Pemanfaatan tanaman pembatas pinggir dan predator Coccinellidae untuk pengendalian kutukebul Bemisia tabaci, vektor begomovirus pada pertanaman cabai merah

PEMANFAATAN TANAMAN PEMBATAS PINGGIR DAN
PREDATOR COCCINELLIDAE UNTUK PENGENDALIAN
KUTUKEBUL Bemisia tabaci (GENNADIUS) (HEMIPTERA:
ALEYRODIDAE), VEKTOR BEGOMOVIRUS PADA
PERTANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

BAGUS KUKUH UDIARTO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pemanfaatan Tanaman
Pembatas Pinggir dan Predator Coccinellidae untuk Pengendalian Kutukebul
Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae), Vektor Begomovirus pada
Pertanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) adalah karya saya dengan arahan
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Juli 2012

Bagus Kukuh Udiarto
NIM A361070051

ABSTRACT
BAGUS KUKUH UDIARTO, Use of Border Crops and Coccinellid
Predators to Control The Whitefly Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera:
Aleyrodidae), A Vector of Begomovirus on Chillipepper (Capsicum annuum L.)
Under Supervision of PURNAMA HIDAYAT,
AUNU RAUF,
SRI
HENDRASTUTI HIDAYAT and PUDJIANTO.
Whitefly, Bemisia tabaci (Hemiptera: Aleyrodidae) is an important pest on
chillipepper due to its role as a vector of Begomovirus, the causal agent of yellow leaf

curl disease. Many efforts has been undergone to suppress disease incidence,

such as through controlling insect vector, B. tabaci. The objective of the research
were to study the effect of border crops in chillipepper plantation on population of
B. tabaci and incidence of yellow leaf curl disease as well as abundance and
effectiveness of predator species. Field experiment was conducted using
randomized completed design. Two seedling treatments (with and without cover),
were combined with 4 border treatments i.e. maize, crotalaria (Fabaceae), chiffon
fabric and non border. The potency of predator species was evaluated by
conducting 3 consequtive assays, i.e. predation, prey preference and functional
response assay. The results showed that the use of covered seedling was able to
protect the seedling from B. tabaci and delay virus infection for 2 weeks.
Population of B. tabaci was significantly lower in plot with combination of border
crops and covered seedling. Correlation between population of B. tabaci and
disease incidence was positif (r = 0.925), where as correlation between disease
incidence and yield crop was negative (r = - 0.8886). Border crops especially
maize could enhance the abundance of predator species with the most predators
commonly found species were Menochilus sexmaculatus, Coccinella transversalis
and Verania lineata. The predator species which have highest potency as natural
enemy to control B. tabaci are V. lineata (Coleoptera: Coccinellidae).
Keywords: Border crop, chillipepper, predator, Coccinellid, B. tabaci,
Begomovirus.


RINGKASAN
BAGUS KUKUH UDIARTO. Pemanfaatan Tanaman Pembatas Pinggir dan
Predator Coccinellidae untuk Pengendalian Kutukebul Bemisia tabaci
(Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae), Vektor Begomovirus pada Pertanaman
Cabai Merah. Dibimbing oleh PURNAMA HIDAYAT, AUNU RAUF, SRI
HENDRASTUTI HIDAYAT dan PUDJIANTO.
Kutukebul Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae)
merupakan salah satu hama penting pada pertanaman cabai merah karena
merupakan satu-satunya vektor Begomovirus penyebab penyakit daun keriting
kuning cabai. Penyakit daun keriting kuning merupakan penyakit penting pada
pertanaman cabai terutama di Jawa Tengah. Kehilangan hasil akibat serangan
penyakit tersebut berkisar 20 sampai 100%. Pengendalian serangga vektor
merupakan strategi penting untuk menekan penyakit tersebut. Penelitian
bertujuan: 1) Mengetahui pengaruh tanaman pembatas pinggir terhadap dinamika
populasi B. tabaci dan insidensi penyakit daun keriting kuning pada pertanaman
cabai merah; 2) Mengetahui pengaruh tanaman pembatas pinggir terhadap
kelimpahan predator penting yang menyerang B. tabaci; 3) mengevaluasi
efektivitas berbagai spesies predator (Coccinellidae) terhadap B. tabaci melalui uji
daya pemangsaan, preferensi dan tanggap fungsional.

Penelitian dilaksanakan sejak bulan Juli 2010 sampai dengan Januari 2012
di kebun petani di Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta, dan
Laboratorium Taksonomi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian mengenai pengaruh tanaman pembatas pinggir
terhadap dinamika populasi B. tabaci dan insidensi penyakit daun keriting kuning
pada pertanaman cabai merah dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap yang terdiri atas 8 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri atas:
1) Pesemaian disungkup dan pembatas pinggir tanaman orok-orok; 2) Pesemaian
disungkup dan pembatas pinggir tanaman jagung; 3) Pesemaian disungkup dan
pembatas pinggir kain sifon ketinggian 2 m; 4) Pesemaian disungkup dan tanpa
pembatas pinggir; 5) Pesemaian tanpa sungkup dan pembatas pinggir tanaman
orok-orok; 6) Pesemaian tanpa sungkup dan pembatas pinggir tanaman jagung; 7)
Pesemaian tanpa sungkup dan pembatas pinggir kain sifon ketinggian 2 m; 8)
Pesemaian tanpa sungkup dan tanpa pembatas pinggir. Pengamatan dilakukan
seminggu sekali terhadap populasi hama B. tabaci dan insidensi penyakit daun
keriting kuning cabai. Penelitian mengenai pengaruh tanaman pinggir terhadap
kelimpahan predator penting yang menyerang B. tabaci dilaksanakan dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri atas 8 perlakuan dan 3
ulangan. Pengumpulan serangga predator dilakukan dengan alat pengisap (D-vac)
pada tanaman sampel yang ditentukan secara sistematik diagonal. Uji daya

pemangsaan dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap,
terdiri atas lima perlakuan dan 10 ulangan. Perlakuan terdiri atas jenis predator
yaitu Menochilus sexmaculatus, Coccinella transversalis, Verania lineata,
Curinus coeruleus dan Paederus fuscipes. Pengamatan dilakukan terhadap nimfa
dan imago B. tabaci yang tersisa. Uji preferensi dilaksanakan dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas 4 perlakuan dan 10
ulangan, dengan perlakuan spesies mangsa yang berbeda yaitu B. tabaci, Thrips

parvispinus, Aphis gosypii dan Myzus persicae.Uji preferensi dilakukan dengan
metode pilihan (choice), yakni dengan metode melingkar. Pengamatan dilakukan
terhadap jumlah nimfa yang tersisa pada 3, 6, 12 dan 24 jam setelah pelepasan
predator. Uji tanggap fungsional predator (Coccinelidae) terhadap B. tabaci.
dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri atas 10
perlakuan tingkat kepadatan inang, masing masing perlakuan diulang 10 kali.
Kesepuluh perlakuan berbagai kepadatan nimfa B. tabaci yaitu; 1, 2, 3, 4, 6, 8,
12, 16, 22 28 nimfa. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah nimfa yang tersisa
setiap 3 jam setelah pelepasan predator selama 24 jam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran B. tabaci pada pertanaman
cabai tercatat sejak di pesemaian. Penggunaan sungkup dipesemaian dapat
melindungi bibit cabai merah dari B. tabaci dan menunda infeksi virus selama 2

minggu. Tanaman pembatas pinggir berpengaruh nyata terhadap dinamika
populasi B. tabaci dan insidensi penyakit daun keriting kuning pada pertanaman
cabai merah. Kombinasi perlakuan penggunaan sungkup di pesemaian dan
perlakuan pembatas pinggir tanaman jagung atau orok-orok di lahan pertanaman
cabai merah dapat menekan populasi B. tabaci, insidensi penyakit daun keriting
kuning cabai dan kehilangan hasil panen cabai merah akibat serangan penyakit
tersebut. Insidensi penyakit keriting kuning tersebut dapat ditekan sebesar 50.80
% dan kehilangan hasil panen cabai merah dapat ditekan sebesar 80 %. Ada
korelasi positif antara populasi B. tabaci dengan insidensi penyakit daun keriting
kuning (r = 0.925), semakin tinggi tingkat populasi imago maka semakin tinggi
tingkat insidensi penyakit daun keriting kuning cabai. Sebaliknya terdapat korelasi
negatif antara insidensi penyakit daun keriting kuning dengan hasil panen cabai
merah (r = - 0.8886), semakin tinggi tingkat insidensi penyakit daun keriting
kuning cabai maka semakin rendah hasil panen cabai merah. Rerata populasi
imago B. tabaci pada pertanaman cabai merah dengan perlakuan pembatas pinggir
tanaman jagung, pembatas pinggir tanaman orok-orok, pembatas pinggir kain
sifon dan tanpa pembatas pinggir berturut-turut 23.30 ekor, 24.88 ekor, 27.55 ekor
dan 28.56 ekor. Rerata insidensi penyakit daun keriting kuning pada pertanaman
cabai merah dengan perlakuan pembatas pinggir tanaman jagung, pembatas
pinggir tanaman orok-orok, pembatas pinggir kain sifondan tanpa pembatas

pinggir berturut-turut 50%, 51.56%, 75% dan 80.61%. Rerata hasil panen cabai
merah dengan perlakuan pembatas pinggir tanaman jagung, pembatas pinggir
tanaman orok-orok, pembatas pinggir kain sifon dan tanpa pembatas pinggir
berturut-turut 27.58 kg/plot, 27.56 kg/plot, 16.08 kg/plot dan 15.66 kg/plot.
Tanaman pembatas pingir pada pertanaman cabai merah di samping efektif
menekan populasi B. tabaci, juga berpengaruh nyata terhadap kelimpahan
predator. Kelimpahan predator tertinggi ditemukan di pertanaman cabai dengan
perlakuan jagung sebagai pembatas pinggir yaitu sebesar 48 ekor/15 tanaman dan
yang terendah pada petak perlakuan dengan kain sifon sebagai pembatas pinggir
yaitu sebesar 18.67 ekor/15 tanaman. Hasil identifikasi ditemukan 9 spesies
predator yang berpotensi sebagai musuh alami B. tabaci, yaitu 8 spesies termasuk
ordo Coleoptera, 1 spesies dari ordo Diptera. Serangga predator dari ordo
Coleoptera terdiri atas 7 spesies termasuk famili Coccinellidae (Menochilus
sexmaculatus, Coccinellidae transversalis, Verania lineata, Harmonia sp.,
Verania discolor., Curinus coeruleus, dan Coelophora sp.) dan 1 spesies dari
famili Staphylinidae yaitu Paederus fuscipes. Ordo Diptera 1 spesies dari famili

Dolichopodidae yaitu Condylostylus sp. Serangga predator tersebut yang
dominan adalah M. sexmaculatus, C. transversalis dan V. lineata.
Predator M. sexmaculatus, C. transversalis dan V. lineata mempunyai daya

pemangsaan terhadap B. tabaci yang sama tinggi yaitu berkisar 46 – 48 nimfa/hari
atau 9 imago/hari. Predator M. sexmaculatus lebih menyukai A. gossypii dan M.
persicae, predator C. transversalis lebih menyukai T. parvispinus, sedangkan V.
lineata lebih menyukai B. tabaci. Hasil analisis regresi logistik (koefisien linier P1
= - 0.1006, X2 = 34.99) predator V. lineata memperlihatkan tanggap fungsional
tipe II, artinya semakin meningkat kerapatan mangsa B. tabaci maka semakin
meningkat mangsa yang dikonsumsi, namun proporsi mangsa yang dikonsumsi
semakin menuurun. Pada kerapatan mangsa rendah (1 sampai dengan 3 nimfa)
seluruh mangsa dikonsumsi (100%), artinya pada kerapatan mangsa yang rendah
predator V. lineata masih mampu menemukan mangsa dan memangsanya. Hasil
analisis dari persamaan cakram pada tanggap fungsional tipe II diperoleh nilai laju
pencarian mangsa seketika (a) sebesar 0,3522/jam dan nilai masa penanganan
mangsa (Th) sebesar 0.151jam (R2 = 0.9239). Laju pencarian mangsa seketika (a)
menunjukkan proporsi dari total area yang dijelajahi predator per unit waktu
jelajah. Semakin kecil nilai a, maka predator semakin agresif dan efektif dalam
menemukan mangsa. Masa penanganan mangsa (Th) menunjukkan lamanya
predator mengenali, mengejar, memakan, membersihkan alat mulut dan
beristirahat sebelum bergerak mencari mangsa yang lain. Semakin rendah nilai
Th, maka semakin tinggi daya pemangsaan maksimumnya. Predator V. lineata
mempunyai daya pemangsaan maksimum 6 nimfa/jam.

Pembatas pinggir terbaik untuk pengendalian B. tabaci pada pertanaman
cabai merah adalah tanaman jagung, karena mempunyai peranan ganda. Pembatas
pinggir dengan tanaman jagung disamping dapat menekan populasi B. tabaci,
insiden penyakit daun keriting kuning dan kehilangan hasil panen cabai, juga
dapat meningkatkan kelimpahan predator penting yang menyerang B. tabaci.
Serangga predator yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agens hayati
untuk pengendalian B. tabaci adalah M. sexmaculatus, C. Transversalis dan V.
lineata, namun dari ketiga predator tersebut yang paling efektif adalah V. lineata.
Disarankan varietas jagung yang digunakan sebagai tanaman pinggir
sebaiknya yang mempunyai karakter tinggi tanaman lebih dari 2 m dan tajuk yang
lebat serta umur yang relatif panjang. Penanaman jagung sebaiknya dilakukan 2
kali yaitu pada waktu 5 minggu sebelum dan 4 minggu setelah tanam cabai merah.
Penanaman antar baris jagung sebaiknya dilakukan secara zigzag.
Penelitian lebih lanjut dapat berupa: 1) Kajian jarak dan proporsi luas
tanaman pinggir dari pertanaman cabai merah serta analisis ekonominya; 2)
Kajian peranan tepung sari dan mangsa alternatif pada tanaman jagung dalam
mendukung konservasi predator.
Kata kunci: Tanaman pembatas pinggir, cabai merah, predator, Coccinelidae, B.
tabaci, Begomovirus.


© Hak cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip sebagaian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

PEMANFAATAN TANAMAN PEMBATAS PINGGIR DAN
PREDATOR COCCINELLIDAE UNTUK PENGENDALIAN
KUTUKEBUL Bemisia tabaci (GENNADIUS) ( HEMIPTERA:
ALEYRODIDAE ), VEKTOR BEGOMOVIRUS PADA
PERTANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

BAGUS KUKUH UDIARTO

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk gelar Doktor

pada
Program Studi Entomologi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji pada Ujian Tertutup: Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si.
Dr. Ir. Laksminiwati Prabaningrum, M.S.

Penguji pada Ujian Terbuka: Dr. Ir. Yusdar Hilman, M.Sc.
Dr. Ir. Sugeng Santoso, M.Agr.

Nama

: Pemanfaatan Tanaman Pembatas Pinggir dan Predator
Coccinellidae untuk Pengendalian Kutukebul Bemisia
tabaci (Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae), Vektor
Begomovirus pada Pertanaman Cabai Merah (Capsicum
annuum L.)
: Bagus Kukuh Udiarto

NRP

: A361070051

Program Studi

: Entomologi

Judul Penelitian

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, M.Sc.
Anggota

Dr. Ir. Purnama Hidayat, M.Sc.
Ketua

Dr. Ir. Sri Hendrastuti H., M.Sc.
Anggota

Dr. Ir. Pudjianto, M.Si.
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Entomologi

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Pudjianto, M.Si.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal Ujian: 26 Juli 2012

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga disertasi yang berjudul “ Pemanfaatan Tanaman
Pembatas Pinggir dan Predator Coccinellidae Untuk Pengendalian Kutukebul
Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae), Vektor Begomovirus pada
Pertanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)” dapat penulis selesaikan.
Bagian dari disertasi ini telah diterbitkan di Jurnal Hortikultura Volume 22
No.1 Tahun 2012, dengan judul Kajian Potensi Predator Coccinellidae untuk
Pengendalian B. tabaci (Gennadius) pada Cabai Merah.
Dengan selesainya penulisan disertasi ini, penulis menyampaikan rasa
terimakasih dan penghargaan kepada komisi pembimbing yaitu Dr. Ir. Purnama
Hidayat, M.Sc., Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, M.Sc., Dr. Ir. Sri Hendrastuti H., M.Sc.
dan Dr. Ir. Pudjianto, M.Si., atas bimbingan dan pengarahan kepada penulis
mulai dari perencanaan penelitian hingga penyelesaian penulisan disertasi.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kepala Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura, Kepala Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Dekan
Sekolah Pascasarjana IPB yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melanjutkan pendidikan program doktor. Kepada Ketua Program Studi
Entomologi dan seluruh dosen di Departemen Proteksi Tanaman IPB, penulis
mengucapkan terimakasih atas segala arahan dan didikan.
Penulis ucapkan terimakasih kepada Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian melalui program Kerja Sama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan
Perguruan Tinggi (KKP3T) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
melalui program Indonesia Managing Higher Education for Relevance and
Efficiency (I-MHERE B.2c.) yang telah membantu memberikan dana untuk
pelaksanaan penelitian disertasi ini.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Ir. Wiwin setiawati, M.S., Ir. Fardedi,
M.Si., Rahmini, S.P., M.P. dan Rahmawati S.P., M.Si., atas dukungan dan
kerjasama yang baik, serta kepada ibu Yuke Wulandari, S.P. dan Bapak Sagimen
yang telah membantu pelaksanaan penelitian di lapangan.
Kepada orangtua, ayahanda Soehiro (alm) dan ibunda Yetty Soebaningsih,
serta mertua M.E. Kurniadi beserta istri disampaikan terimakasih atas pendidikan,
dukungan, nasihat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.
Kepada istri Asih Setiasih, S.H. dan ketiga putra tercinta Destylana Agusti Putri,
Hadian Dwi Nugroho dan Rizqi Wisudanto serta seluruh keluarga yang selalu
mendoakan dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan pendidikan ini,
penulis mengucapkan terimakasih.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2012

Bagus Kukuh Udiarto

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1962 dari ayah
Soehiro (alm) dan ibu Yetty Subaningsih. Penulis merupakan putra keempat dari
lima bersaudara.
Pada tahun 1982 penulis lulus dari SMA Negeri 10 Bandung, Jawa Barat
dan pada tahun 1983 lulus seleksi masuk Universitas Padjadjaran Bandung,
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan melalui jalur ujian masuk perguruan tinggi
negeri (UMPTN). Tahun 1988 penulis mendapat gelar Sarjana Pertanian. Penulis
bekerja sebagai staf peneliti pada Kelompok Peneliti Hama dan Penyakit
Tanaman, Balai Penelitian Tanaman Sayuran di Lembang, Bandung, Jawa Barat
sejak tahun 1990. Penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi Program
Magister Pertanian di Universitas Gajah Mada pada tahun 1999 dengan beasiswa
dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui proyek ARMP-II.
Penulis lulus dan mendapat gelar Magister Pertanian (M.P.) pada tahun 2002.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Doktor di Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 dengan beasiswa dari Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Kementrian Pertanian.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.....................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................

xv

I.

PENDAHULUAN..........................................................................
Latar Belakang.........................................................................
Alur Penelitian..........................................................................
Tujuan Penelitian......................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................

1
1
4
7
7

II.

TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
Biologi dan Kisaran Inang B. tabaci........................................
Peranan B. tabaci dalam Penularan Penyakit Daun Keriting
Kuning Cabai.......................................................................
Peranan Teknik Budidaya Khususnya Pemanfaatan Tanaman
Pinggir untuk Pengendalian
Hama dan Konservasi
Predator................................................................................
Peranan Predator dalam Pengendalian B. tabaci......................
Preferensi Predator terhadap Spesies Mangsa..........................
Tanggap Fungsional Predator terhadap Mangsa......................
Daftar Pustaka..........................................................................

10
10

III.

IV.

13
15
17
19
19
21

PENGARUH PEMANFAATAN TANAMAN PEMBATAS
PINGGIR DI PERTANAMAN CABAI MERAH TERHADAP
DINAMIKA POPULASI KUTUKEBUL B. tabaci DAN
INSIDENSI PENYAKIT DAUN KERITING KUNING.............
Abstrak.....................................................................................
Abstract………………………………………………………
Pendahuluan………………………………………………….
Bahan dan Metode……………………………………………
Hasil dan Pembahasan..............................................................
Simpulan...................................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................

27
27
28
28
30
33
42
43

PENGARUH PEMANFAATAN TANAMAN PEMBATAS
PINGGIR
TERHADAP
KELIMPAHAN
PREDATOR
PENTING B. tabaci PADA PERTANAMAN CABAI MERAH..
Abstrak.....................................................................................
Abstract………………………………………………………
Pendahuluan………………………………………………….
Bahan dan Metode……………………………………………
Hasil dan Pembahasan..............................................................
Simpulan...................................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................

46
46
46
47
48
50
55
55

Halaman
V.

DAYA PEMANGSAAN, PREFERENSI DAN TANGGAP
FUNGSIONAL PREDATOR TERHADAP B. tabaci PADA
TANAMAN CABAI MERAH.......................................................
Abstrak.....................................................................................
Abstract....................................................................................
Pendahuluan.............................................................................
Bahan dan Metode....................................................................
Hasil dan Pembahasan..............................................................
Simpulan...................................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................

58
58
59
59
61
65
71
72

VI.

PEMBAHASAN UMUM..............................................................

74

VII.

SIMPULAN DAN SARAN...........................................................

81

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................

84

LAMPIRAN..............................................................................................

91

DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Rerata jumlah imago B. tabaci/perangkap di pertanaman cabai
merah dengan kombinasi perlakuan pesemaian dan spesies
tanaman pembatas pinggir................................................................

35

3.2 Rerata jumlah nimfa B. tabaci/daun di pertanaman cabai merah
dengan kombinasi perlakuan pesemaian dan spesies tanaman
pembatas pinggir..............................................................................

37

3.3 Pengaruh perlakuan terhadap nilai AUDPC dan penekanan
penyakit daun keriting kuning (%) di pertanaman cabai pada
pengamatan 2 - 12 minggu setelah tanam........................................

40

4.1 Spesies dan jumlah serangga predator B. tabaci/15 tanaman/6
pengamatan di pertanaman cabai merah dengan perlakuan
berbagai spesies tanaman pembatas pinggir.....................................

52

5.1 Daya pemangsaan beberapa predator terhadap nimfa dan imago
B. tabaci di laboratorium.................................................................

66

5.2 Rerata jumlah B. tabaci, Trips dan Kutudaun yang dimangsa oleh
berbagai spesies predator Coccinellidae dan index preferensi
berbagai spesies predator terhadap berbagai spesies mangsa pada
Cabai merah......................................................................................

68

5.3 Rerata mangsa yang dikonsumsi (x ± SD) predator V. Lineata
pada berbagai kerapatan mangsa B. tabaci.......................................

69

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.1 Alur penelitian potensi pemanfaatan tanaman pembatas pinggir
dan predator unntuk pengendalian Bemisia tabaci (Gennadius)
pada tanaman cabai merah,..............................................................

6

3.1 Rerata jumlah imago B. tabaci pada perangkap kuning di
pesemaian cabai merah....................................................................

33

3.2 Rerata insidensi penyakit daun keriting kuning cabai (%) pada
pertanaman cabai merah dengan kombinasi perlakuan pesemaian
dan jenis tanaman pembatas pinggir................................................

39

3.3 Regresi populasi B. tabaci dengan insidensi penyakit daun
keriting kuning cabai........................................................................

40

3.4 Rerata bobot buah cabai per petak (kg) pada pertanaman cabai
merah dengan kombinasi perlakuan pesemaian dan spesies
tanaman pembatas pinggir...............................................................

41

3.5 Regresi antara insidensi penyakit daun keriting kuning dengan
bobot buah cabai merah...................................................................

42

4.1 Spesies serangga predator B. tabaci yang
ditemukan di
pertanaman cabai merah dengan tanaman pembatas pinggir..........

51

4.2 Kelimpahan predator/15tanaman dan jumlah nimfa B. tabaci/daun
di pertanaman cabai merah dengan berbagai pembatas pinggir:
(A) predator dan (B) nimfa B. tabaci...............................................

54

4.3 Regresi populasi B. tabaci dengan kelimpahan predatornya di
pertanaman cabai merah...................................................................

55

5.1 Rerata nilai pengamatan proporsi mangsa yang dimakan (titik)
dan penduga (garis) berdasarkan hasil analisis regresi logistik.......

70

5.2 Kurva tanggap fungsional predator V. lineata terhadap
peningkatan kerapatan mangsa B. tabaci.........................................

70

6.1 Model strategi pengendalian B. tabaci di pertanaman cabai merah
dengan cara perpaduan antara penggunaan tanaman jagung
sebagai pembatas pinggir dan predator V. lineata...........................

78

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Perlakuan penggunaan sungkup di pesemaian dan spesies tanaman
pembatas pinggir di lahan pertanaman cabai merah: (a)
Penggunaan sungkup di pesemaian; (b) Pesemaian tanpa sungkup;
(c) Pembatas pinggir kain sifon; (d) Jagung sebagai tanaman
pinggir; (e) Orok-orok sebagai tanaman pinggir; (f) Tanpa
pembatas pinggir................................................................................

92

2 Tata letak petak percobaan pengaruh pemanfaatan tanaman
pembatas pinggir terhadap populasi B. tabaci dan kelimpahan
predator..............................................................................................

93

3 Cara pengamatan terhadap imago dan nimfa B. tabaci serta
predator pada pertanaman cabai merah: (a) Pengamatan imago
pada perangkap kuning; (b) Pengamatan nimfa pada daun cabai;
(c) Pengambilan predator dengan
menggunakan penyedot
serangga.............................................................................................

94

4 Imago dan nimfa B. tabaci serta gejala penyakit daun keriting
kuning cabai: (a) Imago B. tabaci pada perangkap kuning; (b)
Nimfa B. tabaci; (c) Gejala penyakit daun keriting kuning cabai.....

95

5 Pelaksanaan penelitian kajian potensi predator Coccinellidae
terhadap B. tabaci: (a) Pembiakan massal B. tabaci dan kutudaun
pada pertanaman cabai merah; (b) Percobaan uji daya pemangsaan;
(c) Percobaan uji tanggap fungsional; (d) Percobaan uji preferensi..

96

6 Predator Verania lineada: (a) Imago betina; (b) Imago jantan; (c)
Telur; (d) Larva; (e) Pupa; (F) Imago yang baru keluar dari pupa…

97

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi dan dapat memacu peningkatan sumber
pendapatan petani, substitusi impor dan penghasil devisa. Areal pertanaman cabai
merah dari tahun 2005 – 2010 selalu menduduki areal terluas di antara tanaman
sayuran yang diusahakan di Indonesia, dan pada tahun 2010 luas panen komoditas
cabai merah mencapai 194.64 ha (Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan
Hortikultura 2010). Produktivitas cabai merah selama 5 tahun terakhir
menunjukkan peningkatan yang berarti, dan pada tahun 2010 mencapai
6.94ton/ha. Namun demikian, tingkat produktivitas cabai merah tersebut masih
lebih rendah dibandingkan dengan potensi produksi cabai merah yang dapat
mencapai 10 ton/ha (Suwandi et al. 1989). Hal ini disebabkan antara lain adanya
serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Duriat et al. (2005)
melaporkan bahwa terdapat 15 jenis OPT yang menyerang tanaman cabai merah.
Kutukebul

Bemisia

tabaci

(Gennadius)

(Hemiptera:

Aleyrodidae)

merupakan salah satu hama penting pada tanaman sayuran terutama pada famili
Solanaceae termasuk cabai merah. Hama ini pertama kali ditemukan di Indonesia
pada tahun 1938 pada tanaman tembakau di Deli, Sumatera Utara (Kalshoven
1981). Kutukebul menjadi hama yang sangat penting terutama pada pertanaman
cabai merah di Indonesia sejak tahun 2001 (Sulandari et al. 2001). Kutukebul
dapat menimbulkan kerusakan secara langsung yaitu berupa bercak nekrotik,
klorosis dan daun gugur, dan secara tidak langsung yaitu sebagai vektor virus
penyebab penyakit daun keriting kuning cabai (Pepper Yellow Leaf Curl
Begomovirus/PepYLCV) (Byrne dan Bellows 1990; Oliveira et al. 2001; Jones
2003; Hidayat et al. 2006). Penyakit daun keriting kuning bersifat epidemik pada
pertanaman cabai di berbagai daerah seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Sumatera Selatan dan Lampung (Sulandari et al. 2004; Hidayat et al.
2006). Perkembangan luas serangan penyakit daun keriting kuning di beberapa
daerah di Indonesia terutama di pulau Jawa sangat cepat. Pada tahun 2003 luas
serangan penyakit berkisar antara 6.2 ha sampai 60 ha dan pada tahun 2008
meningkat menjadi 183.5ha sampai 575.4 ha (Hidayat 2003; Direktorat Bina

2

Program Tanaman Pangan dan Hortikultura 2010). Kerusakan akibat serangan
penyakit daun keriting kuning pada pertanaman cabai dapat sangat berat sehingga
kerugian ekonomi dapat mencapai 20% sampai 100% (Brown 1994; Sulandari et
al. 2006). Penularan Begomovirus hanya terjadi melalui imago B. tabaci dan tidak
dapat melalui kontak atau biji (Aidawati et al. 2002; Jones 2003; Sulandari 2004;
Hidayat dan Rahmayani 2007). Oleh karena itu pengendalian terhadap B. tabaci
merupakan salah satu strategi untuk menekan kejadian penyakit daun keriting
kuning cabai.
Upaya pengendalian B. tabaci yang umum dilakukan petani selama ini
adalah dengan penggunaan insektisida secara intensif. Penggunaan insektisida
yang berlebihan, disamping merupakan pemborosan juga dapat membahayakan
manusia dan menimbulkan berbagai kerugian terhadap lingkungan, antara lain
terbunuhnya organisme bukan sasaran seperti predator dan parasitoid, dan
terjadinya resistensi hama terhadap insektisida. Sugiyama (2005) dan Setiawati et
al. (2007) melaporkan bahwa B. tabaci sudah mulai menunjukkan gejala resisten
terhadap beberapa jenis insektisida seperti golongan organofosfat, karbamat dan
piretroid sintetik. Untuk itu diperlukan upaya pengendalian yang lebih
berlandaskan pendekatan ekologi dan ekonomi, yaitu tidak mencemari
lingkungan, aman bagi pemakai dan konsumen cabai merah, relatif murah, tetapi
juga efektif terhadap hama B. tabaci.
Salah satu konsep pengendalian yang lebih berlandaskan pada pendekatan
ekonomi dan ekologi adalah pengendalian hama terpadu (PHT). Perkembangan
konsep PHT saat ini dan dimasa mendatang mengarah pada rakitan teknologi yang
bersifat bio – intensif, yang berupaya memanfaatkan sumberdaya hayati yang ada
di alam, seperti musuh alami, varietas tahan, pestisida nabati, dan tanaman
penolak, tanaman penarik, atau tanaman pinggir (Frisbie dan Smith 1991; Hoddle
et al. 1998).
Pemanfaatan tanaman pembatas pinggir (border crops) merupakan salah
satu alternatif pengendalian yang dapat menekan populasi B. tabaci di pertanaman
cabai merah dan aman terhadap lingkungan. Menurut Difanzo et al. (1996) dan
Fereres (2000) pemanfaatan tanaman pembatas pinggir dapat menekan kejadian
penyakit tanaman oleh virus yang ditularkan melalui serangga vektor. Menurut

3

Perfecto dan Sediles (1992) penggunaan tanaman bukan inang dalam sistem pola
tanam tumpangsari, selain berperan sebagai samaran yang membuat tanaman
inang sulit ditemukan, juga berperan sebagai penghalang fisik bagi hama untuk
menemukan tanaman yang diusahakan. Pemanfaatan tanaman jagung (Zea mays)
sebagai pembatas pinggir di pertanaman kentang dapat menekan kejadian
penyakit virus Y kentang (PVY) yang ditularkan oleh kutudaun. Selanjutnya
dilaporkan oleh Muthomi et al. (2010) tanaman jagung yang ditanam dengan
jarak 0,5 dan 1 m dari pertanaman kentang dapat menekan populasi kutudaun dan
kejadian penyakit virus kentang sampai 48 %. Hasil penelitian lain menunjukkan
bahwa pemanfaatan orok-orok (Crotalaria juncea) sebagai tanaman pembatas
pinggir di pertanaman “zucchini” dapat menekan populasi kutudaun dan kejadian
penyakit virus bercak cincin papaya (PRSV) strain semangka (Roshan dan Cerruti
2011).
Pemanfaatan tanaman pembatas pinggir merupakan salah satu alternatif
pengendalian yang kompatibel jika dipadukan dengan musuh alami dalam hal ini
predator. Jenis tanaman pembatas pinggir yang dipilih harus mempunyai fungsi
ganda yaitu, sebagai penghalang masuknya imago B. tabaci ke pertanaman cabai
merah, dan dapat mendorong konservasi musuh alami seperti predator, yaitu
sebagai tanaman refugia yang berfungsi untuk berlindung sementara dan penyedia
polen untuk makanan alternatif jika mangsa utama populasinya rendah atau tidak
ada (Untung 2006). Teknik konservasi bertujuan menghindarkan tindakantindakan yang dapat menurunkan populasi musuh alami termasuk predator.
Teknik augmentasi yang memanipulasi atau modifikasi ekosistem sehingga lebih
mendorong peningkatan populasi dan efektifitas serta efisiensi musuh alami,
dimasukkan ke dalam teknik konservasi (Stehr 1982). Menurut Pedigo (1991)
populasi predator dan parasitoid terutama yang generalis pada vegetasi yang
beragam relatif stabil, dan bertahan lama, sebab makanan (tepung sari dan nektar)
tersedia lebih berkesinambungan, serta adanya tempat berlindung dan
mikrohabitat yang sesuai. Untung (2006) mengungkapkan dalam penerapan PHT
konservasi musuh alami terutama predator dan parasitoid merupakan teknik
pengendalian hayati yang sering dilakukan dan dianjurkan termasuk di Indonesia.

4

Studi musuh alami Bemisia spp. di Brasil menemukan sekitar 14 spesies
predator, diantaranya dari jenis predator kumbang kubah ( lady beetle ),
Nephaspis hydra Gordon dan Delphastus davidsoni Gordon diketahui pertama
kali sebagai pemangsa Bemisia spp. (Gerling 1990; Olsen 2001). Setiawati
(2005), mengungkapkan beberapa spesies predator yang diketahui efektif terhadap
B. tabaci antara lain Coccinella transversalis, Menochilus sexmaculatus,
Coenosia attenuate, Delphastus pusillus, Deracocoris pallens, Euscius hibisci,
Orius albidipennis, Scymus syriacus. dan Chrysoperla carnea. Sudrajat (2009)
melaporkan bahwa dari hasil explorasi musuh alami di Kabupaten Bandung dan
Karawang pada tahun 2005 ditemukan beberapa jenis predator yang mempunyai
potensi untuk mengendalikan hama kutukebul (B. tabaci) pada pertanaman
sayuran. Jenis predator kutukebul yang ditemukan dan mempunyai potensi adalah
beberapa spesies dari famili Coccinellidae (Menochilus sexmaculatus, Coccinella
transfersalis, Harmonia sp., Curinus sp. dan Delphastus sp.) dan famili
Stapilinidae (Paederus fusipes).
Pemanfaatan tanaman jagung atau orok-orok sebagai pembatas pinggir pada
pertanaman cabai merah untuk pengendalian B. tabaci telah dilakukan oleh para
petani terutama di daerah Jawa Tengah. Meskipun demikian dalam cara
pelaksanaannya seperti jarak dan waktu tanam antara tanaman pembatas pinggir
dan tanaman cabai merah kurang tepat, sehingga hasilnya kurang maksimal. Oleh
karena itu perlu dilakukan kajian secara ilmiah mengenai pengaruh tanaman
pembatas pinggir terhadap populasi B. tabaci dan insidensi penyakit daun keriting
kuning cabai serta kelimpahan predator penting.

Alur Penelitian
Pengendalian hama terpadu (PHT) terdiri atas 5 komponen pengendalian
yaitu penggunaan insektisida, penanaman varietas tahan, pengendalian secara fisik
dan mekanik, teknik bercocok tanam dan pengendalian hayati (musuh alami).
Untuk pengendalian hama B. tabaci sebagai vektor Begomovirus pada
pertanaman cabai merah, penggunaan insektisida tidak dianjurkan karena
disamping membahayakan lingkungan juga telah banyak dilaporkan bahwa B.
tabaci sudah mulai resisten terhadap insektisida. Pengendalian secara fisik dan

5

mekanik seperti pengunaan perangkap warna dengan memperhitungkan sifat
biologi dan ekologi hama dapat menekan populasi hama, tetapi pengendalian ini
masih mengundang kontroversi. Sebagian petani berpendapat kedua pengendalian
tersebut kurang praktis dan justru mengundang hama masuk ke lahan pertanaman
yang diusahakan. Sementara penanaman varietas tahan hama atau penyakit untuk
pengendalian B. tabaci dan Begomovirus yang ditularkannya belum dapat
dikembangkan karena sampai saat ini belum diperoleh varietas tanaman cabai
merah yang benar-benar tahan terhadap Begomovirus.
Penelitian ini dirancang untuk mengefaluasi penggabungan pemanfaatan
tanaman pembatas pinggir dengan potensi predator untuk menekan populasi B.
tabaci dan insidensi penyakit daun keriting kuning pada pertanaman cabai merah
(Gambar 1.1).
Penelitian dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah penelitian
pemanfaatan tanaman pembatas pinggir untuk pengendalian B. tabaci dan
kejadian penyakit daun keriting kuning pada pertanaman cabai merah, serta
peranannya dalam konservasi predator. Luaran yang diharapkan dalam penelitian
ini ialah diperoleh jenis tanaman pembatas pinggir yang efektif dalam
mengendalikan B. tabaci dan menekan insidensi penyakit daun keriting kuning
pada pertanaman cabai, tetapi tidak membahayakan bahkan mendorong dalam
konservasi predator B. tabaci.
Kelompok kedua adalah penelitian potensi predator untuk pengendalian B.
tabaci. Penelitian ini terdiri atas empat tahapan percobaan, yaitu: 1) Eksplorasi
predator B. tabaci di daerah sentra produksi cabai merah, 2) Uji daya pemangsaan
berbagai predator (yang dominan ditemukan dalam eksplorasi) terhadap B. tabaci;
3) Uji preferensi berbagai predator (yang mempunyai daya pemangsaan tinggi
dari percobaan 2) terhadap B. tabaci, Thrips dan kutudaun; 4) Uji tanggap
fungsional predator (yang mempunyai preferensi tertinggi terhadap B. tabaci)
terhadap B. tabaci. Secara keseluruhan luaran dari penelitian ini adalah dapat
diperolehnya jenis predator yang benar-benar efektif
tabaci pada pertanaman cabai merah.

untuk pengendalian B.

6

Kegiatan Penelitian
Pemanfaatan tanaman pembatas
pinggir untuk pengendalian B. tabaci

Kegiatan 1.
Pengaruh tanaman
pembatas pinggir
terhadap populasi
B. tabaci dan
insidensi penyakit
daun keriting
kuning cabai

Kegiatan 3.
Kajian Potensi Predator

Kegiatan 2.
Pengaruh tanaman
pembatas pinggir
terhadap
kelimpahan
predator B. tabaci
pada cabai merah.

Kegiatan 3a
Penelitian Pendahuluan
Eksplorasi predator
Kegiatan 3b
Uji daya pemangsaan
predator terhadap
B. tabaci
Kegiatan 3c
Uji preferensi predator
terhadap B. tabaci,
A. gosypii M. persicae
dan T. parvispinus

Kegiatan 3d
Uji tanggap fungsional
predator terhadap
B. tabaci
Luaran
Jenis tanaman
pembatas pinggir yang
dapat menekan populasi
B. tabaci

Jenis tanaman
pembatas pinggir yang
dapat meningkatkan
kelimpahan predator

Spesies predator yang
efektif terhadap
B. tabaci

Strategi gabungan pemanfaatan tanaman pinggir dan predator untuk
pengendalian B. tabaci pada pertanaman cabai merah
Populasi B. tabaci tertekan

Insidensi penyakit daun
keriting kuning tertekan

Hasil panen cabai merah tinggi dan tanpa insektisida
Gambar 1.1 Alur penelitian pemanfaatan tanaman pembatas pinggir dan predator
untuk pengendalian B. tabaci pada pertanaman cabai merah

7

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk memperoleh strategi teknik pemanfaatan tanaman
pembatas pinggir yang digabungkan dengan pemanfaatan

predator

untuk

mengendalikan B. tabaci dan insidensi penyakit daun keriting kuning pada
pertanaman cabai merah. Secara khusus penelitian bertujuan: 1) Mengetahui
pengaruh tanaman pinggir terhadap dinamika populasi B. tabaci dan insidensi
penyakit daun keriting kuning cabai; 2) Mengetahui pengaruh tanaman pinggir
terhadap kelimpahan predator penting yang menyerang B. tabaci; 3)
Mengidentifikasi dan mengetahui dominansi spesies predator yang menyerang B.
tabaci di pertanaman cabai merah; 4) Mengevaluasi efektivitas berbagai spesies
predator (dominan dari eksplorasi)

terhadap B. tabaci melalui uji daya

pemangsaan, preferensi dan tanggap fungsional.

Daftar Pustaka
Aidawati N, Hidayat SH, Suseno R, Sosromarsono S. 2002. Transmission of an
Indonesian isolate of tobacco leaf curl virus (Begomovirus) by Bemisia
tabaci Genn. (Hemiptera: Aleyrodidae) Plant Pathology 18: 231 – 236.
Brown JK. 1994. Current status of Bemisia tabaci as a plant pest and virus vector
in agroecosystems word wide. Plant Protection Bulletin. 42: 3 – 32.
Byrne DN, Bellows TS. 1990. Whitefly biology. Annnual Review of Entomology
36 : 431 – 457.
Difanzo CD, Rogsdale DW, Radcliffe NC, Sencor GA. 1996. Crop borders
reduce potato virus Y incidence in seed potato. Annals of Applied Biology
129: 289–302.
Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2010. Hasil pembangunan
Pertanian Tanaman Pangan : Aspek Areal Produksi dan Faktor-faktor
Produksi. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan
Hortikultura.
Duriat AS, Ratnawati ML, Kirana R, Widjaja ES, Sulastrin I, Gunaen N,
Gunawan OS, Gaswanto R, Wulandari AW, Murtiningsih RR, van der
Wolf JM, van der Zouwen PS. 2005. The most important pests and seedborne diseases of vegetables in Indonesia. A Progress report in 2003-2005.
Hortin Project. Indonesian - Netherlands research colaboration. 26 pages.
Fereres A. 2000. Border crops as a culture measure of non-persistently transmitted
aphid-borne viruses. Virus Research 71:221–231.

8

Frisbie RE, Smith Jr JW. 1991. Biologically intensive integrated pest management
: the future. Di dalam: Menn JJ dan Steinhaner AL. International Progress
and Perspective for 21th Century. Maryland (US): Entomol. Soc. Amer.
Maryland.
Gerling D. 1990. Natural enemies of whitelies; predator and parasitoids. Di
dalam: Garling D. Whiteflies: Their Bionomics, Pest Status and
Management. Andover (US): Intercept Ltd. hlm 147–185.
Hidayat SH. 2003. Rangkuman Hasil Penelitian Begomovirus di Indonesia :
Sebagai Bahan Diskusi Untuk Menghadapi Peningkatan Infeksi
Begomovirus Pada Cabai. Makalah pada Seminar Sehari Pengenalan dan
Pengendalian Penyakit Virus Pada Cabai. Dir. Perlindungan Hortikultura,
Dir. Jen. Bina Produksi Hortikultura. Jakarta. 4 hal.
Hidayat SH, Chatchawankanpanich O, Rusli E, Aidawati N. 2006. Begomovirus
associated with pepper yellow leaf curl diseases in West Java, Indonesia.
Journal Indonesian Microbiology 11(2): 87 – 89.
Hidayat SH, Rahmayani E. 2007. Transmission of tomato leaf curl begomovirus
by two different species of whitefly (Hemiptera: Aleyrodidae). J. Plant
Pathol. 23 (2): 57– 61.
Hoddle MS, van Driesche RG, Sanderson JP. 1998. Biology and use of the
whitefly parasitoid Encarsia formosa. Annual Review of Entomology 43 :
645 – 669.
Jones D. 2003. Plant viruses transmitted by whiteflies. European Journal Plant
Pathology 10(9): 197- 221.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der,
penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru- van Hoeve. Terjemahan dari: De
Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.
Oliveira MRV, Henneberry TJ, Anderson P. 2001. History, current status and
collaborative research projects for Bemisia tabaci. Crop Protection 20:709–
723.
Olsen LV. 2001. The behavior of the Ladybird and its ability as a predator.
Available at http:// www.trehelp.com/treees-insects-aphid.html. Juli 2009.
Pedigo LP. 1991. Entomologi and pest management. MacMillan Publishing
company New York. Collier MacMillan Publishers. London. 646p.
Perfecto I, Sediles A. 1992. Vegetational diversity, ants (Hymenoptera:
Formicidae), and herbivorous pest in a neotropical agroecosystem.
Environment Entomology 21(1):61– 67.
Setiawati W. 2005. Pengelolaan Terpadu pada Tanaman Cabai Merah dalam
Upaya Mengatasi Penyakit Virus Kuning. Makalah disampaikan pada

9

Pertemuan Apresiasi Penerapan Penganggulangan Virus Cabai, Yogyakarta,
14–15 April 2005.
Setiawati W, Udiarto BK, Soetiarso TA. 2007. Selektivitas Beberapa Insektisida
terhadap Hama Kutu Kebul (Bemisia tabaci Genn.) dan Predator Menochilus
sexmaculatus Fabr. Jurnal Hortikultura Vol.17, No. 2, Tahun 2007.
Sudrajat. 2009. Eksplorasi Musuh Alami Kutukebul (Bemisia tabaci) di Jawa
Barat (Pangalengan, Ciwidae, Lembang dan Krawang) pada Tanaman
Sayuran. Laporan Sementara Hasil Penelitian untuk Disertasi S-3.
Universitas Padjadjaran.
Sugiyama K. 2005. Management of whitefly for commercial tomato production in
greenhouses in Shizuoka, Japan. In. Proc. of the International Seminar on
Whitefly Management and Control Strategy. Taichung, Taiwan. Oct 3 – 8,
2005. pp.81 – 91.
Sulandari S, Hidayat SH, Suseno R, Jumanto H, Sosromarsono S. 2001.
Keberadaan virusgemini pada cabai di DIY. Konggres Nasional dan
Seminar Ilmiah PFI ke XVI. Bogor, Agustus 2001.
Sulandari S, Suseno R, Hidayat SH, Harjosudarno J, Sosromarsono S. 2006.
Deteksi dan kajian kisaran inang virus penyebab penyakit daun keriting
kuning cabai. Journal Hayati 13(4): 1 – 6.
Sulandari S. 2004. Karakterisasi biologi, serologi, dan analisa sidik jari DNA
virus penyebab penyakit daun kuning keriting cabai [disertasi]. Bogor (ID):
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Suwandi, Nurteka N, Sahat S. 1989. Bercocok tanam sayuran dataran rendah.
Lembang (ID): Laporan Balai Penelitian Hortikultura Lembang dan Proyek
ATA 395. 31 – 36.
Stehr DW. 1982. Parasitoid and Predator in Pest Management. Dalam Metcalf and
Luckmann WH (ed.) Introduction to Insect Pest Management. John Wiley
and Sons. New York. 135 – 173p.
Untung K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Biologi dan Kisaran Inang Bemisia tabaci (Gennadius)
Bemisia tabaci (Gennadius) digolongkan ke dalam ordo Hemiptera, subordo
Sternorrhyncha, superfamili Aleyrodoidea, famili Aleyrodidae (Martin et al.
2000). B. tabaci pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1938 pada
tanaman tembakau (Kalshoven 1981). Pada tahun 2001 B. tabaci telah menjadi
hama utama terutama pada berbagai jenis tanaman sayuran dan tersebar ke seluruh
Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, dan sejak awal tahun 2004 telah
pula menjadi hama penting di Bali (Sulandari 2001; Setiawati et al. 2005).
Perkembangan B. tabaci terdiri atas empat stadia, yaitu dimulai dari telur,
nimfa, pupa dan imago. Telur B. tabaci . bentuknya lonjong (oval), warnanya
putih bening ketika baru diletakkan, kemudian kecokelatan menjelang menetas.
Telur berdiameter 0,25 mm, dan biasanya diletakkan pada permukaan bawah daun.
Jumlah telur yang dihasilkan seekor betina mencapai 28 sampai 300 butir
tergantung pada tanaman inang dan suhu lingkungan (Hirano et al., 2002). Pada
kapas, B. tabaci. rata-rata bertelur 81 butir pada suhu 26,7ºC atau 72 butir pada
suhu 32,2ºC dengan masa inkubasi telur 5 hari (Butler et al., 1983). Stadia telur
pada tanaman tomat adalah 6,8–8,7 hari pada suhu 25 0C dan RH 65% (Salas dan
Mendoza 1995). Rata-rata stadia telur pada Hibiscus rosa-sinensis kultivar Pink
Versicolor adalah 6,3 hari dan Brilliant Red adalah 6,7 hari pada suhu 26,7 0C dan
RH 55% (Liu dan Stansly 1998).
Nimfa B. tabaci terdiri dari tiga instar dan instar ke-4 dianggap sebagai
transisi dan dinamakan instar ke-4 atau pupa karena peralihan antara dua stadia
yang singkat dan sulit untuk dipisahkan (Salas dan Mendoza 1995). Byrne dan
Bellows (1991) menyatakan bahwa nimfa instar ke-4 biasanya dikenal sebagai
pupa. Nimfa instar satu (panjang + 0,223 mm, lebar + 0,131 mm) berbentuk bulat
panjang, berwarna hijau cerah, pada pinggir tubuhnya terdapat bulu bulu halus
dan lapisan lilin yang tipis. Nimfa instar 1 yang baru keluar dari telur aktif
bergerak dan mengisap cairan makanan pada permukaan bawah daun selama 1-2
hari, dan setelah mendapatkan tempat yang sesuai akan menetap dan tidak
bergerak lagi (Badri 1983). Nimfa instar 2 (panjang + 0,283 mm, lebar + 0,178

11
mm), nimfa instar 3 (panjang + 0,470 mm, lebar + 0,312 mm) dan nimfa instar 4
(umum disebut pupa) tidak bergerak, berwarna hijau gelap, tungkai tereduksi,
pada bagian dorsal terdapat tiga pasang duri (Badri. 1983). Stadia nimfa instar
pertama pada tanaman tomat adalah 4,0 hari, nimfa instar kedua dan ketiga pada
tanaman tomat adalah 2,7 dan 2,5 hari (Salas dan Mendoza 1995). Rata-rata stadia
nimfa instar pertama pada Hibiscus rosa-sinensis kultivar Pink Versicolor adalah
4,2 hari dan kultivar Brilliant Red adalah 4,3 hari pada suhu 26,7 0C dan RH 55%
(Liu dan Stansly 1998). Menurut Gameel (1977) perkembangan nimfa secara
keseluruhan berlangsung selama 12-15 hari pada suhu 28o-32oC, dan 28 – 32 hari
pada suhu

20o-24oC. Pada suhu lebih tinggi yaitu 30o-34oC periode

perkembangan lebih cepat, dan sebaliknya menjadi lebih lama apabila suhu
mencapai 18o - 22oC .
Nimfa instar 4 umumnya disebut pupa. Pupa B. tabaci berbentuk bulat
panjang berwarna kuning, bagian toraks agak melebar dan cembung, ruas
abdomen tampak jelas. Pinggir puparium tidak rata dan pada bagian dorsal
terdapat tujuh pasang seta (duri) dan

Dokumen yang terkait

Studi inang Alternatif Kutukebul Bemisia Tabaci (Hemiptera: Aleyrodidae) di Sekitar Pertanaman Cabai dipakem,Sleman,Yogyakarta

0 22 9

Pemanfaatan Cendawan Endofit Sebagai Agens Penginduksi Ketahanan Tanaman Cabai Terhadap Penyakit Daun Keriting Kuning Dan Serangga Vektor Bemisia Tabaci

0 4 52

Ketahanan enam genotipe cabai (Capsicum spp.) terhadap Begomovirus dan pengaruhnya terhadap perkembangan vektor kutukebul Bemisia tabaci Genn. (Hemiptera: Aleyrodidae)

0 4 87

Kemampuan Pemangsaan Predator Menochilus sexmaculatus Fab. dan Micraspis lineata (Thunberg) (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Kutukebul Bemisia tabaci (Genn.) (Hemiptera: Aleyrodidae) dan Kutudaun Myzus persicae Sulz. (Hemiptera: Aphididae).

0 6 67

Pemanfaatan tanaman pembatas pinggir dan predator Coccinellidae untuk pengendalian kutukebul Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae), vektor begomovirus pada pertanaman cabai merah (Capsicum annuum L.)

1 7 227

Preferensi Predator Menochilus sexmaculatus Fabr. dan Micraspis lineata Thun. (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Kutukebul Bemisia tabaci Genn. (Hemiptera: Aleyrodidae) dan Kutudaun Myzus persicae Sulz. (Hemiptera: Aphididae)

1 7 131

Neraca kehidupan kutukebul, bemisia tabaci gennadius biotipe B dan Non B pada tanaman mentimun (Curcumis sativus L) dan cabai

0 2 64

PENGGUNAAN PREDATOR UNTUK MENGENDALIKAN KUTU KEBUL (BEMISIA TABACI), VEKTOR PENYAKIT KUNING PADA CABAI DI KABUPATEN TANGGAMUS

0 2 6

MUSUH ALAMI KUTU KEBUL (BEMISIA TABACI GENN.) PADA PERTANAMAN CABAI DAN SAYURAN DI TANGGAMUS, LAMPUNG

0 0 6

PENGGUNAAN PREDATOR UNTUK MENGENDALIKAN KUTU KEBUL (BEMISIA TABACI), VEKTOR PENYAKIT KUNING PADA CABAI DI KABUPATEN TANGGAMUS

0 0 6