Optimisasi Waktu Perendaman Kemedangan Gaharu Hasil Inokulasi pada Rendemen dan Komponen Kimia Minyak Gaharu

OPTIMISASI WAKTU PERENDAMAN KEMEDANGAN
GAHARU HASIL INOKULASI PADA RENDEMEN DAN
KOMPONEN KIMIA MINYAK GAHARU

RAINA VERINA

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimisasi Waktu
Perendaman Kemedangan Gaharu Hasil Inokulasi pada Rendemen dan Komponen
Kimia Minyak Gaharu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Raina Verina
NIM G44090065

2

3

ABSTRAK
RAINA VERINA. Optimisasi Waktu Perendaman Kemedangan Gaharu Hasil
Inokulasi pada Rendemen dan Komponen Kimia Minyak Gaharu. Dibimbing oleh
DUDI TOHIR dan MAMAN TURJAMAN.
Minyak gaharu sering digunakan dalam industri obat-obatan, parfum, dan
kosmetik. Penelitian ini bertujuan menentukan waktu optimum perendaman
kemedangan gaharu hasil inokulasi untuk mengisolasi minyak atsiri dan
menganalisis komponen kimia di dalamnya dengan menggunakan kromatograf
gas-spektrometer massa (GC-MS). Waktu perendaman gaharu yang optimum
adalah 21 hari dengan kisaran rendemen 0.22−0.92%. Identifikasi senyawa

menggunakan GC-MS menunjukkan keberadaan senyawa seskuiterpena pada
semua minyak gaharu. Jumlah senyawa seskuiterpena yang terkandung pada
minyak gaharu alam dan hasil inokulasi tidak berbeda jauh, sebanyak 9−15
senyawa. Minyak gaharu mengandung senyawa penciri sebanyak 3−6. Minyak
gaharu hasil inokulasi memiliki mutu yang hampir sama, tetapi rendemennya
lebih rendah daripada gaharu alam.
Kata kunci: gaharu, GC-MS, inokulasi, minyak atsiri

ABSTRACT
RAINA VERINA. Soaking Time Optimization of Agarwood Kemedangan of
Inoculated Agarwood Trees on Yield and Chemical Components. Supervised by
DUDI TOHIR and MAMAN TURJAMAN.
Agarwood oil is often used in medicine, perfume, and cosmetic industries.
This study aims to determine the optimum soaking time of agarwood kemedangan
of inoculated agarwood trees to isolate the essential oils and to analyse the
chemical components by using gas chromatograph-mass spectrometer (GC-MS).
The agarwood optimum soaking time was 21 days, giving 0.22−0.92% of yield.
Compounds identification by using GC-MS indicated the presence of
sesquiterpenes in all agarwood oil. Amounts of sesquiterpenes in natural and
inoculated trees did not vary, containing 9−15 compounds. Agarwood oil contain

3−6 marker compounds. Inoculated trees producing agarwood oil have similar
quality, but less yield than natural agarwood.
Key words: agarwood, essential oil, GC-MS, inoculation

4

5

OPTIMISASI WAKTU PERENDAMAN KEMEDANGAN
GAHARU HASIL INOKULASI PADA RENDEMEN DAN
KOMPONEN KIMIA MINYAK GAHARU

RAINA VERINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

6

7
Judul Skripsi : Optimisasi Waktu Perendaman Kemedangan Gaharu Hasil
Inokulasi pada Rendemen dan Komponen Kimia Minyak Gaharu
Nama
: Raina Verina
NIM
: G44090065

Disetujui oleh

Drs Dudi Tohir, MS
Pembimbing I


Dr Ir Maman Turjaman, DEA
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

8

9

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Optimisasi Waktu
Perendaman Kemedangan Gaharu Hasil Inokulasi pada Rendemen dan Komponen
Kimia Minyak Gaharu” berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini disusun

berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret−Juni 2013 di
Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs Dudi Tohir, MS dan Dr Ir
Maman Turjaman, DEA selaku pembimbing, serta Bapak Dr Erdy Santoso, MS
yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Fadli Ahmad Muntaqo, SSi atas segala diskusi dan saran
berkaitan dengan penelitian. Terima kasih juga kepada Bapak Sabur dan Ibu
Yenni Karmila atas bantuan yang telah diberikan selama saya melakukan
penelitian di Laboratorium Kimia Organik. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Ayah, Ibu, Kakak, Christyan, Mela, dan Padjri atas segala
doa dan semangatnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2013
Raina Verina

10

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN
METODE
Bahan dan Alat
Metode
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air dan Rendemen Minyak Atsiri
Identitas Senyawa Penciri Minyak Gaharu
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
vii
1
2
2
2

3
3
4
6
6
6
6
8
13

11

DAFTAR TABEL
1 Kadar air 4 sampel gaharu
2 Senyawa penciri pada minyak gaharu

3
5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bagan alir lingkup kerja penelitian
2 Hasil distilasi minyak gaharu
3 Komponen kimia 4 minyak gaharu hasil analisis GC-MS

8
9
12

PENDAHULUAN
Gaharu merupakan salah satu komoditas hasil hutan bukan kayu yang
mengandung resin khas atau damar wangi, dihasilkan oleh sejumlah spesies
pohon Aquilaria spp. dan Gyrinops spp., terutama A. malaccensis, A. microcarpa,
A. hirta, A. beccariana, A. cummingiana, A. filaria, dan G. versteegii (Siran et al.
2005). Gaharu mempunyai peranan penting untuk meningkatkan devisa negara
dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan. Gaharu dapat
dimanfaatkan sebagai dupa, pengharum tubuh dan ruangan, bahan kosmetik, dan
obat-obatan sederhana. Gaharu adalah gumpalan berbentuk padat, berwarna
cokelat kehitaman sampai hitam, dan berbau harum, terdapat pada bagian kayu
atau akar dari jenis tumbuhan penghasil gaharu yang telah mengalami proses
perubahan kimia dan fisika akibat terinfeksi oleh sejenis jamur. Oleh sebab itu,

tidak semua tanaman menghasilkan gaharu.
Gaharu merupakan sejenis kayu yang mengandung resin wangi dan kadar
resin menentukan mutu gaharu tersebut. Gaharu mengandung komponen kimia
berupa seskuiterpena, turunan kromon, furanoid seskuiterpena, asam
tetradekanoat, dan asam pentadekanoat (Azah et al. 2008). Banyak penelitian
telah mengungkapkan 2 penyusun utama gaharu, yaitu seskuiterpena dan kromon
sebagai sumber aroma harum. Menurut Burfield (2005), seskuiterpena utama yang
terkandung dalam A. malaccencis adalah α-agarofuran (−)-10-epi- -eudesmol
6.2%, agarospirol 7.2%, jinkohol 5.2%, jinko-eremol 3.7%, kusunol 3.4%,
jinkohol II 5.6% dan okso-agarospirol 3.1%.
Tingginya permintaan pasar dunia terhadap produk gaharu dan harga jual
gaharu yang cukup tinggi telah menarik minat masyarakat, baik lokal maupun
pendatang untuk melakukan eksploitasi gaharu secara besar-besaran. Akibatnya,
populasi pohon penghasil gaharu di hutan alam semakin menurun dan suatu saat
mungkin akan punah. Untuk mengatasi penurunan populasi gaharu, produksi
dapat direncanakan dan dipercepat dengan teknologi inokulasi. Teknologi
inokulasi dilakukan melalui induksi jamur pembentuk gaharu pada pohon
penghasil gaharu (Siran 2010). Rekayasa pembentukan gaharu pada pohon
penghasil gaharu dilakukan dengan penyuntikan Fusarium sp. dalam bentuk
inokulan padat dan cair dengan tingkat keberhasilan mencapai 80% (Siran et al.

2005).
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7631:2011 mengelompokkan gaharu
menjadi 3, yaitu gubal gaharu, kemedangan, dan serbuk gaharu. Kemedangan
merupakan kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu,
memiliki kandungan resin wangi dengan aroma yang lemah, ditandai oleh
warnanya yang putih keabu-abuan sampai kecokelatan, berserat kasar, dan
kayunya yang lunak (BSN 2011). Kemedangan mempunyai kandungan resin yang
rendah sehingga perlu diekstraksi minyaknya agar dapat memberikan daya jual
yang lebih tinggi. Metode ekstraksi perlu dioptimisasi untuk memperoleh
rendemen minyak gaharu yang lebih tinggi. Kandungan komponen kimia pada
minyak gaharu hasil inokulasi diharapkan tidak jauh berbeda dengan gaharu alam
sehingga memiliki daya jual yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
menentukan metode optimum ekstraksi minyak gaharu hasil inokulasi dan alam,
serta menganalisis komponen yang terkandung di dalamnya.

2

METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah kemedangan gaharu dari pohon A.
malaccensis 15 bulan setelah penyuntikan dari Kalimantan Selatan, A. microcarpa
9 bulan setelah penyuntikan dari Carita, dan G. versteegii 9 bulan setelah
penyuntikan dari Flores yang masing-masing terinfeksi oleh jamur Fusarium
solani dari Gorontalo, serta gaharu buaya (Exocoecaria agallocha) dari Maluku.
Urutan mutu gaharu yang paling diminati dari tertinggi hingga terendah adalah A.
malaccensis, A. microcarpa, G. versteegii, dan gaharu buaya (Sitepu et al. 2011).
Air suling digunakan sebagai pelarut. Alat yang digunakan adalah peralatan kaca,
oven, alat distilasi, dan GC-MS Shimadzu.

Metode
Penelitian ini terbagi dalam 3 tahap (Lampiran 1), yaitu penentuan kadar air
kemedangan gaharu, ekstraksi minyak atsiri gaharu, serta identifikasi senyawa
yang terkandung di dalamnya. Kandungan senyawa diidentifikasi menggunakan
kromatografi gas-spektrometer massa (GC-MS) Shimadzu.
Penentuan Kadar Air (ASTM 2005)
Sebanyak 1 g serbuk kayu ditimbang dan dimasukkan ke dalam oven selama
24 jam pada suhu (103 ± 2) °C. Kadar air dapat ditentukan dengan rumus berikut:
adar air (

Keterangan:
A: Bobot basah (g)
B: Bobot kering tanur (g)

)

Ekstraksi Minyak Atsiri
Serbuk gaharu yang telah dihaluskan direndam dalam air suling. Ekstraksi
dilakukan sebanyak 3 kali dengan nisbah bobot serbuk dan pelarut 1:9 selama 7,
14, 21, dan 28 hari. Hasil rendaman kemudian didistilasi selama 8 jam
(Pornpunyapat et al. 2011) untuk menghasilkan minyak atsiri. Minyak atsiri yang
dihasilkan kemudian ditimbang untuk mendapatkan bobot akhir.
inyak atsiri =

obot akhir minyak
obot a al terkoreksi bahan

Identifikasi Minyak Gaharu
Minyak gaharu dianalisis dengan GC-MS. Analisis GC-MS dilakukan di
Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor), Mabes Polri. Proses analisis
menggunakan metode ionisasi serangan elektron (EI) pada kromatograf gas GC17A (Shimadzu) yang ditandem dengan spektrometer massa MS QP 5050A.

3
Kolom kapiler yang digunakan HP-5 ms (silika 30 m × 0.25 mm × 0.25 µm); suhu
kolom 100 °C (0 menit) hingga 350 °C pada laju 8 °C/menit; dengan gas
pembawa helium pada tekanan tetap 10.34 psi. Data yang diperoleh berupa nilai
Rt dan dibandingkan dengan literatur yang ada pada pangkalan data, Wiley 7N
tahun 2008.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air dan Rendemen Minyak Gaharu
Kadar air menunjukkkan jumlah air yang terikat secara fisik pada sampel
sebelum diekstraksi. Kadar air ditentukan sebagai faktor koreksi rendemen
minyak atsiri yang dihasilkan. Gaharu buaya yang merupakan gaharu alam yang
kurang diminati, memiliki kadar air paling tinggi dibandingkan dengan ketiga
gaharu hasil inokulasi, yaitu A. malaccensis, A. microcarpa, dan G. versteegii
(Tabel 1).
Tabel 1 Kadar air 4 sampel gaharu
Sampel
A. malaccensis
A. microcarpa
G. versteegii
Gaharu buaya

Kadar air (%)
4.83
4.18
3.02
4.97

Rendemen minyak gaharu dihitung berdasarkan bobot minyak yang
diperoleh dari proses distilasi dengan menggunakan air suling. Pelarut air suling
dipilih berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Bhuiyan et al. (2009) dan
Pornpunyapat et al. (2011). Distilasi dilakukan dengan memvariasikan waktu
perendaman serbuk gaharu dalam pelarut air suling, selama 7, 14, 21, dan 28 hari.
Perendaman serbuk gaharu dalam pelarut dilakukan untuk melepaskan minyak
gaharu yang masih terikat pada sel-sel kayu.
Semakin lama waktu perendaman, semakin tinggi rendemen minyak gaharu
yang dihasilkan, tetapi rendemen menurun kembali pada waktu perendaman 28
hari (Gambar). Hasil ini menunjukkan bahwa waktu perendaman yang paling
optimum adalah 21 hari. Gaharu buaya yang merupakan gaharu alam
menghasilkan rendemen minyak atsiri paling tinggi sebesar 0.73−0.92%,
sedangkan pada A. microcarpa, G. versteegii, dan A. malaccensis yang merupakan
gaharu hasil inokulasi, rendemen yang dihasilkan berkisar 0.11−0.47%. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa gaharu hasil inokulasi belum mampu menghasilkan
jumlah minyak yang sebanding dengan gaharu alam. Hal tersebut dapat
disebabkan gaharu alam lebih lama terinfeksi sehingga kandungan minyaknya
lebih tinggi daripada gaharu hasil inokulasi yang hanya terinfeksi beberapa bulan.
Rendemen yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh
Bhuiyan et al. (2009) pada A. agallocha, yaitu 0.80% untuk gaharu alam dan
0.35% untuk gaharu hasil inokulasi. Rendemen minyak gaharu hasil inokulasi

4
justru berbanding terbalik dengan mutu gaharu. A. malaccensis yang memiliki
mutu tertinggi justru memiliki rendemen terendah (0.11−0.27%), dibandingkan
dengan G. versteegii dengan mutu terendah yang menghasilkan rendemen
0.15−0.47%. Minyak gaharu yang dihasilkan dari keempat sampel memiliki
warna dan bau yang berbeda-beda. Warna minyak gaharu buaya adalah cokelat
tua, A. microcarpa kuning, G. versteegii cokelat muda, dan A. malaccensis hijau
tua (Lampiran 2).
1

0.92
0.86

0.9
0.8

0.82

0.73

% Rendemen

0.7

A. malaccensis

0.6
0.47

0.5

0.37

0.4
0.3
0.22
0.2
0.1

0.21

0.22

0.47

A. microcarpa

0.37
0.22

0.27
0.21
0.15

0.11

G. versteegii
Gaharu buaya

0
7

14
21
Lama Perendaman (hari)

28

Gambar Rendemen 4 sampel gaharu dengan variasi waktu perendaman

Identitas Senyawa Penciri Minyak Gaharu
Analisis GC-MS pada keempat minyak gaharu menunjukkan 32 senyawa
seskuiterpena yang saling berisomer. Kandungan komponen seskuiterpena pada
gaharu sangat berkaitan dengan mutu gaharu (Muntaqo 2012). Pada setiap minyak
gaharu terdeteksi jumlah senyawa seskuiterpena yang berbeda-beda dan
berbanding lurus dengan mutu gaharu. Gaharu buaya yang merupakan gaharu
alam dan A. malaccensis yang merupakan gaharu hasil inokulasi dengan mutu
terbaik mengandung jumlah seskuiterpena terbanyak, yaitu 15 senyawa. A.
microcarpa memiliki 14 senyawa, sedangkan G. versteegii yang merupakan
gaharu hasil inokulasi dengan mutu terendah hanya memiliki 9 senyawa. Hasil ini
menunjukkan bahwa mutu minyak gaharu hasil inokulasi tidak jauh berbeda
dengan gaharu alam. Selain itu, A. malaccensis yang paling banyak diminati
masyarakat, terbukti memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan dengan gaharu
jenis lainnya. Perbandingan kadar seskuiterpena pada keempat minyak gaharu
tidak dapat dilakukan karena konsentrasi minyak pada saat pengukuran GC-MS
berbeda-beda. Kadar seskuiterpena yang semakin tinggi menunjukkan mutu
gaharu yang semakin baik.

5
Senyawa asam heksadekanoat atau asam palmitat dominan pada keempat
minyak gaharu, tetapi senyawa ini tidak termasuk senyawa pemberi aroma
(Pornpunyapat et al. 2011). Menurut Muntaqo (2012), aromadendrena adalah
senyawa penciri pada penentuan mutu gaharu. Minyak gaharu G. versteegii tidak
mengandung aromadendrena sehingga membuktikan bahwa mutunya lebih rendah
dibandingkan dengan minyak gaharu hasil inokulasi lainnya, yaitu A. microcarpa
dan A. malaccensis. Walaupun tidak terdapat aromadendrena, G. versteegii
memiliki senyawa isomer dari aromadendrena, yaitu isoaromadendrena epoksida.
Minyak gaharu masing-masing mengandung senyawa penciri (Tabel 2)
yang hanya dimiliki oleh salah satu sampel minyak gaharu. Senyawa penciri
tersebut memiliki tingkat kepercayaan di atas 80%. Senyawa penciri pada gaharu
buaya adalah -selinena, junipena, dihidro-cis-α-kopaen-8-ol, 4,6,6-trimetil-2-(3metilbuta-1,3-dienil)-3-oksatrisiklo[5,1,-(2,4)]oktana, -kostol, dan α-selinena.
Junipena yang dikandung oleh minyak gaharu buaya menghasilkan kayu wangi
yang digunakan dalam industri wewangian (Takemoto et al. 2008). Jumlah
senyawa penciri pada A. microcarpa sama dengan gaharu buaya, yaitu 6 senyawa
berupa dihidro- -agarofuran, α-agarofuran, -bisabolena, agarospirol, aristolena,
dan -kadinena. Agarospirol digunakan dalam industri farmasi sebagai obat
penenang, sedangkan aristolena berefek positif pada sistem saraf pusat (Takemoto
et al. 2008). G. versteegii dan A. malaccensis juga memiliki jumlah senyawa
penciri yang sama, yaitu 3 senyawa. G. versteegii memiliki senyawa penciri
berupa
α-gurjunena,
isoaromadendrena
epoksida,
dan
8,9-dehidroneoisolongifolena, sedangkan A. malaccensis mengandung
-gurjunena,
aromadendrena oksida, dan aloaromadendrena. Senyawa paling dominan pada
gaharu buaya adalah valerenol, pada A. microcarpa adalah aristolena, pada G.
versteegii adalah -selinena, dan pada A. malaccensis adalah prezizanol. Senyawa
yang terdapat pada keempat minyak gaharu adalah -selinena dan 3,5,8-trimetil3a,4,4a,5,6,7,9,9a-oktahidroazuleno(6,5- furan-2(3H)-on. Dari hasil tersebut,
senyawa seskuiterpena yang ditemukan di beberapa jenis gaharu tidak selalu
sama, tetapi dapat berupa isomer-isomernya.
Tabel 2 Senyawa penciri pada minyak gaharu
No.
1
2
3

Senyawa
A. malaccensis
-Gurjunena
Aromadendrena
oksida
Aloaromadendrena

4

A. microcarpa
Dihidro- agarofuran
α-Agarofuran
-Bisabolena
Agarospirol

-

5
6

-

Aristolena
-Kadinena

G. versteegii
α-Gurjunena

Gaharu buaya
-Selinena

Isoaromadendrena Junipena
epoksida
8,9-DehidroDihidro-cis-αneoisolongifolena kopaen-8-ol
4,6,6-Trimetil-2(3-metilbuta-1,3dienil)-3oksatrisiklo[5,1,(2,4)]oktana
-Kostol
α-Selinena

6

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Rendemen minyak gaharu berkorelasi dengan waktu perendaman sampel
sebelum ekstraksi. Semakin lama waktu perendaman gaharu dalam pelarut,
semakin tinggi rendemen minyak gaharu yang dihasilkan dengan kisaran
0.11−0.73%. Waktu perendaman gaharu yang optimum adalah 21 hari. Gaharu
hasil inokulasi belum mampu menghasilkan jumlah minyak yang sebanding
dengan gaharu alam. Minyak gaharu masing-masing mengandung 3−6 senyawa
penciri. Jumlah dan senyawa seskuiterpena yang terkandung pada minyak gaharu
alam dan gaharu hasil inokulasi tidak berbeda jauh, yaitu 9−15 senyawa. Hal
tersebut menunjukkan bahwa jenis senyawa gaharu hasil inokulasi tidak berbeda
jauh dengan gaharu alam.

Saran
Homogenitas serbuk gaharu sebagai bahan baku minyak gaharu perlu
diperhatikan. Jumlah sampel yang digunakan sebaiknya lebih banyak agar
dihasilkan minyak dengan jumlah cukup besar yang mudah dipisahkan dari air.
Perlu penelitian lanjutan untuk fraksinasi minyak gaharu agar senyawa murni
yang terkandung dapat ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA
[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2005. Standard test
methods for direct moisture content measurement of wood and wood-base
materials. ASTM D 4442. West Conshohocken (US): ASTM.
Azah NMA, Chang YS, Mailina J, Said AA, Majid AJ, Husni SS, Hasnida NH,
Yasmin NY. 2008. Comparison of chemical profiles of selected gaharu oils
from Peninsular Malaysia. Malaysian J Anal Sci. 12(2):338-340.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2011. Gaharu. SNI 7631:2011. Jakarta
(ID): BSN.
Bhuiyan Md NI, Jaripa B, Nurul HB. 2009. Analysis of essential oil of eaglewood
(A. agallocha) by gas chromatography mass spectrometry. Bangladesh J
Pharmacol. 4:24-28. doi:10.3329/bjp.v4i1.851.
Burfield T. 2005. Agarwood chemistry [internet]. [diacu 2013 Feb 25]. Tersedia
pada: http://www.cropwatch.org/agarchem.htm.
Muntaqo FA. 2012. Korelasi kadar seskuiterpena dengan mutu gaharu standar
nasional Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Porpunyapat J, Pakamas C, Chakrit T. 2011. Mathematical modeling for
extraction of essential oil from Aquilaria crassna by hydrodistillation and
quality of agarwood oil. Bangladesh J Pharmacol. 6:18-24.
doi:10.3329/bjp.v6i1.7902.

7
Siran SA, Ngatiman, Yusliansyah. 2005. Gaharu, Komoditas HHBK Andalan
Kalimantan Timur. Di dalam: Teknologi untuk Kelestarian Hutan dan
Kesejahteraan Masyarakat. Prosiding Gelar dan Dialog Teknologi; 2005
Jun 29-30; Mataram, Indonesia. Mataram (ID): Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan. hlm 29-42.
Siran SA. 2010. Perkembangan pemanfaatan gaharu. Di dalam: Siran SA,
Turjaman M, editor. Pengembangan Teknologi Produksi Gaharu Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. hlm 1–34.
Sitepu IR, Santoso E, Siran SA, Turjaman M. 2011. Fragrant Wood Gaharu:
when the Wild Can No Longer Provide. Bogor (ID): FORDA.
Takemoto H, Ito M, Shiraki T, Yagura T, Honda G. 2008. Sedative effects of
vapor inhalation of agarwood oil and spikenard extract and identification of
their active components. J Nat Med. 62:41-46. doi:10.1007/s11418-0070177-0.

8
Lampiran 1 Bagan alir lingkup kerja penelitian

Kemedangan gaharu
Dihaluskan

Serbuk
gaharu

Penentuan kadar air

 Direndam selama 7, 14, 21, dan 28 hari
 Distilasi selama 8 jam

Ampas + air

Minyak gaharu

 GC-MS

9
Lampiran 2 Hasil distilasi minyak gaharu
Rendemen minyak gaharu dengan waktu perendaman 7 hari
Sampel

Bobot
sampel
(g)

Bobot
terkoreksi
(g)

Volume
minyak
(mL)

Bobot
minyak
(g)

Rendemen
(%)

Rerata
(%)

2

10.0012
10.0015

9.5181
9.5184

0.01
0.01

0.0107
0.0107

0.11
0.11

0.11

3

10.0011

9.5180

0.01

0.0107

0.11

1

10.0012

9.5831

0.02

0.0178

0.19

2

10.0010

9.5830

0.03

0.0266

0.28

3

10.0014

9.5833

0.02

0.0178

0.19

1

10.0014

9.6994

0.01

0.0153

0.16

2

10.0004

9.6984

0.01

0.0153

0.16

3

10.0009

9.6989

0.02

0.0306

0.32

1

10.0085

9.5111

0.06

0.0523

0.55

2
3

10.0028

9.5057

0.10

0.0871

0.92

10.0047

9.5075

0.08

0.0697

0.73

Ulangan

1
A. malaccensis

A. microcarpa

G. versteegii

Gaharu buaya

0.22

0.21

0.73

Rendemen minyak gaharu dengan waktu perendaman 14 hari
Sampel

Bobot
sampel
(g)

Bobot
terkoreksi
(g)

Volume
minyak
(mL)

Bobot
minyak
(g)

Rendemen
(%)

Rerata
(%)

2

10.0011
10.0024

9.5180
9.5193

0.02
0.02

0.0214
0.0214

0.22
0.22

0.22

3

10.0024

9.5193

0.02

0.0214

0.22

1

10.0034

9.5853

0.04

0.0355

0.37

2

10.0024

9.5843

0.04

0.0355

0.37

3

10.0049

9.5867

0.04

0.0355

0.37

1

10.0032

9.7011

0.03

0.0459

0.47

2

10.0035

9.7014

0.03

0.0459

0.47

3

10.0019

9.6998

0.03

0.0459

0.47

1

10.0005

9.5035

0.08

0.0697

0.73

2
3

10.0026

9.5055

0.10

0.0871

0.92

10.0029

9.5058

0.10

0.0871

0.92

Ulangan

1
A. malaccensis

A. microcarpa

G. versteegii

Gaharu buaya

0.37

0.47

0.86

10
lanjutan Lampiran 2
Rendemen minyak gaharu dengan waktu perendaman 21 hari
Sampel

A. malaccensis

A. microcarpa

G. versteegii

Gaharu buaya

Ulangan

Bobot
sampel
(g)

Bobot
terkoreksi
(g)

Volume
minyak
(mL)

Bobot
minyak
(g)

Rendemen
(%)

1

10.0018

9.5187

0.02

0.0214

0.22

2

10.0037

9.5205

0.02

0.0214

0.22

3

10.0012

9.5181

0.02

0.0214

0.22

1

10.0014

9.5833

0.04

0.0355

0.37

2

10.0052

9.5870

0.04

0.0355

0.37

3

10.0044

9.5862

0.04

0.0355

0.37

1

10.0013

9.6993

0.03

0.0459

0.47

2

10.0042

9.7021

0.03

0.0459

0.47

3

10.0014

9.6994

0.03

0.0459

0.47

1

10.0038

9.5066

0.10

0.0871

0.92

2
3

10.0060

9.5087

0.10

0.0871

0.92

10.0039

9.5067

0.10

0.0871

0.92

Rerata
(%)

0.22

0.37

0.47

0.92

Rendemen minyak gaharu dengan waktu perendaman 28 hari
Sampel

Bobot
sampel
(g)

Bobot
terkoreksi
(g)

Volume
minyak
(mL)

Bobot
minyak
(g)

Rendemen
(%)

Rerata
(%)

2

10.0031
10.0017

9.5200
9.5186

0.04
0.02

0.0348
0.0174

0.37
0.18

0.27

3

10.0031

9.5200

0.03

0.0261

0.27

1

10.0010

9.5830

0.03

0.0261

0.27

2

10.0032

9.5851

0.02

0.0174

0.18

3

10.0008

9.5828

0.02

0.0174

0.18

1

10.0012

9.6992

0.02

0.0174

0.18

2

10.0025

9.7004

0.01

0.0087

0.09

3

10.0036

9.7015

0.02

0.0174

0.18

1

10.0012

9.5041

0.08

0.0697

0.73

2
3

10.0038

9.5066

0.10

0.0871

0.92

10.0006

9.5036

0.09

0.0784

0.82

Ulangan

1
A. malaccensis

A. microcarpa

G. versteegii

Gaharu buaya

0.21

0.15

0.82

11
lanjutan Lampiran 2
Contoh perhitungan:
Gaharu buaya dengan waktu perendaman 7 hari
inyak gaharu =

obot akhir minyak
obot a al terkoreksi bahan

=
= 0.55%

̅ (%) =

endemen ulangan

=

= 0.73%

ulangan β
n

β
γ

γ

ulangan γ

12
Lampiran 3 Komponen kimia 4 minyak gaharu hasil analisis GC-MS
% Area
Senyawa

Rt
(menit)

A.
malaccensis
Kalsel

A.
microcarpa
Carita

G.
versteegii
Flores

Gaharu
buaya

α-Guaiena

13.25

0.38

-

-

0.04

-Selinena

13.77

-

-

-

0.21

-Selinena

14.03

3.75

0.68

16.09

1.29

-Gurjunena

14.15

0.38

-

-

-

Junipena

14.30

-

-

-

0.07

Dihidro-cis-α-kopaen-8-ol

14.36

-

-

-

0.04

Kariofilena oksida

15.28

0.52

-

1.09

-

Valensena

15.30

0.71

3.98

-

0.22

Aromadendrena

15.45

2.72

2.51

-

0.31

Aromadendrena oksida

15.50

0.98

-

-

-

α-Gurjunena

15.71

-

-

2.79

-

-Eudesmol

15.83

-

1.53

-

6.71

Ledena

15.83

1.11

-

3.93

-

Aloaromadendrena

16.04

1.53

-

-

-

Vulgarol B

15.28

0.32

0.59

-

-

Prezizanol

16.40

6.29

-

11.32

-

Valerenal
4,6,6-Trimetil-2-(3-metilbuta1,3-dienil)-3-oksatrisiklo[5,1,(2,4)]oktana
-Kostol

16.66

0.59

5.27

-

15.18

16.89

-

-

-

1.11

17.27

-

-

-

6.80

Isoaromadendrena epoksida
1-Metil-4-metilena-2-(2-metil1-propen-1-il)-1vinilsikloheptana
Valerenol

17.61

-

-

4.10

-

17.72

4.26

-

1.04

-

17.84

1.77

4.15

-

31.90

Nutkaton

18.28

-

-

-

0.92

8,9-Dehidro-neoisolongifolena

18.31

-

-

0.71

-

α-Selinena
3,5,8-Trimetil3a,4,4a,5,6,7,9,9aoktahidroazuleno(6,5- furan2(3H)-on
Dihidro- -agarofuran

19.21

-

-

-

0.11

20.58

0.46

2.64

1.32

0.09

20.98

-

0.26

-

-

α-Agarofuran

22.08

-

1.96

-

-

-Bisabolena

22.66

-

0.52

-

-

Agarospirol

24.16

-

0.59

-

-

Aristolena
-Kadinena

24.31
24.67

-

6.64
1.24

-

-

-

-

-

13

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 September 1991 dari Ayah
usta’in Shodiq dan Ibu Fitriani. Penulis merupakan anak kedua dari 2
bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 6 Bekasi dan pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti masa perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi
kemahasiswaan Ikatan Mahasiswa Kimia (Imasika) IPB tahun β
−2012. Bulan
Juli−Agustus β β penulis melaksanakan praktik lapangan di Balai Besar Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKL PP) Jakarta dengan
judul Validasi Metode Pengukuran Logam Kobalt Menggunakan Instrumen ICPAES.

14