Tumbuhan Karet TINJAUAN PUSTAKA

Metode pencocokan pola adalah salah satu teknik metode terapan dari teknik konvolusi. Teknik konvolusi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengkombinasikan citra daun masukkan dengan citra daun acuan, sehingga akan didapatkan nilai koefesien korelasi yang besarnya antara -1 dan +1. Saat koefesien korelasi mendekati +1, bisa dikatakan citra masukkan semakin sama mirip dengan acuannya. Rumus yang digunakan adalah: � = ∑ ∑ �� �� − �̅�� �� − �� �−1 �=0 �−1 �=0 �∑ ∑ � �� − �̅ 2 ∙ �−1 � =0 ∑ ∑ � �� − �� 2 �−1 �=0 �−1 �=0 �−1 �=0 Keterangan: r : Koefesien Korelasi x : Citra acuan template �̅ : Nilai rata-rata citra acuan �� : Nilai rata-rata citra masukkan y : Citra masukkan M,N : Jumlah citra piksel citra

2.6 Tumbuhan Karet

Tumbuhan Karet Hevea brasiliensis Muel.-Arg berasal dari Brazilia, Amerika Selatan, mulai dibudidayakan di Sumatera Utara pada tahun 1903 dan di Jawa pada tahun 1906. Tanaman ini berasal dari sedikit semai yang dikirim dari Inggris ke Bogor pada tahun 1876, sedangkan semai-semai tersebut berasal dari biji karet yang dikumpulkan oleh H. A. Wickman, kewarganegaraan Inggris, dari wilayah antara Sungai Tapajoz dan Sungai Medeira di tengah Lembah Amazon. Semangun, 2000. Saat ini tumbuhan karet telah banyak di tanam untuk diambil getahnya. Getah tunaman karet atau biasa disebut lateks banyak digunakan untuk untuk di proses menadi berbagai macam benda. Selain getah, tentunya batang tanaman karet juga dapat di manfaatkan untuk diolah menjadi berbagai benda yang tentunya bermanfaat, salah satunya dapat dibuat menjadi pintu rumah, jendela, dan lain sebagainya. Hasil dari tumbuhan karet banyak pergunakan untuk berbagai kebutuhan manusia, diantaranya adalah ban kendaraan. Hal inilah yang menjadi faktor pendukung dilakukan penanaman tanaman karet dalam jumlah yang banyak. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini telah banyak dikembangkan berbagi jenis klon tanaman karet. Namun, dari berbagai jenis klon yang telah ditemukan tentu tidak semua mampu memproduksi getah yang maksimal. Hal inilah yang menjadi faktor pendukung dikembangkannya penelitain pada tanaman karet. Penelitian banyak dilakukan pada upayah meningkatkan produksi getah secara maksimal. Berdasarkan data dari Balai penelitian Sungei Putih Pusat Penelitian Karet, saat ini terdapat 14 jenis klon yang menjadi anjuran untuk medapatkan produksi getah maksimal. Jenis klon tanaman karet yang menjadi anjuran tentunya memiliki sepsifikasi yang berfariasi baik itu jumlah produksi getah maupun ukuran batang. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah ketinggian dataran tempan penanaman dari permukaan laut. Jenis klon tanam karet yang menjadi anjuran beserta potensi produksi dari setiap jenis klon dapat di lihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Jenis klon Tanaman Karet Anjuran No Jenis klon Produksi Komulatif kgha Rataan kghath 5 th 10 th 15 th Klon penghasil getah lateks 1 IRR 104 9938 21860 41240 2083 2 IRR 112 10973 21770 32242 2149 3 IRR 118 9856 19985 30860 2057 4 IRR 220 10511 20086 32865 2191 5 BPM 24 8942 20423 30007 2000 6 PB 260 9989 21996 30946 2063 7 PB 330 9699 19306 29180 1945 8 PB 340 10900 19220 30074 2005 Klon penghasil getah lateks dan kayu 9 IRR 5 8046 18370 30986 2066 10 IRR 39 7273 15485 28862 1924 11 IRR 42 8488 15924 29700 1980 12 IRR 107 9080 17370 31422 2095 13 IRR 119 8350 16870 30085 2006 14 RRIC 100 6690 21010 29963 1998 Dari Tabel 2.1 terlihat bahwa jenis klon unggul tanaman karet dapat di kelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu jenis klon yang hanya menghasilkan getah lateks dan jenis klon yang menghasilkan geta lateks beserta kayu.

2.7 Daun