Persentase Mortalitas Pseudococcus spp.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Persentase Mortalitas Pseudococcus spp.

Hasil pengamatan terhadap persentase mortalitas Pseudococcus spp. dapat dilihat pada Lampiran 3-5. Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa jenis pestisida, konsentrasi dan metode aplikasi yang digunakan berpengaruh sangat nyata terhadap persentase mortalitas pada pengamatan II-IV HSA dan terdapat interaksi antara keduanya. Untuk mengetahui antara perlakuan mana yang berbeda nyata dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan pengaruh aplikasi ekstrak nimba, mahoni dan kitosan terhadap mortalitas Pseudococcus spp. pada pengamatan I-IV HSA No. Perlakuan Hari Setelah Aplikasi HSA I II III IV 1 P0A1 16.67 30.00 j 30.00 i 43.33 g 2 P1A1 32.50 40.46 h 64.07 e 78.89 d 3 P2A1 32.45 44.38 g 65.04 e 80.68 d 4 P3A1 39.76 48.24 g 65.61 e 84.85 c 5 P4A1 34.10 44.30 g 60.05 f 77.29 d 6 P5A1 33.07 48.84 f 69.51 d 81.32 c 7 P6A1 36.49 52.99 f 72.40 d 85.50 c 8 P7A1 26.89 30.50 i 26.68 i 30.45 i 9 P8A1 25.01 30.08 j 31.82 i 36.86 h 10 P9A1 29.67 34.64 i 37.97 h 60.35 e 11 P0A2 20.00 26.06 j 48.24 g 54.57 f 12 P1A2 62.47 82.91 c 93.73 b 98.61 a 13 P2A2 59.13 90.61 b 96.70 a 98.76 a 14 P3A2 75.63 96.67 a 99.17 a 99.17 a 15 P4A2 54.12 89.59 b 91.49 b 99.05 a 16 P5A2 60.42 82.00 c 89.04 c 95.56 a 17 P6A2 69.37 85.14 c 95.42 a 100.00 a 18 P7A2 46.35 81.74 c 94.92 a 97.14 a 19 P8A2 46.97 72.95 d 96.66 a 98.25 a 20 P9A2 35.05 64.83 e 91.56 b 94.70 b Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5 Universitas Sumatera Utara P0A1 = kontrol, semprot P0A2 = kontrol, celup P1A1 = nimba 1, semprot P1A2 = nimba 1, celup P2A1 = nimba 2,5, semprot P2A2 = nimba 2,5, celup P3A1 = nimba 5, semprot P3A2 = nimba 5, celup P4A1 = mahoni 1, semprot P4A2 = mahoni 1, celup P5A1 = mahoni 2,5, semprot P5A2 = mahoni 2,5, celup P6A1 = mahoni 5, semprot P6A2 = mahoni 5, celup P7A1 = kitosan 1, semprot P7A2 = kitosan 1, celup P8A1 = kitosan 2,5, semprot P8A2 = kitosan 2,5, celup P9A1 =kitosan 5, semprot P9A2 = kitosan 5, celup Hasil pengamatan pengaruh jenis dan aplikasi pestisida terhadap persentase mortalitas Pseudococcus spp. disajikan pada Tabel 1. Pada pengamatan hari pertama setelah aplikasi I HSA, dimana mortalitas Pseudococcus spp. dari semua perlakuan tidak terdapat interaksi antara jenis pestisida dengan cara aplikasi. Hal ini menunjukkan bahwa bahan aktif yang dikandung dalam pestisida belum bekerja. Pada pengamatan II HSA, semua perlakuan menunjukkan tingkat mortalitas Pseudococcus spp., dengan persentase mortalitas terendah pada perlakuan P0A2 kontrol celup, P0A1 kontrol semprot dan P8A1 kitosan 2,5 semprot yaitu 26,06, 30 dan 30,08. Persentase mortalitas tertinggi pada perlakuan P3A2 nimba 5 celup yaitu 96,67. Hal ini disebabkan semakin banyak bahan aktif ekstrak yang digunakan maka daya racunnya akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan Natawigena 1985 yang menyatakan setiap makhluk hidup mempunyai batas toleransi terhadap racun dan makhluk tersebut tidak mati. Lewat batas tersebut akan menimbulkan kematian pada makhluk yang diuji. Proses kematian akan semakin cepat dengan pertambahan dosis racun yang digunakan. Universitas Sumatera Utara Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan II HSA, mortalitas dengan perlakuan kitosan berbeda sangat nyata dari nimba dan mahoni. Persentase mortalitas pada perlakuan P9A1 kitosan 5 semprot sebesar 34,64 sedangkan pada perlakuan P3A1 nimba 5 semprot dan P6A1 mahoni 5 semprot masing-masing sebesar 48,24 dan 52,99. Hal ini disebabkan karena kitosan tidak membunuh hama secara cepat dan bersifat racun perut. Sesuai dengan Zakiah et al. 2007 yang menyatakan bahwa kitosan bekerja sebagai racun perut, sehingga dapat mengganggu sistem pencernaan hama dan secara perlahan akan mematikan hama. Tabel 1 pada pengamatan III HSA, memperlihatkan bahwa semua perlakuan berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan pada perlakuan P7A1 kitosan 1 semprot dan P8A1 kitosan 2,5 semprot tidak berbeda nyata dengan kontrol. Pada perlakuan dengan ekstrak nimba, persentase mortalitas Pseudococcus spp. tertinggi dijumpai pada P3A2 nimba 5 celup sebesar 99,17. Keadaan ini disebabkan kandungan bahan aktif Azadirachtin pada nimba bersifat racun pada serangga dan dapat menghambat aktifitas makan serangga sehingga pertumbuhan serangga terhambat dan bahkan menyebabkan serangga hama mati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kardinan 2004 yang menyatakan nimba tidak membunuh hama secara cepat, tetapi berpengaruh terhadap hama pada daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, hambatan pembentukan serangga dewasa, menghambat perkawinan, menghambat pembentukan kitin dan komunikasi seksual. Dari Tabel 1 pada pengamatan IV HSA, memperlihatkan bahwa semua perlakuan pestisida dengan cara aplikasi celup A2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan pestisida cara aplikasi semprot A1. Mortalitas Pseudococcus spp. lebih Universitas Sumatera Utara tinggi pada pestisida yang diaplikasikan dengan cara pencelupan. Hal ini disebabkan oleh pestisida yang tersebar merata pada seluruh permukaan buah manggis dan terjadi kontak langsung dan mampu meracuni kutu putih pada metode perendaman. Pada metode penyemprotan kemungkinan pestisida tidak merata di permukaan buah sehingga masih ada kutu yang terbebas dari racun pestisida biologi. Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan IV HSA, mortalitas Pseudococcus spp. terendah pada perlakuan P7A1 kitosan 1 semprot yaitu 30,45 dan tertinggi pada perlakuan P6A2 mahoni 5 celup yaitu 100. Tingginya persentase mortalitas pada perlakuan dengan ekstrak mahoni disebabkan senyawa flavonoida yang terkandung pada ekstrak mahoni bersifat insektisida, mempunyai bau yang tidak sedap dan rasanya pahit sekali. Bahan aktif yang terkandung pada mahoni ini berfungsi sebagai antifeedant terhadap serangga. Sesuai dengan Rimansyah 2010 yang menyatakan mahoni mengandung senyawa limonoid, saponin dan flavonoida yang bersifat menghambat makan dan perkembangan serangga. Tingkat mortalitas yang dihasilkan bisa mencapai 90 lebih pada hari keempat setelah aplikasi. Nimba dan mahoni merupakan pestisida yang dapat mengurangi serangan Pseudococcus spp. pada buah manggis. Dan cara aplikasi dari pestisida ini sangat mempengaruhi besarnya mortalitas Pseudococcus spp. Universitas Sumatera Utara

2. Perilaku Hama