Kadar Carbon Dioksida CO

Krisnadi T.A.P Naibaho : Pengujian Performansi Motor Diesel Dengan Biodiesel Dari Dimethil Ester, 2009. USU Repository © 2009

4.3.4 Kadar Carbon Dioksida CO

2 dalam gas buang Data hasil pengukuran kadar CO 2 dari gas buang hasil pembakaran ke tiga tipe pengujian yang diuji dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut : Tabel 4.12 Kadar CO 2 dalam gas buang. BEBAN STATIS KG PUTARAN rpm KADAR CO 2 Biodiesel B- 10 Biodiesel B- 20 Solar 1000 2,65 2,77 3,65 1400 2,93 2,93 4,97 Krisnadi T.A.P Naibaho : Pengujian Performansi Motor Diesel Dengan Biodiesel Dari Dimethil Ester, 2009. USU Repository © 2009 10 1800 3,24 3,27 5,68 2200 3,61 3,64 6,79 2600 3,87 3,80 7,06 2800 4,10 3,89 6,74 25 1000 2,88 2,65 2,97 1400 3,22 2,99 3,15 1800 3,49 3,41 3,56 2200 3,89 3,84 3,97 2600 4,22 4,04 4,22 2800 4,43 4,27 4,29 o Pada pembebanan 10 kg gambar 4.20, kadar CO 2 terendah terjadi saat menggunakan biodiesel B-10 pada putaran 1000 yaitu sebesar 2,65 . Sedangkan kadar CO 2 tertinggi terjadi saat menggunakan solar pada putaran 2600 rpm yaitu sebesar 7,06 . o Pada pembebanan 25 kg gambar 4.21, kadar CO 2 terendah terjadi saat menggunakan biodiesel B-20 pada putaran 1000 rpm yaitu 2,65 . Sedangkan kadar CO 2 tertinggi terjadi saat menggunakan biodiesel B-10 pada putaran 2800 rpm yaitu sebesar 4,43 . Carbon dan Oksigen bergabung membentuk senyawa carbon monoksida CO sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan carbon dioksida CO 2 sebagai hasil pembakaran sempurna . Semakin tinggi kadar CO , maka semakin rendah CO 2 yang diperoleh dari hasil pembakaran . Bila campuran bahan bakar udara sempurna stoikiometris, maka akan dihasilkan senyawa CO 2 . Jumlah emisi CO 2 yang lebih besar pada solar jika dibandingkan terhadap biodiesel menunjukkan bahwa adanya kemungkinan bahwa solar mempunyai senyawa berat yang jumlah ikatan rantai karbon yang lebih panjang, sehingga kemungkinan jumlah senyawa karbon yang terbakar lebih banyak dan menghasilkan emisi CO 2 yang besar. Krisnadi T.A.P Naibaho : Pengujian Performansi Motor Diesel Dengan Biodiesel Dari Dimethil Ester, 2009. USU Repository © 2009 Proses pencampuran udara-bahan bakar dimulai dari diinjeksikannya bahan bakar kedalam silinder, kemudian butiran bahan bakar akan menguap dan bercampur dengan udara, proses ini dipengaruhi oleh viskositas dan kemampuan bahan bakar untuk dapat menguap. Solar mempunyai viskositas yang lebih kecil dari biodiesel, sehingga pembentukan butiran dan penguapan bahan bakar lebih mudah dan pencampuran udara-bahan bakar berlangsung dengan baik. Kenaikan putaran poros mempercepat proses pembakaran, sehingga bahan bakar yang terbakar relatif lebih banyak dan emisi CO 2 yang dihasilkan cenderung bertambah besar seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.20 dan gambar 4.21. Perbandingan kadar CO 2 yang terdapat dalam gas buang tiap-tiap pengujian dapat dilihat pada gambar berikut : 1 2 3 4 5 6 7 8 1000 1400 1800 2200 2600 2800 Putaran rpm CO 2 Biodiesel B-10 Biodiesel B-20 Solar Gambar 4.20 Grafik Kadar CO 2 vs Putaran untuk beban 10 kg Krisnadi T.A.P Naibaho : Pengujian Performansi Motor Diesel Dengan Biodiesel Dari Dimethil Ester, 2009. USU Repository © 2009 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 1000 1400 1800 2200 2600 2800 Putaran rpm CO 2 Biodiesel B-10 Biodiesel B-20 Solar Gambar 4.21 Grafik Kadar CO 2 vs Putaran untuk beban 25 kg Krisnadi T.A.P Naibaho : Pengujian Performansi Motor Diesel Dengan Biodiesel Dari Dimethil Ester, 2009. USU Repository © 2009

4.3.5 Kadar Sisa Oksigen O