pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai dengan tahun 1980 luasa lahan mencapai 294.560 ha dengan produksi CPO sebesar 721.172 ton. Sejak saat itu
perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyatnya. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program perkebunan inti
rakyat perkebunan PIR-bun. Dalam pelaksanaanya, perkebunan besar sebagai inti membina dan menampung hasil perkebunan rakyat di sekitarnya yang menjadi plasma.
Perkembangan perkebunan semangkin pesat lagi setelah pemerintah mengembangkan program lanjutyan yaitu PIR-Transmigrasi sejak tahun 1986. Program tersebut berhasil
menambah luas lahan dan produksi kelapa sawit. Hartono,2007.
2.1.2 Morfologi Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Indonesia ada banyak jenisnya. Varietas tanaman tersebut dapat dibedakan berdasarkan tebal tipisnya tempurung
cangkang dan kandungan minyak dalam buah maka kelapa sawit dapat dibedakan dalam 3 tipe yakni:
1. Dura
Tempurung cangkang pada buah sekitar 25-45 sangat tebal antara 2-8 mm, dan tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis sekitar 20-
65 dan kandungan minyak pada buah rendah. 2.
Psifera Jenis Psifera memiliki tempurung yang tipis, biji yang kecil, daging buah yang tebal,
tidak mempunyai cangkang, intinya kecil namun kandungan minyak dalam buah tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman ini tidak bisa digunakan untuk penggunaan komersil tapi jenis ini sering disebut sebagai tanaman betina yang steril. Melalui persilangan antara jenis dura dan psifera
dihasilkan jenis ketiga yaitu jenis Tenera.
3.Tenera
Merupakan persilangan antara Dura sebagai pohon ibu dengan Psifera sebagai pohon bapak. Tenera bertempurung tipis dan inti yang besar dan kandungan minyak dalam buah
tinggi. Ukuran daging buah sekitar 60 - 90, ketebalan cangkang antara 0.5 - 4 mm.
Risza S, 1993
Perbandingan penampang dari ketiga jenis kelapa sawit tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 1. Perbandingan penampang bagian dari Dura, Tenera, Psifera yang menunjukkan bagian dari ukuran serat, cangkang dan inti. Fairhurst, T, Hardter, 2003
Universitas Sumatera Utara
Cara panen buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak yang paling
maksimal. Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan Asam Lemak
Bebas atau Free Fatty Acid ALB atau FFA. Hal itu tentu akan merugikan sebab pada buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga
akan menurunkan mutu minyak. Lagi pula, buah yang terlalu masak lebih muda terserang hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan
kandungan minyak, walaupun ALB-nya rendah.
2.1.3 Fraksi TBS dan Mutu Panen