Perancangan Media Informasi Buku Cerita Ilustrasi Tentang Skoliosis Untuk Anak Usia 6-12 Tahun

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BUKU CERITA ILUSTRASI TENTANG SKOLIOSIS UNTUK ANAK USIA 6-12 TAHUN

DK 38315/ Tugas Akhir Semester II 2013-2014

Oleh :

Lely Djamilatul Puadi 51910034

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

(4)

122 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Lely Djamilatul Puadi

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung,20 juli 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl.Atletik III No.21 RT.03 RW.13 Arcamanik

Endah Kec.Arcamanik Kel.Sukamiskin Bandung 40293

Telepon : 085793910220

E-mail : menk_menk_chantique@yahoo.co.id

NIM : 51910034

Jurusan : Desain Komunikasi Visual

Fakultas : Fakultas Desain

Pendidikan

1995-2001 : SD ISTIQOMAH

2001-2004 : MTsN 2 Bandung

2004-2007 : SMA NEGERI 14 Bandung

2007 - 2010 : UNISBA FAK.PSIKOLOGI sampai semester.6

2010 - 2014 : Universitas Komputer Indonesia


(5)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PENYATAAN ORISINALITAS ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

Bab I Pendahuluan ...1

I.1 Latar Belakang Masalah ...1

I.2 Identifikasi Masalah ...4

I.3 Rumusan Masalah ...4

I.4 Batasan Masalah ...5

I.5 Tujuan Perancangan ...5

I.6 Manfaat Perancangan ...5

Bab II Skoliosis Anak-Anak ...7

II.1 Skoliosis ...7

II.1.1 Definisi Skoliosis ...7

II.1.2 Anak Menurut Teori Tahap Perkembangan Kognitif Piaget ...9

II.1.3 Penyebab Skoliosis Pada Anak ...13

II.1.4 Ciri-Ciri Skoliosis Pada Anak ...15

II.1.5 Terapi Bagi Penderita Skoliosis ...16

II.1.6 Fenomena Jumlah Penderita Skoliosis ...18

II.2 Budaya Lisan Dan Tulisan ...19

II.3 Definis Buku Dan Perkembangannya ...21

II.3.1 Definisi Buku ...21

II.3.2 Sejarah Perkembangan Buku ...21

II.3.3 Struktur Buku ...23


(6)

viii

II.3.5 Genre Dalam Buku Cerita ...25

II.4 Ilustrasi ...29

II.4.1 Pengertian Ilustrasi ...30

II.4.2 Sejarah Ilustrasi ...30

II.4.3 Fungsi Ilustrasi ...31

II.4.4 Pembagian Ilustrasi ...32

II.4.5 Jenis-Jenis Ilustrasi ...32

II.4.6 GayaVisual Ilustrasi ...33

II.5 Buku Ilustrasi ...33

II.6 Fenomena Bercerita Dengan Metode Dongeng ...34

II.7 Target Audiens ...35

II.8 Kesimpulan dan Solusi ...38

Bab III Strategi Perancangan Dan Konsep Visual ...40

III.1 Strategi Perancangan ...40

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ...41

III.1.2 Strategi Kreatif ...42

III.1.3 Strategi Media ...43

III.1.4 Strategi Distribusi ...46

III.2 Konsep Visual ...47

III.2.1 Format Desain ...47

III.2.2 Tata Letak...48

III.2.3 Tipografi ...50

III.2.4 Ilustrasi ...52

III.2.5 Warna ...72

III.2.6 Sinopsis Mia Sakit Skoliosis ...75

III.2.7 Storyline perhalaman cerita...76

Bab IV Teknis Produksi Media ...83

IV.1 Media Utama ...83

IV.1.1 Buku Ilustrasi ...83

IV.2 Media Pendukung ...87

IV.2.1 Poster ...87


(7)

ix

IV.2.3 Gantungan Kunci ...89

IV.2.4 Tempat Pinsil ...90

IV.2.5 Botol Minum ...91

IV.2.6 Stiker ...92

DAFTAR PUSTAKA ...94

LAMPIRAN ...97


(8)

94 DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Bradford, D.,& Lonstein,J. (1987) . Moe’s Textbook of Scoliosis and Other Spinal Deformities. (3nd ed.) W.B. Saunders Company,1995.

Cailet, R. (1979). Skoliosis : Diagnosis And Management. Philadelpia : Davis Company.

Dandy,J.& Edwards,J. (1993). Essential Othopaedics and Trauma,Second Edition. Churchill: Livingstone.

Dunn,Kathrine.(2010). Creative Ilustration Workshop. Massachausetts : Quary Books

Friedl,F.,Oot,N.,&Stein,B.,(1998). Typhography. Newyork : Black dog & leventhal Publisher. Inc

Kusrianto, Adi. 2005. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta:Andi Offset Lexy J. Mooleong. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung.

Lijklema, H. (2008). Free Font Indeks I . Belanda : The Pepin Press BV.

Papilia, Diane E. (2008), Human Development : Psikologi Perkembangan ( Vol 9) Jakarta : Kencana.

Rothman, R.H. & Simone,F.A. (2th ed.)(1982). The Spine,volume 1. Philadelphia W.B. Saunders, 1999.


(9)

95 Santrock,John W.(2007) . Perkembangan Anak edisi kesebelas ( Jilid 1). Jakarta: Erlangga.

Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D.Bandung : Alfabeta.

Zeegen,L. & Crush. (2005). The fundamentals of Ilustration. Swiss : Ava Publishing SA.

Zelanski,P.,& Fisher,M. (2010). Color . London : Prentice Hall.

Situs Internet

Anonim.2010.Genre Buku Cerita Anak. Tersedia di

http://cornerstonestudio.wordpress.com/2010/01/09/genre-buku-cerita-anak/ (05 Mei 2014).

Asher, Marc. 2006 (31 Maret). Adolescent Idiopathic Scoliosis: Natural History and Long Term Treatment Effects.

Tersedia di: www.scoliosisjournal.com/content/1/1/2 (15 April 2012)

Azzahrah,faiqah.2013. Sejarah Ilustrasi Indonesia.

Tersedia di Http://blog-senirupa.blogspot.com/2013/01/sejarah-ilustrasi- indonesia.html (02 Mei 2014)

Liliweri,Alo.2007.Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya.

Tersedia di http://himako-unimal.blogspot.com/2013/03/buku-makna-budaya-dalam-komunikasi.html (05 Mei 2014)

Muhfurqananwar.2012.Memahami Struktur Buku .Tersedia di

http://muhfurqanmediapembelajaran.wordpress.com/2012/05/15/memahami-struktur-buku/ (05 Mei 2014)


(10)

96 Suparyanto,Dr. 2010. Konsep Dasar Status Ekonomi. Tersedia di

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-dasar-status-ekonomi.html (13 mei 2014)


(11)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, karunia dan bimbingan – Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan

judul “Perancangan Media Informasi Buku Cerita Ilustrasi Tentang Skoliosis Untuk Anak Usia 6-12 Tahun”. Tugas Akhir ini penulis ajukan untuk memenuhi persyaratan akademis dalam menempuh program studi Strata Satu studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer Indonesia.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Selain itu juga banyak sekali tantangan dan hambatan yang dialami penulis, namun dengan bantuan banyak pihak hal tersebut dapat teratasi.

Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan laporan ini.

- Bapak Prof. Dr. Biranul Anas Zaman selaku dekan fakultas Desain. - Bapak Taufan Hidayatullah, S.Sn., M.Ds. selaku ketua program studi Desain

Komunikasi Visual UNIKOM.

- Bapak Ivan Kurniawan, M.Ds. selaku pembimbing laporan Tugas Akhir. - dr. Fathurachman, SpOT., M.Kes. (Staf Orthopaedi & Traumatologi RSHS)

selaku dokter yang telah bersedia menjadi narasumber dan meluangkan waktu untuk diwawancara disela-sela kesibukannya.

- Ananta Azy selaku pendamping dan penghibur yang memberikan dukungan serta bantuan dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.

- Keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungannya.


(12)

vi

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan laporan Tugas Akhir ini. Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat yang sebesar – besarnya bagi penulis sendiri, para mahasiswa dan semua pihak yang memerlukannya.

Bandung, 11 Agustus 2014

Penulis


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Tulang belakang merupakan salah satu organ tubuh manusia yang penting, tulang ini merupakan rangkaian beberapa tulang yang bersifat kuat tetapi lentur. Tulang ini berfungsi menopang hampir dua pertiga dari berat badan, melindungi saraf-saraf tulang belakang dan juga berfungsi untuk melakukan banyak pergerakan tubuh antara lain memutar kepala dan sebagainya. Terkadang kesehatan tulang belakang tak dihiraukan padahal tulang ini sangat berperan dalam menunjang aktifitas sehari-hari. Jika terasa pegal kebanyakan orang hanya mengistirahatkan tubuhnya tanpa memeriksakan lebih jauh. Padahal terdapat satu kelainan tulang belakang yang memiliki gejala-gejala ringan yang kadang tak dihiraukan namun dapat dicegah bila mengetahuinya sejak awal yaitu skoliosis.

Skoliosis merupakan sebuah penyimpangan susunan tulang belakang. Jika dilihat terdapat adanya kurva tulang belakang ke arah samping baik kiri atau kanan serta diikuti dengan rotasi tulang belakang menjadi melengkung abnormal menyerupai huruf “S” yang akhirnya dapat membuat penderita menjadi bungkuk ke samping (Rothman,R.H.,&dkk 1982).

Skoliosis memang tidak menimbulkan rasa nyeri pada awalnya, namun dapat mengganggu pertumbuhan tulang dan berpengaruh pada postur tubuh, kemudian menggangu rasa percaya diri seperti jalan menjadi pincang karena pinggul tinggi sebelah dan membuat tubuh menjadi membungkuk ke samping. Jika kelengkungannya sudah sangat parah, pada akhirnya dapat menganggu fungsi pernafasan dan jantung. Juga dapat merusak persendian tulang belakang serta sakit di masa tua.


(14)

2 Fenomena di masyarakat khususnya skoliosis idiopatik pada anak saat ini telah terjadi peningkatan jumlah penderitanya. Skoliosis ini telah menjadi penyakit serius yang mengancam kesehatan, perkembangan serta pertumbuhan anak di kemudian hari.

Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi disetiap tahap masa kanak- kanak sampai masa remaja, juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa. Skoliosis idiopatik ini lebih sering menyerang anak perempuan dibandingkan anak laki-laki dan peningkatan tingkat pembengkokannya akan semakin cepat bertambah ketika anak perempuan tersebut mendapatkan mens pertama. Skoliosis ini sangat berbahaya bila terjadi pada masa pertumbuhan tulang anak. Dimana tingkat progresifnya pun akan semakin cepat bertambah seiring pertumbuhan. Apabila telah mencapai lebih dari 40 derajat maka akan mengakibatkan mempersulit penanggulangan karena pada derajat tersebut harus dilakukan operasi dengan resiko yang sangat tinggi salah satunya dapat membuat penderitanya menjadi lumpuh bila terjadi gagal operasi (dr.Fathurachman, SpOT., M.Kes).

Fenomena saat ini dimana kemajuan teknologi serta perkembangan pendidikan telah membuat aktifitas yang dilakukan oleh anak-anak semakin hari semakin saja bertambah banyak. Tentu hal itu rentan menyebabkan terjadinya kesalahan postur tubuh pada anak ketika melakukan berbagai macam aktifitas tersebut, mulai dari kegiatan yang anak ikuti di sekolah contohnya seperti anak dituntut untuk duduk di kelas lebih lama dalam kegiatan belajar. Belum lagi kegiatan yang anak lakukan saat ia berada dirumah contohnya seperti duduk saat bermain game, menonton tv, membaca buku,dll. Tentu saja semua kegiatan tersebut tentu telah membuat tubuh anak menjadi lelah, sehingga membuat anak mencari posisi tubuh saat duduk yang nyaman menurutnya. Walaupun ternyata posisi tersebut dapat mempengaruhi kesehatan tulang belakangnya di kemudian hari.


(15)

3 Pada akhirnya posisi duduk yang tidak baik itu rentan mengakibatkan terjadinya cidera pada jaringan tulang lunak serta syaraf. Dimana tulang anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan sangat banyak terdapat sel-sel tulang rawan, bila diberikan suatu gerakan duduk yang tetap dalam waktu yang lama bisa merubah bentuk tulangnya dikemudian hari.

Fakta yang didapatkan dari fenomena tersebut yakni :

- Masih sering ditemukan anak yang melakukan posisi duduk membungkuk sambil membengkokan punggungnya karena alasan nyaman dan tidak pegal. - Bahwa posisi duduk membungkuk dapat menyebabkan terjadinya skoliosis

pada anak.

- Posisi duduk yang membungkuk dapat menyebabkan anak terkadang

mengeluhkan sakit pinggang dan tulang punggungnya ketika duduk dalam waktu yang cukup lama.

Berdasarkan data analisis kuasioner yang disebar sebelumnya pada tanggal 1 April 2014 dan diikuti oleh 100 responden siswa SD. Istiqomah Bandung dengan usia mulai 10-12 tahun, dapat disimpulkan bahwa masih minimnya pengetahuan serta informasi pada anak tentang apa itu skoliosis dan bagaimana cara pencegahannya sejak awal. Serta masih ditemukan kurang sertanya peran orangtua dalam mencari tahu informasi tentang skoliosis dan pemahaman orangtua mengenai kelainan ini sejak awal. Dari hasil data analisis tersebut dapat dijadikan sebuah alasan dimana apabila anak tidak mengetahui tentang skoliosis dan orangtua tidak diberikan pemahaman mengenai skoliosis serta bagaimana cara mencegahnya sejak awal, maka kemungkinan besar peningkatan skoliosis terutama pada penderitanya anak akan semakin terus bertambah banyak dan jika skoliosis pada anak tidak segera dikoreksi maka semakin dewasa anak tersebut akan sulit untuk diterapi, karena pertumbuhan tulang pada orang dewasa biasanya sudah berhenti.


(16)

4 I.2 Identifikasi Masalah

Dari masalah-masalah yang telah diutarakan, maka identifikasi masalahnya adalah

- Pengidap skoliosis pada anak akan semakin bertambah banyak, jika anak dan orangtua tidak diberikan pengetahuan mengenai skoliosis serta pencegahannya sejak awal, terutama skoliosis pada anak.

- Sebagian besar dari kasus ini terdeteksi di usia anak menuju remaja, sehingga menyulitkan penanggulangannya.

- Jika posisi duduk yang salah pada anak terus dibiarkan maka anak beresiko besar menderita skoliosis yang pada akhirnya mempengaruhi kesehatannya dikemudian hari.

I.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang didapat adalah minimnya sosialisasi pemahaman dan pengetahuan terhadap skoliosis pada anak yang mengakibatkan kurangnya pengetahuan anak dan orangtua akan informasi mengenai skoliosis serta bagaimana cara mencegah skoliosis pada anak sejak awal. Alasanya memilih untuk sosialisasi skoliosis kepada anak dan orangtua karena alangkah lebih baik jika pencegahan skoliosis ini di mulai dari lingkungan keluarga terdekat anak tersebut yang bermula dari pengetahuan serta pemahaman orangtua mengenai skoliosis dan juga lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang utama dibandingkan dengan lembaga pendidikan manapun. Dimana orangtua dapat memberikan perhatian serta pengawasan untuk mendidik agar anak dapat melakukan pencegahan skoliosis pada anak sejak awal.


(17)

5 I.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan materi dapat terfokus, maka untuk itu dibuat batasan masalahnya yakni hanya menginformasikan mengenai skoliosis pada anak secara umum serta pengetahuan tentang pengertian, penyebab, ciri-ciri dan cara pencegahan serta penanggulangan skoliosis sejak awal . Adapun media informasi ini dibatasi untuk anak-anak dengan usia sekitar 6-12 tahun yang rentan untuk menderita skoliosis di daerah perkotaan.

I.5 Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan yang akan dilakukan yaitu menyampaikan informasi tentang sosialisasi skoliosis pada orangtua dan anak untuk upaya pencegahan dan penanggulangan sejak awal, tujuan perancangan yang ingin dicapai adalah

- Agar anak serta orangtua bisa mengetahui, mengerti, dan lebih peka terhadap skoliosis.

- Agar anak serta orangtua bisa mengetahui cara mencegah dan menanggulangi skoliosis sejak awal salah satunya dengan melakukan screening skoliosis.

I.6 Manfaat Perancangan

Manfaat perancangan yang ingin dicapai yakni :

- Sebagai bahan untuk kajian lebih lanjut dalam bidang kesehatan khususnya skoliosis pada anak yang pada akhirnya dapat memberikan sumbangan pemikiran dari bidang desain dengan hasil akhir berupa media yang kaya akan visual serta informasi.

- Dengan melakukan sosialisasi skoliosis kepada anak serta orangtua diharapkan dapat mengurangi penderita skoliosis khususnya pada anak agar semakin menurun.


(18)

6 - Dengan melakukan sosialisasi skoliosis kepada anak serta orangtua diharapkan dapat meningkatkan kesadaran anak dan orangtua akan kelainan ini serta bahayanya sejak awal. Sehingga anak dan orangtua bisa menjalani kebiasaan pola hidup yang baik dengan menjaga posisi tubuh yang benar dan melakukan screening skoliosis sejak awal yang akhirnya dapat mencegah skoliosis khususnya pada anak seawal mungkin.


(19)

7

BAB II

SKOLIOSIS ANAK-ANAK

II.1 Skoliosis

II.1.1 Definisi Skoliosis

Kerangka tulang manusia terdiri dari kombinasi berbagai tulang. Disamping untuk menopang tubuh, membentuk tubuh, tulang juga berfungsi menjaga dan melindungi organ tubuh yang vital, juga menjadi sandaran bagi tubuh hingga tubuh mampu tegak. Tulang belakang manusia diciptakan oleh Allah itu tegak lurus namun karena adanya pengaruh gravitasi dibumi maka lama kelamaan akan melengkung ke depan seiring dengan pertambahan usia. Tetapi ada beberapa orang yang ternyata mengalami ketidaksesuaian tulang belakang yakni kelainan tulang yang membengkok ke samping yang biasanya disebut skoliosis.

Gambar II.1 Tubuh yang mengidap skoliosis

Sumber : The Spine vol.1 (2013)

Skoliosis adalah suatu kelainan kurva tulang belakang yang ditandai dengan adanya pembengkokan tulang ke arah samping dengan membentuk kurva

“S”. Dimana pada keadaan normal tidak ada pembengkokan tulang ke arah samping (dr.Fathurachman, SpOT., M.Kes.).


(20)

8 Mungkin bagi kalangan orang awan skoliosis itu seperti kereta yang sedang berjalan maju di atas rel berupa gerbong-gerbong yang banyak dan berjalan dengan kecepatan yang sama. Namun di salah satu rangkaian gerbong tertentu ada yang ingin bergerak lebih cepat dan menjadi berdesak-desakan sehingga bisa dibayangkan ada kereta yang keluar dari rel yang akhirnya menyebabkan terjadi pembengkokan. Seperti itulah kira kira skoliosis.

Skoliosis pada awalnya muncul memang tidak disadari oleh penderitannya, namun lama kelaman muncul gejala-gejala yang dikeluhkan penderitanya seperti sakit tulang punggung ketika duduk dalam waktu yang lama, mudah pegal saat beraktifitas, sesak nafas ketika berjalan. Mungkin apabila skoliosis dibiarkan begitu saja maka akan akan fatal akibatnya dikemudian hari, karena semakin lama tulang belakang yang membengkok tersebut akan mendorong organ vital di dalam tubuh seperti paru-paru dan jantung. Sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Seperti dikutip dalam buku The Spine(2013),“menyatakan bahwa skoliosis memang banyak diderita oleh perempuan dibandingkan pria” hal ini pun dapat dibuktikan dan diperkuat melalui hasil temuan data grafik penelitian di bawah ini.

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

laki-laki 1 0 0 0 0 1 5 5 3 5 4 2 1 14 10

perempuan 1 1 0 5 3 4 3 7 15 17 28 11 23 24 31

total keseluruhan 2 1 0 5 3 5 8 12 18 22 32 13 24 43 41

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 J um la h P enderit a

Tabel II. 1 Data Pasien Penderita skoliosis tahun 2007-2013 di RSHS Hasan sadikin Bandung berdasarkan usia

3-17 tahun dan perbandingan jenis kelamin


(21)

9

Menurut dr.Briliantoro, SpOT ahli pengobatan islam dalam acara syafa’at

trans tv mengenai kelainan tulang belakang skoliosis berpendapat “Mungkin

dari 100 ribu-200 ribu orang hanya ada 1 orang memang skoliosisnya di bawa sejak lahir yang merupakan kelainan congenital atau bawaan. Tetapi skoliosis yang sekarang banyak terjadi kembali lagi pada postur tubuhnya yang tidak benar, kebiasaan yang tidak benar, berdiri yang tidak baik. Tubuh manusia itu bisa diibaratkan sebagai sebuah pohon contohnya pohon bonsai yang awalnya berbentuk lurus karena ingin dipercantik maka dibengkokan supaya bentuknya bengkok, tulang manusia itu bentuknya bagus diciptakan oleh Allah itu lurus tapi karena malas ketika menulis bengkok,duduk menonton tv sambil miring, jalan terus membungkuk maka akibatnya tulang akan menjadi bengkok dan terjadilah skoliosis”.

II.1.2 Anak Menurut Teori Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.

Teori perkembangan piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dan menginterprestasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima informasi (Santrock,2007,h. 49).

Jean piaget (seperti dikutip santrock,2007) ada empat konsep yang terdapat pada perkembangan Piaget dalam menerima informasi atau situasi yang baru, yaitu :


(22)

10 a) Skema (Struktur kognitif) adalah proses atau cara mengorganisir dan merespon berbagai pengalaman. Dengan kata lain skema adalah suatu pola sistematis dari tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi.

b) Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada.

c) Akomodasi. Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skema yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.

d) Equilibrasi. Menurut piaget bahwa setiap organisme yang ingin

mengadakan adaptasi dengan lingkungannya harus mencapai

keseimbangan (ekuilibrium), yaitu antara aktivitas individu terhadap lingkungan (asimilasi) dan aktivitas lingkungan terhadap individu (akomodasi). Agar terjadi ekuilibrasi antara diri individu dengan lingkungan, maka peristiwa-peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama dan komplementer. Organisasi kecenderungan individu untuk menyatukan berbagai skema menjadi satu sistem yang koheren (berkait dan menjadi kesatuan).


(23)

11 Piaget percaya bahwa manusia melalui empat macam tahapan dalam memahami dunia. Dimana tiap tahapan berhubungan dengan usia dan terdiri dari cara fikir yang berbeda-beda. Berikut adalah tahapan-tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget. (Santrock,2007,h. 50).

- Tahap sensori motorik (sensori motor stage/ 0-2 thn)

Tahap sensori motorik ini merupakan tahap perkembangan yang pertama. Dimana dalam tahapan ini anak membangun pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris (mendengar dan melihat) dengan tindakan secara fisik dan motorik. Karakteristik perkembangan anak yang terjadi pada tahap ini adalah dari gerak refleks ngemut dan gerak mata sampai pada kemampuan untuk makan, melihat, memegang, berjalan, dan berbicara. Pada akhir tahap ini, anak belajar mengaitkan simbol benda dengan benda konkretnya, hanya masih kesulitan serta anak mulai melakukan percobaan coba-coba berkenalan dengan benda-benda konkret salah satunya dengan menyusunnya, mengutak atik, dan lain-lain.

- Tahap praoperasional (praoperational stage/2-7 thn)

Tahapan praoperasional merupakan tahapan perkembangan yang kedua. Pada tahap ini anak mulai menjelaskan dunia melalui kata-kata, gambar dan lukisan. Kata-kata dan gambar ini mencerminkan meningkatnya pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensoris dan tindakan fisik. Karakteristik anak pada tahap ini, anak tidak dapat membedakan antara kejadian-kejadian yang sebenarnya (fakta) dengan

khayalannya (fantasi). Oleh karena itu, jika dia berdusta “berdustanya”

itu bukan karena moralnya jelek, tetapi karena kelemahannya.

- Tahap operasional kongkrit (concrete operational stage/7-12 thn) Tahap operasional kongkrit merupakan tahapan perkembangan yang ketiga. Dimana dalam tahap ini anak dapat melakukan operasi dan penalaran logis menggantikan pikiran intuitif selama penalaran dapat


(24)

12 diterapkan pada contoh khusus dan konkret. Contohnya pemikirian pada tahapan ini tidak dapat membayangkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan soal persamaan aljabar, yang terlalu abstrak bagi pemikiran tahap perkembangan ini. karakteristik anak pada permulaan tahap ini anak sekarang dapat menalar secara logis mengenai kejadian kongkret dan menggolongkan benda ke dalam kelompok yang berbeda-beda.

- Tahap operasional formal (formal operational stage/ 12 tahun ke atas) Tahap operasional formal merupakan tahapan perkembangan yang keempat dan terakhir. Dimana individu sudah melampaui pengalaman kongkret dan berfikir istilah yang abstrak dan lebih logis. Karakteristik tahap perkembangan ini dimana remaja melakukan penalaran dengan cara yang lebih abstrak, idealis dan logis. Tidak memerlukan perantara operasi konkret lagi untuk menyajikan abstraksi mental secara verbal. Mulai belajar merumuskan hipotesis (perkiraan) sebelum ia berbuat.

Rentang ini tahapan perkembangan menurut pigaet ini akan berbeda antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada setiap anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan serta perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik pada setiap anak tidak mungkin pertumbuhan fisiknya sama akan tetapi mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan kognitif juga mengalami perkembangan yang tidak sama. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak. Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk mulai saat masa bayi dimana anak sudah mau berinteraksi dengan orang lain hal tersebut sudah mulai menunjukkan terbentuknya perilaku social yang berjalan seiring dengan perkembangan usia. Perubahan perilaku sosial juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti contohnya anak


(25)

13 sudah mau bermain dengan kelompoknya yaitu sesama anak-anak (Santrok,2007).

II.1.3 Penyebab Skoliosis Pada Anak

Saat ini penyebab skoliosis belum ditemukan secara pasti namun ada beberapa pendapat menurut para ahli yang menerangkan tentang penyebab skoliosis.

Berdasakan dari hasil wawancara dengan dr.Fathurachman,SpOT., M.Kes,

dapat disimpulkan bahwa “Skoliosis dapat terjadi karena kerja otot tubuh

yang tidak seimbang antara kanan dan kirinya, menyebabkan tulang akan mengikuti otot yang menempel tulang tersebut, sehingga memungkinkan akan miring ke kiri dan kanan pada bagian tertentu. Kalau dibiarkan terus menerus kemiringan tersebut akan tampak dari luar. Skoliosis ini bisa menyerang semua kalangan mulai dari anak-anak hingga dewasa.

Menurut Rothman, R.H.,& dkk (1982) menyebutkan Skoliosis dapat dibagi menjadi tiga jenis yakni :

-Skoliosis congenital (bawaan) biasanya berhubungan dengan suatu kelainan pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu.

-Skoliosis neuromuskuler biasanya terjadi karena pengendalian otot yang buruk atau kelemahan/ kelumpuhan akibat beberapa penyakit yakni a. Cerebral palsy (Kelumpuhan Otak) adalah suatu gangguan atau

kelainan yang terjadi pada waktu perkembangan anak, kerusakan yang mengenai sel-sel motorik di dalam suatu susunan saraf pusat, bersifat kronis sehingga menyebabkan cacat otak.

b. Distrofi otot adalah penyakit otot turunan dimana serat otot sangat rentan terhadap kerusakan, secara progresif serat otot menjadi lebih lemah serat otot sering digantikan oleh jaringan lemak dan jaringan ikat pada tahap akhir distrofi otot.


(26)

14 c. Polio adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang dapat menyerang seluruh tubuh termasuk otot serta saraf dan juga bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen.

d. Osteoporosis juvenile adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya.

- Skoliosis Idiopatik penyebabnya tidak diketahui secara pasti namun dapat diperoleh melalui beberapa ciri genetik, dimana skoliosis idiopatik dapat bertambah parah selama masa pertumbuhan. Skoliosis jenis ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain yaitu bisa berasal dari lingkungan terdekatnya ataupun ketidaktahuan tentang sikap tubuh yang optimal dan diperburuk oleh gaya hidup seperti postur tubuh yang tidak baik contohnya ketika duduk,menulis dll.

Berdasarkan hasil wawancara dengan dr.Fathurachman, SpOT., M.Kes, Saat ini di RSHS ditemukan banyak kasus skoliosis yang menyerang anak-anak dengan penderitanya kebanyakan adalah anak perempuan yakni skoliosis idiopatik. Skoliosis idopatik dapat dikelompokan menjadi kelompok infantile (anak-anak usia <10 tahun) atau juvenile (anak usia 10-14 tahun) dan memang skoliosis idiopatik banyak di derita oleh perempuan di bandingkan pria yang kebanyakan berumur 10-14 tahun.

Tabel II.2 Persentase Perbandingan Jumlah Penderita Skoliosis Pada Anak Beserta Jenis nya Pada Tahun 2007-2013 di RSHS

DR.hasan Sadikin dan RS.Advent Bandung

Sumber : RSHS Dr. Hasan Bandung ( 14 April 2014)

anak laki-laki 23% anak perem puan 77% 3% 14% 83% neurodemato sis skoliosis congenital skoliosis idiopatik skoliosis


(27)

15 Dimana skoliosis idiopatik pembengkokan tulang nya akan terjadi semakin cepat terutama ketika anak perempuan tersebut mendapatkan mens pertamanya saat masa pertumbuhan dan pembengkokannya terjadi dari punggung sebelah kanan. Hal ini sangat berbeda dengan skoliosis congenital yang penderitanya adalah anak laki-laki yang pembengkokannya terjadi dari punggung sebelah kiri. Akan tetapi bila dibandingkan antara kedua kasus skoliosis tersebut skoliosis congenital lebih sedikit/ lebih jarang terjadi kalau pun ada hanya beberapa hal ini sangat berbanding terbalik dengan skoliosis idopatik yang saat ini lebih banyak terjadi.

II.1.4 Ciri-Ciri Skoliosis Pada Anak

Mengetahui ciri-ciri skoliosis pada anak memiliki peran dan fungsi yang besar bagi perkembangan anak di masa yang akan datang. Karena dengan mengetahui ciri-ciri skoliosis ini menjadikan faktor yang penting dalam upaya memastikan agar anak tidak terkena skoliosis dan mengenali gejala kelainan ini sejak dini.

Rothman,R.H.(1982) menjelaskan ketika anak yang menderita skoliosis dapat di cek melalui posisi adam test dan dapat diperiksa dari usia 10 sampai 16 tahun. Caranya anak di minta berdiri dengan lutut sejajar dan rapat, lalu tubuh di bungkukkan 90 derajat ke depan. Jika dia menderita skoliosis, akan tampak adanya penyimpangan bentuk tulang atau bagian punggung yang tingginya tidak sejajar. (h.395).

Adam bending test yang digunakan dalam pemeriksaan tersebut bermaksud untuk memberikan penjelasan mengenai ciri-ciri skoliosis pada anak seperti tulang punggung secara abnormal mengarah kearah samping, bahu kanan dan kiri tidak sama tingginya, kelelahan pada tulang punggung setelah duduk atau berdiri lama, terasa sakit di punggung, apabila derajat skoliosis lebih dari 60 derajat biasanya mengalami sesak pernafasan.


(28)

16

Gambar II.2 Adam Test

Sumber : The Spine vol.1 (2013)

II.1.5 Terapi Bagi Penderita Skoliosis

Ketika ada anak yang terdiagnosa mengalami skoliosis maka dokter akan menyarankan pengobatan terbaik untuk setiap anak yang menderita skoliosis berdasarkan usia nya,jangka waktu pertumbuhannya,jenis scoliosis baik dari tingkat derajat kemiringan tulang dan pola kurva nya. Biasanya Dokter dapat merekomendasikan observasi, bracing, atau operasi.

Akan tetapi bagi anak yang terdeteksi menderita skoliosis pada usia 10 sampai 11 tahun, lebih baik jika akan dilakukan koreksi melalui operasi sebaiknya dilakukan ketika berumur 15 tahun saat itu tulangnya telah mencapai kematangan, karena apabila dikoreksi ketika masih berumur


(29)

17 kurang dari 15 tahun maka kemungkinan pertumbuhan anak tersebut akan terhambat.

Bila derajat skoliosis nya masih ringan maka akan ada kemungkinan untuk bisa dilakukan koreksi dan jika skoliosis nya pada tahap sedang perlu dilakukan bracing. Berhasil tidaknya tindakan koreksi itu bergantung pada parah tidaknya sudut skoliosis yang terbentuk pada anak tersebut serta disiplin dan kemauan pada anak untuk mengikuti program terapi itu.Oleh karena itu deteksi pada anak sejak dini sangat penting untuk menentukan tingkat keberhasilan koreksi skoliosis tersebut.

Walapun Begitu seringkali proses terapi pengobatan bagi anak yang menderita skoliosis dilakukan dengan bermacam-macam tahap cara terapi pengobatan. Adapun beberapa cara terapi pengobatan dengan menggunakan beberapa macam alat pendukung agar hasil terapi menjadi maksimal. Sehingga dapat menurunkan derajat pembengkokan tulang.

Rothman,R.H. dan Simeone Fredrick (1982) menjelaskan berdasarkan proses terapi pengobatan dengan menggunakan beberapa macam alat pendukung maka dibedakan menjadi beberapa jenis salah satunya bracing (penyangga) bagi skoliosis yang derajatnya kurang dari 40 derajat yakni milwaukee brace dan boston brace. Brace ini berfungsi untuk menyangga tulang belakang anak yg mengalami scoliosis.

- Milwaukee brace merupakan treatment pertama yang berhasil digunakan untuk idiopatik skoliosis yang ditemukan pada tahun 1945 oleh Drs.walter Bloun dan Al Schmidt, Desain brace tersebut digunakan untuk skoliosis yang berkurva ganda. (Simeone Fredrick, 1982,h.405).

- Boston brace yang dikembangkan pada awal tahun 1970 oleh Dr.John Hall dan Mr.William Miller dari Rumah Sakit Anak Boston, Desain


(30)

18 brace tersebut digunakan untuk skoliosis yang berkurva tunggal. (Simeone Fredrick, 1982,h.409).

Gambar II.3 Milwaukee Brace Dan Boston Brace

Sumber : The Spine vol.1 (2013) II.1.6 Fenomena Jumlah Penderita Skoliosis

Saat ini peningkatan penderita skoliosis pada anak semakin bertambah. Dimana semakin banyaknya anak yang terdeteksi skoliosis seiring pertambahannya usia. Hal ini dapat di dukung dari hasil temuan data yang didapatkan dari instansi RSHS DR.Hasan Sadikin Bandung menunjukan bahwa peningkatan anak yang terkena semakin banyak penderitanya.

Tabel II.3 Data Jumlah pasien penderita skoliosis tahun 2007-2013 di RSHS Dr. Hasan Sadikin Bandung dari usia 3-17 tahun

Sumber : RSHS Dr. Hasan Bandung ( 14 April 2014)

2 1 0 5 3 5 8 12

18 22

32

13 24

43 41

0 10 20 30 40 50

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Umur Anak Dalam Tahun

J u m la h P enderit a


(31)

19 Berdasarkan hasil wawancara dengan dr.Fathurachman,SpOT.,M.Kes, dapat disimpulkan bahwa peningkatan skoliosis pada anak itu akan terjadi seiring dengan sisa usia pertumbuhan anak dan kecepatan usia pertumbuhan. Jika anak terdeteksi di usia 10-11 di deteksi ada maka dia mempunyai waktu 4 tahun untuk berkembang. Hal itu tergantung pada berapa sudut pertama yang di dapatkan, lalu kecepetan pertumbuhan itu akan sangat berbeda antara satu anak dengan anak yang lain. Namun yang paling penting itu adalah patokannya. Apabila dalam masa pengawasan itu di bawah 20 derajat itu cukup dilakukan observasi. Namun bila derajatnya meningkat dari 20 menjadi 40 maka dilakukan pemasangan alat seperti brace. Apabila derajatnya dari awal sudah 40 derajat atau dalam proses nya bertambah lebih dari 40 maka dianjurkan untuk dilakukan operasi. Jadi pertambahan nya itu harus di pantau dari waktu ke waktu,sisa usia pertumbuhan dan kecepatan pertumbuhan.

II.2 Budaya Lisan dan Tulisan

Manusia sebagai mahluk sosial pasti mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi baik itu lisan maupun tulisan. Dimana komunikasi yang dilakukan oleh manusia itu berfungsi menyampaikan sebuah informasi yang terbaru ataupun informasi yang berasal dari warisan masa lalu. Budaya lisan dan budaya tulisan ini digunakan manusia sebagai gudang penyimpanan informasi dan menyebarkan informasi.

Claude levi strauss (seperti yang dikutip Liliweri,2007) memberikan perbedaan esensi antara masyarakat baca tulis dan pra-baca tulis. Masyarakat berbudaya lisan cenderung bersifat monolitik yang berbuat segala sesuatu dengan cara tanpa tanya dan menulis melalui mitos, sejarah yang digabung satu sama lain.


(32)

20 Ciri khas masyarakat berbudaya lisan :

- Menekankan komunikasi tatap muka.

- Kekuatannya tergantung pada penggunaan pesan verbal dalam

mengingat kembali kata-kata yang sebelumnya telah tersimpan dan penyampaianya hanya mengandalkan ingatan.

- Karena kerap kali dituturkan bersama-sama dengan orang lain maka dapat menciptakan dialek baru.

- Lebih mengutamakan ruang sosial dengan mengandalkan pendengaran.

- Bersifat monopolitik terutama untuk keperluan praktis tanpa bertanya-tanya.

- Memori pun selalu dapat terganggu setiap waktu bisa karena faktor usia dan lain-lain sehingga penyampaian pesan bisa menjadi tidak akurat (Liliweri,2007).

Budaya lisan pada awalnya tumbuh dan berkembang . Namun perlahan-lahan budaya lisan berubah menjadi tulisan. Dimana orang-orang mulai mengeluarkan kata-kata yang disimpan di dalam kepalanya kemudian diberikan kepada masyarakat. Pada tahapan selanjutnya budaya tulisan yang menampilkan kata-kata yang dapat dibaca dan dianggap cara yang paling baik dalam mewariskan nilai budaya pada generasi berikutnya. Bentuk awal bahasa tulisan ini seperti melalui titik garis, sketsa, batu, pahatan dinding dan gambar.

Komunikasi tulisan memberikan kontribusi yang sangat berarti yang dulu dilakukan penyampaian informasi dilakukan secara tatap muka kini informasi tersebut dapat menjangkau luas ruang dan waktu antara sumber dan penerima. Dimana budaya ini tetap dipertahankan oleh manusia. Kini orang mulai berpindah dari dari budaya lisan, dimana kata-kata yang di sampaikan itu berasal memori dan hanya menggunakan pendengaran dalam menyampaikan sebuah informasi. Namun saat ini informasi tersebut mulai dihubungkan dengan kata-kata yang dituangkan dalam tulisan.


(33)

21 Budaya tulisan ini memiliki banyak keuntungan yakni :

1. Dapat mengumpulkan kesatuan ingatan.

2. Memberikan sifat permanen dari pernyataan verbal. 3. Dapat digunakan untuk komunikasi berjarak.

4. Dapat membangun sejarah umat manusia dalam kurun waktu tertentu dengan penulisan sejarah.

5. Menyusun mitos kedalam objek sejarah.

6. Analisis atas keraguan masa lalu sebaik mungkin.

7. Informasi dapat dikumpulkan untuk generasi yang akan datang.

8. Memperkuat dan memperkaya komunikasi antar muka.

9. Menungkinkan rasionalitas yang tinggi.

10.Memperkuat hubungan antara pembicara dengan audiens (Liliweri,2007).

II.3 Definisi Buku Dan Perkembangannya II.3.1 Definisi Buku

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku merupakan lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Buku merupakan media yang dipakai oleh anak-anak sampai orang tua untuk memperoleh informasi. Kini buku sudah berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Buku tersebut dikenal dengan E-book.

II.3.2 Sejarah Perkembangan Buku

Pada zaman kuno, tradisi komunikasi masih mengandalkan lisan. Penyampaian informasi, cerita-cerita, nyanyian, do’a-do’a, maupun syair, disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut karenanya hafalan merupakan ciri yang menandai tradisi ini maka semuanya dihafal. Kian hari, kian banyak saja hal-hal yang musti dihafalkan. Saking banyaknya, sehingga akhirnya menjadi tidak mampu menghafalkannya lagi. Hingga,


(34)

22 terpikirlah untuk menuangkannya dalam tulisan. Maka, lahirlah apa yang disebut sebagai buku kuno.

Buku kuno ketika itu, belum berupa tulisan yang tercetak di atas kertas modern seperti sekarang ini, melainkan tulisan-tulisan di atas keping-keping batu (prasasti) atau juga di atas kertas yang terbuat dari daun papyrus yakni tumbuhan sejenis alang-alang yang banyak tumbuh di tepi Sungai Nil.

Kesulitan menggunakan gulungan papyrus, dikemudian hari mengantarkan perkembangan bentuk buku mengalami perubahan. Perubahan itu selaras dengan fitrah manusia yang menginginkan kemudahan. Dengan akalnya, manusia terus berpikir untuk mengadakan peningkatan dalam peradaban kehidupannya. Maka, pada awal abad pertengahan, gulungan papyrus digantikan oleh lembaran kulit domba terlipat yang dilindungi oleh kulit kayu yang keras yang dinamakan codex.

Di Indonesia sendiri, pada zaman dahulu, juga dikenal dengan buku kuno. Buku kuno itu ditulis di atas daun lontar. Daun lontar yang sudah ditulisi itu lalu dijilid hingga membentuk sebuah buku.

Perkembangan perbukuan mengalami perubahan signifikan dengan diciptakannya kertas yang sampai sekarang masih digunakan sebagai bahan baku penerbitan buku. Pencipta kertas yang memicu lahirnya era baru dunia perbukuan itu bernama Ts’ai Lun yang berkebangsaan Cina. Hidup sekitar tahun 105 Masehi pada zaman Kekaisaran Ho Ti di daratan Cina. Penemuan Ts’ai Lun telah mengantarkan bangsa Cina mengalami kemajuan. Sehingga, pada abad kedua, Cina menjadi pengekspor kertas satu-satunya di dunia. Sebagai tindak lanjut penemuan kertas, penemuan mesin cetak pertama kali merupakan tahap perkembangan selanjutnya yang signifikan dari dunia perbukuan. Penemu mesin cetak itu


(35)

23 berkebangsaan Jerman bernama Johanes Gensleich Zur Laden Zum Gutenberg.

Di era modern sekarang ini perkembangan teknologi semakin canggih. Mesin-mesin offset raksasa yang mampu mencetak ratusan ribu eksemplar buku dalam waktu singkat telah dibuat. Hal itu diikuti pula dengan penemuan mesin komputer sehingga memudahkan untuk setting (menyusun huruf) dan lay out (tata letak halaman). Diikuti pula penemuan mesin penjilidan, mesin pemotong kertas, scanner (alat pengkopi gambar, ilustrasi, atau teks yang bekerja dengan sinar laser hingga bisa diolah melalui computer), dan juga printer laser (alat pencetak yang menggunakan sumber sinar laser untuk menulis pada kertas yang kemudian di taburi serbuk tinta).

Semua penemuan menakjubkan itu telah menjadikan buku-buku sekarang ini mudah dicetak dengan sangat cepat, dijilid dengan sangat bagus, serta hasil cetakan dan desain yang sangat bagus pula. Tak mengherankan bila sekarang ini dapat dilihat berbagai buku terbit silih berganti dengan penampilan yang semakin menarik.

II.3.3 Struktur Buku

Secara garis besar anatomi buku terbagi dalam tiga besar; pendahulu, isi naskah, dan penutup (end matter). Tiga besar tersebut rinciannya sebagai berikut:

A. Pendahulu (Preliminary pages/front mater)

Pendahulu (bukan pendahuluan) adalah halaman yang mendahului halaman isi. Halaman ini hanya menginformasikan keberadaan isi buku yang akan Anda baca. Sebagian penerbit memberikan nomor dan jenis angka tersendiri pada halaman pendahulu ini (tidak satu rangkaian


(36)

24 dengan halaman naskah dan umumnya menggunakan angka romawi). Namun banyak juga penerbit yang tidak membedakan hal tersebut.

Halaman pendahulu terdiri dari:

1. halaman pancir (lembar pertama setelah cover) 2. halaman judul (lembar kedua)

3. balik halaman judul (halaman copy right) 4. daftar isi

5. daftar pedanan kata (transilasi) 6. halaman persembahan

7. ucapan terima kasih 8. pengantar

9. Sambutan

Namun tidak semua penerbit menggunakan secara lengkap poin-poin tersebut terutama halaman persembahan, pedanan kata, ucapan terima kasih, dan sambutan semuanya disesuaikan dengan kebutuhan.

B. Isi Naskah Buku

Setelah pendahulu halaman, selanjutnya isi naskah atau menurut Sofia

Mansoor “daging buku”. Isi naskah buku berisi pembahasan lengkap

sebagai penjabaran dari judul. Isi naskah terbagi dalam beberapa bab, sub bab dan pasal yang dimaksudkan untuk memisahkan antara satu sub bahasan dengan sub bahasan yang lainnya. Di samping itu untuk mempermudah pembaca memahami isi naskah. Adakalanya bab-bab itu tidak ditulis, cukup menuliskan nomornya saja.

C. Penutup (end matter)

Penutup, end matter, atau back matter adalah halaman akhir setelah halaman naskah. Halaman penutup ini umumnya terdiri dari:

1. lampiran 2. daftar pustaka


(37)

25 3. indeks

4. riwayat hidup penulis

Struktur buku di atas harus dipahami penulis. Buku yang dikirim dalam kondisi lengkap, sangat memudahkan penerbit dalam mengolahnya.

II.3.4 Fenomena Buku dan Cerita

Fenomena hubungan antara buku dan cerita itu saat ini sangat sulit untuk dipisahkan,dimana buku itu harus memiliki sebuah alur cerita tertentu yang didalamnya akan terkandung nilai nilai postif yang ingin disampaikan. Buku cerita itu harus bisa memuat pesan penting baik melalui ilustrasi dan teks tertulis. Dimana kedua elemen ini yang paling penting dalam sebuah cerita. Buku-buku ini memuat berbagai tema yang sering didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari anak. Karakter yang ada dibuku ini bisa manusia maupun binatang. Buku cerita yang diilustrasikan dan ditulis dengan baik agar bisa memberikan kontribusi khususnya bagi sastra anak.

Buku cerita anak-anak memiliki definisi sebuah bentuk buku yang ilustrasinya berperan penting dalam sebuah cerita. Sebuah buku cerita anak itu akan dikatakan bagus bila anak mampu menarik minat anak untuk tertarik membaca dan membuatnya anak membaca kembali.

II.3.5 Genre Dalam Buku Cerita

Dalam buku cerita anak-anak ada beberapa macam genre yang perlu di perhatikan, dimana kesalahan dalam menentukan genre suatu buku dapat mengakibatkan dampak negatif pada minat anak untuk membaca. Berikut buku cerita anak berdasarkan genre, usia, jumlah kata serta kompleksitas dalam sebuah cerita yakni :


(38)

26 1. Baby Books

Biasanya ditujukan untuk anak bayi dan balita. Berisi pantun dan nyanyian sederhana (lullabies and nursery rhymes), permainan dengan jari,atau sekadar ilustrasi cerita tanpa kata-kata sama sekali (sepenuhnya mengandalkan ilustrasi serta kreativitas orang tua dan anak untuk berimajinasi).

Panjang cerita dan formatnya beragam, disesuaikan dengan isi materi. Buku-buku untuk batita biasanya berupa cerita sederhana berisi kurang dari 300 kata. Ceritanya terkait erat dengan keseharian anak, atau bermuatan edukatif tentang pengenalan warna, angka, bentuk, dan lain-lain.

Jumlah halaman sekitar 12 dan banyak yang berbentuk board books (buku yang kertasnya sangat tebal, seperti karton), pop-ups (buku yang halamannya berbentuk tiga dimensi), lift-the flaps atau buku-buku khusus (buku-buku-buku-buku yang dapat bersuara, memiliki format unik atau dengan tekstur tertentu).

2. Early Picture Book

Biasanya ditujukan untuk anak-anak usia akhir sekitar 4-8 tahun. Ceritanya sederhana dan berisi kurang dari 1000 kata. Banyak buku genre ini dicetak ulang dalam format board book untuk melebarkan jangkauan pembacanya.

3. Picture Book

Biasanya ditujukan untuk anak usia 4–8 tahun dan pada umumnya berbentuk buku setebal 32 halaman. Naskahnya bisa mencapai 1.500 kata, namun rata-rata 1.000 kata saja. Plotnya masih sederhana, dengan satu karakter utama yang seutuhnya menjadi pusat perhatian dan menjadi alat penyentuh emosi dan pola pikir anak. Ilustrasi


(39)

27 memainkan peran yang sama besar dengan teks dalam penyampaian cerita.

4. Transition Book

Kadang disebut juga sebagai “chapter books tahap awal”, untuk anak usia 6–9 tahun. Merupakan jembatan penghubung antara genre easy readers dan chapter books. Gaya penulisannya persis seperti easy readers, namun lebih panjang (naskah biasanya sebanyak 30 halaman, dipecah menjadi 2–3 halaman per bab), ukuran trim per halamannya lebih kecil lagi, serta dilengkapi dengan ilustrasi hitam- putih di beberapa halaman.

5. Chapter Book

Untuk usia 7–10 tahun, terdiri dari naskah setebal 45– 60 halaman yang dibagi dalam tiga hingga empat halaman per bab. Kisahnya lebih padat dibanding genre transition books, walaupun tetap memakai banyak ramuan aksi petualangan. Kalimat-kalimatnya mulai sedikit kompleks, tapi paragraf yang dipakai pendek (rata-rata 2–4 kalimat). Tipikal dari genre ini adalah cerita di akhir setiap bab dibuat menggantung di tengah-tengah sebuah kejadian agar pembaca penasaran dan terstimulasi untuk terus membuka bab-bab selanjutnya.

6. Middle Age

Untuk usia 8–12 tahun, merupakan usia emas anak dalam membaca. Naskahnya lebih panjang (100–150 halaman), ceritanya mulai kompleks (bagian-bagian sub-plot menampilkan banyak karakter tambahan yang berperan penting dalam jalinan cerita), dan tema-temanya cukup modern. Anak-anak di usia ini mulai tertarik dan mengidolakan karakter dalam cerita. Hal ini menjelaskan keberhasilan beberapa seri petualangan yang terdiri dari 20 atau lebih buku dengan tokoh yang sama. Kelompok fiksinya beragam mulai dari fiksi kontemporer, sejarah, hingga science-fiction atau petualangan fantasi.


(40)

28 Sementara yang masuk kelompok nonfiksi antara lain biografi, iptek, dan topik-topik multibudaya.

7. Young Adult

Naskahnya antara 130–200 halaman, genre ini untuk anak usia 12 tahun ke atas. Plot ceritanya bisa sangat rumit dengan banyak karakter utama, meskipun tetap ada satu karakter yang difokuskan. Tema-tema yang diangkat seringnya relevan dengan kehidupan remaja saat ini. Kategori new-age (usia 10–14 tahun) perlu diperhatikan, terutama untuk buku-buku kelompok nonfiksi remaja. Buku-buku di kelompok ini sedikit lebih pendek dibanding untuk kelompok usia 12 tahun ke atas, serta topiknya (fiksi dan nonfiksi) lebih cocok untuk anak-anak yang telah melewati buku genre middle grade, tetapi belum siap membaca buku-buku fiksi atau belum mempelajari subjek nonfiksi yang materinya ditujukan untuk pembaca di kelas sekolah menengah.

Dalam hubungannya dengan teori multiple intelegent, buku cerita sangat berperan dalam proses pembelajaran anak agar unggul dalam kecedasan spasial. Dimana kecerdasan spasial adalah jenis kecerdasan yang ketiga, mencakup berpikir dalam gambar, serta kemampuan untuk mencerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual-spasial. Melalui pendekatan terhadap materi belajar dengan cara melihat gambar dan visualisasi maka kecerdasan spasial pada anak dapat semakin meningkat.

Fenomena Buku Cerita Anak-Anak

Pada tahun 1916 saja ternyata sudah ada 61 judul, yakni dengan bahasa Jawa 36 judul dan bahasa Sunda 25 judul. Pada tahun 1921, buku cerita kanak-kanak berbahasa Melayu pertama diterbitkan,

berjudul “Cerita Seekor Kucing yang Cerdik”, disadur dari cerita


(41)

29 Sementara, monumen bersejarah penerbitan buku anak ditandai

dengan terbitnya cerita “Si Samin”, yang merupakan cetak ulang dari buku yang awalnya berjudul “Pemandangan dalam Dunia Kanak

-kanak” karangan M.Kasim, tahun 1924. Buku anak-anak kembali mengalami booming pada tahun 1990-an hingga sekarang, terutama dengan membanjirnya komik-komik asal Jepang.

II.4 Ilustrasi

Sejak zaman dahulu manusia telah mengilustrasikan cerita dan perasaannya melalui bentuk visual gambar, baik pada dinding gua,batu batu dan lain sebagainya dan ketika masa kanak-kanak tentu sering ada kegiatan menggambar misalnya mengambar tentang ketakutan dan kegembiraan yang pernah dialami. Sebuah ilustrasi itu dapat berbentuk gambar yang sederhana atau gambar yang rumit yang berasal dari sebuah cerita, dimana keduanya muncul dari sebuah inspirasi visual. Ilustrasi pun bukan hanya berfungsi mengkomunikasikan suatu cerita namun ilustrasi pun dapat membuat jawaban visual terhadap pernyataan dalam diri seorang individu misalnya dalam mengapresiasi lingkungan,tekstur, warna serta emosi adalah suatu jalan yang menginspirasi menjalani hidup. Membuat ilustrasi dari inspirasi tersebut adalah suatu jalan untuk membagi perasaan, cerita dan observasi kita terhadap dunia (Dunn Kathrine ,2010, h. 9).

Berdasarkan museum nasional ilustrasi di USA, ilustrator bertugas menghasilkan ide yang menggabungkan ekspresi diri melalui representasi berbentuk gambaran. Gambar ilustrasilah yang akan membuat orang berimajinasi ketika melihatnya serta ilustrasri pun dapat mengikat momen sejarah sehingga dapat dinikmati hingga sekarang (Zeegen,L. & Crush, 2005, h. 12).


(42)

30 II.4.1 Pengertian Ilustrasi

Ilustrasi adalah hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan menggunakan tehnik drawing,lukisan,fotografi atau tehnik seni rupa lainnya yang lebih menekankan pada subjek dengan tulisan yang maksud daripada bentuk. Tujuan Ilustrasi yaitu untuk menerangkan atau menghiasi suatu cerita,tulisan, puisi atau informasi tertulis lainnya. Diharapkan dengan bantuan visual,tulisan tersebut mudah dicerna. Selain itu tujuan ilustrasi juga adalah untuk memperjelas teks seperti pada artikel koran atau media- media respresentatif lainnya.

Robert Ross dalam bukunya Illustration Today berpendapat Ilustrasi adalah lukisan atau gambar yang memiliki fungsi memperjelas atau memperindah sesuatu, tampil secara visual dalam bentuk individu, baik itu warna ataupun hitam putih, selalu membangkitkan rasa keingintahuan, menyentuh perasaan manusia, mengundang opini dan perdebatan dan terkadang memunculkan aksi atau tindakan.

II.4.2 Sejarah Ilustrasi

Ilustrasi berawal dari adanya lukisan-lukisan gua zaman pra sejarah seperti Gua Altamira dan Lascaux. Setelah itu ilustrasi berkembang menjadi ilustrasi yang dibentuk menggunakan tehnik cukil. Tehnik ini muncul dan popular di Jepang dan China pada abad ke-8. Pada abad ke-15 ditemukan mesin cetak Guttenberg yang membuat ilustrasi di cetak secara massal. Kemudian ilustrasi semakin baik mutunya ketika ditemukan tehnik cukil kayu dan ukir kayu pada abad ke-16 sampai abad ke-17.

Masa keemasan ilustrasi di Amerika berlangsung pada abad ke-18 dimana dengan populernya surat kabar,majalah, serta buku ilustrasi. Walapun saat ilustrasi era digital yang dibuat dengan menggunakan software Adobe


(43)

31 Ilustrator, Photoshop,SAI akan tetapi ilustrasi dengan tehnik manual justru menjadi lebih menarik,unik, serta memiliki nilai yang tinggi.

Perkembangan ilustrasi di Indonesia sebenarnya sudah dikenal sejak lama. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya gambar di dalam dinding-dinding gua, salah satunya di Gua Leang-Leang, Maros, Sulawesi Selatan yang dibuat pada zaman Palaeolithikum. Gambar tersebut berupa penjiplakan telapak tangan pada dinding gua, didapati juga warna-warna yang dibuat dari tanah liat dicampur lemak binatang, Gambar tersebut jelas merupakan penggambaran aktivitas mereka kala itu. Setelah manusia mengenal tulisan, mulailah ilustrasi dibuat pada daun lontar menyertai teks yang berisi ajaran ajaran tertentu yakni wayang beber merupakan gambar wayang dua dimensi yang dibeber (dibentang), yang ceritanya dituturkan oleh dalang.

II.4.3 Fungsi Ilustrasi

Fungsi ilustrasi secara umum adalah :

- Memberikan bayangan setiap karakter di dalam cerita

- Memberikan bayangan bentuk alat-alat yang digunakan di dalam cerita tersebut.

- Menyampaikan pesan dari sebuah cerita narasi.

- Memberikan humor-humor tertentu untuk mengurangi rasa bosan.

- Menghubungkan citra/ image pada ekspresi manusia, individualitas dan kreatifitas.

- Menginspirasi khalayak untuk bisa merasakan emosi yang ada dalam sebuah cerita narasi.


(44)

32 II.4.4 Pembagian Ilustrasi

a. Ilustrasi Informatif yaitu ilustrasi yang menggambarkan fakta, keadaan,karakter yang mendukung isi teks. Ilustrasi ini terdapat dalam cerita anak atau grapic novel.

b. Ilustrasi Sugestif yaitu ilustrasi yang membantu membangun mood atau pemahaman ketika mengartikan isi dari suatu artikel atau teks.

II.4.5 Jenis-Jenis Ilustrasi

- Gambar ilustrasi naturalis adalah gambar yang memiliki bentuk dan warna yang sama dengan kenyataan (realis) yang ada di alam tanpa adanya pengurangan atau penambahan.

- Gambar ilustrasi dekoratif adalah gambar yang berfungsi untuk menghiasi sesuatu dengan yang disedrhanakan atau dilebih-lebihkan (digayakan).

- Gambar kartun adalah gambar yang memiliki bentuk-bentuk yang lucu atau memiliki ciri khas tertentu. Biasanya gambar kartun banyak menghiasi majalah anak-anak, komik, dan cerita gambar.

- Gambar karikatur adalah gambar sindiran atau kritikan yang dalma penggambarannya telah mengalami penyimpangan proporsi bentuk. Gambar ini banyak ditemukan di majalah atau koran-koran.

- Cerita bergambar adalah sejenis komik atau gambar yang diberi teks. Teknik menggambar cergam dibuat berdasarkan cerita dengan berbagai sudut pandang penggambaran yang menarik.

- Ilustrasi buku pelajaran berfungsi untuk menerangkan teks atau suatu keterangan peristiwa baik ilmiah maupun gambar bagian. bentuknya bisa berupa foto, gambar natural juga bisa berbentuk bagan.

- Gambar ilustrasi khayalan adalah gambar hasil pengolahan daya cipta secara imajinatif (khayalan). Cara penggambaran seperti ini banyak diketemukan pada ilustrasi cerita, novel, roman, dan komik.


(45)

33 II.4.6 GayaVisual Ilustrasi

- Pop : ilustrasi disini memakai gaya pop.

- Line : Di sini garis merupakan elemen utama dari sebuah ilustrasi.

- Realistik : Dibuat sesuai dengan objek aslinya.

- Kartun : ilustrasi dengan gaya kalikatur atau kartun.

- Graphic : ilustrasi menggunakan bentuk-bentuk dan warna blok.

- Children : disini anak akan menjadi objek utama dalam ilustrasi.

II.5 Buku Ilustrasi

Ilustrasi ini ada hampir disemua media mulai dari buku hingga surat kabar. Apalagi tanpa kehadiran ilustrasi pada buku anak tentu akan menyebabkan anak menjadi bosan saat membaca sebuah tulisan. Dengan demikian buku untuk anak-anak sebaiknya diperkaya oleh gambar, baik gambar sebagai alat penceritaan maupun sebagai ilustrasi. Ternyata ilustasi pada buku anak itu sangat penting penanannya dikarenakan anak itu lebih cenderung sensitif ketika melihat gambar bahkan sebelum anak bisa berbicara. Ilustrasi pun digunakan agar anak lebih peduli pada lingkungan sekitar juga dapat mengasah imajinasinya supaya akhirnya anak menjadi tertarik untuk membaca.

Ilustrasi pada buku cerita anak itu salah satunya dibuat pertama kali pada abad ke-15, sekitar tahun 1657 atau 1658 yang berjudulnya "Orbis Pictus" (Dunia dalam Gambar) oleh Cornelius. Orbis Pictus ini adalah ensiklopedi anak-anak. Ensiklopedi pada umumnya terdiri dari beberapa pembahasan mulai dari binatang, tanaman, sampai aktivitas harian manusia dan jumlah bab nya bisa mencapai 150.


(46)

34

Gambar II.4 Salah satu ilustrasi bab dari "Orbis Pictus" Sumber : http://plotpointkreatif.blogspot.com/2013/06/ilustrasi-buku-

anak.html ( 06 mei 2014)

II.6 Fenomena Bercerita Dengan Metode Dongeng

Membacakan dongeng untuk anak adalah fenomena abadi yang berlangsung turun temurun dari generasi ke generasi yang sarat akan manfaat bagi pendidikan anak. Membacakan Cerita atau mendongeng untuk anak merupakan salah satu bentuk ekspresi kasih sayang orang tua dan anak. Hubungan yang hangat dan berkualitas bisa terjalin melalui kegiatan mendongeng. Selain dapat mempererat hubungan antara anak dan orangtua, dongeng juga berpengaruh pada psikologis anak. Dongeng memang mempunyai segudang manfaat, akan tetapi pilihlah cerita dongeng yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Memilih cerita adalah hal yang terpenting dalam mendongeng, karena ini juga memiliki pengaruh besar dalam perkembangan psikologis anak.

Fenomenanya pada zaman serba canggih seperti sekarang, kegiatan mendongeng di mata anak-anak tidak populer lagi. Sejak bangun hingga menjelang tidur, mereka dihadapkan pada televisi yang menyajikan beragam acara, mulai dari film kartun, kuis, hingga sinetron yang acapkali bukan tontonan yang pas untuk anak-anak. Kalaupun anak-anak bosan


(47)

35 dengan acara yang disajikan, biasanya berpindah pada permainan lain seperti videogame,dll.

Sekarang jarang sekali orangtua yang melakukan hal ini dengan berbagai alasan, karena sibuk bekerja dan lelah setelah sampai di rumah, karena anak sudah menonton TV dan tidak membutuhkan dongeng, dan lain sebagainya. Padahal banyak sekali keuntungan yang akan didapatkan dengan mendongeng yang sangat berpengaruh pada psikologi anak.

Alangkah baiknya jika budaya bercerita dengan mendongeng ini kembali lagi diterapkan mulai saat ini, karena membaca dan mendengarkan cerita dongeng itu berfungsi untuk :

- Meningkatkan kemampuan berbahasa.

- Meningkatkan kemampuan mendengar.

- Meningkatkan komunikasi secara verbal.

- Meningkatkan kemampuan konseptual.

- Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

- Meningkatkan kecerdasan emosi (EQ).

- Meningkatkan keakraban emosi antara orangtua dan anak.

- Menambah kreatifitas serta daya imajinasi anak.

- Menambah nilai moral.

- Menambah wawasan.

- Menambah pengetahuan serta ragam budaya.

- Mendapatkan relaksasi jiwa dan raga.

II.7 Target Audiens

Adapun perumusan target audiens merupakan salah satu bagian penting dalam proses sebuah perencanaan media informasi buku cerita ilustrasi


(48)

36 ini, karena berhubungan dengan strategi komunikasi yang akan digunakan. Dalam hal ini, target audiens dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :

Target Audiens Primer

Demografis

Jenis Kelamin : Laki-Laki dan Perempuan Usia : Sekitar 6 - 12 tahun

Status : Anak yang sedang menjalani proses belajar di Sekolah Dasar (SD).

Psikografis

Menurut teori perkembangan kognitif Piaget anak dengan usia 7-12 tahun itu berada pada tahap operasi kongkrit (concrete operational stage yang ditandai dengan penalaran induktif, tindakan logis, dan pikiran konkret yang reversible.

Seperti yang dikatakan oleh Diane E. Papalia (2008) menyebutkan, anak-anak yang menginjak usia 7-12 tahun memiliki ciri-ciri pemikiranya masih bersifat egois, mengarah terhadap ide-ide yang tidak logis tentang dunia akan tetapi pemahamannya terhadap orang lain semakin meningkat, serta belum matang dalam segi pemikiran, memiliki sifat yang imajinatif terhadap lingkungan dan sosial.

Geografis

Pemilihan target audiens primer berdasarkan geografis ditujukan untuk daerah perkotaan di seluruh Indonesia.


(49)

37 Target Audiens Sekunder

Demografis

Jenis Kelamin : Laki-Laki dan Perempuan Usia : Sekitar 25 - 35 tahun

Pekerjaan : Karyawan dan Pegawai Negeri

Status : Sudah Menikah, ingin mempunyai anak atau sudah mempunyai anak usia antara 6 - 12 tahun sekitar sekolah di tingkat dasar (SD).

Ekonomi : Menegah sampai menengah ke atas.

Menurut Friedman yang diterjemahkan oleh dr. Suprayanto, M.Kes (2010) status ekonomi seseorang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

- Penghasilan tipe kelas atas > Rp 1.000.000

- Penghasilan tipe kelas menengah = Rp 500.000 – Rp 1.000.000

- Penghasilan tipe kelas bawah < Rp 500.000

Psikografis

Secara psikografis orang-orang dengan usia sekitar 25-35 tahun adalah orang-orang modern yang cenderung metropolis (termasuk yang tinggal di daerah), punya kepedulian terhadap karier dan pergaulan serta berjiwa dinamis.

Geografis

Pemilihan target sekunder berdasarkan geografis ditujukan untuk daerah perkotaan di seluruh Indonesia.

Alasan menggunakan dua target audiens primer dan sekunder adalah karena buku cerita ilustrasi ini diharuskan dengan bimbingan orangtua ketika membacanya, dikarenakan pembahasan mengenai skoliosis pada anak akan sangat sulit untuk dimengerti ketika anak membacanya seorang diri dan lagi pula buku ini sangat penting untuk diketahui baik itu bagi


(50)

38 anak maupun orang tua untuk menambah wawasan serta pemahaman dalam upaya pencegahan mengenai skoliosis ini sejak awal.

Serta alasan mentargetkan kepada status ekonomi menengah sampai menengah keatas dikarenakan faktor tampilan dalam buku ilustrasi ini akan menggunakan bahan hardcover untuk cover depan serta belakang buku dan tiap tampilan halaman isinya akan dicetak menggunakan bahan yang bagus serta tebal. Juga mempercayakan pada tempat penerbitan dan percetakan yang sudah terjamin kualitasnya. Sehingga akan mempengaruhi dari ongkos produksi sebuah buku yang pada akhirnya mempengaruhi distribusi buku serta harga jual buku nantinya.

II.8 Kesimpulan dan Solusi

Setelah masalah-masalah tersebut dikemukakan maka solusi yang dapat dilakukan yakni dengan memberikan informasi kepada para orangtua dan anak dengan media utama yang digunakan yakni sebuah buku cerita ilustrasi tentang penyakit skoliosis pada anak yang bertujuan agar orang tua dan anak mampu mengerti apa itu skoliosis serta bagaimana cara pencegahan skoliosis sejak awal dengan cara yang menyenangkan. Sehingga anak tidak akan merasa jenuh ketika orang tua mendongengkan buku cerita tersebut karena akan disertai dengan ilustrasi yang dekat dengan anak-anak. Dengan melalui stimulasi cerita dongeng yang ada anak akan belajar berempati terhadap lingkungan sekitar juga dapat membangun kecerdasan emosional anak. Hal ini menjadi penting bagi para orang tua dengan membacakan cerita dongeng yang mendidik, maka anak akan dengan mudah menyerap nilai positif yang ada dalam buku cerita tersebut dan juga anak dapat berempati pada wilayah sekitarnya. Dengan cara mendongeng diharapkan akan adanya kedekatan anak dengan orangtua ketika membaca buku tersebut bersama-sama, sehingga dapat mempererat ikatan emosi antara anak dengan orang tua. Dikarenakan bisa dilihat saat ini anak zaman sekarang kebanyakan asik bermain sendiri dengan mainan gadget


(51)

39 kesayangan mereka hal ini tentu menyebabkan ikatan emosi dan batin pada anak dan orang tua menjadi semakin menghilang.


(52)

40 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Dalam melakukan suatu pemecahan masalah, dibutuhkan suatu tahapan strategi dan konsep yang tepat agar solusi yang nantinya diciptakan dapat terealisasikan dengan baik. Permasalahan yang ditemukan masih minimnya sosialisasi serta media informasi mengenai skoliosis yang terjadi pada anak-anak. Sehingga mengakibatkan anak-anak serta orang tua masih tidak mengetahui apa itu skoliosis serta cara pencegahannya.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa solusi yang tepat dalam memecahkan masalah tersebut yakni membuat media informasi yang disajikan dalam sebuah buku cerita ilustrasi dengan tujuan menginformasikan skoliosis meliputi pengertian, penyebab, ciri-ciri, cara pencegahan dan cara penanggulangan sejak awal kepada anak-anak dengan bimbingan orangtua.

Teknis yang akan digunakan dalam perancangan buku ini dengan menggunakan tehnik kombinasi pembuatan sketsa secara manual dan pewarnaan ilustrasi menggunakan tekstur serta warna-warna kain dengan teknik patchwork yang akan diaplikasikan secara digital. Dengan mengaplikasikan teknik patchwork didalam buku ilustrasi ini diharapkan bisa menjadi salah satu bentuk karya yang baru. Karena biasanya teknik patchwork ini ditemukan dalam bentuk hiasan tas, selimut, baju, dan lain-lain.

Pada umumnya teknik ini menggabungkan potongan-potongan kain perca satu dengan yang lainnya dan memiliki motif atau warna yang berbeda-beda menjadi suatu bentuk baru misalnya bentuk orang, hewan, bunga, dan buah-buahan.


(53)

41 III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi akan menggunakan dua pendekatan yang umumnya sering digunakan yakni pendekatan visual dan pendekatan verbal. Dimana kedua pendekatan ini tentunya akan sangat mempengaruhi hasil akhir nantinya.

- Pendekatan Visual

Berdasarkan dari target sasaran utama maka pendekatan visual yang akan digunakan yaitu visual berupa ilustrasi. Hal ini dilakukan agar mudah diterima dan dimengerti oleh anak-anak serta ilustrasi juga berfungsi untuk meningkatkan serta menstimulasi daya imajinasi anak. Karena untuk membuat buku cerita untuk anak-anak harus kaya akan ilustrasi serta warna yang digunakan dapat menarik perhatian anak karena buku yang hanya berisi tulisan teks saja tentu tidak akan membuat anak-anak tertarik untuk melihat apalagi membacanya.

Gaya ilustrasi yang akan ditampilan menggunakan gaya gambar realis yang menyerupai bentuk aslinya dengan tujuan untuk memudahkan anak-anak untuk mengenali objek-objek yang diilustrasikan seperti objek orang, pohon, dsb. Namun akan terdapat bagian-bagian dari objek tersebut yang sedikit dirubah dan disederhanakan, serta akan menggunakan pemilihan warna-warna yang cerah dengan teknis pewarnaan blok warna menggunakan warna-warna dari kain. Dimana perubahan tersebut bertujuan untuk menyesuaikan dengan karakter anak yang tidak kaku dan suka bermain.

Walapun buku cerita ini berisi masalah mengenai kesehatan yang sangat serius akan tetapi bila menggunakan teknik , gaya visual serta sistem pewarnaan yang tepat maka anak dapat dengan mudah menerima


(54)

42 informasi dalam bentuk visual yang akan disampaikan di dalam buku tersebut.

- Pendekatan Verbal

Materi yang akan disajikan akan disesuaikan dengan porsi anak usia 6-12 tahun. Dimana terdapat beberapa informasi skoliosis yang harus disampaikan berkaitan tentang pentingnya mengetahui pengertian, penyebab, ciri-ciri, pencegahan serta cara penganggulangannya sejak awal.

Cara penyampaiannya akan disampaikan dengan teknik bercerita atau berdongeng menggunakan Bahasa Indonesia yang sederhana dan tidak baku yakni Bahasa Indonesia yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena media mengenai skoliosis ini dikemas untuk target anak-anak. Serta kajian ilmu kedokteran / kesehatan dipakai seminimal mungkin namun masih bisa menggambarkan suasana dengan baik dan jelas agar anak-anak mudah mengerti inti dari buku cerita ilustrasi tersebut.

III.1.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang akan digunakan yakni dengan menggunakan kombinasi antara pembuatan sketsa secara manual serta teknik pewarnaan keseluruhan diaplikasikan secara digital dengan memanfaatkan tekstur dan warna-warna kain. Dengan mengaplikasikan teknik patchwork yang biasanya diaplikasikan secara manual, namun kali ini mencoba untuk diaplikasikan secara digital diharapkan bisa menjadi salah satu bentuk karya yang baru. Alasannya karena anak-anak kebanyakan tertarik ketika melihat ada sesuatu perbedaan dalam sebuah buku, sehingga akhirnya menarik minat pada buku tersebut dan timbul rasa penasaran.


(55)

43 Tahapan yang akan dilakukan yakni membuat sketsa yang secara manual. Setelah keseluruhan gambar ilustrasi tersebut selesai, maka proses selanjutnya yakni dengan mempindai gambar tersebut satu-persatu. Setelah itu memilih tekstur kain serta warna-warna kain yang akan digunakan. Kemudian pindai kain tersebut satu persatu hingga selesai.

Maka tahapan selanjutnya yakni melakukan pewarnaan secara digital di Photoshop. Dimana keseluruhan pewarnaan akan mengaplikasikan tehnik patchwork menggunakan tekstur kain-kain yang sebelumnya dipindai. Setelah semua gambar selesai dilakukan pewarnaan maka gambar tersebut akan disimpan dalam bentuk gambar digital. Sehingga akan mempermudah dalam proses percetakan, ketika buku akan dijual dan didistribusikan.

III.1.3 Strategi Media

Strategi media yang akan digunakan terdiri dari media utama dan beberapa media pendukung.

- Media utama

Media utama yang dipilih adalah buku cerita karena buku itu media informasi yang mudah digunakan dan dapat dibaca kapan saja tanpa perlu perantara lain. Hal ini mempermudah anak-anak untuk membacanya dan juga buku itu mudah untuk dibawa kemana saja karena memungkinkan anak untuk menjinjingnya serta kemudahan dalam mendapatkanya.

Buku cerita ilustrasi ini akan berisi tentang pengertian, penyebab, ciri-ciri, cara pencegahan serta penanggulangan skoliosis sejak awal. Buku akan dibuat dalam alur cerita maju yang tidak bertele-tele dan berakhir dengan menyenangkan. Yang akhirnya bisa memberikan pengetahuan


(56)

44 kepada anak-anak mengenai skoliosis sekaligus meningkatkan kecerdasan emosional anak.

Saat membaca buku cerita ini harus disertai bimbingan dari orang tua karena buku ini penting untuk diketahui baik oleh anak dan orangtua. Dengan membaca buku tersebut bersama-sama diharapkan dapat mendekatkan kembali kedekatan emosi antara keduanya.

Waktu yang terbaik untuk membaca buku tersebut adalah ketika hendak tidur. Karena ketika orangtua mendongengi anaknya yang hendak tidur, maka orangtua sedang berada dalam suasana yang sangat akrab dengan anaknya. Baik itu secara fisik dan emosi, kedekatan orangtua dan anak begitu dekat. Apalagi ditambah dengan suasana malam yang hening dan tenang, maka aktivitas itu akan meninggalkan kesan yang mendalam di antara keduanya dan juga mendengarkan dongeng yang dibacakan oleh orangtua bisa menjadi ajang relaksasi yang sangat menghibur bagi anak. Sehingga pada akhirnya ikatan emosional anak dan orangtua pun semakin meningkat dan semakin kuat.

- Media pendukung

a. Poster

Media poster dinilai tepat untuk mempromosikan media informasi tentang skoliosis pada anak agar dapat diketahui oleh calon konsumen (orang tua dan anak).

b. Flyer

Flyer juga sudah sering digunakan sebagai media promosi sebuah buku. Pada saat acara peluncuran buku berlangsung, flyer bisa dibagikan disekitar area pusat perbelanjaan, toko buku serta di sekolah-sekolah. Flyer ini berfungsi untuk memberikan informasi atas keberadaan buku ilustrasi skoliosis pada anak. Diharapkan dengan adanya media flyer


(57)

45 maka informasi akan adanya buku ilustrasi tersebut bisa sampai pada masyarakat.

c. Gantungan kunci

Gantungan kunci merupakan sarana promosi murah meriah yang akan Diberikan sebagai hadiah langsung yang ada didalam buku. Gantungan kunci ini bisa menjadi daya tarik dalam promosi buku cerita tersebut karena bisa ditempatkan dimana saja misalnya ditempatkan menjadi aksesoris pada tas anak. Sehingga menarik untuk dilihat karena gantungan kunci akan selalu bergoyang saat tas tersebut digendong oleh anak. Dengan demikian ada materi pesan yang bisa tersampaikan kepada orang yang melihatnya.

d. Tempat pinsil

Tempat pinsil akan diberikan sebagai hadiah tambahan yang bisa dipilih oleh anak selama masa promosi awal berlangsung. Alasannya karena tempat pinsil merupakan perlengkapan yang sering dibawa anak ke sekolah. Pada tempat pinsil tersebut akan diberikan informasi tentang skoliosis pada anak dengan cara menempelkan gambar yang didalamnya memuat informasi yang terkait, sehingga pesan bisa tersampaikan dengan baik.

e. Botol minum

Botol minum akan diberikan sebagai hadiah tambahan yang bisa dipilih oleh anak selama masa promosi awal berlangsung. Anak-anak SD kebanyakan membawa botol minumnya sendiri saat ke sekolah. Sehingga bisa menjadi kontak poin bagi anak-anak dengan cara menempelkan gambar yang memuat informasi skoliosis pada botol tersebut maka informasi itu dapat diingat terus oleh anak-anak dan juga efektif untuk mengingatkan materi pesan yang telah disampaikan kepada anak sebelumnya.


(58)

46 f. Stiker

Stiker ini akan diberikan sebagai bonus pembelian buku. Didalam stiker ini akan mengandung informasi mengenai skoliosis. Stiker tersebut dapat menjadi kontak poin saat ditempatkan di kaca ruangan bermain anak atau di kamar anak.

III.1.4 Strategi Distribusi

Pada strategi distribusi buku tersebut akan dilakukan di toko-toko buku besar yang ada di Indonesia dan stiker serta gantungan kunci akan menjadi bonus langsung saat pembelian buku. Poster dan flyer akan disebarkan serta didistribusikan ke toko buku serta sekolah-sekolah dan dalam rangka mempromosikan awal kemunculan buku maka botol minum dan tempat pinsil menjadi bonus tambahan yang dapat dipilih anak ketika membeli buku yang akan didistribusikan beberapa bulan saja dikarenakan hanya berfungsi sebagai media promosi serta media pengingat dari media utama buku tersebut.

Jadwal Penyebaran Media

Media Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

Buku Sepanjang Tahun

Poster Sepanjang Tahun

Flyer Sepanjang Tahun

Gantungan Kunci

Sepanjang Tahun

Stiker Sepanjang Tahun

Tempat Pinsil Botol Minum

Gambar III.1 Tabel Distribusi Media


(59)

47 III.2 Konsep Visual

Konsep visual ditampilkan dengan ilustrasi manual menggunakan gaya gambar kartun, karena gaya tersebut dinilai dekat dengan anak serta sifatnya lebih bermain. Sehingga pemahaman informasi mengenai skoliosis bisa tertanam dengan baik. Juga sekaligus dapat melaksanakan cara-cara pencegahan serta penanggulan skoliosis sejak awal yang terdapat dalam media utama maupun media pendukung.

III.2.1 Format Desain

Format landscape akan digunakan dalam perancangan desain buku ini, Menggunakan bidang kerja berukuran 20cm x 20cm agar anak-anak nyaman melihat seluruh bagian buku. Didalamnya akan disertai ilustrasi-ilustrasi yang mudah dimengerti serta dengan mempermudah keterbacaan penulisan teks menggunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami oleh anak.

Gambar III.2 Ukuran buku ketika ditutup

Sumber: Pribadi 20 cm


(60)

48

Gambar III.3 Ukuran buku ketika dibuka

Sumber: Pribadi

III.2.2 Tata Letak

Penyusunan tata letak antara teks dan ilustrasi digabungkan agar mempermudah pembaca untuk menyesuaikan teks dengan gambar ilustrasi. Menurut Tom Lincy (seperti yang dikutip oleh Kusrianto 2006) ada 5 prinsip utama desain yaitu proporsi, keseimbangan, kontras, irama dan kesatuan. Kelima hal ini akan menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan buku ilustrasi mengenai skoliosis pada anak.

Pada bagian sampul, area ilustrasi dibuat lebih luas karena buku ilustrasi ini menitikberatkan pada gambar dibandingkan tulisan. Judul diletakan di tengah-tengah agar dapat menjadi pusat perhatian dengan ukuran yang cukup besar. Tata letaknya kurang lebih seperti gambar dibawah ini.

il

Gambar III.4 Tata letak cover buku cerita ilustrasi skoliosis

Sumber: Pribadi 40 cm

20 cm

Logo penerbit

Nama ilustrasi

Logo Read A story ILUSTRASI


(61)

49

Gambar III.5 Aplikasi tata letak pada cover buku

Sumber: Pribadi

Gambar III.6 Tata letak isi buku cerita ilustrasi skoliosis

Sumber: Pribadi

Gambar III.7 Aplikasi tata letak isi buku

Sumber: Pribadi

Ilustrasi Ilustrasi


(1)

88 IV.2.2 Flyer

Flyer digunakan untuk memberikan informasi tentang keberadaan buku ilustrasi. Flyer ini akan disebar di sekitar toko buku. “Mia Sakit Skoliosis”. Flyer mempunyai fungsi hampir sama dengan poster, hanya saja flyer berukuran lebih kecil dan pembagian informasi lebih secara individu sebagai pengingat media utamanya, serta keuntungannya dapat di baca berulang – ulang dan dapat dibawa pulang. Berikut ini adalah contoh tampilan flyer yang digunakan.

Teknis produksi

Ukuran : A5 (14,8 X 21 cm) Material : Artpaper 150 gr Teknis Cetak : Cetak offset


(2)

89 IV.2.3 Gantungan Kunci

Gantungan kunci dijadikan media promosi dan diberikan sebagai hadiah langsung yang sudah ada di dalam buku. Pada gantungan kunci ini memberikan persuasi agar membeli buku ilustrasi “Mia Sakit Skoliosis”. Teknis produksi

Ukuran : Tinggi 6cm x Lebar 2cm. Material : Akrilik.

Teknis : Hanya dibuat 1 Muka.


(3)

90 IV.2.4 Tempat Pinsil

Tempat pinsil digunakan sebagai bonus tambahan yang bisa dipilih. oleh anak selama masa promosi awal berlangsung dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

Teknik Produksi

Ukuran : Panjang =19,7 cm, Tinggi= 3cm, dan Lebar= 4,7 cm Material : Karton dupleks dan stiker cromo

Teknis produksi : Cetak offset untuk pembuatan stiker.


(4)

91 IV.2.5 Botol Minum

Botol minum juga digunakan sebagai bonus tambahan yang bisa dipilih oleh anak. selama masa promosi awal berlangsung dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

Teknik Produksi

Ukuran : tinggi=16.7cm dan diameter= 5,5 cm Material : Plastic dan Art paper 150 gr

Teknis produksi : Cetak offset untuk pembuatan stiker


(5)

92 IV.2.6 Stiker

Stiker dibuat untuk kepentingan promosi yang diberikan sebagai hadiah langsung yang sudah ada di dalam buku. Stiker tersebut akan dibuat sebagai media kreatif dari buku ini. Dimana stiker tersebut akan menggunakan warna-warna yang disukai anak sehingga stiker tersebut bisa ditempel pada cermin yang ada di kamar anak. Sehingga baik anak dan orang tua bisa terus melihatnya. Pada akhirnya bisa menimbulkan kesadaran orangtua agar mau melakukan pemeriksaan skoliosis pada anaknya sejak awal. Dikarenakan penyakit skoliosis ini terkadang tidak disadari penderitanya namun lebih disadari oleh orang disekitarnya salah satunya orangtua. Stiker ini juga berfungsi sebagai pengingat dari media utama.

Teknis produksi

Ukuran : A3 (14,7 x 10,5 cm)

Material : Stiker transparan laminasi doff dingin Teknis Cetak : Cetak offset

Gambar IV.13Stiker.

Area Tubuh Area Wajah


(6)

93 Gambar IV.14 Contoh Aplikasi Stiker