Kemampuan Pemangsaan Predator Menochilus sexmaculatus Fab. dan Micraspis lineata (Thunberg) (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Kutukebul Bemisia tabaci (Genn.) (Hemiptera: Aleyrodidae) dan Kutudaun Myzus persicae Sulz. (Hemiptera: Aphididae).

KEMAMPUAN PEMANGSAAN PREDATOR
Menochilus sexmaculatus Fab. DAN Micraspis lineata (Thunberg)
(Coleoptera: Coccinellidae) TERHADAP KUTUKEBUL
Bemisia tabaci (Genn.) (Hemiptera: Aleyrodidae) DAN
KUTUDAUN Myzus persicae Sulz. (Hemiptera: Aphididae)

VAN BASTEN TAMBUNAN

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

ABSTRAK

Van
Basten
Tambunan.
Kemampuan
Pemangsaan
Predator

Menochilus sexmaculatus Fab. dan Micraspis lineata (Thunberg)
(Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Kutukebul Bemisia tabaci (Genn.)
(Hemiptera: Aleyrodidae) dan Kutudaun Myzus persicae Sulz. (Hemiptera:
Aphididae). “Di bimbing oleh PURNAMA HIDAYAT”.
Beberapa hasil penelitian dan survei lapang yang pernah dilakukan
menunjukkan bahwa predator M. sexmaculatus dan M. lineata merupakan
predator yang berpotensi sebagai agens hayati untuk mengendalikan
B. tabaci dan M. persicae. Namun demikian informasi tentang kemampuan
pemangsaan predator M. sexmaculatus dan M. lineata terhadap kutukebul
B. tabaci dan kutudaun M. persicae masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan pemangsaan predator M. sexmaculatus dan M. lineata
terhadap serangga hama B. tabaci dan M. persicae, lama pencarian dan
penanganan mangsa, dan pengaruh kerapatan mangsa terhadap jumlah
pemangsaan. Pengujian pemangsaan dilakukan dengan cara memasukkan 1 ekor
serangga predator yang telah dipuasakan selama 16 jam ke dalam cawan petri
yang telah berisi mangsa dengan jumlah yang berbeda-beda, yaitu sebanyak 10,
25, 50, dan 100. Stadia predator M. sexmaculatus dan M. lineata yang digunakan
dalam percobaan ini adalah stadia larva instar ke empat dan stadia imago.
Percobaan dilakukan dengan 4 macam mangsa, yaitu: nimfa B. tabaci, pupa
B. tabaci, nimfa M. persicae dan imago M. persicae.  Kemampuan pemangsaan

predator terhadap mangsa dihitung berdasarkan jumlah yang dimangsa pada saat
pengamatan 1, 3, 6, 12, dan 24 jam setelah perlakuan (JSP). Adapun percobaan
yang dilakukan mencakup (1) kemampuan pemangsaan oleh predator, (2) lama
pencarian mangsa dan penanganan mangsa, (3) pengaruh kerapatan mangsa
B. tabaci dan M. persicae terhadap pemangsaan. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa M. sexmaculatus memiliki kemampuan pemangsaan lebih tinggi dalam
memangsa B. tabaci dan M. persicae dibandingkan dengan M. lineata. Dalam hal
pencarian dan penanganan mangsa, predator M. sexmaculatus juga membutuhkan
waktu yang lebih singkat untuk menemukan dan menangani mangsanya
dibandingkan dengan M. lineata. Kerapatan mangsa ternyata berkorelasi positif
dengan jumlah mangsa yang dimakan predator, semakin banyak jumlah mangsa
yang diberikan maka semakin banyak juga mangsa yang dimakan predator.

KEMAMPUAN PEMANGSAAN PREDATOR
Menochilus sexmaculatus Fab. DAN Micraspis lineata (Thunberg)
(Coleoptera: Coccinellidae) TERHADAP KUTUKEBUL
Bemisia tabaci (Genn.) (Hemiptera: Aleyrodidae) DAN
KUTUDAUN Myzus persicae Sulz. (Hemiptera: Aphididae)

VAN BASTEN TAMBUNAN

A34070019

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Kemampuan Pemangsaan Predator Menochilus sexmaculatus
Fab. dan Micraspis lineata (Thunberg) (Coleoptera:
Coccinellidae) terhadap Kutukebul Bemisia tabaci (Genn.)
(Hemiptera: Aleyrodidae) dan Kutudaun Myzus persicae
Sulz. (Hemiptera: Aphididae).

Judul

:


Nama

: Van Basten Tambunan

NRP

: A34070019

Disetujui,
Pembimbing

Dr Ir Purnama Hidayat M.Sc.
NIP. 19601218 198601 1 001

Diketahui,
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Prof Dr Ir Dadang M.Sc.
NIP. 19640204 199002 1 002


Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pangkalpinang pada tanggal 24 Mei 1989, sebagai
anak ke-tiga dari tiga bersaudara pasangan berbahagia Bapak Wasdin Tambunan
dan Ibu Delvi Boru Simanjuntak. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Dasar di SD Negeri 62 Pangkalpinang pada tahun 1999. Penulis melanjutkan
studi ke SLTP Negeri 7 Pangkalpinang dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun
2007, penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 4 Pangkalpinang.
Semasa menjalani pendidikan di SLTP penulis aktif dalam kegiatan
ekstrakulikuler, seperti Pramuka, Olahraga dan Seni serta OSIS. Pada tingkat
SMA, penulis pernah menjabat sebagai wakil ketua OSIS SMA Negeri 4
Pangkalpinang dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas pada tahun 2007.
Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Proteksi Tanaman Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB
(USMI).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan
dan organisasi di IPB, antara lain: Ikatan Mahasiswa Bangka (ISBA) sebagai staf

Pengembangan Minat dan Bakat (PSDM) periode 2007-2009, sebagai anggota
UKM Komisi Kesenian PMK IPB periode 2008-2009, sebagai koordinator UKM
Komisi Kesenian PMK IPB periode 2009-2010, dan sebagai Litbang UKM
Komisi Kesenian PMK IPB periode 2010-2011, ketua kegiatan Pentas Seni
Timpanum’s pada tahun 2010. Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Hama
dan Penyakit Tanaman Tahunan tahun 2010. Penulis juga mendapatkan beasiswa
PPA periode 2009-2010 dan 2010-2011.

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat
dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga penelitian yang berjudul
“Kemampuan Pemangsaan Predator Menochilus sexmaculatus Fab. dan
Micraspis lineata (Thunberg) (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Kutu Kebul
Bemisia tabaci (Genn.) (Hemiptera: Aleyrodidae) dan Kutu Daun Myzus persicae
Sulzer (Hemiptera: Aphididae).” dapat berjalan dengan baik.
Permasalahan hama dan penyakit merupakan salah satu masalah dalam
budidaya tanaman. Berbagai cara pengendalian hama dan penyakit tanaman
sudah dan sedang dikembangkan. Salah satu diantaranya adalah pengendalian
hayati yang memanfaatkan serangga predator. Oleh karena itu penelitian tentang

potensi dan pemanfaatan serangga predator dalam pengendalian hama sangat
diperlukan. Saya berharap penelitian tentang kemampuan pemangsaan predator
M. sexmaculatus dan M. lineata yang saya lakukan ini memberikan sumbangan
yang berarti dalam perlindungan tanaman, khususnya pengendalian hayati.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada  Ayahanda, Ibunda, Abang dan
Kakak yang telah memberikan semangat, cinta, doa dan kasih sayangnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Purnama Hidayat M.Sc selaku
dosen pembimbing akademik dan pembimbing penelitian yang telah memberikan
bimbingan, kritik, saran, dan masukan selama berlangsungnya penelitian hingga
penyusunan skripsi ini. Penulis juga berterima kasih kepada bu aisyah, mbak ati,
mbak lia, mbak yani, mbak ita, bowo dan semua yang ada di Laboratorium
Biosistematika Serangga Departemen Proteksi Tanaman atas bantuan dan
kerjasamanya.   
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua rekan DPT 44 terutama
devi, erika dan fitriani untuk kebersamaan, suka duka, dan semangatnya. Penulis
mengucapkan terima kasih secara khusus buat Vania Dwi Astuti S.Pt untuk
semangat, kebersamaan dan semua hal yang sudah kita jalani bersama. Penulis
juga berterima kasih semua rekan-rekan firdausers Hezron Lastogar, Daniel
Parsaoran Manik, dan Hermanto Siadari. Penulis mengucapkan terima kasih juga
kepada teman-teman terkasih dan seperjuangan di Komisi Kesenian khususnya

komkes 44 desi, christa, ribkha, metha, buay, tambur, megol, dan keluarga besar
komkes, terima kasih buat semua pengalaman dan kenangannya senang bisa
mengenal kalian semua serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.   
Bogor, Oktober 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................


ix

PENDAHULUAN ....................................................................................

1

Latar Belakang ................................................................................

1

Tujuan Penelitian ............................................................................

2

Manfaat Penelitian ..........................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................


3

Serangga predator ...........................................................................

3

Bioekologi Menochilus sexmaculatus ..........................................

3

Bioekologi Micraspis lineata .........................................................

4

Bioekologi Bemisia tabaci ..............................................................

5

Bioekologi Myzus persicae .............................................................


6

BAHAN DAN METODE ........................................................................

8

Tempat dan Waktu ..........................................................................

8

Bahan dan Alat ................................................................................

8

Metode Penelitian ...........................................................................

9

Perbanyakan Bemisia tabaci dan Myzus persicae ...................

9

Perbanyakan Menochilus sexmaculatus dan Micraspis lineata

9

Uji kemampuan pemangsaan predator
Menochilus sexmaculatus dan Micraspis lineata ....................

10

Lama pencarian dan penanganan mangsa ................................

11

Pengaruh kerapatan terhadap pemangsaan ..............................

12

Rancangan percobaan dan analisis data ..................................

12

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

13

Kemampuan pemangsaan Menochilus sexmaculatus dan
Micraspis lineata .............................................................................

13

Lama pencarian dan penanganan mangsa .......................................

15

Pengaruh kerapatan mangsa terhadap pemangsaan ........................

19

KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
Kesimpulan .....................................................................................

20
20

Saran ...............................................................................................

20

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

21

 
 

 

DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2.
 

Jumlah mangsa yang dimakan oleh M. sexmaculatus dan
M. lineata pada pengamatan 1,2,4,8,16, dan 24 JSP ......................

14

Lama pencarian predator untuk menemukan mangsanya ...............

16

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Imago Bemisia tabaci ........................................................................

5

2.

Mikroskop video Nikon SMZ-10A dan Alat perekam Sony BLV
ED100 VHS .......................................................................................

8

3.

Jenis mangsa yang digunakan dalam percobaan ................................

10

4.

Jenis predator yang digunakan dalam percobaan ..............................

10

5.

Pengujian kemampuan pemangsaan pada cawan petri ......................

12

6.

Lama penanganan mangsa oleh berbagai stadia predator ..................

17

7.

Rataan lama pencarian predator terhadap mangsa pertama dan lama
pencarian mangsa berikutnya ............................................................

18

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

2.

3.

4.

 

Pengaruh kerapatan nimfa B. tabaci terhadap pemangsaan
M. sexmaculatus dan M. lineata pada pengamatan 1,2,4,8,16, dan 24
(JSP) ...................................................................................................

24

Pengaruh kerapatan pupa B. tabaci terhadap pemangsaan
M. sexmaculatus dan M. lineata pada pengamatan 1,2,4,8,16, dan 24
(JSP) ...................................................................................................

25

Pengaruh kerapatan nimfa M. persicae terhadap pemangsaan
M. sexmaculatus dan M. lineata pada pengamatan 1,2,4,8,16, dan 24
(JSP) ...................................................................................................

26

Pengaruh kerapatan imago M. persicae terhadap pemangsaan
M. sexmaculatus dan M. lineata pada pengamatan 1,2,4,8,16, dan 24
(JSP) ...................................................................................................

27

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Menochilus sexmaculatus dan Micraspis lineata merupakan serangga
predator

yang

berpotensi

sebagai

agens

hayati

untuk

mengendalikan

Bemisia tabaci (Hidayat et al. 2009). Hasil penelitian dan survei lapangan yang
dilakukan oleh Syahrawati dan Hamid (2010) juga menunjukkan bahwa predator
yang sering ditemukan di tanaman yang terserang B. tabaci dan Myzus persicae
adalah M. sexmaculatus dan M. lineata. Namun demikian informasi tentang
kemampuan pemangsaan predator M. sexmaculatus dan M. lineata terhadap
B. tabaci dan M. persicae masih terbatas.
Kutukebul B. tabaci dan kutudaun M. persicae merupakan hama penting
pada tanaman sayuran seperti tomat dan cabai. B. tabaci dan M. persicae dapat
menyebabkan kerusakan langsung dan kerusakan tidak langsung pada tanaman.
Kerusakan langsung ditimbulkan akibat adanya tusukan stilet saat mengisap
cairan tanaman, sehingga menyebabkan tanaman menjadi keriput, tumbuh kerdil,
warna daun kekuningan, layu dan mati. Kerusakan tidak langsung hama-hama ini
terkait dengan kemampuannya menularkan patogen penyakit tanaman. Penyakit
tanaman yang potensial untuk ditularkan oleh B. tabaci adalah patogen penyakit
yang disebabkan oleh kelompok virus Gemini. M. persicae dapat menyebabkan
kerusakan yang berarti pada tanaman, salah satunya yaitu sebagai vektor virus
Tristeza, virus ini menyebabkan kerugian ekonomi yang tinggi (Ditlin 2008).
Berbagai cara pengendalian telah dilakukan untuk mengendalikan kutukebul
B. tabaci dan kutudaun M. persicae, salah satunya adalah pengendalian hayati.
Pengendalian hayati dengan memanfaatkan serangga predator merupakan salah
satu bentuk pengendalian hama yang efektif dan ramah lingkungan. Menurut
Sumiati (2002) ciri-ciri predator yang efektif adalah sebagai berikut:
1) mempunyai kemampuan mencari dan menemukan mangsa yang tinggi,
terutama saat populasi mangsa rendah; 2) mempunyai kekhususan dalam
memangsa; 3) mempunyai masa perkembangan yang pendek dan keperidian
cukup tinggi, terutama dalam lingkungan yang berbeda, dan 4) mempunyai
kemampuan untuk menempati seluruh relung mangsa.

 


 

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang kemampuan pemangsaan
M. sexmaculatus dan M. lineata terhadap B. tabaci dan M. persicae untuk
mendapatkan informasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengendalian
B. tabaci dan M. persicae di lapangan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemangsaan predator
M. sexmaculatus dan M. lineata terhadap kutukebul B. tabaci dan kutudaun
M. persicae, lama pencarian dan penanganan mangsa, dan pengaruh kerapatan
mangsa terhadap jumlah pemangsaan.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
kemampuan pemangsaan predator M. sexmaculatus dan M. lineata terhadap
B. tabaci dan M. persicae yang dapat digunakan dalam mendukung pengendalian
hayati.

 

 

TINJAUAN PUSTAKA

Serangga predator
Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama
atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga
predator sudah dikenal sebelum tahun 1888 dengan suksesnya pengendalian hama
cottony-cushion

scale

pada

jeruk

dengan

menggunakan

musuh

alami

Rodolia cardinalis di Los Angeles pada tahun 1876 (Simmonds et al. 1989).
Menurut Untung (1993), hampir semua ordo serangga memiliki jenis yang
menjadi predator, tetapi selama ini hanya beberapa ordo yang anggotanya
merupakan predator yang digunakan dalam pengendalian hayati.

Ordo-ordo

tersebut adalah Coleoptera famili Carabidae dan Coccinellidae; Orthoptera famili
Mantidae; Diptera famili Asilidae dan Syrphidae; Odonata famili Coenagrionidae
dan Aeshnidae; Hemiptera famili Miridae, Reduviidae, Pentatomidae dan
Mesoveliidae; Neuroptera famili Chrysopidae; Hymenoptera famili Formicidae.
Dari sekian banyak entomofaga, baru sekitar 15-16% yang telah teridentifikasi
sebagai agen pengendali hayati (Thacker 2002; Norris et al. 2003).

Bioekologi Menochilus sexmaculatus
Menurut Borror et al. (1992) Menochilus sexmaculatus diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kelas : Insekta
Ordo

: Coleoptera

Famili : Coccinellidae
Genus : Menochilus (Cheilomenes)
Spesies : Menochilus sexmaculatus Fabricius
M. sexmaculatus merupakan serangga predator dari ordo Coleoptera.
Serangga ini biasa disebut kumbang predator warna kuning mempunyai bercak
hitam dan bergerak lambat dalam menangkap mangsa. Serangga ini mampu
menghasilkan 150-200 keturunan dalam 6-10 minggu. M. sexmaculatus mampu
memangsa hama penting B. tabaci dan M. persicae pada pertanaman cabai,

 

4
 

sehingga secara hayati serangga predator M. sexmaculatus sangat potensial untuk
menekan penggunaan insektisida sintetis (Muharam & Setiawati 2007).
M. sexmaculatus merupakan salah satu predator yang sangat potensial.
Serangga tersebut merupakan jenis predator yang mempunyai kisaran mangsa
yang agak luas, selain dapat membunuh berbagai jenis kutu daun, juga dapat
memangsa coccicids dan psyllids. M. sexmaculatus juga merupakan salah satu
predator yang mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya adalah kemampuan
reproduksi yang tinggi, mempunyai siklus hidup yang lama dan tingkat
pemangsaannya tinggi (Setiawati et al. 2005).
Daur hidup predator M. sexmaculatus berkisar antara 56 hingga 78 hari
dengan rincian telur 4-5 hari, larva 20-25 hari, pupa 4-6 hari dan imago 28-42
hari. Satu ekor betina mampu menghasilkan telur 3000 butir. M. sexmaculatus
membunuh dengan cara mengunyah semua

bagian-bagian tubuh mangsanya

(Oka 1998).

Bioekologi Micraspis lineata
Menurut Borror et al. (1992) Micraspis lineata diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kelas : Insekta
Ordo

: Coleoptera

Famili : Coccinellidae
Genus : Micraspis (Verania)
Spesies : Micraspis lineata Thunberg
M. lineata merupakan serangga yang banyak dijumpai pada tanaman
pangan. Serangga ini bersifat polifag dan banyak terdapat di sekitar bunga padi
dan jagung, namun banyak memakan serangga. Anderson (1983) mencatat bahwa
M. lineata adalah kumbang kecil yang mampu mencapai nektar di dasar bunga
tetapi tidak berperan dalam membantu penyerbukan. Nektar ini dapat digunakan
sebagai sumber makanan pengganti ketika kutu daun tidak ditemukan.
Mangsa utama M. lineata adalah wereng batang dan wereng daun.
Kemampuan memangsa M. lineata 2,83 WBC/hari (Lubis 2005).

Predator

M. lineata memangsa wereng coklat sebanyak 52% bila mangsanya berupa nimfa

 

5
 

dan 93% bila mangsanya berupa wereng dewasa (Chiu 1977). Adanya sifat
polifag ini memungkinkan M. lineata tetap aktif bereproduksi pada pergantian
musim (Hawkeswood 1994).
Siklus hidup M. lineata dari telur sampai dewasa adalah 29 hari. Lama
hidup serangga dewasa berkisar antara 10,14-10,62 hari. Persentase penetasan
telur sampai 91,99%, sedangkan persentase menjadi serangga dewasa 48,75%.

Bioekologi Bemisia tabaci
Menurut Kalshoven (1981) Bemisia tabaci diklasifikasikan sebagai berikut:
Kelas : Insekta
Ordo

: Hemiptera

Famili : Aleyrodidae
Genus : Bemisia (Aleyrodes)
Spesies : Bemisia tabaci Gennadius

Gambar 1 Imago Bemisia tabaci

B. tabaci mengalami metamosfosis paurometabola. Siklus hidupnya yaitu
telur, nimfa dan imago.

Tipe alat mulut nimfa dan imago adalah menusuk

menghisap. Siklus hidup B. tabaci sejak telur diletakkan hingga imago betina
meletakkan telur untuk pertama kali selama 39 hari pada suhu 23°C, 32 hari pada
suhu ruang, dan 24 hari pada suhu 29°C. Imago mampu bertahan hidup selama 40
hari pada suhu 23°C, 35 hari pada suhu ruang, dan 27 hari pada suhu 29°C.
B. tabaci dapat menghasilkan 15 generasi per tahun, betina dapat meletakkan telur
rata-rata 200 buah dalam jangka waktu 3-6 minggu.
Telur biasanya diletakkan di permukaan bawah daun, pada daun teratas
(pucuk). Serangga betina lebih menyukai daun yang telah terinfeksi virus mosaik
kuning sebagai tempat untuk meletakkan telurnya daripada daun sehat. Rata-rata

 

6
 

banyaknya telur yang diletakkan pada daun yang terserang virus adalah 77 butir,
sedangkan pada daun sehat hanya 14 butir. Lama stadium telur rata-rata 5,8 hari.
Serangga dewasa biasanya berkelompok pada bagian permukaan bawah daun, dan
bila tanaman tersentuh biasanya akan berterbangan seperti kabut atau kebul putih.
Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang
menghisap cairan daun, berupa gejala bercak nekrotik pada daun akibat rusaknya
sel-sel dan jaringan daun. Ekskresi kutu kebul menghasilkan madu yang
merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya embun jelaga yang
berwarna hitam. Hal ini menyebabkan proses fotosintesa tidak berlangsung
normal. Selain kerusakan langsung oleh hisapan imago dan nimfa, kutu kebul
sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus yang dapat
menyebabkan kehilangan hasil sekitar 20 – 100 %. Sampai saat ini tercatat 60
jenis virus yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain : Geminivirus,
Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Rod-shape DNA Virus
(Jones 2003).

Bioekologi Myzus persicae
Menurut Borror et al. (1992) Myzus persicae diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kelas : Insekta
Ordo

: Hemiptera

Famili : Aphididae
Genus : Myzus (Aphis, Myzodes, Nectarosiphon)
Spesies : Myzus persicae Sulzer
M. persicae adalah kutu daun yang berwarna kuning kehijauan atau
kemerahan. Baik kutu muda (nimfa atau aptera) maupun dewasa (Imago atau
alatae) mempunyai antena yang relatif panjang, kira-kira sepanjang tubuhnya.
Panjang tubuh ± 2 mm, tubuh lunak seperti buah pir (Tarumingkeng 2001).
M. persicae ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap.
Siklus hidup serangga ini adalah ± 18 hari. Kutu daun dewasa dapat
menghasilkan keturunan (nimfa) tanpa melalui perkawinan. Sifat ini disebut
partenogenesis. Satu ekor dewasa dapat menghasilkan kira-kira 40 ekor nimfa.

 

7
 

Selama tidak mengalami gangguan dan makanan cukup tersedia, kejadian tersebut
berlangsung terus menerus sampai populasi menjadi padat (Tarumingkeng 2001).
Nimfa yang dihasilkan ketika usia 7-10 hari akan menjadi dewasa sehingga dapat
menghasilkan keturunan lagi. Lama stadium tersebut tergantung pada suhu udara,
yaitu pada suhu 25°C dan 3 minggu pada suhu 15°C (Ditlin 2008).
Hidup M. persicae berkelompok pada bagian bawah helaian daun atau pada
pucuk tanaman. Nimfa dan imago mempunyai sepasang tonjolan pada ujung
abdomen yang disebut kornikel. Ujung kornikel pada kutu daun berwarna hitam.
Perkembangan M. persicae dapat tumbuh secara optimal pada saat tanaman
bertunas (Ditlin 2008).
Kutu daun yang berada pada permukaan bawah daun mengisap cairan daun
muda dan bagian tanaman yang masih muda. Pada bagian tanaman yang terserang
akan didapati kutu yang bergerombol. Bila terjadi serangan berat daun akan
berkerut-kerut (menjadi keriput), tumbuhnya kerdil, berwarna kekuningan,
daun-daunnya terpuntir, menggulung kemudian layu dan mati, karena kutu ini
mengeluarkan eksudat/cairan mengandung madu sehingga mendorong tumbuhnya
cendawan embun jelaga pada daun yang dapat menghambat proses fotosintesa
(Tarumingkeng 2001).

 

 

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
dimulai dari bulan November 2010 sampai dengan Agustus 2011.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman terung ungu dan
tanaman cabai sebagai tanaman inang perbanyakan B. tabaci, M. persicae,
M. sexmaculatus dan M. lineata; wadah plastik dan tanaman dalam sungkup
plastik sebagai bahan perbanyakan predator; rumah kasa dan kurungan serangga
sebagai tempat perbanyakan tanaman inang; botol serangga sebagai tempat
pengambilan predator di lapang; kertas sebagai alas cawan petri saat pengujian.
Alat yang digunakan adalah mikroskop stereo Olympus SZ51, mikroskop
video Nikon SMZ-10A yang terhubung ke alat perekam Sony BLV ED100 VHS
yang digunakan untuk melakukan pengamatan pemangsaan dan merekam perilaku
pemangsaan predator; thermohygrometer untuk mengetahui suhu dan kelembaban
ruangan; cawan petri berdiameter 15 cm sebagai tempat pengujian pemangsaan;
gunting, jarum mikro, kuas digunakan untuk memindahkan mangsa dari tanaman
inang; alat tulis, stop watch, buku data, dan kamera digital untuk dokumentasi
pengujian.

a
b
Gambar 2 Mikroskop video Nikon SMZ-10A (a), dan Alat perekam Sony BLV
ED100 VHS (b) 
 


 

Metode Penelitian
Perbanyakan Bemisia tabaci dan Myzus persicae
B. tabaci dan M. persicae dipelihara pada tanaman terung ungu
(Solanum melongena) dan tanaman cabai (Capsicum annuum). Benih tanaman
terung ungu hibrida varietas Mustang ditanam dalam kantung plastik untuk
perbanyakan kutu kebul B. tabaci sedangkan benih tanaman cabai keriting
ditanam untuk perbanyakan kutu daun M. persicae. Tanaman terung ungu dan
cabai keriting dirawat dan dipelihara hingga berumur 3 minggu. Setelah tanaman
berumur 3 minggu sebanyak 90-100 tanaman terung ungu dipindahkan ke dalam 4
rumah kasa berukuran 1 x 1 x 1 m sebagai tempat pemeliharaan dan perbanyakan
B. tabaci, sedangkan tanaman cabai keriting dimasukkan ke dalam 4 kurungan
yang berukuran 100 x 50 x 50 cm sebagai tempat pemeliharaan dan perbanyakan
M. persicae. Perbanyakan B. tabaci dilakukan dengan cara memasukkan B. tabaci
yang telah diambil dari lahan Situ Gede satu hari setelah tanaman terung ungu
dimasukkan ke dalam rumah kasa. Perbanyakan M. persicae dilakukan dengan
cara memasukkan 2-4 tanaman cabai terinfestasi M. persicae yang berasal dari
Tenjolaya ke dalam kurungan tanaman cabai keriting yang berumur 3 minggu.
Selama perbanyakan B. tabaci dan M. persicae dilakukan perawatan tanaman
inang dengan cara menyiram tanaman satu kali sehari dan menyiangi tanaman
inang dari gulma.

Perbanyakan Menochilus sexmaculatus dan Micraspis lineata
Predator yang akan digunakan dalam pengujian diambil dari lahan tanaman
jagung di Situ Gede baik dalam stadia larva instar ke empat, pupa maupun imago.
Larva instar ke empat dan pupa M. sexmaculatus dan M. lineata yang diperoleh
dari lapangan dipelihara di dalam wadah plastik yang diberi pakan nimfa dan pupa
B. tabaci maupun nimfa M. persicae, sedangkan imago M. sexmaculatus dan
M. lineata dimasukkan ke dalam tanaman terung ungu dan cabai keriting yang
telah diinfestasikan B. tabaci dan M. persicae dan disungkupkan dengan plastik
dan kain kasa.

 

10 
 

Uji kemampuan pemangsaan predator Menochilus sexmaculatus dan
Micraspis lineata
Daun yang terinfestasi B. tabaci pada daun terung ungu dan M. persicae
pada daun cabai keriting hasil perbanyakan diamati dibawah mikroskop untuk
membedakan dan memisahkan antar stadia mangsa yang akan digunakan.
Percobaan dilakukan dengan 4 macam mangsa, yaitu: nimfa B. tabaci, pupa
B. tabaci, nimfa M. persicae dan imago M. persicae. Persiapan mangsa dilakukan
dengan cara memasukkan potongan daun tanaman terung ungu dan tanaman cabai
yang belum terinfestasi hama ke dalam cawan petri yang telah dialasi dengan
kertas lembab. Masing-masing stadia B. tabaci dan M. persicae yang digunakan
dalam pengujian ini dimasukkan kedalam cawan petri yang telah berisi potongan
daun dengan jumlah yang telah ditentukan. Stadia M. sexmaculatus dan M. lineata
yang digunakan dalam pengujian ini adalah stadia larva instar ke empat dan stadia
imago.

2,3
mm

2,8
mm

3,6
mm

a

4,2
mm

b

d

c

Gambar 3 Jenis mangsa yang digunakan dalam percobaan : (a) nimfa instar II
B. tabaci, (b) pupa B. tabaci, (c) nimfa instar II M. persicae, (d) Imago
tidak bersayap M. persicae

7,0
mm

a

9,0
mm

b

8,0
mm

c

10,5
mm

d

Gambar 4 Jenis predator yang digunakan dalam percobaan : (a) nimfa instar IV
M.lineata, (b) imago M. lineata, (c) nimfa instar IV M. sexmaculatus,
(d) imago M. sexmaculatus

 

11 
 

Pengujian pemangsaan dilakukan dengan cara memasukkan 1 ekor serangga
predator yang telah dipuasakan selama 16 jam ke dalam cawan petri yang telah
berisi mangsa dengan jumlah yang berbeda-beda, yaitu sebanyak 10, 25, 50, dan
100 sebanyak 3 ulangan. Perlakuan dimulai dari pukul 09.00 WIB hingga pukul
09.00 WIB esok harinya. Adapun percobaan yang dilakukan pada penelitian ini
mencakup (1) jumlah mangsa yang dimakan oleh predator (2) lama pencarian
mangsa dan penanganan mangsa (3) Pengaruh kerapatan mangsa B. tabaci dan
M. persicae terhadap pemangsaan predator M. sexmaculatus dan M. lineata.
Kemampuan pemangsaan predator terhadap mangsa dihitung berdasarkan jumlah
yang dimangsa pada saat pengamatan 1, 3, 6, 12, dan 24 jam setelah perlakuan
(JSP).

Gambar 5 Pengujian kemampuan pemangsaan pada cawan petri
Lama pencarian dan penanganan mangsa.
Lama pencarian mangsa pertama diperoleh dari perhitungan waktu sejak
predator dimasukkan ke dalam cawan petri sampai predator menangkap mangsa
pertamanya. Lama pencarian mangsa kedua dan seterusnya diperoleh dari
perhitungan waktu sejak predator menghabiskan mangsa pertamanya sampai
predator menemukan mangsa berikutnya.
Lama penanganan mangsa meliputi perilaku dan waktu yang diperlukan
predator

untuk

menangani

satu

mangsa.

Pengamatan

dimulai

dari

pukul 09.00–13.00 WIB pada cawan petri dengan kerapatan 50 mangsa sebanyak
2 ulangan.

 

 

12 
 

Pengaruh kerapatan terhadap pemangsaan
Pengaruh kerapatan terhadap pemangsaan diketahui dari jumlah mangsa
yang dimakan oleh predator pada kerapatan yang berbeda. Pengamatan dilakukan
pada 1, 3, 6, 12, dan 24 jam setelah perlakuan (JSP) dengan membandingkan
jumlah mangsa yang dimakan oleh predator pada kerapatan 10, 25, 50, dan 100
sebanyak 3 ulangan.

Rancangan percobaan dan analisis data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan uji kemampuan pemangsaan
predator, lama pencarian dan penanganan mangsa, serta pengaruh kerapatan
terhadap pemangsaan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) faktorial
terdiri dari 16 perlakuan dan 3 ulangan dengan. Faktor jenis dan stadia predator
terdiri dari 4 taraf, yaitu: M. sexmaculatus (imago), M. sexmaculatus (larva instar
IV), M. lineata (imago), dan M. lineata (larva instar IV). Faktor jenis dan stadia
mangsa terdiri dari 4 taraf, yaitu: B. tabaci (nimfa), B. tabaci (pupa), M. persicae
(nimfa), dan M. persicae (imago). Faktor kerapatan mangsa yang terdiri 4 taraf,
yaitu: 10, 25, 50, dan 100 mangsa. Data diolah dengan menggunakan program
Microsoft excel 2007 dan Statistical Analysis Software (SAS) for windows 9.1.3.
Analisis data dilakukan dengan menghitung sidik ragam dan perbandingan nilai
tengah antar pengamatan melalui uji wilayah berganda Duncan pada taraf
kepercayaaan 95% (α = 0,05).

 

 
 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kemampuan pemangsaan Menochilus sexmaculatus dan Micraspis lineata
Kemampuan pemangsaan diketahui dari jumlah mangsa yang dikonsumsi
oleh predator. Jumlah mangsa yang dikonsumsi M. sexmaculatus dan M. lineata
terhadap B. tabaci dan M. persicae ditunjukkan pada Tabel 1.

Berdasarkan

Tabel 1 diketahui bahwa predator melakukan pemangsaan paling tinggi pada awal
pengamatan dan berkorelasi negatif dengan bertambahnya waktu pengamatan.
Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa dalam memangsa B. tabaci,
predator M. sexmaculatus lebih banyak memangsa stadia nimfa dibandingkan
dengan pupanya.

Pemangsaan yang dilakukan oleh imago M. sexmaculatus

diketahui lebih banyak daripada stadia larva instar IV.
Demikian halnya dengan pemangsaan terhadap M. persicae, predator
M. sexmaculatus lebih banyak memangsa nimfa dibandingkan dengan imagonya.
Kemampuan pemangsaan imago predator juga diketahui lebih tinggi daripada
larva instar IV. Hal ini dikarenakan imago predator membutuhkan lebih banyak
nutrisi untuk pematangan reproduksi, sehingga imago lebih aktif memangsa
dibandingkan dengan larvanya (Cahyadi 2004).
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa dalam memangsa B. tabaci predator
M. lineata lebih banyak memangsa nimfa dibandingkan dengan pupanya. Namun
demikian kemampuan pemangsaan larva instar IV M. lineata diketahui lebih
tinggi dibandingkan dengan imagonya.

Hal ini terjadi karena larva predator

membutuhkan energi dan nutrisi yang lebih banyak untuk pertumbuhan dan
perkembangannya untuk mempersiapkan proses ganti kulit (Slansky & Scriber
1985; Mahrub 1991). Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh predator M. lineata
dalam memangsa M. persicae.

Pemangsaan predator terhadap M. persicae

diketahui lebih banyak dilakukan oleh larva instar IV daripada stadia imagonya
dan pemangsaan predator terhadap stadia nimfa mangsa diketahui lebih banyak
dibandingkan dengan imagonya.
Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa dalam memangsa B. tabaci dan
M. persicae predator M. sexmaculatus memiliki kemampuan pemangsaan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan M. lineata.

15 
 
Tabel 1 Jumlah mangsa yang dimakan oleh M. sexmaculatus dan M. lineata pada pengamatan 1, 2, 4, 8, 16, dan 24 JSPa

Predator

Mangsa

Jumlah mangsa yang dimakan predator ( JSP)
2
4
8
16
12,00 bc
14,33 bc
2,00 c
1,67 c

M. sexmaculatus (imago)

B. tabaci (nimfa)

1
48,33 a*

M. sexmaculatus (larva instar IV)

B. tabaci (nimfa)

42,33 a

8,67 c

2,33 c

1,33 c

1,67 c

6,67 c

M. lineata (imago)

B. tabaci (nimfa)

22,00 bc

8,00 c

8,00 c

12,00 bc

7,67 c

11,67 bc

M. lineata (larva instar IV)

B. tabaci (nimfa)

30,33 ab

18,33 bc

4,00 c

4,33 c

8,67 c

8,00 c

M. sexmaculatus (imago)

B. tabaci (pupa)

32,33 a

5,67 cde

5,33 cde

14,33 bcd

2,67 de

11,33 cde

M. sexmaculatus (larva instar IV)

B. tabaci (pupa)

25,00 ab

8,67 cde

3,67 de

0,00 e

3,33 de

2,00 de

M. lineata (imago)

B. tabaci (pupa)

2,67 de

2,33 de

1,00 e

1,00 e

2,00 de

M. lineata (larva instar IV)

B. tabaci (pupa)

17,00 bc

6,33 cde

8,00 cde

4,00 de

12,00 cde

3,00 de

M. sexmaculatus (imago)

M. persicae (nimfa)

47,67 a

7,33 c

3,33 c

11,00 c

3,67 c

3,33 c

M. sexmaculatus (larva instar IV)

M. persicae (nimfa)

29,33 b

4,33 c

10,33 c

5,00 c

7,00 c

8,33 c

M. lineata (imago)

M. persicae (nimfa)

43,00 a

5,33 c

2,67 c

4,67 c

4,33 c

11,33 c

M. lineata (larva instar IV)

M. persicae (nimfa)

47,33 a

2,33 c

7,00 c

7,33 c

9,67 c

6,33 c

M. sexmaculatus (imago)

M. persicae (imago)

51,33 a

9,00 c

8,33 c

7,67 c

6,67 c

5,33 c

M. sexmaculatus (larva instar IV)

M. persicae (imago)

40,00 b

5,67 c

2,00 c

4,00 c

5,33 c

4,67 c

M. lineata (imago)

M. persicae (imago)

37,00 b

4,33 c

6,33 c

2,33 c

7,67 c

2,33 c

M. lineata (larva instar IV)

M. persicae (imago)

39,33 b

7,00 c

7,00 c

7,33 c

8,00 c

2,33 c

4,67 cde

 

14

Keterangan: *)Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada α = 5%
a)
JSP = Jam Setelah Perlakuan

24
11,67 bc

15
 

Lama pencarian dan penanganan mangsa
Kumbang predator M. sexmaculatus dan M. lineata memiliki kemampuan
yang berbeda dalam memangsa B. tabaci dan M. persicae. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi interaksi pemangsa dengan mangsa diantaranya umur, rasa
lapar predator, dan ukuran tubuh mangsa (Hagen et al. 1989).
Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa lama pencarian predator
M. sexmaculatus terhadap nimfa B. tabaci lebih cepat dibandingkan dengan
pupanya. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa waktu rata-rata yang dibutuhkan
oleh predator M. sexmaculatus untuk menemukan nimfa dan pupa B. tabaci secara
berturut-turut adalah 48 detik dan 81 detik.
Lama pencarian predator M. sexmaculatus terhadap nimfa M. persicae juga
diketahui lebih cepat dibandingkan dengan imagonya. Waktu rata-rata yang
dibutuhkan oleh predator untuk menemukan nimfa M. persicae adalah 76 detik,
sedangkan untuk menemukan imagonya membutuhkan waktu 200 detik.
Hasil yang sama juga ditunjukkan pada lama pencarian M. lineata terhadap
B. tabaci dan M. persicae. Waktu yang dibutuhkan predator untuk menemukan
nimfa B. tabaci diketahui lebih cepat dibandingkan dengan pupanya. Predator
membutuhkan waktu 155 detik untuk menemukan nimfa B. tabaci sedangkan
untuk menemukan pupa B. tabaci predator membutuhkan waktu 264 detik. Lama
pencarian predator terhadap nimfa M. persicae juga diketahui lebih cepat
dibandingkan dengan imagonya. Untuk menemukan nimfa M. persicae predator
hanya membutuhkan waktu 367 detik, sedangkan untuk menemukan imagonya
predator membutuhkan waktu 411 detik.
Berdasarkan Tabel 2 juga diketahui bahwa lama pencarian larva instar IV
predator lebih cepat dibandingkan dengan imagonya. Hal ini dipengaruhi oleh
perilaku makan dan ketertarikan mangsa yang berbeda antar tingkat stadia
predator. Selain itu, hasil percobaan ini juga menunjukkan bahwa lama pencarian
predator M. sexmaculatus terhadap B. tabaci dan M. persicae lebih cepat
dibandingkan dengan M. lineata.

16
 

Tabel 2 Lama pencarian predator untuk menemukan mangsanya
Jenis dan Stadia Predator
Jenis dan
Stadia
Mangsa
B. tabaci
Nimfa

M. sexmaculatus
(imago)
(detik ± SE)

M. sexmaculatus
(larva instar IV)
(detik ± SE)

M. lineata
(imago)
(detik ± SE)

M. lineata
(larva instar IV)
(detik ± SE)

48 ± 3 d

32 ± 12 d

155 ± 24 cd

27 ± 3 d

B. tabaci
Pupa

81 ± 14 cd

62 ±  2 cd

264 ± 12 abc

45 ± 2 d

M. persicae
Nimfa

76 ± 3 cd

94 ± 10 cd

367 ±15 ab

108 ± 48 cd

226 ± 4 bcd

411 ± 42 a

273 ± 12 abc

M. persicae
Imago

200 ± 12 abcd

Ket: a) Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji
Duncan pada taraf 5%
Percobaan ini juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara lama
waktu untuk menemukan mangsa pertama dengan mangsa berikutnya. Lama
pencarian predator terhadap mangsa pertama diketahui lebih lambat dibandingkan
dengan lama rata-rata pencarian mangsa berikutnya (Gambar 7).

Hal ini

dikarenakan setelah menemukan mangsanya yang pertama, predator bergerak
lebih cepat mencari mangsa berikutnya karena telah mengenali mangsanya.
Lama penanganan mangsa dipengaruhi oleh tingkat stadia predator dan
mangsa.

Pada percobaan lama penanganan mangsa B. tabaci oleh predator

M. sexmaculatus diketahui bahwa lama penanganan pupa B. tabaci lebih lama
dibandingkan nimfa B. tabaci. Predator membutuhkan waktu 32 detik untuk
menangani satu pupa B. tabaci, sedangkan untuk menangani satu nimfa B. tabaci
predator hanya memerlukan waktu 16 detik.
Lama penanganan mangsa M. sexmaculatus terhadap nimfa M. persicae
juga diketahui lebih cepat dibandingkan dengan imagonya.

Predator hanya

membutuhkan waktu 1 menit 18 detik untuk menangani satu nimfa M. persicae,
sedangkan untuk menangani satu imago M. persicae imago membutuhkan waktu
1 menit 36 detik.
Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh predator M. lineata dalam
menangani mangsanya. Dalam menangani satu nimfa B. tabaci predator hanya
membutuhkan waktu 18 detik jauh lebih singkat dibandingkan dengan lama

17
 

penanganan pupa B. tabaci yang membutuhkan waktu 48 detik.

Lama

penanganan predator terhadap nimfa M. persicae juga diketahui lebih cepat
dibandingkan dengan imagonya. Predator hanya membutuhkan waktu 28 detik
untuk menangani satu nimfa M. persicae, sedangkan untuk menangani satu imago
M. persicae predator membutuhkan waktu 2 menit 10 detik (Gambar 6).
Percobaan ini menunjukkan bahwa lama penanganan B. tabaci lebih cepat
dibandingkan dengan M. persicae, dan penanganan tercepat dilakukan oleh
M. sexmaculatus. Selain itu, dari percobaan ini diketahui bahwa lama penanganan
mangsa oleh imago predator lebih cepat daripada lama penanganan larvanya.
8

Waktu (menit) + SE

7

M. sexmaculatus (imago)

M. sexmaculatus (larva instar IV)

M. lineata (imago)

M. lineata (larva instar IV)

6
5
4
3
2
1
0
Bt‐n

Bt‐p

Mp‐n

Mp‐i

Stadia predator
Keterangan :
Bt-n : nimfa B. tabaci
Bt-p : pupa B. tabaci

Mp-n
Mp-i

: nimfa M. persicae
: imago M. persicae

Gambar 6 Lama penanganan mangsa oleh berbagai stadia predator

14 
 
10

waktu (menit) + SE

waktu (menit) + SE

8
6
4
2
0
Ms‐i

Ms‐l

Ml‐i

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

Ml‐l

Ms‐i

Ms‐l

Predator

A

 

Ml‐l

 

B
25
waktu (menit) + SE

25
waktu (menit) + SE

Ml‐i
Predator

20
15
10
5
0

20
15
10
5
0

Ms‐i

Ms‐l

Ml‐i

Ml‐l

Ms‐i

C
Keterangan :
 
Ms-i : M. sexmaculatus (imago)
 
Ms-l
: M. sexmaculatus (larva instar IV)

Ms‐l

Ml‐i

Ml‐l

Predator

Predator

 

D

Ml-i : M. lineata (imago)
Ml-l : M. lineata (larva instar IV)

18

Gambar 7 Rataan lama pencarian predator terhadap mangsa pertama dan mangsa berikutnya terhadap : (A) nimfa B. tabaci, (B) pupa B. tabaci,
(C) nimfa M. persicae, (D) imago M. persicae

 

 

19 
 

Pengaruh kerapatan mangsa terhadap pemangsaan
Percobaan ini menunjukkan bahwa perbedaan jumlah mangsa yang
disediakan dalam masing-masing cawan menyebabkan perbedaan kemampuan
pemangsaan yang dilakukan oleh predator. Data pengaruh perbedaan kerapatan
dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1-4. Predator melakukan pemangsaan
terbanyak pada kerapatan 100 dan terendah terjadi pada kerapatan 10. Hal ini
disebabkan karena pada kerapatan 100 predator memerlukan waktu yang lebih
pendek untuk menemukan mangsa dibandingkan pada perlakuan kerapatan 50, 25,
dan 10.
Jumlah pemangsaan terbanyak terjadi pada saat 1 JSP. Pemangsaan akan
menurun setiap jam pengamatan. Pengamatan yang dilakukan pada 1, 2, 4, 8, 16,
dan 24 JSP memberikan pengaruh terhadap pemangsaan predator pada kerapatan
yang berbeda. Hasil percobaan menunjukkan bahwa interaksi antara kerapatan
mangsa dengan waktu pengamatan hanya memberikan pengaruh yang nyata pada
kerapatan 50 dan 100.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Wagiman (1997), kerapatan
mangsa berpengaruh terhadap jumlah mangsa yang dimakan oleh predator.
Semakin tinggi kerapatan mangsa, semakin banyak jumlah mangsa yang dimakan
oleh predator.

 

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Predator M. sexmaculatus memiliki kemampuan pemangsaan lebih tinggi
dalam memangsa B. tabaci dan M. persicae dibandingkan dengan M. lineata.
M. sexmaculatus mampu memangsa 100 ekor B. tabaci dan 80 ekor M. persicae
selama 24 jam, sedangkan M. lineata hanya mampu memangsa 76 ekor B. tabaci
dan 75 ekor M. persicae.
Lama pencarian dan penanganan predator M. sexmaculatus terhadap
B. tabaci dan M. persicae diketahui lebih cepat dibandingkan dengan M. lineata.
M. sexmaculatus hanya membutuhkan waktu 65 detik untuk mencari B. tabaci
dan 138 detik untuk mencari M. persicae, sedangkan M. lineata membutuhkan
waktu 209 detik untuk mencari B. tabaci dan 389 detik untuk mencari
M. persicae.

Waktu rataan yang dibutuhkan oleh M. sexmaculatus untuk

menangani satu B. tabaci adalah 33 detik, sedangkan untuk menangani satu
M. persicae predator M. sexmaculatus membutuhkan waktu 79 detik.
Perbedaan

jumlah

mangsa

menyebabkan

perbedaan

kemampuan

pemangsaan yang dilakukan oleh predator. Predator melakukan pemangsaan
terbanyak pada kerapatan 100 dan terendah terjadi pada kerapatan 10. Semakin
tinggi tingkat kerapatan mangsa maka semakin banyak jumlah mangsa yang
dimakan predator.

Saran
Sebagai tahap penelitian lanjutan disarankan untuk melakukan pengujian
semilapang di rumah kaca untuk mengetahui kemampuan pemangsaan predator
dalam keadaan seperti di lapang.

21 
 

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.M.E., Hales, D.F. 1983. Micraspis lineata (Thunberg) (Coleoptera:
Coccinellidae) – seasonality and food. General and Applied Entomology
15, 47–52.
Borror, D.J Triplehorn, C.A Johnson, N F. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga.
Terjemahan oleh Soetiyono Partosoedjono. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Cahyadi AT. 2004. Biologi Sycanus annulicornis (Hemiptera: Reduviidae) pada
tiga jenis mangsa [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Chiu S. 1977. Biological control of brown planthopper, Nilaparvata lugens Stal.
Brown Planthopper Symposium 18-22 April 1977. The International
Rice Research Institute, Los Banos, Laguna Philippines. 11-13 pp.
Ditlin. 2008.
Kutu Daun (Myzus persicae). http://ditlin.hortikultura.go.id.
[Diakses tanggal 03 Agustus 2011].
Hagen et al. 1989. Biologi dan dampak predator. Di dalam: Mangoendihardjo S,
penerjemah; Huffaker CB, Messenger PS, editor. Jakarta: Universitas
Indonesia. Terjemahan dari: Theory and practice of Biological Control.
hlm 114-158.
Hawkeswood T. J. 1994. Notes on the Australian ladybird beetle Micraspis frenata
(Erichson) (Coleoptera: Coccinellidae) feeding on nectar from Asclepias
and Gomphocarpus flowers (Asclepiadaceae). Giornale Italiano in
Entomologia, 7: 67-71.
Hidayat P, Setiawati W, Murtiningsih RRR. 2009. Strategi pemanfaatan musuh
alami dalam pengendalian Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera:
Aleyrodidae) sebagai vektor virus kuning pada pertanaman cabai merah
[laporan penelitian KKP3T]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Kalshoven L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Jakarta: PT Ichtiar Baru.
Jones D. 2003. Plant viruses transmitted by whiteflies. European Journal of Plant
Pathology 109: 197–221
Lubis Y. 2005. Peranan Keanekaragaman Hayati Artropoda sebagai Musuh Alami
pada Lahan Padi Sawah. Jurnal penelitian bidang ilmu pertanian, Medan
volume 3, nomor 3, Desember 2005: 16-24.
Mahrub E. 1991. Biologi dan Kemampuan Memangsa Predator Menochilus
sexmaculatus F. pada Dua Jenis Aphis. Laboratorium Pengendalian
Hayati Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM.
Yogyakarta. 12 hal.
Muharam A & Setiawati W. 2007. Teknik Perbanyakan Masal Predator
Menochilus sexmaculatus Pengendali Serangga Bemisia tabaci Vektor
Virus Kuning pada Tanaman Cabai. Jurnal penelitian bidang ilmu
pertanian, Bandung volume 4, nomor 17, September 2007: 365-373.
Norris RF, Edward PC, Marcos K. 2003. Concept in Integrated Pest
Management. Prentice Hall.
Oka I.N. 1998. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.
Gajah Mada University Press. Hlm.255

 

22 
 

Setiawati W, Duriat A, Soetiarso. 2005. Whitefly and its control in Indonesia.
Paper presented in Int. Seminar on whitefly management and control
strategy. Taiwan ROC, Oct.3-8, 2005.
Simmonds FJ, Franz JM, Sailer RI. 1989. Sejarah pengendalian biologi.
Di dalam: Mangoendiharjo S, penerjemah; Huffaker CB, Messenger PS,
editor. Jakarta: Universitas Indonesia. Terjemahan dari: Theory and
Practice of Biological Control.
Slansky Jr. F, Scriber JM. 1985. Regulation: Digestion, nutrition, excretion.
Didalam: Kerkut GA & Gilbert LI, editor. Comprehensive Insect
Physiology Biochemistry and Pharmacology. Vol 2. Oxford: Pergamon
Press.
Sumiati. 2002. Evaluasi peran kumbang tanah Pheropsophus occipitalis (Mcleay)
(Coleoptera: Carabidae) sebagai predator larva Lepidoptera di
laboratorium [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Syahrawati M, Hamid H. 2010. Diversitas Coccinellidae Predator Pada
Pertanaman Sayur Di Kota Padang. Universitas Andalas Padang.
Tarumingkeng. 2001. Serangga dan Lingkungan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Thacker JRM. 2002. An Introduction to Arthropod Pest Control. Cambridge
University Press.
Untung K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Wagiman F.F. 1997. Ritme aktivitas harian Menochilus sexmaculata memangsa
Aphis craccivora. Prosiding Kongres Perhimpunan Entomologi Indonesia
V dan Simposium Entomologi. Bandung. pp. 278-280.

 

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengaruh kerapatan nimfa B. tabaci terhadap pemangsaan M. sexmaculatus dan M. lineata pada pengamatan 1, 2, 4, 8, 16 dan 24 JSPa
Jenis dan Stadia
Pemangsaan Predator terhadap Mangsa pada pengamatan1, 2, 4, 8, 16 dan 24 JSP
Predator
Jenis Mangsa Kerapatan
1
2
4
8
16
24
0,67 c
1,33 c
0,33 c
1,00 c
0,67 c
10
4,33 c*
M. sexmaculatus
(imago)

M. sexmaculatus
(larva instar IV)

M. lineata
(imago)

Nimfa B. tabaci

Nimfa B. tabaci

Nimfa B. tabaci

25

11,67 c

7,33 c

4,00 c

3,33 c

1,67 c

1,33 c

50

34,67 b

1,00 c

2,67 c

1,00 c

2,33 c

3,33 c

100

48,33 a

12,00 c

14,33 c

2,00 c

1,67 c

11,67 c

10

3,67 c

0,67 c

0,67 c

0,67 c

0,00 c

0,67 c

25

6,00 c

1,33 c

0,67 c

0,67 c

1,00 c

1,00 c

50

29,67 b

4,67 c

1,33 c

1,67 c

0,33 c

1,67 c

100

42,33 a

8,67 c

2,00 c

1,33 c

1,67 c

6,67 c

10

3,67 c

0,67 c

0,67 c

0,67 c

0,00 c

0,67 c

25

6,00 c

1,33 c

0,67 c

0,67 c

1,00 c

1,00 c

50

29,67 b

4,67 c

1,33 c

1,67 c

0,33 c

1,67 c

100

42,33 a

8,67 c

2,00 c

1,33 c

1,67 c

6,67 c

1,67 def

0,00 f

0,00 f

0, 00 f

0,33 f

10
M. lineata
(larva instar IV)

Nimfa B. tabaci

4,00 def

25

12,33 c

3,33 def

1,67 def

0,00 f

0,67 ef

0,67 ef

50

19,00 b

8,00 cd

4,00 def

1,67 def

2,00 def

7,67 cde

100

30,33 a

18,33 b

4,00 def

4,33 def

8,67 cd

8,00 cd

Keterangan: a) Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada α = 5%
b)
JSP = Jam Setelah Perlakuan

24

Lampiran 2 Pengaruh kerapatan pupa B. tabaci terhadap pemangsaan M. sexmaculatus dan M. lineata pada pengamatan 1, 2, 4, 8, 16 dan 24 JSPa
Jenis dan Stadia
Predator

M. sexmaculatus
(imago)

M. sexmaculatus
(larva instar IV)

M. lineata
(imago)

M. lineata
(larva instar IV)

Jenis Mangsa

Pupa B. tabaci

Pupa B. tabaci

Pupa B. tabaci

Pupa B. tabaci

Kerapatan
10

Pemangsaan Predator terhadap Mangsa pada pengamatan1, 2, 4, 8, 16 dan 24 JSP
1
2
4
8
16
24
*
2,67 def
0,67 ef
0,33 f
0,33 f
0,33 f
0,67 ef

25

10,33 cde

2,00 def

2,67 def

1,67 def

0,67 ef

2,33 def

50

22,00 b

3,00 def

3,67 def

7,33 cdef

2,00 def

2,33 def

100

32,33 a

5,67 cdef

5,33 cdef

10

5,00 bc

1,00 c

0,67 c

0,67 c

0,67 c

0,00 c

14,33 bc

2,67 def

11,33 cd

25

10,33 b

2,00 bc

2,33 bc

0,67 c

0,33 c

1,00 c

50

21,33 a

2,33 bc

4,67 bc

5,33 bc

1,67 c

5,33 bc

100

25,00 a

2,67 bc

3,67 bc

0,00 c

3,33 bc

2,00 bc

10

1,33 cd

0,00 d

0,33 d

0,67 d

0,00 d

1,00 d

25

4,00 bcd

0,33 d

2,67 bcd

0,33 d

2,00 cd

1,33 cd

1,00 d

2,00 cd

17,00 a

3,00 bcd

50

13,00 ab

3,00 bcd

3,67 bcd

0,67 d

100

12,00 abc

Dokumen yang terkait

Efektivitas Granula Paecilomyces fumosoroseus (Wize) Brown & Smith Terhadap imfa Kutukebul (Bemisia tabaci Genn.).

0 4 13

EFEKTIVITAS GRA ULA Paecilomyces fumosoroseus (WIZE) BROW & && & SMITH TERHADAP IMFA KUTUKEBUL (Bemisia tabaci Genn.)

0 5 12

EFEKTIVITAS GRA ULA Paecilomyces fumosoroseus (WIZE) BROW & SMITH TERHADAP IMFA KUTUKEBUL (Bemisia tabaci Genn.)

0 6 13

KARAKTERISASI DAN VIRULENSI ISOLAT CENDAWAN Paecilomyces fumosoroseus pada KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn.)

0 2 13

Pemanfaatan tanaman pembatas pinggir dan predator Coccinellidae untuk pengendalian kutukebul Bemisia tabaci, vektor begomovirus pada pertanaman cabai merah

4 44 125

Ketahanan enam genotipe cabai (Capsicum spp.) terhadap Begomovirus dan pengaruhnya terhadap perkembangan vektor kutukebul Bemisia tabaci Genn. (Hemiptera: Aleyrodidae)

0 4 87

Preferensi Predator Menochilus sexmaculatus Fabr. dan Micraspis lineata Thun. (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Kutukebul Bemisia tabaci Genn. (Hemiptera: Aleyrodidae) dan Kutudaun Myzus persicae Sulz. (Hemiptera: Aphididae)

1 7 131

KOMPATIBILITAS ANTARA CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana DAN PREDATOR Menochilus sexmaculatus SEBAGAI AGENS PENGENDALIAN HAYATI HAMA KUTUDAUN Neotoxoptera sp. PADA TANAMAN BAWANG.

0 0 6

Laporan Akhir Penelitian Fundamental Eksplorasi Dan Perkembangbiakan Massal Musuh Alami Kutukebul (Bemisia Tabaci Genn.) Dari Beberapa Sentra Produksi Tanaman Sayuran Di Jawa Barat.

0 0 3

Kemampuan Pemangsaan Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Rhopalosiphum maidis Fitch (Homoptera: Aphididae)

0 0 7