Letak Diskresi pada Peran Polisi dalam Penegakan Hukum

10 Hukum itu hanya dapat mengatur dan menuntun kehidupan bersama secara umum, sebab apabila hukum mengatur secara sangat terperinci, dengan memberikan langkah-langkah secara lengkap dan terperinci, maka pada waktu itu pula kehidupan akan macet. Oleh karena itu diskresi sesungguhnya merupakan kelengkapan dari sistem pengaturan oleh hukum itu sendiri. Perkara-perkara yang masuk di bidang tugas preventif polisi pemberian diskresi memang lebih besar daripada perkara-perkara penegakan hukum. Diskresi yang ada pada tugas polisi dikarenakan pada saat polisi menindak, lalu dihadapkan pada dua macam pilihan apakah memprosesnya sesuai dengan tugas dan kewajibannya sebagai penegak hukum pidana ataukah mengenyampingkan perkara itu dalam arti mengambil tindakan diskresi kepolisian. Tindakan diskresi ini mempunyai arti tidak melaksanakan tugas kewajibannya selaku penegak hukum pidana berdasarkan alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan oleh hukum. Alasan-alasan itu bisa berupa membina pelaku, demi ketertiban atau karena alasan- alasan hukum yang lainnya.

C. Penerapan dan Kendala Diskresi Kepolisian terhadap Anak Pelaku Tindak

Pidana Pencurian Berdasarkan wawancara dengan AKP Ilyas diketahui bahwa setiap anggota kepolisian di Polresta Yogyakarta ini memiliki hak untuk melaksanakan diskresi di dalam mencari penyelesaian permasalahan demi kemanfaatan yang lebih luas bagi masyarakat. Dijelaskan bahwa diskresi sendiri pada intinya adalah, “Suatu tindakan atau kebijaksanaan yang dilakukan oleh anggota kepolisian dimana melawan atau bertentangan dengan aturan yang ada dengan tujuan demi kepentingan umum yang lebih besar dan bermanfaat”. Bagaimanapun juga diskresi terkadang merupakan jalan keluar yang diambil akan tetapi sedikit menyimpang dari aturan hukum yang telah ditetapkan. Namun, diskresi inilah merupakan jalan keluar yang terkadang cukup membantu polisi, sehingga permasalahan menjadi lebih mudah. Tentunya polisi tidak begitu saja mengambil inisiatif melakukan diskresi dengan alasan agar mudah melainkan diskresi itu sendiri terdapat dasar yang membolehkan untuk dilakukan oleh polisi menurut hukum. Peraturan perundangan yang menjadi dasar diskresi oleh polisi itu adalah: a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP 11 b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Dasar yang membolehkan pelaksanaan diskresi oleh polisi menurut Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2002 terdapat di dalam Pasal 16 dan Pasal 18. Menurut Narasumber selain peraturan Perundang-undangan yang dapat dijadikan dasar oleh polisi dalam menentukan diskresi adalah hukum tidak tertulis yang berlaku di dalam masyarakat. Hukum tidak tertulis yang menjadi dasar diskresi ini menurut narasumber dapat berupa adat kebiasaan serta kebudayaan yang berlaku di masyarakat dan tidak bertentangan dengan hukum positif. Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa dalam kenyataannya hukum tidak secara kaku diberlakukan kepada siapapun dalam kondisi apapun seperti yang tercantum dalam undang-undang. Di Indonesia pengembangan konsep diskresi kepolisian merupakan sesuatu yang baru, dan kota Yogyakarta menjadi salah satu tempat pelaksanaan pengembangan diskresi kepolisian. Tindak pidana, khususnya tindak pidana yang dilakukan oleh anak, dilihat sebagai suatu pelanggaran terhadap manusia dan hubungan antara manusia, yang menciptakan suatu kewajiban untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik dengan melibatkan korban, pelaku dan masyarakat dalam mencari solusi perbaikan, rekonsiliasi dan mententramkan hati. Berdasarkan hasil wawancara dengan AKP Ilyas Polresta Yogyakarta telah menyediakan ruang penyidikan khusus anak Unit Pelayanan Perempuan dan Anak dan memisahkan tersangka anak dengan tersangka dewasa sejak saat yang bersangkutan dilakukan penyidikan. Tersangka anak yang disidik ditempatkan di ruang tunggu khusus dengan didampingi oleh orang tua atau keluarganya dan atau penasehat hukumnya. Ruang penyidikan bagi anak ini sengaja tidak diberi tulisan tersangka atau terdakwa dengan pertimbangan psikologis si anak agar merasa aman, bebas dan tidak merasa dipermalukan selama menjalankan penyidikan. Demi kepentingan anak, untuk anak yang berada dalam tahanan terlebih dahulu dialihkan atau bahkan ditangguhkan penahanannya agar apabila jaksa penuntut umum mengajukan upaya hukum banding anak tersebut tidak perlu mendekam dalam tahananpenjara sambil menunggu putusan itu berkekuatan hukum tetap. Berdasarkan hasil wawancara dengan AKP Ilyas dapat dikatakan adanya upaya pelaksanaan diskresi kepolisian tidak berarti bahwa semua perkara anak harus dijatuhkan putusan berupa tindakan dikembalikan kepada orang tua, karena penyidik harus memperlihatkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain: