Pelaksanaan program pemanfaatan ruang

68 69

Bab IV Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana

longsor

4.1 Prinsip pengendalian

Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang di kawasan rawan bencana longsor agar sesuai dengan fungsi kawasannya dan sesuai rencana tata ruangnya melalui tindakan-tindakan penetapan aturan zonasi, perizinan, pemberian insentif - disinsentif, dan pengenaan sanksi terhadap pelanggaran dalam penggunaan ruang atau kegiatan pembangunan yang memanfaatkan ruang di kawasan rawan bencana longsor atau zona berpotensi longsor. Pada dasarnya pedoman pengendalian ini mengacu kepada prinsip-prinsip pengendalian dalam Undang- Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1. Pengendalian pemanfaatan ruang zona berpotensi longsor dilakukan dengan mencermati konsistensi kesesuaian antara pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang wilayah kabupatenkota provinsi danatau rencana tata ruang kawasan strategis kabupatenkotaprovinsi atau rencana detail tata ruang kabupatenkota. 2. Dalam pemanfaatan ruang zona berpotensi longsor harus memperhitungkan tingkat kerawanantingkat risiko terjadinya longsor dan daya dukung lahan tanah. 3. Tidak diizinkan atau dihentikan kegiatan yang mengganggu fungsi lindung kawasan rawan bencana longsor dengan tingkat kerawanan tingkat risiko tinggi; terhadap kawasan demikian mutlak dilindungi dan dipertahankan bahkan ditingkatkan fungsi lindungnya. 4. Kawasan yang tidak terganggu fungsi lindungnya dapat diperuntukkan bagi kegiatan-kegiatan pemanfaatan ruang dengan persyaratan yang ketat. 70

4.2 Acuan peratuan zonasi

Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang unsur- unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zonablok peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang. Peraturan zonasi berisi ketentuan yang harus, boleh, boleh dengan persyaratan tertentu, dan tidak boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang yang dapat terdiri atas ketentuan ruang yang dapat terdiri atas ketentuan tentang amplop ruang KDRH, KDB, KLB dan garis sempadan bangunan, penyediaan sarana dan prasarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan penjelasan Pasal 36: 1 UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Peraturan zonasi juga merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan unsur-unsur pengendaliannya yang disusun untuk setiap zonablok peruntukan yang penetapan zonanya dimuat dalam rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang wilayah kabupatenkota dan peraturan zonasinya yang melengkapi rencana rinci tersebut menjadi salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang penjelasan umum butir 6 UUNo. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Berkaitan dengan kawasan rawan bencana longsor, arahan peraturan zonasi ini menjadi acuan bagi pemerintah kabupatenkota untuk menyusun peraturan zonasi dan penerintah provinsi untuk menyusun arahan peraturan zonasi dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana longsor atau zona berpotensi longsor sebagaimana dijelaskan berikut ini:

4.2.1 Acuan peraturan zonasi pada zona berpotensi longsor dengan

tingkat kerawanantingkat risiko tinggi Untuk zona berpotensi longsor tipe A dengan tingkat kerawanantingkat risiko tinggi, penggunaan ruangnya sebagai kawasan lindung, sehingga mutlak dilindungi. Sedangkan untuk zona tipe B dan tipe C dengan tingkat kerawanantingkat risiko tinggi dapat diperuntukkan sebagai kawasan budi daya terbatas dengan pendekatan konsep penyesuaian lingkungan, yaitu upaya untuk menyesuaikan dengan kondisi alam, dengan lebih menekankan pada upaya rekayasa kondisi alam yang ada.