Perancangan Buku Ilustrasi tentang Pendidikan Seks Untuk Anak Kelas 5-6 SD

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI TENTANG PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK KELAS 5-6 SD

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2014 / 2015

Oleh :

Moch. Indra Ramdhani 51910243

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

(4)

iii KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Karya Tugas Akhir ini yang berjudul “Perancangan Buku Ilustrasi Tentang Pendidikan Seks Untuk Anak Kelas 5-6 SD” dengan sebaik mungkin. Penulisan laporan pengantar ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menjalani sidang tugas akhir guna menempuh gelar sarjana (S1) pada program studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

Selama masa penyusunan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan, dan dukungan baik berupa moril maupun materil dari berbagai pihak, yang tanpa pamrih mengiringi penulis sampai pada tahap ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak ucapan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, atas segala rahmat dan kemurahan-Nya yang tak terhingga. 2. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

3. Bapak Prof. Dr. Primadi Tabrani, selaku Dekan Fakultas Desain Universitas Komputer Indonesia.

4. Bapak M. Syahril Iskandar, M.Ds., selaku Ketua Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.

5. Bapak Drs. Agus Rahmat Mulyana, M.Ds., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing dan memberikan sumbangsih keilmuan kepada penulis.

6. Para dosen penguji, yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis. 7. Yang tercinta, kedua orang tua penulis, Bapak H. Saepuloh dan ibu Hj. Dede

Solihat atas segala do’a, dukungan dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis.

8. Kakak tercinta, Irfan Maliki, MT. & istri, Yulli Astuti, dan seluruh keluarga besar di rumah yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil.


(5)

iv 9. Seluruh staff & dosen pengajar Program Studi Desain Komunikasi visual

Universitas Komputer Indonesia.

10. Para sahabat penulis yang telah membantu penulis selama ini.

11. Yang terkasih Lia Yuliawati, ST., yang telah memberikan doa dan dukungan, serta kasih sayangnya selama penulisan ini.

12. Seluruh teman-teman angkatan 2009, 2010, dan 2011 Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih pula kepada semua pihak yang tidak tersebut namanya, yang telah membantu penulis dalam segala hal. Semoga semua kebaikan yang mereka berikan mendapat imbalan yang berlipat dari Allah SWT. Selanjutnya, tentu saja penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwasanya penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan, sehingga laporan ini menjadi lebih baik dan bisa memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bandung, Agustus 2015 Penulis,

Moch. Indra Ramdhani 51910243


(6)

v ABSTRAK

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI TENTANG PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK KELAS 5-6 SD

Oleh :

Moch. Indra Ramdhani 51910243

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Tindak kekerasan dan kasus pelecehan seksual pada anak SD semakin marak terjadi. Eksploitasi seks pada anak dibawah umurpun nyatanya juga masih sering terjadi dan dilakukan oleh orang-orang terdekat bahkan oleh keluarga korban sendiri. Berdasarkan catatan KPAI bahwa dari Januari sampai Agustus atau semester pertama (2014), jumlah kekerasan seksual pada anak sebanyak 784 kasus. Itu artinya, rata-rata 129 anak menjadi korban kekerasan seksual setiap bulannya dan 20% anak menjadi korban pornografi.

Mengingat banyaknya kasus yang terjadi, maka sudah sepatutnya para orangtua dituntut untuk mulai memberikan pendidikan seks pada anak. Tetapi kebanyakan mereka masih merasa tabu dan bingung bagaimana cara menyampaikannya. Sehingga, pada akhirnya anak tidak memperoleh pengetahuan tentang seks dari orangtuanya.

Oleh karena itu, perancangan ini bertujuan untuk membuat sebuah media informasi sebagai prasarana yg bisa membantu memudahkan para orangtua dalam memberikan pendidikan tentang seks berdasarkan usia dan tahap tumbuh kembang anak, khususnya untuk anak kelas 5-6 SD. Media yang dipilih adalah buku ilustrasi untuk anak. Dengan adanya buku ilustrasi ini diharapkan para orangtua tidak lagi merasa tabu dan bingung ketika harus menjelaskan tentang seks pada anak.


(7)

vi ABSTRACT

DESIGN OF ILLUSTRATION BOOK ABOUT SEX EDUCATION FOR CHILDREN GRADE 5-6 ELEMENTARY SCHOOL

By :

Moch. Indra Ramdhani 51910243

Study Programme Visual Communication Design

Violence and sexual harassment cases at elementary school children increasingly rife. Sexual exploitation of children under age fact, also still common and is done by those closest to the victim's family even by themselves. Based on KPAI note that from January to August or the first half (2014), the number of sexual assault on a child as much as 784 cases. That means an average of 129 children are victims of sexual violence every month and 20% of children are victims of pornography.

Given the number of cases, hence the parents are required to start giving sex education to children. But most of them still feel taboo and confused how to deliver it. Thus, in the end the child does not learn about sex from their parents.

Therefore, the design aims to create an information media as an infrastructure that can help make it easier for parents to provide education about sex by age and stage of child development, especially for grades 5-6 elementary school. The selected media is illustrated book for children. With the illustrated book is expected that parents no longer feels taboo and confused when they have to explain sex to children.


(8)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

KOSAKATA/ GLOSSARY ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 3

I.3 Rumusan Masalah ... 4

I.4 Batasan Masalah ... 4

I.5 Tujuan Perancangan ... 4

BAB II PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI TENTANG PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK KELAS 5-6 SD ... 6

II.1 Kajian Pustaka ... 6

II.1.1 Pendidikan Seks ... 6

II.1.2 Tujuan Pendidikan Seks ... 7

II.1.3 Manfaat Pendidikan Seks ... 8

II.1.4 Pendidikan Seks Sejak Usia Dini ... 8

II.1.5 Tahapan Dalam Pendidikan Seks ... 10

II.1.6 Pendidikan Seks Berdasarkan Usia ... 12

II.1.7 Karakteristik Dan Psikologi Anak Sekolah Dasar ... 13

II.1.8 Media Informasi ... 15

II.1.9 Buku Ilustrasi ... 16


(9)

viii

II.2.1 Kuisioner ... 19

II.2.2. Responden ... 20

II.3 Analisis Masalah ... 22

II.4. Target Audiens ... 24

II.4.1 Demografis ... 24

II.4.2 Psikografis... 25

II.4.3 Geografis ... 25

II.5 Solusi Perancangan ... 25

II.6 Kerangka Perencanaan Perancangan ... 26

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 27

III.1 Strategi Perancangan ... 27

III.1.1 Tujuan Komunikasi ... 27

III.1.2 Pendekatan Komunikasi... 28

III.I.2.1 Pendekatan Visual ... 28

III.I.2.2 Pendekatan Verbal ... 28

III.1.3 Materi Pesan... 29

III.1.4 Gaya Bahasa... 29

III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan ... 29

III.1.6 Strategi Kreatif ... 30

III.1.7 Strategi Media ... 31

III.I.7.1 Media Utama ... 31

III.I.7.2 Media Pendukung ... 31

III.I.7.3 Media Promosi ... 34

III.1.8 Strategi Distribusi ... 35

III.2 Konsep Visual ... 36

III.2.1 Format Desain ... 37

III.2.2 Layout ... 39

III.2.3 Tipografi ... 40

III.2.4 Ilustrasi ... 41


(10)

ix

BAB IV TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA ... 46

IV.1 Pra Produksi ... 46

IV.1.1 Hardware (perangkat keras) ... 46

IV.1.2 Software (perangkat lunak) ... 46

IV.2 Teknik Produksi ... 47

IV.2.1 Media Utama ... 47

IV.2.2 Media Pendukung ... 54

IV.2.3 Media Promosi ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN ... 66


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan ataupun pengetahuan tentang seks sebaiknya sudah mulai diberikan kepada anak, apalagi untuk anak tingkatan Sekolah Dasar yang sudah mulai menginjak fase praremaja. Walaupun dalam praktiknya, hal ini menjadi sesuatu yang tidak mudah. Kenyataannya saja, masih banyak orangtua yang merasa rikuh dan tidak mengerti kapan serta bagaimana cara menyampaikannya, karena Pendidikan seks itu sendiri masih dianggap sesuatu yang tabu dan awam untuk diketahui, apalagi jika mengaitkannya dengan anak-anak. Padahal pendidikan seks bukanlah mengajarkan tentang cara-cara berhubungan seks semata, melainkan lebih kepada upaya memberikan pemahaman kepada anak sesuai dengan tingkat usianya seperti fungsi-fungsi organ seksual dan masalah naluri alamiah yang mulai timbul. Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendidikan seks dapat mencegah perilaku penyimpangan ataupun tindak kekerasan seksual dan seks bebas pada anak yang frekuensinya terus meningkat.

Di Indonesia sendiri, tindak kekerasan dan kasus pelecehan seksual pada anak usia Sekolah Dasar, serta para remaja yang rentan terjerumus seks bebas akibat pergaulan yang tidak terkontrol oleh keluarga semakin marak terjadi. Bahkan, eksploitasi seks pada anak dibawah umurpun nyatanya juga masih sering terjadi dan dilakukan oleh orang-orang terdekat bahkan oleh keluarga korban sendiri. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam situs resminya telah mencatat bahwa dari Januari sampai Agustus atau semester pertama (2014), jumlah kekerasan seksual pada anak sebanyak 784 kasus. Itu artinya, rata-rata 129 anak menjadi korban kekerasan seksual setiap bulannya. 20% anak menjadi korban pornografi. Kasus ini masuk ke pengaduan KPAI dan belum termasuk kekerasan lainnya di tahun sebelumnya. Kekerasan yang terjadi di tahun 2013 ada 4.500 kasus yang masuk ke KPAI dan Jawa Barat merupakan provinsi ketiga di Indonesia dengan jumlah kasus kekerasan tertinggi terhadap anak.


(12)

2

Total kekerasan terhadap anak di Jawa Barat mencapai 38% artinya 6.510.000 kasus terjadi di Jawa Barat. Dan 62% kasus kekerasan berupa kekerasan seksual. Selain itu, KPAI juga mencatat 62,7% remaja Indonesia tidak perawan lagi. Hasil penelitian tahun 2008 tersebut menyebutkan bahwa dari 4.726 responden siswa SMP/SMA di 17 kota besar menunjukkan bahwa 21,2% mengaku pernah melakukan hubungan seksual dan aborsi (www.kpai.go.id).

Meningkatnya kasus kekerasan seksual pada anak merupakan bukti nyata kurangnya pengetahuan anak mengenai pendidikan seks yang seharusnya sudah mereka peroleh dari orang tuanya. Jika melihat banyaknya kasus-kasus yang terjadi, maka sudah sepatutnya para orangtua dituntut untuk mulai memberikan pendidikan seks pada anaknya. Apalagi, seiring dengan semakin berkembang pesatnya teknologi informasi dan komunikasi yang tak terbatas, hal ini bisa saja menjadi salahsatu faktor pemicu terjadinya tindak penyimpangan seksual pada anak. Pada fase tertentu anak yang sedang tumbuh kembang akan mencari tahu informasi tentang seks, sehingga tidak jarang anak mencari informasi sendiri dari media internet bahkan dari teman sebayanya karena mereka tidak pernah mendapatkan pendidikan seks dari orang tua mereka. Dikhawatirkan jika anak mendapat informasi yang salah tentang seks, maka mereka akan salah mengartikannya juga. Anak-anak bisa saja dengan mudahnya mengakses berbagai situs porno dan melihat konten-konten yang seharusnya tidak mereka lihat, sehingga informasi yang mereka dapatkan mengenai seksualitas, tidak sesuai dengan norma susila, nilai-nilai serta moral.

Dalam sebuah penelitian yang dikutip oleh Andika (2010) menyatakan bahwa dari 600 lelaki dan perempuan usia SMP ke bawah di AS, peneliti Dr. Jennings Bryant menemukan bahwa 91% lelaki dan 82% wanita mengaku telah menonton film porno atau yang berisi kekerasan seksual. Lebih dari 66% lelaki dan 40% wanita dilaporkan ingin mencoba beberapa adegan seks yang telah ditontonnya. Diantara siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) tersebut, 31% lelaki dan 18% wanita mengaku benar-benar melakukan beberapa adegan dalam film porno itu beberapa hari setelah menontonnya. Penelitian lanjutan dari KPAI mencatat, sejak tahun 2011 hingga 2014, jumlah anak korban pornografi dan kejahatan online di


(13)

3

Indonesia telah mencapai jumlah 1.022 anak. Secara rinci dipaparkan, anak-anak yang menjadi korban pornografi online sebesar 28%, prostitusi anak online 20%, objek cd porno 15% serta anak korban kekerasan seksual online 11%.

Pendidikan seks seharusnya menjadi bentuk kepedulian orang tua terhadap masa depan anaknya kelak. Tetapi yang terjadi di masyarakat, justru orang tua malah bersikap apatis dan tidak berperan aktif untuk memberikan pendidikan seks sejak usia dini kepada anaknya. Pada umumnya, para orangtua masih merasa bingung harus menjelaskan seperti apa kepada anak-anak mereka, setidaknya banyak yang beranggapan bahwa pendidikan seks itu seharusnya diberikan pada saat anaknya tumbuh dewasa dan seolah menyerahkan pendidikan seks kepada pihak sekolah sebagai sumber ilmu bagi anaknya. Namun, nyatanya pendidikan seks sendiri belum diterapkan secara khusus dalam kurikulum sekolah.

Pendidikan seks untuk anak Sekolah Dasar berbeda dengan pendidikan seks untuk remaja maupun dewasa. Pendidikan seks untuk remaja lebih pada seputar gambaran biologi mengenai seks dan organ reproduksi, masalah hubungan, seksualitas, kesehatan reproduksi serta penyakit menular seksual, sedangkan pada anak Sekolah Dasar lebih pada pengenalan peran jenis kelamin, pengenalan anatomi tubuh secara sederhana dan langkah-langkah persiapan menuju fase remaja. Maka dari itu, salah satu upaya untuk mengenalkan dasar-dasar pendidikan seks kepada anak Sekolah Dasar adalah dengan membuat sebuah media informasi tentang pendidikan seks yang sesuai dengan usia mereka, dalam hal ini media yang dipilih adalah buku ilustrasi. Penyampaian pesan maupun informasi dalam bentuk ilustrasi lebih disukai oleh anak, sehingga dengan adanya buku ilustrasi yang memuat sebuah informasi tentang pendidikan seks diharapkan para orangtua tidak lagi merasa tabu dan bingung ketika harus menjelaskan tentang seks pada anak.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil kajian dan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah sebelumnya, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahannya sebagai berikut:


(14)

4

1. Pemahaman para orangtua umunya yang masih banyak terjebak dengan pemikiran dan anggapan tabu terhadap pendidikan seks sehingga anak tidak memperoleh pengetahuan langsung tentang seks dari orangtuanya.

2. Percepatan teknologi informasi dan komunikasi yang tidak terbatas menyebabkan anak akan mencari informasi sendiri tentang seksualitas, hal ini beresiko anak akan mendapatkan informasi yang salah, misalnya anak malah cenderung banyak mengakses situs-situs pornografi karena pemahamannya yang keliru pula mengenai seksualitas.

3. Banyaknya anak di kalangan usia Sekolah Dasar yang menjadi korban kekerasan seksual dan pornografi.

4. Pentingnya mengenalkan pendidikan seks kepada anak sejak usia Sekolah Dasar

1.3 Rumusan Masalah

Setelah mengidentifikasi serangkaian permasalahan berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah sebelumnya, maka rumusan masalah yang didapat ialah, • Bagaimana merancang sebuah buku ilustrasi tentang pendidikan seks yang

sesuai dengan usia dan tahap tumbuh kembang anak Sekolah Dasar agar para orangtua tidak lagi merasa bingung ketika harus memberikan materi pendidikan seks ini pada anak.

1.4Batasan Masalah

Dalam perancangan ini, materi ataupun konten pesan yang akan disajikan dalam buku ilustrasi lebih di tujukan untuk anak kelas 5-6 Sekolah Dasar. Menurut beberapa pakar peneliti menyatakan bahwa pada rentan waktu tersebut merupakan masa potensial bagi anak dalam menerima pemahaman tentang pendidikan seks. 1.5 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan ini yaitu:

1. Mengenalkan dasar pendidikan tentang seks untuk anak kelas 5-6 Sekolah Dasar.

2. Merancang sebuah buku ilustrasi sebagai media ataupun prasarana yg bisa membantu memudahkan para orangtua dalam memberikan pendidikan seks


(15)

5

kepada anak berdasarkan usia dan tahap tumbuh kembang anak Sekolah Dasar khususnya anak kelas 5-6.


(16)

6 BAB II

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI TENTANG PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK KELAS 5-6 SD

II.1 Kajian Pustaka II.1.1 Pendidikan Seks

Menurut Abdullah Nashih Ulwan (dalam Madani, 2014) pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan.

Pendidikan seks adalah salah satu langkah atau upaya untuk mengurangi dan mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah adanya dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi dan tindak kekeran seksual yang sering kali kerap terjadi pada anak (sarwono, 2005).

Sedangkan menurut D. Gunarsa (2008) Pendidikan seks merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda - mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seks ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar.

Dari beberapa pernyataan para pakar ahli tersebut, dapat disimpulkan pula bahwa Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Hal ini bisa mencakup tentang pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau perempuan), bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi, bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada laki-laki dan perempuan, tentang menstruasi ataupun mimpi basah, sampai kepada masalah timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon dalam tubuh seiring perkembangan yang terjadi, termasuk nantinya masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya. Maka, dalam hal ini pendidikan Seks sejatinya bisa dilihat dari dua segi aspek, yaitu:


(17)

7 • Pengetahuan secara biologis

Pengetahuan secara biologis, yang termasuk dalam pengetahuan alat-alat reproduksi perempuan dan laki-laki, proses reproduksi yaitu kehamilan dan kelahiran, serta pengetahuan dan pemahaman cara penularan PMS dan HIV/AIDS.

Pengetahuan dengan pendekatan sosial / psikologis

Pengetahuan dengan pendekatan sosial / psikologis yang membahas soal seks, perkembangan diri, soal kontrasepsi, mengenal perilaku seksual beresiko dan hak-hak manusia untuk keselamatan kita serta keputusan untuk melakukan hubungan seks. Menurut WHO tahun 2009 (dalam Faisal, 2012) pendidikan seks seharusnya tidak terbatas sampai pengetahuan biologis, tetapi berperan untuk melindungi kesehatan dan keamanan masyarakat lewat pendidikan. II.I.2 Tujuan Pendidikan Seks

Tujuan pendidikan seks secara umum, yakni sesuai dengan kesepakatan internasional”Conference Of Sex Education And Family Panning” pada tahun 1962 (dalam Alwahdania, 2013) adalah untuk menghasilkan manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia serta tanggung jawab terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Menurut The Sex Information and Education Council The United States (SIECUS) (dalam Subiyanto, 1996, h.79) pendidikan seks mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Memberi pengetahuan yang memadai kepada siswa mengenai diri siswa sehubungan dengan kematangan fisik, mental dan emosional sehubungan dengan seks.

2. Mengurangi ketakutan dan kegelisahan sehubungan dengan terjadinya perkembangan serta penyesuaian seksual pada anak.

3. Mengembangkan sikap objektif dan penuh pengertian tentang seks.

4. Menanamkan pengertian tentang pentingnya nilai moral sebagai dasar mengambil keputusan.

5. Memberikan cukup pengetahuan tentang penyimpangan dan penyalahgunaan seks agar terhindar dari hal-hal yang membahayakan fisik dan mental.


(18)

8 6. Mendorong anak untuk bersama-sama membina masyarakat bebas dari

kebodohan.

II.I.3 Manfaat Pendidikan Seks

Secara umum, manfaat dari pendidikan seks menurut Dianawati (dalam Faisal, 2012) adalah:

1. Masyarakat mendapatkan pandangan positif dan manfaat tentang informasi pendidikan seks.

2. Mengetahui akibat dan bahaya tentang perilaku penyimpangan seksual. 3. Dapat mengetahui tindakan yang menyimpang serta adanya upaya untuk

menghidari hal tersebut, terutama jika hal ini terjadi pada anak.

4. Menghindari terjadinya hal-hal negatif yang diakibatkan dari pemahaman tentang pendidikan seks yang salah dan keliru.

Berdasarkan kajian tentang adanya tujuan dan manfaat dari pendidikan seks, maka penulis berpendapat bahwa dengan memberikan pendidikan tentang seks kepada anak, maka akan membantu mereka untuk mengembangkan perilaku seks yang sehat, mengajarkan pemikiran tentang seks yang bertanggungjawab, menghindarkan mereka dari tindakan penyimpangan maupun kekerasan seksual dan sebagai masa persiapan agar anak tidak bingung nantinya ketika mengahadapi kematangan seksual yang terjadi seiring perkembangan usianya, tentunya masyarakatpun khususnya para orangtua diharapkan mulai terbuka dan tidak menganggap hal ini sebagai sesuatu yang tabu atau awam untuk diketahui. II.I.4 Pendidikan Seks Sejak Usia Dini

Pengetahuan tentang seks pada anak dapat mencegah terjadinya perilaku penyimpangan seksual pada anak, hal ini dikarenakan mereka diajarkan tentang peran jenis kelamin, bagaimana bersikap sebagai anak laki-laki atau pun perempuan dan bagaimana bergaul dengan lawan jenisnya. Pendidikan seks pada anak juga dapat mencegah agar anak tidak menjadi korban pelecehan seksual, dengan dibekali pengetahuan tentang seks, mereka menjadi mengerti perilaku mana yang tergolong pelecehan seksual.


(19)

9 Pendidikan seks untuk anak usia dini berbeda dengan pendidikan seks untuk remaja. Pendidikan seks untuk remaja lebih pada seputar gambaran biologi mengenai seks dan organ reproduksi, masalah hubungan, seksualitas, kesehatan reproduksi serta penyakit menular seksual, sedangkan pada anak usia dini lebih pada pengenalan peran jenis kelamin dan pengenalan anatomi tubuh secara sederhana. Sebaiknya anak-anak sejak dini perlu diajarkan menghargai tubuhnya sebagai barang berharga sehingga dapat menjauhkannya dari tindak pelecehan seksual. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat (sarwono, 2005)

Menurut pakar psikolog D. Gunarsa “penyampaian materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan oranglain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak” (2008). Sedangkan menurut Kriswanto (2009) mengingatkan, pendidikan seks untuk anak harus dimulai sejak dini, bahkan sejak usia 0-5 tahun (masa balita). Proses ini akan berlangsung hingga anak mencapai tahap remaja akhir.

Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak dalam memberikan pemahaman tentang seks. Selain itu, tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orangtua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks, tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut.

Merulut aturan ataupun ketentuan dan syariat islam, para pendidik maupun orangtua muslim telah diperintahkan untuk memberikan pendidikan seks pada anaknya secara bertahap, hal ini bertujuan untuk pendidikan dan pengajaran tentang akhlak mereka dimasa yang akan datang. Menurut Madani (2014) menyatakan bahwa syariat islam telah membagi tingkatan pendidikan seks pada usia pertumbuhan anak kedalam tiga masa (h, 137-138).


(20)

10 • Masa Kanak-Kanak Dini

Fase ini bekisar kira-kira pada usia 0-7 tahun, ditandai dengan kesukaan anak dalam bermain dan lepas dari tanggung jawab untuk melakukan hal-hal yang memerlukan aturan yang jelas. Pada tingkatan ini tidak terdapat naluri seks yang hakiki, anak pada fase usia tersebut kosong dari naluri seksual, namun tidak menutup kemungkinan seorang anak pada fase tersebut menampakan sebagian dari fenomena seks karena meniru atau ikut-ikutan pada oranglain. Maka, para orangtua sebaiknya tidak membuat rangsangan seksual dihadapan anak ketika kurun waktu tersebut.

Masa Kanak-Kanak Lanjut/Akhir

Islam telah menetapkan masa tersebut yakni, rentan waktu antara usia 7-14 tahun. Periode akhir masa kanak-kanak merupakan fase persiapan seks, dan masa untuk mempersiapkan seorang anak dengan aturan-aturan baku agar si anak mampu menghadapi kondisi mendatang sesuai dengan tingkat pertumbuhannya. Beberapa nash Al-Qur’an telah menjelaskan tentang pentingnya pendidikan demi menghadapi masa depan seseorang yang akan ia jalani kelak.

Periode Persahabatan

Pada periode ini, seorang pendidik hendaknya menjadikan seorang remaja puber yang telah dibebani tanggung jawab syariat (mukallaf) layaknya sebagai seorang teman setia yang selalu dibimbing dan dituntun agar memahami kehalalan dan keharaman.

II.I.5 Tahapan Dalam Pendidikan Seks

Pada dasarnya, pendidikan seks harus dimulai secara tepat seiring dengan tingkat perkembangan anak yang terlibat, menjawab pertanyaan mereka sesuai dengan minat dan tingkat pemahaman mereka. Pendidikan seks formal harus “group oriented” dengan kelompok seks yang sama. Berdasarkan kajian dari beberapa penelitian, mengenai kapan pendidikan seks tepat untuk ditanamkan pada anak, tidak ada batasan yang pasti. Orangtua bisa mengajarkan pendidikan seks untuk anaknya tepat pada saat anak mulai mengajukan pertanyaan. Jawaban yang harus


(21)

11 diberikan tentunya mengacu pada usia anak. Semakin dewasa usianya, maka orangtua dapat memberitahukan dengan informasi yang lebih lengkap. Menurut Dr. Wilson W. Grant, (dalam Afifah & Suprianto, 2011) menyatakan bahwa cara menerapkan pendidikan seks pada anak-anak ialah dengan penjelasan sedikit demi sedikit, dari hari ke hari.

Menurut Andika (2010) tahapan perkembangan psikoseksual yang dilalui anak terbagi menjadi 5 fase, yaitu sebagai berikut:

II.I.5.I Fase Pragential

Fase pragential adalah saat anak belum menyadari fungsi dan perbedaan alat kelamin antara laki-laki dan perempuan. Masa ini dibagi menjadi dua, yaitu masa oral (0-2 tahun) dan masa anal (2-4 tahun). Masa oral ditandai dengan kepuasan yang diperoleh anak melalui dareah oral atau mulut. Pada tahap ini, anak memperoleh informasi seksual melalui aktivitas mulutnya. Pada usia 0-1 tahun, bayi mendapat perasaan nikmat ketika menyusu melalui puting ibunya. Sedangkan pada usia 1-2 tahun, anak terlihat cendrung antusias memasukan apa saja yang dilihat ke dalam mulutnya. Sementara pada masa anal, kepuasan anak didapat melalui daerah anusnya. Rasa nikmat dirasakan melalui aktivitas yang menyangkut proses pembuangan. Mereka cendrung berlama-lama di kamar mandi. Anak usia 2-4 tahun juga sering menahan kencing atau buang air besar. II.I.5.2. Fase Egosentris

Fase egosentris merupakan masa dimana anak-anak tak lagi bersikap pelit terhadap apa yang dimilikinya. Mereka mulai bermain bersama secara berkelompok dan mudah untuk menjalin kerjasama (7-11 tahun).

II.I.5.3. Fase Pra Pubertas

Fase pra pubertas disebut juga sebagai masa pueral, masa dimana terjadi peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Anak perempuan terlihat lebih cepat dewasa dalam menanggapi perubahannya. Bahkan, tak jarang anak perempuan menganggap anak laki-laki seusianya masih bersikap seperti anak-anak (12-13 tahun).


(22)

12 II.I.5.4. Fase puber

Fase puber memang menjadi masa yang membingungkan, tidak hanya bagi anak yang mengalaminya, namun orangtuapun sering merasa kesulitan untuk menghadapi anaknya yang tengah puber. Masa peralihan anak menjadi remaja saat itu tubuh anak mulai berkembang dan berubah. Pada masa puber, terjadi berbagai perubahan bentuk tubuh, berubah dengan cepat, bahkan suarapun juga berubah. Masa ini merupakan masa perubahan paling cepat (14-15 tahun).

II.I.5.5. Fase Remaja

Fase remaja atau masa adolesenes adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu, masa ini merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial (16-19 tahun).

II.I.6 Pendidikan Seks Berdasarkan Usia

Menurut Dr.Boyke (dalam Adelia, 2013) menerangkan bahwa secara garis besar pendidikan seks untuk anak dibagi ke dalam empat tahap berdasarkan usianya, yaitu usia 1-4 tahun, usia 5-7 tahun, usia 8-10 tahun dan usia 10-12 tahun. Anak-anak perlu diberikan pendidikan seks sedini mungkin dengan materi dan cara penyampaian pendidikan seks yang berbeda dengan orang dewasa, sehingga pendidik seks yang paling baik adalah orang tua anak itu sendiri.

1. Usia 1-4 Tahun,

Orangtua disarankan untuk mulai memperkenalkan anatomi tubuh, termasuk alat genitalnya. Kenalkan pada anak, ini mata, ini kaki, ini vagina dengan bahasa ilmiah tanpa menggunakan istilah lain agar ketika remaja anak tidak canggung untuk menyebutkannya.

2. Usia 5-7 Tahun,

Rasa ingin tahu anak tentang aspek seksual biasanya meningkat. Mereka akan menanyakan kenapa temannya memiliki organ-organ yang berbeda dengan dirinya sendiri. Rasa ingin tahu itu merupakan hal yang wajar, karena itu orang tua diharapkan bersikap sabar dan komunikatif, menjelaskan hal-hal yang ingin diketahui anak


(23)

13 3. Usia 8-10 Tahun,

Anak sudah mampu membedakan dan mengenali hubungan sebab akibat, pada fase ini, orangtua sudah bisa menerangkan secara sederhana proses reproduksi, misalnya tentang sel telur dan sperma yang jika bertemu akan membentuk bayi.

4. Usia 11-13 Tahun,

Anak sudah mulai memasuki pubertas, ia mulai mengalami perubahan fisik, dan mulai tertarik pada lawan jenisnya. Ia juga sedang giat mengeksplorasi diri. Anak perempuan, misalnya, akan mulai mencoba-coba alat make-up ibunya. Pada tahap inilah, menurut Dr. Boyke, peran orang tua amat sangat penting untuk berusaha melakukan pengawasan lebih ketat, dengan cara menjaga komunikasi dengan anak tetap berjalan lancar.

II.I.7 Karakteristik Dan Psikologi Anak Sekolah Dasar

Menurut para ahli (pakar) ilmu jiwa, perkembangan masa anak - anak adalah masa meniru dan mencontoh, karena apa yang dilihat dan didengar oleh anak akan ditirunya (Afifah & Suprianto, 2011). Seorang ahli psikolog, Elizabeth B. Hurlock (dalam Nugraha, 2012) mengatakan bahwa kurun usia pra sekolah dan masa kanak-kanak akhir disebut sebagai masa keemasan (the golden age) (h. 9). Di usia ini anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental, dengan karakteristik sebagai berikut:

Berkembangnya konsep diri

Secara perlahan pemahamannya tentang kehidupan berkembang, anak mulai menyadari bahwa dirinya, identitasnya karena kesadarannya itu menunjukkan “akunya” (eksistensi diri) segalanya ingin ia coba, ia merasa dirinya bisa, namun di sisi lain ia memiliki kebutuhan yang besar untuk tetap disayang dan didukung oleh orang tuanya.

Munculnya egosentris

Di usia ini anak berpikir bahwa segala yang ada dan tersedia adalah untuk dirinya, semuanya ada untuk memenuhi kebutuhannya. Kuatnya egosentris ini


(24)

14 mempengaruhi perilaku anak dalam bermain, saat bermain anak enggan untuk meminjamkan mainannya pada anak lain juga menolak mengembalikan mainan pinjamannya, wajarlah jika saat seperti ini terjadi konflik dengan temannya. Pada saat mengalami konflik ini anak belum bisa menyelesaikannya secara efektif, ia cenderung menghindar dan menyalahkan orang lain.

Rasa ingin tahu yang tinggi

Rasa ingin tahunya meliputi berbagai hal termasuk seksual sehingga ia selalu bereksplorasi dalam apapun dan dimanapun.

Imajinasi yang tinggi

Imajinasi di usia ini sangat mendominasi setiap perilakunya, sehingga anak sulit membedakan mana khayalan dan mana kenyataan. ia kadang-kadang suka melebih-lebihkan cerita. Daya imajinasi ini biasanya melahirkan teman imajiner(teman yang tidak pernah ada), teman khayalnya ini mampu mencurahkan segala pengalaman dan perasaannya.

Belajar menimbang rasa

Di usia 4-6 tahun minat terhadap teman-temannya mulai berkembang, anak mulai bisa terlibat dalam permainan kelompok bersama teman-temannya walaupun kerap terjadi pertengkaran. Hal ini karena ia masih memikirkan dirinya sendiri. Empati anak mulai berkembang, ia mulai merasakan apa yang sedang orang lain rasakan. Jika melihat ibunya bersedih ia akan mendekati, memeluk dan membawa sesuatu yang dapat menghibur, pada masa ini anak mulai belajar konsep benar salah.

Munculnya kontrol internal

Kontrol internal muncul di akhir masa usia prasekolah, perasaan malu mulai muncul ia akan merasa malu dan bersalah jika ia melakukan perbuatan yang salah. Dengan demikian tepatnya di usia 5 tahun ia sudah siap terjun ke lingkungan di luar rumah dan sudah sanggup menyesuaikan diri dengan standar perilaku yang diharapkan.


(25)

15 • Belajar dari lingkungannya

Anak mulai meniru apa yang sering dilihatnya, ia belajar mengidentifikasi dirinya dengan model yang dilihatnya misalnya ia akan berperilaku sama persis seperti apa yang dilihatnya di TV dan ia pun akan bercita-cita sama seperti profesi orang tuanya. Jadi di usia ini lingkunganlah yg sangat berperan dalam membentuk perilakunya

Berkembangnya cara berpikir

Anak mulai mengembangkan pehamannya tentang hubungan benda antara bagian dan keseluruhan, pemahaman tentang konsep waktu belum berkembang sempurna. Anak belum bisa membedakan antara tadi pagi dan kemarin sore. • Berkembangnya kemampuan berbahasa

Dibanding masa sebelumnya anak lebih bisa diajak berkomunikasi, ia mulai bisa mengungkapkan keinginannya dengan bahasa verbal, namun kadang-kadang ia ingin bereksperimen dengan mengatakan kata-kata yang kotor atau yang mengejutkan orang tuannya.

Munculnya perilaku buruk a. Berbohong

b. Mencuri c. Gagap

d. Mogok sekolah e. Takut monster/hantu f. Teman imajiner g. Lamban.

II.1.8 Media Informasi

Kata media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik. Menurut Brigg, media adalah segala alat fisik yang


(26)

16 dapat menyajikan pesan yang merangsang yang sesuai untuk belajar (Rohani, 1997, h. 2).

Informasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat, dengan informasi masukan-masukan yang dianggap penting dapat membantu masyarakat dalam menentukan sikap yang harus dilakukan, informasi sudah menjadi kebutuhan manusia, sehingga peranan informasi sangat dominan dalam kehidupan manusia, karena tanpa informasi manusia tidak akan berkembang. Menurut Onong Uchjana Effendy (dalam Nugraha, 2012, h. 7) Informasi atau tentang keterangan adalah:

1. Suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang yang baginya merupakan hal yang baru diketahui.

2. Data yang telah diolah yang disampaikan oleh seseorang atau sejumlah orang yang baginya merupakan yang baru yang diketahui.

3. Kegiatan menyebarluaskan pesan disertai penjelasan baik secara langsung maupun melalui media komunikasi khalayak yang baginya merupakan suatu hal atau peristiwa baru.

Maka, berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa media informasi adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyebarluaskan sebuah pesan kepada khalayak ataupun sipenerima pesan, sehingga dapat mempengaruhi perilaku, pikiran, maupun perasaan si penerima pesan itu sendiri.

II.1.9 Buku Ilustrasi

Menurut kamus umum bahasa Indonesia edisi ketiga yang ditulis oleh W.J.S Poerwadarminta (2007), dan diolah kembali oleh pusat bahasa departemen pendidikan nasional “bahwa buku adalah beberapa kertas terjilid berisi tulisan untuk dibaca/halaman-halaman yang kosong untuk ditulisi” (h. 184). Buku banyak macamnya, salah satu diantaranya adalah buku ilustrasi. Buku ilustrasi merupakan buku yang didalamnya terdapat lukisan yang mendukung daya khayal dalam cerita, didalam buku ilustrasi terdapat banyak gabungan mulai dari isi buku yang berupa teks tulisan (kumpulan huruf-huruf) dengan ilustrasi berupa gambar maupun foto. Dari kedua gabungan tersebut, yang membuat isi dari buku terlihat lebih hidup adalah ilustrasi yang ada didalamnya.


(27)

17 Menurut Kusrianto (2009) Ilustrasi menurut definisinya adalah seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atas suatu maksud atau tujuan secara visual (h. 140). Ilustrasi digunakan untuk memperjelas dan mempertegas pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah media.

Seiring dengan perkembangan dalam bidang informatika, kini telah dikenal pula istilah e-book (buku elektronik), yang mengandalkan komputer dan internet (jika aksesnya online). Buku memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyampaian informasi secara audio visual, dimana buku dapat dimiliki secara nyata, dapat dibaca dimana saja dan kapan saja (Arsita, 2009, h. 26).

Menurut sebuah artikel yang ditulis oleh Ciptanti Putri (2009) (dalam Nugraha, 2012, h. 6) yang berjudul “Memahami Genre Buku Cerita Anak”. Terdapat beberapa tingkatan buku cerita dan ilustrasi berdasarkan usia, tingkatan tersebut antara lain:

Baby Books

Berisi tentang pantun dan nyanyian sederhana (lullabies and nursery rhymes), permainan dengan jari atau sekedar ilustrasi cerita tanpa kata-kata sama sekali (sepenuhnya mengandalkan ilustrasi serta kreativitas orang tua dan anak untuk berimaginasi). Ditujukan bayi dan batita (bayi dibawah tiga tahun). Panjang cerita dan formatnya beragam, disesuaikan dengan isi materi. Akan tetapi buku-buku untuk batita (balita di bawah tiga tahun) biasanya berupa cerita sederhana berisi kurang dari 300 kata.

Picture Books

Pada umumnya setebal 32 halaman untuk anak usia 4-10 tahun. Naskahnya bisa mencapai 1500 kata, namun rata-rata 1000 kata saja. Plotnya masih sederhana, dengan satu karakter utama yang seutuhnya menjadi pusat perhatian dan menjadi alat penyentuh emosi dan pola pikir anak. Ilustrasi memainkan peran yang samabesar dengan teks dalam penyampaian cerita.


(28)

18

Easy Readers

Dikenal sebagai easy-to-read, buku-buku ini biasanya untuk anak-anak yang baru mulai membaca sendiri (usia 6-8 tahun). Masih tetap ada ilustrasi berwarna di setiap halamannya, tetapi dengan format yang lebih “dewasa”, ukuran trim per halaman bukunya lebih kecil dan ceritanya dibagi dalam bab-bab pendek. Tebal buku biasanya 32-64 halaman dan panjang teksnya beragam antara 200-1500 kata, atau paling banyak 2000 kata. Cerita disampaikan dalam bentuk aksi dan percakapan interaktif, menggunakan kalimat-kalimat sederhana (satu gagasan per kalimat).

Transition Books

Kadang disebut juga sebagai “chapter books tahap awal”, untuk anak usia 6-9 tahun. Merupakan jembatan penghubung antara genre easy readers dan chapter books. Gaya penulisannya persis seperti easy readers, namun lebih panjang (naskah biasanya sebanyak 30 halaman, dipecah menjadi 2-3 halaman perbab), ukuran trim per halamannya lebih kecil lagi, serta dilengkapi dengan ilustrasi hitam-putih di beberapa halaman.

Chapter Books

Untuk usia 7-10 tahun. Terdiri dari naskah setebal 45-60 halaman dibagi dalam tiga hingga empat halaman per bab. Kisahnya lebih padat dibanding genre transition books, walaupun tetap memakai banyak ramuan aksi petualangan. Kalimat-kalimatnya mulai sedikit kompleks, tapi paragraf yang dipakai pendek (rata-rata 2-4 kalimat).

Middle Grade

Untuk usia 8-12 tahun, merupakan usia emas anak dalam membaca. Naskahnya lebih panjang (100-150 halaman), ceritanya mulai kompleks (bagian-bagian sub-plot menampilkan banyak karakter tambahan yang berperan penting dalam jalinan cerita), dan tema-temanya cukup.


(29)

19

Gambar II.1 Salah satu contoh Middle Grade Book yang populer Sumber: http://childrensbooksguide.com/100-best-childrens-Middle Grade

-books-of-all-time (28 April 2015)

II.2 Objek Penelitian II.2.1 kuisioner

Menurut Sugiono (2009),”kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya” (h. 142). Sedangkan menurut Hendri (2009),“Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh periset untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi atau dengan mengajukan pertanyaan” (h. 1). Dalam perancangan ini, Teknik penyebaran kuisioner ini dilakukan secara random sampling untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan tentang seberapa banyak orangtua yang telah memberikan pendidikan seks sejak dini kepada anak-anak mereka dan apakah anak sudah mengetahui informasi tentang pendidikan seks tersebut. Bentuk kuisioner yang diberikan adalah kuisioner terbuka, karena penulis juga ingin mengetahui tentang tanggapan dan persepsi dari masing-masing responden mengenai pendidikan seks.


(30)

20 II.2.2 Responden

Dalam perancangan ini, peneliti menetapkan 50 orang responden, penentuan jumlah didasarkan pada model Krejcie dan Morgan dalam menentukan jumlah responden. Keseluruhan responden diantaranya adalah laki-laki dan perempuan, anak-anak dan orangtua dengan pertanyaan yang berbeda karena disesuaikan dengan tingkatan kategori responden. Penentuan jumlah sampel penelitian menggunakan pedoman sampel yang dibuat oleh Krejcie dan Morgan (dalam Sekaran,1992), tabel sebagai berikut:

Tabel II.1 Tabel penentuan sampel Krejcie dan Morgan

(Sumber: http://www.kenpro.org/sample-size-determination-using-krejcie-and-morgan-table/. 28 Oktober 2014)


(31)

21 Sebagian besar observasi Penelitian dalam perancangan ini penulis lakukan di kota Sukabumi-Jawa Barat dengan skala kecil, hal ini dilakukan semata-mata hanya untuk mempersempit ruang lingkup dan memudahkan penulis dalam melakukan penelitian karena keterbatasan waktu, dan jarak tempat penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman para orangtua terhadap pendidikan seks, apakah mereka memberikan pemahaman tentang seks kepada anaknya atau tidak, dan apakah anak sudah mengetahui informasi tentang pendidikan seks tersebut dari luar. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 1 November - 10 januari 2015.

Tabel II.2 klasifikasi responden berdasarkan hasil kuisioner Yang telah disebar secara acak

(Sumber : dokumentasi pribadi, 2015)

KLASIFIKASI RESPONDEN

KET

KATEGORI

JENJANG-PENDIDIKAN JUMLAH TOTAL

Anak-Anak

SD 15

30 Jumlah keseluruhan dari kuisioner yang disebar secara acak kepada para responden

SMP 10

SMA 5

Orang-Tua

SD 3

20

SMP 7

SMA 6

Perguruan Tinggi 4

Total Responden 50

Hasil jawaban dari responden anak:

• Cukup banyak responden kategori anak-anak yang sudah tahu tentang pendidikan seks, namun tidak secara detail.

• Dari seluruh responden kategori anak-anak yang menjawab kuisioner (SD-SMP-SMA), hanya 10 orang yang menjawab telah mendapatkan pendidikan


(32)

22 tentang seks langsung dari orangtuanya. Sisanya, mereka mendapatkan pendidikan tentang seks dari media internet, buku, majalah, sekolah dan pergaulan dengan teman.

• Dari 30 orang anak, 18 diantaranya mengetahui tentang fungsi dan kesehatan alat reproduksi, menstruasi dan mimpi basah, sisanya menganggap bahwa pendidikan seks itu lebih banyak tentang pornografi.

• 50% dari responden mengetahui tentang pacaran, ciuman, seks bebas dan bahayanya, sementara 15% lainnya kurang begitu paham tentang hal tersebut, dan sisanya memilih untuk tidak memberitahu.

• 70% dari responden mengungkapkan bahwa mereka sering membicarakan hal-hal tentang seks bersama teman sebayanya disekolah maupun ketika sedang bermain, 20 % kadang membicarakan tentang pendidikan seks dengan para orangtua, dan 10% tidak pernah membicarakan hal itu dengan siapapun. Hasil jawaban dari responden orang-tua :

• Dari keseluruhan jumlah responden orangtua, hanya ada 5 orang yang tahu dan mengerti tentang pendidikan seks. Sisanya menyebutkan kurang begitu tahu.

• Dari seluruh responden kategori orang-tua yang menjawab kuisioner, hanya 4 orang yang memberikan pendidikan seks sejak usia dini terhadap anaknya, sisanya membiarkan anaknya tahu sendiri tentang hal itu di bangku sekolah. • 70 % responden orangtua menyatakan pendidikan seks itu penting diberikan

kepada anak, sementara sisanya kurang begitu menanggapi dan masih menganggap negatif tentang pendidikan seks dan merasa enggan memberitahukannya kepada anak.

• 40% responden orangtua menyatakan, mereka sering memantau pergaulan anak-anaknya ketika disekolah maupun diluar, sementara sisanya lebih mempercayakan pengawasan anak kepada pihak sekolah dan guru.

II.3 Analisis Masalah

Setelah keseluruhan jawaban kuisioner didapat dari para responden dan menyimpulkan beberapa teori tentang pentingnya pendidikan seks pada anak,


(33)

23 maka secara garis besar, penulis menyimpulkan hasil dari data lapangan yang didapat menunjukan anak-anak banyak mendapatkan informasi tentang pendidikan seks bukan dari para orangtuanya, kebanyakan informasi tersebut mereka peroleh melalui media internet, di sekolah dan juga dari pergaulan dengan teman, setidaknya masih banyak para orangtua yang masih segan memberikan pemahaman tentang seks yang benar dan bertanggung jawab karena ketidaktahuan mereka. Berdasarkan analisis 5w+1H, maka penulis mencoba menganalisis rumusan masalah dari berbagai aspek.

II.3.1 Apa

Pentingnya pendidikan seks yang harus diberikan kepada anak sejak usia dini, khususnya pada saat anak menginjak usia Sekolah Dasar.

II.3.2 Mengapa

• Pemahaman para orangtua umunya yang masih banyak terjebak dengan pemikiran dan anggapan tabu terhadap pendidikan seks sehingga anak tidak memperoleh pengetahuan langsung tentang seks dari orangtuanya.

• Banyaknya anak di kalangan usia Sekolah Dasar yang menjadi korban kekerasan seksual dan pornografi.

II.3.3 Dimana

Kasus-kasus yang merujuk kejahatan seksual pada anak sering terjadi ditempat yang dianggap aman oleh orangtua, seperti di sekolah, bahkan dirumah sekalipun. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh KPAI, Jawa Barat merupakan provinsi ketiga di Indonesia dengan jumlah kasus kekerasan seksual tertinggi terhadap anak.

II.3.4 Kapan

Merujuk kepada data yang dipublikasikan oleh KPAI, Kasus-kasus kejahatan seksual pada anak rentan terjadi mulai tahun 2011-2014, bahkan setiap tahun kasusnya mengalami peningkatan.


(34)

24 II.3.5 Siapa

Rata-rata anak yang menjadi korban adalah Anak Sekolah Dasar maupun Taman Kanak kanak.

II.3.6 Bagaimana

Merujuk pada sebuah solusi permasalahan, maka langkah solutif yang diambil adalah Membuat sebuah media informasi tentang pendidikan seks, terkait hal ini media utama yang dipilih nantinya adalah buku ilustrasi untuk anak.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan 5w+1H, maka penulis berupaya untuk memberi pengetahuan dan informasi kepada masyarakat khusunya anak-anak dan orangtua tentang pendidikan seks melalui media informasi. Hal yang ingin disampaikan adalah adanya manfaat pendidikan seks yang diberikan kepada anak dan cara penyampaian informasi tentang seks berdasarkan usia anak Sekolah dasar.

II.4 Target Audiens

Segmentasi yang diperuntukan menjadi target audiens dalam Perancangan Buku Ilustrasi Tentang Pendidikan Seks ini dibagi menjadi 2 segmen, yaitu target premier dan sekunder yang dibagi dalam tiga bagian berdasarkan Demografis, Psikografis, dan Geografis, seperti penjelasan berikut.

II.4.1 Demografis

Pengelompokan target pasar berdasarkan usia rata-rata, jenis kelamin dan tingkat sosial ekonomi.

a. Target primary

• Siswa Sekolah Dasar kelas 5-6 • Usia 8-12 tahun

• Laki-laki & Perempuan b. Target secondary

• Orangtua Siswa • Usia 25-35<

• Laki –laki & Perempuan (Ayah, Ibu)


(35)

25 • Ibu rumah tangga, Pekerja, guru, karyawan.

II.4.2 Psikografis a. Target primary

• Cenderung sangat aktif, rasa keingintahuannya yang tinggi, senang mengamati, meniru dan berimajinasi.

• Sedang dalam masa pertumbuhan baik secara fisik maupun psikologis. b. Target secondary

• Gaya hidup yang up to date, konsumtif

• memiliki minat baca yang tinggi, peduli dan mempunyai harapan yang besar pada anaknya.

II.4.3 Geografis

Masyarakat perkotaan, khususnya kota Sukabumi merupakan tempat utama penyebaran buku ilustrasi tentang pendidikan seks. Target utama adalah keluarga yang memiliki anak Sekolah Dasar di wilayah kota termasuk pinggiran kota, di wilayah ini proses penyebaran informasi dirasa sangat cepat, karena seringnya orang-orang berkumpul dan berkomunikasi antara satu dengan yang lain.

II.5 Solusi perancangan

Setelah meninjau latar belakang permasalahan, landasan dan sumber-sumber teori yang mendukung, maka dapat diambil kesimpulan dari permasalahan yang ada, yaitu sangat pentingnya mengenalkan pendidikan seks pada anak Sekolah Dasar melalui media informasi. Dalam perancangan ini media utama yang dipilih adalah buku ilustrasi untuk anak. Dengan adanya buku ilustrasi ini diharapkan pesan yang disampaikan dan disajikan dalam buku lebih disukai oleh anak sehingga para orangtuapun tidak lagi merasa tabu dan bingung ketika harus menjelaskan tentang seks pada anak.


(36)

26 II.6 kerangka perencanaan perancangan

Gambar II.2 Infografik tabel usulan perancangan (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2014)


(37)

27 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan merupakan acuan untuk memecahkan suatu masalah secara kreatif yang bertujuan untuk mencapai solusi yang tepat dan efektif. Untuk mencapai hasil perancangan yang dapat memecahkan masalah pentingnya pendidikan seks untuk anak Sekolah Dasar terutama di kota Sukabumi, maka strategi pendekatan secara visual maupun verbal mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penyampaian pesan yang ingin disampaikan kepada target sasaran, agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti dan mudah diterima oleh penerima pesan.

Dalam hal ini, strategi yang akan dilakukan adalah merancang sebuah buku ilustrasi yang memuat informasi dan pengenalan dasar tentang pendidikan seks untuk anak Sekolah Dasar. Berdasarkan fokus permasalahan, maka konten ataupun pesan yang nantinya akan disajikan dalam buku lebih di tujukan untuk anak kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar.

III.1.1 Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi yang ingin disampaikan dalam perancangan buku ilustrasi ini adalah mengenalkan pentingnya dasar pendidikan tentang seks untuk anak kelas 5-6 Sekolah Dasar.

Target keadaan yang diharapkan dari perancangan ini adalah :

• Anak sudah mulai paham tentang bagian-bagian penting tubuhnya yang harus mereka lindungi agar bisa menjaga diri dan terhindar dari tindak kekerasan maupun pelecehan seksual.

• Anak sudah mulai tahu, persiapan apa saja yang harus dilakukan ketika menghadapi masa puber/remaja seiring dengan perkembangan usia mereka. • Orangtua yang tidak mengetahui pendidikan tentang seks akan lebih

mengetahui manfaatnnya, sehingga bisa lebih terbuka dan tidak canggung lagi dalam menjelaskan materi tentang pendidikan seks kepada anaknya.


(38)

28 III.1.2 Pendekatan Komunikasi

Dalam perancangan buku ini diperlukan strategi pendekatan komunikasi yang sesuai dengan karakteristik target khalayak, agar pesan ataupun informasi tentang pendidikan seks yang nantinya disampaikan melalui buku ini dapat dengan mudah diterima dan dimengerti oleh khalayak sasaran. Maka dari itu perlu dilakukan strategi pendekatan secara visual maupun verbal.

III.1.2.1 Pendekatan Visual

Strategi pendekatan visual merupakan salah satu cara untuk menyampaikan informasi yang ditampilkan dalam sebuah bentuk visual atau gambar. Pendekatan visual yang digunakan dalam perancangan buku ilustrasi ini tentunya menggunakan gaya visual dan penyampaian materi pesan dalam bentuk ilustrasi berbasis vector atau kartun (flat desain).

Gambar III.1 Contoh gambar yang menggunakan gaya flat desain Sumber: http://pic.twitter.com/infobdg/AT0v3fWGwd(28 Maret 2015)

Pemilihan gaya visual ilustrasi vector ini disesuaikan dengan target khalayak sasaran yaitu anak-anak dan orangtua. Penggunaan visual vector atau flat desain dimaksudkan untuk memudahkan penalaran anak dalam menangkap setiap pesan yang akan disampaikan.

III.1.2.2 Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal yang di lakukan menggunakan pendekatan bahasa yang bersifat informatif, persuasif, dan mudah dimengerti oleh target khalayak. Maksud dari pendekatan verbal ini, selain dapat memberikan informasi langsung tentang


(39)

29 pendidikan seks kepada anak, tetapi juga mengajak para orangtua agar mau memberikan pendidikan seks kepada anak sejak usia Sekolah Dasar.

Dengan strategi komunikasi ini diharapkan masyarakat khususnya orangtua bisa lebih terbuka dalam menjelaskan informasi tentang seks kepada anaknya dan tidak lagi menganggap hal ini sebagai sesuatu yang tabu.

III.1.3 Materi Pesan

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, materi pesan yang akan disampaikan dalam buku ilustrasi ini lebih di tujukan untuk anak kelas 5-6 Sekolah Dasar. Karena konten yang akan dibahas didalamnya seputar masa pubertas pada laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki-laki-laki tanda masa pubertas ditandai dengan mimpi basah, sedangkan untuk perempuan ditandai dengan menstruasi. Selain itu, buku ini juga membahas tentang bagian-bagian tubuh mana saja yang harus dilindungi, tujuannya agar anak bisa melindungi diri sendiri dari tindak kekerasan maupun pelecehan seksual.

III.1.4 Gaya Bahasa

bahasa yang akan digunakan adalah Bahasa Indonesia dengan penyampaian komunikasi yang ringan, seperti bahasa yang sering digunakan dalam lingkungan pergaulan sehari-hari, mudah dipahami dan bersifat persuasif, sehingga bahasa yang disampaikan bisa menimbulkan kesan akrab bagi anak dan orangtua.

III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan

Consumer Insight

Consumer Insight adalah menganalisa individu berdasarkan perasaan, fantasi, keinginan konsumen yang mengarahkan pada tingkah laku. Dalam hal ini, khalayak sasaran yang ingin dituju berdasarkan segmentasi target primer dan sekunder yaitu:

a. Target primary

Anak Sekolah Dasar kelas 5-6 : Cenderung sangat aktif, rasa keingintahuannya yang tinggi, senang mengamati, meniru, berimajinasi tentang super hero maupun artis idola, senang dengan komik, novel ataupun


(40)

30 cergam, menginginkan sesuatu yang bagus agar bisa dipamerkan kepada teman-temannya.

b. Target secondary

Orangtua Usia 25-35< : Gaya hidup masih up to date, konsumtif, ingin terlihat beda, senang bergaul, peka terhadap permasalahan lingkungan, menginginkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya apalagi untuk anak.

Consumer Journey

a. Target primary

Target bangun tidur, merapikan kamar tidur, cek PR, mandi, sarapan, berangkat sekolah , pulang ke rumah, istirahat, belajar, baca komik/novel, bermain diluar rumah, mandi, makan malam nonton tv dengan keluarga/family time, mengerjakan PR, tidur.

b. Target secondary

Target bangun tidur, mengecek mematikan alarm, cek handphone, merapikan kamar tidur, mandi, cek tugas, menyiapkan sarapan untuk keluarga, berangkat kerja, istirahat (hangout), pulang ke rumah, istirahat, mandi, makan malam nonton tv dengan keluarga/family time, cek tugas, Tidur.

III.1.6 Strategi kreatif

Strategi kreatif adalah ide yang dimunculkan untuk menunjang perancangan yang telah direncanakan. Konsep kreatif yang akan digunakan dalam perancangan buku ini berupa buku ilustrasi dengan penggayaan semi pop-up book & paper tole dalam penyajiannya.

Penyajian buku secara pop-up & paper tole dimaksudkan agar tampilan buku terliat lebih menarik, sehingga diharapkan anak tidak cepat bosan nantinya ketika membaca dan melihat informasi yang disampaikan dalam buku. Salah satu langkah untuk menampilkan kesan menarik tersebut maka warna yang dipilih adalah warna yang cerah, lembut dan menarik agar menimbulkan minat dan ketertarikan sesuai dengan karakter target khalayak perancangan yang dituju.


(41)

31 III.1.7 Strategi Media

Media merupakan sarana yang penting bagi penyebaran informasi. Selain sangat berpengaruh dalam penyampaian informasi. Media juga sebagai alat perantara dan komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada target audience/sasaran. Untuk menyampaikan isi pesan tersebut kepada khalayak sasaran dan mencapai tujuan seperti yang diinginkan, haruslah mempertimbangkan sistem strategi media yang tepat.

Maka, untuk menunjang perancangan ini, pemilihan media yang akan digunakan terbagi menjadi dua bagian yaitu media primer dan sekunder. Media primer adalah media utama yang berisi informasi lengkap untuk disampaikan, sedangkan media sekunder adalah sebagai media pelengkap yang menunjang keberadaan media utama. Dalam hal ini pertimbangan untuk pemilihan media sekunder dibagi menjadi dua kategori yaitu, media pendukung & media promosi.

III.1.7.1 Media Utama

Media utama yang akan dirancang adalah buku ilustrasi. Penyampaian pesan maupun informasi dalam bentuk ilustrasi tentunya lebih disukai oleh anak dan juga orangtua. Buku dipilih sebagai media utama karena informasi yang ingin disampaikan, bisa langsung diterima dan dilihat oleh target audience/sasaran. Selain itu, buku juga memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyampaian informasi secara audio visual, dimana buku dapat dimiliki secara nyata, dapat dibaca dimana saja dan kapan saja (Arsita, 2009, h.26).

III.1.7.2 Media Pendukung

Media Pendukung/Gimmick digunakan sebagai souvenir dari setiap pembelian buku setelah buku ini nantinya dipublikasikan kepasaran/ khalayak ramai. Selain bersifat informasi, pada media ini juga berfungsi untuk mengingatkan kembali (remainding) pesan ataupun informasi yang sudah disampaikan dalam buku. Adapun media pendukung tersebut adalah :

• Pembatas Buku


(42)

32 Pembatas buku digunakan sebagai media gimmick yang berfungsi untuk memudahkan pembaca buku untuk menandai bacaannya yang sudah dibaca. 2. Bentuk dan visual

Visual utama yang akan ditampilkan dalam media ini adalah simbol laki-laki dan perempuan. Diharapkan dengan menampilkan simbol ini anak sudah mulai mengetahui perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

• Gantungan Kunci

1. Latar belakang pemilihan media

Pada umumnya gantungan kunci masih banyak disukai oleh anak-anak Sekolah Dasar, sehingga media ini sangat tepat digunakan sebagai media pendukung untuk mengingatkan kembali pesan yang disampaikan dalam buku.

2. Bentuk dan visual

Visual utama yang akan ditampilkan dalam media ini lebih bersifat pesan kampanye untuk anak, dengan tagline yang ditampilkan “AKU MANDIRI: anak yang mampu melindungi diri sendiri”. Harapannya, pesan yang disampaikan bisa membuat anak belajar melindungi dirinya sendiri dari tindak kekerasan maupun pelecehan seksual.

• Pin

1. Latar belakang pemilihan media

Sama halnya dengan gantungan kunci, pin masih menjadi media yang disukai oleh anak, sehingga pesan yang ingin disampaikan dalam media ini bisa lebih cepat mudah di terima.

2. Bentuk visual

Visual yang ditampilkan dalam media ini masih bersifat pesan kampanye seperti halnya pada gantungan kunci, namun dengan karakter gambar yang berbeda.

• T-shirt

1. Latar belakang pemilihan media

Selain sebagai media gimmick, t-shirt juga digunakan sebagai media promosi setelah buku ini dipublikasikan.


(43)

33 2. Bentuk visual

Visual yang ditampilkan dalam media ini kurang lebih sama dengan tampilan pada cover buku, karena tujuannya yang bersifat promosi dan mengenalkan buku ini kepada khalayak ramai.

• Mug

1. Latar belakang pemilihan media

Pemilihan media ini lebih didasarkan pada faktor kegunaannya. Selain itu, mug juga bisa dipakai oleh anak-anak dan juga orangtua.

2. Bentuk visual

Visual yang ditampilkan dalam media ini masih bersifat pesan kampanye, sama seperti pada media sebelumnya, namun ada penambahan untuk tagline pesan kampanye, yaitu “KATAKAN TIDAK “ “pada orang yang berani menyentuh tubuh dan perasaanmu”.

• Kalender

1. Latar belakang pemilihan media

Kalender dibuat untuk menegaskan informasi sekaligus sebagai alat pendekatan yang persuasif untuk mengenalkan buku ilustrasi ini pada anak dan juga orangtua

2. Bentuk visual

Kalender ini berukuran A3 dengan visual yang ditampilkan berupa potongan-potongan ilustrasi karakter yang ditampilkan dalam buku.

Tote bag

1. Latar belakang pemilihan media

Alasan memilih media ini selain karena bahannya yang ramah lingkungan, pemilihan tote bag juga difungsikan sebagi packaging untuk buku.

2. Bentuk visual

Visual yang ditampilkan kurang lebih sama dengan tampilan pada t-shirt dengan menggunakan bahan canvas yang merupakan material dasar media ini. • Botol minum


(44)

34 Pemilihan media ini lebih didasarkan pada faktor kegunaannya. Botol minum bisa dibawa kemana saja oleh anak, ke sekolah maupun ketika bermain. Sehingga diharapkan pesan yang ditampilkan pada media ini lebih bisa diingat oleh anak.

2. Bentuk visual

Visual yang ditampilkan dalam media ini masih bersifat pesan kampanye, dan berfungsi untuk mengingatkan kembali (remainding) pesan ataupun informasi yang sudah disampaikan dalam buku “Tubuhmu adalah milikmu”

• Tempat makan/food box

1. Latar belakang pemilihan media

Sama seperti halnya pada Botol minum, Tempat makan juga bisa dibawa kemana saja oleh anak, ke sekolah maupun ketika bermain karena material dan sifatnya yang fleksibel.

2. Bentuk visual

Visual yang ditampilkan dalam media ini kurang lebih sama dengan tampilan pada cover buku, karena selain sebagai hadiah, tempat makan juga bisa dipakai sebagai media promosi untuk mengenalkan buku ini kepada khalayak ramai, khususnya anak-anak.

III.1.7.3 Media Promosi

Media promosi ini digunakan pada saat buku telah dipublikasikan kepasaran/ khalayak ramai agar nantinya buku ini dapat diketahui oleh masyarakat pada umumnya. Pemilihan sarana untuk media promosi ini antara lain:

• Poster

Merupakan media informasi yang dapat menampung banyak informasi singkat dan mudah dipahami. Pemilihan poster karena informasinya mudah dijangkau oleh masyarakat. Poster dirancang untuk menarik perhatian sekaligus menyampaikan informasi langsung ketempat dimana target sasaran berada.


(45)

35 • X-Banner

Sama halnya dengan media poster, x-banner digunakan sebagai media pendukung dan promosi dimana pesan yang ditampilkan lebih lengkap daripada poster. Penempatan x-banner hanya dilokasi-lokasi tertentu terutama di toko-toko buku yang nantinya akan menjadi tempat pendistibusian buku ilustrasi ini.

III.1.8 Strategi Distribusi

Agar informasi tentang dasar pendidikan seks untuk anak kelas 5-6 Sekolah Dasar ini sampai pada target sasaran, maka perlu adanya strategi dalam mendistribusikan buku ilustrasi yang dibuat. Untuk itu, strategi pendistribusian buku ilustrasi ini akan dilakukan dengan cara bertahap, dan diprioritaskan disebar di wilayah JawaBarat khususnya ditoko buku Gramedia dan toko buku lainnya yang ada dikota Sukabumi. Hal ini bertujuan agar masyarakat mengetahui dimana buku ini tersedia dan lebih terorganisir dalam penempatan medianya.

Waktu Penyebaran Media

Berikut merupakan tabel dari lokasi-lokasi strategis yang menjadi target penyebaran dan penempatan media beserta waktu penyebarannya:

Tabel III.1 Distribusi Penyebaran Media (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

Media Tempat/Lokasi

Penyebaran

Waktu Penyebaran Media 2015

Juni Juli Agustus Minggu ke Minggu ke Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Buku + Gimmick

Toko buku gramedia, tiara, kurnia agung dan toko buku


(46)

36 III.2 Konsep Visual

Visual yang akan dibuat dalam perancangan buku ilustrasi ini mengacu kepada konten ataupun tema informasi yang disampaikan dalam setiap halaman buku. Informasi yang disampaikan berupa pendidikan dasar tentang seks untuk anak kelas 5-6 tingkat Sekolah Dasar, yang menyangkut masalah pubertas pada anak laki-laki dan perempuan serta bagian tubuh mana saja yang tidak boleh disentuh oleh oranglain.

Setiap informasi yang disampaikan dalam buku akan disajikan dengan menggabungkan beberapa unsur elemen grafis didalamnya agar tidak membosankan dan menarik perhatian audiens, seraya mudah dimengerti. Maka

untuk menghasilkan visual buku ilustrasi yang baik, dibutuhkan konsep visual yang

matang untuk menghindari kesalahan dalam penyampaian pesan. Konsep visual yang

dibuat meliputi lima hal, yaitu: 1. Format desain

2. Tata letak atau layout 3. Tipografi

4. Ilustrasi

Media Tempat/Lokasi

Penyebaran

Waktu Penyebaran Media 2015

Juni Juli Agustus Minggu ke Minggu ke Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Poster Pusat perbelanjaan & toko buku


(47)

37 5. Warna

III.2.1 Format Desain A. Ukuran Buku

Format desain yang akan dibuat dalam perancangan buku ilustrasi ini berukuran 20 cm x 20 cm. buku ini berbentuk persegi empat. Pada bagian cover atau sampul halaman, bahan yang digunakan yaitu hard cover. Dengan ukuran yang standar, buku ini diharapkan lebih efektif untuk bisa dibawa kemana-mana dan lebih mudah dipelajari oleh anak-anak dan orangtua.

Gambar III.2 Format ukuran buku 20 cm x 20 cm

(sumber: dokumentasi pribadi, 2015 )

B. Material

Jenis kertas yang digunakan untuk cover ataupun sampul pada buku menggunakan kertas art paper 210 gram, dengan laminasi doop. Sedangkan untuk konten, jenis kertas yang akan dipakai adalah kertas inkject dengan ketebalan kertas 260 gram. Pemilihan kertas inkject dimaksudkan agar warna yang digunakan lebih timbul dan bahannyapun lebih halus.


(48)

38

Gambar III.3 Material & hasil akhir buku (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)


(49)

39 III.2.2 Layout

Konsep layout pada perancangan buku ilustrasi ini mengacu pada teori penyusunan layout menurut Tom lincy dalam (Kusrianto, 2009, h.277), yaitu beberapa patokan dasar yang dipakai dalam merancang sebuah layout:

- Proporsi (proportion); Proporsi yang dimaksud adalah kesesuaian antara ukuran halaman dengan isinya.

- Keseimbangan (balancing); Prinsip keseimbangan merupakan suatu pengaturan agar penempatan elemen dalam suatu halaman memiliki efek seimbang.

- Kontras (contrast); Menonjolkan unsur satu elemen yang terdapat pada sebuah materi objek sebuah halaman untuk memunculkan kekontrasan pada objek tersebut sehingga diperoleh fokus perhatian.

- Irama (rhythm); Irama memiliki makna yang sama dengan repetition atau pola pengulangan yang menimbulkan irama yang menarik diikuti.

- Kesatuan (unity); Prinsip kesatuan atau unity adalah hubungan antara elemen-elemen desain yang semula berdiri sendiri serta memiliki ciri sendiri-sendiri yang disatukan menjadi sesuatu yang baru dan memiliki fungsi baru yang utuh.

Gambar III.4 Format layout (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)


(50)

40 Maka, pengembangan tata letak disetiap halaman akan bervariasi, agar tidak jenuh dilihat dan terkesan dinamis. Layout dibuat dengan memadukan berbagai macam unsur grafis, yang meliputi warna, bentuk, ilustrasi, dan tipografi sehingga menjadi satu kesatuan layout yang disesuaikan dengan tema informasi yang disampaikan.

III.2.3 Tipografi

Jenis huruf atau font yang baik mengacu pada tingkat keterbacaan dan kemenarikan, jenis huruf tertentu bisa menciptakan kesan dan memberi karakter dari subjek atau pesan yang disampaikan, adapun jenis tipografi (font) yang penulis gunakan adalah:

• Ebrima

Font ini digunakan kerena tingkat keterbacaannya jelas dan formal namun terlihat elegan, hal ini sesuai dengan target sasaran yaitu orang tua agar mampu menyampaikan informasi ini kepada anaknya. Penggunaan font ini lebih difungsikan sebagai body teks pada konten atau isi buku.

Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn

Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz

1234567890

!@#$%^&*()_+=

• Hobo Std

Penggunaan font ini lebih difungsikan sebagai headline atau judul, karena karakternya yang mencerminkan kesan fun, lucu, dan tidak kaku.

Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn

Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz

1234567890


(51)

41

Gambar III.5 Penggunaan font pada body teks / isi buku (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

Gambar III.6 Penggunaan font pada judul buku & headline. (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

III.2.4 Ilustrasi

Menurut kusrianto (2009), Ilustrasi menurut definisinya adalah seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atas suatu maksud atau tujuan secara


(52)

42 visual (h.140). Ilustrasi digunakan untuk memperjelas dan mempertegas pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah media.

Gaya ilustrasi yang digunakan pada perancangan buku ilustrasi tentang pendidikan seks untuk anak Sekolah Dasar ini berbasis vektor dengan gaya flat desain. Flat desain diambil berdasarkan jenis gaya visual yang hits atau sedang tren pada tahun 2015. Hal ini dilakukan agar visual terlihat lebih menarik untuk dilihat. Penggunaan visual vector atau flat desain dimaksudkan untuk memudahkan penalaran anak dalam menangkap pesan yang akan disampaikan. Ilustrasi yang dibuat mengacu kepada konten ataupun tema informasi yang disampaikan dalam setiap halaman buku, agar menarik untuk dilihat dan mudah dimengerti maksud dan tujuannya.

Gambar III.7 Studi Referensi karakter.


(53)

43

Gambar III.8 Sketsa digital perancangan karakter dalam buku (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

Gambar III.9 Hasil finishing akhir sketsa (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)


(54)

44 III.2.5 Warna

Warna merupakan elemen yang penting dalam sebuah rancangan visual. Secara visual warna mampu mempengaruhi suasana kejiwaan atau citra orang yang melihatnya, masing-masing warna mampu memberikan respon secara psikologis. Molly E. Holzschlag, seorang pakar tentang warna dalam kusrianto (2009, h.47), membuat daftar mengenai kemampuan masing-masing warna ketika memberikan respons secara psikologis kepada pemirsanya sebagai berikut:

Tabel III.2 Psikologis Warna (sumber: dokumen pribadi, 2015)

WARNA RESPON PSIKOLOGIS YANG DITIMBULKAN

Merah Kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresifitas, bahaya.

Biru Kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, perintah.

Hijau Alami, kesehatan, pandangan yang enak, kecemburuan, pembaruan.

Kuning Optimis, harapan, filosofi, ketidak jujuran, kecurangan, pengecut, penghianatan.

Ungu Spiritual, misteri, keagungan, perubahan, bentuk, galak, arogan.

Orange Energy, keseimbangan, kehangatan. Coklat Bumi, dapat dipercaya, nyaman, bertahan. Abu-abu Intelek, futuristik, modis, kesenduan, meruak. Putih Kemurnian/suci, bersih, kecermatan,

innocent(tanpa dosa), steril, kematian.

Hitam Kekuatan, seksualiatas, kemewahan, kematian, misteri, ketakuatan, ketidakbahagiaan, keangggunan.


(55)

45 Dalam perancangan buku ini, digunakan warna yang relevan untuk anak-anak dan juga orangtua. Warna yang digunakan adalah warna-warna yang cerah yang memiliki kesan soft dan ceria.

Gambar III.10 Skema warna yang digunakan dalam perancangan buku


(56)

46 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA

Pada bab ini akan dibahas mengenai teknis produksi media yang digunakan dalam pembuatan buku ilustrasi tentang pendidikan seks untuk anak kelas 5-6 Sekolah Dasar.

IV.1 Pra Produksi

Pra pruduksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebelum tahap produksi dimana kegiatan ini merencanakan atau mencari ide cerita, riset data dan riset visual yang selanjutnya dikembangkan ke tahap produksi

Ada beberapa perangkat yang digunakan untuk mendukung dan mempermudah pada saat proses pelaksanaan pra produksi perancangan yang sudah dibuat. Berikut alat - alat yang dipakai saat pra produksi dan produksi:

IV.1.1 Hardware (perangkat keras)

Hardware adalah perangkat keras yang digunakan pada saat produksi pembuatan buku ilustrasi tentang pendidikan seks untuk anak kelas 5-6 Sekolah Dasar. Berikut peralatan yang digunakan:

Scanner Hp Deskjet F2276 All In one

• PC (AMD Phenom(tm)II X2 560 Processor 3.30 Ghz), RAM 2 GB, Display : AMD 760G 892 MB

IV.1.2 Software (perangkat lunak)

Software adalah perangkat lunak yang digunakan pada saat produksi pembuatan buku. Berikut peralatan yang digunakan:

• Adobe Illustrator CS 6 • Adobe Photoshop CS 6

Sebelum memasuki tahap produksi, tahap pertama yang harus dilalui dalam perancangan visual setelah mendapatkan data informasi yaitu:


(57)

47 • Konsep

Konsep ditentukan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, pada tahap ini untuk menentukan sebuah konsep perancangan yang akan dibuat, hal pertama yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah membuat sinopsis atau alur cerita/strory line, pembuatan strory board, studi referensi visual dan metode penyampaian informasi yang akan digunakan.

• Sketsa

Sketsa merupakan tahap lanjut setelah ide ataupun konsep perancangan dibuat. Dalam hal ini, sketsa merupakan gambaran sederhana tampilan visual yang akan dibuat sebelum olah digital.

IV.2 Teknik Produksi

Setelah melalui tahap pra produksi dilakukan tahap produksi, dimana tahap ini memproduksi apa yang sudah di rencanakan pada tahap pra produksi. adapun teknik pembuatan media berdasarkan pengelompokkan tahapan perancangan dalam buku ilustrasi ini adalah sebagai berikut:

• Pengolahan Gambar

Setelah desain/sketsa dibuat manual, langkah selanjutnya yaitu gambar diolah di komputer (tahap olah digital) melalui mesin pemindai atau scanner. Pembuatan buku ilustrasi ini diolah dengan menggunakan software desain, yaitu Adobe Illustrator. Pengolahan gambar secara keseluruhan meliputi proses pembuatan karakter, tracing, body text, dan pembuatan set background.

Finishing

Setelah mendapat visual yang diinginkan, maka selanjutnya, beberapa karakter dan set background yang sudah dibuat dengan adobeillustrator tadi kemudian gambar diolah kembali dengan menggunakan software adobe photoshop sebagai finishing/tahap akhir.

IV.2.1 Media Utama • Buku Ilustrasi


(58)

48 Media buku digunakan sebagai media utama karena buku menjabarkan informasi secara lebih rinci yang akan disampaikan kepada target audiens.

Cover

Ukuran : 21 cm x 20 cm

Bahan : Art Paper 260 gram

Teknis Produksi : Visual di buat menggunakan software Adobe Illustrator, kemudian diaplikasikan kepada material Art Paper 260 gram dengan sistem print laser, Hard cover + laminasi glossy.

Gambar IV.1 Cover Buku (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)


(59)

49 Isi Buku

Ukuran : 20 cm x 20 cm

Bahan : Kertas Inkject 260 gram

Teknis Produksi : Visual di buat menggunakan software Adobe Illustrator, kemudian diaplikasikan kepada material Kertas Inkject 260 gram dengan sistem print Inkject.

Gambar IV.2 Halaman editorial penerbit & daftar isi (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

Gambar IV.3 Isi buku halaman 03-04 (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)


(60)

50

Gambar IV.4 Isi buku halaman 05-06 (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

Gambar IV.5 Isi buku halaman 07-08 (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)


(61)

51

Gambar IV.6 Isi buku halaman 09-10 (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

Gambar IV.7 Isi buku halaman 11-12 (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)


(62)

52

Gambar IV.8 Isi buku halaman 13-14 (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

Gambar IV.9 Isi buku halaman 15-16 (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)


(63)

53

Gambar IV.10 Isi buku halaman 17-18 (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

Gambar IV.11 Isi buku halaman 19-20 (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)


(64)

54

Gambar IV.12 Isi buku halaman 21-22 (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

IV.2.2 Media Pendukung

Media Pendukung/Gimmick digunakan sebagai souvenir dari setiap pembelian buku setelah buku ini nantinya dipublikasikan kepasaran/ khalayak ramai.

• Pembatas Buku

Pembatas buku digunakan sebagai media gimmick yang berfungsi untuk memudahkan pembaca buku untuk menandai bacaannya yang sudah dibaca.

Ukuran : 4 cm x 16 cm

Bahan : Art Paper 260 gram, cetak ofset separasi + laminasi doop

Gambar IV.13 Pembatas buku (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)


(65)

55 • Gantungan Kunci

digunakan sebagai media pendukung untuk mengingatkan kembali pesan yang disampaikan dalam buku.

Ukuran : 4,5 cm x 4,5 cm

Bahan : Art Paper 120 gram digital printing + laminasi doop

Gambar IV.14 Gantungan kunci (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)


(66)

56 • Pin

Sama halnya seperti gantungan kunci, pin juga digunakan sebagai media pendukung untuk mengingatkan kembali pesan yang disampaikan dalam buku.

Ukuran : 4,5 cm x 4,5 cm

Bahan : Art Paper 120 gram, digital printing + laminasi doop

Gambar IV.15 Pin

(sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

• T-shirt

Selain sebagai media gimmick, t-shirt juga digunakan sebagai media promosi setelah buku ini dipublikasikan.

Bahan : Combed 40s

Teknis pembuatan : Print DTG

Warna : Putih


(67)

57

Gambar IV.16 T-shirt

(sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

• Mug

Pemilihan media ini lebih didasarkan pada faktor kegunaannya. Selain itu, mug juga bisa dipakai oleh anak-anak dan juga orangtua.

Ukuran : 20cm x 8cm, diameter 8 cm Material : glass

Teknis : cetak sublimasi

Gambar IV.17 Mug


(68)

58 • Kalender

Kalender dibuat untuk menegaskan informasi sekaligus sebagai alat pendekatan yang persuasif untuk mengenalkan buku ilustrasi ini pada anak dan juga orangtua.

Ukuran : 297 mm x 420 mm (A3) Bahan : Kertas Art paper 230 gram Teknis : digital printing laminasi glossy

Gambar IV.18 Kalender (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)


(69)

59 • Tote bag

Tote bag memiliki peranan penting sebagai packaging dari paket merchandise, penjualan buku, tote bag memiliki fungsi sebagai penyimpanan semua media yang di gunakan sebagai media informasi.

Ukuran : 36 cm x 27 cm

Bahan : Kanvas

Teknis pembuatan : Print DTG

Gambar IV.19 Totebag

(sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

• Botol minum

Botol minum difungsikan sebagai hadiah ataupun souvenir untuk anak dari setiap pembelian buku.

Ukuran : 13cm, Diameter 7 cm

Bahan : Plastik, sticker cromo


(70)

60

Gambar IV. 20 Botol minum

(sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

• Tempat makan/food box

Tempat makan difungsikan sebagai hadiah ataupun souvenir dari setiap pembelian buku sekaligus sebagai media promosi.

Ukuran : 13,5cm x 18,5 cm

Bahan : Plastik, sticker cromo


(71)

61

Gambar IV. 21 Tempat makan

(sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

IV.2.3 Media Promosi

Media promosi digunakan pada saat buku telah dipublikasikan kepasaran / khalayak ramai agar dapat diketahui oleh masyarakat pada umumnya.

• Poster

Poster dirancang untuk menarik perhatian sekaligus menyampaikan informasi langsung tentang distribusi penjualan buku kepada audiens.

Ukuran : 297 mm x 420 mm (A3)


(72)

62 Teknis : digital printing + laminasi doop

Gambar IV. 22 Poster (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

• X-Banner

Sama halnya dengan media poster, x-banner digunakan sebagai media pendukung dan promosi dimana pesan yang ditampilkan lebih lengkap daripada poster.


(73)

63

Bahan : frontile

Teknis : cetak separasi/ofset

Gambar IV. 23 X-banner


(1)

62 Teknis : digital printing + laminasi doop

Gambar IV. 22 Poster (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)

• X-Banner

Sama halnya dengan media poster, x-banner digunakan sebagai media pendukung dan promosi dimana pesan yang ditampilkan lebih lengkap daripada poster.


(2)

63

Bahan : frontile

Teknis : cetak separasi/ofset

Gambar IV. 23 X-banner (sumber: dokumentasi pribadi, 2015)


(3)

64 DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Afifah, Afra., & Suprianto, Dr. Ahmad. (2011). Pendidikan Seks Untuk Remaja. Surakarta: Gizone Publishing.

D. Gunarsa, P. S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.

Kusrianto, Adi. (2009). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Madani, Prof. Yousef. (2014). Pendidikan Seks Usia Dini Bagi Anak Muslim : Panduan Bagi Orangtua & Guru Agar Anak Tidak Menjadi Korban. Jakarta: Zahra.

Sarwono, S. W. (2005). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiono, Prof. Dr. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sekaran, Uma. (1992). Research Methods For Business: A Skill Building Approach, Secon Edition, John Willey & Sons, Inc. New York.

Jurnal & Karya Tulis :

Alwahdania. (2013). Skripsi. Pendidikan Seks Dalam Keluarga Bagi Anak Usia Remaja. Makasar: Universitas Hasanuddin.

Faisal, Imam. Agus. (2012). Tugas Akhir. Perancangan Buku Media Informasi Tentang Pendidikan Seks Dalam Keluarga. Bandung: UNIKOM.

Nugraha, Ega. Agung. (2012). Tugas Akhir. Perancangan Media Informasi Buku Stiker Untuk Mengenali Bentuk-Bentuk Dasar Pada Anak Usia 5-6 Tahun. Bandung: UNIKOM.

Roqib, M. (2008). Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, 13, No.2 P3M STAIN.


(4)

65 Media Online :

Adelia, A. (2013). Perlunya Pendidikan Seks Pada Anak Sejak Usia Dini. Tersedia di http://www.kompasiana.com/pentingnya Mengenalkan Pendidikan Seks Sejak usia Dini.htm.[diakses 04 April 2015]

Andika, A. (2010). Bicara Seks Bersama Anak. Tersedia di http://www.kompasiana.com/pentingnya Mengenalkan Pendidikan Seks Sejak usia Dini. [diakses 04 April 2015]

febriani, S. (2013). Ciri Primer & Ciri Sekunder Pubertas. Tersedia di http://www.kesehatan reproduksi remaja.wordpress.com. [diakses 28 Desember 2015]

KPAI. (n.d.). Ribuan Anak Indonesia Menjadi Korban Pornografi. Tersedia di http://www.kpai.go.id/berita/kpai-ribuan-anak-indonesia-jadi-korban-fornografi-internet-2/#.[diakses 28 Maret 2015]

Kriswanto, C. (2009). Seks, Es Krim dan Kopi Susu. Tersedia di http://www.parenting.co.id//cara mengenalkan Seks Pada Balita.htm. [diakses 28 Desember 2014]

Kurniawan, L. P. (2014). Kenali Lebih dalam pubertas Pada remaja. Tersedia di http://www.tanyadok.com. [diakses 28 Desember 2014]


(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Moch. Indra Ramdhani Tempat, Tanggal Lahir : Sukabumi, 31 Maret 1992 Jenis Kelamin : Laki – Laki

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat : Kp. Gandasoli RT 01/04 Ds. Cipurut Kec. Cireunghas Kab. Sukabumi-Jawa barat

43193

Telepon : +628568013760

Email : indrauzumakie@gmail.com

Latar Belakang Pendidikan

1998 - 2004 : SDN 01 Gandasoli - Sukabumi 2004 - 2007 : SMPN 01 Sukaraja - Sukabumi 2007 - 2010 : SMKN 01 Sukalarang - Sukabumi