Kecernaan Serat Pakan Pada Domba Garut Betina Yang Mendapat Ransum Dengan Nilai Nisbah Kation Anion Dan Kromium Berbeda

KECERNAAN SERAT PAKAN PADA DOMBA GARUT BETINA
YANG MENDAPAT RANSUM DENGAN NILAI NISBAH
KATION ANION DAN KROMIUM BERBEDA

SKRIPSI
BENY KURNIA UMBARA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
BENY KURNIA UMBARA. D24052284. 2009. Kecernaan Serat Pakan pada
Domba Garut Betina yang Mendapat Ransum dengan Nilai Nisbah Kation
Anion dan Kromium Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan. Institut Pertanian Bogor
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota

: Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat M. Agr. Sc.

: Dr. Ir. Asep Sudarman M.Rur.Sc.

Kecernaan nutrien didefinisikan sebagai jumlah nutrien yang tidak
dieskresikan melalui feses dengan asumsi bahwa nutrien tersebut dicerna oleh
hewan. Kecernaan nutrien dapat dipengaruhi oleh umur ternak, tingkat pemberian,
dan kadar nutrien pakan. Ternak ruminansia dapat menggunakan sebagian
karbohidrat struktural yang berupa selulosa dan hemiselulosa dengan bantuan
mikroba rumen. Kation dan anion ransum telah digunakan untuk dimanipulasi
metabolisme Ca, sedangkan kromium (Cr) dapat digunakan untuk meningkatkan
metabolisme glukosa. Pengaruh pengaturan kadar kation anion ransum dan
suplementasi Cr terhadap kecernaan terhadap aktifitas mikroba dan kecernaan
nutrien belum banyak diketahui khususnya pada ternak domba di wilayah tropis.
Penelitian ini dirancang untuk menganalisis kecernaan serat pakan pada domba Garut
betina dengan pemberian suplementasi Cr organik yang dihasilkan dari Ganoderma
lucidum dan dengan nilai nisbah kation-anion ransum yang berbeda
Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan September 2008 sampai bulan
Januari 2009, yang bertempat di laboratorium lapang milik Laboratorium Nutrisi
Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 24
ekor domba Garut betina dengan rata-rata bobot badan 27,7 ± 2,24 kg. Domba dibagi

menjadi empat kelompok berdasarkan bobot badan dan diberi enam perlakuan yaitu:
RA= Ransum Basal (RB), RB= RB + 3 ppm Cr-anorganik, RC= RB + 3 ppm Crorganik jerami padi, RD= RB + 3 ppm Cr-organik sawit, RE= R PKAR -10 + 3 ppm
organik jerami padi, RF= R PKAR -10 + 3 ppm organik sawit. Pemberian pakan
dilakukan pada pukul 07.00 dan pukul 14.00 WIB. Penimbangan ternak dilakukan
setiap satu minggu sekali dan pengambilan sampel feses dilakukan selama tujuh hari
berturut-turut setelah masa preliminary. Peubah yang diamati pada penelitian ini
yaitu: konsumsi pakan, palatabilitas, pertambahan bobot badan, dan kecernaan serat
pakan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola searah
dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Data diolah dengan sidik ragam
(ANOVA). Apabila hasil analisis menunjukkan berbeda nyata maka selanjutnya diuji
menggunakan uji jarak Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ransum komplit yang
disuplementasi dengan Cr dan mempunyai nilai nisbah kation anion berbeda tidak
berpengaruh nyata terhadap konsumsi, palatabilitas, pertambahan bobot badan dan
kecernaan serat pakan. Hal ini dapat diakibatkan oleh level pemberian Cr yang masih
terlalu kecil. Sementara itu nilai nisbah kation anion hingga bernilai -10 belum

ii

mempengaruhi pertumbuhan bakteri pemecah serat pakan pada domba garut yang

mendapat ransum berkonsentrat 65%.
Kata-kata kunci : domba garut, pakan, kecernaan, kromium, kation, anion

iii

ABSTRACT
Dietary Fiber Digestibility in Garut Sheep Breed Offered Rations with
Different Cation Anion Balance and Chromium Level
B. K. Umbara , T. Toharmat , A. Sudarman
The experiment was aimed at evaluating dry matter intake and nutrient
digestibility in Garut breed ewes offered ration differing in dietary cation anion ratio
and supplemented with organic chromium (Cr) from Ganoderma lucidum. Twenty
four female Garut breed sheep aged two years with initial weight of 27.70 ± 2.24 kg
were alocated into a Randomized Block Design. The sheep were grouped into 4
weight groups based on their initial weight and allocated into six experimental
rations. The experimental rations were: 1) RA = basal diet, 2) RB = basal diet + 3
ppm inorganic cromium, 3) RC = basal diet + 3 ppm organic Cr from rice straw, 4)
RD = basal diet + 3 ppm organic Cr from oil palm by fiber, 5) RE = basal diet with
DCAB –10 +3 ppm organic Cr from rice straw and 6) RF = basal diet with DCAB –
10 + 3 ppm organic Cr from oil palm fiber. There were no effect of dietary cation

anion ratio and organic Cr supplementation on dry matter intake, palatability, daily
gain and nutrient digestibility. The result indicated that manipulation of dietary
anion cation balance and supplementation of Cr at those levels were had no effect on
palatability of feed, dry matter intakes, weight gain and nutrient digestibility.
Keywords: anion, cation, chromium, digestibility, fiber, Garut sheep

iv

KECERNAAN SERAT PAKAN PADA DOMBA GARUT BETINA
YANG MENDAPAT RANSUM DENGAN NILAI NISBAH
KATION ANION DAN KROMIUM BERBEDA

BENY KURNIA UMBARA
D24052284

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor


DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

v

KECERNAAN SERAT PAKAN PADA DOMBA GARUT BETINA
YANG MENDAPAT RANSUM DENGAN NILAI NISBAH
KATION ANION DAN KROMIUM BERBEDA

Oleh
BENY KURNIA UMBARA
D24052284

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 28 Agustus 2009

Pembimbing Utama


Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Agr.Sc.
NIP. 195909021983031003

Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc.
NIP. 196404241989031001

Dekan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr.
NIP. 196701071991031003


Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.
NIP. 196705061991031001

vi

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Desember 1985 di Conggeang Sumedang,
Jawa Barat. Penulis adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Abudin
dan Ibu Mimin Rohayati. Alamat orang tua Kp. Kutamara, 07/02 Desa Pasiripis,
Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Pendidikan dasar diselesaikan tahun 1999 di SDN Sukamaju 1 Cibingbin
Kuningan, pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2002 di
SLTPN 1 Cikajang Garut, dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada
tahun 2005 di SMAN 1 Garut Jawa Barat.
Tahun 2005, Penulis masuk Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI). Setelah satu tahun berada di asrama TPB-IPB,
kemudian penulis diterima di Fakultas Peternakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan.
Selama mengikuti pendidikan formal penulis aktif di Dewan Penggalang di
SLTPN 1 Cikajang, dan anggota OSIS di SMAN 1 Garut. Selama belajar di IPB

penulis aktif di lembaga kemahasiswaan yaitu menjadi anggota HIMASITER selama
dua tahun yaitu periode 2006-2007 dan 2007-2008 divisi Biro Khusus Magang
(BKM). Penulis juga menjadi ketua Kelompok Pecinta Alam Fakultas Peternakan
IPB (KEPAL-D) periode 2007-2008. Selain aktif di lembaga kemahasiswaan penulis
juga pernah menjadi anggota paduan suara Graziono Simphonia pada tahun 2006,
kemudian penulis juga aktif di Himpunan Organisasi Mahasiswa Daerah Garut
(HIMAGA). Selain itu penulis pernah menjadi panitia kegiatan Domba Cup pada
tahun 2007 dan 2008 yang diselenggarakan oleh mahasiswa daerah.

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur Penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi berjudul ”Kecernaan Serat Pakan pada Domba Garut Betina yang
Mendapat Ransum dengan Nilai Nisbah Kation Anion dan Kromium Berbeda” ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan,

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung dari bulan September 2008 hingga
Januari 2009 di laboratorium lapang Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah,
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Skripsi ini disusun dengan harapan pemberian suplementasi kromium organik
dan pengaturan nilai nisbah kation anion ransum dapat dimanfaatkan oleh ternak
ruminansia untuk meningkatkan metabolis dan dapat meningkatkan daya kerja
mikroba rumen sehingga dapat mencerna pakan berserat lebih baik lagi. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut berperan
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat
terutama di dunia peternakan Amin.

.
Bogor, Agustus 2009

Penulis

viii


DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN ........................................................................................

ii

ABSTRACT ...........................................................................................

iv

RIWAYAT HIDUP ................................................................................

vii

KATA PENGANTAR ............................................................................

viii

DAFTAR ISI ..........................................................................................


ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................

xiii

PENDAHULUAN ..................................................................................

1

Latar Belakang ............................................................................
Tujuan ........................................................................................
Manfaat ........................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

3

Deskripsi Domba Garut ................................................................
Ransum Komplit ..........................................................................
Perbandingan Kation Anion ..........................................................
Konsumsi Ransum ........................................................................
Palatabilitas .................................................................................
Kebutuhan Nutrisi Domba.............................................................
Kecernaan Nutrien .......................................................................
Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia Besar ...............................
Suplementasi Mineral ...................................................................
Mineral Dalam Pakan Ternak ........................................................
Ganoderma Lucidum.....................................................................

3
3
4
5
5
6
6
9
10
10
12

METODE ...............................................................................................

13

Waktu dan Tempat ......................................................................
Materi .........................................................................................
Hewan Percobaan ............................................................
Alat yang Digunakan .......................................................
Ransum Percobaan ............................................................
Rancangan Percobaan .................................................................
Prosedur .......................................................................................
Peubah yang Diamati ..................................................................
Analisis Data ................................................................................

13
13
13
13
13
15
16
16
17

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

18

Konsumsi Pakan .........................................................................

18

ix

Palatabilitas .................................................................................
Pertambahan Bobot Badan ............................................................
Kecernaan Nutrien ........................................................................
Kecernaan Bahan Kering .................................................
Kecernaan Serat Kasar .......................................................
Kecernaan NDF .................................................................
Kecernaan ADF .................................................................

20
22
25
25
26
27
28

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

29

Kesimpulan .................................................................................
Saran ..........................................................................................

29
29

UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................

30

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

31

LAMPIRAN ..........................................................................................

34

x

KECERNAAN SERAT PAKAN PADA DOMBA GARUT BETINA
YANG MENDAPAT RANSUM DENGAN NILAI NISBAH
KATION ANION DAN KROMIUM BERBEDA

SKRIPSI
BENY KURNIA UMBARA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
BENY KURNIA UMBARA. D24052284. 2009. Kecernaan Serat Pakan pada
Domba Garut Betina yang Mendapat Ransum dengan Nilai Nisbah Kation
Anion dan Kromium Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan. Institut Pertanian Bogor
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota

: Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat M. Agr. Sc.
: Dr. Ir. Asep Sudarman M.Rur.Sc.

Kecernaan nutrien didefinisikan sebagai jumlah nutrien yang tidak
dieskresikan melalui feses dengan asumsi bahwa nutrien tersebut dicerna oleh
hewan. Kecernaan nutrien dapat dipengaruhi oleh umur ternak, tingkat pemberian,
dan kadar nutrien pakan. Ternak ruminansia dapat menggunakan sebagian
karbohidrat struktural yang berupa selulosa dan hemiselulosa dengan bantuan
mikroba rumen. Kation dan anion ransum telah digunakan untuk dimanipulasi
metabolisme Ca, sedangkan kromium (Cr) dapat digunakan untuk meningkatkan
metabolisme glukosa. Pengaruh pengaturan kadar kation anion ransum dan
suplementasi Cr terhadap kecernaan terhadap aktifitas mikroba dan kecernaan
nutrien belum banyak diketahui khususnya pada ternak domba di wilayah tropis.
Penelitian ini dirancang untuk menganalisis kecernaan serat pakan pada domba Garut
betina dengan pemberian suplementasi Cr organik yang dihasilkan dari Ganoderma
lucidum dan dengan nilai nisbah kation-anion ransum yang berbeda
Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan September 2008 sampai bulan
Januari 2009, yang bertempat di laboratorium lapang milik Laboratorium Nutrisi
Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 24
ekor domba Garut betina dengan rata-rata bobot badan 27,7 ± 2,24 kg. Domba dibagi
menjadi empat kelompok berdasarkan bobot badan dan diberi enam perlakuan yaitu:
RA= Ransum Basal (RB), RB= RB + 3 ppm Cr-anorganik, RC= RB + 3 ppm Crorganik jerami padi, RD= RB + 3 ppm Cr-organik sawit, RE= R PKAR -10 + 3 ppm
organik jerami padi, RF= R PKAR -10 + 3 ppm organik sawit. Pemberian pakan
dilakukan pada pukul 07.00 dan pukul 14.00 WIB. Penimbangan ternak dilakukan
setiap satu minggu sekali dan pengambilan sampel feses dilakukan selama tujuh hari
berturut-turut setelah masa preliminary. Peubah yang diamati pada penelitian ini
yaitu: konsumsi pakan, palatabilitas, pertambahan bobot badan, dan kecernaan serat
pakan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola searah
dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Data diolah dengan sidik ragam
(ANOVA). Apabila hasil analisis menunjukkan berbeda nyata maka selanjutnya diuji
menggunakan uji jarak Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ransum komplit yang
disuplementasi dengan Cr dan mempunyai nilai nisbah kation anion berbeda tidak
berpengaruh nyata terhadap konsumsi, palatabilitas, pertambahan bobot badan dan
kecernaan serat pakan. Hal ini dapat diakibatkan oleh level pemberian Cr yang masih
terlalu kecil. Sementara itu nilai nisbah kation anion hingga bernilai -10 belum

ii

mempengaruhi pertumbuhan bakteri pemecah serat pakan pada domba garut yang
mendapat ransum berkonsentrat 65%.
Kata-kata kunci : domba garut, pakan, kecernaan, kromium, kation, anion

iii

ABSTRACT
Dietary Fiber Digestibility in Garut Sheep Breed Offered Rations with
Different Cation Anion Balance and Chromium Level
B. K. Umbara , T. Toharmat , A. Sudarman
The experiment was aimed at evaluating dry matter intake and nutrient
digestibility in Garut breed ewes offered ration differing in dietary cation anion ratio
and supplemented with organic chromium (Cr) from Ganoderma lucidum. Twenty
four female Garut breed sheep aged two years with initial weight of 27.70 ± 2.24 kg
were alocated into a Randomized Block Design. The sheep were grouped into 4
weight groups based on their initial weight and allocated into six experimental
rations. The experimental rations were: 1) RA = basal diet, 2) RB = basal diet + 3
ppm inorganic cromium, 3) RC = basal diet + 3 ppm organic Cr from rice straw, 4)
RD = basal diet + 3 ppm organic Cr from oil palm by fiber, 5) RE = basal diet with
DCAB –10 +3 ppm organic Cr from rice straw and 6) RF = basal diet with DCAB –
10 + 3 ppm organic Cr from oil palm fiber. There were no effect of dietary cation
anion ratio and organic Cr supplementation on dry matter intake, palatability, daily
gain and nutrient digestibility. The result indicated that manipulation of dietary
anion cation balance and supplementation of Cr at those levels were had no effect on
palatability of feed, dry matter intakes, weight gain and nutrient digestibility.
Keywords: anion, cation, chromium, digestibility, fiber, Garut sheep

iv

KECERNAAN SERAT PAKAN PADA DOMBA GARUT BETINA
YANG MENDAPAT RANSUM DENGAN NILAI NISBAH
KATION ANION DAN KROMIUM BERBEDA

BENY KURNIA UMBARA
D24052284

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

v

KECERNAAN SERAT PAKAN PADA DOMBA GARUT BETINA
YANG MENDAPAT RANSUM DENGAN NILAI NISBAH
KATION ANION DAN KROMIUM BERBEDA

Oleh
BENY KURNIA UMBARA
D24052284

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 28 Agustus 2009

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Agr.Sc.
NIP. 195909021983031003

Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc.
NIP. 196404241989031001

Dekan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr.
NIP. 196701071991031003

Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.
NIP. 196705061991031001

vi

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Desember 1985 di Conggeang Sumedang,
Jawa Barat. Penulis adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Abudin
dan Ibu Mimin Rohayati. Alamat orang tua Kp. Kutamara, 07/02 Desa Pasiripis,
Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Pendidikan dasar diselesaikan tahun 1999 di SDN Sukamaju 1 Cibingbin
Kuningan, pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2002 di
SLTPN 1 Cikajang Garut, dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada
tahun 2005 di SMAN 1 Garut Jawa Barat.
Tahun 2005, Penulis masuk Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI). Setelah satu tahun berada di asrama TPB-IPB,
kemudian penulis diterima di Fakultas Peternakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan.
Selama mengikuti pendidikan formal penulis aktif di Dewan Penggalang di
SLTPN 1 Cikajang, dan anggota OSIS di SMAN 1 Garut. Selama belajar di IPB
penulis aktif di lembaga kemahasiswaan yaitu menjadi anggota HIMASITER selama
dua tahun yaitu periode 2006-2007 dan 2007-2008 divisi Biro Khusus Magang
(BKM). Penulis juga menjadi ketua Kelompok Pecinta Alam Fakultas Peternakan
IPB (KEPAL-D) periode 2007-2008. Selain aktif di lembaga kemahasiswaan penulis
juga pernah menjadi anggota paduan suara Graziono Simphonia pada tahun 2006,
kemudian penulis juga aktif di Himpunan Organisasi Mahasiswa Daerah Garut
(HIMAGA). Selain itu penulis pernah menjadi panitia kegiatan Domba Cup pada
tahun 2007 dan 2008 yang diselenggarakan oleh mahasiswa daerah.

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur Penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi berjudul ”Kecernaan Serat Pakan pada Domba Garut Betina yang
Mendapat Ransum dengan Nilai Nisbah Kation Anion dan Kromium Berbeda” ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan,
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung dari bulan September 2008 hingga
Januari 2009 di laboratorium lapang Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah,
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Skripsi ini disusun dengan harapan pemberian suplementasi kromium organik
dan pengaturan nilai nisbah kation anion ransum dapat dimanfaatkan oleh ternak
ruminansia untuk meningkatkan metabolis dan dapat meningkatkan daya kerja
mikroba rumen sehingga dapat mencerna pakan berserat lebih baik lagi. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut berperan
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat
terutama di dunia peternakan Amin.

.
Bogor, Agustus 2009

Penulis

viii

DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN ........................................................................................

ii

ABSTRACT ...........................................................................................

iv

RIWAYAT HIDUP ................................................................................

vii

KATA PENGANTAR ............................................................................

viii

DAFTAR ISI ..........................................................................................

ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................

xiii

PENDAHULUAN ..................................................................................

1

Latar Belakang ............................................................................
Tujuan ........................................................................................
Manfaat ........................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

3

Deskripsi Domba Garut ................................................................
Ransum Komplit ..........................................................................
Perbandingan Kation Anion ..........................................................
Konsumsi Ransum ........................................................................
Palatabilitas .................................................................................
Kebutuhan Nutrisi Domba.............................................................
Kecernaan Nutrien .......................................................................
Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia Besar ...............................
Suplementasi Mineral ...................................................................
Mineral Dalam Pakan Ternak ........................................................
Ganoderma Lucidum.....................................................................

3
3
4
5
5
6
6
9
10
10
12

METODE ...............................................................................................

13

Waktu dan Tempat ......................................................................
Materi .........................................................................................
Hewan Percobaan ............................................................
Alat yang Digunakan .......................................................
Ransum Percobaan ............................................................
Rancangan Percobaan .................................................................
Prosedur .......................................................................................
Peubah yang Diamati ..................................................................
Analisis Data ................................................................................

13
13
13
13
13
15
16
16
17

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

18

Konsumsi Pakan .........................................................................

18

ix

Palatabilitas .................................................................................
Pertambahan Bobot Badan ............................................................
Kecernaan Nutrien ........................................................................
Kecernaan Bahan Kering .................................................
Kecernaan Serat Kasar .......................................................
Kecernaan NDF .................................................................
Kecernaan ADF .................................................................

20
22
25
25
26
27
28

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

29

Kesimpulan .................................................................................
Saran ..........................................................................................

29
29

UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................

30

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

31

LAMPIRAN ..........................................................................................

34

x

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Komposisi Bahan Pakan dan Kandungan Nutrien Ransum ..............

14

2

Kandungan Kromium pada Ransum Percobaan ...............................

14

3.

Kandungan Garam-Garam dalam Ransum Percobaan ....................

15

4.

Konsumsi dan Pertambahan Bobot Badan Domba Garut Betina
terhadap Ransum yang Mengandung Kromium Organik dan
Anorganik dengan Neraca Kation Anion yang Berbeda ..................

18

Palatabilitas Domba Garut Betina terhadap Ransum Berkromium
yang mempunyai Nilai Kation Anion berbeda pada Pagi dan Siang
Hari .................................................................................................

21

6.

Keadaan Lingkungan Selama Penelitian ..........................................

21

7.

Kecernaan Nutrien pada Domba Garut Betina yang mendapat
Ransum dengan Nilai Nisbah Kation Anion dan Kromium Berbeda

25

5.

xi

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Skema Pembagian Hijauan Menurut Van Soest ..............................

9

2.

Konsumsi Ransum Percobaan yang Disuplementasi Kromium
dengan Nilai Nisbah Kation Anion Berbeda ....................................

19

Palatabilitas Domba Garut Betina terhadap Ransum Berkromium
dengan Nilai Nisbah Kation Anion Berbeda pada Pagi dan Siang
hari..................................................................................................

22

Pertambahan Bobot Badan Domba Garut Betina yang
Disuplementasi Kromium dan Nilai Nisbah Kation Anion Berbeda .

23

5.

Hubungan Pertambahan Bobot Badan dan Konsumsi ......................

24

6.

Hubungan Kecernaan Bahan Kering dan Serat Kasar ......................

26

3.

4.

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Data Konsumsi Bahan Kering ..................................................

35

2.

Data Palatabilitas Pagi Hari......................................................

35

3

Data Palatabilitas Siang Hari....................................................

35

4

Data Pertambahan Bobot Badan ...............................................

35

5

Data Kecernaan Bahan Kering .................................................

36

6

Data Kecernaan Serat Kasar .....................................................

36

7

Data Kecernaan NDF ...............................................................

36

8

Data Kecernaan ADF ...............................................................

36

9

Hasil Analisis Ragam Konsumsi Bahan kering ........................

37

10

Hasil Analisis Ragam Palatabilitas Pagi ...................................

37

11

Hasil Analisis Ragam Palatabilitas Siang .................................

37

12

Hasil Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan ....................

37

13

Hasil Analisis Ragam Kecernaan Bahan Kering .......................

38

14

Hasil Analisis Ragam Kecernaan Serat Kasar ..........................

38

15

Hasil Analisis Ragam Kecernaan NDF.....................................

38

16

Hasil Analisis Ragam Kecernaan ADF.....................................

38

xiii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ternak domba banyak dijumpai di daerah tropis karena mempunyai daya
tahan terhadap kekeringan dan mempunyai daya adaptasi tinggi (Ensminger et al.,
1990). Domba Garut memiliki sifat prolifik, kualitas daging dan performans yang
baik. Domba Garut sangat disukai oleh peternak di Jawa Barat sebagai domba
pedaging dan aduan. Performans domba yang baik dapat dicapai dengan pemberian
pakan yang berkualitas baik dengan jumlahnya yang mencukupi. Performans domba
Garut pada tingkat peternak saat ini sangat bervariasi. Hal tersebut diperkirakan
terkait dengan takaran pemberian pakan yang tidak sama antar peternak.
Kekurangan pakan selain menyebabkan pertumbuhan dan reproduksi ternak yang
tidak optimum, kekebalan tubuh domba akan menurun dan rentan terhadap gangguan
penyakit, sehingga dibutuhkan suplementasi pakan yang berkualitas untuk
meningkatkan laju metabolisme dalam tubuh.
Pemanfaatan glukosa darah yang kurang maksimal sebagai sumber energi
metabolisme menyebabkan fungsi sejumlah asam amino dan asam lemak berubah
menjadi sumber energi. Rendahnya kemempuan ternak dalam meningkatkan laju
aliran glukosa darah kedalam sel untuk energi metabolisme erat kaitannya dengan
aktivitas kinerja hormon insulin yang kurang optimal, hormon insulin akan bekerja
dengan efektif jika ada kromium (Cr) dan Cr berperan sebagai kofaktor insulin,
dengan demikian aktivitas kromium di dalam organisme paralel dengan fungsi
insulin.
Unsur Cr merupakan mikronutrien yang esensial bagi ternak dan juga
manusia. Unsur Cr berperan dalam proses metabolisme dan penting dalam fungsi
kekebalan tubuh dan mencegah stres, selain itu Cr berperan dalam proses
metabolisme karbohidrat, lemak, protein, dan asam nukleat.

Cr-organik dapat

dihasilkan dengan memanfaatkan fungi Ganoderma lucidum yang diketahui
mempunyai kemampuan untuk menginkorporasikan Cr kedalam selnya (Yang dan
Su, 2006), dan mengubahnya ke dalam bentuk Cr-organik baik di dalam miselium
maupun di dalam tubuh buahnya.
Domba Garut telah teradaptasi dengan lingkungan daerah pegunungan yang
sejuk. Terkait dengan performans domba Garut yang lebih unggul dari domba lokal

lainnya, domba Garut

banyak dikembangkan di daerah dataran rendah yang

mempunyai lingkungan panas. Kondisi lingkungan panas menyebabkan ternak yang
teradaptasi di lingkungan sejuk mengalami cekaman yang lebih tinggi.

Kondisi

cekaman menyebabkan cairan tubuh yang lebih basa dan penggunaan glukosa oleh
sel tubuh lebih lamban. Unsur Cr dalam bentuk organik dapat mengurangi cekaman
panas dan ransum dengan nisbah kation anion yang rendah dapat menurunkan pH
cairan tubuh. Pada penelitian ini pemberian pakan yang mengandung mineral Crorganik yang dihasilkan dari Ganoderma lucidum pada domba Garut diharapkan
meningkatkan kualitas metabolisme dalam tubuh dan pemberian ransum dengan nilai
nisbah kation anion yang rendah dengan nilai -10 diharapkan dapat menurunkan pH
cairan tubuh yang sekaligus mengahasilkan air liur yang mampu memelihara bahkan
meningkatkan efisiensi kecernaan fermentatif sehingga dapat meningkatkan
kecernaan serat pakan.
Tujuan
Penelitian ini dirancang untuk mengkaji kecernaan serat pakan pada domba
Garut betina dengan ransum yang disuplementasi kromium organik yang dihasilkan
dari Ganoderma lucidum dan mempunyai nilai nisbah kation-anion ransum yang
berbeda.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dasar tentang kemampuan
domba Garut dalam mencerna serat pakan dengan atau tanpa suplementasi Cr dan
pada kondisi ransum dengan nilai nisbah kation anion yang berbeda. Informasi
tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan
reproduksi domba Garut betina.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Domba Garut
Domba diklasifikasikan dalam: kingdom: Animal; philum: Chordata
(bertulang belakng); kelas: Mamalia (menyusui); ordo: Artiodactyla (berkuku
genap); sub ordo: Ruminansia; famili: Bividae; genus: Ovis ; spesies : Ovis aries
(Devendra dan McLeroy, 1992).

Domba Garut telah dibudidayakan masyarakat

Garut sejak lama. Domba yang memiliki fisik yang besar dan kuat ini, melahirkan
seni atraksi laga domba di daerah Bayongbong Garut. Domba Garut merupakan hasil
persilangan antara domba asli Indonesia, domba Merino dari Asia Kecil dan domba
ekor gemuk dari Afrika. Domba ini dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Domba
Garut, atau domba priangan dan nama domba Priangan lebih popular (Natasasmita
et al.,1986).
Ciri-ciri fisik domba Garut antara lain: badan agak besar; domba jantan
dewasa mempunyai bobot 60-80 kg, sedangkan yang betina mempunyai bobot 30-40
kg; domba jantan memiliki tanduk yang besar, melengkung kearah belakang, dan
ujungnya mengarah ke depan sehingga berbentuk seperti spiral. Pangkal tanduk
kanan dan kiri hampir bersatu, domba betina tidak memiliki tanduk; ekornya pendek
dan pangkalnya agak besar (gemuk); lehernya kuat, bentuk telinganya ada yang
panjang, pendek dan sedang yang terletak di belakang pangkal tanduk; bulunya lebih
panjang dan halus jika dibandingkan dengan domba asli, berwarna putih, hitam,
cokelat, atau kombinasi dari ketiga warna tersebut; domba ini baik untuk penghasil
daging (Balai Informasi Pertanian, 1990).
Ransum Komplit
Ransum komplit merupakan campuran dari berbagai bahan pakan sesuai
proporsinya untuk mendapatkan nutrien yang lengkap. Bahan pakan yang dicampur
antara lain hijauan, butiran, konsentrat, suplemen vitamin, dan bahan aditif lain yang
memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ternak (Owen, 1966). Selanjutnya Ensminger et
al. (1990) menyatakan bahwa ransum merupakan campuran jenis pakan yang
diberikan kepada ternak untuk sehari semalam selama hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi bagi tubuhnya. Ransum yang sempurna harus mengandung nutrien
seimbang, disukai ternak dan mudah dicerna.

3

Menurut Owen (1966), beberapa keuntungan pemberian pakan ransum
komplit pada ternak antara lain; disusun sesuai dengan kebutuhan nutrisi dari suatu
ternak tertentu sehingga benar-benar palatabel dan dapat menunjang fungsi
fisiologis. Pemakaian hijauan dan konsentrat dapat bervariasi dan dalam
penyusunannya dapat dicari bahan yang sesuai dengan nilai ekonomis. Sedangkan
menurut Esminger et al. (1990) penggunaan ransum lengkap atau komplit akan
memberikan beberapa keuntungan antara lain; 1) meningkatkan efisiensi pemberian
pakan, 2) ketika hijauannya kurang palatabel maka jika dibuat campuran ransum
komplit akan meningkatkan konsumsi, begitu juga sebaliknya jika ketersediaan
konsentrat terbatas dapat dipakai hijauan sebagai campuran, 3) campuran ransum
komplit dapat mempermudah ternak untuk mendapatkan nutrien lengkap.
Perbandingan Kation-Anion
Keseimbangan asam basa menyangkut pertukaran ion H+ dan komponenkomponen media internal yang mampu menyumbangkan atau menerima ion.
Substansi yang mampu menyumbangkan ion H+ adalah asam, sedangkan yang
mampu mengikat hidrogen adalah basa. Lingkungan internal salah satunya adalah
cairan dalam tubuh hewan yang merupakan tempat hidup bagi sel penyusun tubuh.
Kehidupan dapat dipertahankan jika hewan tersebut dapat mempertahankan stabilitas
lingkungannya seperti pH, suhu tubuh, kadar garam dan kandungan nutrien. Stewart
(1983) menyatakan bahwa keseimbangan ion-ion stabil seperti natrium, kalium, dan
klor berperan utama sebagai penentu keseimbangan asam basa dalam cairan biologis.
Menurut Haris dan Beede (1983), kation diet berasal dari sodium (Na) dan
potasium (K) yang bersifat basa, sedangkan anion diet berasal dari khlor (Cl), sulfur
(S), dan fosfor (P) yang bersifat asam. Proses perhitungan keseimbangan kationanion tidak menghitung semua mineral dalam ransum, akan tetapi hanya beberapa
mineral-mineral yang sering digunakan untuk menghitung keseimbangan kationanion, yaitu Na dan K untuk kation dan Cl dan S untuk anion, sehingga untuk
mendapatkan ransum dengan nilai asam perlu dilakukan penambahan Cl dan S lebih
banyak. Perbandingan kation-anion ialah perbedaan miliequivalen antara kation dan
anion tertentu dalam ransum dengan cara pengurangan antara miliequivalen kation

4

dan miliequivalen anion dalam seluruh ransum. Perhitungan nilai PKA yang
digunakan oleh Haris dan Beede (1983), adalah sebagai berikut :

PKA = (Na + K)-(Cl + S)(meq/100 gr BK ransum)
Keterangan : PKA = Perbandingan Kation Anion
Konsumsi Ransum
Ternak dapat mencapai tingkat penampilan produksi tertinggi sesuai dengan
potensi genetiknya bila memperoleh nutrien yang dibutuhkannya. Nutrien tersebut
diperoleh ternak dengan jalan mengonsumsi sejumlah makanan (Sutardi, 1980).
Menurut Maynard dan Loosly (1962) tujuan ternak mengonsumsi ransum adalah
untuk dapat hidup, tumbuh ataupun bereproduksi. Sutardi (1980) menyatakan bahwa
faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah palatabilitas, jumlah makanan
yang tersedia dan kualitas atau komposisi kimia bahan makanan. Selain itu aroma
dari pakan yang digunakan akan meningkatkan konsumsi ransum (Pond et al., 1995).
Beberapa keuntungan dari ransum komplit, yaitu: 1) meningkatkan efisiensi
pemberian pakan, 2) ketika hijauannya kurang palatabel maka jika dibuat campuran
ransum komplit akan meningkatkan konsumsi, begitu juga sebaliknya jika
ketersediaan konsentrat terbatas dapat dipakai hijauan sebagai campuran, 3)
campuran ransum komplit dapat mempermudah ternak untuk mendapatkan nutrien
lengkap (Ensminger et al., 1990).
Palatabilitas
Palatabilitas didefinisikan sebagai respon yang diberikan oleh ternak terhadap
pakan yang diberikan dan hal ini tidak hanya dilakukan oleh ternak ruminansia tetapi
juga dilakukan oleh hewan mamalia lainnya terutama dalam memilih pakan yang
diberikan (Church dan Pond, 1988).
Menurut Church (1974) palatabilitas sangat penting karena merupakan
gabungan dari beberapa faktor yang berbeda yang dirasakan oleh ternak, yang
mewakili rangsangan dari penglihatan, aroma, sentuhan dan rasa yang dipengaruhi
oleh faktor fisik dan kimia dari ternak yang berbeda. Ternak domba tidak memiliki
kemampuan membedakan warna merah dan biru, sehingga domba termasuk yang

5

buta warna. Pond et al. (1995) mendefinisikan palatabilitas sebagai daya tarik suatu
pakan atau bahan pakan untuk menimbulkan selera makan dan langsung dimakan
oleh ternak. Palatabilitas biasanya diukur dengan cara memberikan dua atau lebih
pakan kepada ternak sehingga ternak dapat memilih dan memakan pakan yang lebih
disukai.
Kebutuhan Nutrisi Domba
Kebutuhan hidup pokok merupakan kebutuhan akan nutrien yang digunakan
untuk mengganti jaringan yang rusak dan mati serta menyediakan energi untuk
kegiatan metabolisme (Lubis, 1963). Pemberian pakan yang kurang dari kebutuhan
ternak menyebabkan efek negatif dan pada batas tertentu akan menyebabkan tidak
adanya pertumbuhan dan produksi ternak. Hal ini disebabkan nutrien tersebut hanya
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok saja.
Domba memerlukan lebih banyak makanan daripada sapi jika dibandingkan
dengan bobot badan, ini berhubungan dengan beberapa faktor yaitu bahwa hewan
kecil pada umumnya proses-proses pencernaannya berjalan lebih cepat dan rapi
daripada hewan yang jauh lebih besar (Lubis, 1963). Diggins dan Bundy (1952) dan
Lubis (1963), menyatakan bahwa makanan ternak ruminansia terutama domba
adalah rumput dan hijauan lain yang umumnya berkadar serat kasar tinggi. Menurut
NRC (1985), kebutuhan nutrien untuk hidup pokok pada domba dengan bobot badan
30 kg adalah TDN 65%, DE 2.9 Mcal/kg, ME 2.4 Mcal/kg, PK 13.5%, Ca 0.5
g/ekor/hari dan P 0.22 g/ekor/hari.
Kecernaan Nutrien
Kecernaan atau ketersediaan nutrien dalam bahan makanan untuk diserap
oleh saluran pencernaan banyak tergantung pada status dan produktivitas atau fungsi
fisiologis ternak (Parakkasi, 1999). Anggorodi (1994) mendefinisikan kecernaan
sebagai bagian yang tidak diekskresikan dalam feses dimana bagian lainnya di
asumsikan diserap oleh tubuh ternak yang dinyatakan dalam persen bahan kering.
Williamson dan payne (1993) menyatakan bahwa nutrien yang dicerna adalah bagian
nutrien yang tidak dikeluarkan dan diperkirakan diserap oleh hewan.

6

Tinggi rendahnya kecernaan bahan pakan dipengaruhi antara lain oleh jenis
hewan, macam bahan pakan, jumlah ransum yang diberikan, cara penyediaan pakan,
dan kadar nutrien yang terkandung (Ranjhan dan Pathak, 1979).

Faktor yang

berpengaruh lainnya, menurut Arora (1989) yaitu pengisian dan laju pengaliran
rumen yang merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat dan tempat pencernaan,
tingkat konsumsi mikroba, produksi akhir fermentasi dan penggunaan nitrogen.
Sedangkan menurut Anggorodi (1994) faktor yang mempengaruhi daya cerna
ransum yaitu suhu, laju perjalanan pakan melalui alat pencernaan, bentuk fisik bahan
pakan, komposisi ransum, dan pengaruh terhadap perbandingan dari nutrien lainnya.
Untuk mengetahui jumlah nutrien yang dikonsumsi yaitu dengan cara mengalikan
jumlah bahan kering ransum dengan persentase kandungan nutrien dalam ransum,
begitu juga untuk menghitung banyaknya nutrien didalam feses, sedangkan
persentase nutrien dalam feses dan ransum diperoleh dari analisa proksimat.
Kecernaan dapat diukur dengan teknik fermentasi in vitro (Tilley dan Terry, 1963).
Kecernaan Bahan Kering
McDonald et al. (1995) menyatakan bahwa kecernaan pakan didefinisikan
sebagai proporsi yang tidak diekresikan lewat feses dan diasumsikan diserap oleh
ternak. Salah satu faktor yang penting yang harus dipenuhi bahan makanan adalah
tinggi rendahnya kecernaan bahan makanan itu yang berarti bahwa bahan makanan
itu harus cukup mengandung zat-zat makanan dalam bentuk yang dapat dicerna
didalam saluran pencernaan. Sutardi (1980) menyatakan bahwa pencernaan adalah
proses perubahan fisik dan kimia yang dialami oleh bahan makanan dalam alat
pencernaan, proses ini meliputi pencernaan mekanik hidrolitik dan fermentative.
Kecernaan bahan kering dipengaruhi oleh konsumsi dan kadar NDF (Neutral
deterjen Fiber) ransum.
Menurut Syah (1984), menyatakan bahwa kandungan NDF yang rendah
dalam ransum akan menyebabkan laju pengosongan saluran pencernaan menjadi
lambat sehingga konsumsi bahan kering maupun bahan organik ransum menjadi
rendah. Bahan makanan yang mengandung serat kasar tinggi akan menurunkan
koefisien cerna zat-zat makanan lainnya, karena untuk mencerna serat kasar
dibutuhkan banyak energi (Lubis 1963). Makin tinggi serat kasar, laju pergerakan zat

7

makanan dalam sekum makin tinggi, sehingga diperkirakan bahwa koefisien cerna
zat makanan akan makin rendah (Cheeke dan Patton, 1980).
Kecernaan Serat
Menurut Ranjhan dan Pathak (1979) menyatakan bahwa kecernaan zat
makanan dapat dipengaruhi oleh umur ternak, level pemberian, dan kadar zat
makanan yang dikandungnya. Ternak ruminansia dapat memecah dan menggunakan
sebagian karbohidrat structural (selulosa dan hemiselulosa) dengan bantuan mikroba
rumen. Parakkasi (1999) juga manambahkan bahwa dengan adanya bantuan mikroba
rumen akan meningkatkan kecernaan bahan makanan yang mengandung karbohidrat
structural (karbohidrat pembangun); kandungan lignin dan silica pada bahan
makanan dapat mempengaruhi produksi energi metabolis (ME), karena bahan
makanan yang memiliki kandungan lignin dan silica yang tinggi akan lebih sulit
dicerna, sehingga lebih banyak energi dari bahan makanan tersebut yang keluar
melalui feses.
Tillman et al. (1989) mengatakan bahwa hewan tidak menghasilkan enzim
untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa, tetapi mikroorganisme dalam suatu
saluran pencernaan menghasilkan selulase dengan hemiselulase yang dapat mencerna
selulosa dan hemiselulosa, juga dapat mencerna pati dan karbohidrat yang larut
dalam air menjadi asam-asam asetat, propionat dan butirat
Serat adalah lignin dan polisakarida yang merupakan dinding sel tumbuhan
dan tidak tercerna oleh cairan sekresi dalam saluran pencernaan. Kandungan serat
dalam dinding sel dapat diekresikan dengan metode Netral Detergen Fiber (Arora,
1989) sehingga kemampuan serat dapat dipisahkan. Jika kandungan lignin dalam
bahan pakan tinggi maka koefisien cerna pakan tersebut menjadi rendah (Sutardi,
1980).
NDF (Netral Detergent Fiber) dan ADF (Acid Detergent Fiber)
Secara garis besar bahan hijauan dibagi menjadi isi sel dan dinding sel
(NDF). Isi sel terdiri dari fraksi-fraksi protein, karbohidrat non struktural, mineral
dan lemak yang mudah larut dalam pelarut deterjen netral. Dinding sel yang tidak
larut dalam dalam pelarut deterjent netral (NDF) dibagi menjadi beberapa fraksi

8

berdasarkan kelarutannya dalam pelarut detergen asam. Fraksi yang larut terdiri dari
hemiselulosa dan protein dinding sel (N dinding sel), sedangkan yang tidak larut
adalah selulosa, lignin, lignoseulosa, dan silica atau dikenal dengan serat detergent
asam (Acid Detergent Fiber/ ADF). Selain bahan organik, dinding sel juga
mengandung silika. Dinding sel (NDF) biasanya erat hubungannya dengan konsumsi
sedangkan ADF erat hubungannya dengan kecernaan (Parakkasi, 1999).
Skema pembagian hijauan menurut Van Soest (1994), dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :
Bahan
Makanan

Air
Isi Sel
Bahan
Kering

Hemiselulosa
(N dinding sel)

Dinding Sel
(NDF)

SiO2
Lignoselulosa
Lignin
Deterjen Asam

Gambar 1. Skema Pembagian Hijauan Menurut Van Soest
Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia
Pencernaan merupakan proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan
pakan dalam alat pencernaan. Proses pencernaan tersebut meliputi : pencernaan
mekanik, pencernaan hidrolitik, dan pencernaan fermentatif. Pencernaan mekanik
terjadi di mulut oleh gigi melalui proses pengunyahan dengan tujuan memperkecil
ukuran, yang kemudian akan masuk kedalam perut dan usus untuk melalui
pencernaan hidrolitik, dimana nutrien akan diuraikan menjadi molekul yang lebih
sederhana oleh enzim pencernaan yang dihasilkan oleh hewan (Sutardi, 1980).
Pencernaan berlangsung dari suatu saluran yang terentang dari mulut ke anus
(Frandson,1996). Nutrien tersebut dalam saluran pencernaan mengalami perombakan
menjadi zat-zat yang siap untuk diserap tubuh hewan (Tilman et al, 1989). Sistem
pencernaan ruminansia sangat tergantung pada perkembangan populasi mikroba
yang mengalami retikulorumen dalam mengolah setiap bahan pakan yang
dikonsumsi. Mikroba tersebut berperan sebagai serat dan sumber protein. Adanya
mikroba yang berperan dalam pencernaan pakan di dalam rumen menyebabkan
ternak ruminansia mampu mencerna pakan berserat yang berkualitas rendah,

9

sehingga kebutuhan asam amino untuk ternak tidak sepenuhnya tergantung pada
protein pakan yang diberikan (Sutardi, 1980). Sumber energi utama ruminansia
adalah asam lemak terbang (VFA) yang merupakan produk akhir dari fermentasi
dalam rumen.
Suplementasi Mineral
Penambahan mineral pada ternak dalam ransum dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan mineralnya seperti dengan melakukan penambahan suplemen pada bahan
makanan ternak. Suplemen merupakan suatu bahan makanan atau campuran bahan
makanan yang dicampur pada bahan lain, untuk meningkatkan keserasian dalam
makanan akhir. Suplemen dapat diberikan tanpa dicampur dengan bahan lain,
diberikan secara bebas bersama makanan lain secara terpisah, atau dicampur dengan
bahan makanan lain untuk membentuk makanan yang lengkap (Hartadi et al., 1990).
Ransum yang tersusun dari bahan makanan biasa dapat defisiensi terhadap
unsur mineral, kecuali bila ditambahkan dengan sumber mineral seperti tepung
tulang dan kalsium. Bila terjadi defisiensi maka fungsi tubuh akan menurun tetapi
bila diberikan dalam jumlah yang berlebihan dimana sistem regulasi tidak dapat
dipertahankan maka akan terjadi keracunan (Parakkasi, 1985).
Mineral Dalam Pakan Ternak
Mineral merupakan elemen-elemen atau unsur-unsur kimia selain karbon,
hidrogen, oksigen dan nitrogen jumlahnya mencapai 95% berat badan (Piliang,
2002). Elemen mineral secara umum dibagi menjadi dua yaitu mineral mikro dan
mineral makro. Mineral makro dibutuhkan dalam jumlah besar dan terdapat dalam
jumlah besar didalam jaringan tubuh hewan, yang termasuk dalam mineral makro
adalah kalsium, phospor, sodium, klorin, potasium, magnesium, dan belerang.
Mineral mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil dan didalam jaringan tubuh
terdapat sedikit, yang termasuk dalam mineral mikro adalah kobalt, Cu, iodium, besi,
mangan, molibdenum, selenium, dan