Definisi Operasional Desain Penelitian

kemudian diinkubasi selama 24 jam setelah itu melakukan perhitungan kerapatan sel dengan rumus ∑ sel = ∑ koloni x 1Faktor pengenceran. b. pH Pengambilan data pengukuran pH dilakukan pada tahap perbanyakan massal sebelum formulasi dan tahap setelah formulasi. 1 Pengukuran pH tahap pertama dilakukan pada tahap perbanyakan massal sebelum formulasi dilakukan pada umur 24 jam, 48 jam dan 72 jam. 2 Pengukuran pH tahap kedua dilakukan setelah formulasi, diamati pada hari ke-3, ke-7, ke-30, dan ke-60. Cara pengukuran dengan menggunakan pH meter digital. c. Kandungan Nitrogen Pengambilan data kandungan nitrogen dilakukan pada limbah tahu dan molase, kemudian setelah formulasi diamati pada hari ke-3, dan ke-7. Untuk parameter kandungan nitrogen dilakukan uji di laboratorium Politeknik Negeri Jember dengan menyerahkan sample 100 ml pada setiap uji.

3.5 Definisi Operasional

Peneliti memberikan pengertian untuk menjelaskan operasional penelitian agar tidak menimbulkan pengertian ganda terhadap pembaca. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a Bakteri MHB adalah kumpulan bakteri yang mampu membantu mikoriza bersimbiosis dengan sel-sel korteks akar tanaman. Bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah Pseudomonas diminuta dan Bacillus subtilis b Formulasi konsorsium adalah persiapan produk atas bahan aktifnya dengan penggabungan antar bahan aktif atau bahan aktif dengan bahan pelengkap. Formulasi konsorsium yang dilakukan pada penelitian ini adalah mencampur 2 limbah cair tahu dengan bakteri Pseudomonas diminuta dan Bacillus subtilis dengan perbandingan volume tertentu dan mencampur 2 molase dengan bakteri Pseudomonas diminuta dan Bacillus subtilis dengan perbandingan volume tertentu. c Media pembawa adalah bahan yang dicampurkan dengan organisme dilengkapi dengan bahan tambahan untuk memaksimalkan kemampuan bertahan hidup di penyimpanan. Media pembawa yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah cair tahu 2 dan molase 2. d Limbah merupakan bahan yang sudah tidak digunakan lagi atau dibuang karena telah berkurang nilai manfaatnya. Limbah tahu yang diambil adalah limbah tahu cair yang merupakan air buangan sisa dari pengendapan sari kedelai. Molase adalah limbah tebu cair yang diperoleh dari buangan cair limbah dari pabrik gula. e Daya simpan adalah masa atau jangka waktu suatu bahan tidak mengalami perubahan signifikan secara fisik maupun kandungannya. Pengamatan daya simpan yang dilakukan meliputi pengamatan kerapatan sel bakteri dan pengamatan pH hasil formulasi pada hari ke-3, ke-7, ke-30, dan ke-60 setelah dilakukan formulasi, serta didukung oleh data kandungan nitrogen hasil formulasi pada hari ke-3 dan hari ke- 7.

3.6 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan RAL Rancangan Acak Lengkap faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah media pembawa yaitu limbah cair tahu dan molase, faktor kedua adalah berbagai perbandingan volume bakteri B. subtilis : P. diminuta yaitu 1:1, 1:2, 2:1, 2:3, dan 3:2. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap perbanyakan massal dan tahap formulasi. Pada tahap perbanyakan massal dilakukan penentuan persentase medium yang terbaik oleh tim peneliti UNPAD dan didapat persentase medium terbaik adalah 2 untuk limbah cair tahu dan molase. Pada tahap formulasi dilakukan pencampuran atau konsorsium dua bakteri yaitu B.subtilis dan P. diminuta dengan berbagai perbandingan volume dalam 100 ml 1:1, 1:2, 2:1, 2:3, dan 3:2. Setiap perlakuan memiliki 3 pengulangan dan tiap ulangan digunakan serial pengenceran 10 -7 , dari setiap serial pengenceran tersebut terdiri atas 2 sampel perhitungan koloni bakteri pada cawan dengan metode spread plate. Pengamatan kerapatan sel dan pH dilakukan pada hari ke-3, hari ke-7, hari ke- 30, hari ke-60 . Pada tahap formulasi dilakukan uji pendahuluan terlebih dahulu, dengan melakukan pengamatan hingga hari ke-7. Setelah itu dilakukan uji akhir dengan melanjutkan pengamatan dengan dua perbandingan bahan aktif dengan kerapatan tertinggi dari hasil pengamatan uji pendahuluan. Hasil dari uji pendahuluan menunjukkan bahwa P1 Bakteri B.subtilis : P.diminuta, 1:1 dan P4 Bakteri B.subtilis : P.diminuta, 2:3 memiliki kerapatan sel tertinggi dibandingkan serial perbandingan bahan aktif yang lainnya. Desain penelitian uji pendahuluan disajikan pada Tabel 3.1 dan desain penelitian uji akhir disajikan pada Tabel 3.2. Tabel 3.1 Desain Penelitian Uji Pendahuluan Media pembawa Perbandingan bahan aktif P1 P2 P3 P4 P5 M1 M1P1 M1P2 M1P3 M1P4 M1P5 M2 M2P1 M2P2 M2P3 M2P4 M2P5 Keterangan: a. M1 = Molase b. M2 = Limbah cair tahu c. P1 = Bakteri B.subtilis : P.diminuta, 1:1 d. P2 = Bakteri B.subtilis : P.diminuta, 1:2 e. P3 = Bakteri B.subtilis : P.diminuta, 2:1 f. P4 = Bakteri B.subtilis : P.diminuta, 2:3 g. P5 = Bakteri B.subtilis : P.diminuta, 3:2 Tabel 3.2 Desain Penelitian Uji Akhir Media pembawa Perbandingan bahan aktif P1 P2 M1 M1P1 M1P2 M2 M2P1 M2P2 Keterangan: a. M1 = Molase b. M2 = Limbah cair tahu c. P1 = Bakteri B.subtilis : P.diminuta, 1:1 d. P2 = Bakteri B.subtilis : P.diminuta, 2:3

3.7 Alat dan Bahan Penelitian

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS FORMULASI BAKTERI BERBAHAN AKTIF Pseudomonas diminuta, Pseudomonas mallei, DAN Bacillus mycoides PADA BERBAGAI BAHAN PEMBAWA SEBAGAI BIONEMATISIDA UNTUK MENGENDALIKAN NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis)

0 3 19

EFEKTIVITAS FORMULASI BAKTERI BERBAHAN AKTIF Pseudomonas diminuta, Pseudomonas mallei, DAN Bacillus mycoides PADA BERBAGAI BAHAN PEMBAWA SEBAGAI BIONEMATISIDA UNTUK MENGENDALIKAN NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis)

0 9 73

EFEKTIVITAS FORMULASI BAKTERI Pseudomonas mallei DAN Bacillus mycoides PADA

0 6 6

FORMULASI BIONEMATISIDA BARU BERBAHAN AKTIF Bacillus alvei, B. stearothermophilus DAN Pseudomonas diminuta UNTUK MENGENDALIKAN NEMATODA Globodera rostochiensis (TAHAP 2)

0 7 8

Growth of Bacillus megaterium CSK2, Bacillus subtilis CSK3 and Bacillus subtilis CSK4 Isolated from Coal Mixed Soil in Dibenzothiophene-Containing Medium

0 4 7

Aktivitas enzim protease dari bacillus sbtilis pada media limbah cair tahu

0 4 91

Produksi dan Karakterisasi Protease Bacillus substilis DB 104 Rekombinan Imobil pada Media Limbah Cair Tahu

0 9 79

BIOSINTESIS SELULOSA OLEH Acetobacter xylinum MENGGUNAKAN LIMBAH CAIR TAHU SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DENGAN PENAMBAHAN MOLASE

0 6 5

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI PROTEASE Bacillus subtilis DAN Bacillus cereus SEBAGAI AGEN UNHAIRING BULU DOMBA.

2 4 21

Karakterisasi PHA yang dihasilkan oleh Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus subtilis yang ditumbuhkan dalam media limbah cair pabrik kelapa sawit

0 0 7