Bertolak pada pola pembagian pendapatan, maka penyesuaian optimal dalam pasar hanya dapat dicapai dengan syarat-syarat sebagai berikut Due, 1968:
1. Tidak adanya pengaruh eksternalitas pada produksi dan konsumsi yakni bahwa dalam pemakaian sumber-sumber ekonomi untuk produksi dan dalam pemakaian
barang-barang untuk memenuhi kebutuhan, tidak ada saling mempengaruhi antara para produsen dan para konsumen. Pemakaian sumber-sumber ekonomi
dalam produksi oleh satu perusahaan tidak mempengaruhi biaya atau hasil dari perusahaan lain dan semua biaya untuk masyarakat yang disebabkan produksi
barang-barang akan tampak sebagai biaya-biaya untuk para produsen.
2. Harga-harga barang adalah pada tingkat yang mencerminkan biaya riil dari produksi secara relatif. Maka harga-harga adalah sama dengan biaya marjinal
dan harga-harga faktor produksi merupakan persamaan dari persediaan dan permintaan akan faktor produksi itu.
Syarat-syarat ini akan tercapai dengan persaingan sempurna di dalam semua pasar faktor produksi maupun barang-barang dengan penggunaan penuh dari
sumber-sumber ekonomi dan dengan adanya kegiatan-kegiatan penyesuaian yang sejalan dengan asumsi maksimisasi yang dikehendaki oleh pemilik faktor produksi,
perusahaan dan rumah tangga.
Jika dikaitkan dengan pembangunan ekonomi maka alokasi ini erat kaitannya dengan upaya pemerintah untuk memeratakan pembangunan dengan memberikan
prioritas tertentu pada daerah-daerah tertentu. Dengan adanya otonomi daerah, maka peran alokasi ini akan dapat lebih terarah karena unsur desentralisasi
kekuasaan pemerintah daerah akan lebih memiliki legitimasi untuk mengatur alokasi daerahnya sendiri. Dengan adanya desentralisasi berarti daerah diberi kesempatan
untuk melakukan sesuatu yang lebih diketahui daripada pusat. Peran alokasi ini kemudian diharapkan mampu untuk memeratakan pembangunan sesuai karakter
masing-masing daerah. Artinya pengalokasian sumberdaya berdasarkan kebutuhan masing-masing wilayah atau daerah.
2.3. Peranan Distribusi
Peranan distribusi erat kaitannya dengan distribusi pendapatan. Distribusi ini dilakukan mengingat kenyataan adanya tradeoff antara pertumbuhan dengan
pemerataan pendapatan. Peran pemerintah adalah mengatur agar terjadi pemerataan yang lebih baik dari pendapatan yang ada dan mangatur sistem trickle-
down sehingga semua dapat merasakan pendapatan yang diperoleh negara.
Distribusi pendapatan tergantung dari pemilikan faktor-faktor produksi, permintaan dan penawaran. Dari sisi etika maka pendistribusian kembali
pendapatan dari pihak kaya ke pihak miskin sebagai suatu meknisme trickle-down adalah sangat baik. Pendistribusian ini akan menjadi benar hanya jika
mekanismenya diserahkan pada pemerintah bukan kepada pihak orang kaya. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan Suparmoko, 1997:
1. Seperti diusulkan Adam Smith bahwa pemerintah perlu campur tangan dalam
bidang keadilan. Karena distribusi penghasilan yang lebih merata itu sangat diperlukan dan dipandang baik atas dasar keadilan, maka sebaiknya
pendistribusian kembali pendapatan itu ditangani oleh pemerintah. Hal ini karena manusia secara perorangan kurang tertarik untuk mengusahakan
keadilan ini dan seringkali tidak mampu untuk merealisasikan usaha tersebut berhubung Ia hanya merupakan bagian kecil masyarakat dan lebih suka free
rider artinya kalau orang lain lebih suka melakukannya maka ia lebih suka untuk tidak melakukannya.
2. Bahwa dalam redistribusi pendapatan terdapat unsur barang publik. Dalam hal ini bukan redistribusi pendapatannya yang merupakan barang publik, tetapi
akibat yang ditimbulkannya mempunyai ciri sebagai barang publik. Adanya
2002 digitized by USU digital library
3
redistribusi pendapatan menyebabkan golongan miskin mempunyai tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan sebagai akibatnya tingkat kerusakan pada
masyarakat dan kriminalitas akan berkurang. 3. Alasan ketiga adalah alasan yang berhubungan dengan kekuatan politik.
Seringkali golongan kaya walaupun jumlahnya tidak banyak namun dapat mempengaruhi jalannya politik di suatu negara. Oleh karena itu untuk
menghindari adanya kemungkinan tersebut, pemerintah harus mendistribusikan pendapatan sehingga terdapat distribusi pendapatan yang lebih merata. Dengan
demikian kebijakan pemerintah tidak dikuasai atau dipengaruhi oleh kelompok yang berpendapatan tinggi.
Di lain pihak di samping kelompok yang menginginkan adanya redistribusi pendapatan agar terdapat distribusi yang lebih merata, ada kelompok pendapat yang
justru menghendaki adanya distribusi pendapatan seperti apa adanya dalam masyarakat itu. Beberapa alasan yang diberikan adalah:
1. Alasan keadilan yaitu bahwa harus menghargai ambisi, kerja keras, kerajinan dan kecakapan dalam hubungannya dengan pendapatan. Adanya korelasi
yang positif antara kemauan bekerja keras, kerajinan dan kecakapan dengan tingkat pendapatan sehingga pantaslah bagi mereka yang mempunyai sifat-
sifat di atas mendapatkan imbalan yang sesuai. Sebaliknya tidak pantas bahwa orang malas dan orang bodoh mendapatkan penghasilan yang tinggi
karena redistribusi pendapatan.
2. Bahwa redistribusi pendapatan akan mengurangi dorongan atau insentif untuk bekerja keras. Hal ini sesuai dengan pemikiran umum bahwa
pendapatan adalah imbalan terhadap jerih payah atau usaha seseorang. Namun bila pada pendapatan yang semakin tinggi dipungut kembali sebagian
oleh pemerintah untuk ditransfer kepada mereka yang pendapatannya rendah, maka akan berarti mengurangi insentif seseorang untuk bekerja,
menabung dan berinvestasi. Akibatnya pendapatan absolut akan relatif rendah dengan adanya redistribusi pendapatan. Ini berarti pula bahwa
redistribusi pendapatan akan lebih meratakan distribusi pendapatan tetapi mengorbankan efisiensi perekonomian.
3. Dengan redistribusi pendapatan, laju pertumbuhan ekonomi akan terhambat karena menurunnya tingkat investasi di negara bersangkutan. Pada
umumnya dana investasi datang dari tabungan yang dilakukan oleh kelompok pendapatan tinggi. Oleh karena itu bila ada redistribusi pendapatan maka
jumlah tabungan di negara yang bersangkutan menurun dan demikian pula tingkat investasinya. Dengan rendahnya tingkat investasi maka laju
pertumbuhan ekonomi juga terganggu.
Dengan adanya transfer pendapatan dari kelompok kaya kepada kelompok miskin akan berarti bahwa total utility dari seluruh pendapatan yang ada dalam
masyarakat akan menjadi lebih tinggi. Sehingga perlu tidaknya ada redistribusi pendapatan sebenarnya tergantung pada sejauh mana tidak meratanya distribusi
pendapatan itu dalam masyarakat, sejauh mana pula pemerintah telah melaksanakan distribusi pendapatan itu, serta sejauh mana aspirasi masyarakat
terhadap pendapatan uang yang semua ini adalah besaran-besaran yang sulit diukur. Beberapa teknik redistribusi pendapatan adalah berupa uang tunai, barang
dan pemberian kesempatan kerja. Transfer tunai berupa jaring pengaman sosial JPS, subsidi upah dengan meningkatkan tingkat upah neto yang diterima pekerja
dan lain-lain. Transfer berbentuk barang dimaksudkan agar pemberian transfer tersebut dapat langsung dikonsumsi oleh penerima dan tidak diselewangkan untuk
keperluan lain. Sedangkan pemberian kesempatan kerja dengan asumsi bahwa
2002 digitized by USU digital library
4
masyarakat yang memerlukan bantuan adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan. Bagi mereka yang tak dapat bekerja bantuan dalam uang tunai dapat
digunakan. Sedangkan bagi mereka yang dapat bekerja dan tidak dapat memperoleh pandapatan yang cukup, pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja
dengan tingkat upah tertentu.
2.4. Peranan Stabilisasi