Karakterisasi Berbagai Aksesi Meniran (Phyllanthus niruri L.), Studi Perkecambahan dan Pematahan Dormansi.
KARAKTERISASI BERBAGAI AKSESI MENIRAN
(Phyllanthus niruri L.), STUDI PERKECAMBAHAN DAN
PEMATAHAN DORMANSI
NURUL BUNGA FITRIA MUHAMMAD
A24080184
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Karakterisasi Berbagai Aksesi Meniran (Phyllanthus Niruri L.), Studi
Perkecambahan dan Pematahan Dormansi
Characterization of Various Accession Meniran (Phyllanthus niruri L.),
Germination Studies and breaking dormancy
Nurul Bunga F.M1, Maryati Sari2, Ani Kurniawati2
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB
2
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB
1
ABSTRACT
This research aims to characterize some accession meniran, get
information about seed viability of meniran and methods germination test of
meniran. This research was conducted from February 2012 to June 2012. The
accession of Phyllanthus niruri L. that used in this research are come from
Gresik, Jember, Kebon Kalapa, Leuwikopo and accession come from Semplak.
The research consists of three experiments. The first experiment to characterize
meniran. Experimental design used is a Randomized Blok Design (RKLT) by a
factor that is accession. A second experiment to see the effect of pre-germination
on the viability meniran. The data obtained were tested by t test. The third
experiment get information about methods of germination test meniran. The data
obtained were tested by t test.
The results of the research showed that characters of Phyllanthus niruri L
is devided in to three main grouped, where the degree of similarity 45.21%
Jember accession separately from the other accessions. Differences accession
Jember prominent than the other accessions in character fruit color (red), branch
color (red-purple), while the other accessions green. At the rate of 77.63%
similarity, there are Gresik and Semplak in one group and Kebon Kalapa,
Leuwikopo, Sawah Baru in other group that has highest production of biomass.
Seed soaking treatment with water and 250 ppm IAA gives the same effect
as no treatment on the viability various accession meniran. Value germination pre
soaking seed treatment with GA3 influence was significantly higher when
compared with the value of germination without treatment, seed treatment with
250 ppm GA3 increase seed viability meniran, increased viability seen from the
increase to grow the seed, grow the seed in which the value of 49.7% (without
treatment) increased to 79.0% (GA3 soaking treatment).
Meniran seed germination in the nursery with soil mixed media manure
with a ratio of 1:1 has has the higher average value of the maximum growth when
compared with germination in laboratory test methods. In this research, the test
method in the form of laboratory test methods and UDK ½ UKDdp with or
without pre-germination of GA3 250 ppm, not to be able to represent the
corresponding germination potential of the seeds germinated in the nursery.
Keywords: Phyllanthus niruri L., accession, pre germination, methods of seed
germination
RINGKASAN
NURUL BUNGA FITRIA MUHAMMAD. Karakterisasi Berbagai Aksesi
Meniran (Phyllanthus niruri L.), Studi Perkecambahan dan Pematahan Dormansi.
Di bawah bimbingan MARYATI SARI DAN ANI KURNIAWATI.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi beberapa aksesi meniran,
mendapatkan informasi dan mempelajari sifat perkecambahan dan metode uji
viabilitas pada benih meniran. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
2012 sampai Juni 2012. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru
dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Bogor. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi benih dari aksesi Gresik, aksesi Jember, dan empat
aksesi asal Bogor yang terdiri atas aksesi Kebon Kalapa, aksesi Leuwikopo,
aksesi Sawah Baru, aksesi Semplak.
Kegiatan penelitian ini terdiri atas tiga percobaan. Percobaan pertama
bertujuan untuk mengkarakterisasi meniran. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu
faktor yaitu aksesi. Data kuantitatif yang didapat diuji dengan uji F dan apabila
menunjukkan pengaruh nyata, dilakukan analisis uji lanjut dengan metode DMRT
pada taraf nyata 5%. Data kualitatif yang telah distandarisasi diolah dengan
analisis gerombol untuk mengetahui tingkat kekerabatan antar aksesi. Pelaksanaan
penelitian dimulai dari persiapan benih, kemudian disemaikan pada media semai
yaitu campuran tanah dan pupuk kandang perbandingan 1:1. Pengamatan
karakterisasi pertumbuhan dilakukan mulai 4 minggu setelah semai hingga panen.
Parameter diamati adalah karakter kuantitatif; yaitu tinggi tanaman, diukur dari
atas permukaan tanah sampai batas pucuk, jumlah cabang dan daun, diameter
batang, bobot biomassa, bobot 100 butir; karakter kualitatif; yaitu warna batang,
warna cabang, warna daun muda dan tua, warna bunga, warna buah dan biji,
bentuk daun, bunga, buah, biji.
Percobaan
kedua
bertujuan
untuk
mempelajari
pengaruh
pra
perkecambahan terhadap viabilitas meniran. Data yang didapat diuji dengan uji t,
dimana DB dan KCT pada perlakuan perendaman aquades, perendaman dengan
iii
IAA 250 ppm, perendaman dengan GA3 250 ppm, masing-masing dibandingkan
dengan DB dan KCT benih pada media di persemaian tanpa perlakuan.
Perendaman benih dilakukan selama 24 jam. Data viabilitas antar aksesi yang
didapat diuji dengan uji t, dimana DB dan KCT pada aksesi Gresik, Jember, Kebon
Kalapa, Leuwikopo, dan aksesi Semplak, masing-masing dibandingkan dengan
DB dan KCT benih pada aksesi Sawah Baru. Aksesi Sawah Baru digunakan
sebagai kontrol karena penanaman pada percobaan ini dilakukan di Sawah Baru.
Pelaksanaan penelitian dimulai dari persiapan benih, benih dikecambahkan pada
media semai tanah yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan
1:1. Pengamatan viabilitas benih dilakukan setiap hari hingga seluruh benih
berkecambah atau jika tidak ada lagi pertumbuhan jumlah kecambah normal
selama satu bulan. Hasil pengamatan digunakan untuk menentukan nilai daya
berkecambah (DB) dan kecepatan tumbuh benih (KCT). Metode tersebut
digunakan pada enam aksesi benih meniran, masing-masing aksesi dibutuhkan
200 benih pada setiap ulangan. Masing-masing perlakuan terdiri atas dua ulangan.
Percobaan ketiga bertujuan
untuk melakukan pengujian metode uji
viabilitas benih meniran. Data yang didapat diuji dengan uji t, dimana DB dan
KCT pada metode uji ½ UKDdp (Uji Kertas Digulung Didirikan dalam plastik),
metode uji ½ UKDdp dengan pra perkecambahan GA3 250 ppm selama 24 jam,
metode uji UDK (Uji Di atas Kertas), metode uji UDK dengan pra
perkecambahan GA3 250 ppm selama 24 jam, masing-masing dibandingkan
dengan DB dan KCT benih pada media di persemaian tanpa perlakuan. Metode
tersebut digunakan pada
enam aksesi benih meniran, masing-masing aksesi
dibutuhkan 225 benih untuk pengujian media dalam satu ulangan. Masing-masing
perlakuan terdiri atas dua ulangan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik meniran terbagi
menjadi tiga gerombol utama, dimana pada tingkat kemiripan 45.21% aksesi
Jember terpisah dari aksesi yang lain. Perbedaan menonjol aksesi Jember
dibandingkan aksesi lain terletak pada karakter warna buah (merah), warna
cabang (merah keunguan), sementara pada aksesi lain berwarna hijau. Pada
tingkat kemiripan 77.63% aksesi selain aksesi Jember terpisah menjadi dua
gerombol, yaitu Gresik dan Semplak pada satu gerombol serta Kebon Kalapa,
iv
Leuwikopo, Sawah Baru pada gerombol yang lain. Gerombol yang terbentuk,
mengelompokkan aksesi yang memiliki produksi brangkasan yang lebih tinggi
dibanding dengan yang lain, meliputi aksesi Kebon Kalapa (1.23g), Leuwikopo
(2.35g) dan Sawah Baru (1.94g).
Perlakuan perendaman benih dengan aquades dan IAA 250 ppm
memberikan pengaruh yang sama seperti tanpa perlakuan terhadap viabilitas
berbagai aksesi meniran. Nilai daya berkecambah perlakuan pra perkecambahan
perendaman benih dengan GA3 memberikan pengaruh yang sangat nyata lebih
tinggi bila dibandingkan dengan nilai daya berkecambah tanpa perlakuan.
Perlakuan benih dengan perendaman GA3 250 ppm selama 24 jam sebelum benih
dikecambahkan mampu meningkatkan viabilitas benih meniran, peningkatan
viabilitas terlihat dari peningkatan daya tumbuh benih, dimana nilai daya tumbuh
benih 49.7% (tanpa perlakuan) meningkat menjadi 79.0% (perlakuan perendaman
GA3). Aksesi yang menunjukkan nilai vigor yang tinggi pada berbagai perlakuan
perendaman benih ditunjukkan oleh tingginya nilai KCT yaitu pada aksesi Jember
(8.37%/etmal) dan aksesi Gresik (7.46%/etmal).
Perkecambahan benih meniran di persemaian dengan media tanah yang
dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 mempunyai nilai daya tumbuh
yang nyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan perkecambahan pada metode uji
di laboratorium. Pada penelitian ini metode uji di laboratorium yang berupa
metode uji ½ UKDdp dan UDK dengan ataupun tanpa pra perkecambahan GA3
250 ppm, belum mampu merepresentasikan nilai daya berkecambah sesuai potensi
yang dimiliki oleh benih yang dikecambahkan di persemaian.
KARAKTERISASI BERBAGAI AKSESI MENIRAN
(Phyllanthus niruri L.), STUDI PERKECAMBAHAN DAN
PEMATAHAN DORMANSI
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
NURUL BUNGA FITRIA MUHAMMAD
A24080184
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
NAMA
:KARAKTERISASI BERBAGAI AKSESI MENIRAN
(Phyllanthus niruri L.), STUDI PERKECAMBAHAN
DAN PEMATAHAN DORMANSI
: NURUL BUNGA FITRIA MUHAMMAD
NIM
: A24080184
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Maryati Sari, SP, MSi
NIP. 19700918 200003 2 001
Dr. Ani Kurniawati, SP, MSi
NIP. 19691113 1994403 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen
Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian, IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gresik pada tanggal 6 September 1989, sebagai putri
kedua dari pasangan Bapak Agus Supartono dan Ibu Ayunah. Pada tahun 2008
penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa IPB penulis
aktif dalam kegiatan organisasi. Beberapa organisasi yang pernah diikuti
diantaranya staf kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Surabaya (HIMASURYA),
staf internal Ikatan Mahasiswa Jawa Timur (IMAJATIM), staf HRD Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM FAPERTA) tahun 2009-2010 dan
Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian (DPM
FAPERTA) tahun 2010-2011, pada tahun yang sama penulis juga aktif
berorganisasi
di
Himpunan
Mahasiswa
Agronomi
dan
Hortikultura
(HIMAGRON) sebagai staf Badan Pengawas Himpro.
Penulis ikut berpartisipasi pada berbagai kegiatan di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, antara lain panitia Seminar Bersama 2012 dan Temu
Pakar Biotek 2012, dan juga penulis bekerja menjadi staf kepanitiaan ISO
laboratorium 17025 Departemen Agronomi dan Hortikultura. Penulis juga
mempunyai pengalaman menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar Teknologi
Benih, Pembiakan Tanaman, dan asisten mata kuliah Tanaman Penyegar, Obat
dan Aromatik.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi
yang berjudul Karakterisasi Berbagai Aksesi Meniran (Phyllanthus niruri L.),
Studi Perkecambahan dan Pematahan Dormansi.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam
kegiatan perkuliahan dan proses penyelesaian tugas akhir. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada :
1.
Bapak dan Ibu atas kesabaran, doa, dukungan moril dan finansialnya serta
kakak dan adikku yang selalu memberikan doa dan dukungan
semangatnya.
2.
Maryati Sari, SP, MSi dan Dr. Ani Kurniawati, SP, MSi selaku
pembimbing skripsi dan yang selalu memberikan masukan, arahan dan
bimbingan sejak usulan penelitian hingga penulisan skripsi.
3.
Dr. Ir. Abdul Qadir MSi. selaku pembimbing akademik atas masukan dan
saran-sarannya selama bimbingan.
4.
Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS selaku penguji sidang skripsi yang telah
memberikan masukan, dan arahan dalam penulisan skripsi.
5.
Kerabat Himasurya, Pondok Surya, W7L6, dan kerabat Wadesta atas
kebersamaan doa dan dukungan dalam menyelesaikan penulisan ini.
6.
Teman-teman Indigenous 45 atas kebersamaan dan doanya selama ini.
7.
Keluarga besar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas
Pertanian IPB atas doa dan dukungan dalam menyelesaikan penulisan ini.
8.
Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi
ini yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dikemudian hari bagi
pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xii
PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar Belakang .............................................................................................
Tujuan Penelitian ..........................................................................................
Hipotesis .......................................................................................................
1
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
Meniran (Phyllanthus niruri L. ) ..................................................................
Pra perkecambahan Benih ............................................................................
Media Pengecambahan Benih ......................................................................
3
3
4
5
BAHAN DAN METODE ................................................................................
Waktu dan Tempat .......................................................................................
Bahan dan Alat .............................................................................................
Metode Penelitian .........................................................................................
Percobaan I. Karakterisasi Meniran ..........................................................
Percobaan II. Pengaruh Pra perkecambahan terhadap Viabilitas
Benih Meniran ....................................................................
Percobaan III. Pengujian Metode Uji Viabilitas Benih Meniran .............
7
7
7
7
7
9
11
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
Karakterisasi Meniran ..................................................................................
Karakter Kuantitatif ..................................................................................
Karakter Kualitatif ....................................................................................
Pengaruh Pra perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Meniran ..............
Pengujian Metode Uji Viabilitas Benih Meniran ........................................
13
13
13
19
26
29
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
Kesimpulan ...................................................................................................
Saran .............................................................................................................
34
34
35
LAMPIRAN .....................................................................................................
39
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Rekapitulasi hasil sidik ragam aksesi terhadap karakter pertumbuhan ......
13
2. Rekapitulasi hasi sidik ragam aksesi terhadap bobot kering
brangkasan..................................................................................................
14
3. Pengaruh aksesi terhadap tinggi tanaman ..................................................
14
4. Pengaruh aksesi terhadap jumlah daun tanaman .......................................
16
5. Pengaruh aksesi terhadap diameter batang tanaman .................................
16
6. Pengaruh aksesi terhadap jumlah cabang tanaman ....................................
17
7. Pengaruh aksesi terhadap jumlah buah pertanaman...................................
18
8. Pengaruh berbagai aksesi terhadap DB dan KCT pada berbagai
perlakuan pra perkecambahan ...................................................................
26
9. Pengaruh berbagai perlakuan pra perkecambahan terhadap DB dan KCT
pada berbagai aksesi ...................................................................................
27
10. Pengaruh perlakuan pra perkecambahan terhadap DB benih pada media
tanah ...........................................................................................................
27
11. Pengaruh perlakuan pra perkecambahan terhadap KCT benih pada media
tanah ...........................................................................................................
28
12. Rekapitulasi pengaruh metode uji terhadap beberapa tolok ukur
yang diamati ..............................................................................................
30
13. Pengaruh berbagai metode pengecambahan terhadap DB dan KCT ...........
32
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Keragaan tinggi tanaman meniran pada umur 4 MSP .................................
15
2. Keragaan tinggi tanaman meniran pada umur 4 MSP .................................
15
3. Bobot kering brangkasan tanaman meniran .................................................
19
4. Dendrogram kemiripan aksesi......................................................................
21
5. Warna batang enam aksesi meniran .............................................................
23
6. Warna buah enam aksesi meniran ................................................................
24
7. Kecambah meniran dalam berbagai metode ................................................
30
8. Kecambah meniran.......................................................................................
31
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Geografi asal aksesi meniran .......................................................................
40
2. Layout Percobaan I.: Karakterisasi Agronomi Meniran ..............................
41
3. Rekapitulasi karakter kualitatif berbagai aksesi meniran ............................
42
4. Rekapitulasi karakter kuantitatif berbagai aksesi meniran..........................
43
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Pemanfaatan
keanekaragaman hayati telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan,
papan, sandang, dan obat-obatan. Perkembangan industri obat-obatan untuk
membantu memenuhi kebutuhan manusia dalam hal kesehatan sudah cukup
meluas. Salah satu jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan baku
industri obat adalah Phyllanthus niruri L. Phyllanthus niruri L., merupakan salah
satu marga dari famili Euphorbiaceae. Phyllanthus niruri L., yang di Indonesia
dikenal dengan nama meniran (Jawa) atau memeniran (Sunda), banyak digunakan
sebagai obat tradisional, baik penggunaan dalam bentuk segar maupun dalam
bentuk kering (Arifin et al., 2002).
Meniran banyak digunakan sebagai obat tradisional untuk batuk, peluruh
haid dan penambah nafsu makan, serta sebagai herbal terstandar (fitofarmaka).
Meniran juga banyak diperjualbelikan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
(immunostimulator). Meniran terbukti memperbaiki fungsi hati, memperbaiki
fungsi ginjal, dapat dipakai untuk penyakit Hepatitis B. Kandungan uriside efektif
melawan virus penyebab AIDS atau HIV (Kartasubrata, 2010). Manfaat yang
begitu banyak dapat diambil dari tanaman obat ini menjadi salah satu imbas dari
pesatnya perkembangan industri obat. Kebutuhan obat herbal pada tahun 2009
yang hanya 24.24%, pada tahun 2010 meningkat menjadi
sekitar 27.58%
penduduk Indonesia menggunakan obat herbal (Badan Pusat Statistik, 2010).
Kebutuhan simplisia meniran oleh pabrik obat tradisional per tahun
sebanyak 20 ton (Kartasubrata, 2010). Permintaan bahan baku ini akan terus
meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, harga obat-obatan
berbahan baku impor, dan jumlah perusahaan obat tradisional serta adanya
kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (Proyek Pengelolaan dan
Pemulihan Kerusakan Lingkungan dan Fakultas Kehutanan IPB, 2001).
Pesatnya perkembangan industri obat, belum diimbangi dengan
ketersediaan yang berkelanjutan. Sekitar 80% pasokan bahan baku industri obat
tradisional masih mengandalkan hasil pemanenan dari hutan atau habitat alami,
2
sisanya dipasok dari hasil budi daya secara tradisional, yang pada umumnya
sebagai usaha sampingan. Usaha tani tanaman obat, khususnya meniran, secara
komersial sangat potensial untuk dikembangkan dalam rangka menjamin
ketersediaan bahan baku secara berkesinambungan. Upaya pengembangan
tersebut perlu didukung dengan adanya informasi mengenai karakter berbagai
aksesi meniran serta teknik perbanyakannya dengan menggunakan benih bermutu.
Karakterisasi merupakan kegiatan dalam rangka mengidentifikasi sifatsifat penting yang bernilai ekonomis, atau yang merupakan penciri dari tanaman
yang bersangkutan. Sejalan dengan karakterisasi tanaman akan dilakukan pula
studi perkecambahan benih meniran sebagai langkah awal untuk menghasilkan
benih bermutu. Benih berukuran kecil dan belum banyak dibudidayakan biasanya
mempunyai sifat dormansi. Beberapa perlakuan diharapkan dapat mengatasi
masalah tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi beberapa aksesi
meniran, mendapatkan informasi mengenai sifat perkecambahan dan metode uji
viabilitas pada benih meniran.
Hipotesis
1. Terdapat perbedaan dan kesamaan karakter morfologi aksesi meniran.
2. Terdapat pengaruh pra perkecambahan terhadap viabilitas benih meniran.
3. Terdapat media uji perkecambahan di laboratorium yang dapat mencerminkan
daya tumbuh benih meniran di persemaian
TINJAUAN PUSTAKA
Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Meniran (Phyllanthus sp. L) tergolong dalam divisi Spermatophyta,
subdivisi
Angiospermae,
kelas
Dicotyledone,
ordo
Geraniles,
famili
Euphorbiaceae, genus Phyllanthus Phyllanthus niruri L. adalah tumbuhan terna
yang tumbuh di dataran rendah pada ketinggian satu sampai 1 000 m dpl, tumbuh
liar pada tempat terbuka, pada lahan gembur yang mengandung pasir, di ladang,
di tepi sungai, dan di pantai (Heyne, 1987). Phyllanthus niruri L. tumbuh secara
liar di tempat yang berbatu dan lembab seperti di tepi sungai, pantai, semak, lahan
bekas sawah atau tumbuh di sekitar pekarangan rumah, baik di pedesaan maupun
di perkotaan (Padua et al., 1999).
Iklim tropis merupakan syarat tumbuh tanaman meniran. Tanaman
meniran berakar tunggang, batang tegak, tinggi mencapai 40-100 cm, batang bulat
berkayu, permukaan kasar dan bercabang. Daun tersusun majemuk, duduk
melingkar pada batang, anakan daun mengkilap, bentuk bulat telur dengan
panjang 1.5-3 cm, lebar 1– 1.5 cm, ujung daun runcing, pangkal tumpul dan tepi
yang rata. Daun berwarna hijau (Padua et al., 1999). Bakal buah beruang enam,
mahkota berbentuk tabung, ujung membulat berwarna kuning. Buahnya bulat,
mempunyai 5-6 ruang, diameter 5-10 mm. Apabila masih muda buah berwarna
hijau setelah tua menjadi coklat. Biji buah berbentuk ginjal, pipih berwarna coklat
(Padua et al., 1999).
Jenis Phyllanthus yang terdapat di Indonesia adalah Phyllanthus niruri L.
dan Phyllanthus urinaria. Kedua jenis tanaman ini mempunyai nama daerah dan
kegunaan yang sama pula (Heyne, 1987). Phyllanthus niruri L., di Indonesia
dikenal dengan nama meniran (Jawa) atau memeniran (Sunda), banyak digunakan
sebagai obat tradisional, baik penggunaan dalam bentuk segar maupun dalam
bentuk kering (Arifin et al., 2002).
Secara umum, manfaat dari meniran antara lain sebagai obat perangsang,
diuretik, obat pencahar, dan dapat digunakan untuk pengobatan yang berkaitan
dengan penyakit pada dada, batuk, diabetes, panas, diare, hepatitis, nephritis,
4
penyakit yang berkenaan dengan mata, cacar, dan penyakit kelamin (Padua et al.,
1999).
Meniran merupakan salah satu obat imunomodulator, yaitu obat yang
dapat memperbaiki atau meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Senyawa yang
berperan dalam hal ini adalah golongan flavonoid yang merupakan komponen
utama dalam meniran. Flavonoid bekerja pada sel-sel tubuh dengan cara
mengirimkan sinyal intraseluler pada reseptor sel, sehingga sel bekerja secara
optimal. Senyawa yang terkandung dalam meniran, antara lain phyllanthin dan
hypophyllanthin merupakan dua senyawa yang bertanggung jawab dalam efek
antihepatotoksik (Badan POM, 2006).
Ekstrak meniran bekerja sebagai imunomudulator yang dapat digunakan
sebagai terapi adjuvan (penunjang) untuk beberapa penyakit infeksi. Imunodulator
membantu tubuh untuk mengoptimalkan fungsi sitem imun yang merupakan
sistem utama yang berperan dalam pertahanan tubuh dimana kebanyakan orang
mudah mengalami gangguan sistem imun (Suhirman et al., 2007).
Pra perkecambahan Benih
Salah satu permasalahan dalam perbanyakan meniran adalah sulitnya
mengecambahkan benih meniran untuk
itu diperlukan kondisi khusus untuk
mematahkan dormansinya. Stadia dormansi adalah stadia istirahat, dimana stadia
ini harus dipatahkan dengan waktu, atau kondisi spesial, sebelum benih akan
dikecambahkan pada temperatur dan kelembaban yang ideal untuk pertumbuhan.
Organisme hidup dapat memasuki keadaan tetap hidup meskipun tidak tumbuh
selama jangka waktu yang lama, dan baru mulai tumbuh aktif bila kondisinya
sudah sesuai (Sutopo, 2002)
Pematahan dormansi dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung
pada faktor penyebab dormansi. Kasus dormansi pada benih berukuran kecil
biasanya dengan bahan kimia. Perlakuan menggunakan bahan-bahan kimia sering
dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Salah satunya dengan
melakukan praperkecambahan dengan menggunakan zat pengatur tumbuh. Zat
pengatur tumbuh yang direkomendasikan antara lain giberelin (GA3) dan auksin
(IAA) (Copeland dan McDonald, 1995).
5
Jenis giberelin yang paling banyak digunakan adalah gibberelic acid GA3.
Giberelin dapat menggantikan cahaya dan temperatur dalam mengecambahan
benih dan dapat juga menginisiasi perkecambahan benih yang tidak membutuhkan
cahaya dan temperatur untuk tetap berkecambah. Giberelin sangat penting untuk
mengontrol perkecambahan benih di alam. Hal ini didasarkan pada fungsi
giberelin yang dapat membantu permasalahan after ripening dan perkecambahan.
Giberelin juga terdapat dalam benih kacang. Lettuce dan spesies lainnya.
Giberelin menjadi salah satu bagian yang disarankan dalam perkecambahan benih
(Copeland dan McDonald, 1995). Berdasarkan penelitian yang dilakukan telah
ditemukan bahwa giberelin mampu memecahkan dormansi benih pada beberapa
spesies, giberelin juga dapat meningkatkan perkecambahan pada benih baik yang
mengalami dormansi atau tidak mengalami dormansi (Desai et al., 1997).
Pemberian giberelin pada benih terong dengan dosis 250 ppm dapat
menghilangkan dormansi benih tersebut, terutama yang disebabkan oleh faktor
after ripening (Sutopo, 2002). Pemberian zat pengatur tumbuh yang berupa GA3,
IAA dan Kinetin mampu meningkatkan perkecambahan pada bawang (Yarnia et
al., 2012).
Auksin dan beberapa zat pengatur tumbuh lainnya merupakan bagian
umum dari komponen tanaman dan bisa juga terdapat pada benih. Jadi sangat
memungkinkan auksin dapat mempengaruhi pertumbuhan dengan baik. Jenis
auksin yang terbaik adalah indoleacetic acid IAA, telah terbukti dapat menaikkan
perkecambahan benih lettuce dalam temperatur yang terkontrol (Copeland dan
McDonald, 1995).
Media Pengecambahan Benih
Pengujian daya berkecambah bertujuan untuk menentukan potensi
perkecambahan maksimum dari suatu lot benih, yang dapat digunakan untuk
membandingkan mutu benih dari lot yang berbeda, dan untuk menduga daya
tumbuh lapang. Pengujian pada kondisi lapangan biasanya tidak memberikan hasil
yang memuaskan karena tidak dapat diulang dengan hasil yang akurat. Oleh
karena itu, metode pengujian di laboratorium telah dikembangkan dimana kondisi
6
lingkungan
dikendalikan
sedemikian
rupa
untuk
mendapatkan
tingkat
perkecambahan yang optimal pada lot benih jenis tanaman tertentu.
Pengujian viabilitas benih dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
macam media perkecambahan. Media perkecambahan yang biasa digunakan dan
yang disarankan oleh Association of Official Seed Analyst (AOSA) diantaranya
blotter (B), pasir atau tanah (sand or soil = S), kertas towel ( paper towel = T) dan
kimpac (C). Media tersebut harus memiliki sifat diantaranya
tidak meracuni
benih, bebas dari mikroorganisme dan sporanya, mendukung aerasi dan
kelembaban yang memadai untuk perkecambahan (Copeland dan McDonald,
1995). Kelebihan substrat kertas daripada pasir adalah kepraktisannya dalam
mendapatkan kondisi yang terkontrol dan memerlukan ruang yang lebih sedikit
untuk penempatan materi yang diuji (Sadjad, 1993). Sadjad (1972) menyatakan
bahwa substrat kertas dapat digunakan untuk berbagai metode pengujian viabilitas
benih. Metode pengujian tersebut mencakup Uji Diatas Kertas (Top Paper Test)
disingkat UDK yaitu menguji benih dengan sistem menanam benih di atas lembar
substrat, Uji Antar Kertas (Between Paper Test) disingkat UAK yaitu menguji
benih dengan sistem menanam benih di antara kertas dan Uji Kertas Digulung
(Rolled Paper Test) disingkat UKD yaitu menguji benih dengan sistem menanam
benih di antara lembar substrat dan kemudian digulung. Metode UKD
menggunakan 2-3 lembar kertas dan selembar plastik pada dasarnya (agar tidak
ditembus akar) dalam Alat Pengecambah Benih (APB) posisinya didirikan.
Metode uji ini disebut Uji Kertas Digulung dengan Plastik dan Didirikan disingkat
UKDdp.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Juni 2012.
Penelitian dilaksanakan di rumah plastik Kebun Percobaan Sawah Baru dan
laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi benih dari beberapa
aksesi. yaitu terdiri atas aksesi Gresik, aksesi Jember, dan empat aksesi asal Bogor
yang terdiri atas aksesi Kebon Kalapa, aksesi Leuwikopo, aksesi Sawah Baru,
aksesi Semplak. Keterangan asal aksesi dapat dilihat pada lampiran 1. Bahan lain
yang digunakan yaitu tanah dan pupuk kandang sebagai media perkecambahan dan
media tanam dengan perbandingan 1:1, kertas merang.
Alat yang digunakan antara lain penggaris, jangka sorong, label, polybag,
box pengecambahan, sprayer, oven, alat pengecambah benih, alat pencatat data dan
alat pertanian.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri atas tiga percobaan, yaitu:
Percobaan I. Karakterisasi Meniran
Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi beberapa aksesi meniran.
Percobaan menggunakan enam aksesi benih meniran. Masing-masing perlakuan
terdiri atas tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 10 tanaman. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) dengan satu faktor yaitu aksesi, terdiri atas aksesi Gresik, aksesi Jember,
dan empat aksesi asal Bogor yang terdiri atas aksesi Kebon Kalapa, aksesi
Leuwikopo, aksesi Sawah Baru, aksesi Semplak. Model matematika yang
digunakan :
8
Yij= µ + αi + βj + εij ;
Keterangan :
Yij
= Respon pengamatan aksesi ke-i ulangan ke-j
µ
= Nilai tengah umum
αi
= Pengaruh aksesi ke-I (Aksesi Gresik, Jember, Kebon Kalapa,
Sawah Baru, dan aksesi Semplak)
βj
= Pengaruh ulangan ke-j (j = 1,2,3)
εij
= Pengaruh galat percobaan aksesi ke-i, ulangan ke-j
Data kuantitatif yang diperoleh akan diuji dengan uji F dan apabila
menunjukkan pengaruh nyata, dilakukan analisis uji lanjut dengan metode Ducan
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%.
Data karakter kualitatif yang didapat, disusun sebagai data kualitatif. Data
kualitatif yang telah distandarisasi diolah dengan analisis gerombol untuk
mengetahui tingkat kekerabatan antar aksesi.
Persiapan Benih
Pemanenan tanaman meniran pada beberapa aksesi yang berbeda, terdiri
atasaksesi Gresik, aksesi Jember, dan empat aksesi asal Bogor yang terdiri atas
aksesi Kebon Kalapa, aksesi Leuwikopo, aksesi Sawah Baru, aksesi Semplak.
Tanaman yang telah terkumpul kemudian ditanam kembali, lalu diambil bijinya.
Benih dikumpulkan hingga jumlah benih yang digunakan lengkap dan mencukupi
untuk kebutuhan percobaan. Benih yang berasal dari panen pertama tidak
digunakan sebagai bahan penelitian karena mempunyai viabilitas yang sangat
rendah.
Pembuatan Media
Media yang digunakan berupa tanah dan pupuk kandang. Campuran tanah
dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 tersebut di masukkan ke dalam tray
semai. Benih yang telah siap kemudian dikecambahkan pada media. Satu bulan
setelah benih di semai, kemudian bibit dipindahkan pada media tanam baru yang
terdiri atas tanah dan pupuk kandang perbandingan 1:1. Penanaman dilakukan di
rumah plastik pada suhu lingkungan 27-28 °C dengan RH 50- 60%. Lay out
penanaman disajikan pada lampiran 2.
9
Pengamatan
Pengamatan karakterisasi pertumbuhan dilakukan mulai 4 minggu setelah
pindah tanam (MSP) hingga panen. Parameter diamati adalah karakter kuantitatif;
yaitu tinggi tanaman, diukur dari atas permukaan tanah sampai batas pucuk,
jumlah cabang dan daun, diameter batang, bobot biomassa, bobot 100 butir;
karakter kualitatif; yaitu warna batang, warna cabang, warna daun muda dan tua,
warna bunga, warna buah dan biji, bentuk daun, bunga, buah, biji.
Percobaan II. Pengaruh Pra perkecambahan
terhadap Viabilitas Benih
Meniran
Percobaan kedua untuk melihat pengaruh pra perkecambahan terhadap
viabilitas meniran. Data yang didapat diuji dengan uji t, dimana DB dan KCT pada
perlakuan perendaman aquades, perendaman dengan larutan IAA 250 ppm,
perendaman dengan larutan GA3 250 ppm, masing-masing dibandingkan dengan
DB dan KCT benih pada media di persemaian tanpa perlakuan. Perendaman benih
dilakukan selama 24 jam. Data viabilitas antar aksesi yang didapat diuji dengan
uji t, dimana DB dan KCT pada aksesi Gresik, Jember, Kebon Kalapa, Leuwikopo,
dan aksesi Semplak, masing-masing dibandingkan dengan DB dan KCT benih
pada aksesi Sawah Baru.
Persiapan Benih
Tanaman yang telah terkumpul dari berbagai aksesi yang telah di tanam
ulang di Bogor (Sawah Baru), lalu diambil bijinya. Benih dikumpulkan hingga
jumlah benih yang digunakan lengkap dan mencukupi.
Pra perkecambahan
Benih meniran pada beberapa aksesi yang telah disiapkan kemudian
dipisahkan berdasarkan perlakuan, yaitu tanpa perlakuan, perendaman aquades,
perendaman larutan IAA 250 ppm, perendaman larutan GA3 250 ppm.
Perendaman benih dilakukan selama 24 jam. Di suhu ruang (27-28 °C).
Pengecambahan Benih
Setelah benih diberi perlakuan praperkecambahan, kemudian benih
dikecambahkan pada media tanam yang telah disiapkan, yaitu tanah dan pupuk
kandang (1:1). Penanaman dilakukan di rumah plastik dengan suhu 27-28 °C
10
dengan RH 50- 60%. Pengamatan DB dan KCT dihitung berdasarkan jumlah benih
yang berkecambah normal hingga hari ke-30 (hari terakhir munculnya kecambah
normal.
Pengamatan
Pengamatan viabilitas benih dilakukan setiap hari hingga benih
berkecambah atau jika tidak ada lagi pertumbuhan jumlah kecambah normal
selama satu bulan. Parameter yang diamati adalah:
1. Daya Berkecambah (DB)
Pengamatan daya berkecambah dihitung
berdasarkan pengamatan
kecambah normal yang diamati. Daya Berkecambah dihitung dengan rumus:
DB =
keterangan:
� ℎ�
�� �+� ℎ�
�� ��
� �ℎ � � � � �
X 100%
KN I = Kecambah Normal Pengamatan I
KN II = Kecambah Normal Pengamatan II
2. Kecepatan Tumbuh (KCT)
Kecepatan tumbuh, dihitung berdasarkan total pertambahan persentase
kecambah normal selama kurun waktu perkecambahan. Dapat dihitung dengan
rumus:
KCT =
0
keterangan:
t
= waktu pengamatan (etmal)
N
= pertambahan kecambah normal setiap waktu pengamatan (%)
tn
= waktu akhir pengamatan (etmal)
3. Kadar Air (KA)
Kadar air benih dinyatakan dalam persen terhadap berat semula dengan
ketelitian satu desimal, rumus yang digunakan adalah
( 2− 3)
( 2− 1)
X 100%
keterangan:
M1 = berat wadah + tutup (g)
11
M2 = berat wadah + isi sebelum dikeringkan (g)
M3 = berat wadah + isi setelah dikeringkan (g)
Percobaan III. Pengujian Metode Uji Viabilitas Benih Meniran
Percobaan ketiga untuk melakukan pengujian metode uji viabilitas benih
meniran. Percobaan terdiri satu faktor, yaitu metode pengujian viabilitas, dimana
DB dan KCT pada metode uji ½ UKDdp (Uji Kertas Digulung Didirikan dalam
plastik), metode uji ½ UKDdp dengan pra perkecambahan GA3 250 ppm selama
24 jam, metode uji UDK (Uji Di atas Kertas), metode uji UDK dengan pra
perkecambahan GA3 250 ppm selama 24 jam, masing-masing dibandingkan
dengan uji t terhadap DB dan KCT benih pada media di persemaian tanpa
perlakuan. Metode tersebut digunakan pada enam aksesi benih meniran, masingmasing aksesi dibutuhkan 225 benih untuk pengujian media dalam satu ulangan.
Masing-masing perlakuan terdiri atas dua ulangan.
Pengecambahan Benih
Benih yang telah terkumpul dari keenam aksesi ditanam/ dikecambahkan
berdasarkan metode sesuai perlakuan. Benih yang mendapat perlakuan pra
perkecambahan dengan GA3 terlebih dahulu direndam dalam GA3 250 ppm
selama 24 jam pada suhu 28 °C. Waktu pra perkecambahan tidak dihitung sebagai
waktu pengamatan dalam evaluasi kecambah. Metode pengecambahan dengan
kertas, yang terdiri atas metode ½ UKDdp dan metode UDK dilakukan dalam alat
pengecambah tipe IPB 73 A/B, suhu ruang pengecambahan 28 °C. Sementara itu,
perkecambahan benih di persemaian pada media tanah dan pupuk kandang (1:1)
sebagai kontrol dilakukan di rumah plastik di kebun percobaan Sawah Baru
dengan suhu 27-28 °C.
Prosedur pengujian
pengecambahan benih dengan metode ½ UKDdp
dimulai dengan menyiapkan kertas merang berukuran 20 cm X 30 cm yang telah
dilembabkan dengan cara merendam dalam air. Setelah lembab kemudian
meniriskan airnya menggunakan alat pengepres kertas merang IPB 75-1,
menanam 25 benih meniran di atas 3 media kertas merang yang telah dilapisi
plastik pada bagian bawah kertas merang, setelah benih ditanam, setengah bagian
12
dari media kertas merang digunakan untuk menutup benih, kemudian menggulung
dan memberikan label pada setiap perlakuan. Prosedur pengujian pegecambahan
benih dengan metode UDK dimulai dengan menyiapkan cawan petri yang
berdiameter 10 cm, melapisi cawan petri dengan 3 lembar kertas merang
berbentuk bulat (digunting menyesuaikan bentuk petri), kemudian kertas merang
ditetesi air hingga merata, cawan dimiringkan sehingga air yang berlebih
terkumpul dibagian bawah, air yang berlebih kemudian dibuang. Jumlah benih
yang ditanam dalam satu cawan petri sebanyak 25 butir.
Pengamatan
Pengamatan viabilitas benih dilakukan setiap hari. Parameter yang diamati
adalah daya berkecambah (DB), kecepatan tumbuh tanaman (KCT), dan kadar air
(KA).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakterisasi Meniran
Karakter Kuantitatif
Hasil sidik ragam terhadap karakter-karakter yang diamati menunjukkan
aksesi memberikan pengaruh yang nyata dan sangat nyata pada karakter tinggi
tanaman, berpengaruh nyata dan sangat nyata hingga 3 MSP (minggu setelah
pindah tanam) terhadap jumlah daun, berpengaruh nyata dan sangat nyata pada
karakter diameter batang mulai 2 MSP, serta berpengaruh nyata dan sangat nyata
pada karakter jumlah buah pada umur 2 hingga 4 MSP (Tabel 1). Aksesi meniran
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot 100 butir biji.
Tabel 1. Rekapitulasi hasil sidik ragam aksesi terhadap karakter
pertumbuhan
Karakter pertumbuhan
Minggu
Tinggi KK Jumlah KK Jumlah KK Diameter
pengamatan
tanaman (%)
daun (%) cabang (%) batang
(MSP)
1
**
12.17
** 22.56 tn
22.22
tn
2
*
19.27
*
16.23 tn
21.76
*
3
**
10.35
** 16.81 tn
25.97
*
4
**
11.06T
tn
14.20 tn
24.24
*
5
**
11.69
tn
26.70 tn
26.86
*
6
**
14.59
tn
24.16 tn
25.52
*
7
**
18.20
tn
22.52 tn
19.40
*
8
*
27.05T
tn
15.54 tn
24.63 **
9
*
25.85T
tn
29.33 tn
23.15 **
KK
(%)
25.06
17.89
17.52
10.68
12.10
11.06
14.66
10.55
10.21
Jumlah KK
buah (%)
**
**
*
tn
tn
tn
tn
tn
18.48
16.55
16.54T
18.74T
25.09T
27.43T
29.50T
29.64T
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
* = berpengaruh nyata pada taraf 5%
tn = tidak berpengaruh nyata
KK= koefisien keragaman
T
= hasil transformasi
Pengamatan bobot kering brangkasan dilakukan pada 3 umur panen yaitu
4, 6, dan 9 MSP. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa aksesi memberikan
pengaruh nyata terhadap bobot kering brangkasan saat panen apabila dilakukan
pada 4 MSP. Aksesi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering brangkasan
jika panen dilakukan pada 6 atau 9 MSP (Tabel 2).
14
Tabel 2. Rekapitulasi hasi sidik ragam aksesi terhadap bobot kering
brangkasan
Karakter pengamatan
Aksesi
KK
Panen I
(4 MSP)
**
15.88% T
Bobot kering brangkasan
Panen II
(6 MSP)
tn
25.63% T
Panen III
(9 MSP)
tn
24.36% T
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
* = berpengaruh nyata pada taraf 5%
tn = tidak berpengaruh nyata
KK= koefisien keragaman
T
= hasil transformasi
Berdasarkan pertumbuhan tinggi tanaman enam aksesi meniran, setiap
aksesi mengalami peningkatan tinggi tanaman selama periode pertumbuhan
vegetatif sampai akhir generatif yaitu dari 1 hingga 9 MSP (Tabel 3), hal ini
menunjukkan bahwa tanaman meniran merupakan tanaman indeterminate, dimana
tanaman masih mengalami pertambahan tinggi tanaman di masa reproduktif
karena tipe ini merupakan tipe pertumbuhan tanaman yang batang utamanya tidak
diakhiri dengan bunga, namun oleh tunas vegetatif sedangkan bunga muncul di
bawah anak daun majemuk. Pengaruh aksesi terhadap tinggi tanaman dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh aksesi terhadap tinggi tanaman
Aksesi
Gresik
Jember
Kebon Kalapa
Leuwikopo
Sawah Baru
Semplak
1
3.78c
8.22a
6.18b
8.44a
9.74a
3.48c
2
5.97 d
10.03bc
10.95ab
7.23 dc
13.94a
6.32 d
3
8.28 c
12.15b
18.24a
20.47a
18.24a
10.73c
Umur tanaman (MSP)
4
5
6
7
8
10.13c 10.59c 10.78c 11.22b 11.25c
13.64bc 14.34bc 15.37bc 15.49b 15.67c
24.96a 29.24a 34.62a 38.41a 38.65a
27.27a 31.48a 33.72a 36.22a 29.98ab
23.34a 26.99a 31.98a 37.99a 39.03a
14.13b 15.74b 17.47b 18.63b 20.28bc
9
11.40c
16.42c
44.03a
31.08ab
39.50a
20.75bc
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji DMRT.
Karakter kuantitatif yang dipengaruhi secara nyata dan sangat nyata oleh
aksesi adalah tinggi tanaman. Pada umur 9 MSP aksesi asal Kebon Kalapa (44.03
cm), Sawah Baru (39.50 cm) dan Leuwikopo (31.08 cm) mempunyai karakter
tinggi tanaman yang tidak berbeda (Gambar 1). Keragaan tinggi tanaman
disajikan pada Gambar 1 dan 2.
15
Keterangan : Keragaan tinggi aksesi Kebon Kalapa (a), aksesi Leuwikopo (b), dan aksesi Sawah
Baru (c).
Gambar 1. Keragaan tinggi tanaman meniran pada umur 4 MSP.
Keterangan : Keragaan tinggi aksesi Gresik (a), aksesi Jember (b), dan aksesi Semplak (c).
Gambar 2. Keragaan tinggi tanaman meniran pada umur 4 MSP.
Ketiga aksesi tersebut nyata lebih tinggi dibandingkan aksesi Gresik
(11.40 cm) yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Jember (16.42 cm), sementara
itu, aksesi Semplak (20.75) mempunyai tinggi diantara aksesi Leuwikopo, Gresik,
Jember (Gambar 2).
Jumlah daun hanya menunjukkan perbedaan antar aksesi sampai umur 3
MSP. Secara umum aksesi Leuwikopo dan Sawah Baru mempunyai jumlah daun
lebih banyak dibanding aksesi yang lain (Tabel 4). Pada umur 3 MSP tanaman
meniran aksesi Leuwikopo menunjukkan jumlah daun sebanyak 19 daun.
Berdasarkan data statistik tidak berbeda nyata dengan aksesi Sawah baru (17
16
daun), dan tidak berbeda nyata dengan Kebon Kalapa (14 daun), hal ini dapat
diartikan bahwa ketiga aksesi asal Leuwikopo, Sawah Baru dan Kebon Kalapa
mempunyai karakter jumlah daun yang sama. Pengaruh aksesi terhadap jumlah
daun tanaman disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh aksesi terhadap jumlah daun tanaman
Aksesi
Gresik
Jember
Kebon Kalapa
Leuwikopo
Sawah Baru
Semplak
1
4.40 c
4.27 c
7.67 b
12.93a
12.93a
5.13 c
2
7.53 c
8.60 bc
11.60b
15.80a
16.27a
7.93 c
Umur tanaman (MSP)
3
4
5
6
10.73c
15.25 17.92 21.00
14.13bc 14.83 17.92 17.78
14.67abc 17.25 22.92 23.22
19.00a
21.25 28.67 27.56
17.60ab 19.33 29.33 27.22
11.40c
13.50 16.00 17.33
7
21.33
17.78
28.33
28.39
28.56
20.11
8
18.83
19.17
32.50
13.83
30.00
22.83
9
9.83
8.17
28.00
16.75
30.50
16.33
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji DMRT.
Pada umur
3 MSP jumlah daun pada aksesi Gresik (10 daun) dan
berdasarkan uji statistik tidak berbeda nyata dengan aksesi Jember (14 daun) dan
tidak berbeda nyata aksesi asal Semplak (14 daun). Berdasarkan hasil uji analisa
statistik, nilai tersebut menunjukkan bahwa ketiga aksesi asal Gresik, Jember dan
Semplak mempunyai karakter jumlah daun yang sama nilainya.
Pengamatan terhadap diameter batang tanaman meniran menunjukkan
bahwa pada umur 9 MSP diameter batang tanaman meniran pada aksesi Kebon
Kalapa yaitu 0.12 cm, yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Sawah baru (0.11
cm), dan tidak berbeda nyata dengan aksesi asal Semplak (0.10 cm). Diameter
aksesi asal Leuwikopo (0.10 cm) dan aksesi Jember (0.09 cm) tidak berbeda
nyata. Pertumbuhan diameter batang disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh aksesi terhadap diameter batang tanaman
Aksesi
Gresik
Jember
Kebon Kalapa
Leuwikopo
Sawah Baru
Semplak
1
0.04
0.04
0.03
0.05
0.05
0.04
2
0.04bc
0.04bc
0.03c
0.06a
0.06ab
0.05ab
3
0.05bc
0.06ab
0.06ab
0.07a
0.07ab
0.04c
Umur tanaman (MSP)
4
5
6
7
8
0.07c
0.07c 0.07c 0.07c 0.08c
0.08bc 0.08bc 0.08bc 0.08bc 0.09bc
0.09ab 0.09ab 0.10ab 0.11a 0.12a
0.09a
0.11a 0.10a 0.10ab 0.10ab
0.08abc 0.09ab 0.09ab 0.11ab 0.11ab
0.08ab 0.09bc 0.09abc 0.09abc 0.10ab
9
0.08c
0.09bc
0.12a
0.10b
0.11ab
0.10ab
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji DMRT.
Meskipun tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang menunjukkan
perbedaan antar aksesi, tetapi tidak ada perbedaan yang nyata antar aksesi pada
17
karakter jumlah cabang. Berdasarkan uji statistik, sampai akhir pengamatan yaitu
pada saat tanaman berumur 9 MSP, jumlah cabang tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata data statistik menunjukkan bahwa jumlah cabang aksesi tidak berbeda
nyata dengan semua aksesi,
hal ini dapat diartikan bahwa semua
aksesi
mempunyai karakter jumlah cabang tanaman yang sama (Tabel 6).
Tabel 6. Pengaruh aksesi terhadap jumlah cabang tanaman
Aksesi
Gresik
Jember
Kebon Kalapa
Leuwikopo
Sawah Baru
Semplak
1
1
0
0
0
0
1
2
1
1
0
1
1
2
3
2
2
0
1
1
2
Umur tanaman (MSP)
4
5
6
3
4
5
4
4
6
1
2
4
2
2
4
3
5
7
3
3
4
7
7
6
6
5
8
4
8
7
7
7
6
8
5
9
7
6
6
6
8
5
.
Berdasarkan tabel pertambahan cabang tanaman enam aksesi meniran,
terlihat bahwa setiap aksesi mengalami peningkatan jumlah cabang tanaman
selama periode pertumbuhan vegetatif sampai akhir generatif yaitu dari 1 hingga 8
MSP, kemudian jumlah cabang menurun untuk semua aksesi pada 9 MSP.
Penurunan jumlah cabang beriringan dengan masa hidup tanaman meniran itu
sendiri, tanaman meniran berumur 13 minggu, semakin tua tanaman meniran tentu
pertumbuhannya akan semakin menurun, termasuk penurunan jumlah cabang.
Penurunan jumlah cabang disebabkan semakin banyak cabang yang rontok.
Pengamatan kuantitatif terhadap fase generatif adalah jumlah buah.
Tanaman mulai berbuah pada 2 MSP. Buah meniran biasanya dari bunga mekar
sampai panen/rontok perlu waktu tujuh hari. Tabel 7 menunjukkan buah yang ada
pada tanaman pada setiap periode pengamatan (tidak termasuk buah yang rontok
atau telah dipanen karena dianggap telah melalui masak fisiologis dengan ciri
warna buah lebih kusam dan ukuran benih lebih besar dari benih dengan warna
lebih muda, kulit buah terasa lebih kering bila dibanding dengan kulit buah yang
belum masak, bobot kering meningkat, kadar air menurun, bila buah diambil saat
masak fisiologis dan disimpan dalam kertas, maka buah akan pecah secara alami).
Pemanenan buah dilakukan pada umur 3, 5, dan 8 MSP. Jumlah buah tanaman
meniran disajikan dalam Tabel 7.
18
Tabel 7. Pengaruh aksesi terhadap jumlah buah pertanaman
Aksesi
Gresik
Jember
Kebon Kalapa
Leuwikopo
Sawah Baru
Semplak
2
6.40 c
8.60 c
36.00b
47.93a
50.67a
7.33 c
Umur tanaman minggu setelah pindah tanam (MSP)
3*
4
5*
6
7*
8
12.53c 25.83b 24.67 30.11 25.78 17.33
14.33c 23.33b 28.17 26.56 18.11 10.83
47.67a 52.58a 48.67 49.22 47.56 31.00
43.73ab 50.33a 50.33 49.11 43.67 12.83
35.47b 47.33a 47.67 51.78 50.11 38.00
12.00c 20.50b 26.08 33.11 22.56
7.50
9
8.83
13.50
36.67
6.17
33.17
24.67
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji DMRT. Panen buah dilakukan
pada 3, 5 dan 7 MSP. Perhitungan jumlah buah dilakukan sebelum buah dipanen
pada minggu tersebut.
Jumlah buah dipengaruhi oleh perbedaan aksesi hanya pada umur 2 hingga
4 MSP. Umur 4 MSP tanaman meniran aksesi Kebon Kalapa menunjukkan
jumlah buah sebanyak 52 buah. Berdasarkan uji satistik, tidak berbeda nyata
dengan aksesi Leuwikopo dan Sawah Baru, dimana aksesi Leuwikopo (50 buah)
dan Sawah Baru (47 buah), sementara itu pada umur 4 MSP aksesi Semplak (20
buah) yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Gresik (25 buah) dan tidak berbeda
nyata dengan asal Jember (23 buah) (Tabel 7). Pada akhir pengamatan yaitu pada
saat tanaman berumur 9 MSP, jumlah buah tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata.
Tanaman men
(Phyllanthus niruri L.), STUDI PERKECAMBAHAN DAN
PEMATAHAN DORMANSI
NURUL BUNGA FITRIA MUHAMMAD
A24080184
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Karakterisasi Berbagai Aksesi Meniran (Phyllanthus Niruri L.), Studi
Perkecambahan dan Pematahan Dormansi
Characterization of Various Accession Meniran (Phyllanthus niruri L.),
Germination Studies and breaking dormancy
Nurul Bunga F.M1, Maryati Sari2, Ani Kurniawati2
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB
2
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB
1
ABSTRACT
This research aims to characterize some accession meniran, get
information about seed viability of meniran and methods germination test of
meniran. This research was conducted from February 2012 to June 2012. The
accession of Phyllanthus niruri L. that used in this research are come from
Gresik, Jember, Kebon Kalapa, Leuwikopo and accession come from Semplak.
The research consists of three experiments. The first experiment to characterize
meniran. Experimental design used is a Randomized Blok Design (RKLT) by a
factor that is accession. A second experiment to see the effect of pre-germination
on the viability meniran. The data obtained were tested by t test. The third
experiment get information about methods of germination test meniran. The data
obtained were tested by t test.
The results of the research showed that characters of Phyllanthus niruri L
is devided in to three main grouped, where the degree of similarity 45.21%
Jember accession separately from the other accessions. Differences accession
Jember prominent than the other accessions in character fruit color (red), branch
color (red-purple), while the other accessions green. At the rate of 77.63%
similarity, there are Gresik and Semplak in one group and Kebon Kalapa,
Leuwikopo, Sawah Baru in other group that has highest production of biomass.
Seed soaking treatment with water and 250 ppm IAA gives the same effect
as no treatment on the viability various accession meniran. Value germination pre
soaking seed treatment with GA3 influence was significantly higher when
compared with the value of germination without treatment, seed treatment with
250 ppm GA3 increase seed viability meniran, increased viability seen from the
increase to grow the seed, grow the seed in which the value of 49.7% (without
treatment) increased to 79.0% (GA3 soaking treatment).
Meniran seed germination in the nursery with soil mixed media manure
with a ratio of 1:1 has has the higher average value of the maximum growth when
compared with germination in laboratory test methods. In this research, the test
method in the form of laboratory test methods and UDK ½ UKDdp with or
without pre-germination of GA3 250 ppm, not to be able to represent the
corresponding germination potential of the seeds germinated in the nursery.
Keywords: Phyllanthus niruri L., accession, pre germination, methods of seed
germination
RINGKASAN
NURUL BUNGA FITRIA MUHAMMAD. Karakterisasi Berbagai Aksesi
Meniran (Phyllanthus niruri L.), Studi Perkecambahan dan Pematahan Dormansi.
Di bawah bimbingan MARYATI SARI DAN ANI KURNIAWATI.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi beberapa aksesi meniran,
mendapatkan informasi dan mempelajari sifat perkecambahan dan metode uji
viabilitas pada benih meniran. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
2012 sampai Juni 2012. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru
dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Bogor. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi benih dari aksesi Gresik, aksesi Jember, dan empat
aksesi asal Bogor yang terdiri atas aksesi Kebon Kalapa, aksesi Leuwikopo,
aksesi Sawah Baru, aksesi Semplak.
Kegiatan penelitian ini terdiri atas tiga percobaan. Percobaan pertama
bertujuan untuk mengkarakterisasi meniran. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu
faktor yaitu aksesi. Data kuantitatif yang didapat diuji dengan uji F dan apabila
menunjukkan pengaruh nyata, dilakukan analisis uji lanjut dengan metode DMRT
pada taraf nyata 5%. Data kualitatif yang telah distandarisasi diolah dengan
analisis gerombol untuk mengetahui tingkat kekerabatan antar aksesi. Pelaksanaan
penelitian dimulai dari persiapan benih, kemudian disemaikan pada media semai
yaitu campuran tanah dan pupuk kandang perbandingan 1:1. Pengamatan
karakterisasi pertumbuhan dilakukan mulai 4 minggu setelah semai hingga panen.
Parameter diamati adalah karakter kuantitatif; yaitu tinggi tanaman, diukur dari
atas permukaan tanah sampai batas pucuk, jumlah cabang dan daun, diameter
batang, bobot biomassa, bobot 100 butir; karakter kualitatif; yaitu warna batang,
warna cabang, warna daun muda dan tua, warna bunga, warna buah dan biji,
bentuk daun, bunga, buah, biji.
Percobaan
kedua
bertujuan
untuk
mempelajari
pengaruh
pra
perkecambahan terhadap viabilitas meniran. Data yang didapat diuji dengan uji t,
dimana DB dan KCT pada perlakuan perendaman aquades, perendaman dengan
iii
IAA 250 ppm, perendaman dengan GA3 250 ppm, masing-masing dibandingkan
dengan DB dan KCT benih pada media di persemaian tanpa perlakuan.
Perendaman benih dilakukan selama 24 jam. Data viabilitas antar aksesi yang
didapat diuji dengan uji t, dimana DB dan KCT pada aksesi Gresik, Jember, Kebon
Kalapa, Leuwikopo, dan aksesi Semplak, masing-masing dibandingkan dengan
DB dan KCT benih pada aksesi Sawah Baru. Aksesi Sawah Baru digunakan
sebagai kontrol karena penanaman pada percobaan ini dilakukan di Sawah Baru.
Pelaksanaan penelitian dimulai dari persiapan benih, benih dikecambahkan pada
media semai tanah yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan
1:1. Pengamatan viabilitas benih dilakukan setiap hari hingga seluruh benih
berkecambah atau jika tidak ada lagi pertumbuhan jumlah kecambah normal
selama satu bulan. Hasil pengamatan digunakan untuk menentukan nilai daya
berkecambah (DB) dan kecepatan tumbuh benih (KCT). Metode tersebut
digunakan pada enam aksesi benih meniran, masing-masing aksesi dibutuhkan
200 benih pada setiap ulangan. Masing-masing perlakuan terdiri atas dua ulangan.
Percobaan ketiga bertujuan
untuk melakukan pengujian metode uji
viabilitas benih meniran. Data yang didapat diuji dengan uji t, dimana DB dan
KCT pada metode uji ½ UKDdp (Uji Kertas Digulung Didirikan dalam plastik),
metode uji ½ UKDdp dengan pra perkecambahan GA3 250 ppm selama 24 jam,
metode uji UDK (Uji Di atas Kertas), metode uji UDK dengan pra
perkecambahan GA3 250 ppm selama 24 jam, masing-masing dibandingkan
dengan DB dan KCT benih pada media di persemaian tanpa perlakuan. Metode
tersebut digunakan pada
enam aksesi benih meniran, masing-masing aksesi
dibutuhkan 225 benih untuk pengujian media dalam satu ulangan. Masing-masing
perlakuan terdiri atas dua ulangan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik meniran terbagi
menjadi tiga gerombol utama, dimana pada tingkat kemiripan 45.21% aksesi
Jember terpisah dari aksesi yang lain. Perbedaan menonjol aksesi Jember
dibandingkan aksesi lain terletak pada karakter warna buah (merah), warna
cabang (merah keunguan), sementara pada aksesi lain berwarna hijau. Pada
tingkat kemiripan 77.63% aksesi selain aksesi Jember terpisah menjadi dua
gerombol, yaitu Gresik dan Semplak pada satu gerombol serta Kebon Kalapa,
iv
Leuwikopo, Sawah Baru pada gerombol yang lain. Gerombol yang terbentuk,
mengelompokkan aksesi yang memiliki produksi brangkasan yang lebih tinggi
dibanding dengan yang lain, meliputi aksesi Kebon Kalapa (1.23g), Leuwikopo
(2.35g) dan Sawah Baru (1.94g).
Perlakuan perendaman benih dengan aquades dan IAA 250 ppm
memberikan pengaruh yang sama seperti tanpa perlakuan terhadap viabilitas
berbagai aksesi meniran. Nilai daya berkecambah perlakuan pra perkecambahan
perendaman benih dengan GA3 memberikan pengaruh yang sangat nyata lebih
tinggi bila dibandingkan dengan nilai daya berkecambah tanpa perlakuan.
Perlakuan benih dengan perendaman GA3 250 ppm selama 24 jam sebelum benih
dikecambahkan mampu meningkatkan viabilitas benih meniran, peningkatan
viabilitas terlihat dari peningkatan daya tumbuh benih, dimana nilai daya tumbuh
benih 49.7% (tanpa perlakuan) meningkat menjadi 79.0% (perlakuan perendaman
GA3). Aksesi yang menunjukkan nilai vigor yang tinggi pada berbagai perlakuan
perendaman benih ditunjukkan oleh tingginya nilai KCT yaitu pada aksesi Jember
(8.37%/etmal) dan aksesi Gresik (7.46%/etmal).
Perkecambahan benih meniran di persemaian dengan media tanah yang
dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 mempunyai nilai daya tumbuh
yang nyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan perkecambahan pada metode uji
di laboratorium. Pada penelitian ini metode uji di laboratorium yang berupa
metode uji ½ UKDdp dan UDK dengan ataupun tanpa pra perkecambahan GA3
250 ppm, belum mampu merepresentasikan nilai daya berkecambah sesuai potensi
yang dimiliki oleh benih yang dikecambahkan di persemaian.
KARAKTERISASI BERBAGAI AKSESI MENIRAN
(Phyllanthus niruri L.), STUDI PERKECAMBAHAN DAN
PEMATAHAN DORMANSI
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
NURUL BUNGA FITRIA MUHAMMAD
A24080184
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
NAMA
:KARAKTERISASI BERBAGAI AKSESI MENIRAN
(Phyllanthus niruri L.), STUDI PERKECAMBAHAN
DAN PEMATAHAN DORMANSI
: NURUL BUNGA FITRIA MUHAMMAD
NIM
: A24080184
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Maryati Sari, SP, MSi
NIP. 19700918 200003 2 001
Dr. Ani Kurniawati, SP, MSi
NIP. 19691113 1994403 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen
Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian, IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gresik pada tanggal 6 September 1989, sebagai putri
kedua dari pasangan Bapak Agus Supartono dan Ibu Ayunah. Pada tahun 2008
penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa IPB penulis
aktif dalam kegiatan organisasi. Beberapa organisasi yang pernah diikuti
diantaranya staf kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Surabaya (HIMASURYA),
staf internal Ikatan Mahasiswa Jawa Timur (IMAJATIM), staf HRD Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM FAPERTA) tahun 2009-2010 dan
Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian (DPM
FAPERTA) tahun 2010-2011, pada tahun yang sama penulis juga aktif
berorganisasi
di
Himpunan
Mahasiswa
Agronomi
dan
Hortikultura
(HIMAGRON) sebagai staf Badan Pengawas Himpro.
Penulis ikut berpartisipasi pada berbagai kegiatan di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, antara lain panitia Seminar Bersama 2012 dan Temu
Pakar Biotek 2012, dan juga penulis bekerja menjadi staf kepanitiaan ISO
laboratorium 17025 Departemen Agronomi dan Hortikultura. Penulis juga
mempunyai pengalaman menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar Teknologi
Benih, Pembiakan Tanaman, dan asisten mata kuliah Tanaman Penyegar, Obat
dan Aromatik.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi
yang berjudul Karakterisasi Berbagai Aksesi Meniran (Phyllanthus niruri L.),
Studi Perkecambahan dan Pematahan Dormansi.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam
kegiatan perkuliahan dan proses penyelesaian tugas akhir. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada :
1.
Bapak dan Ibu atas kesabaran, doa, dukungan moril dan finansialnya serta
kakak dan adikku yang selalu memberikan doa dan dukungan
semangatnya.
2.
Maryati Sari, SP, MSi dan Dr. Ani Kurniawati, SP, MSi selaku
pembimbing skripsi dan yang selalu memberikan masukan, arahan dan
bimbingan sejak usulan penelitian hingga penulisan skripsi.
3.
Dr. Ir. Abdul Qadir MSi. selaku pembimbing akademik atas masukan dan
saran-sarannya selama bimbingan.
4.
Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS selaku penguji sidang skripsi yang telah
memberikan masukan, dan arahan dalam penulisan skripsi.
5.
Kerabat Himasurya, Pondok Surya, W7L6, dan kerabat Wadesta atas
kebersamaan doa dan dukungan dalam menyelesaikan penulisan ini.
6.
Teman-teman Indigenous 45 atas kebersamaan dan doanya selama ini.
7.
Keluarga besar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas
Pertanian IPB atas doa dan dukungan dalam menyelesaikan penulisan ini.
8.
Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi
ini yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dikemudian hari bagi
pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xii
PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar Belakang .............................................................................................
Tujuan Penelitian ..........................................................................................
Hipotesis .......................................................................................................
1
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
Meniran (Phyllanthus niruri L. ) ..................................................................
Pra perkecambahan Benih ............................................................................
Media Pengecambahan Benih ......................................................................
3
3
4
5
BAHAN DAN METODE ................................................................................
Waktu dan Tempat .......................................................................................
Bahan dan Alat .............................................................................................
Metode Penelitian .........................................................................................
Percobaan I. Karakterisasi Meniran ..........................................................
Percobaan II. Pengaruh Pra perkecambahan terhadap Viabilitas
Benih Meniran ....................................................................
Percobaan III. Pengujian Metode Uji Viabilitas Benih Meniran .............
7
7
7
7
7
9
11
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
Karakterisasi Meniran ..................................................................................
Karakter Kuantitatif ..................................................................................
Karakter Kualitatif ....................................................................................
Pengaruh Pra perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Meniran ..............
Pengujian Metode Uji Viabilitas Benih Meniran ........................................
13
13
13
19
26
29
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
Kesimpulan ...................................................................................................
Saran .............................................................................................................
34
34
35
LAMPIRAN .....................................................................................................
39
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Rekapitulasi hasil sidik ragam aksesi terhadap karakter pertumbuhan ......
13
2. Rekapitulasi hasi sidik ragam aksesi terhadap bobot kering
brangkasan..................................................................................................
14
3. Pengaruh aksesi terhadap tinggi tanaman ..................................................
14
4. Pengaruh aksesi terhadap jumlah daun tanaman .......................................
16
5. Pengaruh aksesi terhadap diameter batang tanaman .................................
16
6. Pengaruh aksesi terhadap jumlah cabang tanaman ....................................
17
7. Pengaruh aksesi terhadap jumlah buah pertanaman...................................
18
8. Pengaruh berbagai aksesi terhadap DB dan KCT pada berbagai
perlakuan pra perkecambahan ...................................................................
26
9. Pengaruh berbagai perlakuan pra perkecambahan terhadap DB dan KCT
pada berbagai aksesi ...................................................................................
27
10. Pengaruh perlakuan pra perkecambahan terhadap DB benih pada media
tanah ...........................................................................................................
27
11. Pengaruh perlakuan pra perkecambahan terhadap KCT benih pada media
tanah ...........................................................................................................
28
12. Rekapitulasi pengaruh metode uji terhadap beberapa tolok ukur
yang diamati ..............................................................................................
30
13. Pengaruh berbagai metode pengecambahan terhadap DB dan KCT ...........
32
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Keragaan tinggi tanaman meniran pada umur 4 MSP .................................
15
2. Keragaan tinggi tanaman meniran pada umur 4 MSP .................................
15
3. Bobot kering brangkasan tanaman meniran .................................................
19
4. Dendrogram kemiripan aksesi......................................................................
21
5. Warna batang enam aksesi meniran .............................................................
23
6. Warna buah enam aksesi meniran ................................................................
24
7. Kecambah meniran dalam berbagai metode ................................................
30
8. Kecambah meniran.......................................................................................
31
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Geografi asal aksesi meniran .......................................................................
40
2. Layout Percobaan I.: Karakterisasi Agronomi Meniran ..............................
41
3. Rekapitulasi karakter kualitatif berbagai aksesi meniran ............................
42
4. Rekapitulasi karakter kuantitatif berbagai aksesi meniran..........................
43
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Pemanfaatan
keanekaragaman hayati telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan,
papan, sandang, dan obat-obatan. Perkembangan industri obat-obatan untuk
membantu memenuhi kebutuhan manusia dalam hal kesehatan sudah cukup
meluas. Salah satu jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan baku
industri obat adalah Phyllanthus niruri L. Phyllanthus niruri L., merupakan salah
satu marga dari famili Euphorbiaceae. Phyllanthus niruri L., yang di Indonesia
dikenal dengan nama meniran (Jawa) atau memeniran (Sunda), banyak digunakan
sebagai obat tradisional, baik penggunaan dalam bentuk segar maupun dalam
bentuk kering (Arifin et al., 2002).
Meniran banyak digunakan sebagai obat tradisional untuk batuk, peluruh
haid dan penambah nafsu makan, serta sebagai herbal terstandar (fitofarmaka).
Meniran juga banyak diperjualbelikan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
(immunostimulator). Meniran terbukti memperbaiki fungsi hati, memperbaiki
fungsi ginjal, dapat dipakai untuk penyakit Hepatitis B. Kandungan uriside efektif
melawan virus penyebab AIDS atau HIV (Kartasubrata, 2010). Manfaat yang
begitu banyak dapat diambil dari tanaman obat ini menjadi salah satu imbas dari
pesatnya perkembangan industri obat. Kebutuhan obat herbal pada tahun 2009
yang hanya 24.24%, pada tahun 2010 meningkat menjadi
sekitar 27.58%
penduduk Indonesia menggunakan obat herbal (Badan Pusat Statistik, 2010).
Kebutuhan simplisia meniran oleh pabrik obat tradisional per tahun
sebanyak 20 ton (Kartasubrata, 2010). Permintaan bahan baku ini akan terus
meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, harga obat-obatan
berbahan baku impor, dan jumlah perusahaan obat tradisional serta adanya
kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (Proyek Pengelolaan dan
Pemulihan Kerusakan Lingkungan dan Fakultas Kehutanan IPB, 2001).
Pesatnya perkembangan industri obat, belum diimbangi dengan
ketersediaan yang berkelanjutan. Sekitar 80% pasokan bahan baku industri obat
tradisional masih mengandalkan hasil pemanenan dari hutan atau habitat alami,
2
sisanya dipasok dari hasil budi daya secara tradisional, yang pada umumnya
sebagai usaha sampingan. Usaha tani tanaman obat, khususnya meniran, secara
komersial sangat potensial untuk dikembangkan dalam rangka menjamin
ketersediaan bahan baku secara berkesinambungan. Upaya pengembangan
tersebut perlu didukung dengan adanya informasi mengenai karakter berbagai
aksesi meniran serta teknik perbanyakannya dengan menggunakan benih bermutu.
Karakterisasi merupakan kegiatan dalam rangka mengidentifikasi sifatsifat penting yang bernilai ekonomis, atau yang merupakan penciri dari tanaman
yang bersangkutan. Sejalan dengan karakterisasi tanaman akan dilakukan pula
studi perkecambahan benih meniran sebagai langkah awal untuk menghasilkan
benih bermutu. Benih berukuran kecil dan belum banyak dibudidayakan biasanya
mempunyai sifat dormansi. Beberapa perlakuan diharapkan dapat mengatasi
masalah tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi beberapa aksesi
meniran, mendapatkan informasi mengenai sifat perkecambahan dan metode uji
viabilitas pada benih meniran.
Hipotesis
1. Terdapat perbedaan dan kesamaan karakter morfologi aksesi meniran.
2. Terdapat pengaruh pra perkecambahan terhadap viabilitas benih meniran.
3. Terdapat media uji perkecambahan di laboratorium yang dapat mencerminkan
daya tumbuh benih meniran di persemaian
TINJAUAN PUSTAKA
Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Meniran (Phyllanthus sp. L) tergolong dalam divisi Spermatophyta,
subdivisi
Angiospermae,
kelas
Dicotyledone,
ordo
Geraniles,
famili
Euphorbiaceae, genus Phyllanthus Phyllanthus niruri L. adalah tumbuhan terna
yang tumbuh di dataran rendah pada ketinggian satu sampai 1 000 m dpl, tumbuh
liar pada tempat terbuka, pada lahan gembur yang mengandung pasir, di ladang,
di tepi sungai, dan di pantai (Heyne, 1987). Phyllanthus niruri L. tumbuh secara
liar di tempat yang berbatu dan lembab seperti di tepi sungai, pantai, semak, lahan
bekas sawah atau tumbuh di sekitar pekarangan rumah, baik di pedesaan maupun
di perkotaan (Padua et al., 1999).
Iklim tropis merupakan syarat tumbuh tanaman meniran. Tanaman
meniran berakar tunggang, batang tegak, tinggi mencapai 40-100 cm, batang bulat
berkayu, permukaan kasar dan bercabang. Daun tersusun majemuk, duduk
melingkar pada batang, anakan daun mengkilap, bentuk bulat telur dengan
panjang 1.5-3 cm, lebar 1– 1.5 cm, ujung daun runcing, pangkal tumpul dan tepi
yang rata. Daun berwarna hijau (Padua et al., 1999). Bakal buah beruang enam,
mahkota berbentuk tabung, ujung membulat berwarna kuning. Buahnya bulat,
mempunyai 5-6 ruang, diameter 5-10 mm. Apabila masih muda buah berwarna
hijau setelah tua menjadi coklat. Biji buah berbentuk ginjal, pipih berwarna coklat
(Padua et al., 1999).
Jenis Phyllanthus yang terdapat di Indonesia adalah Phyllanthus niruri L.
dan Phyllanthus urinaria. Kedua jenis tanaman ini mempunyai nama daerah dan
kegunaan yang sama pula (Heyne, 1987). Phyllanthus niruri L., di Indonesia
dikenal dengan nama meniran (Jawa) atau memeniran (Sunda), banyak digunakan
sebagai obat tradisional, baik penggunaan dalam bentuk segar maupun dalam
bentuk kering (Arifin et al., 2002).
Secara umum, manfaat dari meniran antara lain sebagai obat perangsang,
diuretik, obat pencahar, dan dapat digunakan untuk pengobatan yang berkaitan
dengan penyakit pada dada, batuk, diabetes, panas, diare, hepatitis, nephritis,
4
penyakit yang berkenaan dengan mata, cacar, dan penyakit kelamin (Padua et al.,
1999).
Meniran merupakan salah satu obat imunomodulator, yaitu obat yang
dapat memperbaiki atau meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Senyawa yang
berperan dalam hal ini adalah golongan flavonoid yang merupakan komponen
utama dalam meniran. Flavonoid bekerja pada sel-sel tubuh dengan cara
mengirimkan sinyal intraseluler pada reseptor sel, sehingga sel bekerja secara
optimal. Senyawa yang terkandung dalam meniran, antara lain phyllanthin dan
hypophyllanthin merupakan dua senyawa yang bertanggung jawab dalam efek
antihepatotoksik (Badan POM, 2006).
Ekstrak meniran bekerja sebagai imunomudulator yang dapat digunakan
sebagai terapi adjuvan (penunjang) untuk beberapa penyakit infeksi. Imunodulator
membantu tubuh untuk mengoptimalkan fungsi sitem imun yang merupakan
sistem utama yang berperan dalam pertahanan tubuh dimana kebanyakan orang
mudah mengalami gangguan sistem imun (Suhirman et al., 2007).
Pra perkecambahan Benih
Salah satu permasalahan dalam perbanyakan meniran adalah sulitnya
mengecambahkan benih meniran untuk
itu diperlukan kondisi khusus untuk
mematahkan dormansinya. Stadia dormansi adalah stadia istirahat, dimana stadia
ini harus dipatahkan dengan waktu, atau kondisi spesial, sebelum benih akan
dikecambahkan pada temperatur dan kelembaban yang ideal untuk pertumbuhan.
Organisme hidup dapat memasuki keadaan tetap hidup meskipun tidak tumbuh
selama jangka waktu yang lama, dan baru mulai tumbuh aktif bila kondisinya
sudah sesuai (Sutopo, 2002)
Pematahan dormansi dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung
pada faktor penyebab dormansi. Kasus dormansi pada benih berukuran kecil
biasanya dengan bahan kimia. Perlakuan menggunakan bahan-bahan kimia sering
dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Salah satunya dengan
melakukan praperkecambahan dengan menggunakan zat pengatur tumbuh. Zat
pengatur tumbuh yang direkomendasikan antara lain giberelin (GA3) dan auksin
(IAA) (Copeland dan McDonald, 1995).
5
Jenis giberelin yang paling banyak digunakan adalah gibberelic acid GA3.
Giberelin dapat menggantikan cahaya dan temperatur dalam mengecambahan
benih dan dapat juga menginisiasi perkecambahan benih yang tidak membutuhkan
cahaya dan temperatur untuk tetap berkecambah. Giberelin sangat penting untuk
mengontrol perkecambahan benih di alam. Hal ini didasarkan pada fungsi
giberelin yang dapat membantu permasalahan after ripening dan perkecambahan.
Giberelin juga terdapat dalam benih kacang. Lettuce dan spesies lainnya.
Giberelin menjadi salah satu bagian yang disarankan dalam perkecambahan benih
(Copeland dan McDonald, 1995). Berdasarkan penelitian yang dilakukan telah
ditemukan bahwa giberelin mampu memecahkan dormansi benih pada beberapa
spesies, giberelin juga dapat meningkatkan perkecambahan pada benih baik yang
mengalami dormansi atau tidak mengalami dormansi (Desai et al., 1997).
Pemberian giberelin pada benih terong dengan dosis 250 ppm dapat
menghilangkan dormansi benih tersebut, terutama yang disebabkan oleh faktor
after ripening (Sutopo, 2002). Pemberian zat pengatur tumbuh yang berupa GA3,
IAA dan Kinetin mampu meningkatkan perkecambahan pada bawang (Yarnia et
al., 2012).
Auksin dan beberapa zat pengatur tumbuh lainnya merupakan bagian
umum dari komponen tanaman dan bisa juga terdapat pada benih. Jadi sangat
memungkinkan auksin dapat mempengaruhi pertumbuhan dengan baik. Jenis
auksin yang terbaik adalah indoleacetic acid IAA, telah terbukti dapat menaikkan
perkecambahan benih lettuce dalam temperatur yang terkontrol (Copeland dan
McDonald, 1995).
Media Pengecambahan Benih
Pengujian daya berkecambah bertujuan untuk menentukan potensi
perkecambahan maksimum dari suatu lot benih, yang dapat digunakan untuk
membandingkan mutu benih dari lot yang berbeda, dan untuk menduga daya
tumbuh lapang. Pengujian pada kondisi lapangan biasanya tidak memberikan hasil
yang memuaskan karena tidak dapat diulang dengan hasil yang akurat. Oleh
karena itu, metode pengujian di laboratorium telah dikembangkan dimana kondisi
6
lingkungan
dikendalikan
sedemikian
rupa
untuk
mendapatkan
tingkat
perkecambahan yang optimal pada lot benih jenis tanaman tertentu.
Pengujian viabilitas benih dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
macam media perkecambahan. Media perkecambahan yang biasa digunakan dan
yang disarankan oleh Association of Official Seed Analyst (AOSA) diantaranya
blotter (B), pasir atau tanah (sand or soil = S), kertas towel ( paper towel = T) dan
kimpac (C). Media tersebut harus memiliki sifat diantaranya
tidak meracuni
benih, bebas dari mikroorganisme dan sporanya, mendukung aerasi dan
kelembaban yang memadai untuk perkecambahan (Copeland dan McDonald,
1995). Kelebihan substrat kertas daripada pasir adalah kepraktisannya dalam
mendapatkan kondisi yang terkontrol dan memerlukan ruang yang lebih sedikit
untuk penempatan materi yang diuji (Sadjad, 1993). Sadjad (1972) menyatakan
bahwa substrat kertas dapat digunakan untuk berbagai metode pengujian viabilitas
benih. Metode pengujian tersebut mencakup Uji Diatas Kertas (Top Paper Test)
disingkat UDK yaitu menguji benih dengan sistem menanam benih di atas lembar
substrat, Uji Antar Kertas (Between Paper Test) disingkat UAK yaitu menguji
benih dengan sistem menanam benih di antara kertas dan Uji Kertas Digulung
(Rolled Paper Test) disingkat UKD yaitu menguji benih dengan sistem menanam
benih di antara lembar substrat dan kemudian digulung. Metode UKD
menggunakan 2-3 lembar kertas dan selembar plastik pada dasarnya (agar tidak
ditembus akar) dalam Alat Pengecambah Benih (APB) posisinya didirikan.
Metode uji ini disebut Uji Kertas Digulung dengan Plastik dan Didirikan disingkat
UKDdp.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Juni 2012.
Penelitian dilaksanakan di rumah plastik Kebun Percobaan Sawah Baru dan
laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi benih dari beberapa
aksesi. yaitu terdiri atas aksesi Gresik, aksesi Jember, dan empat aksesi asal Bogor
yang terdiri atas aksesi Kebon Kalapa, aksesi Leuwikopo, aksesi Sawah Baru,
aksesi Semplak. Keterangan asal aksesi dapat dilihat pada lampiran 1. Bahan lain
yang digunakan yaitu tanah dan pupuk kandang sebagai media perkecambahan dan
media tanam dengan perbandingan 1:1, kertas merang.
Alat yang digunakan antara lain penggaris, jangka sorong, label, polybag,
box pengecambahan, sprayer, oven, alat pengecambah benih, alat pencatat data dan
alat pertanian.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri atas tiga percobaan, yaitu:
Percobaan I. Karakterisasi Meniran
Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi beberapa aksesi meniran.
Percobaan menggunakan enam aksesi benih meniran. Masing-masing perlakuan
terdiri atas tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 10 tanaman. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) dengan satu faktor yaitu aksesi, terdiri atas aksesi Gresik, aksesi Jember,
dan empat aksesi asal Bogor yang terdiri atas aksesi Kebon Kalapa, aksesi
Leuwikopo, aksesi Sawah Baru, aksesi Semplak. Model matematika yang
digunakan :
8
Yij= µ + αi + βj + εij ;
Keterangan :
Yij
= Respon pengamatan aksesi ke-i ulangan ke-j
µ
= Nilai tengah umum
αi
= Pengaruh aksesi ke-I (Aksesi Gresik, Jember, Kebon Kalapa,
Sawah Baru, dan aksesi Semplak)
βj
= Pengaruh ulangan ke-j (j = 1,2,3)
εij
= Pengaruh galat percobaan aksesi ke-i, ulangan ke-j
Data kuantitatif yang diperoleh akan diuji dengan uji F dan apabila
menunjukkan pengaruh nyata, dilakukan analisis uji lanjut dengan metode Ducan
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%.
Data karakter kualitatif yang didapat, disusun sebagai data kualitatif. Data
kualitatif yang telah distandarisasi diolah dengan analisis gerombol untuk
mengetahui tingkat kekerabatan antar aksesi.
Persiapan Benih
Pemanenan tanaman meniran pada beberapa aksesi yang berbeda, terdiri
atasaksesi Gresik, aksesi Jember, dan empat aksesi asal Bogor yang terdiri atas
aksesi Kebon Kalapa, aksesi Leuwikopo, aksesi Sawah Baru, aksesi Semplak.
Tanaman yang telah terkumpul kemudian ditanam kembali, lalu diambil bijinya.
Benih dikumpulkan hingga jumlah benih yang digunakan lengkap dan mencukupi
untuk kebutuhan percobaan. Benih yang berasal dari panen pertama tidak
digunakan sebagai bahan penelitian karena mempunyai viabilitas yang sangat
rendah.
Pembuatan Media
Media yang digunakan berupa tanah dan pupuk kandang. Campuran tanah
dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 tersebut di masukkan ke dalam tray
semai. Benih yang telah siap kemudian dikecambahkan pada media. Satu bulan
setelah benih di semai, kemudian bibit dipindahkan pada media tanam baru yang
terdiri atas tanah dan pupuk kandang perbandingan 1:1. Penanaman dilakukan di
rumah plastik pada suhu lingkungan 27-28 °C dengan RH 50- 60%. Lay out
penanaman disajikan pada lampiran 2.
9
Pengamatan
Pengamatan karakterisasi pertumbuhan dilakukan mulai 4 minggu setelah
pindah tanam (MSP) hingga panen. Parameter diamati adalah karakter kuantitatif;
yaitu tinggi tanaman, diukur dari atas permukaan tanah sampai batas pucuk,
jumlah cabang dan daun, diameter batang, bobot biomassa, bobot 100 butir;
karakter kualitatif; yaitu warna batang, warna cabang, warna daun muda dan tua,
warna bunga, warna buah dan biji, bentuk daun, bunga, buah, biji.
Percobaan II. Pengaruh Pra perkecambahan
terhadap Viabilitas Benih
Meniran
Percobaan kedua untuk melihat pengaruh pra perkecambahan terhadap
viabilitas meniran. Data yang didapat diuji dengan uji t, dimana DB dan KCT pada
perlakuan perendaman aquades, perendaman dengan larutan IAA 250 ppm,
perendaman dengan larutan GA3 250 ppm, masing-masing dibandingkan dengan
DB dan KCT benih pada media di persemaian tanpa perlakuan. Perendaman benih
dilakukan selama 24 jam. Data viabilitas antar aksesi yang didapat diuji dengan
uji t, dimana DB dan KCT pada aksesi Gresik, Jember, Kebon Kalapa, Leuwikopo,
dan aksesi Semplak, masing-masing dibandingkan dengan DB dan KCT benih
pada aksesi Sawah Baru.
Persiapan Benih
Tanaman yang telah terkumpul dari berbagai aksesi yang telah di tanam
ulang di Bogor (Sawah Baru), lalu diambil bijinya. Benih dikumpulkan hingga
jumlah benih yang digunakan lengkap dan mencukupi.
Pra perkecambahan
Benih meniran pada beberapa aksesi yang telah disiapkan kemudian
dipisahkan berdasarkan perlakuan, yaitu tanpa perlakuan, perendaman aquades,
perendaman larutan IAA 250 ppm, perendaman larutan GA3 250 ppm.
Perendaman benih dilakukan selama 24 jam. Di suhu ruang (27-28 °C).
Pengecambahan Benih
Setelah benih diberi perlakuan praperkecambahan, kemudian benih
dikecambahkan pada media tanam yang telah disiapkan, yaitu tanah dan pupuk
kandang (1:1). Penanaman dilakukan di rumah plastik dengan suhu 27-28 °C
10
dengan RH 50- 60%. Pengamatan DB dan KCT dihitung berdasarkan jumlah benih
yang berkecambah normal hingga hari ke-30 (hari terakhir munculnya kecambah
normal.
Pengamatan
Pengamatan viabilitas benih dilakukan setiap hari hingga benih
berkecambah atau jika tidak ada lagi pertumbuhan jumlah kecambah normal
selama satu bulan. Parameter yang diamati adalah:
1. Daya Berkecambah (DB)
Pengamatan daya berkecambah dihitung
berdasarkan pengamatan
kecambah normal yang diamati. Daya Berkecambah dihitung dengan rumus:
DB =
keterangan:
� ℎ�
�� �+� ℎ�
�� ��
� �ℎ � � � � �
X 100%
KN I = Kecambah Normal Pengamatan I
KN II = Kecambah Normal Pengamatan II
2. Kecepatan Tumbuh (KCT)
Kecepatan tumbuh, dihitung berdasarkan total pertambahan persentase
kecambah normal selama kurun waktu perkecambahan. Dapat dihitung dengan
rumus:
KCT =
0
keterangan:
t
= waktu pengamatan (etmal)
N
= pertambahan kecambah normal setiap waktu pengamatan (%)
tn
= waktu akhir pengamatan (etmal)
3. Kadar Air (KA)
Kadar air benih dinyatakan dalam persen terhadap berat semula dengan
ketelitian satu desimal, rumus yang digunakan adalah
( 2− 3)
( 2− 1)
X 100%
keterangan:
M1 = berat wadah + tutup (g)
11
M2 = berat wadah + isi sebelum dikeringkan (g)
M3 = berat wadah + isi setelah dikeringkan (g)
Percobaan III. Pengujian Metode Uji Viabilitas Benih Meniran
Percobaan ketiga untuk melakukan pengujian metode uji viabilitas benih
meniran. Percobaan terdiri satu faktor, yaitu metode pengujian viabilitas, dimana
DB dan KCT pada metode uji ½ UKDdp (Uji Kertas Digulung Didirikan dalam
plastik), metode uji ½ UKDdp dengan pra perkecambahan GA3 250 ppm selama
24 jam, metode uji UDK (Uji Di atas Kertas), metode uji UDK dengan pra
perkecambahan GA3 250 ppm selama 24 jam, masing-masing dibandingkan
dengan uji t terhadap DB dan KCT benih pada media di persemaian tanpa
perlakuan. Metode tersebut digunakan pada enam aksesi benih meniran, masingmasing aksesi dibutuhkan 225 benih untuk pengujian media dalam satu ulangan.
Masing-masing perlakuan terdiri atas dua ulangan.
Pengecambahan Benih
Benih yang telah terkumpul dari keenam aksesi ditanam/ dikecambahkan
berdasarkan metode sesuai perlakuan. Benih yang mendapat perlakuan pra
perkecambahan dengan GA3 terlebih dahulu direndam dalam GA3 250 ppm
selama 24 jam pada suhu 28 °C. Waktu pra perkecambahan tidak dihitung sebagai
waktu pengamatan dalam evaluasi kecambah. Metode pengecambahan dengan
kertas, yang terdiri atas metode ½ UKDdp dan metode UDK dilakukan dalam alat
pengecambah tipe IPB 73 A/B, suhu ruang pengecambahan 28 °C. Sementara itu,
perkecambahan benih di persemaian pada media tanah dan pupuk kandang (1:1)
sebagai kontrol dilakukan di rumah plastik di kebun percobaan Sawah Baru
dengan suhu 27-28 °C.
Prosedur pengujian
pengecambahan benih dengan metode ½ UKDdp
dimulai dengan menyiapkan kertas merang berukuran 20 cm X 30 cm yang telah
dilembabkan dengan cara merendam dalam air. Setelah lembab kemudian
meniriskan airnya menggunakan alat pengepres kertas merang IPB 75-1,
menanam 25 benih meniran di atas 3 media kertas merang yang telah dilapisi
plastik pada bagian bawah kertas merang, setelah benih ditanam, setengah bagian
12
dari media kertas merang digunakan untuk menutup benih, kemudian menggulung
dan memberikan label pada setiap perlakuan. Prosedur pengujian pegecambahan
benih dengan metode UDK dimulai dengan menyiapkan cawan petri yang
berdiameter 10 cm, melapisi cawan petri dengan 3 lembar kertas merang
berbentuk bulat (digunting menyesuaikan bentuk petri), kemudian kertas merang
ditetesi air hingga merata, cawan dimiringkan sehingga air yang berlebih
terkumpul dibagian bawah, air yang berlebih kemudian dibuang. Jumlah benih
yang ditanam dalam satu cawan petri sebanyak 25 butir.
Pengamatan
Pengamatan viabilitas benih dilakukan setiap hari. Parameter yang diamati
adalah daya berkecambah (DB), kecepatan tumbuh tanaman (KCT), dan kadar air
(KA).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakterisasi Meniran
Karakter Kuantitatif
Hasil sidik ragam terhadap karakter-karakter yang diamati menunjukkan
aksesi memberikan pengaruh yang nyata dan sangat nyata pada karakter tinggi
tanaman, berpengaruh nyata dan sangat nyata hingga 3 MSP (minggu setelah
pindah tanam) terhadap jumlah daun, berpengaruh nyata dan sangat nyata pada
karakter diameter batang mulai 2 MSP, serta berpengaruh nyata dan sangat nyata
pada karakter jumlah buah pada umur 2 hingga 4 MSP (Tabel 1). Aksesi meniran
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot 100 butir biji.
Tabel 1. Rekapitulasi hasil sidik ragam aksesi terhadap karakter
pertumbuhan
Karakter pertumbuhan
Minggu
Tinggi KK Jumlah KK Jumlah KK Diameter
pengamatan
tanaman (%)
daun (%) cabang (%) batang
(MSP)
1
**
12.17
** 22.56 tn
22.22
tn
2
*
19.27
*
16.23 tn
21.76
*
3
**
10.35
** 16.81 tn
25.97
*
4
**
11.06T
tn
14.20 tn
24.24
*
5
**
11.69
tn
26.70 tn
26.86
*
6
**
14.59
tn
24.16 tn
25.52
*
7
**
18.20
tn
22.52 tn
19.40
*
8
*
27.05T
tn
15.54 tn
24.63 **
9
*
25.85T
tn
29.33 tn
23.15 **
KK
(%)
25.06
17.89
17.52
10.68
12.10
11.06
14.66
10.55
10.21
Jumlah KK
buah (%)
**
**
*
tn
tn
tn
tn
tn
18.48
16.55
16.54T
18.74T
25.09T
27.43T
29.50T
29.64T
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
* = berpengaruh nyata pada taraf 5%
tn = tidak berpengaruh nyata
KK= koefisien keragaman
T
= hasil transformasi
Pengamatan bobot kering brangkasan dilakukan pada 3 umur panen yaitu
4, 6, dan 9 MSP. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa aksesi memberikan
pengaruh nyata terhadap bobot kering brangkasan saat panen apabila dilakukan
pada 4 MSP. Aksesi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering brangkasan
jika panen dilakukan pada 6 atau 9 MSP (Tabel 2).
14
Tabel 2. Rekapitulasi hasi sidik ragam aksesi terhadap bobot kering
brangkasan
Karakter pengamatan
Aksesi
KK
Panen I
(4 MSP)
**
15.88% T
Bobot kering brangkasan
Panen II
(6 MSP)
tn
25.63% T
Panen III
(9 MSP)
tn
24.36% T
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
* = berpengaruh nyata pada taraf 5%
tn = tidak berpengaruh nyata
KK= koefisien keragaman
T
= hasil transformasi
Berdasarkan pertumbuhan tinggi tanaman enam aksesi meniran, setiap
aksesi mengalami peningkatan tinggi tanaman selama periode pertumbuhan
vegetatif sampai akhir generatif yaitu dari 1 hingga 9 MSP (Tabel 3), hal ini
menunjukkan bahwa tanaman meniran merupakan tanaman indeterminate, dimana
tanaman masih mengalami pertambahan tinggi tanaman di masa reproduktif
karena tipe ini merupakan tipe pertumbuhan tanaman yang batang utamanya tidak
diakhiri dengan bunga, namun oleh tunas vegetatif sedangkan bunga muncul di
bawah anak daun majemuk. Pengaruh aksesi terhadap tinggi tanaman dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh aksesi terhadap tinggi tanaman
Aksesi
Gresik
Jember
Kebon Kalapa
Leuwikopo
Sawah Baru
Semplak
1
3.78c
8.22a
6.18b
8.44a
9.74a
3.48c
2
5.97 d
10.03bc
10.95ab
7.23 dc
13.94a
6.32 d
3
8.28 c
12.15b
18.24a
20.47a
18.24a
10.73c
Umur tanaman (MSP)
4
5
6
7
8
10.13c 10.59c 10.78c 11.22b 11.25c
13.64bc 14.34bc 15.37bc 15.49b 15.67c
24.96a 29.24a 34.62a 38.41a 38.65a
27.27a 31.48a 33.72a 36.22a 29.98ab
23.34a 26.99a 31.98a 37.99a 39.03a
14.13b 15.74b 17.47b 18.63b 20.28bc
9
11.40c
16.42c
44.03a
31.08ab
39.50a
20.75bc
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji DMRT.
Karakter kuantitatif yang dipengaruhi secara nyata dan sangat nyata oleh
aksesi adalah tinggi tanaman. Pada umur 9 MSP aksesi asal Kebon Kalapa (44.03
cm), Sawah Baru (39.50 cm) dan Leuwikopo (31.08 cm) mempunyai karakter
tinggi tanaman yang tidak berbeda (Gambar 1). Keragaan tinggi tanaman
disajikan pada Gambar 1 dan 2.
15
Keterangan : Keragaan tinggi aksesi Kebon Kalapa (a), aksesi Leuwikopo (b), dan aksesi Sawah
Baru (c).
Gambar 1. Keragaan tinggi tanaman meniran pada umur 4 MSP.
Keterangan : Keragaan tinggi aksesi Gresik (a), aksesi Jember (b), dan aksesi Semplak (c).
Gambar 2. Keragaan tinggi tanaman meniran pada umur 4 MSP.
Ketiga aksesi tersebut nyata lebih tinggi dibandingkan aksesi Gresik
(11.40 cm) yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Jember (16.42 cm), sementara
itu, aksesi Semplak (20.75) mempunyai tinggi diantara aksesi Leuwikopo, Gresik,
Jember (Gambar 2).
Jumlah daun hanya menunjukkan perbedaan antar aksesi sampai umur 3
MSP. Secara umum aksesi Leuwikopo dan Sawah Baru mempunyai jumlah daun
lebih banyak dibanding aksesi yang lain (Tabel 4). Pada umur 3 MSP tanaman
meniran aksesi Leuwikopo menunjukkan jumlah daun sebanyak 19 daun.
Berdasarkan data statistik tidak berbeda nyata dengan aksesi Sawah baru (17
16
daun), dan tidak berbeda nyata dengan Kebon Kalapa (14 daun), hal ini dapat
diartikan bahwa ketiga aksesi asal Leuwikopo, Sawah Baru dan Kebon Kalapa
mempunyai karakter jumlah daun yang sama. Pengaruh aksesi terhadap jumlah
daun tanaman disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh aksesi terhadap jumlah daun tanaman
Aksesi
Gresik
Jember
Kebon Kalapa
Leuwikopo
Sawah Baru
Semplak
1
4.40 c
4.27 c
7.67 b
12.93a
12.93a
5.13 c
2
7.53 c
8.60 bc
11.60b
15.80a
16.27a
7.93 c
Umur tanaman (MSP)
3
4
5
6
10.73c
15.25 17.92 21.00
14.13bc 14.83 17.92 17.78
14.67abc 17.25 22.92 23.22
19.00a
21.25 28.67 27.56
17.60ab 19.33 29.33 27.22
11.40c
13.50 16.00 17.33
7
21.33
17.78
28.33
28.39
28.56
20.11
8
18.83
19.17
32.50
13.83
30.00
22.83
9
9.83
8.17
28.00
16.75
30.50
16.33
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji DMRT.
Pada umur
3 MSP jumlah daun pada aksesi Gresik (10 daun) dan
berdasarkan uji statistik tidak berbeda nyata dengan aksesi Jember (14 daun) dan
tidak berbeda nyata aksesi asal Semplak (14 daun). Berdasarkan hasil uji analisa
statistik, nilai tersebut menunjukkan bahwa ketiga aksesi asal Gresik, Jember dan
Semplak mempunyai karakter jumlah daun yang sama nilainya.
Pengamatan terhadap diameter batang tanaman meniran menunjukkan
bahwa pada umur 9 MSP diameter batang tanaman meniran pada aksesi Kebon
Kalapa yaitu 0.12 cm, yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Sawah baru (0.11
cm), dan tidak berbeda nyata dengan aksesi asal Semplak (0.10 cm). Diameter
aksesi asal Leuwikopo (0.10 cm) dan aksesi Jember (0.09 cm) tidak berbeda
nyata. Pertumbuhan diameter batang disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh aksesi terhadap diameter batang tanaman
Aksesi
Gresik
Jember
Kebon Kalapa
Leuwikopo
Sawah Baru
Semplak
1
0.04
0.04
0.03
0.05
0.05
0.04
2
0.04bc
0.04bc
0.03c
0.06a
0.06ab
0.05ab
3
0.05bc
0.06ab
0.06ab
0.07a
0.07ab
0.04c
Umur tanaman (MSP)
4
5
6
7
8
0.07c
0.07c 0.07c 0.07c 0.08c
0.08bc 0.08bc 0.08bc 0.08bc 0.09bc
0.09ab 0.09ab 0.10ab 0.11a 0.12a
0.09a
0.11a 0.10a 0.10ab 0.10ab
0.08abc 0.09ab 0.09ab 0.11ab 0.11ab
0.08ab 0.09bc 0.09abc 0.09abc 0.10ab
9
0.08c
0.09bc
0.12a
0.10b
0.11ab
0.10ab
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji DMRT.
Meskipun tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang menunjukkan
perbedaan antar aksesi, tetapi tidak ada perbedaan yang nyata antar aksesi pada
17
karakter jumlah cabang. Berdasarkan uji statistik, sampai akhir pengamatan yaitu
pada saat tanaman berumur 9 MSP, jumlah cabang tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata data statistik menunjukkan bahwa jumlah cabang aksesi tidak berbeda
nyata dengan semua aksesi,
hal ini dapat diartikan bahwa semua
aksesi
mempunyai karakter jumlah cabang tanaman yang sama (Tabel 6).
Tabel 6. Pengaruh aksesi terhadap jumlah cabang tanaman
Aksesi
Gresik
Jember
Kebon Kalapa
Leuwikopo
Sawah Baru
Semplak
1
1
0
0
0
0
1
2
1
1
0
1
1
2
3
2
2
0
1
1
2
Umur tanaman (MSP)
4
5
6
3
4
5
4
4
6
1
2
4
2
2
4
3
5
7
3
3
4
7
7
6
6
5
8
4
8
7
7
7
6
8
5
9
7
6
6
6
8
5
.
Berdasarkan tabel pertambahan cabang tanaman enam aksesi meniran,
terlihat bahwa setiap aksesi mengalami peningkatan jumlah cabang tanaman
selama periode pertumbuhan vegetatif sampai akhir generatif yaitu dari 1 hingga 8
MSP, kemudian jumlah cabang menurun untuk semua aksesi pada 9 MSP.
Penurunan jumlah cabang beriringan dengan masa hidup tanaman meniran itu
sendiri, tanaman meniran berumur 13 minggu, semakin tua tanaman meniran tentu
pertumbuhannya akan semakin menurun, termasuk penurunan jumlah cabang.
Penurunan jumlah cabang disebabkan semakin banyak cabang yang rontok.
Pengamatan kuantitatif terhadap fase generatif adalah jumlah buah.
Tanaman mulai berbuah pada 2 MSP. Buah meniran biasanya dari bunga mekar
sampai panen/rontok perlu waktu tujuh hari. Tabel 7 menunjukkan buah yang ada
pada tanaman pada setiap periode pengamatan (tidak termasuk buah yang rontok
atau telah dipanen karena dianggap telah melalui masak fisiologis dengan ciri
warna buah lebih kusam dan ukuran benih lebih besar dari benih dengan warna
lebih muda, kulit buah terasa lebih kering bila dibanding dengan kulit buah yang
belum masak, bobot kering meningkat, kadar air menurun, bila buah diambil saat
masak fisiologis dan disimpan dalam kertas, maka buah akan pecah secara alami).
Pemanenan buah dilakukan pada umur 3, 5, dan 8 MSP. Jumlah buah tanaman
meniran disajikan dalam Tabel 7.
18
Tabel 7. Pengaruh aksesi terhadap jumlah buah pertanaman
Aksesi
Gresik
Jember
Kebon Kalapa
Leuwikopo
Sawah Baru
Semplak
2
6.40 c
8.60 c
36.00b
47.93a
50.67a
7.33 c
Umur tanaman minggu setelah pindah tanam (MSP)
3*
4
5*
6
7*
8
12.53c 25.83b 24.67 30.11 25.78 17.33
14.33c 23.33b 28.17 26.56 18.11 10.83
47.67a 52.58a 48.67 49.22 47.56 31.00
43.73ab 50.33a 50.33 49.11 43.67 12.83
35.47b 47.33a 47.67 51.78 50.11 38.00
12.00c 20.50b 26.08 33.11 22.56
7.50
9
8.83
13.50
36.67
6.17
33.17
24.67
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji DMRT. Panen buah dilakukan
pada 3, 5 dan 7 MSP. Perhitungan jumlah buah dilakukan sebelum buah dipanen
pada minggu tersebut.
Jumlah buah dipengaruhi oleh perbedaan aksesi hanya pada umur 2 hingga
4 MSP. Umur 4 MSP tanaman meniran aksesi Kebon Kalapa menunjukkan
jumlah buah sebanyak 52 buah. Berdasarkan uji satistik, tidak berbeda nyata
dengan aksesi Leuwikopo dan Sawah Baru, dimana aksesi Leuwikopo (50 buah)
dan Sawah Baru (47 buah), sementara itu pada umur 4 MSP aksesi Semplak (20
buah) yang tidak berbeda nyata dengan aksesi Gresik (25 buah) dan tidak berbeda
nyata dengan asal Jember (23 buah) (Tabel 7). Pada akhir pengamatan yaitu pada
saat tanaman berumur 9 MSP, jumlah buah tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata.
Tanaman men