Pirimidina

11

Lanjutan lampiran 2 Senyawa kimia 4 mutu gaharu hasil analisis GCMS
Kacangan B

Senyawa
I

II

III

IV

V

Teri
B
I

Medang
A
V

Medang
B
I

Senyawa
yang
sama

3-(m-Dideuteroamino-fenil)4- deuteroksikarbonil-55-metilisoksazola

2.70

1

3-Benzil-2-metilindol

4.05

1

Aromadendrena

2.82

1

4-Etoksi-6-fenil-2,2-disiklo
propil-3(2H)-piridinona

2.75

1

10,11,12,13-Tetrahidrobenzo
[b] trifenilena

6.21

1

Di-n-oktilftalat

2.24

1

Asam benzenapropanoat, 3,5bis(1,1-dimetiletil) -4hidroksi oktadesil ester

2.82

1

Eikosametilsiklodekasiloksana

1.73

1

4H-Pirido[1,2-a]pirimidina-3karboksamida,1,6,7,8tetrahidro-1,6-dimetil-4Okso

1.83

1

2.88

1

6.95

1

6.19

1

0.63

1

1-Iminopentana,2-(dibenzil
amino)-4-metil-N
(trimetilsilil)
6-Benziloksi-3,4-dihidro-4,4dimetilkumarin
2-Beziloksi-3metilquinazolin-4(3H)-on
9-Metil-2-[3'-(1"-metil-1Hindolil)]-9H-karbazol
Jumlah % area

40.48

45.06

55.14

48.11

40.86

40.39

46.51

29.58

12

ABSTRAK
FARID ANWAR. Identifikasi Komponen Kimia Empat Tingkat Mutu Gaharu.
Dibimbing oleh SUMINAR S. ACHMADI dan BAMBANG WIYONO
Telah diidentifikasi komponen kimia 4 mutu gaharu (Aquilaria malaccensis)
perdagangan. Empat mutu gaharu tersebut, dari mutu tertinggi ke terendah ialah kacangan
B, teri B, medang A, dan medang B. Dalam penelitian ini, diketahui kandungan damar
wangi dalam gaharu cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan mutu gaharu.
Namun, rendemen kadar damar wangi tidak berkorelasi dengan kadar senyawa
seskuiterpena dan kromon yang merupakan penentu mutu gaharu. Dalam langkah isolasi,
sampel gaharu difraksinasi dengan kolom kromatografi bergradien dengan eluen heksanaetil asetat dan dikelompokkan sesuai dengan nilai Rf-nya. Identifikasi senyawa
menggunakan kromatografi gas-spektrofotometer massa menunjukkan keberadaan 10
senyawa seskuiterpena dan 3 kromon yang berbeda dalam keempat mutu gaharu dengan
kandungan yang berbeda-beda.

ABSTRACT
FARID ANWAR. Chemical Component Identification in Four Grades of Agarwood.
Supervised by SUMINAR S. ACHMADI and BAMBANG WIYONO
Agarwoods (Aquilaria malaccensis) with 4 different commercial grades has been
identified, namely kacangan B, teri B, medang A, and medang B, from the highest to the
lowest grade. In this work, resin content tends to increase as the grade increases.
However, the resin content does not have correlation with the content of sesquiterpene
and chromone which determine the grade of agarwoods. In isolation step, the agarwood
samples were fractionated using gradient column chromatography method with hexaneethyl acetate as eluent and were grouped according to its Rf point. Identification of
samples using gas chromatography-mass spectrophotometer showed the presence of 10
sesquiterpenes and 3 chromones in various levels.

PENDAHULUAN
Gaharu adalah salah satu jenis hasil hutan
bukan-kayu yang memiliki mutu beragam
dengan nilai ekonomi tinggi karena kayunya
mengandung resin yang harum baunya.
Gaharu memiliki berbagai bentuk dan warna
yang khas, serta memiliki kandungan damar
wangi, berasal dari pohon penghasil gaharu
yang tumbuh secara alami dan telah mati,
sebagai akibat infeksi yang terjadi baik secara
alami maupun buatan pada pohon tersebut.
Pada umumnya gaharu terbentuk dalam pohon
Aquilaria. Gaharu memiliki mutu yang
berbeda-beda. Beberapa lembaga telah
membuat standar mutu gaharu, seperti Badan
Standardisasi Nasional (BSN) dan Asosiasi
Gaharu Indonesia (Asgarin). Namun, standar
yang dibuat tersebut masih didasarkan pada
sifat fisik gaharu. Perbedaan mutu inilah yang
membuat gaharu memiliki harga jual yang
berbeda-beda.
Tingginya harga jual gaharu menyebabkan
terjadinya perburuan gaharu besar-besaran
yang mengakibatkan semakin langkanya
pohon penghasil gaharu, salah satunya
Aquilaria malaccensis (CITES 2002). Gaharu
inokulasi
mulai
dikembangkan
untuk
mengurangi kelangkaan pohon penghasil
gaharu oleh banyak peneliti, baik di Indonesia
maupun di negara lainnya. Fadzli (2006)
melaporkan bahwa upaya untuk melakukan
inokulasi gaharu dimulai sejak tahun 80-an.
Namun, hingga saat ini belum diketahui
kesesuaian mutu gaharu inokulasi dengan
mutu gaharu yang dihasilkan dari proses
infeksi secara alami. Beberapa standar BSN
seperti SNI 01-5009.1-1999 dan standar dari
Asgarin belum mampu dijadikan standar mutu
yang lebih pasti. Hal ini karena gaharu-gaharu
dibedakan dari warna, aroma, bobot kayu, dan
sifat fisik lainnya. Salah satu cara untuk
membandingkan mutu gaharu hasil inokulasi
dengan gaharu alami yang lebih baik adalah
dengan membandingkan kandungan senyawa
di dalamnya. Beberapa penelitian telah
mengidentifikasi kandungan senyawa dalam
gaharu. Namun, identifikasi tersebut belum
membandingkan kandungan dalam gaharu
dengan mutu yang berbeda.
Yoneda et al. (1984) menyebutkan bahwa
terdapat delapan komponen seskuiterpena
pada gaharu asal Indonesia, yaitu αagarofuran, 10-epi-γ-eudesmol, agarospirol,
jinkohol, jinkoh-eremol, jinkohol II, kusunol,
dan okso-agarospirol. Nakanishi et al. (1984)
melaporkan bahwa ada 3 seskuiterpena yang
memiliki aroma yang wangi, yaitu α-

agarofuran, (–)-10-epi-γ-eudesmol, dan oksoagarospirol. Selain seskuiterpena, gaharu dari
A. malaccensis asal Indonesia mengandung
komponen pokok minyak gaharu berupa
kromon. Kromon inilah yang menyebabkan
aroma harum dari gaharu bila dibakar
(Burfield 2005). Konishi et al. (2002)
melaporkan telah mengidentifikasi 6 turunan
baru
kromon
yang berperan dalam
menentukan keharuman gaharu. Oleh karena
itu, penelitian ini mengidentifikasi kembali
kandungan gaharu guna menentukan standar
mutu gaharu yang lebih baik.

METODE
Penelitian ini terbagi dalam tiga tahap,
yaitu tahap preparasi sampel, isolasi dan
fraksionasi, serta identifikasi senyawa. Bagan
alir penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Resin difraksionasi dengan kromatografi
kolom preparatif menggunakan gel silika
(Merck, 60–120 mesh) dan kromatografi lapis
tipis menggunakan pelat gel silika 60 F254
(Merck). Senyawa diidentifikasi menggunakan kromatografi gas-spektrometri massa
(GCMS) Shimadzu.
Bahan yang digunakan adalah gaharu yang
terinfeksi secara alami dengan berbagai mutu,
dari yang tertinggi sampai terendah, yaitu
kacangan B, teri B, medang A, dan medang B.
Gaharu diperoleh dari pengumpul di
Kalimantan Timur.
Preparasi Sampel Kayu (ASTM Standard
D 4442)
Sampel kayu gaharu dipotong sekecilkecilnya
untuk
memudahkan
proses
penggilingan menjadi serbuk. Selanjutnya
gaharu digiling hingga diperoleh serbuk
berukuran 40–60 mesh. Sampel kayu kering
ditetapkan kadar airnya. Sebanyak 1 g serbuk
kayu ditimbang dan dimasukkan ke dalam
oven selama 24 jam pada suhu 103 ± 2 °C.
Kadar air dapat ditentukan dengan rumus
berikut:

Kadar air =

× 100 %

Keterangan:
A : Bobot basah (g)
B : Bobot kering tanur (g)
Isolasi dan Fraksionasi
Sebanyak 10 g serbuk gaharu yang telah
dihaluskan diekstraksi dengan soxhlet dengan



Tabel 3 Fraksi gaharu berdasarkan kromatogram
Sampel

Fraksi

Rf

Bobot
fraksi (mg)

Sampel

Fraksi

Rf

Bobot
fraksi
(mg)

Kacangan
B

I

0.21

34.0*

Medang
A

I

0.28

29.1

II

0.32

8.1*

II

0.36

12.4

III

0.43

17.0*

III

0.47

3.9

IV

0.70

58.7*

IV

0.61

74.2

V

0.86

83.5*

V

0.82

97.5*

Jumlah

217.1

I

0.30

110.8*

II

0.44

13.8

Jumlah
Teri B

201.3
Medang
B

I

0.38

89.1*

II

0.51

36.6

III

0.78

51.3

III

0.69

69.6

IV

0.91

62.9

IV

0.86

48.0

Jumlah

242.2

Jumlah
* Dilanjutkan untuk analisis GCMS

239.9

Gaharu dengan mutu perdagangan yang
berbeda yang berasal dari A. malaccensis
memiliki komponen kimia yang berbeda
(Tabel 3). Menurunnya mutu gaharu diikuti
dengan meningkatnya jumlah bobot fraksi
yang didapatkan. Hal ini mengindikasikan
bahwa mutu terendah mengandung campuran
senyawa yang lebih banyak. Dengan kata lain,
gaharu mutu tinggi mengandung campuran
yang lebih sedikit. Data tersebut dikuatkan
dengan data rendemen yang menunjukkan
bahwa mutu terendah memiliki rendemen
tertinggi. Komponen yang memiliki bobot
fraksi tertinggi dari setiap mutu digunakan
untuk analisis GCMS karena diduga
mengandung senyawa kimia terbanyak.
Identifikasi Senyawa berdasarkan GCMS
Analisis GCMS menunjukkan beberapa
senyawa dari kacangan B, teri B, medang A,
dan medang B. Sebanyak 10 senyawa dengan
kadar tertinggi dari setiap komponen mutu
gaharu ditunjukkan dalam Lampiran 2.
Data rendemen dan TLC menunjukkan
bahwa mutu terendah gaharu (medang B)
memiliki rendemen dan jumlah bobot fraksi
tertinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa
mutu terendah gaharu merupakan campuran
dari banyak senyawa kimia. Data GCMS
(Tabel 4) menunjukkan bahwa mutu kacangan
B memiliki jenis senyawa kimia yang sedikit,
tetapi konsentrasinya tinggi, sedangkan mutu
medang B memiliki senyawa kimia yang
banyak, tetapi dengan konsentrasi yang
rendah.

Tabel 4 Sepuluh komponen dominan dalam
keempat mutu gaharu
Jumlah %
Mutu
Fraksi
area
Kacangan
I
40.48
B
II
45.06
III

55.14

IV

48.11

V

40.86

Teri B

I

40.39

Medang A

V

46.51

Medang B

I

29.58

Senyawa kimia yang paling banyak
ditemukan pada empat tingkat mutu gaharu
ialah asam heksadekanoat, yaitu terdapat pada
komponen II, III, V kacangan B dan
komponen V medang A. Bhuiyan et al. (2009)
dalam penelitiannya juga menemukan asam
heksadekanoat pada sampel A. agallocha. Hal
ini menunjukkan bahwa resin gaharu yang
berasal dari spesies pohon yang berbeda
memiliki beberapa senyawa yang sama dan
beberapa senyawa yang memiliki kemiripan.
Analisis dengan GCMS pada keempat
tingkat mutu gaharu hasil fraksionasi juga
menunjukkan
keberadaan
senyawa

4

seskuiterpena. Senyawa seskuiterpena yang
diperoleh ditemukan pada kisaran waktu
retensi (RT) 12 sampai 19. Seskuiterpena
dominan yang ditemukan pada mutu terbaik
(kacangan B) adalah eudesma-3,7(11)-diena.
Senyawa
seskuiterpena
yang
berhasil
diidentifikasi ditunjukkan dalam Tabel 5.
Senyawa kromon yang merupakan
senyawa kunci penentu aroma dalam
penelitian ini berhasil diidentifikasi pada dua
mutu gaharu, yaitu 6-hidroksi-2-metil-5nitrokromon, dan 3-metoksimetil-2,5,5,8atetrametil-6,7,8,8a-tetrahidro-5H-kromena
pada fraksi IV kacangan B serta 2,2-dimetil6,7-dimetoksikromanon pada fraksi V medang
A (Tabel 5). Berdasarkan data tersebut,
kacangan B mengandung jumlah kromon yang
lebih banyak dibanding medang A. Struktur
ketiga senyawa tersebut ditunjukkan pada
Gambar 2.
Seskuiterpena merupakan komponen yang
banyak ditemukan oleh beberapa peneliti
pada resin gaharu (Nakanishi et al. 1984;
Yoneda et al. 1984; Ishihara et al. 1991;
Alkhathlan et al. 2005; dan Putri 2005).

O

Yoneda et al. (1984) dan Putri (2005)
melaporkan telah berhasil mengidentifikasi
10-epi-γ-eudesmol yang merupakan kelompok
seskuiterpena yang memiliki aroma harum.
Selain seskuiterpena, Konishi et al. (2002)
menemukan 6 turunan baru kromon yang
berperan dalam menentukan aroma dan mutu
suatu gaharu, yaitu 6-metoksi-2-[2-(3metoksi-4-hidroksifenil)etil]-kromon;
6,8dihidroksi-2-(2-feniletil)-kromon; 6-hidroksi2-[2-(4’-hidroksifenil)etil]-kromon; 6-hidroksi
-2-[2-(2’-hidroksifenil)etil]-kromon; 7-hidroksi-2-(2-feniletil)-kromon; dan 6-hidroksi-7metoksi-2-(2-feniletil)-kromon. Selain itu,
beberapa kromon seperti 5,8-dimetoksi-2-[2(3’-asetoksifenil)etil]kromon; 6-metoksi-2-(2feniletil)kromon; dan 6,7-dimetoksi-2-(2feniletil)kromon berhasil diidentifikasi oleh
Alkhathlan et al. (2005). Namun, dalam
penelitian ini, seskuiterpena dan senyawa
kromon yang sama tidak teridentifikasi. Hal
ini
disebabkan
peneliti
lain
tidak
mengungkapkan mutu gaharu yang dianalisis
dan asal gaharu tersebut.

O

NO2

O

OH

O

O
6-hidroksi-2-metil-5-nitro-kromon

O

2,2-dimetil-6,7-dimetoksikromanon

O

O

3-metoksimetil-2,5,5,8a-tetrametil6,7,8,8a-tetrahidro-5H-kromena

Gambar 2 Struktur kromon pada mutu kacangan B dan medang A.

5

Tabel 5 Hasil identifikasi senyawa kromon dan seskuiterpena dalam fraksi I–V
Teri
Medang
Kacangan B
%
B
A
Senyawa
RT
area
I II III IV V
I
V

Medang
B
I

β-Eudesmol

16.41

1.74



-

-

-

-

-

-

-

β-Elemenon

12.65

0.27

-

-



-

-

-

-

-

Elemol
3-Metoksimetil2,5,5,8atetrametil6,7,8,8atetrahidro5H-kromena
6-Hidroksi-2metil-5nitrokromon
Eudesma3,7(11)diena
6,12-Epoksi11.β.eudesma4,6-dien-3on
β-Eudesmol

13.25

0.83

-

-

-



-

-

-

-

12.35

1.19

-

-

-



-

-

-

-

12.13

1.14

-

-

-



-

-

-

-

16.22

2.62

-

-

-

-



-

-

-

15.96

0.29

-

-

-

-

-



-

-

17.68

2.39

-

-

-

-

-



-

-

α-Kubebena

12.24

0.11

-

-

-

-

-

-



-

δ-Kadinena
2,2-Dimetil-6,7dimetoksi
kromanon

13.66

0.14

-

-

-

-

-

-



-

16.13

0.54

-

-

-

-

-

-



-

γ-Gurjunen
γ-Kadinen
aldehida

16.17

0.04

-

-

-

-

-

-

-



18.75

0.84

-

-

-

-

-

-

-



SIMPULAN DAN SARAN

Saran

Simpulan

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
sampel gaharu inokulasi pada spesies A.
malaccensis agar diketahui pengaruh lamanya
proses infeksi dengan komponen kimia yang
dihasilkan.

Mutu gaharu (kacangan B, teri B, medang
A, dan medang B) berkorelasi dengan
rendemen ekstrak aseton. Semakin tinggi
mutu suatu gaharu, semakin tinggi rendemen
ekstrak aseton yang dihasilkan. Mutu tertinggi
ekstrak aseton yang difraksionasi pada pelat
TLC menunjukkan bobot fraksi terendah. Hal
ini mengindikasikan bahwa mutu tertinggi
mengandung campuran senyawa yang lebih
sedikit, tetapi dengan persentase bobot yang
lebih besar. Seskuiterpena dan kromon
merupakan indikator yang menunjukkan mutu
suatu gaharu yang tinggi dan dengan mudah
dideteksi dengan GCMS.

DAFTAR PUSTAKA
Alkhathlan HZ, Al-Hazimi HM, Al-Dhalaan
FS, Mousa AA. 2005. Three 2-(2phenylethyl) chromones and two
terpenes from agarwood. Nat Prod Res
19:367-371.

6

Tabel 5 Hasil identifikasi senyawa kromon dan seskuiterpena dalam fraksi I–V
Teri
Medang
Kacangan B
%
B
A
Senyawa
RT
area
I II III IV V
I
V

Medang
B
I

β-Eudesmol

16.41

1.74



-

-

-

-

-

-

-

β-Elemenon

12.65

0.27

-

-



-

-

-

-

-

Elemol
3-Metoksimetil2,5,5,8atetrametil6,7,8,8atetrahidro5H-kromena
6-Hidroksi-2metil-5nitrokromon
Eudesma3,7(11)diena
6,12-Epoksi11.β.eudesma4,6-dien-3on
β-Eudesmol

13.25

0.83

-

-

-



-

-

-

-

12.35

1.19

-

-

-



-

-

-

-

12.13

1.14

-

-

-



-

-

-

-

16.22

2.62

-

-

-

-



-

-

-

15.96

0.29

-

-

-

-

-



-

-

17.68

2.39

-

-

-

-

-



-

-

α-Kubebena

12.24

0.11

-

-

-

-

-

-



-

δ-Kadinena
2,2-Dimetil-6,7dimetoksi
kromanon

13.66

0.14

-

-

-

-

-

-



-

16.13

0.54

-

-

-

-

-

-



-

γ-Gurjunen
γ-Kadinen
aldehida

16.17

0.04

-

-

-

-

-

-

-



18.75

0.84

-

-

-

-

-

-

-



SIMPULAN DAN SARAN

Saran

Simpulan

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
sampel gaharu inokulasi pada spesies A.
malaccensis agar diketahui pengaruh lamanya
proses infeksi dengan komponen kimia yang
dihasilkan.

Mutu gaharu (kacangan B, teri B, medang
A, dan medang B) berkorelasi dengan
rendemen ekstrak aseton. Semakin tinggi
mutu suatu gaharu, semakin tinggi rendemen
ekstrak aseton yang dihasilkan. Mutu tertinggi
ekstrak aseton yang difraksionasi pada pelat
TLC menunjukkan bobot fraksi terendah. Hal
ini mengindikasikan bahwa mutu tertinggi
mengandung campuran senyawa yang lebih
sedikit, tetapi dengan persentase bobot yang
lebih besar. Seskuiterpena dan kromon
merupakan indikator yang menunjukkan mutu
suatu gaharu yang tinggi dan dengan mudah
dideteksi dengan GCMS.

DAFTAR PUSTAKA
Alkhathlan HZ, Al-Hazimi HM, Al-Dhalaan
FS, Mousa AA. 2005. Three 2-(2phenylethyl) chromones and two
terpenes from agarwood. Nat Prod Res
19:367-371.

6

Tabel 5 Hasil identifikasi senyawa kromon dan seskuiterpena dalam fraksi I–V
Teri
Medang
Kacangan B
%
B
A
Senyawa
RT
area
I II III IV V
I
V

Medang
B
I

β-Eudesmol

16.41

1.74



-

-

-

-

-

-

-

β-Elemenon

12.65

0.27

-

-



-

-

-

-

-

Elemol
3-Metoksimetil2,5,5,8atetrametil6,7,8,8atetrahidro5H-kromena
6-Hidroksi-2metil-5nitrokromon
Eudesma3,7(11)diena
6,12-Epoksi11.β.eudesma4,6-dien-3on
β-Eudesmol

13.25

0.83

-

-

-



-

-

-

-

12.35

1.19

-

-

-



-

-

-

-

12.13

1.14

-

-

-



-

-

-

-

16.22

2.62

-

-

-

-



-

-

-

15.96

0.29

-

-

-

-

-



-

-

17.68

2.39

-

-

-

-

-



-

-

α-Kubebena

12.24

0.11

-

-

-

-

-

-



-

δ-Kadinena
2,2-Dimetil-6,7dimetoksi
kromanon

13.66

0.14

-

-

-

-

-

-



-

16.13

0.54

-

-

-

-

-

-



-

γ-Gurjunen
γ-Kadinen
aldehida

16.17

0.04

-

-

-

-

-

-

-



18.75

0.84

-

-

-

-

-

-

-



SIMPULAN DAN SARAN

Saran

Simpulan

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
sampel gaharu inokulasi pada spesies A.
malaccensis agar diketahui pengaruh lamanya
proses infeksi dengan komponen kimia yang
dihasilkan.

Mutu gaharu (kacangan B, teri B, medang
A, dan medang B) berkorelasi dengan
rendemen ekstrak aseton. Semakin tinggi
mutu suatu gaharu, semakin tinggi rendemen
ekstrak aseton yang dihasilkan. Mutu tertinggi
ekstrak aseton yang difraksionasi pada pelat
TLC menunjukkan bobot fraksi terendah. Hal
ini mengindikasikan bahwa mutu tertinggi
mengandung campuran senyawa yang lebih
sedikit, tetapi dengan persentase bobot yang
lebih besar. Seskuiterpena dan kromon
merupakan indikator yang menunjukkan mutu
suatu gaharu yang tinggi dan dengan mudah
dideteksi dengan GCMS.

DAFTAR PUSTAKA
Alkhathlan HZ, Al-Hazimi HM, Al-Dhalaan
FS, Mousa AA. 2005. Three 2-(2phenylethyl) chromones and two
terpenes from agarwood. Nat Prod Res
19:367-371.

6

[ASTM] American Society for Testing and
Materials. 2005. Standard Test
Methods for Direct Moisture Content
Measurement of Wood and WoodBase Materials. ASTM D International
4442-92.2005.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1999.
Gaharu. SNI 01-5009.1-1999.
Bhuiyan Md NI, Jaripa B, Nurul HB. 2009.
Analysis of essential oil of eaglewood
(A. agallocha) by gas chromatography
mass spectrometry. Bangladesh J
Pharmacol 4:24-28.
Burfield T. 2005. Agarwood Chemistry.
http://www.cropwat.org/Agarchem.htm
l. [3 Agu 2009].
[CITES] Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Flora and
Fauna. 2002. Agarwood (Gaharu)
Harvest and Trade in New Guinea
[Papua New Guinea and the
Indonesian
province
of
Papua
(formerly Irian Jaya)]. Sydney: CITES.

Fadzli A. 2006. Extraction of gaharu essential
oil using spinning band distillation
[tesis]. Malaysia: Faculty of Chemical
& Natural Resources Engineering,
University College of Engineering &
Technology Malaysia.
Ishihara M, Tsuneya T, Shiga M, Uneyama K.
1991. Three sesquiterpenes from
agarwood. Phytochemistry 30:563-566.
Konishi T, Konoshima T, Shimada Y,
Kiyosawa S. 2002. Six new 2-(2phenylethyl)chromones
from
agarwood. Chem Pharm Bull 50:419422.
Nakanishi T et al. 1984. Three fragrant
sesquiterpenes
of
agarwood.
Phytochemistry 23:2066-2067.
Putri MSE. 2005. Sifat fisis dan kimia resin
gaharu [skripsi]. Bogor: Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Yoneda K et al. 1984. Sesquiterpenoids in two
different
kinds
of
agarwood.
Phytochemistry 23:2068-2069.

7

LAMPIRAN

8

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Gaharu

10 g sampel + 150 mL aseton
teknis (soxhlet 3 jam)

Penetapan
kadar air

Ekstrak diuapkan

Resin ditimbang

Sisa resin dimasukkan
dalam botol vial

0.5 g resin dimasukkan
dalam cawan petri

Resin dilarutkan
dengan sedikit
aseton

Fraksionasi
dengan kolom

Fraksi gaharu

Pengelompokan
fraksi (TLC)

GC-MS

9

Lampiran 2 Senyawa kimia 4 mutu gaharu hasil analisis GCMS
Kacangan B

Senyawa
I
Asam heksadekanoat

II

III

2.58

3.01

Asam oktadekanoat
Oktadekena

IV

V

Teri
B
I

6.98

4.72

2.87

6.81

Medang
B
I

Senyawa
yang
sama
4

3.12

1

4.28

Oplopenon

3

3.13

Tetrakosana

4.68

Trikosana

4.40

1

2.95

Trikosena

2.73

Dokosana

3.66

Dokosena

5.22

2.76

3

1.94

1

3.69

2
2.32

3.35

3-Eikosena

2

4.68

3

2.92

1

5-Eikosena

7.04

Eikosana

3.80

Pentakosana

4.41

3.59

2.95

1
2.44

4
1

Heptakosana
Heksakosena
10-Heneikosena

2.86

1

3.87

1

2.76

Oktadekana

1

3.28

Nonadekena
9-Nonadekena

Medang
A
V

3.86

2.98

2

10.75

2

3.78

1

(-)-Alukusiol

2.60

1

8-Asetil-3,3-epoksimetano6,6,7-trimetilbisiklo[5.1.0]

2.94

1

3.31

1

oktan-2-on
(E)-2-Hidroksi-4'sianostilbena
Baimuksinal
1,4,7-Androstatrien3,17-dion

6.97

1

3.54

1

2.28

1

3,3,7,11-Tetrametiltrisiklo
[5.4.0.0 (4,11)]undekan1-ol
2,6,9-Trimetiltrisiklo
[6.3.0.0 (4,8)]undekan-

6.94

1

1-on
Trisiklo [3.3.3.01,5] undek-

4.80

6-ena-2,3,6-trikarbonitril
4b,9,9a,10-Tetrahidro-9.beta.fenilindeno[1,2-a]indena
2-(Dibenzilamino)-4-metil
pentanal

1

9.17

1

11.37

1

10

Lanjutan lampiran 2 Senyawa kimia 4 mutu gaharu hasil analisis GCMS
Kacangan B
Senyawa
I
1,4-Dimetoksi-2,3,5-trimetil6-[prop-2'-enil] benzena
Pireno [1,2-c] furan
7H-Pirrolo [2,3-D] pirim

II

III

IV

V

Teri
B

Medang
A

Medang
B

I

V

I

Senyawa
yang
sama

2.21

1

4.09

1
5.19

1

2,5-Pifeniloksazola

8.96

1

(+)-β-kostol

15.01

1

5.40

1

Erusilamida

2.14

1

2-Heksil-1-dekan-3-una

2.64

1

Asetamida, N-(4-benzil
oksifenil)-2-siano

5,6,7,8-tetrahidrotieno
[2,3-b]kuinolina
1,2,3,6-Tetrametilbisiklo
[2.2.2]okta-2,5-diena
4a,7-Metano-4aH-nafta
[1,8a-b]oksirena,
oktahidro-4,4,8,8Tetrametil
1,2,3,3a,4,5,6,6a,7,12Dekahidro-3-isopropil6-metilena-siklopenta

5.55

1

2.81

1

9.80

1

2.66

1

6.91

1

8.29

1

2.67

1

3.74

1

[d] antrasena-8,11-dion
11-Fenil-11H-indolo [3,2-c]
kuinolina-6(5H)-on
3-(p-Tolil) pentana-2,4-dion
[1.Alfa.5-beta.]-1-(fenil
sulfinil) bisiklo [3.3.1]
nonan-3-on
4-Metoksi-3-(4'-metoksifenil)5-[(4''-metoksifenil)metil]
furan-2 (5H)-on
Bis (2-etilheksil) ftalat

2.90

1

Iso-α-kedren-15-al
6H,16H,31H-5,9:15,19Dimetano-10,14-meteno26,30-nitrilo-5H,25H-

2.85

1

dibenzo [b,s]
7-(3',4'-Didesoksi-1'-0-metil3'-alfa-D,L-treo-pento
piranosil)4- metilamino-

3.15

2.86

2

7.50

1

6-metilpirolo[2,3-d]
Pirimidina

11

Lanjutan lampiran 2 Senyawa kimia 4 mutu gaharu hasil analisis GCMS
Kacangan B

Senyawa
I

II

III

IV

V

Teri
B
I

Medang
A
V

Medang
B
I

Senyawa
yang
sama

3-(m-Dideuteroamino-fenil)4- deuteroksikarbonil-55-metilisoksazola

2.70

1

3-Benzil-2-metilindol

4.05

1

Aromadendrena

2.82

1

4-Etoksi-6-fenil-2,2-disiklo
propil-3(2H)-piridinona

2.75

1

10,11,12,13-Tetrahidrobenzo
[b] trifenilena

6.21

1

Di-n-oktilftalat

2.24

1

Asam benzenapropanoat, 3,5bis(1,1-dimetiletil) -4hidroksi oktadesil ester

2.82

1

Eikosametilsiklodekasiloksana

1.73

1

4H-Pirido[1,2-a]pirimidina-3karboksamida,1,6,7,8tetrahidro-1,6-dimetil-4Okso

1.83

1

2.88

1

6.95

1

6.19

1

0.63

1

1-Iminopentana,2-(dibenzil
amino)-4-metil-N
(trimetilsilil)
6-Benziloksi-3,4-dihidro-4,4dimetilkumarin
2-Beziloksi-3metilquinazolin-4(3H)-on
9-Metil-2-[3'-(1"-metil-1Hindolil)]-9H-karbazol
Jumlah % area

40.48

45.06

55.14

48.11

40.86

40.39

46.51

29.58

12