Analysis of vietnam rice import towards national rice stock

ANALISIS IMPOR BERAS VIETNAM TERHADAP
CADANGAN BERAS NASIONAL

SUCI MAISYARAH
H451110411

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Fungsi Analisis Impor Beras Vietnam
Terhadap Cadangan Beras Nasional adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian
Bogor.

Bogor, Oktober 2013
Suci Maisyarah
NIM H451110411 

RINGKASAN
SUCI MAISYARAH. Analisis Impor Beras Vietnam Terhadap Cadangan Beras
Nasional. Dibimbing oleh Dr. ANDRIYONO KILAT ADHI dan SITI JAHROH
Ph.D.
Seiring dengan meningkatnya konsumsi beras masyarakat Indonesia produksi
padi nasional juga meningkat. Produksi padi di Indonesia meningkat tetapi pemerintah
tetap melakukan impor beras guna memenuhi permintaan beras dalam negeri.
Perkembangan impor beras Indonesia cenderung berfluktuatif setiap tahun. Impor beras
terbesar yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Vietnam dan Thailand. Kedua
negara tersebut merupakan negara yang memiliki jumlah produksi beras terbear di Asia.
Tingginya produksi beras di Thailand dan Vietnam menjadikan kedua negara sebagai net
eskpotir beras di Asia. Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi sasaran
tujuan eskpor beras Thailand dan Vietnam.
Tercapainya surplus besar dalam suatu negara tidak lepas dari berhasilnya
pengelolaan manajemen cadangan beras. Hampir semua negara di Asia melaksanakan
kebijakan stock cadangan beras nasional. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk

keperluan darurat seperti bencana alam serta untuk kepentingan stabilisasi harga.
Pengelolaan cadangan beras di Indonesia dilakukan oleh pemerintah melalui BULOG.
Pemenuhan kebutuhan cadangan beras tidak hanya berasal dari dalam negeri tetapi juga
berasal dari luar negeri atau impor dari negara net eskpor beras. Beras impor yang ada
dalam cadangan beras pemerintah memiliki fungsi sebagai stok pendukung beras yang
ada di dalam negeri untuk tetap dapat menjaga kestabilan harga beras dalam negeri serta
sebagai cadangan jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Oleh karena itu impor terhadap
cadangan beras adalah menjadi stok beras akhir tahun dengan pengadaan beras dalam
negeri yang harus dimiliki oleh BULOG.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kondisi cadangan beras nasional
serta bagaimana peran BULOG, menganalisis impor beras Vietnam terhadap cadangan
beras nasional dan menganalisis mekanisme cadangan beras di Indonesia serta
memberikan saran kebijakan. Untuk dapat menjawab tujuan penelitian digunakan metode
deskriptif dan persamaan linear berganda. Hasil yang diperoleh adalah dalam menjalan
perannya BULOG melakukan pengadaan beras melalui kerjasama dengan Mitra Kerja,
UPGB dan Satgas. Impor beras Vietnam tidak memiliki pengaruh nyata terhadap
cadangan beras nasional dan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu tarif
impor beras, harga beras dalam negeri, permintaan dalam negeri, pengadaan beras dalam
negeri dan produksi beras dalam negeri. Mekanisme cadangan beras yang ada di
Indonesia masih berpusat pada rantai tataniaga beras dimana petani memiliki posisi yang

tidak menguntungkan. Oleh karena itu perlu dilakukan strategi pembenahan manajemen
stok beras yang ada di Indonesia melalui peningkatan hasil produksi dan juga revitalisasi
peran BULOG.

Kata kunci: BULOG, tarif impor beras, harga beras dalam negeri, pengadaan beras dalam
negeri, permintaan beras dalam negeri, produksi beras dalam negeri.

SUMMARY
SUCI MAISYARAH. Analysis of Vietnam Rice Import Towards National Rice Stock.
Supervised by Dr. ANDRIYONO KILAT ADHI and SITI JAHROH Ph.D.
Along with Indonesian rice consumption increasing is also national rice
production. In indonesia, rice production increased but goverment still import to meet
domestic demand. Rice import in Indonesia tend to fluctuate every year. The largest rice
import to Indonesia are coming from Vietnam and Thailand. Both countries are also a
country has the largest amount of rice production in Asia. The high production of rice in
Thailand and Vietnam made two countries as rice net exporter in Asia. Indonesia is one
of countries as export of Thailand and Vietnam rice. The achievement of surplus in a
country cant separated from succesfull of rice reserves management. Almost all countries
in asia implementing national policies about national rice reserves.
Rice reserve have a purpose for emergencies such as natural disasterand for the

shake of price stabilization. Rice reserves of management in Indonesia is do by the
goverment through BULOG. Meeting the demand of rice reserves are not only from
domestic production but also from abroad by imported from countries as net export. Rice
import in the rice reserves has a function as a goverment suppport of rice stock in the
country to still be able to maintain stable domestic price as well as a back up in a case of
a disaster anytime. Hence, the rice import of rice reserve is to be the end of the domestic
rice procurement to be owned by BULOG.
Objectives of this research are to analyze a condition of the national reserve and
the performance of BULOG. Second, to analyze Vietnamese rice import towards rice
reserves and indentifying of other factors. This research is analyzed using descriptif
method and multiple linear regression equation. The result is in their role BULOG to
procure a rice through cooperation with Mitra Kerja, UPGB and SATGAS. Vietnamese
rice import has not influence on national rice reserve and there are other factors such as
rice import tariff, domestic price, domestic demand, domestic procurement of rice, and
domestic rice production. Rice reserve mechanism in Indonesia is centered in rice chain
trading system wheres farmers have unfavorable position. Therefore it is necessery to
reform rice stock management in Indonesia trough increase production and revitalizing
the role of BULOG.
Keywords : BULOG, tariffs on rice import, domestic prices, domestic rice procurement,
domestic demand,domestic rice production


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam
bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS IMPOR BERAS VIETNAM TERHADAP CADANGAN BERAS
NASIONAL

SUCI MAISYARAH
H451110411
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada

Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Ujian Tesis Luar Komisi : Drp Ir Suharno M.Adev

Penguji Program Studi : Dr Ir Harianto MS

Judul Tesis

: Analisis Impor Beras Vietnam Terhadap Cadangan Beras Nasional

Nama

: Suci Maisyarah

NIM


: H451110411

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Andriyono Kilat Adhi

Siti Jahroh Ph.D

Ketua

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Agribisnis

Dekan Sekolah Pascasarjana


Prof Dr Ir Rita Nurmalina MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

31 Agustus 2013

PRAKATA

Judul Tesis

: Analisis Impor Beras Vietnam Terhadap Cadangan Beras Nasional

Nama

: Suci Maisyarah


NIM

: H451110411

Disetujui oleh
Kornisi Pernbirnbing

Dr Andriyono Kilat Adhi
Ketua

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Agribisnis
vセ



エkoャ。ョ@


Pascasarjana

Prof Dr Ir Rita Nurmalina MS

Tanggal Ujian:
31 Agustus 2013

TanggalLulus:

25 OCT 201 3

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2012 ini ialah
cadangan beras, dengan judul Analisis Impor Beras Vietnam Terhadap Cadangan
Beras Nasional.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Andriyono Kilat Adhi dan
Ibu Siti Jahroh Ph.D selaku pembimbing serat Bapak Dr Suharno dan Bapak Dr
Harianto yang sudah memberikan masukan pada tesis saya. Di samping itu,

penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Hariyo dari BULOG dan serta
Bapak Dadang dari BULOG, yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Alm), ibu, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013

Suci Maisyarah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN

1

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA

1
3
4
4
4
5

Penawaran dan Permintaan Beras Domestik
Kebijakan Beras Indonesia

Manajemen Stok Beras
Kebijakan Beras Vietnam
Impor Beras

5
5
6
8
9

3 KERANGKA PEMIKIRAN

4 METODE

11
16
17

Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis Data
5 HASIL DAN PEMBAHASAN

17
17
17
20

Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional

Kondisi Cadangan Beras Nasional dan Kinerja Bulog sebagai Lembaga
yang Memiliki Tugas dalam Melakukan Pengadaan Beras

Mekanisme Stok Beras di Indonesia
6 SIMPULAN DAN SARAN

20
25
29
34
40

Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

40
41
42

LAMPIRAN

44

RIWAYAT HIDUP

48

Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stok Beras Nasional
Hasil Identifikasi Menggunakan Regresi Linear Berganda

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7

Perkembangan konsumsi beras perkapita, produksi, ekspor dan
impor beras di Indonesia
Jumlah ekspor beras Thailand dan Vietnam ke Indonesia
Perkembangan peran BULOG berdasarkan keputusan presiden
Volume impor beras Vietnam dan harga beras Vietnam
Produksi beras dalam negeri dan harga beras dalam negeri tahun
Perkembangan tarif impor beras di Indonesia tahun 2000-2012
Faktor-faktor yang mempengaruhi stok beras nasional

1
2
25
26
27
29
31

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Keseimbangan parsial perdagangan internasional
Kerangka pemikiran operasional
Kondisi cadangan beras nasional oleh BULOG
Perkembangan jumlah permintaan beras dalam negeri melalui
konsumsi kapita pertahun (2000-2012)
Mekanisme stok beras di Indonesia
Langkah-langkah strategi dalam mengontrol cadangan beras
nasional

12
16
21
28
35
40

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5

Jumlah Ekspor Beras Vietnam Periode Tahun 2002-2012
Pengadaan ekspor beras dalam negeri, pengadaan luar negeri, dan
stok akhir tahun periode 2000-2012
Jumlah konsumsi beras masyarakat Indonesia kapita pertahun
Data time series yang digunakan dalam estimasi regresi linear
berganda
Hasil estimasi regresi linear berganda dengan menggunakan SPSS
18

44
44
45
45
46

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya konsumsi beras masyarakat Indonesia
produksi padi nasional juga meningkat. Pada tahun 2000 jumlah produksi padi
nasional adalah sebesar 51 898 852 ton. Namun di tahun 2001 produksi padi
nasional sempat mengalami penurunan sebesar 50 460 782 ton. penurunan
produksi pada tahun 2001 terjadi karena adanya el nino. Pada tahun 2002
produksi padi di Indonesia kembali meningkat sebesar 51 498 694 ton. hingga
tahun 2010 jumlah produksi beras di Indonesia telah mencapai 66 469 394 ton
(Kementerian Pertanian 2013). Meningkatnya produksi namun belum mencukupi
kebutuhan permintaan beras dalan negeri. Konsumsi kapita yang terus meningkat
tidak mengkhawatirkan jika diiringi dengan kemampuan produksi yang dapat
memenuhinya, akan tetapi pada kenyataannya di Indonesia produksi beras selalu
lebih rendah dari tingkat konsumsinya.
Jumlah produksi yang tidak dapat memenuhi permintaan kebutuhan beras
yang meningkat karena tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia berakibat
adanya impor beras. Dalam UU No.3 Tahun 2012 dijelaskan bahwa menetapkan
kebijakan pengadaan beras dari luar negeri dengan tetap menjaga kepentingan
petani dan konsumen serta pelaksanaan pengadaan beras dari luar negeri
dilakukan oleh Perum BULOG. Kebijakan beras yang meningkat membawa
dampak stabilitas ketersediaan beras menjadi rentan, karena bergantung pada
kebijakan ekonomi negara lain. Untuk dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri
maka pemerintah Indonesia melakukan impor beras. Perkembangan konsumsi
secara keseluruhan beras perkapita masyarakat Indonesia, produksi, ekspor dan
impor dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan konsumsi beras per kapita, produksi, ekspor dan impor
beras di Indonesia
Produksi*
Impor*
Ekspor*
Tahun
(ton)
(ton)
(ton)
2000
51 898 852
1 500 000
119 000
2001
50 460 782
3 500 000
395 000
2002
51 498 694
2 750 000
415 000
2003
52 137 604
650 000
70 000
2004
54 088 568
500 000
91 000
2005
54 151 097
539 000
422 900
2006
54 454 937
2 000 000
94 000
2007
57 157 435
350 000
119 000
2008
60 352 925
250 000
187 000
2009
64 398 890
1 150 000
240 000
2010
66 469 394
3 098 000
35 000
Sumber : *Kementerian Pertanian 2013
**IRRI 2013

Konsumsi **
(kg/kapita/year)
126.80
125.10
125.10
124.50
124.00
123.60
124.90
126.00
126.70
127.40
127.50

2

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa perkembangan konsumsi beras
perkapita masyarakat Indonesia fluktuatif. Pada tahun 2000 konsumsi beras
masyarakat Indonesia adalah sebesar 126.80 kg/kapita/th. Hingga tahun 2006
konsumsi beras masyarakat Indonesia mengalami penurunan hingga 124.90
kg/kapita. Pada tahun 2007 kembali meningkat sebesar 126.00 kg/kapita dengan
peningkatan 11% dari tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi beras disebabkan
masyarakat Indonesia yang semakin sering mengkonsumsi nasi sebagai pangan
utama. Pada tahun 2010 konsumsi beras perkapita sudah mencapai 127.50
kg/kapita.
Produksi padi di Indonesia meningkat tetapi pemerintah tetap melakukan
impor beras. Perkembangan impor beras Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2
yang cenderung berfluktuatif setiap tahun. Pada tahun 2000 jumlah impor beras
yang masuk ke Indonesia adalah sebesar 1 500 000 ton. impor beras terbesar
terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 3 500 000 ton dan juga pada tahun 2010
yaitu sebesar 3 098 000 ton. Terkait dengan perkembangan impor beras indonesia
yang fluktuatif, perkembangan ekspor beras di Indonesia juga cenderung
fluktuatif. Di Tabel 1 terlihat ekspor beras pada tahun 2000 sebesar 1 190 ton.
ekspor beras terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 42 290 ton. Sedangkan
ekspor terkecil terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 350 ton. Berdasarkan data
pada Tabel 1 dapat di simpulkan bahwa jumlah produksi padi di Indonesia terus
meningkat setiap tahun tetapi belum dapat mencukupi tingkat konsumsi
masyarakat Indonesia yang meningkat. Pemerintah melakukan impor beras untuk
dapat memenuhi kekurangan permintaan beras dalam negeri. Tingginya angka
impor menyebabkan rendahnya angka ekspor beras Indonesia.
Impor beras terbesar yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Vietnam
dan Thailand. Kedua negara tersebut merupakan negara yang memiliki jumlah
produksi beras terbesar di Asia. Hal ini menyebabkan Vietnam dan Thailand
menjadi net exportir terbesar di Asia saat ini. Perkembangan jumlah ekspor beras
Thailand dan Vietnam yang masuk ke Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah Ekspor Beras Thailand dan Vietnam ke Indonesia
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber : UNComtrade 2013

Thailand
(ton)
243 755.88
440 973.41
696 230.98
640 688.50
210 124.06
118 986.77
169 265.25
440 147.35
126 712.34
219 124.27
273 623.90

Vietnam
(ton)
287 641.98
195 331.12
393 464.54
400 853.85
39 271.08
57 409.07
332 664.03
1 158 328.83
74 156.49
16 536.35
685 862.97

3

Berdasarkan Tabel 2 dapat terlihat jumlah ekspor beras Thailand dan
Vietnam yang masuk ke Indonesia. Dalam jangka waktu 10 tahun terakhir jumlah
ekspor beras Thailand dan Vietnam cukup tinggi masuk ke pasar Indonesia. Pada
tahun 2000 jumlah eskpor beras Thailand adalah sebesar 243 755.88 ton
sedangkan ekspor beras Vietnam ke Indonesia adalah sebesar 287 641.98 ton.
jumlah beras Vietnam yang masuk ke Indonesia lebih tinggi dibandingkan beras
Thailand. Hingga tahun 2010 jumlah beras Vietnam yang masuk ke Indonesia
sudah mencapai 685 862.97 ton dan beras Thailand sebesar 273 623.90 ton.
Perkembangan jumlah eskpor beras Thailand dan Vietnam ke Indonesia
cenderung fluktuatif. Namun ekspor beras Vietnam ke Indonesia terus meningkat
hingga saat ini dibandingkan dengan beras Thailand.
Vietnam merupakan salah satu negara yang memiliki produksi beras
terbesar di Asia Tenggara saat ini dengan jumlah permintaan beras domestik
adalah sebesar 20% sedangkan 80% surplus. Dengan adanya surplus, pemerintah
Vietnam melakukan eskpor beras ke negara lain termasuk Indonesia. Menurut
data IRRI (2012), ekspor Vietnam mencapai 7 000 000 ton (lampiran 1).
Keberhasilan Vietnam dalam melakukan ekspor beras adalah dengan adanya
manajemen stok beras yang dilakukan pemerintah Vietnam dalam pengelolaan
produksi, konsumsi serta pemasaran beras.
Hampir semua negara di Asia, khususnya ASEAN melaksanakan kebijakan
stok cadangan (reserve stock) beras nasional. Tujuannya adalah untuk keperluan
darurat seperti bencana alam, perang dan konflik sosial, serta untuk keperluan
stabilitas harga. Dengan adanya cadangan beras, akan mengurangi kelangkaan
beras serta menjaga agar tingkat harga beras lebih stabil (Sawit 2010). Pemenuhan
kebutuhan cadangan beras tidak hanya berasal dari dalam negeri saja tetapi
pemerintah melalui Badan Usaha Logistik (BULOG) juga melakukan pengadaan
beras melalui pengaadaan beras luar negeri melalui impor. Beras impor yang ada
dalam cadangan beras pemerintah memiliki fungsi sebagai stok pendukung beras
yang ada di dalam negeri untuk tetap dapat menjaga kestabilan harga beras dalam
negeri serta sebagai cadangan jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Fungsi lain dari
beras impor terhadap cadangan beras adalah menjadi stok beras akhir tahun
dengan pengadaan beras dalam negeri yang harus dimiliki oleh BULOG.
Upaya pengembangan industri beras yang efisien di Indonesia dapat
dilakukan dalam sistem manajemen stok beras oleh BULOG dan juga pemerintah
sehingga tetap memberikan insentif bagi petani maupun pelaku pengolahan dan
pemasaran beras untuk tetap mempertahankan konsistensi mutu gabah/beras.
Mengingat peran yang dimiliki oleh beras sangat besar, maka berbagai upaya
perlu dilakukan untuk menjaga ketersediaannya dengan mutu baik dan konsisten
serta harga pada level yang stabil. Hal ini perlu dilakukan dengan harapan beras
tetap tersedia sepanjang tahun dengan kualitas yang semakin baik sehingga
kebutuhan pangan penduduk terpenuhi serta fluktuasi harga tetap terkendali dan
juga dapat menurunkan angka impor beras dengan pengurangan kebijakan impor
beras dari negara-negara pengeskpor.
Perumusan Masalah
Kebutuhan beras yang meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan
penduduk yang juga meningkat maka pemenuhan kebutuhan pangan khususnya

4

beras dapat dilakukan dengan dua yaitu produksi dalam negeri dan impor dari luar
negeri. Pertumbuhan jumlah produksi beras di Indonesia selalu meningkat setiap
tahun namun belum dapat memenuhi kebutuhan beras dalam negeri. Secara nyata
produktivitas dalam negeri meningkat tapi masih lemah untuk dapat memenuhi
permintaan.
Tidak tercukupinya permintaan dapat disebabkan juga dengan lemahnya
pendistribusian terhadap konsumen. Dalam prakteknya terlihat bahwa masih
lemahnya manajemen stok beras yang dilakukan oleh pemerintah melalui
BULOG sebagai lembaga yang memiliki peran sebagai pelaku pengadaan beras
dalam negeri, distribusi dan juga menjaga kestabilan harga beras. Disini perlu
dilakukan analisis mengenai bagaimana kondisi cadangan beras nasional serta
kinerja BULOG.
Permasalahan lain yang dapat dilihat adalah jumlah produksi beras nasional
yang belum dapat mencukupi permintaan beras nasional. Masih lemahnya
produksi beras nasional menyebabkan pemerintah mengambil kebijakan impor
beras. Impor beras terbesar saat ini diperoleh dari Vietnam, hal ini tentu
memberikan pengaruh terhadap stok beras nasional.
Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijabarkan diatas maka yang
menjadi tujuan dari penelitian ini adalah
1.
Mendeskripsikan kondisi cadangan/stok beras nasional dan Peran Perum
BULOG sebagai lembaga yang melakukan pengadaan beras.
2.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi cadangan beras nasional
selain impor beras Vietnam.
3.
Menganalisis mekanisme stok beras di Indonesia dan memberikan saran
kebijakan untuk pengembangan stok beras nasional.
Manfaat Penelitian
1.

2.

Bagi peneliti, mampu menganalisis dampak dari sebuah kebijakan
terhadap cadangan beras nasional serta dapat menciptakan sebuah
kebijakan yang bermanfaat bagi setiap pihak yang membutuhkan.
Bagi Pemerintah, memberikan solusi untuk pemerintah dalam menciptakan
sebuah kebijakan baru yang nantinya dapat diaplikasikan sehingga dapat
mengurangi impor beras dan meningkat peran Perum BULOG.
Ruang Lingkup

Penelitian ini memiliki ruang lingkup Indonesia dan Vietnam yang
dilakukan secara makro. Data diperoleh berupa data sekunder melalui instansiinstansi terkait dan juga informasi melalui media internet.

5

2 TINJAUAN PUSTAKA
Penawaran dan Permintaan Beras Domestik
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Insyauddin (2009) terkait dengan
dampak kebijakan harga dasar dan tarif impor terhadap penawaran dan
permintaan beras di Indonesia memiliki tujuan mengestimasi faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi gabah di Jawa dan luar Jawa, mengestimasi faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan beras di Indonesia, menganalisa pengaruh
kebijakan harga dasar dan tarif terhadap produksi, konsumsi dan impor. Tujuan
dari penelitian ini jawab dengan menggunakan metode Two Stage Least Square (2
SLS). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi padi di Jawa dapat ditunjukkan oleh perilaku luas areal
panen padi dan produktifitas lahan, harga gabah, harga dasar gabah, curah hujan
di Jawa dan lag luas areal panen tahun sebelumnya. Faktor yang mempengaruhi
produksi gabah di luar Jawa dipengaruhi oleh luas areal panen dan produktivitas
lahan.
Penelitian empiris juga dilakukan oleh Kusumaningrum (2008) dengan
tujuan penelitian sebagai berikut faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran
dan permintaan beras di Indonesia, efektivitas perubahan kebijakan harga dasar
gabah dalam upaya peningkatan produksi, dampak kebijakan Harga Dasar
Pembelian Pemerintah (HDPP) terhadap penawaran dan permintaan beras di
Indonesia. Untuk dapat menjawab tujuan penelitian digunakan metode pendugaan
two stage least square. Dari hasil penelitian ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi penawaran beras adalah produksi beras Indonesia, jumlah besar
untuk benih susut, stok beras akhir tahun dan jumlah impor dan ekspor Indonesia.
Permintaan beras untuk konsumsi Indonesia untuk konsumsi Indonesia
dipengaruhi oleh harga beras eceran, harga jagung (sebagai barang subsitusi),
jumlah penduduk Indonesia, pendapatan penduduk Indonesia dan permintaan
beras sebelumnya. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah kebijakan
HDPP lebih efektif jika dibandingkan dengan harga dasar gabah jika dilihat dari
sisi peningkatan produksi karena persentase peningkatan produksi periode HDPP
sebesar 15 % lebih tinggi dari rata-rata kebijakan yang telah diterapkan akan
berdampak pada peningkatan produksi padi. Saran dari penelitian ini adalah
kebijakan HDPP diikuti oleh kebijakan perberasan lain dan dalam
mempertahankan kesejahteraan rakyat akibat kebijakan HDPP, pemerintah
memberikan kompensasi kerugian konsumen.
Kebijakan Beras Indonesia
Penelitian yang dilakukan Sitepu (2002) memiliki tujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan beras di pasar
domestik dan internasional, mengevaluasi dan meramalkan dampak kebijakan
ekonomi dan liberalisasi perdagangan perubahan kesejahteraan produsen dan
konsumen beras serta penerimaan devisa. Tujuan penelitian dijawab dengan
menggunakan metoda Two Stage Least Square dengan menggunakan data time
series dari tahun 1971-2000. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah
bahwa luas areal sawah telah mencapai kondisi closing cultivation frontier, yaitu

6

mencapai batas maksimum lahan subur yang layak untuk areal sawah akibat
meningkatnya kompetisi penggunaan lahan, sebagai akibat penggunaan pupuk
yang tidak berimbang. Permintaan beras domestik dan dunia dipengaruhi oleh
harga beras dunia, tetapi responnya inelastis. Sedangkan terhadap jumlah
penduduk dan jumlah produksi beras, responnya elastis yang artinya beras
merupakan kebutuhan pokok bagi sebagian besar negara pengimpor beras dunia.
Kebijakan harga dasar gabah akan menyebabkan net surplus akan bertambah,
sedangkan kebijakan penghapusan subsidi harga input berdampak pada penurunan
produksi dan pendapatan petani. Pemberlakuan liberalisasi perdagangan tidak
efisien dan tidak tepat untuk dilaksanakan karena keuntungan yang diterima oleh
konsumen lebih kecil jika dibandingkan dengan kerugian yang diterima oleh
produsen.
Penelitian empiris juga dilakukan oleh Sembiring et al (2012) terkait
dampak kebijakan pemerintah melalui instruksi presiden tahun 2005-2008 tentang
kebijakan perberasan terhadap ketahanan pangan. Tujuan dalam penelitian ini
adalah menganalisa dampak dari kebijakan beras terhadap ketahanan pangan dan
terhadap konsumen dan produsen surplus. Penelitian ini menggunakan data time
series dari maret 2005 hingga september 2009. Spesifikasi model kebijakan beras
menggunakan persamaan simultan yang terdiri dari 15 persamaan struktural dan
11 persamaan identitas yang diestimasi menggunakan metode 2SLS. Hasil yang
diperoleh adalah peningkatan harga pembelian pemerintah untuk gabah kering
giling sebesar 15 % meningkatkan keamanan pangan sehingga harga eceran beras
menurun membuat surpus konsumen dan produsen meningkat. Peningkatan harga
dasar eceran dari pupuk NPK sebesar 15 % memberikan dampak negatif terhadap
keamanan pangan karena mengakibatkan harga eceran beras meningkat sehingga
berpengaruh negatif terhadap surplus konsumen. Keamanan pangan dapat dicapai
jika pembelian pemerintah pada gabah kering giling diimplemantasikan secara
dasar.
Hidayat (2012) juga melakukan penelitian empiris terkait perubahan harga
beras dunia terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia pada berbagai kondisi
transmisi harga dan kebijakan domestik. Tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis transmisi harga dan pasar integrasi dari pasar dunia terhadap pasar
domestik, menganalisis dampak dari perubahan harga beras dunia terhadap
kesejahteraan produsen dan konsumen, untuk menganalisis perubahan harga dunia
dan kebijakan dalam negeri (kebijakan perubahan harga dalam negeri, tarif impor
dan kuota impor beras). penelitian ini menggunakan estimasi melalui model
Ravallion dan kalkulasi indek integrasi pasar. Hasil menunjukkan bahwa pasar
beras Indonesia terintegrasi lemah dengan pasar beras dunia. Perubahan harga
pasar beras adalah transmisi menuju pasar beras Indonesia, tapi tidak sempurna.
Peningkatan harga beras dunia dapat meningkatkan kesejahteraan petani,
walaupun kesejahteraan konsumen menurun. Harga dunia dapat memberikan
dampak yang tinggi pada kesejahteraan umum ketika kondisi pasar dalam negeri
meningkatkan integrasi dengan pasar dunia.
Manajemen Stok Beras
Baldwin et al (2009) dalam penelitiannya memiliki tujuan yaitu mencapai
surplus beras di Asia Tenggara dalam proyek di tahun 2021 yang berkelanjutan
dalam ekspor dengan skala lebih besar dari Asia Tenggara. Penelitian ini dijawab

7

dengan menggunakan metoda deskriptif kualitatif. Dalam mencapai surplus beras
salah
satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki dan
meningkatkan fungsi stok beras. Secara regional, stok akhir telah meningkat
relatif dengan konsumsi sejak tahun 1998 dan rasio penggunaan stok Asia
Tenggara meningkat pada tahun 2008/2009. Ketika stok mencapai 19.9 juta ton
dan mewakili lebih dari 20% tingkat konsumsi tahunan atau penawaran cukup
untuk memenuhi kebutuhan pangan untuk lebih dari 70 hari. Pemerintah
melakukan stok untuk beberapa alasan, stok mungkin digunakan untuk keadaan
darurat seperti saat adanya bencana alam dengan sangat cepat stok untuk dapat
menjangkau para korban bencana. Pemerintah juga melakukan stok untuk keadaan
pasar (baik secara nasional ataupun permintaan global) untuk dapat mengatur
harga pasar. Keadaan pasar tampak seperti motif besar bagi pemerintah dengan
adanya permintaan stok dari negara pengimpor seperti Philipines dan Indonesia
dan stok sering dibeli dari sumber asing. Dalam kasus lain, akumulasi stok karena
pemerintah membeli beras dari petani untuk meningkatkan harga yang diterima
oleh petani. Pemerintah menghimbau bahwa stok bersifat sementara dan akan
segera habis jika harga pasar tinggi. namun dalam prakteknya, kadang-kadang
pemerintah menyimpan stok dalam periode yang lama, mungkin ketakutan yang
dimana muncul setiap saat akan menurunkan harga dan merugikan petani.
PT Dallabilla (2012) melakukan penelitian melalui survai lapang mengenai
manajemen stok perbesaran di Vietnam. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui teknologi perberasan serta supply chain beras di Vietnam dan
bagaimana kebijakan perberasan yang ada dalam manajemen stok beras di
Vietnam. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Hasil dari penelitian
ini adalah tekonologi perberasan yang dimiliki oleh Vietnam terdiri dari beberapa
tahap. Dimulai dari teknologi panen, pengupasan, penyimpanan, pemutihan,
pemolesan, serta sorting dilakukan dengan rapih dan teratur. Penggilingan
dilakukan saat kadar air 13.5 – 14 %. Selanjutnya adalah tahap penggudangan
dilakukan selama 3 bulan. Selanjutnya adalah pemutihan ulang hingga 3 - 4%.
Peyimpanan setelah pemutihan hingga 1 - 2 bulan dan tahap terakhir adalah
pencampuran beras untuk syarat beras pecah dan hingga tahap akhir penimbangan
serta pengemasan untuk ekspor. Supply chain beras Vietnam adalah dimulai dari
petani selanjutnya pedagang pengumpul yang diteruskan ke Rice Semi Proccesors
atau pedagang. Dari pedagang beras disalurkan kepada perusahaan pengolahan
padi dan siap untuk di ekspor. Manajemen stok beras Vietnam memiliki potensi
ekspor karena pemerintah melalui Vinafood dengan manajemen stok yang baik
dan mencapai surplus beras nasional (10 juta ton beras/ tahun). Dengan adanya
garis komando dari pemerintah hingga kabupaten patuh dan komitmen terhadap
kebijakan beras yang ada di Vietnam.
Penelitian secara survai juga dilakukan oleh PT Dallabilla (2012) terhadap
manajemen stok beras di Jepang. Tujuan dari survey ini adalah untuk mengetahui
bagaimana mekanisme manajemen stok yang ada di Jepang serta kebijakan yang
digunakan oleh pemerintah Jepang dalam pencapaian surplus beras. Jepang
termasuk negara yang juga mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok utama
dan menempati posisi 10 besar di Asia sebagai negara yang mengkonsumsi beras
tertinggi. Oleh sebab itu Jepang tidak perlu melakukan impor. Namun petani di
Jepang di arahkan untuk beralih ke komoditi lain seperti gandum, kedelai, sayursayuran dengan pemberian subsidi sebesar ¥ 15 000/10 acre. Program subsidi

8

langsung yang diadakan oleh pemerintah adalah dimana menjual hasil produksi
dengan harga lebih rendah dibandingkan harga produksi. Adapun subsidi
tambahan, harga jual pasca panen, serta subsidi tetap sebesar ¥ 15 000/ 10 acre.
Untuk rantai tataniaga sendiri Jepang tidak memiliki supply chain yang tidak
terlalu panjang. Supply chain dimulai dari petani yang menjual hasil produksi
kepada Japan Agricultural Cooperatives Group (JA) atau perusahaan ini mirip
dengan BULOG yang ada di Indonesia. JA bekerjasama dengan perusahaan
swasta dalam menyalurkan hasil produksi dari petani hingga retailer dan
konsumen akhir. Manajemen stok beras yang dimiliki oleh Jepang adalah
mencapai surplus supply melalui perubahan pola konsumsi beras dan harga beras
yang tinggi dan sulit untuk dapat diekspor. Pemberian subsidi tetap, subsidi
variabel, pengembangan R&D, perbaikan mekanisasi, pendampingan, adanya bea
masuk beras impor serta adanya subsidi harga. Melalui JA membangun
kelembagaan dengan petani yang lebih solid sehingga petani tidak dirugikan.
Kerjasama JA dengan perusahaan swasta di bawah pengawasan pemerintah.
Menurut Suryana (2008) di Indonesia makna dari ketahanan pangan secara
formal dirumuskan dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1996 tentang pangan. Isi
dari Undang-Undang tersebut adalah terpenuhinya pangan bagi rumah tangga
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, merata dan terjangkau. Definisi ini lebih tepat dengan definisi
Food Security. Dalam rangka ketahanan pangan dan untuk situasi darurat
(bencana alam dan sosial), pemerintah perlu memiliki stok pangan (beras) yang
dapat dengan segera didistribusikan. Selama ini, untuk keperluan darurat,
pemerintah mengambil stok beras yang ada di BULOG. Dengan adanya stok di
gudang BULOG banyak manfaat yang diperoleh baik untuk pemerintah, institusi
BULOG maupun masyarakat umum. Bagi pemerintah dengan adanya iron stok,
pemerintah memiliki stok pada jumlah tertentu yang selalu tersedia setiap waktu
dan setiap tempat. Untuk pengadaan iron stok tersebut maka pada tahun pertama
pemerinah perlu menganggarkan dana sebesar harga pembeliaan beras dan biaya
pengelolaan untuk 1.25 juta ton beras dan untuk tahun berikutnya hanya
menganggarkan dana beras yang telah disalurkan pada tahun sebelumnya
sehingga jumlah beras iron stok setiap tahun tetap (BULOG 2005).
Kebijakan Beras Vietnam
Tsukada (2013) melakukan penelitian mengenai kebijakan beras di
Vietnam yang dimana tujuan dari penelitian Tsukada adalah menganalisis
bagaimana Vietnam mencapai keamanan pangan sebagai negara exportir beras.
Tujuan dari penelitian ini adalah menguji peran dari kebijakan pengembangan
ekonomi beras seperti pada pencapaian ketahanan pangan nasional. Tahap
berikutnya yang akan diteliti adalah perkembangan produksi beras di Vietnam.
Melihat terhadap surplus pada tingkat regional dan menunjukkan disparitas yang
besar antar wilayah. Dalam penelitian ini Tsukada menggunakan metoda
pendekatan analisis secara deskriptif kualitatif dengan data sekunder. Hasil dari
penelitian ini adalah pesatnya pertumbuhan produksi beras selama tiga dekade
terakhir setelah beberapa reformasi pertanian. Bersamaan dengan program
pengembangan ekonomi meningkat, pemerintah Vietnam intensif mengandalkan
kualitas kontrol atas total ekspor beras dengan menjaga keseimbangan antara

9

pasokan dalam negeri dan beras internasional. Secara umum, kebijakan eskpor
berjalan dengan sangat baik dalam menjaga kestabilan pasar beras secara umum,
seperti yang mereka lakukan pada tahun 1980 dan 1990. Hal ini tidak mungkin
bahwa Vietnam mengabaikan pengontrolan terhadap total eskpor beras untuk
masa yang akan datang. Untuk mencapai kesejahteraan konsumen yang miskin
yaitu dengan serius dapat dirugikan oleh harga yang tinggi. maka pemerintah akan
memperbaiki dari pilihan untuk intervensi dalam ekspor beras.
Nielsen (2003) dalam penelitiannya menjelaskan mengenai kebijakan beras
Vietnam. Berasal dari negara yang mengimpor beras terbesar pada tahun 1980-an,
Vietnam bertransformasi menjadi negara pengekspor beras terbesar saat ini di
dunia setelah Thailand pada tahun 1990an. Hal ini berhasil memecahkan pasar
dunia dengan membuat trade-off baru dari kebijakan Vietnam antara memastikan
pasokan beras pada harga yang terjangkau oleh tangan konsumen dalam negeri
dan menghasilkan devisa dari ekspor beras. Hingga saat ini pemerintah telah
mengatur ekspor beras melalui jumlah kuota ekspor nasional. Reformasi ini
terlihat lebih jelas dalam hambatan dalam negeri seperti pembatasan lintas
mobilitas sektor darat maupun internasional yang dimana hambatan ini seperti
perkenalan distorsi oleh perjanjian perdagangan prefensial. Sejak Doi Moi dimulai
tahun 1986 yang memiliki arti renovasi ekonomi, pemerintahan Vietnam
membentuk kebijakan baru yang berorientasi kepada ekonomi pasar (SocialistOriented Market Economy). Tujuan utama dari kebijakan tersebut adalah
pengaruh dari sektor beras dan incentif untuk petani lebih ditingkatkan dalam
penggunaan lahan, investasi, pemasaran dan juga penjualan. Untuk dapat
mencapai hal tersebut maka peran pemerintah sangat penting dalam perekonomian
dan juga perusahaan swasta serta koperasi memiliki peran yang sama dalam
memproduksi komoditas (Wikipedia 2012).
Impor Beras
Mulyana (2007) dalam penelitian memiliki tujuan mengkaji faktor-faktor
apa saja yang signifikan pengaruhnya terhadap perilaku impor dan operasi pasar
bebas di Indonesia dan bagaimana dampak penghapusan intervensi pemerintah
dan peran BULOG sebagai pengendali stok dan pelaksana intervensi kebijakan
harga beras terhadap stabilitas pasar domestik. Model pendekatan terhadap
perilaku impor dan pengendalian stok beras Indonesia yang dikembangkan dalam
penelitian ini merupakan pendekatan parsial, yaitu pada blok pengendalian stok
pada sistem ekonomi beras Indonesia. Sistem yang langkap dari ekonomi beras
mencakup subsistem atau blok produksi/ penawaran, blok konsumsi/ permintaan,
blok pengendalian stok dan blok pasar dunia/ekspor dan impor. Hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah peubah ekonomi harga impor beras maupun
harga beras dipasar domestik, tidak begitu mempengaruhi perilaku impor beras
Indonesia, stok beras maupun pengadaan dan pelepasan stok beras tersebut oleh
BULOG. Intervensi harga beras domestik (subsidi harga konsumen) dan sistem
pengadaan dan operasi pasar bebas oleh pemerintah masih tetap diperlukan
minimal dalam jangka pendek untuk memacu peningkatan produksi, memenuhi
permintaan domestik, mencegah penurunan tingkat kesejahteraan produsen dan
konsumen dan menghindari transfer pendapatan yang lebih dari pedagangan.

10

Tey dan Brindal (2012) melakukan penelitian mengenai impor beras yang
ada di Singapura. Tujuan dari penelitian ini adalah mengestimasi alokasi impor
beras untuk mencari ukuran adaptasi yang dimana implikasi keluar pada negara
yang bergantung terhadap impor. Penelitian ini menggunakan data time series
yang dianalisa dengan menggunakan sistem permintaan ideal atau AIDS model.
Hasil dari penelitian ini adalah sumber baru yang dimana lokasi yang berbeda
akan menjadi kekuatan strategi diversifikasi oleh Singapura. Sumber pengganti
impor kedua adalah susbstitusi.
Egbedi et al (2012) melakukan penelitian empiris mengenai impor beras.
Tujuan dalam penelitian ini adalah menentukan perbedaan atas ukuran kebijakan
perdagangan beras dalam suatu negara dan dampaknya terhadap kesejahteraan
produksi dan konsumsi rumah tangga dan menganalisis kebijakan perdagangan
beras mana yang paling terbaik untuk perubahan kesejahteraan rumah tangga di
Nigeria. Metode penelitian yang digunakan Computable General Equilibrium
(CGE). Hasil dari penelitian adalah kesejahteraan dalam rumah tangga petani
meningkat dengan kebutuhan yang sangat tinggi dari kebijakan proteksi walaupun
biaya dari kesejahteraan sosial. Di sisi lain, kebijakan liberalisasi yang extreme
tarif yang nol persen dari impor sangat merugikan semua kesejahteraan rumah
tangga dan terlebih kesejahteraan nasional. Bagaimanapun, penurunan terakhir
pada kesejahteraan nasional terjadi dengan sedikit pengurangan tarif impor beras.
Selanjutnya, implikasi besar dari kebijakan ini adalah pengurangan sedikit tarif
impor beras dapat mengadopsi sebagai kebijakan perdagangan beras Nigeria
untuk impor beras sebagai pilihan peningkatan kesejahteraan pada kesejahteraan
nasional. Sejalan dengan ini, target kebijakan peningkatan kesejahteraan pada
keuntungan rumah tangga, khususnya rumah tangga petani yang ada di utara, dan
juga bisa mencegah penurunan kesejahteraan.
Lubis (2005), melakukan penelitian mengenai analisis kebijakan impor
beras dengan tujuan merumuskan kebijakan untuk mengurangi konsumsi beras,
dan merumuskan kebijakan untuk meningkatkan diversifikasi pangan pokok.
Peneltian ini menggunakan model simulasi Agriculture Trade Policy Simulation
Model (ATPSM), yang menggunakan model nilai elastisitas yang diperoleh dari
data runtun waktu selama 1978-2002. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah kebijakan tariff quota lebih efektif mengurangi impor beras dibandingkan
dengan kebijakan tarif, kebijakan domestic support efektif meningkatkan produksi
jagung, ubi jalar, dan ubi kayu sebagai substitusi beras, dan diversifikasi pangan
pokok dapat didorong melalui penyediaan pangan pokok alternatif yang bergizi
dan mudah saji sebagai substitusi beras. Kebijakan domestic support yang paling
berpengaruh untuk peningkatan luas lahan adalah kebijakan harga dan dana
irigasi, sedangkan kebijakan yang paling berpengaruh untuk peningkatan
produktivitas adalah pelatihan petani untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan bertani mereka. Demi keberhasilan diversifikasi pangan pokok,
pemerintah perlu membatasi impor dan mencegah penyelundupan pangan pokok
secara terencana dan sistematis.

11

3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoristis menjelaskan teori – teori yang dipergunakan
untuk membantu dalam pelaksanaan setiap tahapan penelitian dan penyusunan
karya ilmiah. Teori – teori yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain
konsep perdagangan internasional, konsep manajemen stok beras, dan konsep
persamaan regresi linear berganda.
Konsep Perdagangan Internasional
Menurut teori klasik Adam Smith, suatu negara akan memperoleh manfaat
dari perdagangan internasional (gain from trade) dan meningkatkan
kemakmurannya bila terdapat free trade (perdagangan bebas) dan melakukan
melalui perdagangan bebas akan terjadi interaksi peningkatan ekspor dan impor
sehingga mengakibatkan produksi nasional (GDP) meningkat. Hal ini akan
meningkatkan kemakmuran negara. Setiap negara akan memperoleh manfaat
perdagangan internasional karena melakukan spesialisasi produksi dan
mengeskpor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan absolute ( absolute
advantage), serta mengimpor barang jika negara tersebut memiliki
ketidakunggulan absolut (absolut disadvantage) (Hady dalam Anggi 2013).
Sementara itu, menurut teori klasik lainnya yaitu teori Ricardian yang dirumuskan
oleh David Ricardo, menyatakan bahwa keuntungan komparatif timbul karena
adanya perbedaan teknologi antar negara. Hal ini berarti berlangsungnya
perdagangan internasional merupakan akibat adanya perbedaan produktifitas antar
Negara. Atas dasar teori ini maka perdagangan internasional merupakan fenomena
yang dapat membantu dalam meningkatkan kapasitas produksi dan standar hidup
dan semua negara.
Ketika harga suatu komoditas di suatu negara lebih tinggi dibandingkan
dengan harga di dunia, maka negara tersebut akan melakukan kebijakan untuk
mengimpor komoditas tersebut. Begitupun sebaliknya, ketika harga suatu
komoditas di suatu negara lebih rendah dibandingkan harga yang terjadi di dunia,
maka negara tersebut akan melakukan kebijakan untuk mengeskpor produk yang
merupakan kelebihan produksi atas permintaan dalam negeri. Kondisi tersebut
diilustrsikan melalui keseimbangan parsial perdagangan internasional yang
disajikan pada gambar 1. Kurva Dx dan kurva Sx dalam panel A dan C pada
Gambar 1 masing-masing melambangkan kurva permintaan dan penawaran untuk
komoditas X di negara 1 dan negara 2. Sumbu vertical pada ketiga panel tersebut
mengukur harga-harga relatif untuk komoditas X (Px/Py) atau dengan kata lain
jumlah komoditas Y yang harus dikorbankan oleh suatu Negara dalam rangka
memproduksi satu unit tambahan komoditas X. Sedangkan, sumbu horizontal di
ketiga panel mengukur kuantitas komoditas X.

12

Px/Py

Px/Py

Px/Py
Sx

A”

P3

Sx

Ekspor

A’

S
B*

B’

E*

E’

E

B

Impor
A

A*

D

Dx

Dx
0

Keterangan:

0

0

Panel A = Pasar di negara 1 untuk komoditas X
Panel B = Hubungan perdagangan internasional dalam komoditas X
Panel C = Pasar di negara 2 untuk komoditas X

Gambar 1 Keseimbangan parsial perdagangan internasional
Sumber : Salvatore (1997)
Panel A menunjukkan bahwa Negara 1 akan melakukan produksi dan
konsumsi di titik A (kuantitas komoditas X yang ditawarkan akan sama dengan
kuantitas yang diminta oleh konsumen di Negara 1 berdasarkan harga relatif P1).
Hal ini memunculkan titik A* pada kurva penawaran komoditas X negara 2 di
panel B. Sedangkan negara 2 pada panel C juga akan berproduksi dan
mengkonsumsi komoditas X di titik A’ (kuantitas komoditas X yang ditawarkan
akan sama dengan kuantitas yang diminta oleh konsumen di negara 2 bedasarkan
harga relative P3). Hal tersebut memunculkan di titik A’’ yang terletak pada kurva
permintaan impor komoditas X negara 2 yang berada di panel B.
Jika negara 1 pada panel A berdasarkan harga relative P2, maka akan
terjadi kelebihan penawaran apabila dibandingkan dengan tingkat permintaan
untuk komoditas X sebesar BE. Kuantitas sebesar BE itulah yang merupakan
kuantitas komoditas X yang akan dieskpor oleh Negara 1 pada relative P2. Begitu
halnya untuk negara 2 pada panel jika berdasarkan harga relative P2 akan terjadi
kelebihan permintaan yang lebih besar dari penawarannya, yaitu sebesar B’E’.
kelebihan itu sama artinya dengan kuantitas komoditas X yang akan diimpor oleh
Negara 2 berdasarkan harga relative P2. Kuantitas impor komoditas X yang
diminta oleh negara 2 (sebesar B’E’ dalam panel C) akan dipenuhi dengan
kuantitas ekspor komoditas X yang ditawarkan oleh negara 1 (sebesar BE dalam
Panel A). hal tersebut diperlihatkan oleh perpotongan antara kurva D dan kurva S
setelah komoditas X diperdagangkan antara kedua negara yang ditunjukkan pada
panel B (Salvatore 1997).

13

Konsep Manajemen Stok Beras
Bagi Indonesia ancaman krisis pangan tersebut mestinya telah dapat
diantisipasi secara baik sejak beberapa tanda-tanda awal telah beberapa tandatanda awal telah bermunculan. Status provinsi yang surplus dan yang difisit beras
telah diketahui lama oleh para perumus kebijakan di negeri ini. Para peneliti dan
mereka yang bergelut dari di bidang ekonomi pangan juga telah sangat paham
tentang karakter, keberagaman dan kekhasan sistem produksi beras, berikut
keragaan pasar dan efisiensi sistem tataniaga pangan pokok ini. Pasar gabah dan
karakter pedagang pengumpul di Jawa pasti berbeda dengan pasar gabah di luar
Jawa. Pola pembentukan harga beras di kota-kota besar sangat berbeda dengan
pola pembentukan harga beras di kota kecil dan kecamatan. Untuk itu sangat
diperlukan pengelolaan manajemen yang baik dalam mengatur cadangan pangan
nasional (Riswani 2010). Stok atau cadangan adalah sejumlah makanan yang
disimpan atau dikuasai oleh pemerintah atau swasta yang dimaksud sebagai
cadangan dan akan digunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan. Secara umum,
pemegang stok gabah ada dua, yaitu pemerintah dan masyarakat. Stok gabah
pemerintah dipegang oleh BULOG, sedangkan stok di masyarakat salah satunya
dipegang oleh petani (BPS 2012).
Pengelolaan stok beras secara garis besar mencakup tiga kegiatan yaitu
pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran. Walaupun peraturan yang ada
menyebutkan bahwa pengelolaan cadangan pangan pemerintah menjadi tanggung
jawab semua tingkat pemerintahaan dari pemerintahan desa hingga pemerintahan
pusat, namun saat ini ketiga aktifitas tersebut seluruhnya dilakukan oleh
pemerintah pusat. Untuk dapat melaksanakan pengelolaan cadangan pangan,
pemerintah pusat menugaskan BULOG untuk dapat menjalankan kegiatan
tersebut. BULOG dalam melakukan kegiatannya scara fisik didukung oleh
fasilitas perkantoran dan pergudangan yang memadai. Jenis-jenis cadangan beras
yang dikelola oleh BULOG adalah sebagai berikut pertama, stok operasi yaitu
stok ini untuk memenuhi kebutuhan program Beras Miskin (Raskin). Kedua,
reserve stock yaitu digunakan untuk keperluan darurat seperti bencana alam.
ketiga, stok penyangga (buffer stock) yaitu untuk keperluan melakukan operasi
pasar murni (OPM). Keempat, pipe line stock yaitu stok ini untuk memenuhi
berbagai kebutuhan seperti darurat, stok penyangga, dan keperluan berjaga-jaga
lainnya. Disebut dengan pipe line karena apabila stok beras telah dikeluarkan
untuk suatu keperluan, maka harus segera diisi dengan yang baru, sehingga
jumlanya tidak berkurang dari angka yang telah ditetapkan (Saliem et al 2005).
Berdasarkan pedoman umum pengadaan beras oleh BULOG (2009)
pemenuhan kebutuhan beras oleh BULOG dilakukan pengadaan beras dari dalam
negeri. Adapaun engadaan beras dalam negeri dapat diperoleh melalui beberapa
tingkatan, yaitu Pengadaan Reguler adalah pengadaan gabah/beras dalam negeri
yang dilakasanakan oleh perum BULOG di Divisi Regional (Divre)/ Sub Divisi
Regional (Subdivre) setempat berdasarkan ketentuan Inpres RI tentang kebijakan
perberasan yang berlaku. Pengadaan Beras Regional adalah pengadaan beras
dalam negeri berdasarkan ketentuan Inpres RI tentang kebijakan perberasan yang
berlaku, yang dilaksanakan oleh Divre/Subdivre dengan tambahan insentif biaya
angkutan. Untuk pelaksanaan pengadaan beras regional harus mendapat ijin

14

khusus dari direksi Perum BULOG, dana hasilnya tidak untuk diangkut ke Divre
lain.
Pengadaan Beras Jarak jauh (Lintas Divre) adalah pengadaan beras dalam
negeri berdasarkan ketentuan Inpres RI tentang kebijakan perberasan yang
berlaku, yang dilaksanakan oleh Divisi Regional (Divre)/ Sub Divisi Regional
(Subdivre) dengan tambahan insentif biaya angkutan yang dibuktikan dengan B/L
pemuatan ke kapal. Untuk pelaksanaan pengadaan ini harus mendapat ijin khusus
dari direksi Perum BULOG dan tidak dapat di angkut ke Divre lain. Pengadaan
Beras Harga Pembelian Pemerintah (HPP) plus adalah pembelian beras dalam
negeri dengan harga yang lebih tinggi dari HPP dan kualitas yang lebih baik
ketentuan pemerintah. Penetapan tentang harga dan kualitas beras HPP plus
ditetapkan oleh Direksi Perum BULOG. Mitra Kerja Pengadaan Dalam Negeri