EVALUASI PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERIODE 2011 - 2013
i
EVALUASI PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
PERIODE 2011-2013
Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Stella Insan Hutami NIM : 112114087
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(2)
(3)
(4)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Pengalaman adalah pelajaran berharga dari masa lalu dan kesuksesan adalah tantangan
yang harus dihadapi di masa depan,
tanpa pengalaman maka tak akan ada cerita dari sebuah kesuksesan”
Skripsi ini kupersembahkan untuk
Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberiku keteguhan hati
Keluargaku yang senantiasa memberi dorongan
(5)
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
EVALUASI PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERIODE 2011-2013
Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 31 Juli 2015 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,
(6)
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Stella Insan Hutami
NIM : 112114087
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Evaluasi Penyusunan dan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Periode 2011-2013 (Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta).
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan tidak mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis perlu meminta izin dari penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 31 Agustus 2015 Yang menyatakan,
(7)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan penyertaan yang luar biasa sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Evaluasi Penyusunan dan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Periode 2011-2013 (Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta)”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Akt., CA selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, bimbingan, masukan, dan saran dalam penulisan skripsi ini.
4. A. Diksa Kuntara, S.E., MFA., QIA. dan Josephine Wuri, S.E., M.Si selaku dosen penguji skripsi saya.
(8)
viii
5. Kepala Dinas PUP-ESDM DIY yang telah memberikan ijin kepada penulis dalam melakukan penelitian.
6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah banyak membantu penulis selama kuliah.
7. Orang tua dan adik untuk segala doa dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Ignasius Krisna Seta Aji yang selalu mendukung dan membantu ketika penulis mengalami kesulitan.
9. Teman-teman angkatan 2011 dan MPAT untuk bantuan dan masukannya. 10.Semua pihak yang membantu, mendukung, dan berpartisipasi dalam
penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi salah satu referensi bagi peneliti selanjutnya.
Yogyakarta, 31 Agustus 2015
(9)
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Batasan Masalah... 3
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 4
F. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Keuangan Daerah ... 7
B. Penganggaran Sektor Publik ... 9
C. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 9
D. Penilaian Laporan Kinerja Finansial ... 20
E. Penelitian Terdahulu ... 22
BAB II I METODE PENELITIAN ... 23
A. Jenis Penelitian ... 23
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23
(10)
x
D. Teknik Pengumpulan Data ... 24
E. Teknik Analisis Data ... 25
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 28
A. Gambaran Umum Dinas PUP-ESDM DIY ... 28
B. Visi dan Misi ... 29
C. Tujuan dan Sasaran ... 32
D. Struktur SKPD ... 37
E. Sumber Daya SKPD ... 48
F. Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ... 50
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Deskripsi Data ... 52
B. Analisis Data ... 53
BAB VI PENUTUP ... 86
A. Kesimpulan ... 86
B. Keterbatasan Penelitian ... 87
C. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
(11)
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan ... 26
Tabel 3.2 Kriteria Efektif Kinerja Keuangan ... 27
Tabel 4.1 Jumlah Pegawai berdasarkan Golongan Ruang Kepangkatan ... 48
Tabel 4.2 Jumlah Pegawai berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 48
Tabel 4.3 Jumlah Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin... 48
Tabel 4.4 Aset yang dikelola oleh Dinas PUP-ESDM DIY ... 49
Tabel 4.5 Ringkasan APBD Provinsi DIY ... 50
Tabel 5.1 Perbandingan Proses Penyusunan APBD antara Dinas PUP-ESDM DIY dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 ... 57
Tabel 5.2 Analisis Varians Anggaran Tahun 2011 ... 61
Tabel 5.3 Analisis Varians Anggaran Tahun 2012 ... 67
Tabel 5.4 Analisis Varians Anggaran Tahun 2013 ... 73
Tabel 5.5 Hasil Kesimpulan berdasarkan Persentase Selisih dan Capaian .... 77
Tabel 5.6 Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun 2011 ... 79
Tabel 5.7 Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun 2012 ... 80
Tabel 5.8 Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun 2013 ... 81
Tabel 5.9 Perbandingan Anggaran dan Realisasi Pendapatan Dinas PUP-ESDM DIY ... 84
(12)
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPTD pada Dinas PUP-ESDM DIY
berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 48 Tahun 2008 ... 37 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan Perda
DIY Nomor 6 Tahun 2008 ... 38 Gambar 5.1 Grafik Keuangan Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan Persentase
Tingkat Efisiensi ... 82 Gambar 5.2 Grafik Keuangan Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan Persentase
(13)
xiii
ABSTRAK
EVALUASI PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERIODE 2011-2013
Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta
Stella Insan Hutami NIM: 112114087 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui apakah penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Dinas PUP-ESDM DIY sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, (2) mengetahui apakah terdapat selisih dalam anggaran dan realisasi pada pendapatan dan belanja Dinas PUP-ESDM DIY, dan (3) mengetahui apakah pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Dinas PUP-ESDM DIY sudah efisien dan efektif.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus yang dilakukan di Dinas PUP-ESDM DIY. Data diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan penelitian: (1) melakukan perbandingan prosedur penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan Peraturan Dalam Negeri 21 Tahun 2011, (2) melakukan perbandingan antara anggaran pendapatan dan belanja dengan realisasi pendapatan dan belanja menggunakan analisis varians, (3) menghitung tingkat efisiensi dan efektivitas.
Hasil penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa: (1) prosedur penyusunan anggaran di Dinas PUP-ESDM DIY sudah sesuai dengan Peraturan Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, (2) Selisih pendapatan dan belanja Dinas PUP-ESDM DIY dapat dikatakan menguntungkan, adapun belanja tergolong sudah cukup efisien dan pendapatan tergolong sangat efektif.
(14)
xiv
ABSTRACT
EVALUATION OF THE PREPARATION AND IMPLEMENTATION OF BUDGET REVENUE AND EXPENDITURE PERIOD 2011-2013
A Case Study at Public Works, Housing, and Energy Mineral Resources Board of Yogyakarta
Stella Insan Hutami NIM: 112114087 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
This study aims to: (1) determine whether the budget preparation at PUP-ESDM Board of DIY has been in accordance with the Regulation of the Ministry of Home Affairs No. 21 of 2011, (2) determine whether there is a difference in the budget and the realization of the revenue and expenditure at PUP-ESDM Board of DIY, and (3) determine whether the implementation of the budget at the PUP-ESDM Board of DIY has been efficient and effective.
This research is a case study conducted in the PUP-ESDM Board of DIY. The data was collected by observation, interview, and documentation. The data was analyzed by: (1) comparing the budget preparation procedure between PUP-ESDM Board of DIY with the Regulation of the Ministry of Home Affairs No. 21 of 2011, (2) comparing between budget with actual revenues and expenditures using analysis of variance, (3) calculating the level of efficiency and effectiveness. The results of research stated that: (1) the procedure of budgeting at PUP-ESDM Board of DIY is already in complience with the Regulation of the Ministry of Home Affairs No. 21 of 2011, (2) there is a favorable difference for revenue accounting to 25.97 %, 27.94%, and 62.08% and for of expenditure amounting to (11.56%) (14.13%), and (7.23%) during 2011-2013 period, (3) PUP-ESDM Board of DIY is efficient in the expense and very effective in gaining the revenue.
(15)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan organisasi sektor publik sangat mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun organisasi sektor publik memiliki tujuan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat. Institusi pemerintahan merupakan salah satu organisasi sektor publik yang penting dalam menunjang pembangunan di segala bidang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Indonesia memiliki beberapa daerah yang sangat luas baik dari provinsi hingga kota/kabupaten sehingga peran dari pemerintah daerah pun sangat diperlukan dalam menunjang suatu pembangunan di setiap daerah tersebut. Pembangunan yang dilakukan pada masing-masing daerah berbeda satu sama lain mengingat kebutuhan dan potensi daerah yang ada tidaklah sama. Maka hal ini pun berdampak terhadap program dan kegiatan yang harus dibuat pemerintah daerah demi mencapai tujuannya masing-masing.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu oleh perangkat daerah yang salah satunya adalah dinas sebagai pelaksana urusan daerah. Adapun setiap daerah diberikan wewenang untuk melakukan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mengingat saat ini penyusunan APBD sudah menjadi hak sepenuhnya bagi pemerintah daerah. Kewenangan tersebut diatur dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang menyatakan tentang Pemerintahan Daerah dan Undang Undang
(16)
Nomor 33 Tahun 2004 yang menyatakan tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Selain itu, kewenangan lain yang diberikan kepada setiap daerah berupa penggunaan sumber-sumber ekonomi dan potensi daerah yang dimiliki, serta berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan seluruh sumber penerimaan dan pengeluaran daerah kepada masyarakat. Adapun dalam pelaksanaan APBD, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 menyatakan bahwa setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan menerima pendapatan daerah diatur berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemandirian daerah sehingga diharapkan pemerintah daerah mampu mengoptimalkan sumber-sumber ekonomi dan potensi daerahnya masing-masing.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dapat menjadi cerminan kinerja dan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai dan mengelola penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di daerah. Pada kenyataannya banyak ditemukan keluhan masyarakat yang berkaitan dengan pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan skala prioritas, serta kurang mencerminkan aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas (Mardiasmo 2009: 117).
Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan masukan (cost of output).
Efisiensi merupakan perbandingan output dan input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Efektivitas merupakan
(17)
hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan. Maka dalam melakukan pengukuran kinerja yang dilaksanakan oleh institusi pemerintah, pedoman yang digunakan adalah Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996 karena peraturan tersebut mengukur kinerja pemerintah dari segi keuangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:
1. Apakah proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada Dinas PUP-ESDM DIY sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011?
2. Apakah pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Dinas PUP-ESDM DIY sudah efisien dan efektif?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya terbatas pada evaluasi penyusunan dan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Dinas PUP-ESDM DIY. Dalam melakukan analisis terhadap pelaksanaan APBD di Dinas PUP-ESDM DIY, pengukuran kinerja tidak berdasarkan pusat laba sehingga yang menjadi acuan dalam melakukan pengukuran adalah pusat biaya yang terkait dengan tingkat efisiensi dan pusat pendapatan yang terkait dengan tingkat efektivitas.
(18)
Untuk menentukan besarnya tingkat efisiensi dan tingkat efektivitas, peneliti menggunakan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan mengacu pada Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996 sebagai kriteria dalam melakukan pengukuran kinerja keuangan.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada Dinas PUP-ESDM DIY sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
2. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Dinas PUP-ESDM DIY sudah efisien dan efektif.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Dinas PUP-ESDM DIY
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk masa yang akan datang.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan, wawasan, dan pengetahuan, baik bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma
(19)
maupun pihak lain yang berkepentingan terkait dengan topik yang diteliti oleh penulis.
3. Bagi Penulis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi penulis untuk memperdalam dan memperluas wawasan mengenai anggaran daerah.
F. Sistematika Penulisan
Bab I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam melakukan penelitian serta sebagai dasar dalam melakukan pengolahan data.
Bab III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV : GAMBARAN UMUM
Bab ini menjelaskan gambaran mengenai Dinas PUP-ESDM DIY yang mencakup situasi dan kondisi yang terjadi.
(20)
Bab V : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil penelitian yang kemudian diolah untuk dilakukan analisis data.
Bab VI : PENUTUP
Bab ini mencakup kesimpulan penelitian, keterbatasan penulis serta saran bagi peneliti selanjutnya.
(21)
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keuangan Daerah
Pada tingkat pemerintah daerah terdapat ruang lingkup yang serupa dengan keuangan negara, yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), barang-barang inventaris kekayaan daerah, dan badan usaha milik daerah (BUMD). Seperti halnya negara, APBD dan barang-barang inventaris kekayaan daerah juga dikelola secara langsung oleh daerah. Hal ini merupakan unsur penting keuangan daerah (Halim, 2012: 33).
1. Pengertian Keuangan Daerah
Menurut Mamesah (1995) dalam Halim (2008: 24)
“Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, juga segala sesuatu, baik berupa uang maupun barang, yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan perundangan yang berlaku”.
Dari definisi tersebut dapat diperoleh kesimpulan :
a. Yang dimaksud dengan semua hak adalah hak untuk memungut sumber-sumber penerimaan daerah, seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan lain-lain, dan/atau hak untuk menerima sumber-sumber penerimaan lain seperti dana alokasi umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ditetapkan. Hak tersebut dapat menaikkan kekayaan daerah.
b. Yang dimaksud dengan semua kewajiban adalah kewajiban untuk mengeluarkan uang untuk membayar tagihan-tagihan pada daerah dalam
(22)
rangka menyelenggarakan fungsi pemerintahan, infrastruktur, pelayanan umum, dan pengembangan ekonomi. Kewajiban tersebut dapat menurunkan kekayaan daerah.
2. Ruang Lingkup Keuangan Daerah
Menurut Halim (2008: 25), ruang lingkup keuangan daerah terdiri atas keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan. Yang termasuk dalam keuangan daerah yang dikelola langsung adalah APBD dan barang-barang inventaris milik daerah, sedangkan keuangan daerah yang dipisahkan adalah BUMD.
3. Pengelola Keuangan Daerah
Menurut Peraturan Perundangan Nomor 58 Tahun 2005 dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, yang didasari oleh UU Nomor 17 tahun 2003, tugas pengelola keuangan daerah adalah :
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD. b. Menyusun rancangan dan perubahan APBD.
c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan melalui peraturan daerah.
d. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah.
e. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
(23)
B. Penganggaran Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2009: 61), penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun.
Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang sederhana, anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas (Mardiasmo, 2009: 62).
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan suatu rencana finansial yang menyatakan:
1. Berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja). 2. Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk
mendanai rencana tersebut (pendapatan).
C. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Pengurusan keuangan di pemerintah daerah diatur dengan membagi menjadi pengurusan umum dan pengurusan khusus. Pemerintah daerah memiliki APBD dalam pengurusan umum dan kekayaan milik daerah yang dipisahkan pada pengurusan khusus (Halim, 2012: 37).
(24)
1. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Menurut Mamesah (1995) dalam Halim (2008: 20) pada era orde baru, adalah
“Rencana operasional keuangan pemda, dimana pada satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan di pihak lain menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud”.
Menurut Wajong dalam Halim (2008: 20) pada era orde lama, adalah
“Rencana pekerjaan keuangan yang dibuat untuk suatu jangka waktu ketika badan legislatif (DPRD) memberikan kredit kepada badan eksekutif (kepala daerah) untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi dasar penetapan anggaran, dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk menutup pengeluaran tadi”.
Kedua definisi APBD di atas menurut Halim (2008: 20) menunjukkan bahwa suatu anggaran daerah, termasuk APBD memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
a. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci.
b. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan.
c. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka. d. Periode anggaran, biasanya satu tahun.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah:
(25)
“Rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah”.
2. Struktur APBD
Menurut Ritonga (2009: 183), komponen APBD tersusun dalam suatu struktur APBD. Struktur APBD diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
a. Pendapatan Pemerintah Daerah
Pendapatan pemerintah daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah maupun bendahara penerimaan, yang menambah ekuitas dana merupakan hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah. Pendapatan daerah dikelompokkan atas pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan asli daerah terdiri dari:
a) Pajak Daerah b) Retribusi Daerah
(26)
c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan d) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2) Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah utuk membiayai kebutuhan daerah. Kelompok dana perimbangan dibagi menurut jenis pendapatan terdiri atas:
a) Dana Bagi Hasil b) Dana Alokasi Umum c) Dana Alokasi Khusus
3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan penerimaan lain-lain yang bukan berasal dari klasifikasi Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan seperti yang dijelaskan sebelumnya. Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah mencakup:
a) Hibah b) Dana Darurat
c) Dana Bagi Hasil Pajak
d) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
e) Bantuan Keuangan dari Pemerintah Provinsi atau dari Pemda Lainnya
(27)
b. Belanja Pemerintah Daerah
Belanja pemerintah daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah maupun bendahara pengeluaran yang mengurangi ekuitas dana merupakan kewajiban pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan, dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Belanja daerah menurut kelompok dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Kelompok Belanja Tidak Langsung
Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung terdiri dari: belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.
2) Kelompok Belanja Langsung
Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
(28)
Kelompok belanja langsung terdiri dari: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal.
c. Surplus (Defisit) APBD
Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD. Surplus APBD terjadi apabila anggaran pendapatan daerah lebih besar daripada anggaran belanja daerah. Sedangkan defisit APBD terjadi apabila anggaran pendapatan daerah lebih kecil daripada anggaran belanja daerah.
d. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Pembiayaan pemerintah daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
1) Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan mencakup sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah.
(29)
2) Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan mencakup pembentukan dana cadangan, penanaman modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman daerah.
3) Pembiayaan Neto
Pembiayaan neto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan.
3. Pelaksanaan APBD
Pemerintah daerah menyampaikan laporan realisasi semester pertama kepada DPRD pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan untuk memberikan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan APBD. Laporan realisasi tersebut menjadi bahan evaluasi pelaksanaan APBD semester pertama dan penyesuaian/perubahan APBD pada semester berikutnya. Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBD ditetapkan tersendiri dalam Undang-Undang yang mengatur perbendaharaan negara mengingat lebih banyak menyangkut hubungan adminstratif antar-kementrian negara/lembaga di lingkungan pemerintah (Halim, 2012: 40).
(30)
4. Fungsi APBD
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Bab IV Penyusunan Rancangan APBD Pasal 29 sampai dengan pasal 42, APBD mempunyai fungsi:
a. Fungsi Otorisasi mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
b. Fungsi Perencanaan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi pemerintah daerah dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi Pengawasan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Fungsi Alokasi mengandung arti bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
e. Fungsi Distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
f. Fungsi Stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah daerah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.
(31)
5. Tujuan Penyusunan APBD
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, proses penyusunan APBD pada dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber data yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai kebijakan pemerintah dan mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan pengelolaan anggaran secara baik.
Menurut Mardiasmo (2009: 68), APBD yang dipresentasikan setiap tahun oleh eksekutif, memberi informasi rinci kepada DPRD dan masyarakat tentang program-program apa yang direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, dan bagaimana program-program tersebut dibiayai. Penyusunan dan pelaksanaan anggaran tahunan merupakan rangkaian proses anggaran. Proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan, yaitu:
a. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.
b. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.
c. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi proritas belanja. d. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah
(32)
6. Tahap Penyusunan APBD
Berdasarkan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, proses penyusunan APBD sebagai berikut: a. Kepala daerah menyusun rancangan kebijakan umum APBD (KUA)
dan rancangan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) tahun anggaran berikutnya berdasarkan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun.
b. Dalam menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS, kepala daerah dibantu oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh sekretaris daerah.
c. Rancangan KUA dan rancangan PPAS disampaikan kepala daerah kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun angaran berikutnya. Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama Badan Anggaran DPRD.
d. Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi KUA dan PPAS.
e. Pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) disusun Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Pengelola Daerah (RKA-SKPD) dan Rencana Kerja Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (RKA-PPKD).
(33)
f. RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada PPKD untuk dibahas lanjut oleh TAPD sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Perda) tentang APBD tahun berikutnya.
g. Kepala daerah menyampaikan Rancangan Perda tentang APBD beserta lampirannya kepada DPRD.
h. Penyampaian Rancangan Perda disertai dengan nota keuangan. Pembahasan Rancangan Perda ditekankan pada kesesuaian rancangan APBD dengan KUA dan PPAS.
i. Rancangan Perda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi ditetapkan oleh kepala daerah menjadi Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD.
j. PPKD memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar menyusun rancangan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-SKPD) sedangkan pada SKPKD menyusun DPA-PPKD. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD.
k. TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersama-sama dengan kepala SKPD. Berdasarkan hasil verifikasi PPKD mengesahkan rancangan DPA-SKPD dengan persetujuan sekretaris daerah.
(34)
D. Penilaian Laporan Kinerja Finansial
1. Analisis Varians Anggaran
Menurut Mardiasmo (2009: 123), penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan) antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan.
Analisis varians secara garis besar berfokus pada: a. Varians pendapatan (revenue variance)
b. Varians pengeluaran (expenditure variance):
1) Varians belanja rutin (recurrent expenditure variance)
2) Varians belanja investasi/modal (capital expenditure variance)
Dari hasil analisis varians, kemudian dinyatakan dalam bentuk persentase antara realisasi dengan yang dianggarkan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
Analisis Varians % = Realisasi
Anggaranx 100%
2. Ekonomi
Menurut Mardiasmo (2009: 131) ekonomi adalah hubungan antara pasar dan masukan (cost of output). Dengan kata lain, ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan (spending less).
(35)
Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang digunakan. Ekonomi merupakan ukuran relatif (Mahsun, 2006: 182). Berikut formula untuk mengukur tingkat ekonomi:
Tingkat Ekonomi = Input
Nilai Input
3. Efisiensi
Efisiensi merupakan perbandingan output dan input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan (Mardiasmo, 2009: 4). Sementara itu, menurut Robert (2012: 174), dalam pusat tanggung jawab, efisiensi diukur dengan cara membandingkan biaya aktual dengan standar.
Menurut Mardiasmo (2009: 132), pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (spending well). Berikut formula untuk mengukur tingkat efisiensi:
Tingkat Efisiensi =Output
(36)
4. Efektivitas
Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (Mardiasmo, 2009: 132).
Menurut Robert (2012: 174), efektivitas ditentukan oleh hubungan antara output yang dihasilkan oleh suatu pusat tanggung jawab dengan tujuannya. Berikut formula untuk mengukur tingkat efektivitas:
Tingkat Efektivitas = Outcome
Output
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian Ranandita (2013) dari Universitas Sanata Dharma yang berjudul Evaluasi Penyusunan dan Realisasi Anggaran Belanja Periode 2010-2012 dengan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Jetis. Hasil yang didapatkan menyatakan bahwa prosedur penyusunan di Kecamatan Jetis sudah sesuai dengan penyusunan pada sektor publik. Anggaran belanja Kecamatan Jetis pada tahun 2010-2012 sudah efisien dan mengalami surplus. Berdasarkan penelitian tersebut, pengukuran yang dilakukan hanya berdasarkan belanja sehingga hasil yang didapatkan untuk mengetahui rasio efisiensi belanja. Maka dalam penelitian ini, penulis menambahkan pengukuran pendapatan sehingga hasil yang didapatkan tidak hanya menunjukkan tingkat efisiensi namun juga tingkat efektivitas.
(37)
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus merupakan penelitian pada sesuatu atau obyek yang diteliti sebagai kasus di suatu tempat. Data dan informasi yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis. Hasil penelitian ini hanya berlaku untuk Dinas PUP-ESDM DIY periode 2011-2013.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas PUP-ESDM DIY yang terletak di Jalan Bumijo No 5, Yogyakarta.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan selama bulan Desember 2014 - Maret 2015.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan berperan sebagai sumber informasi. Subyek penelitian dalam penulisan ini adalah:
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan Dinas PUP-ESDM DIY. b. Kepala Bagian Pusat Sumber Informasi Dinas PUP-ESDM DIY.
(38)
2. Obyek penelitian
Obyek penelitian adalah data yang terkait dengan penelitian yang berupa Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (LRA), Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK), dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) Dinas PUP-ESDM DIY.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan dan wawancara dengan bagian Pejabat Penatausahaan Keuangan dan Kepala Bagian Pusat Sumber Informasi Dinas PUP-ESDM DIY sedangkan data sekunder diperoleh dengan melihat Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Catatan atas Laporan Keuangan, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan narasumber.
2. Observasi atau mengadakan pengamatan secara langsung yang ada hubungannya dengan masalah pokok atau obyek yang diteliti.
3. Dokumentasi, yaitu merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan penyusunan APBD.
(39)
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam menjawab rumusan masalah yang pertama dilakukan dengan membandingkan proses penyusunan APBD yang terdapat pada Dinas PUP-ESDM DIY dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011. Berdasarkan hasil dari perbandingan tersebut selanjutnya akan ditarik kesimpulan apakah proses penyusunan APBD pada Dinas PUP-ESDM DIY sesuai dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 atau tidak.
Dalam menjawab rumusan masalah yang kedua adapun teknik analisis yang digunakan sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data keuangan dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Dinas PUP-ESDM DIY selama periode 2011-2013.
b. Berdasarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasi, jika terdapat selisih anggaran dilakukan analisis varians anggaran.
c. Selisih lebih (kurang) dihitung dengan cara melakukan pengurangan antara realisasi dengan anggaran. Sedangkan persentase selisih diperoleh dari selisih lebih (kurang) dibagi dengan anggaran dan kemudian dikalikan 100% atau dapat dituliskan dalam formula sebagai berikut:
% Selisih =Selisih lebih (kurang)
(40)
1. Pengukuran Efisiensi
a. Menghitung tingkat efisiensi Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan pusat biaya dengan melakukan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja kemudian dikalikan 100% atau dapat dituliskan dalam formula sebagai berikut:
Tingkat Efisiensi = Realisasi belanja
Anggaran belanja x 100%
b. Melihat kinerja keuangan Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan kriteria Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996.
Tabel 3.1: Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan
Persentase Kinerja Keuangan Kriteria
100% ke atas Tidak Efisien
90% - 100% Kurang Efisien
80% - 90% Cukup Efisien
60% - 80% Efisien
Kurang dari 60% Sangat Efisien
Sumber: Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996 dalam Bisma (2010: 79) c. Membuat gambar tabulasi atas tingkat efisiensi tahun 2011-2013 guna
melihat kenaikan atau penurunan yang terjadi pada Dinas PUP-ESDM DIY.
d. Menarik kesimpulan berdasarkan persentase selisih dan capaian belanja jika rencana anggaran lebih kecil daripada relisasi maka artinya tidak menguntungkan. Belanja juga dapat dikatakan tidak menguntungkan bila persentase selisihnya menunjukkan selisih lebih. Sedangkan jika anggarannya lebih besar daripada realisasi dan persentase selisih menunjukkan selisih kurang maka artinya menguntungkan.
(41)
2. Pengukuran Efektivitas
a. Menghitung tingkat efektivitas Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan pusat pendapatan dengan melakukan perbandingan antara realisasi pendapatan dengan anggaran pendapatan atau dapat dituliskan dalam formula sebagai berikut:
Tingkat Efektivitas = Realisasi pendapatan
Anggaran pendapatan x 100%
b. Melihat kinerja keuangan Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan kriteria Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996.
Tabel 3.2: Kriteria Efektif Kinerja Keuangan
Persentase Kinerja Keuangan Kriteria
100% ke atas Sangat Efektif
90% - 100% Efektif
80% - 90% Cukup Efektif
60% - 80% Kurang Efektif
Kurang dari 60% Tidak Efektif
Sumber: Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996 dalam Bisma (2010: 78) c. Membuat gambar tabulasi atas tingkat efektivitas tahun 2011-2013
guna melihat kenaikan atau penurunan yang terjadi pada Dinas PUP-ESDM DIY.
d. Menarik kesimpulan berdasarkan persentase selisih dan capaian pendapatan jika rencana anggaran lebih besar daripada realisasi maka artinya tidak menguntungkan. Pendapatan juga dapat dikatakan tidak menguntungkan apabila persentase selisihnya menunjukkan selisih kurang. Sebaliknya jika rencana anggarannya lebih kecil daripada realisasi dan persentase selisihnya menunjukkan selisih lebih maka artinya menguntungkan.
(42)
28
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Dinas PUP-ESDM DIY
Dalam penyelenggaraan kewenangan pemerintah di bidang Pekerjaan Umum, Perumahan, Penataan Ruang dan Energi Sumber Daya Mineral, terdapat urusan yang akan dilaksanakan daerah, dekonsentrasi dan tugas pembantuan dari pemerintah pusat untuk kegiatan yang bersifat fisik, khususnya untuk sub bidang Sumber Daya Air, Bina Marga, dan bidang Penataan Ruang, Perumahan, Energi dan Kelistrikan. Sebagaimana telah digariskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, maka kewenangan dan tanggungjawab Pemerintah Provinsi sebagaimana telah diatur sebagai berikut:
1. Urusan perumahan merupakan urusan wajib pemerintah daerah terdiri dari sub bidang pembiayaan, perumahan formal, perumahan swadaya, pengembangan kawasan dan pembinaan hukum, peraturan perundang-undangan dan pertanahan. Urusan wajib melekat pada urusan dalam skala provinsi.
2. Urusan penataan ruang merupakan urusan wajib pemerintah daerah yang terdiri dari sub bidang pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan. Urusan wajib melekat pada urusan dalam skala provinsi.
(43)
3. Urusan pekerjaan umum merupakan urusan wajib pemerintah daerah yang terdiri dari sub bidang sumber daya air, bina marga, cipta karya (perkotaan dan perdesaan, air minum, air limbah, persampahan, drainase, permukiman, bangunan gedung dan lingkungan) dan jasa konstruksi. 4. Urusan energi dan sumber daya mineral merupakan urusan pilihan untuk
pemerintah daerah. Urusan energi dan sumber daya mineral di DIY meliputi sub bidang energi baru terbarukan, ketenagalistrikan, minyak dan gas bumi, pertambangan mineral dan air tanah. Urusan ESDM yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan DIY adalah energi baru terbarukan, air tanah dan pertambangan mineral.
B. Visi dan Misi
1. Visi
Visi merupakan pernyataan cita-cita atau impian sebuah kondisi yang ingin dicapai di masa depan. Kondisi yang dicita-citakan tersebut adalah kondisi yang di akhir periode dapat diukur capaiannya melalui berbagai usaha pembangunan. Usaha-usaha pembangunan yang dilaksanakan umumnya berorientasi untuk memperbaiki tingkat hidup
(level of living) masyarakat sehingga perubahan paradigma pembangunan yang muncul adalah lebih banyak menaruh perhatian untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, rasa ketidakterlindungi, rasa terpinggirkan dan dipinggirkan, rasa terkucil dan dikucilkan, mengatasi
(44)
ketidakadilan lingkungan, baik terhadap sumberdaya alam, tata ruang, maupun permukiman.
Berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DIY tahun 2012-2017 serta tugas dan fungsi Dinas PUP-ESDM DIY dalam mewujudkan peningkatan pelayanan masyarakat di bidang Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral di Daerah Istimewa Yogyakarta maka ditetapkan visi Dinas PUP-ESDM DIY periode 2012-2017 yakni:
“Terwujudnya kualitas layanan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang memadai, peningkatan jumlah rumah layak huni, serta pengelolaan energi dan sumber daya mineral yang ramah lingkungan”
2. Misi
Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan dalam usaha mewujudkan visi. Misi juga akan memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan.Berdasarkan mandat yang diemban oleh Dinas PUP-ESDM DIY sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2007 dan sejalan dengan tugas dan fungsi yang ada, maka untuk mencapai Visi Pemerintah DIY tahun 2028, ditetapkan Misi Dinas PUP-ESDM DIY tahun 2012 – 2017 yaitu:
a. Mewujudkan integrasi penataan ruang wilayah untuk menjamin kinerja pelayanan infrastruktur dasar.
(45)
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana dalam upaya meningkatkan pelayanan publik dengan memperhatikan kelestarian lingkungan, dan perencanaan yang berkualitas.
c. Meningkatkan pengelolaan dan pembinan bangunan gedung dan rumah negara.
d. Meningkatkan aksesibilitas wilayah dalam mendukung pengembangan kawasan budaya, kawasan pariwisata, kawasan pendidikan dan kawasan pertumbuhan ekonomi.
e. Menyelenggarakan pengelolaan SDA secara optimal untuk meningkatkan kelestarian fungsi sarana prasarana dan keberlanjutan pendayagunaan SDA.
f. Mengurangi resiko daya rusak air.
g. Mendukung peningkatan jumlah rumah layak huni. h. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman.
i. Meningkatkan pembinaan dan pengendalian kegiatan energi dan sumber daya mineral yang berkelanjutan.
j. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap energi dan sumberdaya mineral.
k. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan konstruksi di daerah.
l. Mengembangkan dan mendayagunakan pelayanan informasi, pengujian konstruksi dan lingkungan.
(46)
m.Mendorong sumber daya manusia yang akuntabel dan kompeten, terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance.
C. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan arsitektur kinerja SKPD selama lima tahun. Tujuan adalah pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi, memecahkan permasalahan, dan menangani isu strategis daerah yang dihadapi. Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan.
Tujuan Dinas PUP-ESDM DIY:
a. Meningkatkan kualitas pelaksanaan Penataan Ruang Kawasan Strategis Provinsi yang mendorong keterpaduan pembangunan infrastruktur dasar dan implementasi program pembangunan daerah.
b. Meningkatkan kualitas pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
c. Meningkatkan efektivitas pengendalian pemanfaatan ruang.
d. Meningkatkan fungsi prasarana dan sarana pelayanan publik (air minum, air limbah, drainase, persampahan).
(47)
e. Meningkatkan fungsi prasarana dan sarana pendukung aksesibilitas kawasan.
f. Meningkatkan fungsi sarana dan prasarana kebudayaan penunjang keistimewaan DIY.
g. Meningkatkan fungsi pengelolaan bangunan gedung dan lingkungan. h. Meningkatkan sistem jaringan infrastruktur jalan, sesuai dengan
kapasitas, standar geometrik dan kelas jalan.
i. Meningkatkan keandalan sistem jaringan irigasi dan rawa.
j. Meningkatkan ketahanan air yang dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya air.
k. Meningkatkan keandalan sistem jaringan infrastruktur sumber daya air. l. Meningkatkan pengembangan sarana dan prasarana permukiman bagi
terwujudnya komunitas yang sehat.
m.Meningkatkan kualitas perumahan dan lingkungan permukiman yang layak huni dan produktif.
n. Mempertahankan kelestarian dan ketersediaan air tanah. o. Mendorong pemanfaatan secara optimal hasil pertambangan. p. Mengimplementasikan pelaksanaan konservasi energi.
q. Meningkatkan pembangunan infrastruktur energi ketenagalistrikan. r. Meningkatkan ketersediaan energi.
s. Meningkatkan kelancaran dan ketepatan pelaksanaan pendistribusian bahan bakar.
(48)
t. Mewujudkan ketertiban penyelenggaraan konstruksi yang berkelanjutan.
u. Melaksanakan pengembangan dan pendayagunaan informasi teknologi pembangunan bidang PUP-ESDM.
v. Memberikan pelayanan jasa pengujian laboratorium kualitas mutu lingkungan dan mutu konstruksi.
w.Memberikan pelayanan administrasi perkantoran untuk mendukung kelancaran tugas dan fungsi SKPD.
x. Memberikan penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana aparatur.
y. Memberikan layanan penatausahaan keuangan dan manajemen pencapaian kinerja program.
Sasaran Dinas PUP-ESDM DIY:
1. Meningkatnya kualitas pengaturan pembangunan infrastruktur dasar dan implementasi program pembangunan daerah pada kawasan strategis provinsi.
2. Meningkatnya kualitas pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
3. Meningkatnya efektivitas pengendalian pemanfaatan ruang melalui penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif serta pengenaan sanksi.
4. Meningkatnya pengendalian pemanfaatan ruang melalui penetapan peraturan tentang kawasan strategis budaya.
(49)
5. Meningkatnya ketersediaan infrastruktur air minum dan sanitasi.
6. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar pendukung aksesibilitas kawasan perkotaan.
7. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar pendukung aksesibilitas kawasan perdesaan.
8. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar pendukung aksesibilitas kawasan agropolitan, minapolitan dan desa potensi.
9. Meningkatnya ketersediaan kawasan budaya.
10. Meningkatnya fungsi pengelolaan bangunan gedung dan lingkungan sesuai peraturan yang berlaku.
11. Meningkatnya penyelenggaraan jalan provinsi dalam kondisi mantap. 12. Meningkatnya penyediaan aksesibilitas bagi kawasan strategis dan
kawasan strategis baru.
13. Meningkatnya layanan jaringan irigasi dan rawa. 14. Meningkatnya ketersediaan air baku.
15. Meningkatnya kualitas pengendalian banjir.
16. Meningkatnya kualitas lingkungan pada permukiman yang padat dan kumuh.
17. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat pada lingkungan permukiman bagi terwujudnya komunitas yang sehat.
18. Meningkatnya kualitas perumahan dan lingkungan permukiman yang layak huni dan produktif.
(50)
20. Terwujudnya pengembangan kegiatan pengolahan dan pemurnian petambangan.
21. Terwujudnya penguatan kelembagaan dan efisiensi pemanfaatan energi. 22. Meningkatnya akses ketersediaan energi listrik.
23. Terwujudnya pengembangan dan pemanfaatan energi baru terbarukan untuk listrik dan bahan bakar.
24. Terwujudnya penyediaan infrastruktur distribusi dan pasokan bahan bakar.
25. Meningkatnya pencapaian pelaku, proses, dan produk konstruksi yang berkualitas.
26. Meningkatnya arus informasi dan rujukan teknis teknologi pembangunan bidang PUP-ESDM.
27. Meningkatnya pencapaian perolehan hasil uji/sertifikat hasil uji dalam rangka pelayanan yang memenuhistandar.
28. Terlaksananya pelayanan administrasi perkantoran.
29. Tersedianya sarana dan prasarana aparatur untuk mendukung kelancaran tugas dan fungsi SKPD.
30. Tersedianya penatausahaan keuangan dan manajemen pencapaian kinerja program yang mendukung kelancaran tugas dan fungsi SKPD.
(51)
D. Struktur SKPD
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian baik secara posisi maupun tugas yang ada pada organisasi dalam menjalin kegiatan operasional untuk mencapai tujuan dalam organisasi.
Dinas PUP-ESDM DIY dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas PUP-ESDM DIY.
Unsur organisasi Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral terdiri dari Pimpinan, Pembantu Pimpinan dan Pelaksana dengan Struktur Organisasi sebagaimana akan ditampilkan dalam gambar di bawah ini.
Gambar 4.1: Struktur Organisasi UPTD pada Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 48 Tahun 2008
(52)
Gambar 4.2 : Struktur Organisasi Dinas PUP-ESDM DIY berdasarkan Perda DIY Nomor 6 Tahun 2008
Sumber: Dinas PUP-ESDM DIY
SEKRETARIAT BIDANG TATA RUANG BIDANG BINA MARGA BIDANG CIPTA KARYA SEKSI PERENCANAAN CIPTA KARYA UPTD KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BIDANG SUMBERDAYA AIR
KEPALA DINAS
SUBBAGIAN KEUANGAN SUBBAGIAN UMUM BIDANG PERUMAHAN BIDANG ENERGI SUMBERDAYA MINERAL SEKSI ENERGI DAN GEOLOGISEKSI PERTAMBANGAN UMUM
SEKSI MINYAK DAN GAS BUMI SEKSI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN CIPTA KARYA SEKSI PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA CIPTA KARYA SEKSI PEMELIHARAAN
JALAN DAN JEMBATAN SEKSI PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN SEKSI PERENCANAAN JALAN DAN JEMBATAN
SEKSI PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA
SUMBER DAYA AIR SEKSI PENGATURAN
SUMBER DAYA AIR SEKSI PERENCANAAN
SUMBER DAYA AIR
SEKSI PENGENDALIAN TATA RUANG SEKSI PERENCANAAN PERUMAHAN SEKSI PEMANFAATAN TATA RUANG SEKSI PERENCANAAN TATA RUANG SEKSI PENATAAN KAWASAN SEKSI PENGEMBANGAN PERUMAHAN SUBBAGIAN PROGRAM DAN INFORMASI
(53)
Berdasarkan gambar di atas, Dinas PUP-ESDM DIY merupakan unsur pelaksana penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan susunan organisasi sebagai berikut:
1. Pimpinan: Kepala Dinas
2. Sekretariat : Sekretaris yang terdiri dari sub bagian.
3. Pelaksana : Bidang-bidang yang terdiri dari seksi-seksi, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), Kelompok Jabatan Fungsional.
Berikut penjelasan mengenai tugas dan fungsi dari struktur organisasi Dinas PUP-ESDM DIY:
1. Sekretariat
Tugas: Menyelenggarakan ketatausahaan, penyusunan program, pengelolaan data dan informasi, monitoring, evaluasi, dan pelaporan kinerja Dinas (Pasal 5).
Fungsi:
a. Penyusunan program sekretariat. b. Penyusunan program dinas.
c. Fasilitasi perumusan kebijakan teknis bidang Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral.
d. Penyelenggaraan kearsipan, kerumahtanggaan, pengelolaan barang, kehumasan, kepustakaan, serta efisiensi dan tatalaksana dinas.
e. Penyelenggaraan kepegawaian dinas. f. Pengelolaan keuangan dinas.
(54)
h. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi program serta penyusunan laporan kinerja dinas.
i. Fasilitasi pengembangan kerjasama teknis.
j. Evaluasi dan penyusunan laporan program sekretariat.
k. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan fungsinya.
2. Bidang Perumahan
Tugas: Melaksanakan fasilitasi dan stimulasi pembiayaan, pembinaan, pengembangan dan pembangunan perumahan (Pasal 11 ).
Fungsi:
a. Penyusunan program bidang perumahan. b. Perencanaan teknis bidang perumahan.
c. Pelaksanaan pembinaan dan bimbingan teknis bidang perumahan. d. Penyelenggara fasilitas dan stimulasi pembangunan, perbaikan,
prasarana, sarana dan utilitas, serta pembiayaan perumahan.
e. Pengendalian, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program bidang perumahan.
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
(55)
3. Bidang Tata Ruang
Tugas: Menyelenggarakan penataan ruang wilayah provinsi dan koordinasi, fasilitasi, pengawasan penyelenggaraan penataan ruang wilayah kabupaten/ kota (Pasal 17).
Fungsi:
a. Penyusunan program dan anggaran bidang tata ruang
b. Penyusunan dan atau meninjau kembali rencana tata ruang dan pemanfaatan ruang.
c. Pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang dan evaluasi pelaksanaan penataan ruang.
d. Pelaksanaan pengaturan, pembinaan dan pengawasan tata ruang.
e. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi kegiatan penataan ruang wilayah provinsi, kabupaten/kota.
f. Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat.
g. Peningkatan peran serta aparatur dan masyarakat dalam penataan ruang. h. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan penataan ruang daerah. i. Fasilitasi pelaksanaan kerjasama antar provinsi dan kabupaten/kota. j. Perumusan bahan rekomendasi dan perijinan dinas.
k. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program bidang tata ruang.
l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
(56)
4. Bidang Sumber Daya Air
Tugas: Melaksanakan pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengembangan, pengawasan dan pengendalian sumber daya air (Pasal 24). Fungsi:
a. Penyusunan program bidang sumber daya air.
b. Penyelenggaraan koordinasi pemanfaatan sumber daya air. c. Perencanaan teknis sumber daya air.
d. Pengaturan dan pembinaan sumber daya air.
e. Pelaksanaan pembangunan dan pengembangan sarana prasarana sumber daya air.
f. Penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian sumber daya air. g. Pelaksanaan monitoring,evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
program bidang sumber daya air.
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
5. Bidang Bina Marga
Tugas: Melaksanakan pengaturan, pembinaan, pembangunan, pemeliharaan, rehabilitasi dan pengawasan bidang ke Bina Marga (Pasal 29).
Fungsi:
a. Penyusunan program bidang Bina Marga. b. Penyusunan rencana teknis jalan dan jembatan.
(57)
c. Penyelenggaraan pembinaan, pengaturan dan bimbingan teknis pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana jalan dan jembatan.
d. Penyusunan pedoman dan petunjuk teknis serta desiminasi bimbingan teknis pelaksanaan pekerjaan jalan dan jembatan.
e. Pengelolaan prasarana dan sarana jalan dan jembatan.
f. Penanggulangan kerusakan prasarana dan sarana jalan dan jembatan akibat bencana.
g. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program bidang Bina Marga.
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
6. Bidang Cipta Karya
Tugas: Menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan prasarana dan sarana ke Cipta Karya an. (pasal 35)
Fungsi:
a. Penyusunan program bidang Cipta Karya
b. Pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan ke Cipta Karyaan. c. Pengawasan dan pengendalian teknis pelaksanaan pembangunan
bangunan Gedung Negara.
d. Pengelolaan gedung-gedung pemerintah dan rumah-rumah negara yang dikelola provinsi.
(58)
e. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program bidang Cipta Karya.
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
7. Bidang Energi Sumber Daya Mineral
Tugas: Melaksanakan pengelolaan mineral, air tanah, kegeologian, ketenagalistrikan, minyak, gas bumi dan bahan bakar lainnya (Pasal 41). Fungsi:
a. Penyusunan program bidang Energi Sumber Daya Mineral.
b. Perumusan kebijakan teknis di bidang Energi Sumber Daya Mineral. c. Pengkoordinasian bahan peraturan dan pedoman teknis di bidang
Energi Sumber Daya Mineral.
d. Penyusunan kajian teknis penerbitan ijin dan persyaratan teknis di bidang Energi Sumber Daya Mineral.
e. Pengkoordinasian pemberdayaan sumber daya dan mitra kerja di bidang Energi Sumber Daya Mineral.
f. Pelaksanaan koordinasi kegiatan di bidang Energi Sumber Daya Mineral.
g. Penyusunan kebijaksanaan penetapan Nilai Perolehan Air (NPA) pengambilan air tanah.
h. Pengkoordinasian penyusunan data, informasi dan bahan promosi energi sumber daya mineral.
(59)
i. Pembinaan, pengawasan, inspeksi dan bimbingan teknis di bidang Energi Sumber Daya Mineral.
j. Pelaksanaan fasilitasi bantuan teknis di bidang Energi Sumber Daya Mineral ke kabupaten/kota.
k. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program bidang Energi Sumber Daya Mineral.
l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
8. Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi
Tugas: Menyelenggarakan operasional pelayanan kepada masyarakat di bidang sumber daya air, dan penyelenggaraan operasional konservasi/ pelestarian air dan sumber air dan pelatihan teknis sumber daya air (Pasal 47). Fungsi:
a. Penyusunan program balai. b. Pelaksanaan ketatausahaan.
c. Penyelenggaraan operasi dan pemeliharaan irigasi lintas kabupaten/kota dari luasan 1000 – 3000 ha.
d. Pelaksanaan penyediaan air baku untuk berbagai kepentingan. e. Pelaksanaan pengaturan sungai, embung dan waduk.
f. Pelaksanaan upaya pengendalian banjir dan penanggulangan kekeringan.
(60)
h. Pelaksanaan pengelolaan hidroklimatologi.
i. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program balai.
j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
9. Balai Pengujian, Informasi Permukiman dan Bangunan, dan Pengembangan Jasa Konstruksi (PIPBPJK)
Tugas: Proses pengendalian mutu tugas pembangunan dalam rangka mewujudkan sistem pengendalian dan jaminan mutu, penyampaian informasi permukiman dan bangunan serta pembinaan jasa konstruksi (Pasal 53).
Fungsi:
a. Penyusunan program Balai PIPBPJK. b. Pelaksanaan urusan ketatausahaan.
c. Pemberian bantuan teknis pengujian dan penyelidikan untuk kepentingan pengawasan dan pengendalian mutu bangunan dan konstruksi.
d. Pelaksanaan pelayanan umum jasa pengujian dan penyelidikan di bidang bangunan dan konstruksi serta pengujian parameter lingkungan. e. Pelaksanaan jasa konsultasi di bidang permukiman bangunan dan
konstruksi.
f. Pelaksanaan fasilitasi jasa konstruksi.
g. Pelaksanaan penyebarluasan peraturan perundang-undangan di bidang jasa kontruksi.
(61)
h. Pelaksanaan pengkajian dan penerapan teknologi bidang Pekerjaan Umum.
i. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program balai.
j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
10. Balai Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
Tugas: Menyelenggarakan pengolahan air limbah rumah tangga (Pasal 60). Fungsi:
a. Penyusunan program balai. b. Pelaksanaan ketatausahaan.
c. Pengelolaan sistem jaringan utama dan pengoperasian sarana dan prasarana instalasi air limbah.
d. Pelaksanaan pemantauan dan pengendalian air limbah rumah tangga. e. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan limbah
rumah tangga.
f. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program balai.
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
(62)
E. Sumber Daya SKPD
1. Sumber Daya Manusia
Dalam rangka menyelenggarakan tugas dan fungsinya Dinas PUP-ESDM DIY sampai akhir tahun 2013 didukung oleh sumber daya manusia sebanyak 419 orang pegawai negeri sipil (data per 31 Desember 2013). Jumlah pegawai pada masing-masing unit kerja disajikan pada gambar berikut:
Tabel 4.1: Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Ruang Kepangkatan
Gol. Jumlah SDM (Orang)
A B C D Jumlah
IV 9 6 1 - 16
III 27 137 18 31 213
II 15 105 19 18 157
I 1 8 3 21 33
JUMLAH 419
Sumber: Dinas PUP-ESDM DIY
Tabel 4.2: Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan
No Jenis Pendidikan Jumlah (orang)
1 Pasca Sarjana 26
2 Sarjana 74
3 Diploma IV 2
4 Diploma III 26
5 SMA/sederajat 235
6 SMP/sederajat 39
7 SD/sederajat 17
JUMLAH 419
Sumber: Dinas PUP-ESDM DIY
Tabel 4.3: Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
No Gender Jumlah (orang)
1 Pria 351
2 Wanita 68
JUMLAH 419
(63)
2. Aset yang Dikelola
Aset yang dikelola oleh Dinas PUP-ESDM DIY per 31 Desember 2013 berdasarkan Buku Induk Inventaris, dalam pelayanan masyarakat, berupa kantor, kendaraan dinas, kendaraan operasional, dan perlengkapan kantor dengan rincian jenis aset terlihat pada Tabel 4.4, sisanya adalah aset tanah dan infrastruktur yang merupakan infrastruktur publik.
Tabel 4.4: Aset yang dikelola oleh Dinas PUP-ESDM DIY
No JenisSarana/Prasarana Jumlah(Unit)
1 Gedung Kantor 7
2 Kendaraan roda 6 8
3 Kendaraan roda 4 24
4 Kendaraan roda 2 59
5 Komputer Desktop 96
6 Komputer Laptop 83
7 UPS 64
9 Pendingin Ruangan (AC) 70
(64)
F. Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tabel 4.5: Ringkasan APBD Provinsi DIY
(65)
Tabel 4.5: Ringkasan APBD Provinsi DIY (Lanjutan)
(66)
52
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Catatan atas Laporan Keuangan, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip). Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya yang mencakup unsur pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Lakip merupakan bentuk pertanggungjawaban atas perjanjian kinerja Dinas PUP-ESDM DIY yang memuat anggaran, capaian, realisasi indikator kinerja dan sasaran strategis.
(67)
B. Analisis Data
1. Proses Penyusunan APBD pada Dinas PUP-ESDM DIY
Proses penyusunan APBD pada Dinas PUP-ESDM DIY didasarkan pada Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Adapun langkah-langkah penyusunan yang terdapat pada Dinas PUP-ESDM DIY adalah sebagai berikut:
a. Setiap SKPD termasuk Dinas PUP-ESDM DIY menyusun Rencana Kerja (Renja) yang merupakan hasil penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) untuk diserahkan kepada Gubernur dalam menyusun rancangan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan rancangan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Provinsi DIY tahun berikutnya berdasarkan dokumen berupa Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun. RKPD ini dibuat berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang memuat pembangunan selama 5 (lima) tahun dan berisi mengenai sasaran rencana program dan prioritas kegiatan daerah.
b. Dalam menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS, Gubernur dibantu oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD). TAPD merupakan tim yang dibentuk Gubernur dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan
(68)
kebijakan Gubernur dalam rangka penyusunan APBD. Anggota TAPD terdiri dari Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah (Bappeda), Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA), dan Biro Organisasi. Bappeda terkait dengan persetujuan program atau kegiatan, DPPKA terkait dengan persetujuan anggaran, dan Biro Organisasi terkait dengan tugas dan fungsi Dinas PUP-ESDM DIY. Rancangan KUA memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah, dan strategi pencapaiannya. Adapun rancangan PPAS memuat rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPDsebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD sebelum disepakati DPRD.
c. Rancangan KUA dan rancangan PPAS disampaikan Gubernur kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama panitia anggaran DPRD.
d. Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi KUA dan PPAS. KUA merupakan dokumen yang memuat kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan untuk periode 1 (satu) tahun. PPAS merupakan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD setelah disepakati DPRD. Kemudian KUA
(69)
dan PPAS ini dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang ditandatangani Gubernur dan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan. e. Berdasarkan nota kesepakatan, TAPD menyiapkan rancangan surat
edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagai acuan Kepala SKPD dalam hal ini Kepala Dinas PUP-ESDM untuk menyusun RKA-SKPD.
f. Pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dalam hal ini DPPKA menyusun RKA-SKPKD dan RKA-PPKD. Sementara itu, SKPD dalam hal ini Dinas PUP-ESDM DIY menyusun RKA-SKPD. RKA-SKPD adalah dokumen penganggaran yang berisi pendapatan dan belanja program serta kegiatan Dinas PUP-ESDM DIY sedangkan RKA-PPKD adalah rencana kerja dan anggaran dari PPKD selaku BUD. PPKD merupakan kepala DPPKA yang bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD) yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD. PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan SKPD selaku kuasa BUD, pada Dinas PUP-ESDM DIY yang menjadi kuasa BUD adalah Kepala Dinas PUP-ESDM DIY. RKA-SKPD yang telah disusun oleh Dinas PUP-ESDM DIY disampaikan kepada kepala DPPKA untuk dibahas lanjut oleh TAPD. g. Gubernur menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD
beserta lampirannya kepada DPRD. Penyampaian rancangan peraturan daerah disertai dengan nota keuangan. Pembahasan rancangan peraturan daerah ditekankan pada kesesuaian rancangan APBD dengan KUA dan
(70)
PPAS. Hasil pembahasan dituangkan dalam dokumen persetujuan bersama antara Gubernur dan DPRD.
h. Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi ditetapkan oleh Gubernur menjadi peraturan daerah tentang APBD dan peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD.
i. Kepala DPPKA memberitahukan kepada Kepala Dinas PUP-ESDM DIY agar menyusun rancangan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (SKPD) sedangkan DPPKA menyusun SKPD dan DPA-PPKD. DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan dan belanja yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran dalam hal ini Dinas PUP-ESDM DIY sedangkan DPA-PPKD adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dikelola oleh BUD. Kepala Dinas PUP-ESDM DIY menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada Kepala DPPKA.
j. TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersama-sama dengan Kepala Dinas PUP-ESDM DIY. Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, Kepala DPPKA mengesahkan rancangan DPA-SKPD dengan persetujuan sekretaris daerah.
(71)
Maka dari proses penyusunan APBD di Dinas PUP-ESDM DIY dapat dirangkum dalam sebuah tabel perbandingan sebagai berikut:
Tabel 5.1: Perbandingan Proses Penyusunan APBD antara Dinas PUP-ESDM DIY dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011
No Dinas PUP-ESDM DIY
Permendagri Nomor 21 Tahun 2011
Keterangan
1. Dinas PUP-ESDM
DIY menyusun Renja yang kemudian
diserahkan kepada Gubernur untuk disusun menjadi rancangan KUA dan rancangan PPAS tahun berikutnya berdasarkan RKPD.
Kepala Daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS tahun berikutnya berdasarkan RKPD. Proses yang dilakukan dan dokumen yang digunakan sudah sesuai.
2. Rancangan KUA dan rancangan PPAS disampaikan Gubernur kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaran pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. Pembahasan
dilakukan oleh TAPD bersama dengan panitia anggaran DPRD.
Rancangan KUA dan rancangan PPAS disampaikan kepala daerah kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaran pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama dengan Badan Anggaran DPRD. Proses yang
dilakukan dan pihak yang berkaitan sudah sesuai. Adapun terdapat sedikit perbedaan untuk istilah. Bila di Dinas PUP-ESDM ama yang digunakan adalah panitia anggaran DPR, namun pada Permendagri 21 Tahun 2011 adalah Badan Anggaran DPRD.
3. Dinas PUP-ESDM
DIY menyusun RKA-SKPD tahun
berikutnya.
Pada SKPD disusun RKA-SKPD tahun berikutnya.
Pihak serta dokumen yang digunakan sudah sesuai.
4. Dinas PUP-ESDM
DIY menyampaikan RKA-SKPD yang telah disusunnya kepada
RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada PPKD sebagai
Proses yang
dilakukan dan pihak yang berkaitan sudah sesuai.
(72)
Tabel 5.1: Perbandingan Proses Penyusunan APBD antara Dinas PUP-ESDM DIY dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 (Lanjutan)
No Dinas PUP-ESDM DIY
Permendagri Nomor 21 Tahun 2011
Keterangan
Kepala DPPKA. bahan penyusunan
Rancangan Perda tentang APBD tahun berikutnya.
5. Gubernur menyampaikan rancangan Perda tentang APBD beserta lampirannya kepada DPRD dengan disertai nota keuangan. Kepala daerah menyampaikan rancangan Perda tentang APBD beserta lampirannya kepada DPRD. Proses yang dilakukan sudah sesuai.
6. Penetapan Perda tentang APBD dan Peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD.
Penetapan Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD. Proses yang dilakukan sudah sesuai.
7. Kepala DPPKA
mengumumkan kepada Kepala Dinas PUP-ESDM agar menyusun DPA-SKPD. PPKD mengumumkan kepada Kepala SKPD agar menyusun DPA-SKPD. Proses yang
dilakukan dan pihak yang terkait sudah sesuai.
8. Berdasarkan hasil verifikasi antara TAPD dan Kepala Dinas PUP-ESDM DIY, Kepala DPPKA mengesahkan rancangan DPA-SKPD dengan persetujuan sekretaris daerah. Berdasarkan hasil verifikasi antara TAPD dan Kepala SKPD, PPKD mengesahkan rancangan DPA-SKPD dengan persetujuan sekretaris daerah. Proses yang
dilakukan dan pihak yang terkait sudah sesuai.
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan tabel di atas, secara keseluruhan proses penyusunan APBD di Dinas PUP-ESDM DIY sudah sesuai dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011. Tahap perumusan strategis dan prioritas pembuatan APBD
(73)
pada dasarnya menjadi wewenang dan tanggung jawab kepala daerah dalam hal ini Gubernur. Namun dalam pelaksanaan APBD, wewenang dan tanggung jawab diberikan kepada perangkat daerah dalam hal ini Dinas PUP-ESDM DIY sehingga bila dilihat berdasarkan proses penyusunan yang terjadi di tingkat SKPD maka proses yang dilakukan sudah memenuhi prosedur yang tercantum dalam Permendagri Nomor 21 Tahun 2011.
Adapun tahap awal penyusunan Renstra dan Renja yang dilakukan oleh setiap SKPD termasuk Dinas PUP-ESDM DIY tidak dijelaskan secara rinci pada Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 karena proses tersebut masih sama seperti pada peraturan sebelumnya yaitu Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sehingga yang tercantum hanya ketika Gubernur menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS. Selain itu, terdapat sedikit perbedaan untuk istilah yang digunakan pada tahap pembicaraan pendahuluan RAPBD yaitu panitia anggaran DPRD dan Badan Anggaran DPRD.
2. Pengukuran Kinerja
Kinerja merupakan pencapaian atas apa yang direncanakan, baik oleh pribadi maupun organisasi. Pengukuran kinerja berfungsi untuk menilai pelaksanaan APBD yang telah dilakukan Dinas PUP-ESDM DIY dalam menjalankan program dan kegiatan. Pengukuran kinerja diperlukan untuk menilai besarnya tingkat penyimpangan yang terjadi antara kinerja aktual dengan kinerja yang diharapkan pada pos pendapatan dan belanja.
(74)
Maka dengan mengetahui penyimpangan tersebut, dapat dilakukan upaya perbaikan dan peningkatan kinerja.
a. Analisis Varians Anggaran
Analisis varians anggaran merupakan analisis yang dilakukan dengan mencari selisih atau perbedaan antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan. Berdasarkan perbandingan antara anggaran pendapatan dan belanja dengan realisasi pendapatan dan belanja dapat ditemukan adanya perbedaan sehingga dilakukan analisis varians anggaran. Analisis varians anggaran dilakukan pada tahun 2011-2013. 1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Dinas PUP-ESDM DIY
Tahun 2011
Pada tahun 2011, terdapat selisih anggaran di pos pendapatan dan belanja. Pos pendapatan Dinas PUP-ESDM DIY semula dianggarkan sebesar Rp 173.004.000,00 namun realisasi sebesar Rp 217.929.600,00 sehingga terdapat selisih lebih anggaran sebesar Rp 44.925.600,00 atau 25,97%. Pada pos belanja, anggaran yang ditetapkan sebesar Rp 220.006.525.410,00 namun realisasi sebesar Rp 194.579.677.322,00 sehingga terdapat selisih kurang anggaran sebesar Rp 25.426.848.088,00 atau (11,56%).
(75)
Sumber: Data Diolah
No Uraian Anggaran Realisasi
Selisih
% Capaian Lebih (Kurang) %
Selisih
4 Pendapatan 173.004.000,00 217.929.600,00 44.925.600,00 25,97 125,97
4.1 Pendapatan Asli Daerah 173.004.000,00 217.929.600,00 44.925.600,00 25,97 125,97
4.1.2 Hasil Retribusi Daerah 170.004.000,00 216.139.600,00 46.135.600,00 27,14 127,14
Retribusi Jasa Umum 90.004.000,00 176.755.000,00 86.751.000,00 96,39 196,39
- Lab Mutu Air 25.000.000,00 114.236.000,00 89.236.000,00 356,94 456,94
- Lab Pengujian Tanah
dan Batuan 19.782.500 8.040.500,00 (11.742.000,00) (59,36) 40,64
- Lab Pengujian Bahan
Bangunan 45.221.500,00 54.478.500,00 9.527.000,00 20,47 120,47
Retribusi Jasa Usaha 80.000.000,00 39.384.600,00 (40.615.400,00) (50,77) 49,23
- Retribusi Tempat Penginapan /
Pesanggrahan/ Villa 30.000.000,00 25.125.000,00 (4.875.000,00) (16,25) 83,75
- Pemakaian Tanah Ruang Milik Provinsi dan Jalan Nasional
(RUMIJA) 50.000.000,00 14.259.600,00 (35.740.000,00) (71,48) 28,52
4.1.4
Lain-lain Pendapatan
(76)
Sumber: Data Diolah
No Uraian Anggaran Realisasi
Selisih
% Capaian Lebih (Kurang) %
Selisih
- Penjualan Drum
Kosong 3.000.000,00 1.790.000,00 (1.210.000,00) (40,33) 59,67
JUMLAH 173.004.000,00 217.929.600,00 44.925.600,00 25,97 125,97
5 Belanja 220.006.525.410,00 194.579.677.322,00 (25.426.848.088,00) (11,56) 88,44
5.1 Belanja Tidak Langsung 21.704.627.328,00 21.200.131.687,00 (504.495.641,00) (2,32) 97,68
5.1.1 Belanja Pegawai 21.704.627.328,00 21.200.131.687,00 (504.495.641,00) (2,32) 97,68
5.2 Belanja Langsung 198.301.898.082,00 173.379.545.635,00 (24.922.352.447,00) (12,57) 87,43
5.2.1 Belanja Pegawai 12.585.192.890,00 12.051.289.976,00 (533.902.914,00) (4,24) 95,76
5.2.2 Belanja Barang dan Jasa 113.486.535.763,00 98.079.376.848,00 (15.407.158.915,00) (13,58) 86,42
5.2.3 Belanja Modal 72.230.169.429,00 63.248.878.811,00 (8.981.290.618,00) (12,43) 87,57
JUMLAH 220.006.525.410,00 194.579.677.322,00 (25.426.848.088,00) (11,56) 88,44
SURPLUS/(DEFISIT) (219.833.521.410,00) (194.361.747.722,00) 25.471.773.688,00 (11,59) 88,41
(1)
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI