Hubungan antara pendidikan dengan sikap

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Joni 2008. Dalam penelitiannya yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien tuberkulosis dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis di Puskesmas Panunggangan kota Tanggerang tahun 2008. Penderita wanita biasanya akan lebih patuh minum obat karena sesuai kodrat wanita yang ingin tampak terlihat cantik dan tidak ingin ada cacat pada tubuhnya. 7. Hubungan antara umur dengan perilaku minum obat Hasil analisis dengan menggunakan Sperman correlation didapatkan P tabel 0,494 dengan P value 0,05 yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku minum obat anti filaria. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Lewin 1970 dan Green 1991 yang menyatakan bahwa umur adalah salah satu faktor pembentuk perilaku masyarakat. Erik Erikson dalam teori perkembangannya mengatakan bahwa pada tahap Integrity atau Despair manusia akan mengalami beberapa kemunduran dalam mengambil keputusan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa masih ada 6,2 lansia yang tidak minum obat yang diberikan. Hal inilah yang memperkuat ketidak ada hubungan antara umur denga perilaku masyarakat dalam minum obat. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Randika 2011 yang berjudul Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat anti Filariasis pada penduduk usia 15-65 tahun di RW 09 Kelurahan Pondok Petir Kecamatan Bojongsari Kota Depok Tahun 2011. Hasil penelitian tersebut adalah didapatkan p=0,450 sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku minum obat.

8. Hubungan antara pendidikan dengan perilaku minum obat

Hasil analisis dengan menggunakan Spearman correlation didapatkan P tabel 0,845 dengan P Value 0,05 yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau tidak ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku minum obat anti filaria. Hasil ini tidak sesuai dengan teori Lewin 1970 dan Green 1991 yang mengatakan bahwa pendidikan adalah salah satu faktor pembentuk perilaku manusia. Lewin 1970 dalam Notoatmodjo 2010 menyatakan bahwa faktor pembentuk perilaku akan sangat kuat jika terdapat faktor pendorong cues dalam diri dan lingkungan yang ditempati. Dalam penelitian ini, faktor pendorong dapat dilihat dari jurusan atau ranah masyarakat dalam mengambil pendidikan. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengetahuan, namun jika pendidikan yang diambil tidak menjurus pada jurusan kesehatan, maka perilaku kesehatanpun akan menurun. Seseorang dengan pendidikan tinggi belum tentu mengetahui dengan detail tentang filariasis, sehingga perilaku terhadap pencegahan filariasis akan cenderung kurang. Hal inilah yang menyebabkan pendidikan tidak selalu berhubungan dengan perilaku kesehatan.