Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Pernikahan Adat Rambang di Desa

laki. Dari suatu prosesi akad nikah sesuai dengan syariat Islam tetapi, prosesi setelah lamaran dan besarnya permintaan dari pada mahar, serta pada umumnya ketika pengantin pria menyerahkan mahar untuk pengantin wanita uang mahar itu tidak rapih kusut tidak dirapihkan dan terkadang maharnya itu hanya berupa seperangkat alat shalat sehingga terkesan terlalu mudah memberi mahar dan terkesan bahwa wanita itu kurang berharga karena mahar itu seharusnya paling berharga dan bermanfaat hal inilah yang saya kurang setuju dalam pelaksanaan pernikahan adat Rambang. b. Ibu lasmi 54 Pendapat saya tentang pelaksanaan pernikahan adat Rambang yang tidak sesuai dengan syariat Islam adalah gadis yang sudah di pinang langsung di bawa ke rumah bujang seharusnya tidak boleh di bawa ke rumah calon mempelai laki-laki selama masih dalam peminangan dan adanya sedekah-sedekah yang memanggil dukun serta pemberian maskawin yang sepetinya kurang sesuai terkadang uang maskawin di keluarkan langsung dalam keadaan kusut dari kantong celana tanpa amplop menurt saya itu kurang menghargai wanita.

C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Pernikahan Adat Rambang di Desa

Jemenang Kecamatan Rambang Dangku Kabupaten Muara Enim Sumatra Selatan. Dalam pembicaraan ahli hukum tidak ada perbedaan antara ‘urf dengan adat. Urf adalah kata bahasa Arab yang terjemahannya dalam bahasa kita cenderung di artikan dengan adat, kebiasaan. Dengan demikian ‘urf adalah kata lain dari adat. 55 54 Hasil Wawancara Pribadi dengan Lasmi, Tokoh Agama, Jemenang: 21 Maret 2009. 55 Imam Musbikin, Qawa’id Al-Fiqhiyyah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, Cet. Ke-1, h. 92-93. Para fuqaha memberikan definisi ‘urf, yaitu: ﺙ I C D[, Pﺕ ? 0. C . | e M.Q [ b b Artinya: Urf ialah apa yang dikenal oleh manusia dan berlaku padanya, baik berupa perkataan, perbuatan, ataupun meninggalkan sesuatu. Dan ini juga dinamakan adat. Dan dikalangan ulama syari’at tidak ada perbedaan antara urf dengan adat. Urf ada dua macam, yaitu: 56 a. Urf shahih ialah apa-apa yang telah menjadi adat kebiasaan manusia dan tidak menyalahi dalil syara’, tidak menghalalkan yang haram dan tidak membatalkan yang wajib. Contohnya: adat kebiasaan mengadakan membayar maskawina dengan cicilan, apa-apa yang diberikan oleh lelaki kepada wanita pinangannya berupa perhiasan dan pakaian adalah hadiah tidak termasuk sebagian dari maskawin dan sebagainya. b. Urf fasid ialah apa-apa yang telah menjadi adat kebiasaan manusia, tetapi menyalahi syara’, mengahalalkan yang haram atau membatalkan yang wajib. Misalnya: pergaulan bebas antara laki-laki dengan perempuan, memakan riba, main judi, dan sebagainya. 1. Acara Adat sebelum Pernikahan Kunjungan ke rumah gadis Dalam kunjungan kerumah gadis ada tiga kali kunjungan 56 Ibid., h. 94 1 Pertama untuk menanyakan bahwa apakah keluarga gadis membenarkan adanya hubungan antara bujang dan gadis merestui sekaligus saling mengenali antara keluarga bujang dan gadis. 2 Kunjungan kedua yaitu keluarga bujang datang menyerahkan atau menunjukkan sesuatu sebagai tanda setuju berupa emas atau uang. 3 Kunjungan ketiga yaitu melamar gadis. Keluarga bujang datang ke rumah gadis dengan membawa semua permintaan gadis dan datang bersama seluruh keluarga, saudara dan mengajak para tetangga tujuannya yaitu memperkenalkan gadis pada seluruh keluarga bujang dan para tetangga. 57 Dalam hukum perkawinan Islam dikenal istilah meminang khitbah dalam terminology fikih munakahah adalah pernyataan atau ajakan untuk menikah dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan atau sebaliknya dengan cara yang baik. 58 Orang yang paling baik dan hati-hati adalah orang yang tidak memasuki suatu tempat sebelum mengetahui baik dan buruknya suasana tempat yang hendak ia masuki. Pengenalan sebelum kawin tidak terbatas pada cantik atau tidaknya calon pasangan yang dikehendaki, tetapi mengetahui dan mengenal sifat-sifat yang lain juga sangat perlu, dengan cara mewawancarai orang-orang dekatnya yang betul-betul tahu dan jujur. 59 Hikmah lamaran atau pinangan yaitu memberi kesempatan kepada kedua belah pihak mempelajari dengan seksama akhlak, kepribadian, kebiasaan-kebiasaan, dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada masing-masing pihak, sehingga kedua belah pihak merasakan kepuasan. Perkawinan yang didahului dengan proses lamaran 57 Hasil Wawancara Pribadi dengan Herman Idi, Tokoh Adat 58 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, Jakarta: eLSAS, 2008, Cet. Ke-1. Hal, 9 59 Mahmud Al-Sabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Isam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991, Cet, Ke-1, h. 48-49 seperti ini dapat membuahkan kemantapan dan kesepakatan. Jika kedua belah pihak puas dan ikhlas dengan keadaan masing-masing pasangan, maka lamaran itu telah sahih. 60 Untuk kebaikan dalam kehidupan berumah tangga, kesejahteraan dan kesenangannya, seyogyanya laki-laki melihat dulu perempuan yang akan di pinangnya, sehingga ia dapat menentukan apakah peminangan itu diteruskan atau dibatalkan. 61 Berdasarkan sabda Nabi SAW: V .WD 0. = w = ? 0 Op 0 w : . 5g ? G : e F : . g D3 . xbq, F 4 ;H \; [ T 7 F 62 Artinya: “Dari Mughirah bin Syu’bah, ia pernah meminang seorang perempuan, lalu Rasulullah SAW bertanya kepadanya: Sudahkah kamu lihat dia? Ia menjawab: Belum. Sabda Nabi: Lihatlah dia lebih dahulu agar nantinya kamu bisa hidup bersama lebih langgeng.” Jumhur mayoritas ulama berpendapat bahwa laki-laki hanya diperbolehkan melihat wajah dan kedua telapak tangan wanita, bukan yang lain. Karena cantik atau tidaknya wanita dapat dilihat dari wajah atau kedua telapak tangannya. 63 Dari penjelasan diatas penulis memberi kesimpulan bahwa peminangan dalam adat Rambang dengan peminangan yang sesuai syariat islam sama-sama menganjurkan kepada kedua belah pihak mempelajari dengan seksama akhlak, kepribadian, kebiasaan- kebiasaan, dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada masing-masing pihak, sehingga kedua belah pihak merasakan kepuasan. Namun dalam syariat Islam tidak ada permintaan berbentuk materi dari gadis kepada bujang. 60 Ibid, h. 38-39. 61 Abd. Rahman Ghazaly, MA, Fiqh Munakahat, h. 74-75 62 Syekh Abu Al Abbas Syihabbudin bin Ahmad, Zawaid Ibnu Majah, ‘Ala Al Kutub Al Khomsah, h. 267 63 Mahmud Al-Sabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Isam, h. 45-46 Perjanjian Bujang dan Gadis Membuat surat perjanjian antara bujang dan gadis tujuannya yaitu agar bujang dan gadis saling setia maka jika ada yang melanggar menikah dengan orang lain maka akan mendapat sanksi. Perjanjian tersebut berisi perjanjian bahwa benar permintaan gadis adalah yang telah ditulis dalam surat dan apabila bujang membatalkan pertunangan maka semua pemberian kepada gadis tidak dapat di kembalikan lagi dan apa bila pihak gadis yang membatalkan pertunangan maka seluruh pemberian bujang di kembalikan dua kali lipat. 64 Hal seperti ini dalam fikih Syafi’i tidak ditemukan secara eksplisit. Hanya terdapat penjelasan mengenai larangan laki-laki meminang perempuan yang dipinang oleh saudaranya yang lain. 65 Asyafi’i memberikan komentar berdasarkan hadis Rasulullah SAW. FF Ops, e 0. V p 4 F [ 2DE T 7 66 Artinya: “Janganlah salah seorang di antara kamu meminang atas pinangan saudaranya”. Dari sini dapat terlihat, wajar saja seandainya ada ganti rugi dari pihak-pihak yang merasa dirugikan, karena dengan pembatalan pertunangan berarti ada yang marasa dirugikan, sehingga dengan adanya aturan ini, setiap orang tidak akan sembarangan untuk membatalkan pertunangannya. Gadis di Bawa ke Rumah Bujang 64 Hasil Wawancara Pribadi dengan Herman Idi, Tokoh Adat 65 Editor: M. Atho’ Muzdhar dan Khairuddin Nasution, Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern, Studi Perbandingan dan Keberanjakan UU Modern dari Kitab-kitab Fikih , Jakarta: Ciputat Pres, 2003, Cet. Ke-1, h. 182-184 66 Imam Bukhari, Shohih Bukhari, h. 24 Setelah acara pelamaran selesai bersama dengan rombongan keluarga bujang, gadis dibawa ke rumah bujang dengan tujuan untuk belajar situasi di rumah mertua atau menyesuaikan diri dan untuk memperkenelkan kepada keluarga, saudara atau para tetangga mempelai laki-laki yang tidak ikut dalam peminangan. Selama gadis di rumah bujang, gadis ditemani dan di jaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama di rumah bujang. 67 Suksesnya sebuah keluarga dalam mewujudkan tujuan pernikahan kehidupan yang bahagia, sejahtera dan damai sangat ditentukan oleh kesiapan individu yang bersangkutan. Secara umum kesiapan yang harus dimiliki dan merupakan prasyarat untuk keberhasilan sebuah pernikahan terbagi kedalam tiga bentuk: 1 Kesiapan Fisik a Orang yang akan menikah tersebut sudah berumur dewasa. b Orang yang akan menikah tersebut sehat tidak memiliki penyakit yang sangat gawat atau penyakit kronis yang berat. 2 Kesiapan Mental a Orang yang akan menikah itu telah membulatkan niat dan memantapkan tekad. b Orang yang akan menikah tersebut telah memiliki kedewasaan emosional. c Orang akan menikah tersebut telah memiliki bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang rumah tangga. 3 Kesiapan Sosial Terjadinya konflik dalam rumah tangga, tidak sedikit yang dipicu oleh kurangnya kesiapan sosial pasangan suami istri yang bersangkutan. Yang dimaksud kesiapan sosial di sini adalah: 67 Hasil Wawancara Pribadi dengan Herman Idi, Tokoh Adat a Kemampuan suami istri membina hubungan dengan keluarga asal, membina hubungan baru dengan keluarga besan, dan juga membina hubungan dengan kolega ditempat kerja serta lingkungan dan masyarakat. b Kemampuan finansial yang harus dimiliki oleh orang yang akan menikah. Selain memilih orang yang sudah matang fisik, mental dan sosialnya, setiap orang yang akan menikah, sejatinya, juga memperhatikan hal-hal berikut: a Memilih orang yang halal dinikahi, baik menurut agama, undang-undang maupun adattradisi setempat. b Memilih orang yang kompatibilitas. c Memilih jodoh berdasarkan cinta sejati dan restu orang tua. d Melakukan khitbah untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang calon, keluarga, cita-cita dan komitmennya. Jangan membeli kucing dalam karung. 68 4 Etika pergaulan setelah tunangan : Bertunangan pada dasarnya adalah kesiapan akhir sebelum memasuki jenjang perkawinan. Pada masa tunangan, hubungan wanita dan pria semakin bertambah hangat dan mesra, sehingga menimbulkan godaan syahwat lebih besar. Karena itu, masing-masing pihak, terutama wanita harus mejaga diri dan kesuciannya hingga hari pernikahannya. Suatu kebanggaan dan juga penghargaan bagi wanita dan pria yang mampu mempertahankan kesuciannya hingga malam pertama hari pernikahan. 69 68 A. Sutarmadi dan Mesraini, M.Ag, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga, Jakarta, Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Jakarta, Tahun 2006, h. 87-99. 69 Hasbi Indra, Iskandar Ahza, Husnani, Potret Wanita Shalehah, Jakarta : Penamadani , 2004, cet. 1, h. 131-132 Menurut pendapat penulis memberi kesimpuan bahwa, dengan dibawanya gadis kerumah bujang dengan catatan tidak ada pelanggaran peraturan adat yang telah ditentukan itu dapat dikatakan sebagai tahap pra pernikahan. Permintaan Calon Istri Calon mempelai laki-laki harus memenuhi apapun yang diminta oleh calon mempelai wanita calon istri bila sesuai kesepakatan, pemberian barang permintaan dari calon suami itu termasuk sebagai wujud rasa kasih sayang calon suami kepada calon istri karena apabila calon istri tidak mengajukan permintaan, pada umumnya calon suami akan memberi sesuatu yang dia mampu kepada calon istrinya. Biasanya permintaan calon istri berupa emas, uang, dan besi berupa keris. Permintaan murni dari keinginan calon mempelai wanita. Keris bertujuan untuk diberikan pada muanang kakak laki-lak dan bapak si perempuan serta memberi emas kepada kakak perempuan atau laki-laki jika ada pelangkahan pernikahan dan tujuan dari permintaan juga untuk bekal membeli kebutuhan calon istri nantinya setelah menikah. 70 Wanita beriman yang salihah tidak akan menyusahkan suaminya dengan banyak tuntutan. Dia merasa puas dengan apa yang dibagikan Allah kepadanya. 71 Permintaan Adat 70 Hasil Wawancara Pribadi dengan Herman Idi, Tokoh Adat 71 A’idah Al-Qarni, Rahasia Wanita Paling Bahagia di Dunia, Surabaya : La Raiba Bima Amanta eLBA, Cet. Ke-1, h.143-144 Dalam permintaan wali calon pengantin wanita meminta secara langsung atau diwakilkan oleh orang lain untuk meminta wali dinikahkan kepada bapak atau kakak laki-laki jika bapak sudah meninggal dengan menyerahkan keris disertai membawa makanan berupa sagun dan sirih, yang mempersiapkan keris, sagun dan sirih dalam permintaan wali adalah pihak mempelai pria. Permintaan wali ini bertujuan untuk meminta restu kepada orang tua dan meminta sang ayah agar mau menjadi wali di saat ijab dan qabul nanti. 72 Pernikahan tidak sah jika wali tidak ada, karena seorang wanita tidak punya kapasitas untuk menikahkan dirinya tanpa adanya seorang wali atau mewakilikannya kepada orang lain jika wali berhalangan untuk menikahkannya, dan jika dilakukan hal itu maka nikahnya tidak sah. Sebagainama sabda Rasulullah Saw: - ` E 3 w. w.W Jk3 D+, 4 b b T 7 73 Artinya: “Bahwa wanita siapa saja yang menikah tanpa seizin walinya maka nikahnya tidak sah.” HR. Abu Daud Wali yang paling utama adalah ayah, kemudian kakek ayah dari ayah saudara laki-laki seayah dan seibu, atau seayah, kemudian ashabah-ashabah lainnya. 74 Penilis memberi kesimpulan bahwa permintaan wali dalam pernikahan adat Rambang itu sangat baik karena harus ada persetujuan wali. 2. Acara Pernikahan Akad Nikah atau Ijab Qabul 72 Hasil Wawancara Pribadi dengan Herman Idi, Tokoh Adat 73 Aunul Ma’bud, Sarah Sunnah Abi Daud, Abdurahman, Muhammad Hasyim, Dhobthu Wa Tahqiq Al- Maktabah As sak Fiyah , Juz. Ke-6, h. 98 74 Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqih Muslim Ibadat Mu’amalat, Jakarta: Pustaka Amani, 1995, Cet. Ke-2, h. 260 Dalam akad pernikahan adat Rambang tidak ada yang berbeda, akad nikah dilangsungkan sesuai dengan rukun dan syarat nikah yaitu ada: 1 Ada mempelai pria dan wanita 2 Ada wali nikah 3 Ada dua saksi serta 4 Ijab dan qabul Dalam syarat nikah pun dilaksanakan sesuai dengan anjuran agama Islam. Pelaksanaan akad nikah dan walimah dilaksanakan di rumah mempelai pria. Pelaksanaan akad nikah di hadiri P3N dan di saksikan oleh masyarakat tamu undangan. 75 Mahar Sedangkan mas kawin yang biasanya diminta oleh mempelai perempuan adalah uang sebesar Rp. 50.000 sampai Rp.100.000 atau seperangkat alat sholat. 76 Mahar secara etimologi artinya maskawin. Secara terminologi, mahar ialah “pemberian menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya”. 77 Dibenci makruh bagi seorang lelaki yang memberikan mahar kepada seorang perempuan, apabila dilunasi akan memberatkannya, tapi bila dihutangi ia tidak dapat membayarnya. 78 Menurut pendapat penulis dalam pemberian mahar pada pernikahan adat Rambang tidak besar karena Islam juga menganjurkan agar tidak berlebihan dalam memberi mahar. 75 Hasil Wawancara Pribadi dengan Herman Idi, Tokoh Adat 76 Ibid 77 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, h. 84. 78 Ibnu Taimiyah, Majmu Fatawa Tentang Nikah, Jakarta: Pustaka Azzam, 2002, Cet. Ke-1, h. 173 Kawin Adam atau Perkawinan Adam 1 Di kepasi di perciki kedua pengantin dengan daun kayu balai angin atau daun kayu belidang atau daun kayu salah dan air jeruk yang diiris-iris, dan berdoa kepada Allah agar disatukan rasa kasih sayang antara bujang dan gadis. 2 Ngais kaki dengan kaki ayam, kaki pengantin di usap-usap dengan kaki ayam jantan dan betina yang masih hidup. dengan disaksikan oleh pemerintah desa. Disebut kawin Adam karena dahulu manusia yang ada di bumi hanya Adam dan Siti Hawa, dahulu Adam dan Siti Hawa itu belumlah seiring sejalan satu tujuan kemudian turunlah wahyu melalui malaikat Jibril bahwa nikahkanlah Adam dan Hawa kemudian dinikahkanlah Adam dan Siti Hawa oleh malaikat Jibril atas perintah Allah tanpa adanya wali dan saksi dan seperti inilah proses pernikahannya. Tujuan dari nikah Adam adalah untuk seiring sejalan dan sebagai tanda bahwa telah sah perkawinan bukan berzina ayam seteguran 79 Syaikh al-Utsaimin berkata: menyandarkan diri kepada sebab yang disyariatkan dan benar tetapi disertai dengan kelalaian terhadap yang menyebabkannya, yaitu Allah SAW jenis ini merupakan kesyirikan akan tetapi tidak mengeluarkan pelakunya dari dien ini karena dia menyandarkan dari kepada sebab dan lupa kepada yang menyebabkannya, yaitu Allah SAW. 80 Dalam sejarah perkawinan Nabi Adam dengan Siti Hawa adalah: Setelah Allah SAW menciptakan bumi beserta isinya, menciptakan langit dengan mataharinya, bulan dan bintang-bintangnya dan menciptakan malaikat-malaikat dan Iblis. Maka tibalah kehendak Allah SAW untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni, 79 Hasil Wawancara Pribadi dengan Herman Idi, Tokoh Adat 80 Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Fatwa-fatwa Terkini 1, Jakarta: Darul Haq, 2003, Cet. Ke-1, h. 83 memelihara dan menikmati isi bumi, dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya. Kehawatiran Para Malaikat Para malaikat hawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap ketentuannya dan melakukan kerusakan di muka bumi. Berkatalah para malaikat kepada Allah: … . 2[A, . 6ﺕy P2Dk uM[ k \~ M2 8A[, 8 M2 4 •:€• 7 Artinya: “Mengapa engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan menbuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Q.S. Al- Baqarah[2]:30. Allah berfirman, menghilangkan kehawatiran para malaikat itu: …. M ? D ﺕe 4 • : €• 7 Artinya: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” Q.S.Al- Baqarah[2]:30 Kemudian para malaikatpun diperintahkan oleh Allah SWT untuk bersujud kepada Adam sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah, karena Allah SWT melarang hambanya beribadah kepada sesame makhluknya.” Iblis Membangkang Iblis menbangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang lain, yang segera bersujud di hapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi. Iblis merasa dirinya lebih mulia, lebih utama dan lebih agung dari Adam, karena ia diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam dari tanah daan lumpur. Kerena kesombongan, kecongkakan dan pembangkangannya Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga hari kiamat. Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka. Adam Menghuni Syurga Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakan Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya, menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi keperluan fitrah. Untuk mengembangkan keturunan. Menurut para ulama Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri diwaktu ia masih tidur sehingga ia terjaga, ia melihat Hawa sudah berada di sampingnya. Ia ditanya oleh malaikat : “Wahai adam Apa dan siapa makhluk yang berada di samping itu?” Berkatalah Adam: “Seorang perempuan .”Sesuai dengan firman Allah yang telah diilhamkan oleh Allah kepadanya. “Siapa namanya?”, tanya malaikat lagi. “Hawa”, jawab Adam. “untuk apa tuhan menciptakan makhluk ini ?”, tanya malaikat lagi. Adam menjawab: “Untuk mendampingiku, member kebahagiaan bagiku dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah.” Allah berpesan kepada Adam: “Tinggallah engkau bersama istrimu di syurga, rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya, rasailah dan makanlah buah- buahan yang lezat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan sekehendak nafsumu. Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar, dahaga ataupun letih selama kamu berada didalamnya. Akan tetapi aku ingatkan janganlah makan buah pohon khuldi ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim. Ketahuilah bahwa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh istrimu, ia akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmati ini.” Adam dan Hawa diperdaya Iblis Larangan Allah SWT kepada Adam dan Hawa tentang tidak diperbolehkannya mendekati pohon Khuldi, diketahui oleh syetan. Karenanya, dia berusaha sekuat tenaganya untuk memperdayakan kedua suami-istri itu, agar keduanya memakan buah larangan itu. Syetanpun lalu berpura-pura menjadi orang yang bersih hati dan berduka cita. Karena itu, Adam dan Hawa pun datang menghampirinya seraya bertanya : “Apakah sebabnya engkau beduka cita dan bersedih hati ? Apakah gerangan yang engkau pikirkan?” Sahut syetan: “Saya bersedih hati ini, karena memikirkan nasib engkau berdua, telah saya dengar bahwa engkau berdua tidak akan lama lagi tinggal bersenang-senang didalam syurga ini, apalagi setelah Allah melarangmu memakan buah pohon khuldi ini, adalah satu tanda bahwa apa yang saya hawatirkan itu akan benar-benar terjadi. Oleh karena itu, lekaslah makan buah pohon ini supaya engkau berdua jangan terusir dari syurga ini.” Mendenger bujukan dan rayuannya itu, terpedayalah keduanya seraya memakan buah khuldi itu, dan akhirnya Nabi Adam dan Siti Hawa pun diturunkan kebumi. Perkawinan di zaman Adam A.S. Siti Hawa mempunya anak banyak, dan tiap-tiap beranak selalu kembar. Karena manusia di waktu itu belum banyak, maka perkawinannya tentulah dengan saudara kandung sendiri, asal jangan dengan yang bersama-sama dilahirkan. Hal ini terjadi diantara putra-puuri Nabi Adam, yang bernama Iqlima seorang wanita yang tercantik rupanya, lahir kembar bersama dengan Qabil, dan lahir kembar bersama Habil. Karena mereka itu sama- sama lahir dalam keadaan kembar, maka perkawinan itu harus dipertukar-tukarkan antara yang lahir sekarang dengan yang lahir sesudahnya, asal saja jangan yang sama-sama lahir. Rupanya peraturan ini tidak diterima oleh Qabil, dan ia tetap ingin menikahi saudaranya Iqlima, yang sama-sama lahir dengannya, sebab Iqlima lebih cantik dari Labuda. Karena peristiwa ini tetap tegang, maka mereka mengadukan kepada ayahnya Nabi Adam dan Adampun tetap mempertahankan hukum Allah, supaya Iqlima kawin dengan Habil. Akhirnya Qabil tetap menolak keputusan itu dan peristiwa ini pun diserahkan kepada Allah SWT dengan jalan mengadakan kurban. Qabil dan Habil pun berkurban dan barang siapa yang kurbannya diterima oleh Allah, maka itulah yang harus menikahi Iqlima. Akan tetapi Qabil kalah, kurbannya tidak diterima oleh Allah. Qabil pun marah hawa nafsunya selalu hendak membunuh saudaranya Habil dan akhirnya Habilpun dibunuhnya. 81 Dalam setiap sejarah Nabi Adam dan Siti Hawa tidak ada yang menceritakan bagaimana pelaksanaan pernikahan mereka, jadi menurut pendapat penulis proses pelaksanaan pernikahan Adam dan Hawa tidak seperti kawin Adam dalam pelaksanaan pernikahan adat Rambang, melainkan itu adalah adat kebiasaan Hindu. Karena dalam 81 Hadiyah Salim, Qishashul Anbiya Sejarah dua puluh lima Rasul, Bandung: PT.Alma’rif, 19880, Cet. Ke-10, h. 11-14 pengakuan tokoh adat sendiri pun dalam pelaksanaan pernikahan adat Rambang masih ada peninggalan budaya Hindu. Nyuapi Ati Ayam Setelah kawin Adam selesai orang tua kedua belah pihak menyuapi hati ayam pada kedua pengantin laki-laki dan perempuan, sebagai tanda bahwa kedua belah pihak keluarga sangat bahagia karena telah terlaksananya hubungan dua keluarga besar. Setelah selesai menyuapi hati ayah, disusul acara sambut-menyambut, menurut kebiasaan tiga orang dari keluarga laki-laki dan dua orang dari keluarga perempuan pengantin dirangkul dengan selendang dengan mengucapkan “mudah-mudahan hidupnya gayuh panjang umur, murah rizki, sambung jurai kami teruskaan keturunan kami”. 82 Dalam menyuapi hati ayam pada kedua pengantin ini hanya sebagai ungkapan rasa syukur dan restu dari kedua keluarga pengantin. Memberi Selamat Setelah acara makan-makan para tamu udangan memberi selamat kepada pengantin dengan mengusap kening kedua pengantin dengan jempol tangan yang di oles dengan air liur. 83 Disunnatkan mengucapkan selamat kepada kedua mempelai, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwa apabila Nabi SAW memberikan selamat kepada orang yang menikah, maka beliau mengucapkan: 8 = P 8. P s L D3 . lD . 4 F T ‚H 7 84 82 Hasil Wawancara Pribadi dengan Herman Idi, Tokoh Adat 83 Hasil Wawancara Pribadi dengan Herman Idi, Tokoh Adat 84 Shoheh bin Abdul Aziz, Jami’ At Tirmidzi, h. 262-263 Artinya: “Semoga Allah memberkati kamu dan memberikan berkah atas kamu serta menyatukan kalian kalian berdua dalam kebaikan.” HR.Tirmidzi. Imam Tirmidzi mengatakan, bahwa hadits ini berstatus hasan shahih. 85 Penulis berpendapat bahwa ucapan selamat untuk pengantin dari para tamu undangan itu sangat penting untuk menunjukkan restu mereka dan menunjukkan bahwa meraka juga turut bahagia. Mengenai mengusap kening pengantin dengan air liur, karena ini sudah menjadi adat kebiasaan bagi mereka maka hal ini tidak ada masalah selagi mereka ridho, tetapi adat kebiasaan ini menurut penjelasan tokoh adat Rambang di desa Jemenang kebiasaan ini hampir punah bahkan sudah sulit sekali dijumpai hanya khusus bagi ketua adat saja yang masih melaksanakan usapan air liur pada pengantin. Balek Belanjun Setelah acara pernikahan selesai pengantin wanita kembali kerumah orang tuanya pengantin pria pun ikut serta ke rumah orang tua mempelai wanita, ketika balek belanjun dengan membawa: lemang, dodol, dan ayam kampung. Setelah sampai di rumah mempelai wanita, kemudian para ibu memasak membuat nasi gemuk. Nasi gemuk di persembahkan kepada arwah-arwah leluhur keluarga pengantin wanita bahwa cucunya telah pulang kerumah, serta memanggil ruh setingkat wali dan Nabi. Memanggil arwah-arwah leluhur dengan membakar kemenyan dan di pimpin oleh tokoh adat, setelah itu nasi gemuk tersebut dimakan bersama sekeluarga. 86 Menurut pendapat penulis orang yang sudah meninggal tidak dapat berhubungan lagi dengan orang yang masih hidup, dan sudah tidak dapat merasakan nikmatnya kenikmatan 85 Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita Edisi Lengkap, Cet. Ke-1, h. 409 86 Hasil Wawancara Pribadi dengan Herman Idi, Tokoh Adat dunia makanan. Yang dibutuhkan orang yang sudah meninggal hanyalah doa dari orang yang masih hidup agar mereka mendapat kenikmatan dialam kubur. Seorang muslim yang murni berarti ia mampu memelihara ketunggalan-ketunggalan keparcayaannya hanya kepada Allah SWT sesuai petunjuk nash agama. Mempercayai mitos berarti merusak kemurnian aqidah karena isi substantif kepercayaan telah terisi dengan yang lain atau tercampur. Islam sangat menentang kepercayaan tersebut. Al-Qur’an menyatakan … -.g - g PMQ 4 D ƒ€ 7 Artinya: “Sesungguhnya mempersekutukan 7Allah4 adalah benar-benar kezaliman yang besar”. QS. Luqman.13. Dalam acara balik belanjun ini adalah suatu tradisi peninggalan budaya Hindu yang dipengaruhi oleh budaya Islam karena dalam palaksanaan balek belanjun ini ada pemanggilan arwah-arwah leluhur dan memanggil arwah setingkat wali dan Nabi, sama halnya dengan Islam yaitu adanya tahlilan yang biasa dilaksanakan pada malam jum’at. Mengenai persembahan makanan kepada leluhur akan tetapi pada akhirnya dimakan bersama dengan keluarga dan saudara yang hadir jadi pendapat penulis, sesungguhnya bukanlah dinamakan persembahan atau sesajen karena biasanya yang dinamakan persembahan atau sesajen adalah sesuatu yang di persembahkan dan tidak di ambil lagi atau tidak dimakan oleh sipemberi sesajen. Ziarah ke Makam Leluhur Setelah acara balek belanjun ke dua pengantin bersama keluarga mempelai wanita serta mengajak para tetangga berziarah ke makam leluhur kelurga perempuan, dalam ziarah ini memanggil arwah leluhur yang setingkat wali, nabi dan para ulama-ulama lainnya dan memanjatkan doa ke pada Allah SWT agar para leluhur yang belum mendapat ketenangan di alam kubur supaya di beri ketenangan dan yang sudah di beri kenikmatan kubur di minta agar menyampaikan doa ini ke pada Allah SWT agar dapat di kabulkan. 87 Imam Al-Ghazali, secara umum memandang ziarah kubur itu suatu perbuatan sunah, untuk memberikan peringatan dan pelajaran kepada kita yang pasti akan mengalami juga li at-tadzakkur wa al-i’tibar. Rasulullah SAW memang pernah melarangnya pada masa awal Islam, tetapi kemudian mengizinkannya, seperti dalam riwayat Imam Muslim dari sahabat Buraidah r.a. juga Imam Ahmad dan Abu Ya’la dari sahabat Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: K ,N 3 . J o I i M Hﺕ . 88 Artinya: “Saya pernah melarangmu ziarah kubur. Ziarahlah sekarang, karena hal itu akan mengingatkan kamu soal akhirat”. Menurut pandapat yang masyhur, Imam Syafi’i memandang bahwa bacaan ayat- ayat Al-Qur’an dan bacaan-bacaan lain tidak sampai pahalanya kepada mayit dan tidak memberi manfaat kepadanya. Hal itu dikemukakan antara lain oleh Imam Nawawi dalam Syarah Sahih Muslim dan kitab Al-Adzkar-nya. Tapi Imam Nawawi sendiri menyatakan, bahwa bacaan Al-Qur’an dan bacaan-bacaan dzikir dan sebagainya itu bermanfaat untuk mayit, seperti yang digegaskan dalam kitab Al-Majmu’. Pendapat yang serupa dari pengikut-pengikut madzhab Syafi’i yang lain seperti Al-Ghozali, Ibnu Hajar Al-Haitami antara lain Ibnu Taimiyah dalam majmu’ Fatwa-fatwa-nya Jilid : 24, Ibnu Qoyyim , Ibnu Qudamah dan lain-lain. Untuk menetralisir pendapat-pendapat tersebut, dilingkungan madzha Syafi’i menyarankan agar supaya sesudah membaca ayat-ayat Al-Qur’an atau 87 Ibid 88 A. Rojak dan Rais Latif, Terjemah Hadis Sohih Muslim, Jakarta: Pustaka Al Husna, Juz. Ke-1, Cet. 3, h. 393 Hadis ke 581. dzikir dan lain-lain itu diikuti dengan do’a yang intinya memohon kepada Allah agar pahala bacaan-bacaan tersebut diterima oleh Allah dan disampaikan pahalanya bacaan- bacaan tersebut untuk mayit yang dituju. 89 Penulis memberi kesimpulan bahwa adat Rambang senang dengan ziarah kubur khususnya ziarah kemakam keluarga, selalu mengenang jasa para leluhurnya dan juga termasuk mengabadikan nasab karena dalam kebiasaan adat Rambang setiap keluarga harus mempunyai makam khusus keluarga hingga sampai tujuh turunan, jika sudak tujuh turunan dimakamkan dalam satu tempat baru boleh dimakamkan di tempat pemakaman lain hinggan tujuh turunan pula, dengan ini maka akan terlihat nasabnya selama tujuh turunan. 89 Muhammad Tolhah Hasan, Ahlussunnah Wal-Jama’ah, Jakarta: Lantabora Press, 2005, Cet. Ke-3, h. 223-226

BAB V PENUTUP