Kedudukan pedoman di dalam sistem peraturan perundang-

9 untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan...”. Aman adalah situasi masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupannya dengan terlindungi dari berbagai ancaman. Serta penjelasan umum butir 2: “...Indonesia berada pula pada kawasan rawan bencana, yang secara alamiah dapat mengancam keselamatan bangsa. Dengan keberadaan tersebut, penyelenggaraan penataan ruang wilayah nasional harus dilakukan secara komprehensif, holistik, terkoordinasi, terpadu, efektif, dan efisien dengan memperhatikan faktor politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, dan kelestarian lingkungan hidup.” 2. Penjabaran Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Pasal 42 ayat 1: “Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan tentang penataan ruang, standar keselamatan dan penerapan sanksi terhadap pelanggar”. 3. Penjabaran teknis Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dalam kaitannya dengan kriteria dalam penetapan dan pengelolaan kawasan lindung dan pengelolaan kawasan budidaya. 4. Penjabaran Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang dalam kaitannya dengan hak dan kewajiban serta peran masyarakat dalam penggunaan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana longsor. 5. Penjabaran teknis Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dalam kaitannya dengan jenisklasifikasi kawasan lindung serta bentuk penggunaan ruang di kawasan lindung dan kawasan budi daya. 6. Kelengkapan bagi Keputusan Menteri Kimpraswil No.327KPTSM2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang dalam kaitannya dengan penyusunan dan peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, dan Kawasan Perkotaan, serta kelengkapan bagi pedoman-pedoman bidang penataan ruang lainnya. 10 Gambar 2 Kedudukan pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsor dalam sistem peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Peraturan Pemerintah Bidang Penataan Ruang Lainnya Pedoman - Pedoman Bidang Penataan Ruang Lainnya Acuan Pemerintah Daerah Dalam Menyusun Peraturan Daerah Mengenai: x Penetapan Kawasan Rawan Bencana Longsor ; Tipologi Zona Berpotensi x Longsor ; dan Klasifikasi Tingkat Kerawanan x Perencanaan Tata Ruang Struktur dan Pola Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor x Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor x Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor meliputi: Peraturan Zonasi, Perizinan; Insentif, Disinsentif; dan Sanksi; x Tata Laksana meliputi: Kelembagaan Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor; serta Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor Kepmen Kimpraswil No. 327KPTSM2002 Tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang Keppres Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung PP Penatagunaan Tanah PP Penatagunaan Air PP Penatagunaan Hutan PP Penatagunaan DAS Terpadu Peraturan Pemerintah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWN Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Serta Bentuk Dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang x x x x x x y t 11

1.6 Ruang lingkup

Ruang lingkup pedoman ini meliputi acuan dalam: 1 perencanaan tata ruang kawasan rawan bencana longsor, 2 pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana longsor, 3 pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana longsor, dan 4 penatalaksanaan penataan ruang kawasan rawan bencana longsor. Cakupan dari masing-masing muatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut secara diagram diperlihatkan pada gambar 2: 1. Perencanaan Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor mencakup: a. penetapan kawasan rawan bencana longsor meliputi: penetapan tipologi kawasan rawan bencana longsor dan penetapan tingkat kerawanan dan tingkat risiko kawasan rawan bencana longsor, b. penentuan struktur ruang kawasan rawan bencana longsor, c. penentuan pola ruang kawasan rawan bencana longsor meliputi penentuan jenis dan lokasi kegiatan di kawasan budi daya dan kawasan lindung. 2. Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor mencakup: a. pemrograman pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana longsor, b. pembiayaan pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana longsor, c. pelaksanaan program pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana longsor. 3. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor mencakup: a. penyusunan arahan peraturan zonasi pada wilayah provinsi dan penyusunan peraturan zonasi pada wilayah kabupatenkota, b. perizinan pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana longsor, c. pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana longsor. d. pengenaan sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana longsor. 4. Penatalaksanaan penataan ruang kawasan rawan bencana longsor mencakup kelembagaan penataan ruang kawasan rawan bencana longsor; serta hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam penataan ruang kawasan rawan bencana longsor. 12 Gambar 3 Ruang lingkup pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsor