Etno-Semiotika: Sebuah Gagasan Metodologi Alternatif Situs Sosial Penelitian
Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung, 2016
12
semiotika harus dikaitkan dengan konteks relasi sosiopolitik dan institusi dibalik teks. Semiotika yang dikembangkan oleh Barthes, menghubungkan sebuah teks dengan struktur makro mitos, ideologi
sebuah masyarakat yang selanjutnya oleh Piliang 2009 disebut etno-semiotika. Sehingga, tanda dan bahasa tidak lagi dikaji pada tingkat sintaktik semata akan tetapi juga tingkat semantik dan pragmatik.
Pemikiran Barthes tentang mitos masih melanjutkan apa yang diandaikan Saussure tentang hubungan bahasa dan makna atau antara penanda dan petanda. Mitos bermain pada wilayah
pertandaan tingkat kedua atau pada tingkat konotasi bahasa. Jika Saussure mengatakan bahwa makna adalah apa yang didenotasikan oleh tanda, Barthes menambah pengertian ini menjadi makna pada
tingkat konotasi. Konotasi bagi Barthes justru mendenotasikan sesuatu hal yang ia nyatakan sebagai mitos, dan mitos ini mempunyai konotasi terhadap ideologi tertentu. Tingkatan tanda dan makna
Barthes dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Piliang 2012 Penganggaran daerah sebagai suatu proses yang menggunakan pendekatan transaksi ekonomi
dan sistem informasi, kerangka kerja dan metode merupakan bagian dari aplikasi semiotika. Menurut pandangan semiotika, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka
semuanya juga dapat dianggap sebagai tanda Piliang, 2012. Penggangaran daerah sebagai konstruksi sosial, ekonomi dan sistem informasi dengan demikian dapat diamati dalam kerangka semiotika untuk
menunjukkan bagaimana perubahan atau desain organisasi dalam hal penggunaan model dan metafora. Dalam konteks ini, ketika anggaran daerah dipandang sebagai produk kebudayaan, maka
menjadi penting untuk melihat bagaimana aktor anggaran daerah memproduksi dan mempertukarkan makna melalui praktik bahasanya.