PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI PROTEASE Bacillus subtilis DAN Bacillus cereus SEBAGAI AGEN UNHAIRING BULU DOMBA.

(1)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...3

1.3 Batasan Masalah...4

1.4 Tujuan Penelitian ...4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pertumbuhan ...6

2.1.1 Media Limbah Cair Tahu ...7

2.2 Bacillus Sp ...8

2.3 Protease ...12

2.3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Protease ...14


(2)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

2.5 Dialisis ...19

2.5 Unhairing Enzimatik ...20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian ...23

3.2 Alat dan Bahan ...23

3.2.1 Alat ...23

3.2.2 Bahan ...24

3.3 Bagan Alir Penelitian ...25

3.4 Prosedur Kerja ...26

3.4.1 Pertumbuhan B.subtilis dan B.cereus ...26

3.4.2 Pemilihan Media Terbaik dan Waktu Optimum ...26

3.4.3 Penentuan Suhu dan pH Optimum ...27

3.4.4 Pengujian Aktivitas Protease ...27

3.4.5 Pemurnian Enzim ...28

3.4.5.1 Pengendapan dengan Amonium Sulfat ...28

3.4.5.2 Dialisis ...28

3.4.6 Uji Unhairing Kulit Domba ...29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan B.subtilis dan B.cereus ...30

4.2 Pemilihan Kondisi Optimum Produksi Protease dari B.subtilis dan B.cereus ...31


(3)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

4.2.1 Pemilihan Media Pertumbuhan dan Waktu Inkubasi ...31

4.2.2 Penentuan pH dan Suhu Inkubasi ...36

4.3 Pemurnian Protease ...40

4.3.1 Pengendapan dengan Amonium Sulfat ...40

4.3.2 Dialisis ...45

4.4 Uji Unhairing Enzimatik Pada Kulit Domba ...47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...51

5.2 Saran ...51

DAFTAR PUSTAKA ...53

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...57


(4)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Limbah cair tahu adalah air buangan dari proses produksi tahu. Menurut Sugiharto (1994) umumnya kandungan organik yang terdapat pada limbah cair tahu, adalah protein (40%-60%), karbohidrat (25%-50%), dan lemak (10%). Melihat kandungan bahan organik tersebut maka limbah cair tahu dapat digunakan sebagai sumber nutrien bagi pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu, limbah cair tahu sangat mudah untuk didapatkan karena mayoritas produsen tahu akan membuang langsung limbah cair tersebut yang dialirkan melalui ekosistem perairan yang berada di sekitar kawasan industri.

Limbah cair tahu dapat dimanfaatkan sebagai media alternatif dalam produksi Bacillus Sp sebab pertumbuhan Bacillus Sp tersebut memerlukan nutrisi yang terkandung didalam limbah cair tahu. Bacillus Sp banyak digunakan karena bakteri tersebut mampu menghasilkan protease dalam skala besar secara kontinyu dan umumnya mampu tumbuh pada media yang relatif murah. Mikroba jenis Bacillus tidak menghasilkan toksin, mudah ditumbuhkan, dan tidak memerlukan substrat yang mahal. Kemampuan Bacillus Sp untuk bertahan pada temperatur tinggi, tidak adanya hasil samping metabolik, dan kemampuannya untuk menghasilkan sejumlah besar protein ekstrasel membuat Bacillus Sp merupakan organisme favorit untuk industri (Doi et al., 1992). Bacillus subtilis merupakan kelompok utama yang


(5)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

digunakan di industri enzim internasional (Gupta et al., 2002 dalam Utarti, 2009), Bacillus cereus juga dilaporkan dapat menghasilkan enzim protease (Hayano et al. 1987 dalam Hayati. 2011). Penelitian Hayati (2011) menunjukkan bahwa bakteri yang digunakan untuk proses unhairing merupakan strain dari Bacillus Sp, yaitu B. subtilis dan B. cereus.

Protease adalah enzim yang berperan dalam reaksi pemecahan protein. Protease sejauh ini merupakan enzim yang banyak digunakan dalam industri, khususnya industri pangan seperti dalam produksi flavor; pembuatan keju; pembuatan bir dingin; pengempukan daging; dan modifikasi senyawa protein dari serealia dalam pembuatan roti dan industri sereal (Whittaker, 1994). Pemanfaatan lain enzim protease adalah pada industri yang menggunakan kulit hewan ternak sebagai bahan dasarnya. Pada industri kulit tersebut protease digunakan untuk menghilangkan bulu atau unhairing. Pada unhairing aktivitas protease ditunjukkan melalui perusakan ikatan peptida pada keratin.

Penelitian terdahulu menunjukkan protease terbaik yang dapat dijadikan sebagai agen unhairing berasal dari B.subtilis (Hayati, 2011). Namun demikian, protease yang diperoleh dan digunakan untuk proses lebih lanjut ini masih merupakan protease kasar, karena itu diperlukan penelitian lanjutan untuk melihat bagaimana pengaruh aktivitas protease murni yang meliputi pengendapan amonium sulfat dan dialisis dengan uji unhairing pada kulit domba. Protease yang diisolasi pada penelitian ini adalah protease yang memiliki aktivitas keratinolitik dan tidak memliki aktivitas kolagenelitik.


(6)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

Enzim yang memiliki sifat keratinase ini sangat dibutuhkan bagi para produsen yang salah satu tahapan produksinya melakukan proses unhairing, yaitu proses menghilangkan rambut dari kulit. Pada tahap unhairing, protein yang harus dihidrolisis adalah protein keratin yang banyak terdapat pada rambut dan lapisan epidermis, sedangkan protein kolagen pada lapisan korium harus dipertahankan. Metode unhairing dengan menggunakan enzim ini merupakan salah satu solusi bagi para produsen yang khususnya menggunakan kulit domba sebagai bahan dasarnya karena enzim merupakan molekul protein yang bersifat biodegradable, sehingga aman bagi lingkungan, merupakan katalisator yang diharapkan dapat mengurangi dampak pencemaran dan pemborosan energi karena reaksinya tidak membutuhkan energi tinggi, bersifat spesifik, dan tidak beracun (Aunstrup et al., 1979 dalam Dias, 2003).

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui media terbaik, kondisi optimum produksi protease dari Bacillus subtilis dan Bacillus cereus, aktivitas protease kasar dan protease yang lebih murni dari Bacillus subtilis dan Bacillus cereus sebagai agen unhairing bulu domba.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut :


(7)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

1. Dari kedua media yaitu, media komersial dan media limbah cair tahu. Media apakah yang dapat menumbuhkan Bacillus subtilis dan Bacillus cereus secara optimum?

2. Bagaimana kondisi optimum produksi protease didalam media terpilih? 3. Bagaimana aktivitas protease kasar dibandingkan dengan protease hasil

pemurnian pada uji unhairing dilihat dari kulit domba yang dihasilkan ?

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan mencapai hasil yang diharapkan maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Bakteri yang digunakan adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus. 2. Kulit yang digunakan dalam metode unhairing ini adalah domba.

3. Variabel yang dilakukan dalam produksi protease meliputi pH, suhu dan waktu inkubasi.

4. Limbah cair tahu yang digunakan sebagai media adalah limbah cair tahu dari daerah Cibuntu, Bandung.

5. Pengujian terhadap kualitas kulit hasil unhairing enzimatik yang dilakukan hanya pengujian fisik dilihat dari kebersihan bulu pada kulit.

1.4 Tujuan Penelitian

1.Mengetahui media terbaik untuk produksi protease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus.


(8)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

2.Mengetahui kondisi optimum produksi protease dari Bacillus subtilis dan Bacillus cereus pada media terpilih.

3.Mengetahui aktivitas protease kasar pada uji unhairing dilihat dari kulit domba yang dihasilkan.

4.Mengetahui aktivitas protease kasar dari hasil pemurnian pada uji unhairing dilihat dari kulit domba yang dihasilkan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Dapat mengetahui media terbaik penghasil protease terbanyak. 2. Dapat mengetahui kondisi optimum protease.

3. Dapat mengetahui aktivitas protease kasar dan aktivitas protease hasil pemurnian pada uji unhairing dilihat dari kulit domba yang dihasilkan.


(9)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek dan Lokasi Penelitian

Objek atau bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI, limbah cair tahu yang diperoleh di pabrik tahu Cibuntu, Bandung dan kulit domba yang diperoleh dari Lembang-Bandung.

Adapun lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Mikribiologi Jurusan Pendidikan Biologi, Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

3.2Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) peralatan untuk prakultur, media produksi enzim protease serta uji aktivitas enzim dari Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yaitu autoklaf, waterbath shaker, mikrosentrifuge, spektrofotometer UV-Vis dan peralatan gelas laboratorium lainnya; (2) peralatan untuk keperluan pemurnian enzim yaitu kantung selofan.


(10)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang diperlukan untuk penelitian ini meliputi: Bacillus subtilis dan Bacillus cereus, medium cair Nutrient Borth, buffer fosfat pH 7, buffer karbonat pH 8; 9; 10; 11, NaOH, media komersial (K2HPO4, MgSO4, ekstrak ragi, dan susu kedelai (Priya Pillai, 2008)), media limbah cair tahu (limbah cair tahu dan 5% susu skim), kasein, TCA (asam trikloro asetat), Na2CO3, reagen Folin-Ciocalteu, tirosin, reagent lowry, amonium sulfat, aquades dan buffer fosfat pH 6,4.


(11)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

3.3Bagan Alir Penelitian

Gambar 3.1 Bagan Alir keseluruhan Penelitian

Bacillus subtilis Bacillus cereus

Ditumbuhkan pada 2 macam media yaitu, media komersial dan limbah cair tahu

Dilarutkan dengan buffer fosfat pH 6,4

Inokulat Bacillus subtilis Inokulat Bacillus cereus

Dioptimasi kondisi media produksi

Biakan Bacillus subtilis pada media terbaik dan waktu optimum

Biakan Bacillus cereus pada media terbaik dan waktu optimum

Uji unhairing Supernatan/ Ekstrak

kasar enzim

Diendapkan dengan penambahan amonium sulfat

Larutan enzim Pelet

Didialisis Larutan enzim murni

Uji unhairing

Supernatan/ ekstrak kasar enzim

Pelet

Larutan enzim

Larutan enzim murni

Uji unhairing Uji unhairing


(12)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

3.4. Prosedur Kerja

3.4.1 Pertumbuhan B. Subtilis dan B. Cereus

Media pertumbuhan prakultur yang digunakan adalah medium cair Nutrient Broth (NB) yang mengandung 1% pepton, 0.5% NaCl, dan 0.3% ekstrak daging dalam 100 mL aquades. Bakteri diinokulasikan kedalam media cair NB, kemudian diinkubasi pada suhu kamar diatas alat pengocok pada kecepatan 120 rpm selama 24 jam. Untuk memperbanyak inokulat bakteri yang dihasilkan, inokulat tadi dimasukkan kedalam media

komersial pada pH 10 suhu 37ᵒC didalam waterbath shaker.

3.4.2 Pemilihan Media Terbaik dan Waktu Optimum

Media komersial yang digunakan untuk Bacillus subtilis dan B. cereus mengandung 0.7% K2HPO4, 0.3% KH2PO4, 0.01% MgSO4, 0.5% ekstrak ragi, dan 1% susu kedelai sebanyak 100 mL pada pH 10 dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 mL, disterilkan lalu kedalam media tersebut ditambahkan 1 ml larutan inokulum dan diinkubasi pada suhu 37ᵒC selama 24 jam .

Media limbah cair tahu yang digunakan sebagai media produksi protease adalah limbah cair tahu yang ditambah dengan 5% susu skim pada pH 10. Setelah media dimasukkan kedalam erlenmeyer sebanyak 100 ml kemudian disterilisasi. Setelah dingin dimasukkan 1 mL larutan


(13)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

Kemudian dibuat kurva pertumbuhan dari kedua media tersebut. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm setiap 2 jam sekali selama 24 jam.

3.4.3 Penentuan Suhu dan pH Optimum

Setelah didapat media terbaik dan waktu optimum untuk produksi protease kemudian dilakukan optimasi media produksi dengan cara Bacillus subtilis dan bacillus cereus ditumbuhkan pada media terbaik kemudian divariasikan kondisi inkubasi yaitu, pada pH 7, 8, 9, 10, 11; suhu 30ᵒC, 35ᵒC, 37ᵒC ,40ᵒC, 45ᵒC selama 14 jam dishaker pada 120 rpm. Setelah itu disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 13000 rpm. Untuk mengetahui kondisi optimum produksi protease, setiap supernatan diuji aktivitas proteasenya (Zambare et al., 2007)

3.4.4 Pengujian Aktivitas Protease

Aktivitas protease diukur dengan menggunakan kasein sebagai substrat (2% kasein dalam 0.05 M larutan buffer fosfat pH 7,0). Sebanyak

5 mL larutan kasein diinkubasi pada suhu 37ᵒC selama 5 menit, ditambah

1 mL enzim kemedian dinkubasi kembali pada suhu 37ᵒC selama 10 menit. Setelah inkubasi 5 mL asam trikolo asetat (TCA) ditambahkan untuk menghentikan reaksi dan dinkubasi selama 30 menit. Selanjutnya supernatat dipisahkan dari endapan dengan disentrifuge dengan kecepatan 13.000 rpm selama 10 menit. Filtrat diambil sebanyak 2 mL, kemudian ditambahkan 5 mL Na2CO3 dan 1 mL reagen Follin Ciocalteu dan


(14)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 739 nm. Sebagai blanko digunakan larutan enzim dengan perlakuan yang sama, tetapi penambahan TCA dilakukan sebelum penambahan substrat (Nigam, 2007). Satu unit aktivitas enzim protease adalah banyaknya enzim yang diperlukan untuk menghasilkan 1 µg tirosin.

3.4.5 Pemurnian Enzim

3.4.5.1 Pengendapan dengan Amonium Sulfat

Pengendapan protein dengan amonium sulfat dilakukan dengan metode Scope (1982). Sebanyak 10 ml supernatan enzim ditambahkan amonium sulfat dengan berbagai kadar berdasarkan kejenuhan (65%, 67%, 70%, 75%, 80%,) untuk mendapatkan kadar amonium sulfat yang optimum. Penambahan amonium sulfat dilakukan sedikit demi sedikit dengan magnetic stirer pada suhu dingin. Setelah semua amonium sulfat larut, didiamkan semalam pada suhu 4°C. Endapan yang terbentuk dipisahkan dari supernatan dengan sentrifiugasi 3000 rpm, 60 menit, suhu 4°C. Selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas protease dan kadar proteinnya. Pengendapan amonium sulfat yang menghasilkan aktivitas tertinggi pada endapannya digunakan sebagai patokan untuk pengendapan selanjutnya.

3.4.5.2 Dialisis

Dialisis dilakukan untuk menghilangkan garam yang tersisa pada proses pengendapan. Endapan enzim yang diperoleh dari hasil pengendapan amonium sulfat yang optimum dilarutkan ke dalam 0,05 M


(15)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

buffer fosfat pH 6,4. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam kantung selofan yang telah dipreparasi sebelumnya, kemudian kantung selofan diikat dan direndam kedalam 0,025 M buffer pH 6,4, diaduk dengan menggunakan stirrer secara perlahan selama 24 jam pada suhu 4ᵒC. Buffer diganti setiap 1 jam sekali selama 4 jam pertama setelah itu buffer diganti selama 4 jam sekali.

3.4.6 Uji Unhairing Kulit Domba

Uji aktivitas unhairing dilakukan dengan merendam kulit domba dengan larutan ekstrak kasar enzim dibandingkan dengan kulit domba yang direndam dengan enzim protease yang telah dimurnikan. 1 gram kulit domba direndam dengan 4 mL larutan enzim selama 20 jam.


(16)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan:

1. Media limbah cair tahu merupakan media yang dapat memproduksi Bacillus subtilis dan Bacillus cereus secara optimum.

2. Kondisi optimum pertumbuhan Bacillus subtilis yang dapat menghasilkan aktivitas maksimum enzim protease adalah pada media yang memiliki pH 10 dengan waktu inkubasi selama 14 jam pada suhu 37ᵒC. Sedangkan Kondisi optimum pertumbuhan Bacillus cereus yang dapat menghasilkan aktivitas maksimum enzim protease adalah pada media yang memiliki pH 11 dengan waktu inkubasi selama 14 jam pada suhu 37ᵒC.

3. Penggunaan enzim protease kasar menghasilkan kualitas kulit lebih baik dibandingkan dengan penggunaan enzim protease murni hasil dialisis dalam proses unhairing enzimatik.

5.2 Saran

Dari temuan peneltian dapat disarankan: 1. untuk menggunakan strain bakteri baru

2. memvariasikan komposisi media limbah cair tahu agar protease yang dihasilkan lebih maksimum.


(17)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

3. Untuk kualitas kulit domba hasil unhairing sebaiknya digunakan standar nasional.

4. Pada uji pH optimum untuk proses unhairing disarankan agar ekstrak kasar enzim diukur pHnya sebelum dicampur pada buffer unhairing.


(18)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

DAFTAR PUSTAKA

Boyer RF. (1986). Modern Experimental Biochemistry. The Benjamin/Cummings Pub. Co. Inc. Canada.

Chaplin MF, Bucke C. (1990). Enzyme Technology. Cambridge Univ. Pr. New York.

Clive Dennison (2002). A Guide to Protein Isolation.

Dias, L.P. (2003). Karakterisasi Morfologi dan Kurva Pertumbuhan Bacillus brevis dan Bacillus apiarius. Skripsi Sarjana Fakultas Kedokteran Hewan IPB: tidak diterbitkan

Doi, R.H and M. Martina. (1992). Biology Of Bacill.Stoneham: Butterworth-Helnemann

Fergus, G. dan Priest. (1977). Extracellular Enzyme Synthesis in the Genus Bacillus. Department of Brewing and Biological Sciences, Scotland. Bacteriological Reviews.

Forgaty dan Kelly, (1979). Mikroba Penghasil Enzim Ekstraselular. [online]. Tersedia:http//repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/.../Bab%20II%20F95A KU.pdf [17 september 2012]

Glazer, A.N. and H. Nikaido. (1995). Microbial enzyme in : Microbial Technology, Fundamentals of applied microbiology. W.H. Freeman and Company. New York.

Harris ELV, Angal S. (1989). Protein Purification Methods a Practical Approach. Oxford Univ. Pr. UK.

Hayati, Nisa. (2011). Pemanfaatan Protease dari Bacillus Sp. sebagai Agen Unhairing Pada Proses Penyamakan Kulit Domba. Skripsi Sarjana FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Kosim, Mukhamad dan Putra S.R. (2010). Pengaruh Suhu Pada Protease dari Bacillus subtilis. Skripsi sarjana FMIPA ITS Surabaya: tidak diterbitkan


(19)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

Lehninger, AL. (1998). Bochemistry. Academic Press. New York

Mann B. R. dan M. M. McMillan. (tanpa tahun). The Chemistry Of The Leather

Industry. [online].

Tersedia:http//nzic.org.nz/ChemProcesses/animal/5C.pdf. [7 Agustus 2012]

Morris CJOR, Morris P. (1976). Separation Methods in Biochemistry. Pitman Publishing Co. London.

Nigam, Arti Dr. dan Dr. Archana Ayyagari. (2007). Lab Manual in Biochemistry, Immunology and Biotechnology. New Delhi; Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.

Ngili, Y. (2009). Biokimia: Struktur & Fungsi Biomolekul. Graha Ilmu. Yogyakarta

[Online]. Tersedia:http// microbewiki.kenyon.edu/index.php/Bacillus_subtilis. [17 September 2012]

[Online]. Tersedia: http://hasylab.desy.de/e70/e231/e33691/p13_macromolecular _crystallography_i/index_eng.html. [20 September 2012]

[Online]. Tersedia: http://www.ust.caltech.edu/press/index.html. [3 November 2012]

Pakpahan, Rosliana. (2009). Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Protease Termofilik dari Sumber Air Panas Sipoholon Tapanuli Utara Sumatera Utara . Tesis Magister pada Sekolah Pascasarjana USU Medan: tidak diterbitkan

Pillai, Priya dan G. Archana. (2008). “Hide Depilation And Feather Disintegration Studies With Keratinolytic Serine Protease From A Novel Bacillus Subtilis Isolate”. Appl Micribiol Biotechnol 78:643-650.

Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, Titin. (1994). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press


(20)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

Sugiharto. (1994). Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia

Rachmadani, Dian. (2007). Mempelajari Pemurnian Enzim Kitonase Termostabil dari Isolat Bacillus licheniformis MB-2 Asal Tompaso, Manado Sulawesi Utara. Skripsi Sarjana pada Fakultas Teknologi Pertanian IPB Bogor: tidak diterbitkan

Ryanthi R.J.(1985). Penelusuran Kekebaratan Rana Canrivora dengan Rana Limnocharis secara Elektroforesis pada Enzim dan Protein dari Hati dan Darah. Skripsi sarjana Institut Teknologi Bandung, Bandung: tidak diterbitkan

S. Sivasubramanian B. Murali Manohar , R. Puvanakrishnan. (2008). “Mechanism of enzymatic dehairing of skins”.

S. Subramani, Rathinam A., Palanisamy T,. Jonnalagadda R., and Balachandran U. (2006). Reversing the Conventional Leather Processing Sequence

Scopes, R.K. (1987). “Protein Purification”: Principles and Practice 2nd. Ed.

Springer-Verlag. New York Inc.

Stanbury, P.F and Whitaker,A. (1984). Principles of Fermentation Technology. Pergamon Press. New York

Suhartono MT, Suswanto A, Widjaja H. (1992). Diktat Struktur dan Biokimia Protein. PAU IPB, Bogor.

Sutandi, Cecilia. (2003). Analisis Potensi Enzim Protease Lokal. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian IPB: Tidak diterbitkan

Tony Passman. (2005). Fellmongery. [online]. Tersedia: http: nzic.org.nz/chemprocesses/animal/5B.pdf. [17 september 2012]

Utarti et al. (2009).” Karakterisasi Protease Ekstrak Kasar Bacillus sp 31”. Jurnal Ilmu Dasar 10. 102-108.

Wang, H.Y., Liu, D.M., Liu, Y., Cheng, C.F., Ma Q.Y., Huang, Q., and Zhang, Y.Z. (2006). “Screening And Mutagenesis Of A Novel Bacillus Pumilus Strain Producing Alkaline Protease For Dehairing”. Journal Compilation The Society for Applied Microbiology.


(21)

Maulina Munawaroh, 2012

Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Dalam Produksi Peotease Bacillus subtilis dan Bacillus cereus Sebagai Agen Unhairing Bulu Domba

Ward, O.P. (1983). “Proteinase”. In Forgoty, W. M. (ed). Microbial Enzyme and Biotechnology. Appl. Sci. Publisher. London.

Whitaker JR. (1994). Principles of Enzymology for the Food Science. Ed ke-2. New York: Marcel Dekker Inc.

Willy Frendrup. (2000). Hair-Save Unhairing Methods In Leather Processing. United Nations Industrial Development Organization.

Yuniasih, Yuyun. (2005). Produksi dan karakterisasi papain dari Tanaman Pepaya (Carica Papaya L). Skripsp Sarjana FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Zambare, V.P., Nilegaonkar, S., Kanekar, P. (2007). “Production Of An Alkaline Protease By Bacillus Cereus MCM B-326 And Its Application As A Dehairing Agent”. World J Micribiol Biothecnol 23:1569-1574.


(1)

Maulina Munawaroh, 2012

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan:

1. Media limbah cair tahu merupakan media yang dapat memproduksi Bacillus subtilis dan Bacillus cereus secara optimum.

2. Kondisi optimum pertumbuhan Bacillus subtilis yang dapat menghasilkan aktivitas maksimum enzim protease adalah pada media yang memiliki pH 10 dengan waktu inkubasi selama 14 jam pada suhu 37ᵒC. Sedangkan Kondisi optimum pertumbuhan Bacillus cereus yang dapat menghasilkan aktivitas maksimum enzim protease adalah pada media yang memiliki pH 11 dengan waktu inkubasi selama 14 jam pada suhu 37ᵒC.

3. Penggunaan enzim protease kasar menghasilkan kualitas kulit lebih baik dibandingkan dengan penggunaan enzim protease murni hasil dialisis dalam proses unhairing enzimatik.

5.2 Saran

Dari temuan peneltian dapat disarankan: 1. untuk menggunakan strain bakteri baru

2. memvariasikan komposisi media limbah cair tahu agar protease yang dihasilkan lebih maksimum.


(2)

3. Untuk kualitas kulit domba hasil unhairing sebaiknya digunakan standar nasional.

4. Pada uji pH optimum untuk proses unhairing disarankan agar ekstrak kasar enzim diukur pHnya sebelum dicampur pada buffer unhairing.


(3)

Maulina Munawaroh, 2012

DAFTAR PUSTAKA

Boyer RF. (1986). Modern Experimental Biochemistry. The Benjamin/Cummings Pub. Co. Inc. Canada.

Chaplin MF, Bucke C. (1990). Enzyme Technology. Cambridge Univ. Pr. New York.

Clive Dennison (2002). A Guide to Protein Isolation.

Dias, L.P. (2003). Karakterisasi Morfologi dan Kurva Pertumbuhan Bacillus brevis dan Bacillus apiarius. Skripsi Sarjana Fakultas Kedokteran Hewan IPB: tidak diterbitkan

Doi, R.H and M. Martina. (1992). Biology Of Bacill.Stoneham: Butterworth-Helnemann

Fergus, G. dan Priest. (1977). Extracellular Enzyme Synthesis in the Genus Bacillus. Department of Brewing and Biological Sciences, Scotland. Bacteriological Reviews.

Forgaty dan Kelly, (1979). Mikroba Penghasil Enzim Ekstraselular. [online]. Tersedia:http//repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/.../Bab%20II%20F95A KU.pdf [17 september 2012]

Glazer, A.N. and H. Nikaido. (1995). Microbial enzyme in : Microbial Technology, Fundamentals of applied microbiology. W.H. Freeman and Company. New York.

Harris ELV, Angal S. (1989). Protein Purification Methods a Practical Approach. Oxford Univ. Pr. UK.

Hayati, Nisa. (2011). Pemanfaatan Protease dari Bacillus Sp. sebagai Agen Unhairing Pada Proses Penyamakan Kulit Domba. Skripsi Sarjana FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Kosim, Mukhamad dan Putra S.R. (2010). Pengaruh Suhu Pada Protease dari Bacillus subtilis. Skripsi sarjana FMIPA ITS Surabaya: tidak diterbitkan


(4)

Lehninger, AL. (1998). Bochemistry. Academic Press. New York

Mann B. R. dan M. M. McMillan. (tanpa tahun). The Chemistry Of The Leather

Industry. [online].

Tersedia:http//nzic.org.nz/ChemProcesses/animal/5C.pdf. [7 Agustus 2012]

Morris CJOR, Morris P. (1976). Separation Methods in Biochemistry. Pitman Publishing Co. London.

Nigam, Arti Dr. dan Dr. Archana Ayyagari. (2007). Lab Manual in Biochemistry, Immunology and Biotechnology. New Delhi; Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.

Ngili, Y. (2009). Biokimia: Struktur & Fungsi Biomolekul. Graha Ilmu. Yogyakarta

[Online]. Tersedia:http// microbewiki.kenyon.edu/index.php/Bacillus_subtilis. [17 September 2012]

[Online]. Tersedia: http://hasylab.desy.de/e70/e231/e33691/p13_macromolecular _crystallography_i/index_eng.html. [20 September 2012]

[Online]. Tersedia: http://www.ust.caltech.edu/press/index.html. [3 November 2012]

Pakpahan, Rosliana. (2009). Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Protease Termofilik dari Sumber Air Panas Sipoholon Tapanuli Utara Sumatera Utara . Tesis Magister pada Sekolah Pascasarjana USU Medan: tidak diterbitkan

Pillai, Priya dan G. Archana. (2008). “Hide Depilation And Feather Disintegration Studies With Keratinolytic Serine Protease From A Novel Bacillus Subtilis Isolate”. Appl Micribiol Biotechnol 78:643-650.

Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, Titin. (1994). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press


(5)

Maulina Munawaroh, 2012

Sugiharto. (1994). Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia

Rachmadani, Dian. (2007). Mempelajari Pemurnian Enzim Kitonase Termostabil dari Isolat Bacillus licheniformis MB-2 Asal Tompaso, Manado Sulawesi Utara. Skripsi Sarjana pada Fakultas Teknologi Pertanian IPB Bogor: tidak diterbitkan

Ryanthi R.J.(1985). Penelusuran Kekebaratan Rana Canrivora dengan Rana Limnocharis secara Elektroforesis pada Enzim dan Protein dari Hati dan Darah. Skripsi sarjana Institut Teknologi Bandung, Bandung: tidak diterbitkan

S. Sivasubramanian B. Murali Manohar , R. Puvanakrishnan. (2008). “Mechanism of enzymatic dehairing of skins”.

S. Subramani, Rathinam A., Palanisamy T,. Jonnalagadda R., and Balachandran U. (2006). Reversing the Conventional Leather Processing Sequence

Scopes, R.K. (1987). “Protein Purification”: Principles and Practice 2nd. Ed. Springer-Verlag. New York Inc.

Stanbury, P.F and Whitaker,A. (1984). Principles of Fermentation Technology. Pergamon Press. New York

Suhartono MT, Suswanto A, Widjaja H. (1992). Diktat Struktur dan Biokimia Protein. PAU IPB, Bogor.

Sutandi, Cecilia. (2003). Analisis Potensi Enzim Protease Lokal. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian IPB: Tidak diterbitkan

Tony Passman. (2005). Fellmongery. [online]. Tersedia: http: nzic.org.nz/chemprocesses/animal/5B.pdf. [17 september 2012]

Utarti et al. (2009).” Karakterisasi Protease Ekstrak Kasar Bacillus sp 31”. Jurnal Ilmu Dasar 10. 102-108.

Wang, H.Y., Liu, D.M., Liu, Y., Cheng, C.F., Ma Q.Y., Huang, Q., and Zhang, Y.Z. (2006). “Screening And Mutagenesis Of A Novel Bacillus Pumilus Strain Producing Alkaline Protease For Dehairing”. Journal Compilation The Society for Applied Microbiology.


(6)

Ward, O.P. (1983). “Proteinase”. In Forgoty, W. M. (ed). Microbial Enzyme and Biotechnology. Appl. Sci. Publisher. London.

Whitaker JR. (1994). Principles of Enzymology for the Food Science. Ed ke-2. New York: Marcel Dekker Inc.

Willy Frendrup. (2000). Hair-Save Unhairing Methods In Leather Processing. United Nations Industrial Development Organization.

Yuniasih, Yuyun. (2005). Produksi dan karakterisasi papain dari Tanaman Pepaya (Carica Papaya L). Skripsp Sarjana FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Zambare, V.P., Nilegaonkar, S., Kanekar, P. (2007). “Production Of An Alkaline Protease By Bacillus Cereus MCM B-326 And Its Application As A Dehairing Agent”. World J Micribiol Biothecnol 23:1569-1574.