HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN PROGRAM PEMBINAAN USAHA KECIL MENENGAH SUB SEKTOR PERIKANAN DI WILAYAH PESISIR DENGAN TINGKAT PRODUKSI PERIKANAN PROVINSI SUMATERA UTARA

(1)

HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN PROGRAM PEMBINAAN

USAHA KECIL MENENGAH SUB SEKTOR PERIKANAN

DI WILAYAH PESISIR DENGAN TINGKAT PRODUKSI

PERIKANAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Suharyadi*, Erlina** dan Supriadi**

*Alumni PWD SPs USU **Dosen FE/FP/PWD SPs USU

Abstract: The objective of the research was to analyze the influence of the

development program for UKM in fishery sub-sector in the coastal area on the improvement of fishery production in North Sumatera Province and to analyze the effectiveness of the development program for UKM in fishery sub-sector in North Sumatera Province. The research used descriptive analytic method and quantitative analysis, using average difference test. The data consisted of primary and secondary data. The primary data were obtained directly from 42 respondents as the samples, using questionnaires and conducting interviews. The result of the research showed that the development program for UKM in fishery sub-sector in the coastal area had positive and significant influence on the improvement of fishery production and income of UKM in fishery sub-sector in North Sumatera Province. The highest increase in production and income was in the processing business group of 18.9% in production and 50.73% in income. The lowest increase was in marketing business group, either in production or in income. The increase in the production and income would eventually influence regional development, particularly in recruiting manpower.

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak program pembinaan usaha kecil menengah subsektor perikanan di wilayah pesisir terhadap peningkatan produksi perikanan Provinsi Sumatera Utara, serta untuk menganalisis efektivitas program pembinaan usaha kecil menengah sub sektor perikanan di wilayah pesisir provinsi Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dana analisis kuantitatif dengan menggunakan uji beda rata-rata. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari masyarakat secara langsung melalui daftar pertanyaan (questionaire) dan wawancara dengan jumlah sampel sebanyak 42 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pembinaan usaha kecil menengah subsektor perikanan di wilayah pesisir berdampak signifikan dan positif terhadap peningkatan produksi perikanan dan pendapatan UKM subsektor perikanan di Provinsi Sumatera Utara. Peningkatan produksi dan pendapatan yang paling tinggi adalah pada kelompok usaha pengolahan, yaitu sebesar 18,49% pada produksi dan 50,73% pada pendapatan. Peningkatan yang paling rendah adalah kelompok usaha pemasaran, baik produksi maupun pendapatan. Peningkatan produksi dan pendapatan ini pada akhirnya akan berdampak terhadap pengembangan wilayah, terutama dalam hal penerimaan tenaga kerja.

Kata kunci: pembinaan, UKM, produksi, perikanan

PENDAHULUAN

Provinsi Sumatera Utara memiliki luas perairan laut sebesar 10.000 km² atau 60,5% dari total luas Provinsi memiliki panjang garis pantai 1.300 km (Statistik Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 ) dan

potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang bernilai ekonomi cukup tinggi.

Potensi ekonomi sumber daya pada sub sektor perikanan diperkirakan mencapai US$ 82 miliar per tahun. Potensi tersebut meliputi: potensi perikanan tangkap sebesar


(2)

US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar per tahun, potensi peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per tahun. Selain itu, potens lainnya pun dapat dikelola, seperti sumber daya yang tidak terbaharukan, sehingga dapat memberikan

kontribusi yang nyata bagi pembangunan Indonesia (Ditjen P2HP, 2011).

Produksi perikanan di Sumatera Utara, dari perikanan tangkap mengalami penurunan pada tahun 2009 – 2010, sedangkan produksi perikanan budidaya mengalami peningkatan setiap tahun. Dilihat dari jumlah Rumah Tangga Perikanan/Perusahaan (RTPP), lebih banyak pada perikanan tangkap daripada perikanan budidaya.

Tabel 1. Produksi dan Nilai Perikanan di Sumatera Utara, 2005 - 2010

No. Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 2010

A. Perikanan Tangkap 1. Produksi

(ton)

338.007 354.572 361.674 564.545 378.054 365.928

2. Nilai (Rp. 000)

2.335.138.732 2.472.479.181 6.422.332.735 7.941.995.610 6.721.287.506 5.807.259.036

3. RTPP (Unit)

39.072 43.371 44.238 48.764 53.730 41.935

B. Perikanan Budidaya 1. Produksi

(ton)

44.393 39.940 53.410 97.583 97.147 119.106

2. Nilai (Rp. 000)

1.087.043.510 931.636.484 1.076.459.468 2.577.634.288 2.262.634.452 5.758.242.962

3. RTPP (Unit)

35.184 34.729 35.707 40.273 34.260 33.890

C. Ekspor 1. Volume

(ton)

66.494 66.179 84.014 96.805 78.280 68.385

2. Nilai (US$. 000)

170.967 182.321 222.057 277.552 220.652 228.186

Sumber: Pusat Data Statistik dan Informasi Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012.

Usaha perikanan tersebut pada umumnya dilakukan dalam skala usaha kecil dan menengah. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah. Peran penting tersebut telah mendorong banyak negara termasuk Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan UKM. Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang memandang pentingnya

keberadaan UKM, yaitu pertama karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dari pada usaha besar (Berry, dkk, 2001). Lebih lanjut, usaha kecil dan usaha rumah


(3)

tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah tangga (Kuncoro, 2006).

Sebagaimana dimaklumi bahwa perkembangan usaha dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal perusahaan. Salah satu faktor internal yang cukup berperan besar dalam mempengaruhi perkembangan usaha, yaitu termasuk UKM adalah merupakan modal untuk investasi maupun modal kerja. Kesulitan memperoleh modal merupakan masalah klasik yang masih menghantui UKM di Indonesia selama ini. Permasalahan modal tersebut timbul karena tidak adanya titik temu UKM sebagai debitor dan pihak kreditor. Di sisi debitor, karateristik dari sebagian besar UKM di Indonesia antara lain adalah masih belum menjalankan bisnisnya dengan prinsip-prinsip manajemen moderen, belum memiliki badan usaha resmi, serta keterbatasan aset yang dimiliki.

Dalam kenyataannya, walaupun UKM lebih mampu bertahan menghadapi krisis, kelompok usaha ini menghadapi berbagai permasalahan yang mendasar yang menyebabkan rendahnya perkembangan usaha tersebut. Permasalahan yang dihadapi UKM pada umumnya adalah manajemen dan permodalan. Keterbatasan manajemen menyebabkan pengelolaan usaha kurang efisien, sedangkan keterbatasan dalam permodalan menyebabkan pengembangan usaha sangat lambat.

UKM yang dapat memanfaatkan dan mengoptimalkan modal usaha dengan baik (manajemen profesional), maka usaha tersebut akan berkembang dengan pesat, dan akan mempengaruhi seorang pengusaha untuk melakukan ekspansi usahanya. Hal ini berarti akan memperbesar volume produksi dan manajemen harus melakukan strategi untuk mencapai peningkatan penjualan hasil produksi (barang dan jasa) kepada konsumen (Dewanti, 2008).

Melihat besarnya potensi perikanan di Indonesia, maka Kementerian Kelautan dan Perikanan mengambil kebijakan untuk melakukan pembinaan kepada UKM di sub sektor perikanan, dalam upaya

meningkatkan kemampuan UKM untuk meningkatkan produksi perikanan.

Sasaran pembinaan ini ditujukan pada peningkatan mutu sumber daya manusianya selaku pelaku ekonomi perikanan yang berskala kecil dan menengah yang terinci atas petani ikan, nelayan, wanita perikanan, taruna perikanan, dan pengolah hasil perikanan. Oleh karenanya kegiatan pembinaan merupakan aspek penting dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas usaha perikanan yang menjadi komoditas andalan Sumatera Utara, sehingga diperlukan sumber daya manusia perikanan yang ulet dan tangguh dan dapat mengikuti perkembangan kemajuan teknologi.

Peningkatan produksi dan mutu hasil produksi perikanan ini selanjutnya diharapkan mendorong pencapaian target pembangunan perikanan di Provinsi Sumatera Utara, dimana sebagian besar diperoleh dari wilayah pesisir. Berdasarkan uraian tersebut di atas, perlu dilakukan pengkajian ilmiah untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan program pembinaan usaha kecil menengah sub sektor perikanan di wilayah pesisir dengan tingkat produksi perikanan Provinsi Sumatera Utara.

METODE

penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dana analisis kuantitatif dengan menggunakan uji beda rata-rata. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari masyarakat secara langsung melalui daftar pertanyaan (questionaire) dan wawancara dengan jumlah sampel sebanyak 42 orang.

HASIL

Karakteristik responden yang diuraikan meliputi umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, lama berusaha, dan jumlah karyawan. Usia responden lebih banyak pada kisaran usia 41 – 50 tahun dan 31 – 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden masih dalam usia produktif, sehingga masih dapat dibina untuk meningkatkan produksi usahanya. Responden di dominasi oleh pendidikan SD (54.76%), kemudian pendidikan setingkat SLTP sebanyak 33.33%. Rendahnya


(4)

pendidikan sebagian besar anggota masyarakat menyebabkan mereka lebih banyak bekerja di sektor informal. Tingkat pendidikan yang rendah ini juga mempengaruhi proses pembinaan yang dilakukan, sehingga modul pembinaan disesuaikan dengan kemampuan responden untuk menerima materi pembinaan.

Berdasarkan jumlah anggota keluarga, sebagian besar responden dengan jumlah anggota keluarga 3 – 5 orang. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi besarnya kebutuhan keluarga yang harus ditanggung oleh kepala keluarga, sehingga akan berpengaruh terhadap usaha yang dilakukannya.

Sebagian besar responden (50%) telah berusaha selama 11 – 15 tahun, bahkan sebanyak 35,71% telah berusaha di atas 15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang diperoleh dalam

pengelolaan usaha yang bersifat otodidak sudah cukup memadai. Pengalaman ini akan memudahkan dalam melakukan pembinaan dibidang usahanya masing-masing.

Sebagian besar responden (47,62%) memperkerjakan karyawan sebanyak 3 – 5 orang, kemudian sebanyak 42,86% mempekerjakan karyawan sebanyak 1 – 2 orang. Hal ini terutama berhubungan karyawan usaha yang dilakukan merupakan usaha kecil dan pada umumnya merupakan usaha keluarga, sehingga penyerapan tenaga kerja per unit usaha tergolong rendah.

1. Tanggapan Responden

Tanggapan responden terhadap kuesioner yang diberikan untuk indikator program pembinaan UKM sub sektor perikanan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Tanggapan Responden atas Indikator Program Pembinaan UKM

No. Indikator Skor (%)

5 4 3 2 1

1. Program pembinaan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan usaha

7,1 64,3 28,6 0 0

2. Dalam pelaksanaan pembinaan juga dilakukan pengawasan terhadap kegiatan usaha

14,3 40,5 45,2 0 0 3. Program pembinaan yang dilakukan DKP juga

menyangkut peningkatan mutu hasil perikanan

14,3 66,7 19,0 0 0 4. Prosedur untuk dapat menjadi peserta program

pembinaan tidak sulit

7,1 45,2 40,5 7,1 0,0 5. Jumlah para pembina yang disediakan sudah

mencukupi

11,9 52,4 35,7 0 0 6. Kemampuan para pembina dalam

penyampaian materi cukup memadai

7,1 59,5 33,3 0 0

7. Keterampilan teknis perikanan yang dimiliki para pembina cukup memadai dalam melaksanakan pembinaan

14,3 59.50 23,8 2,4 0

8. Materi pembinaan yang disampaikan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perikanan

11,9 69,0 19,0 0 0

9. Pembinaan selalu dilakukan dengan cara penyuluhan pada kelompok kegiatan usaha perikanan yang sejenis di satu tempat

11,9 50 38,1 0 0

10. Pelaksanaan pembinaan selalu menyediakan biaya pengganti atas waktu dan yang digunakan

9,5 38,1 52,4 0 0

11. Setelah pembinaan, kemampuan teknik dan manajerial usaha mengalami peningkatan

9,5 50,0 40,5 0 0

12. Setelah pembinaan teknik produksi dan pengolahan, serta manajemen usaha menunjukkan peningkatan


(5)

13. Kegiatan usaha yang dilakukan selalu dijadikan objek dalam kegiatan pembinaan

19,0 47,6 33,3 0 0

14. Materi pembinaan menyangkut produksi, pengolahan, pemasaran, penggunaan teknologi.

21,4 50,0 28,6 0 0

15. Bantuan alat produksi sangat membantu dalam meningkatkan produksi

7,1 64,3 28,6 0 0

16. Bantuan alat produksi sangat membantu dalam meningkatkan mutu hasil produksi

4,8 64,3 31,0 0 0

17. Pembinaan yang dilakukan dapat meningkatkan produksi

19,0 45,2 35,7 0 0 18. Pembinaan yang dilakukan bermanfaat bagi

pengembangan usaha

19,0 54,8 26,2 0 0 19. Pembinaan dilakukan dengan menekankan

pelestarian lingkungan laut

9,5 50,0 40,5 0 0

20. Program pembinaan perlu dilanjutkan dan diperluas kepada UKM perikanan lainnya

0 78,6 21,4 0 0

Sumber: Data Primer, diolah, 2013.

Keterangan : Skor 5 : sangat sesuai, sangat setuju; Skor 4 : sesuai, setuju; Skor 3:cukup sesuai, cukup setuju; Skor 2: tidak sesuai, tidak setuju; Skor 1 : sangat tidak sesuai, sangat tidak setuju.

2. Pelaksanaan Program Pembinaan

Usaha Kecil Menengah Sub Sektor Perikanan

Adapun bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pembinaan mutu hasil perikanan 2. Pembinaan pengolahan hasil perikanan 3. Pembinaan pemasaran hasil perikanan 4. Pembinaan pembudidaya ikan air

tawar

5. Pembinaan pembudidaya ikan air payau/laut

6. Pembinaan nelayan tradisional

7. Pembinaan keterampilan usaha penangkapan ikan bagi nelayan 8. Bimbingan teknis budidaya ikan bagi

wanita nelayan/pembudidaya

Pembinaan dilakukan dalam bentuk kelompok usaha sejenis pada setiap daerah dengan memberikan materi pembinaan yang sesuai dengan kelompok usaha. Pelaksanaan pembinaan dilakukan dalam bentuk penyuluhan, dengan peserta antara 20 – 40 orang. Lama waktu pembinaan tergantung jenis kegiatan usaha, yaitu antara 2 – 5 hari. Program pembinaan juga meliputi pemberian bantuan alat-alat

produksi dan pengolahan sesuai dengan kegiatan usaha kelompok nelayan. Disebabkan keterbatasan dana, maka bantuan alat-alat produksi dan pengolahan masih dilakukan secara terbatas, artinya tidak semua kelompok usaha mendapat bantuan alat-alat produksi dan pengolahan dalam satu periode anggaran.

3. Produksi dan Pendapatan Usaha Kecil Menengah Binaan Sub Sektor Perikanan

Potensi wilayah pesisir Timur dan Barat Sumatera Utara sampai saat ini belum dikelola secara optimal, dimana pengelolaan yang telah dilakukan selama ini masih bersifat eksploitatif, sektoral dan tumpang tindih. Oleh karena itu dalam jangka menengah dan jangka panjang perlu dilakukan re-orientasi kebijaksanaan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir.

Potensi perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Utara, cukup besar dan meningkat setiap tahun kecuali tahun 2010, dapat dilihat pada Tabel 3.


(6)

Tabel 3. Potensi Perikanan Tangkap di Sumatera Utara, 2008 – 2012

Tahun Produksi (ton) Peningkatan (%)

2008 354.535 -

2009 358.664 1,16

2010 341.323 -4,83

2011 463.201 35,71

2012 541.857 16,98

Sumber: Statistik Perikanan Sumatera Utara, 2012

Dalam upaya memanfaatkan potensi perikanan ini, maka Pemerintah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara melakukan pembinaan kepada pengusaha perikanan,

khususnya UKM. Pelaksanaan program pembinaan Usaha Kecil Menengah Sub sektor perikanan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan UKM tersebut. Hasil penelitian diperoleh dari berbagai bidang usaha sub sektor perikanan, yaitu bidang usaha penangkapan (sebanyak 9 unit), bidang usaha pengolahan (sebanyak 24 unit), dan bidang usaha pemasaran (sebanyak 9 unit). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terjadi peningkatan produksi dan pendapatan UKM setelah mengikuti program pembinaan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara. Selengkapnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi dan Pendapatan UKM Binaan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara (Rata-rata per Bulan)

No. Unit Usaha Perikanan

2010 2012 Peningkatan (%)

Produksi

(kg) Pendapatan (Rp)

Produksi (kg)

Pendapatan

(Rp) Produksi Pendapatan

1 Pengolahan Kerupuk Ikan 8,00 227.200 25,50 732.175 218,75 222,26

2 Pengolahan Abon Ikan 4,00 178.800 13,25 612.400 231,25 242,51

3 Pengolahan Kerupuk Ikan 6,00 53.550 15,25 178.000 154,17 232,40

4 Pengolahan Abon Ikan 13,00 550.000 16,63 738.175 27,88 34,21

5 Pengolahan Bakso Ikan 55,00 247.500 83,00 365.900 50,91 47,84

6 Pemasaran Pindang Rebus 3.965,00 6.740.500 4.197,50 7.462.000 5,86 10,70

7 Pemasaran Lele Asap 2.550,00 10.710.000 3.062,50 8.543.575 20,10 -20,23

8

Pemasaran Ikan Asin &

Gulamah 2.020,00 5.255.000 2.311,25 3.606.375 14,42 -31,37

9 Pengolahan Kerupuk Ikan 150,00 2.100.000 220,00 3.175.000 46,67 51,19

10 Pengolahan Kerupuk Ikan 175,00 2.500.000 216,25 3.250.000 23,57 30,00

11 Pengolahan Kerupuk Ikan 6,00 500.000 18,75 1.350.000 212,50 170,00

12 Pengolahan Bakso Ikan 40,00 2.100.000 57,50 3.350.000 43,75 59,52

13 Pengolahan Bakso Ikan 15,00 500.000 27,50 1.275.000 83,33 155,00

14 Pengolahan Kerupuk Ikan 50,00 550.000 62,50 1.450.000 25,00 163,64

15 Pengolahan Bakso Ikan 70,00 1.000.000 82,50 1.925.000 17,86 92,50

16 Pengolahan Kerupuk Ikan 175,00 500.000 198,75 1.800.000 13,57 260,00

17 Penangkapan ikan 148,75 1.250.000 178,75 1.875.000 20,17 50,00

18 Penangkapan ikan 165,00 1.300.000 191,25 2.000.000 15,91 53,85

19 Penangkapan ikan 126,25 1.200.000 145,00 1.500.000 14,85 25,00

20 Penangkapan ikan 100,00 987.500 115,00 1.250.000 15,00 26,58

21 Pemasaran ikan teri 1.500,00 3.000.000 1.837,50 3.875.000 22,50 29,17

22 Pemasaran ikan teri 1.400,00 2.800.000 1.612,50 3.300.000 15,18 17,86

23 Pemasaran ikan teri 1.562,50 3.000.000 1.750,00 4.000.000 12,00 33,33

24 Pemasaran ikan rebus 1.912,50 3.500.000 2.250,00 4.250.000 17,65 21,43

25 Penangkapan ikan 193,75 1.775.000 210,00 2.250.000 8,39 26,76

26 Pemasaran Ikan Asin 1.750,00 2.500.000 2.000,00 3.000.000 14,29 20,00

27 Pemasaran Ikan Asin 2.200,00 3.000.000 2.500,00 3.750.000 13,64 25,00

28 Pengolahan belacan 15,00 1.000.000 20,00 1.350.000 33,33 35,00

29 Penangkapan ikan 146,25 1.500.000 193,75 2.000.000 32,48 33,33

30 Pengasapan ikan 1.350,00 2.000.000 1.500,00 2.875.000 11,11 43,75


(7)

32 Pengolahan Kerupuk Ikan 8,00 750.000 10,50 1.000.000 31,25 33,33

33 Pengasinan ikan 1.000,00 1.700.000 1.200,00 2.375.000 20,00 39,71

34 Pengolahan belacan 10,00 850.000 12,50 1.175.000 25,00 38,24

35 Penangkapan ikan 190,00 2.000.000 205,00 3.000.000 7,89 50,00

36 Pengolahan Kerupuk Ikan 200,00 2.500.000 250,00 3.375.000 25,00 35,00

37 Pengasapan ikan 1.250,00 2.500.000 1.350,00 1.875.000 8,00 -25,00

38 Pengolahan belacan 17,00 1.200.000 20,00 1.500.000 17,65 25,00

39 Pengolahan belacan 12,00 1.000.000 13,50 1.387.500 12,50 38,75

40 Pengolahan Kerupuk Ikan 175,00 1.500.000 200,00 2.100.000 14,29 40,00

41 Penangkapan ikan 190,00 1.625.000 206,25 2.000.000 8,55 23,08

42 Penangkapan ikan 161,25 1.500.000 188,75 2.000.000 17,05 33,33

Rata-rata 625,84 1.944.048,81 720,69 2.425.621,43 39,24 60,54

Sumber: Data Primer, Diolah.

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa setelah mengikuti program pembinaan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, secara rata-rata terdapat peningkatan produksi sebesar 39,24% dan peningkatan pendapatan sebesar 60,54%. Namun terdapat tiga kasus terjadinya penurunan pendapatan, walaupun produksi tetap meningkat, yaitu pada usaha pemasaran lele asap, pemasaran ikan asin & gulamah dan penangkapan ikan. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan harga jual dan permintaan, sehingga walaupun produksi meningkat, tetapi pendapatan menurun sekitar 20 – 31% dari kondisi tahun 2010.

Selanjutnya untuk mengetahui peningkatan produksi dan pendapatan UKM berdasarkan kelompok usaha, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Produksi dan Pendapatan

UKM Berdasarkan Kelompok Usaha (per Bulan)

No. Jenis

Usaha

2010 2012 Peningkatan

(%) Produk si (kg) Pendapat an (Rp) Produk si (kg) Pendapat an (Rp) Produk si Pendap atan 1 Penangk

apan 157,92

1.459.72

2,22 181,53

1.986.11

1,11 14,95 36,06

2

Pengolah

an 250,17

1.166.96

0,42 296,41

1.758.92

2,92 18,49 50,73

3 Pemasara n 2.095, 56 4.500.61 1,11 2.391, 25 4.642.99

4,44 14,11 3,16

Rata-rata 625,84 1.944.04

8,81 720,69

2.425.62

1,43 39,24 60,54

Sumber: Data Primer, Diolah.

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa kelompok usaha yang paling tinggi peningkatannya, baik produksi maupun pendapatan adalah kelompok usaha pengolahan, dan yang paling rendah adalah kelompok usaha pemasaran. Kelompok

usaha pengolahan mengalami peningkatan paling tinggi terutama karena dalam usaha pengolahan, produk ikan dapat dihasilkan menjadi berbagai jenis produksi olahan. Sedangkan dalam bidang pemasaran, pendapatan sangat tergantung pada volume penjualan, yang pada umumnya sangat fluktuatif dan dipengaruhi harga.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program pembinaan UKM sub sektor perikanan yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara memberikan manfaat bagi pengembangan UKM tersebut. Selanjutnya untuk mengetahui signifikasi dari perbedaan produksi dan pendapatan tersebut, maka dilakukan uji beda rata-rata dengan hasil disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji Beda Produksi dan

Pendapatan UKM

Paired Differences

t df Sig.

(2-tailed) Mean Std. Devia tion Std. Error Mean Pai r 1 Produksi

2010 -

Produksi 2012

-94,85 127,3

8 19,65

-4,8 25

41 ,000

Pai r 2

Pendapatan

2010 -

Pendapatan 2012 -48157 2,62 6481 41,80 1000 10,45 -4,8 15

41 m000

Sumber : Data Primer, Diolah.

Dengan membandingkan nilai

sig.(2-tailed) yang terdapat pada tabel 4.13 dengan level of significant (α=5%), maka

diperoleh 0,00 < 0,05, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada produksi dan pendapatan UKM Sub sektor


(8)

perikanan sesudah mengikuti program pembinaan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara. Dengan demikian bahwa program pembinaan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara terhadap UKM sub sektor perikanan memberikan dampak positif terhadap produksi dan pendapatan UKM.

Hasil analisis menunjukkan bahwa program pembinaan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara terhadap UKM sub sektor perikanan berdampak terhadap peningkatan produksi dan pendapatan UKM, yang selanjutnya akan berdampak terhadap pengembangan wilayah secara khusus di wilayah pesisir. Hal ini sejalan dengan Rustiadi, et.al (2011), yang mengatakan bahwa salah satu indikator pembangunan wilayah berdasarkan proses pembangunan adalah benefit. Hasil analisis menunjukkan bahwa benefit (pendapatan) yang diperoleh UKM binaan meningkat. Dengan demikian, bahwa berdasarkan benefit (pendapatan) yang diperoleh UKM binaan ternyata usaha kecil mitra binaan berdampak positif terhadap pengembangan wilayah di wilayah pensisir Sumatera Utara. Peningkatan benefit ini juga akan menimbulkan

multiplier effect, terhadap usaha atau kegiatan lainnya, baik dalam skala lokalitas maupun kewilayahan.

Usaha kecil menengah sub sektor perikanan merupakan penyerap tenaga kerja terbanyak pada usaha sector perikanan, dimana sekitar 97,59% tenaga kerja sektor usaha perikanan merupakan tenaga kerja pada UKM. Hal ini menunjukkan besarnya peran UKM sub sektor perikanan dalam pengembangan wilayah, sebagaimana dinyatakan oleh Rustiadi, et.al (2011), bahwa salah satu indikator pembangunan wilayah berdasarkan basis/pendekatan pengelompokannya adalah ketenagakerjaan. Indikator penyerapan tenaga kerja dan tingkat pengangguran dapat dipandang sebagai bentuk operasional konsep indikator tujuan ekonomi atau growth

(produktivitas dan efisiensi). Dengan demikian, penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi pada UKM sub sektor perikanan di Provinsi Sumatera Utara dapat meningkatkan pengembangan wilayah melalui produktivitas dan efisiensi.

Efektivitas Program Pembinaan Usaha Kecil Menengah Sub Sektor Perikanan di Wilayah Pesisir Provinsi Sumatera Utara

Salah satu tujuan program pembinaan UKM sub sektor perikanan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara adalah untuk mendukung pencapaian target produksi perikanan nasional dan daerah, khususnya di Provinsi Sumatera Utara dengan target produksi pada tahun 2012, yaitu meningkatnya produksi perikanan sebesar 5% dengan target produksi mencapai 545.720 ton. Pencapaian produksi perikanan pada tahun 2010 s/d 2012 disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Produksi dan Nilai Perikanan di Sumatera Utara, 2010 – 2012

No. Uraian 2010 2011 2012

Peningkatan 2011 – 201 (%)

A. Perikanan Tangkap 1. Produksi

(ton)

365.928

381.054 385.928 1,28 2. Nilai (Rp.

000)

5.807.259.036

6.473.078.189 6.739.877.734 4,12 3. RTPP

(Unit) 41.935

43.084 44.178 2,54 B. Perikanan

Budidaya 1. Produksi

(ton)

119.106

137.528

152.402 10,82 2. Nilai (Rp.

000)

5.758.242.962

6.618.486.357 7.830.660.593 18,31 3. RTPP

(Unit) 33.890

34.052 34.813 2,23 C. Ekspor

1. Volume (ton)

68.385

70.052 72.138 2,98 2. Nilai

(US$. 000)

228.186

233.752 240.795 3,01

Sumber: Pusat Data Statistik dan Informasi Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012.

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat peningkatan produksi dan nilai perikanan di Provinsi Sumatera Utara. Dari segi produksi, peningkatan yang paling besar adalah perikanan budidaya, tetapi dari segi nilai, peningkatan yang paling besar adalah perikanan tangkap. Berdasarkan data produksi, maka total produksi pada tahun 2012, yaitu dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya adalah 385.928 + 152.402 = 538.330 ton, artinya masih dibawah target produksi 545.720 ton, atau peningkatan hanya 3,81 % dari tahun 2011. Dilihat dari pencapaian target produksi tersebut, maka pelaksanaan program


(9)

pembinaan UKM sub sektor perikanan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, sudah cukup efektif.

Hal ini diduga berhubungan dengan bentuk pembinaan yang dilakukan tergolong konvesional, yaitu berupa bantuan peralatan, bimbingan teknis dan kualitas. Oleh karena itu perlu dicari bentuk program pembinaan yang lebih efektif untuk meningkatkan produksi UKM, khususnya dalam hal daya sainya dengan produk-produk sejenis. Hal ini juga dinyatakan oleh Kartika (2010) bahwa model pengelolaan secara konvensional masih dinilai belum efektif dalam mengelola sumberdaya perikanan. Oleh karena itu, perlu dicoba untuk menerapakan paradigma baru yaitu Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Ekosistem (EBFM). Untuk menerapkan paradigma tersebut maka perlu menyusun strategi. Ada lima aspek yang harus dipertimbangkan dalam menyusun strategi EBFM, yaitu aspek ekologi, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek kelembagaan dan aspek eksternal. Berdasarkan hasil analisis maka prioritas utama yang perlu dilakukan untuk menyusun strategi adalah adalah (1) meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan perikanan; (2) meningkatkan dan menjaga komunikasi dengan stakeholders; dan mengembangkan dan meningkatkan penelitian dalam bidang perikanan. Penelitiannya mengusulkan juga model pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis ekosistem secara kelembagaan.

Liana (2008) juga menyatakan bahwa apabila pembinaan dan pengembangan terhadap UK berhasil dilakukan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dan dilakukan secara terarah dan terpadu serta berkesinambungan, itu berarti amanat di dalan UU No. 9 Tahun 1995 telah dilaksanakan. UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil secara tegas menyatakan tujuan pembinaan dan pengembangan UK adalah: (1) menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan UK menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi UM, dan (2) meningkatkan peranan UK dalam pembentukan produk nasional, perluasan

kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan ekspor, serta peningkatan pemerataan pendapatan untuk mewujudkan dirinya sebagai tulang punggung serta memperkukuh struktur perekonomian nasional.

Hasil penelitian Harahap (2004) menunjukkan bahwa industri pengolahan ikan mengalami perkembangan setiap tahun dilihat dari jumlah industri yang meningkat setiap tahun. Industri kecil pengolaha ikan juga berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, serta terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja.

Dihubungan dengan potensi perikanan tangkap Provinsi Sumatera Utara, hanya pada tahun 2010 produksi perikanan tangkap yang dapat memaksimalkan potensi tersebut dengan hasil produksi 107,21% dari potensi. Sedangkan pada tahun 2011 dan 2012, produksi perikanan tangkap masih dibawah potensi, yaitu 82,26% pada tahun 2011 dan kemudian menurun menjadi 71,41% pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Utara cenderung menurun dalam hal memanfaatkan potensi yang ada.

KESIMPULAN

3. Program pembinaan usaha kecil menengah sub sektor perikanan di wilayah pesisir berdampak signifikan dan positif terhadap peningkatan produksi perikanan dan pendapatan UKM sub sektor perikanan di Provinsi Sumatera Utara. Peningkatan produksi dan pendapatan yang paling tinggi adalah pada kelompok usaha pengolahan, yaitu sebesar 18,49% pada produksi dan 50,73% pada pendapatan. Peningkatan yang paling rendah adalah kelompok usaha pemasaran, baik produksi maupun pendapatan. Peningkatan produksi dan pendapatan ini pada akhirnya akan berdampak terhadap pengembangan wilayah, terutama dalam hal penerimaan tenaga kerja. 4. Program pembinaan usaha kecil

menengah sub sektor perikanan di wilayah pesisir Provinsi Sumatera Utara sudah cukup efektif dengan tingkat efektifitas sebesar 3,18%


(10)

dari tahun sebelumnya. Namun kenaikan ini belum mencapai target produksi perikanan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 sebesar 5%.

SARAN

3. Dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan UKM sub sektor perikanan, program pembinaan masih perlu dilakukan termasuk dalam hal peningkatan daya saing UKM sehingga produk UKM sub sektor perikanan berdaya saing. Pembinaan juga perlu dilakukan model pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis ekosistem secara kelembagaan. 4. Untuk meningkatkan efektivitas

program pembinaan UKM, Dinas Kelautan dan Perikanan juga hendaknya menjalin kerjasama dengan seluruh stakeholders, sehingga program pembinaan dapat terlaksana dengan mengakomodasi kepentingan seluruh pihak dan saling mendukung dalam upaya peningkatan produksi perikanan.

DAFTAR RUJUKAN

Berry, Albert, Edgard Rodriguez dan Henry Sandee, 2001. Small and Medium Enterprise Dynamics in Indonesia.

Bulletin of Indonesian Economic Studies, 37(3): 363-84.

Dahuri, Rokhmin, J. Rais, S.P Ginting, dan M.J. Sitepu. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Daryanto, Arief. 2007. Dari Klaster Menuju Peningkatan Daya Saing Industri Perikanan. Buletin Craby & Starky, Edisi Januari 2007.

Dewanti, R. 2008. Kewirausahaan. Mitra Wacana Media, Jakarta.

Ditjen P2HP. 2011. P2HP Dalam Angka 2010. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Djunaedi, Achmad dan Basuki, M. Natsir, 2002. Perencanaan Pengembangan Kawasan Pesisir. Jurnal Teknologi

Lingkungan, Vol. 3, No. 3, September 2002: 225-231.

Fauzi A. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan : Isu, Sintesis dan Gagasan. PT. Gramedia Pustaka Alam, Jakarta.

________. 2006. Permodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. ________. 2009. Valuing the Socio

Economic Contribution of Marine Protected Areas to Human Well-Being in Indonesia. The Nature Concervancy. Jakarta.

Ghozali, Imam, 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5. BP Universitas Diponegoro, Semarang.

Harahap, Juliadi Zurdani, 2004. Peranan Industri Kecil Perikanan Terhadap Pengembangan Wilayah, Studi Kasus pada Industri Pengolahan Ikan di Kelurahan Tanjung Leidong, Desa Teluk Pulai Luar dan Desa Simandulang Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Kartika, Selly, 2010. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Ekosistem Di Pantura Barat Provinsi Jawa Tengah (Studi Empiris: Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Brebes). Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.

Kuncoro, M. 2006. Ekonomi

Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan, UPP-edisi ke-4, UPP STIM YKPN, Yogyakarta

Liana, Lie, 2008. Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil Sebagai Sarana Memperkokoh Struktur Perekonomian Nasional.

Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Vol. 15, No.2, September 2008. Purba, Charles Bohlen, 2009. Pola

Kemitraan Usaha Perikanan Tangkap dengan Lembaga Keuangan di Kota Cirebon. Jurnal APP Cirebon.

Pusat Data Statistik dan Informasi Sekjen Kementerian Kelautan dan


(11)

Perikanan, 2012, Statistik Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya, dan Ekspor – Impor Setiap Provinsi Seluruh Indonesia, 2003 - 2010. Kementerian Kelauta dan Perikanan, Jakarta.

Rustiadi, Ernan; Saefulhakim, Sunsun dan Dyah R. Panuju, 2011.

Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Crestpent Pres dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta.


(12)

Pedoman Penulisan

Petunjuk Penulisan bagi Penulis

Jurnal EKONOM

ISSN 0853-2435

1. Artikel yang ditulis adalah merupakan hasil penelitian dan pemikiran analitisdi bidang ekonomi. Naskah diketik dengan huruf times new roman, font 12, satu spasi, kertas A4, maksimal 15 halaman, rangkap 3 eksemplar beserta disket dan file diketik dengan

Microsoft Word.

2. Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel. Apabila artikel ditulis oleh lebih dari satu orang, maka penulis berikutnya diurutkan di bawah penulis utama. Alamat dan institusi penulis serta e-mail harus dicantumkam untuk mempermudah komunikasi.

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia yang bernar atau bahasa Inggeris dengan format essai. Judul bagian dicetak dengan huruf besar, bagian berikutnnya dengan huruf besar kecil dan bagian lain dengan huruf besar kecil miring.

4. Format penulisan untuk hasil penelitian adalah : judul, nama penulis; abstrak (maks. 100 kata berisikan tujuan, metode dan hasil penelitian); kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian; metode ; hasil ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan

5. Format penulisan untuk non penelitian (hasil pemikiran) adalah : judul, nama penulis; abstrak (maks. 100 kata berisikan tujuan, dan hasil penelitian); kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian) ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan.

6. Daftar Rujukan memuat pustaka terbitan 10 tahun terakhir, bersumber dari buku-buku, jurnal dan laporan penelitian lain (skripsi, tesis dan disertasi). Setiap pengutipan rujukan dicantumkan nama dan tahun contoh (Samuelson, 2005: 202).

7. Daftar Rujukan ditulis dengan ketentuan sebagai berikut :

Buku :

Hill, H. 2000. Unity and diversity Regional Economic Development : In Indonesia Since 1970, University Press, Oxford.

Jurnal :

Usmanto, 2002. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Dampaknya tehadap Lingkungan,

Jurnal Ekonom, Vol. 6 /No.3,Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Koran (Surat Khabar) :

Neraca. 29 Juli, 2006. Reformasi Ekonomi Dewasa Ini. Hal. 5.

Skripsi, Tesis, Disertasi dan laporan Penelitian :

Rahmansyah, A. 2004. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi-propinsi di Indonesia. Tesis tidak diterbitkan. Medan.SPs Universitas Sumatera Utara.

Internet :

Hitchkock, S. 1996. A Survey of STM Online Journals 1990-1995 : The Calm Before the Storm, (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html, diakses 12 Juni 1996).


(13)

8. Semua artikel ditelaah oleh secara anonym oleh penyunting ahli yang ditunjuk berdasarkan kepakaran dan kompetensinya. Perbaikan dimungkinkan setelah artikel tersebut disunting dan pemberitahuan pemuatan tulisan atau ditolak akan diberitahukan kepada penulis. 9. Proses penyuntingan terhadap draft tulisan dilakukan oleh penyunting dan atau melibatkan

penulis.

10. Segala sesuatu yang menyangkut dengan HAKI seperti perizinan pengutipan dan penggunaan software computer dalam pembuatan artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis artikel.


(1)

perikanan sesudah mengikuti program pembinaan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara. Dengan demikian bahwa program pembinaan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara terhadap UKM sub sektor perikanan memberikan dampak positif terhadap produksi dan pendapatan UKM.

Hasil analisis menunjukkan bahwa program pembinaan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara terhadap UKM sub sektor perikanan berdampak terhadap peningkatan produksi dan pendapatan UKM, yang selanjutnya akan berdampak terhadap pengembangan wilayah secara khusus di wilayah pesisir. Hal ini sejalan dengan Rustiadi, et.al (2011), yang mengatakan bahwa salah satu

indikator pembangunan wilayah

berdasarkan proses pembangunan adalah benefit. Hasil analisis menunjukkan bahwa benefit (pendapatan) yang diperoleh UKM binaan meningkat. Dengan demikian, bahwa berdasarkan benefit (pendapatan) yang diperoleh UKM binaan ternyata usaha kecil mitra binaan berdampak positif terhadap pengembangan wilayah di wilayah pensisir Sumatera Utara. Peningkatan benefit ini juga akan menimbulkan multiplier effect, terhadap usaha atau kegiatan lainnya, baik dalam skala lokalitas maupun kewilayahan.

Usaha kecil menengah sub sektor perikanan merupakan penyerap tenaga kerja terbanyak pada usaha sector perikanan, dimana sekitar 97,59% tenaga kerja sektor usaha perikanan merupakan tenaga kerja pada UKM. Hal ini menunjukkan besarnya peran UKM sub sektor perikanan dalam pengembangan wilayah, sebagaimana dinyatakan oleh Rustiadi, et.al (2011), bahwa salah satu indikator pembangunan wilayah berdasarkan basis/pendekatan pengelompokannya adalah ketenagakerjaan. Indikator penyerapan tenaga kerja dan tingkat pengangguran dapat dipandang sebagai bentuk operasional konsep indikator tujuan ekonomi atau growth (produktivitas dan efisiensi). Dengan demikian, penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi pada UKM sub sektor perikanan di Provinsi Sumatera Utara dapat meningkatkan pengembangan wilayah melalui produktivitas dan efisiensi.

Efektivitas Program Pembinaan Usaha Kecil Menengah Sub Sektor Perikanan di Wilayah Pesisir Provinsi Sumatera Utara

Salah satu tujuan program pembinaan UKM sub sektor perikanan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara adalah untuk mendukung pencapaian target produksi perikanan nasional dan daerah, khususnya di Provinsi Sumatera Utara dengan target produksi pada tahun 2012, yaitu meningkatnya produksi perikanan sebesar 5% dengan target produksi mencapai 545.720 ton. Pencapaian produksi perikanan pada tahun 2010 s/d 2012 disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Produksi dan Nilai Perikanan di Sumatera Utara, 2010 – 2012

No. Uraian 2010 2011 2012

Peningkatan 2011 – 201 (%)

A. Perikanan Tangkap 1. Produksi

(ton)

365.928

381.054 385.928 1,28 2. Nilai (Rp.

000)

5.807.259.036

6.473.078.189 6.739.877.734 4,12 3. RTPP

(Unit) 41.935

43.084 44.178 2,54 B. Perikanan

Budidaya 1. Produksi

(ton)

119.106

137.528

152.402 10,82 2. Nilai (Rp.

000)

5.758.242.962

6.618.486.357 7.830.660.593 18,31 3. RTPP

(Unit) 33.890

34.052 34.813 2,23 C. Ekspor

1. Volume (ton)

68.385

70.052 72.138 2,98 2. Nilai

(US$. 000)

228.186

233.752 240.795 3,01

Sumber: Pusat Data Statistik dan Informasi Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012.

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat peningkatan produksi dan nilai perikanan di Provinsi Sumatera Utara. Dari segi produksi, peningkatan yang paling besar adalah perikanan budidaya, tetapi dari segi nilai, peningkatan yang paling besar adalah perikanan tangkap. Berdasarkan data produksi, maka total produksi pada tahun 2012, yaitu dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya adalah 385.928 + 152.402 = 538.330 ton, artinya masih dibawah target produksi 545.720 ton, atau peningkatan hanya 3,81 % dari tahun 2011. Dilihat dari pencapaian target produksi tersebut, maka pelaksanaan program


(2)

Suharyadi, Erlina dan Supriadi: Hubungan Antara Pelaksanaan…

pembinaan UKM sub sektor perikanan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, sudah cukup efektif.

Hal ini diduga berhubungan dengan bentuk pembinaan yang dilakukan tergolong konvesional, yaitu berupa bantuan peralatan, bimbingan teknis dan kualitas. Oleh karena itu perlu dicari bentuk program pembinaan yang lebih efektif untuk meningkatkan produksi UKM, khususnya dalam hal daya sainya dengan produk-produk sejenis. Hal ini juga dinyatakan oleh Kartika (2010) bahwa model pengelolaan secara konvensional masih dinilai belum efektif dalam mengelola sumberdaya perikanan. Oleh karena itu, perlu dicoba untuk menerapakan paradigma baru yaitu Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Ekosistem (EBFM). Untuk menerapkan paradigma tersebut maka perlu menyusun strategi. Ada lima aspek yang harus dipertimbangkan dalam menyusun strategi EBFM, yaitu aspek ekologi, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek kelembagaan dan aspek eksternal. Berdasarkan hasil analisis maka prioritas utama yang perlu dilakukan untuk menyusun strategi adalah adalah (1) meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan perikanan; (2) meningkatkan

dan menjaga komunikasi dengan

stakeholders; dan mengembangkan dan meningkatkan penelitian dalam bidang perikanan. Penelitiannya mengusulkan juga model pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis ekosistem secara kelembagaan.

Liana (2008) juga menyatakan

bahwa apabila pembinaan dan

pengembangan terhadap UK berhasil dilakukan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dan dilakukan secara terarah dan terpadu serta berkesinambungan, itu berarti amanat di dalan UU No. 9 Tahun 1995 telah dilaksanakan. UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil secara tegas menyatakan tujuan pembinaan dan

pengembangan UK adalah: (1)

menumbuhkan dan meningkatkan

kemampuan UK menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi UM, dan (2)

meningkatkan peranan UK dalam

pembentukan produk nasional, perluasan

kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan ekspor, serta peningkatan pemerataan pendapatan untuk mewujudkan dirinya sebagai tulang punggung serta memperkukuh struktur perekonomian nasional.

Hasil penelitian Harahap (2004) menunjukkan bahwa industri pengolahan ikan mengalami perkembangan setiap tahun dilihat dari jumlah industri yang meningkat setiap tahun. Industri kecil pengolaha ikan juga berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, serta terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja.

Dihubungan dengan potensi perikanan tangkap Provinsi Sumatera Utara, hanya pada tahun 2010 produksi perikanan tangkap yang dapat memaksimalkan potensi tersebut dengan hasil produksi 107,21% dari potensi. Sedangkan pada tahun 2011 dan 2012, produksi perikanan tangkap masih dibawah potensi, yaitu 82,26% pada tahun 2011 dan kemudian menurun menjadi 71,41% pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perikanan tangkap di Provinsi Sumatera Utara cenderung menurun dalam hal memanfaatkan potensi yang ada.

KESIMPULAN

3. Program pembinaan usaha kecil menengah sub sektor perikanan di wilayah pesisir berdampak signifikan dan positif terhadap peningkatan produksi perikanan dan pendapatan UKM sub sektor perikanan di Provinsi Sumatera Utara. Peningkatan produksi dan pendapatan yang paling tinggi adalah pada kelompok usaha pengolahan, yaitu sebesar 18,49% pada produksi dan 50,73% pada pendapatan. Peningkatan yang paling rendah adalah kelompok usaha pemasaran, baik produksi maupun pendapatan. Peningkatan produksi dan pendapatan ini pada akhirnya akan berdampak terhadap pengembangan wilayah, terutama dalam hal penerimaan tenaga kerja. 4. Program pembinaan usaha kecil

menengah sub sektor perikanan di wilayah pesisir Provinsi Sumatera Utara sudah cukup efektif dengan tingkat efektifitas sebesar 3,18%


(3)

dari tahun sebelumnya. Namun kenaikan ini belum mencapai target produksi perikanan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 sebesar 5%.

SARAN

3. Dalam upaya meningkatkan

produksi dan pendapatan UKM sub sektor perikanan, program pembinaan masih perlu dilakukan termasuk dalam hal peningkatan daya saing UKM sehingga produk UKM sub sektor perikanan berdaya saing. Pembinaan juga perlu dilakukan model pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis ekosistem secara kelembagaan. 4. Untuk meningkatkan efektivitas

program pembinaan UKM, Dinas Kelautan dan Perikanan juga hendaknya menjalin kerjasama dengan seluruh stakeholders, sehingga program pembinaan dapat terlaksana dengan mengakomodasi kepentingan seluruh pihak dan saling mendukung dalam upaya peningkatan produksi perikanan.

DAFTAR RUJUKAN

Berry, Albert, Edgard Rodriguez dan Henry Sandee, 2001. Small and Medium Enterprise Dynamics in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 37(3): 363-84.

Dahuri, Rokhmin, J. Rais, S.P Ginting, dan M.J. Sitepu. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Daryanto, Arief. 2007. Dari Klaster Menuju Peningkatan Daya Saing Industri Perikanan. Buletin Craby & Starky, Edisi Januari 2007.

Dewanti, R. 2008. Kewirausahaan. Mitra Wacana Media, Jakarta.

Ditjen P2HP. 2011. P2HP Dalam Angka 2010. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Djunaedi, Achmad dan Basuki, M. Natsir, 2002. Perencanaan Pengembangan Kawasan Pesisir. Jurnal Teknologi

Lingkungan, Vol. 3, No. 3, September 2002: 225-231.

Fauzi A. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan : Isu, Sintesis dan Gagasan. PT. Gramedia Pustaka Alam, Jakarta.

________. 2006. Permodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. ________. 2009. Valuing the Socio

Economic Contribution of Marine Protected Areas to Human Well-Being in Indonesia. The Nature Concervancy. Jakarta.

Ghozali, Imam, 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5. BP Universitas Diponegoro, Semarang.

Harahap, Juliadi Zurdani, 2004. Peranan Industri Kecil Perikanan Terhadap Pengembangan Wilayah, Studi Kasus pada Industri Pengolahan Ikan di Kelurahan Tanjung Leidong, Desa Teluk Pulai Luar dan Desa Simandulang Kecamatan

Kualuh Leidong Kabupaten

Labuhan Batu. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Kartika, Selly, 2010. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Ekosistem Di Pantura Barat Provinsi Jawa Tengah (Studi Empiris: Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Brebes). Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.

Kuncoro, M. 2006. Ekonomi

Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan, UPP-edisi ke-4, UPP STIM YKPN, Yogyakarta

Liana, Lie, 2008. Pembinaan dan

Pengembangan Usaha Kecil

Sebagai Sarana Memperkokoh Struktur Perekonomian Nasional. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Vol. 15, No.2, September 2008. Purba, Charles Bohlen, 2009. Pola

Kemitraan Usaha Perikanan

Tangkap dengan Lembaga

Keuangan di Kota Cirebon. Jurnal APP Cirebon.

Pusat Data Statistik dan Informasi Sekjen


(4)

Suharyadi, Erlina dan Supriadi: Hubungan Antara Pelaksanaan…

Perikanan, 2012, Statistik Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya, dan Ekspor – Impor Setiap Provinsi Seluruh Indonesia, 2003 - 2010. Kementerian Kelauta dan Perikanan, Jakarta.

Rustiadi, Ernan; Saefulhakim, Sunsun dan

Dyah R. Panuju, 2011.

Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Crestpent Pres dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta.


(5)

Pedoman Penulisan

Petunjuk Penulisan bagi Penulis

Jurnal EKONOM

ISSN 0853-2435

1. Artikel yang ditulis adalah merupakan hasil penelitian dan pemikiran analitisdi bidang ekonomi. Naskah diketik dengan huruf times new roman, font 12, satu spasi, kertas A4, maksimal 15 halaman, rangkap 3 eksemplar beserta disket dan file diketik dengan Microsoft Word.

2. Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel. Apabila artikel ditulis oleh lebih dari satu orang, maka penulis berikutnya diurutkan di bawah penulis utama. Alamat dan institusi penulis serta e-mail harus dicantumkam untuk mempermudah komunikasi.

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia yang bernar atau bahasa Inggeris dengan format essai. Judul bagian dicetak dengan huruf besar, bagian berikutnnya dengan huruf besar kecil dan bagian lain dengan huruf besar kecil miring.

4. Format penulisan untuk hasil penelitian adalah : judul, nama penulis; abstrak (maks. 100 kata berisikan tujuan, metode dan hasil penelitian); kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian; metode ; hasil ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan

5. Format penulisan untuk non penelitian (hasil pemikiran) adalah : judul, nama penulis; abstrak (maks. 100 kata berisikan tujuan, dan hasil penelitian); kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian) ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan.

6. Daftar Rujukan memuat pustaka terbitan 10 tahun terakhir, bersumber dari buku-buku, jurnal dan laporan penelitian lain (skripsi, tesis dan disertasi). Setiap pengutipan rujukan dicantumkan nama dan tahun contoh (Samuelson, 2005: 202).

7. Daftar Rujukan ditulis dengan ketentuan sebagai berikut :

Buku :

Hill, H. 2000. Unity and diversity Regional Economic Development : In Indonesia Since 1970, University Press, Oxford.

Jurnal :

Usmanto, 2002. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Dampaknya tehadap Lingkungan, Jurnal Ekonom, Vol. 6 /No.3,Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Koran (Surat Khabar) :

Neraca. 29 Juli, 2006. Reformasi Ekonomi Dewasa Ini. Hal. 5.

Skripsi, Tesis, Disertasi dan laporan Penelitian :

Rahmansyah, A. 2004. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi-propinsi di Indonesia. Tesis tidak diterbitkan. Medan.SPs Universitas Sumatera Utara.

Internet :

Hitchkock, S. 1996. A Survey of STM Online Journals 1990-1995 : The Calm Before the Storm, (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html, diakses 12 Juni 1996).


(6)

Suharyadi, Erlina dan Supriadi: Hubungan Antara Pelaksanaan…

8. Semua artikel ditelaah oleh secara anonym oleh penyunting ahli yang ditunjuk berdasarkan kepakaran dan kompetensinya. Perbaikan dimungkinkan setelah artikel tersebut disunting dan pemberitahuan pemuatan tulisan atau ditolak akan diberitahukan kepada penulis. 9. Proses penyuntingan terhadap draft tulisan dilakukan oleh penyunting dan atau melibatkan

penulis.

10. Segala sesuatu yang menyangkut dengan HAKI seperti perizinan pengutipan dan penggunaan software computer dalam pembuatan artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis artikel.