Tata Cara Konversi Suara Rakyat

42 lintas-daerah pemilihan DPRD Provinsi, dan lintas-daerah pemilihan DPR, pemilih tersebut berhak mendapat surat suara Pemilu Anggota DPD. Akan tetapi kalau bersifat lintas-provinsi, pemilih yang bersangkutan tidak berhak mendapatkan surat suara apapun. 4. Dalam UU Pemilu harus dinyatakan secara tersurat bahwa memberikan suara kepada seorang calon adalah otomatis juga memberikan suara kepada parpol yang mencalonkannya. Kalau pemilih memberikan suara tidak kepada calon, tetapi kepada suatu parpol, suara yang diberikan oleh pemilih kepada parpol tersebut harus ikut menentukan perolehan kursi parpol sekaligus juga menentukan siapa calon terpilih. Rumusan yang diajukan adalah sebagai berikut. Parpol mengalokasikan suara yang diterima secara langsung dari pemilih kepada calon nomor urut kecil dalam Daftar Calon Tetap DCT. Calon yang menempati nomor urut kecil adalah calon terbaik menurut kriteria parpol. Apabila calon dengan nomor urut 1 satu tidak lagi memerlukan tambahan suara untuk dinyatakan sebagai calon terpilih, suara itu dialokasikan kepada calon nomor 2 dua. Demikian seterusnya. 5. Kalau masih menggunakan metode kuota Bilangan Pembagi Pemilihan, BPP dan sisa kursi dialokasikan kepada P4 berdasarkan “urutan sisa suara terbanyak”, demi keadilan, dalam UU Pemilu perlu ditentukan bahwa P4 yang tidak mencapai jumlah suara sama dengan BPP hanya dapat ikut pembagian sisa kursi apabila P4 tersebut memiliki suara sekurang-kurangnya sama dengan 50 persen dari BPP. 6. Pembagian kursi DPR dan DPRD harus selesai tuntas di setiap daerah pemilihan dengan menggunakan metode pembagian kursi yang adil dan mudah dipahami oleh pemilih awam. Metode pembagian kursi yang adil adalah yang memungkinkan setiap Parpol Peserta Pemilu mendapatkan kursi proporsional dengan jumlah suara yang diperoleh. Setidak-tidaknya tersedia dua pilihan metode yang dapat digunakan. Pertama, metode kuota Hare yang di Indonesia dikenal dengan Bilangan Pembagi Pemilihan BPP, sedangkan sisa kursi dialokasikan kepada Parpol Peserta Pemilu berdasarkan urutan 43 sisa suara terbanyak dengan satu catatan. Catatan yang dimaksud adalah P4 yang memperoleh jumlah suara sah kurang dari BPP hanya dapat ikut dalam pembagian sisa kursi apabila memiliki jumlah suara sah sekurang-kurangnya sama dengan 50 persen dari BPP. Kedua, menggunakan metode divisor Webster yang membagi seluruh kursi yang diperebutkan di setiap daerah pemilihan hanya satu tahap.

D. Pemungutan dan Penghitungan Suara

Sekurang-kurangnya 15 rekomendasi di bawah ini dapat diajukan untuk menjamin integritas proses pemungutan dan penghitungan suara: 1. Pada satu pihak, Pasal 154 ayat 2 UU No. 10 2008 menegaskan hak saksi peserta pemilu, pengawas pemilu, pemantau pemilu, dan pemilih warga masyarakat menghadiri kegiatan KPPS. Akan tetapi pada pihak lain, ketentuan Pasal 169 UU tersebut melarang warga masyarakat –yang tidak memiliki hak pilih atau tidak sedang memberikan suara– berada di dalam TPSTPSLN. Larangan serupa juga berlaku bagi pemantau. Apakah dengan demikian, saksi peserta pemilu dan pengawas pemilu dapat berada di dalam TPS TPSLN? Berkaitan dengan itu, dalam peraturan KPU perlu ditegaskan pengertian “di dalam TPSTPSLN” dan “apakah saksi peserta pemilu dan pengawas pemilu dapat berada di dalam TPS”. Pada satu pihak, penegasan ini perlu dilakukan untuk menjamin transparansi dan integritas pemungutan dan penghitungan suara serta kelancaran dan ketertiban pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara pada pihak lain. 2. Setiap peserta pemilu perlu diwajibkan menghadirkan saksi yang sudah terlatih di setiap TPS dan PPK. Hampir semua peserta pemilu mampu menghadirkan saksi pada saat rekapitulasi hasil perhitungan suara di PPK. Kalau P4 mengeluarkan banyak dana untuk kampanye, mengapa P4 tidak bersedia melatih anggotanya menjadi saksi di setiap TPS? Pelatihan terhadap anggota menjadi saksi niscaya jauh lebih efektif dalam menjaga perolehan suara daripada kampanye. 3. Ketentuan Pasal 170 ayat 1 perlu direvisi menyangkut klausus bahwa Pengawas Pemilu Lapangan yang ditugaskan “memberi 44 saran perbaikan disaksikan oleh saksi yang hadir” apabila terdapat penyimpangan dalam proses pemungutan suara di TPS. Seharusnya saksi peserta pemilu-lah yang berhak mengajukan keberatan dan mengajukan saran perbaikan apabila terjadi penyimpangan. Selain itu Pengawas Pemilu Lapangan hanya satu orang untuk setiap desa kelurahan sehingga tidak setiap saat berada di suatu TPS. Rumusan Pasal 170 ayat 1 ini juga tidak senada dengan rumusan Pasal 178 ayat 1 yang memungkinkan tidak hanya Pengawas Pemilu Lapangan, tetapi juga peserta pemilu, saksi peserta pemilu, dan masyarakat untuk mengajukan keberatan apabila terdapat penyimpangan dalam proses penghitungan suara. Rumusan Pasal 178 ayat 1 ini juga sedikit berlebihan karena peserta pemilu dan seorang saksi juga dapat mengajukan keberatan. Bukankah saksi adalah wakil dari peserta pemilu? Karena itu perlu diadopsi rumusan yang memberikan hak kepada saksi peserta pemilu mengajukan keberatan danatau saran perbaikan kepada KPPS apabila terjadi penyimpangan dalam pemungutan suara ataupun penghitungan suara. Mengajukan keberatan apabila terjadi penyimpangan merupakan hak saksi peserta pemilu. Pemantau pemilu juga dapat mengajukan keberatan apabila melihat terjadi penyimpangan, tetapi harus disampaikan melalui saksi peserta pemilu ataupun Pengawas Pemilu Lapangan. 4. Ketika membuka kotak suara pada awal rapat pleno pemungutan suara, KPPS wajib meneliti apakah dokumen yang diterima sesuai dengan peruntukannya sehingga setiap kesalahan sudah dapat diketahui sejak awal. Misalnya, apakah surat suara yang diterima sesuai dengan daerah pemilihan tempat TPS itu bernaung. 5. KPU harus menyadari Berita Acara dan sertiikat Hasil Penghitungan Suara di TPS merupakan hal yang terpenting. Tidak saja karena dalam kedua dokumen inilah suara rakyat dicatat, tetapi dokumen tersebut menjadi sumber data utama untuk menentukan hasil pemilu. Karena itu kedua dokumen ini wajib dipersiapkan secara seksama sehingga tidak saja mudah dipahami, tetapi juga mudah dikerjakan oleh ketua dan anggota KPPS. Sebelum ditetapkan secara sebagai dokumen resmi, KPU wajib melakukan simulasi