Kasus Identifikasi Masalah Solusi I

g. Memberi keputusan h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum untuk perawatan klien i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.

4. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel 1981

a. Mengumpulkan data yang relevan b. Mengidentifikasi dilema c. Memutuskan apa yang harus dilakukan d. Melengkapi tindakan

5. Langkah-langkah menurut Thompson Thompson 1981

a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual. b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi c. Mengidentifikasi Issue etik d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait. f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada

BAB III KASUS

A. Kasus

Perawat D bertugas di ruang Intensif Care Unit. Saat ini sedang merawat seorang ibu Ny. R berusia 45 tahun dengan gagal jantung dan kondisinya sangat kritis. Klien berasal dari keluarga miskin dan tidak mempunyai dana untuk kelangsungan perawatan di ICU, Pasien menggunakan BPJS PBI. Kondisinya belum layak untuk dipindahkan keruang rawat inap, Tetapi dari pihak rumah sakit pasien harus dipindahkan karena ada pejabat yang akan masuk di ruang ICU, mengingat bed di ruang ICU terbatas.

B. Identifikasi Masalah

Kasus diatas menunjukkan adanya masalah hubungan antara perawat, pasien dan institusi dimana perawat mendapat instruksi dari pimpinan Rumah Sakit untuk memindahkan nenek yang berada di ICU ke bangsal umum karena ruang ICU akan dipakai oleh pejabat yang memerlukan perawatan khusus di ICU. Teori yang mendukung dari tindakan ini adalah teori Utilitarianism, dalam kasus ini teori etik yang digunakan oleh perawat sebagai acuan dalam mellakukan tindakan ini lebih berpihak pada teori Utilitarianism. Tindakan tersebut dilakukan oleh perawat dengan pertimbangan menjaga nama baik instansi agar tidak tercemar nama baiknya. Apabila pihak rumah sakit menolak sang pejabat yang juga memerlukan perawatan intensif di Ruang ICU, maka resikonya yakni adanya publikasi yang memungkinkan menjatuhkan nama baik instansi sehingga mengubah pandangan masyarakat terhadap rumah sakit tersebut. Meskipun ada resiko yang lebih besar dengan memindahkan pasien ke bangsal, tapi instansi berfikir mengenai kestabilan instansi juga. Jadi apabila menurut aturan institusi tidak sesuai, namun instansi tetap berupaya melakukan yang terbaik dan memilih tindakan yang manfaatnya lebih besar bagi instansi maupun pasien.

C. Solusi I

Jika memungkinkan ada rumah sakit terdekat, sebaiknya pejabat tersebut di rujuk kerumah sakit lain, sehingga Ny.St ersebut tetap dapat dirawat. Berikut ulasannya : 1. Analisa Nilai Etik a. Nilai Etik yang mendukung 1 Equality kesetaraan Karena meskipun Ny R dari keluarga yang miskin, namun beliau juga mempunyai hak mendapatkan asuhan keperawatan. b. Nilai Etik yang Bertentangan 1 Justice keadilan Terdengar tidak adil memang jika kita tidak melayani orang yang sanggup memenuhi ketentuan rumah sakit secara finansial namun mengabaikannya. 2. Analisa Prinsip Etik a. AnalisisPrinsipEtik Yang Mendukung 1 Beneficience berbuat baik Perawat dituntut untuk melakukan hal yang baik untuk menyelesaikan pekerjaan yang terbaik untuk klien. 2 Justice keadilan Perawat harus memberikan asuhan keperawatan secara adil kepada pasien tanpa memandang status. b. Analisis Prinsip Etik Yang Bertentangan 1 Non maleficince tidak merugikan Jika perawat tetap merawat Ny R, bisa terjadi kemungkinan bahwa perawat akan merugikan dan membahayakan pasien lain pejabat karena ia juga dalam kondisi yang parah. 3. Keuntungan Pada solusi 1 menggunakan teori Teologi atau teori yang mempertimbangkan hasil akhir. Dengan teori ini, nenek tersebut tetap mendapat perawatan, dan pejabat bisa tetap dirawat dengan dirujuk pada rumah sakit lain. 4. Kerugian Karena kita telah melanggar peraturan rumah sakit yang memerintahkan untuk memindah Ny R tersebut,

D. Solusi II