23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus merupakan penelitian pada sesuatu atau obyek yang diteliti sebagai
kasus di suatu tempat. Data dan informasi yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis. Hasil penelitian ini hanya berlaku untuk Dinas PUP-ESDM
DIY periode 2011-2013.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas PUP-ESDM DIY yang terletak di Jalan Bumijo No 5, Yogyakarta.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan selama bulan Desember 2014 - Maret 2015.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan
berperan sebagai sumber informasi. Subyek penelitian dalam penulisan ini adalah:
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan Dinas PUP-ESDM DIY. b. Kepala Bagian Pusat Sumber Informasi Dinas PUP-ESDM DIY.
2. Obyek penelitian Obyek penelitian adalah data yang terkait dengan penelitian yang berupa
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah LRA, Catatan atas Laporan Keuangan CaLK, dan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Lakip Dinas PUP-ESDM DIY.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan dan wawancara dengan
bagian Pejabat Penatausahaan Keuangan dan Kepala Bagian Pusat Sumber Informasi Dinas PUP-ESDM DIY sedangkan data sekunder diperoleh dengan
melihat Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Catatan atas Laporan Keuangan, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan narasumber. 2. Observasi atau mengadakan pengamatan secara langsung yang ada
hubungannya dengan masalah pokok atau obyek yang diteliti. 3. Dokumentasi, yaitu merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan penyusunan APBD.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam menjawab rumusan masalah yang pertama dilakukan dengan membandingkan proses penyusunan
APBD yang terdapat pada Dinas PUP-ESDM DIY dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011. Berdasarkan hasil dari perbandingan tersebut
selanjutnya akan ditarik kesimpulan apakah proses penyusunan APBD pada Dinas PUP-ESDM DIY sesuai dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011
atau tidak. Dalam menjawab rumusan masalah yang kedua adapun teknik analisis
yang digunakan sebagai berikut: a. Mengumpulkan data keuangan dari Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah di Dinas PUP-ESDM DIY selama periode 2011-2013.
b. Berdasarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasi, jika terdapat selisih anggaran dilakukan analisis varians anggaran.
c. Selisih lebih kurang dihitung dengan cara melakukan pengurangan antara realisasi dengan anggaran. Sedangkan persentase selisih
diperoleh dari selisih lebih kurang dibagi dengan anggaran dan kemudian dikalikan 100 atau dapat dituliskan dalam formula
sebagai berikut: Selisih =
Selisih lebih kurang Anggaran
x 100
1. Pengukuran Efisiensi a. Menghitung tingkat efisiensi Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan
pusat biaya dengan melakukan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja kemudian dikalikan 100 atau dapat
dituliskan dalam formula sebagai berikut: Tingkat Efisiensi =
Realisasi belanja Anggaran belanja
x 100 b. Melihat kinerja keuangan Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan kriteria
Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996. Tabel 3.1: Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan
Persentase Kinerja Keuangan Kriteria
100 ke atas Tidak Efisien
90 - 100 Kurang Efisien
80 - 90 Cukup Efisien
60 - 80 Efisien
Kurang dari 60 Sangat Efisien
Sumber: Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996 dalam Bisma 2010: 79
c. Membuat gambar tabulasi atas tingkat efisiensi tahun 2011-2013 guna melihat kenaikan atau penurunan yang terjadi pada Dinas PUP-ESDM
DIY. d. Menarik kesimpulan berdasarkan persentase selisih dan capaian
belanja jika rencana anggaran lebih kecil daripada relisasi maka artinya tidak menguntungkan. Belanja juga dapat dikatakan tidak
menguntungkan bila persentase selisihnya menunjukkan selisih lebih. Sedangkan jika anggarannya lebih besar daripada realisasi dan
persentase selisih menunjukkan selisih kurang maka artinya menguntungkan.
2. Pengukuran Efektivitas a. Menghitung tingkat efektivitas Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan
pusat pendapatan dengan melakukan perbandingan antara realisasi pendapatan dengan anggaran pendapatan atau dapat dituliskan dalam
formula sebagai berikut: Tingkat Efektivitas =
Realisasi pendapatan Anggaran pendapatan
x 100 b. Melihat kinerja keuangan Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan kriteria
Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996. Tabel 3.2: Kriteria Efektif Kinerja Keuangan
Persentase Kinerja Keuangan Kriteria
100 ke atas Sangat Efektif
90 - 100 Efektif
80 - 90 Cukup Efektif
60 - 80 Kurang Efektif
Kurang dari 60 Tidak Efektif
Sumber: Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996 dalam Bisma 2010: 78
c. Membuat gambar tabulasi atas tingkat efektivitas tahun 2011-2013 guna melihat kenaikan atau penurunan yang terjadi pada Dinas PUP-
ESDM DIY. d. Menarik kesimpulan berdasarkan persentase selisih dan capaian
pendapatan jika rencana anggaran lebih besar daripada realisasi maka artinya tidak menguntungkan. Pendapatan juga dapat dikatakan tidak
menguntungkan apabila persentase selisihnya menunjukkan selisih kurang. Sebaliknya jika rencana anggarannya lebih kecil daripada
realisasi dan persentase selisihnya menunjukkan selisih lebih maka artinya menguntungkan.
28
BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Dinas PUP-ESDM DIY
Dalam penyelenggaraan kewenangan pemerintah di bidang Pekerjaan Umum, Perumahan, Penataan Ruang dan Energi Sumber Daya Mineral,
terdapat urusan yang akan dilaksanakan daerah, dekonsentrasi dan tugas pembantuan dari pemerintah pusat untuk kegiatan yang bersifat fisik,
khususnya untuk sub bidang Sumber Daya Air, Bina Marga, dan bidang Penataan Ruang, Perumahan, Energi dan Kelistrikan. Sebagaimana telah
digariskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota, maka kewenangan dan tanggungjawab Pemerintah Provinsi sebagaimana telah diatur sebagai
berikut: 1. Urusan perumahan merupakan urusan wajib pemerintah daerah terdiri dari
sub bidang pembiayaan, perumahan formal, perumahan swadaya, pengembangan kawasan dan pembinaan hukum, peraturan perundang-
undangan dan pertanahan. Urusan wajib melekat pada urusan dalam skala provinsi.
2. Urusan penataan ruang merupakan urusan wajib pemerintah daerah yang terdiri dari sub bidang pengaturan, pembinaan, pembangunan dan
pengawasan. Urusan wajib melekat pada urusan dalam skala provinsi.