TINJAUAN PUSTAKA Pengamatan Kebocoran Usus Setelah Anastomosis Dengan Single Dan Two Layer Pada Hemikolektomi Kanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penyatuan dua bagian usus untuk mengembalikan fungsi usus tanpa kebocoran tidaklah mudah. Ada beberapa prinsip dasar yang penting yang telah ditentukan untuk mendapatkan hasil yang baik, yaitu : aproksimasi merapatkan usus yang akurat tanpa tegangan, suplai darah vaskularisasi yang baik untuk kedua bagian usus yang disatukan, mengatasi infeksi, kondisi penderita dan penyakit penyerta yang menghambat proses penyembuhan dan keadaan jaringan usus itu sendiri. Teknik penjahitan anastomosis sangat penting, sebab berperan dalam aproksimasi dan suplai darah vaskularisasi ke jaringan usus yang disambung. Angka kegagalan pada anastomosis usus berkisar 1,5 Matheson dkk sampai dengan 2,2 Carty dkk. Kebocoran anastomosis meningkatkan morbiditas dan mortalitas operasi, dapat memperpanjang masa perawatan dan dapat meningkatkan angka kematian sampai sepuluh kali lipat penelitian Debas dkk, 1973. Kematian akibat kebocoran usus berkisar 15 – 13 dari seluruh kematian setelah operasi laporan Shrock dkk, 1973. Kegagalan anastomosis bahkan dapat terjadi dalam keadaan yang paling ideal sekalipun. Penyembuhan Anastomosis Usus Kekuatan dinding usus terutama terdapat pada lapisan serosubmukosa dan perlu diketahui bahwa untuk menjahit segmen usus, lapisan serosa peritoneum Visceral menahan jahitan lebih baik dari pada Handi Effendi : Pengamatan Kebocoran Usus Setelah Anastomosis Dengan Single Dan Two Layer…, 2007 USU e-Repository © 2008 lapisan otot usus, baik longitudinal maupun sirkuler. Tidak adanya lapisan peritoneum mengakibatkan jahitan pada daerah rektum di bawah peritoneum refleksi dan esophagus bagian thorakal menjadi lebih sulit dibandingkan menjahit segmen intraperitoneum. Sebagai tambahan, lambung dan usus halus mempunyai suplai darah yang lebih baik dibandingkan esophagus dan usus besar. Maka dari itu lambung dan usus halus memiliki penyembuhan yang lebih baik. Proses penyembuhan anastomosis usus menyerupai proses penyembuhan luka bagian lain tubuh, terbagi atas fase inflamasi, proliferasi dan remodeling-maturasi. Komponen terkuat dinding usus, serosubmukosa, mengandung jaringan ikat yang kolagenous. Kolagen merupakan hal penting yang menentukan kekuatan usus, sehingga merupakan salah satu bagian yang penting dalam penyembuhan anastomosis. Pembentukan kolagen meningkat mencapai 60 pada hari ke-3 dan ke-4, dan mencapai puncaknya pada hari ke-5 sampai dengan hari ke-7 setelah operasi, dan pada kolon hal ini dapat bertahan hingga lebih dari 120 hari 4 bulan yang kemudian menurun ke keadaan normal. Dua bagian usus yang disambung sudah merekat pada hari pertama 24 jam setelah operasi, kekuatan anastomosis akan meningkat mencapai kekuatan penuh hari ke-14 sampai hari ke-21 Wise dkk, 1975. Teknik Penjahitan Single dan Two Layer Teknik penjahitan anastomosis two layer telah dikenal lebih dahulu pada awal abad ke-19 melalui percobaan pada hewan anjing yang dilakukan oleh Travers dan Lembert. Pada tahun 1836, Dieffenbach sukses melakukan Handi Effendi : Pengamatan Kebocoran Usus Setelah Anastomosis Dengan Single Dan Two Layer…, 2007 USU e-Repository © 2008 anastomosis usus halus pada manusia dengan menggunakan metode Lembert. Pada tahun 1880, Czerny mengatakan jahitan pada lapisan baigan dalam inner layer akan mengurangi resiko terjadinya kebocoran dan membuat aproksimasi mukosa yang lebih baik. Sejak itu teknik penjahitan two layer pada anastomosis usus banyak dipakai oleh ahli bedah. Teknik penjahitan single layer , pertama kali diperkenalkan oleh Hautefeuille pada tahun 1976 dengan melakukan penjahitan hanya pada serosubmukosa yang continousus. Di Amerika teknik ini diperkenalkan pertama kali oleh Allen dkk, yang mempresentasikan hasilanya pada Texas Surgical Society pada tahun 1979. Pada awalnya diyakini bahwa teknik anastomosis two layer dianggap lebih aman. Namun teknik anastomosis single layer lebih baik dilakukan pada pasien-pasien yang membutuhkan operasi yang lebih cepat seperti pada umur tua dan pada daerah yang sulit menurut Julian Britton. Analisa patologi dari anastomosis two layer , menunjukkan adanya area nekrotik yang mikroskopis dan adanya tanda-tanda strangulasi pada lapisan bagian dalam penelitian Oneil dkk, 1962. Studi pada hewan menunjukkan bahwa teknik penjahitan single layer membutuhkan waktu kerja yang lebih singkat, pembentukkan vaskularisasi yang lebih cepat, penyempitan lumen usus yang disambung lebih sedikit, penyembuhan luka lebih cepat dan meningkatkan kekuatan anastomosis usus pada hari-hari pertama setelah operasi penelitian Templeton dkk, 1985. Menurut J. Goligher lebih baik dalam hal pemulihan fungsi usus seperti : peristaltik, flatus dan defekasi, walaupun dalam penelitiannya menunjukkan angka kebocoran yang lebih tinggi pada single layer . Handi Effendi : Pengamatan Kebocoran Usus Setelah Anastomosis Dengan Single Dan Two Layer…, 2007 USU e-Repository © 2008

BAB 3 METODE PENELITIAN