Penentuan Kadar Air Dan Asam Lemak Bebas Pada CPO (Crude Palm Oil) Di PKS. PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

(1)

PENENTUAN KADAR AIR DAN ASAM LEMAK BEBAS PADA

CPO (Crude Palm Oil) DI PKS.PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN

KUALA TANJUNG

KARYA ILMIAH

DEFY SYAHPUTRA

062401016

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSIATAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PENENTUAN KADAR AIR DAN ASAM LEMAK BEBAS PADA

CPO (Crude Palm Oil) DI PKS.PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN

KUALA TANJUNG

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahlimadya

DEFY SYAHPUTRA

062401016

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul :PENENTUAN KADAR AIR DAN ASAM LEMAK

BEBAS PADA CPO (Crude Palm Oil) DI

PKS.PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG

Kategori : KARYA ILMIAH Nama : DEFY SYAHPUTRA Nomor Induk Mahasiswa : 062401016

Program Studi : D III KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui oleh Medan, juni 2010

Diketahui/Disetujui oleh

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing

Dr.Rumondang Bulan,MS Dra.Emma Zaidar Nst,MSi NIP . 131 459 466 NIP . 131653985


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR AIR DAN ASAM LEMAK BEBAS PADA

CPO (Crude Palm Oil) DI PKS.PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN

KUALA TANJUNG

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2010

DEFY SYAHPUTRA

062401016


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirant Allah SWT yang telah mencurahkan Kasih setia dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada wakltu yang telah ditentukan.

Karya ilmiah ini berjudul “PENENTUAN KADAR AIR DAN ASAM LEMAK

BEBAS PADA CPO(Crude Palm Oil) DI PKS.PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG”

Dengan selesainya karya ilmiah ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaikan karya ilmiah ini, terutama kepada :

1. Ibu Dra.Emma Zaidar Nst,Msi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan begitu banyak panduan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah.

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nasution, MS, selaku Ketua Jurusan Kimia di FMIPA USU serta Ibu Dra.Marpongahtun , M,Si selaku Ketua Jurusan Kimia Analis FMIPA USU.

3. Bapak Drs.Firman Sebayang, MS, selaku sekretaris Departemen Kimia. 4. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh Dosen dan Staff Administrasi Jurusan Kimia Analis FMIPA USU yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan.

6. Sahabat-sahabat penulis yang terkasih heri, juned, andi, Evan, Kak Sukma,serta Sahabat-sahabat yang selalu setia semenjak masa kecil penulis hingga saat ini Adi dan Putra, terima kasih atas dukungannya baik dalam saat sedih maupun Gembira yang pernah dilalui bersama selama ini.Semua rekan-rekan Mahasiswa /I Kimia Analis Stambuk 2006, Adik –adik angkatan 2007 dan 2008 yang tidak dapat menulis sebutkan satu persatu.

7. Dan yang teristimewa terima kasih yang tak terhingga dari hati yang terdalam Kepada Orang Tua penulis, Ayahanda Tercinta Ibnu Hajar, Ibunda tercinta Mardiah yang telah mencurahkan segenap dan sayangnya kepada Penulis, Saudara - saudara Penulis yang tercinta abaghanda Dhiara Mudi dan Nano wahyudi, Adik -adikku Husnul khotimah dan Alghifary Maraj.Hidayat yang telah memberikan dukungan moril dan materiil serta doa dan Semangat bagi penulis dari awal masa perkuliahan hingga terselesainya karya ilmiah ini. Semoga penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang penulis peroleh didalam masyarakat kelak.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi informasi atau data yang disajikan , format penulisan dan sebagainya . Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian..


(6)

INTISARI

Pabrik kelapa sawit di PKS.PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN merupakan pabrik yang mengelola tandan buah segar menjadi minyak kasar. Proses pengelolahan minyak tersebut dimulai dengan proses perebusan dan proses pemurnian merupakan tahap akhir dari seluruh proses.Cara yang digunakan untuk menentukan kadar air pada CPO yang dihasilkan adalah dengan metode gravimetri dan untuk menentukan kadar asam lemak bebas dengan metode titrasi.Hasil analisa yang diperoleh kadar air pada CPO 0,17% sedangkan kadar asam lemak bebas 4.34%.

Dari analisa yang dilakukan,semakin tinggi kadar air pada CPO maka semakin tinggi pula kadar asam lemak bebas yang diperoleh.dan sebaliknya semakin rendah kadar air pada CPO maka semakin kecil pula kadar asam lemak bebas nya.


(7)

ABSTRACT

Palm factory in PKS.PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN is the factory that manufactures fresh palm branch to be crude palm oil. The manufacture process of palm oil are begun with boiling process and purifing process is the last step of the complete process.The method that is used to decide of moisture and free fatty acid in crude palm oil are gravimetric and titration.By the analytic we have moisture at 0.17% and free fatty acid at 4.34%.

By the methods of analytic we find that the higher concentration of moisture is the higher free fatty acid we have.and that the smaller concentration of moisture is the smaller free fatty acid we have.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

KATA PENGANTAR iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang 1

b. Permasalahan 2

c. Tujuan 2

d. Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

2.1.1 Sejarah Perkelapasawitan 4 2.1.2 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit 5 2.2 Minyak Kelapa Sawit

2.2.1 Komposisi Minyak Kelapa Sawit 7 2.2.2 Sifat Fisiko-kimia Minyak Kelapa Sawit 8 2.3 Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

2.3.1 Pengendalian Pengolahan Minyak Kelapa Sawit 10 2.4 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit

2.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit 10 2.5 Minyak Dan Lemak

2.5.1 Perusakan Lemak Dan Minyak 13 2.5.2 Penentuan Kadar Lemak Dan Minyak 13 2.6 Asam Lemak

2.6.1 Kandungan Asam Lemak Minyak Sawit 15 2.6.2 Asam Lemak Jenuh 16 2.6.3 Asam Lemak Tidak Jenuh 16

BAB 3 METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat 18

3.1.2 Bahan-bahan 18

3.2 Prosedur

3.2.1 Penentuan Kadar Air Pada CPO 19 3.2.2 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Pada CPO 19

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Analisa Kadar Air Dan Asam Lemak Bebas Pada CPO 20 4.2 Perhitungan 21


(9)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 23

5.2 Saran 23


(10)

INTISARI

Pabrik kelapa sawit di PKS.PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN merupakan pabrik yang mengelola tandan buah segar menjadi minyak kasar. Proses pengelolahan minyak tersebut dimulai dengan proses perebusan dan proses pemurnian merupakan tahap akhir dari seluruh proses.Cara yang digunakan untuk menentukan kadar air pada CPO yang dihasilkan adalah dengan metode gravimetri dan untuk menentukan kadar asam lemak bebas dengan metode titrasi.Hasil analisa yang diperoleh kadar air pada CPO 0,17% sedangkan kadar asam lemak bebas 4.34%.

Dari analisa yang dilakukan,semakin tinggi kadar air pada CPO maka semakin tinggi pula kadar asam lemak bebas yang diperoleh.dan sebaliknya semakin rendah kadar air pada CPO maka semakin kecil pula kadar asam lemak bebas nya.


(11)

ABSTRACT

Palm factory in PKS.PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN is the factory that manufactures fresh palm branch to be crude palm oil. The manufacture process of palm oil are begun with boiling process and purifing process is the last step of the complete process.The method that is used to decide of moisture and free fatty acid in crude palm oil are gravimetric and titration.By the analytic we have moisture at 0.17% and free fatty acid at 4.34%.

By the methods of analytic we find that the higher concentration of moisture is the higher free fatty acid we have.and that the smaller concentration of moisture is the smaller free fatty acid we have.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai yang sangat penting bagi kehidupan kita sehari-hari, hal ini terutama nampak pada kebutuhan kita akan minyak nabati. Banyak tanaman lain yang dapat dijadikan sumber minyak nabati ,seperti kelapa, kacang kedelai. Namun demikian kelapa sawit adalah penyumbang minyak nabati terbesar di dunia. Di kawasan Asia tenggara kebutuhan minyak nabati sebagian besar diperoleh dari minyak sawit sedangkan kelapa hanya menyumbangkan sekitar 1/3 saham minyak sawit.

Minyak sawit merupakan bahan baku untuk industri kimia, mentega, sabun, lemak-lemak dan untuk memasak . Selain daripada itu kegunaan minyak sawit ini juga telah dikenal semenjak lama dalam industri bahan kimia maupun teknik. Misalnya digunakan sebagai bahan baku dalam industri baja, kawat, radio, kulit, kosmetik, tambang dan sebagainya.

Bervariasinya manfaat minyak sawit tersebut karena ada keunggulan, yang diantaranya tahan oksidasi dengan tekanan tinggi ,mampu melarutkan sebagian bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lain, mudah diserap oleh kulit dan sedikit atau tidak menyebabkan iritasi(dalam bidang kosmetika). (Syamsulbahri,1996)

Pabrik kelapa sawit PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN merupakan pabrik pengolahan dari buah tandan segar sampai menjadi minyak sawit mentah.Agar produk tersebut dapat diterima oleh pasar atau dunia perdagangan maka nilai dari pemilihan tandan buah segar, perontokan, pemerasan sampai pengekstraksian hingga diperoleh CPO harus memenuhi standart mutu.


(13)

Oleh karena itu kadar asam lemak bebas dan kadar air pada CPO harus di analisa,sebab kadar air dan kadar asam lemak bebas yang melebihi nilai dari standar mutu CPO akan menyebabkan penurunan kualitas dari CPO yang dihasilkan tersebut sehingga kurang diterima oleh pasar dan dunia perdagangan.

1.2 Permasalahan

untuk menghasilkan minyak sawit yang bermutu tinggi perlu diperhatikan proses pengolahannya dimana minyak sawit yang dihasilkan harus memiliki kadar air rendah sehingga kadar asam lemak bebasnya juga rendah. Sebagai permasalahan yang dikemukakan dalam karya ilmiah ini adalah hubungan antara kandungan air dengan kadar asam lemak bebas yang terdapat pada CPO yang dihasilkan oleh PKS.PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN. Kadar air dan kadar asam lemak bebas yang melebihi standar pada CPO yang dihasilkan dapat menimbulkan kerusakan pada minyak.

1.3.Tujuan

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah: - untuk menentukan kadar air pada CPO


(14)

1.4 Manfaat

- memperoleh produk akhir berupa minyak mentah yang memiliki kadar air

rendah sehingga mutu CPO berkualitas tinggi

- menghasilkan produk akhir berupa minyak sawit mentah yang memiliki kadar asam lemak bebas rendah sehingga mutu CPO berkualitas tinggi.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa sawit

2.1.1 Sejarah Perkelapa Sawitan

Mengenai daerah asal kelapa sawit terdapat beberapa pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa kalapa sawit berasal dari afrika, sedangkan pendapat yang kedua menyebut Amerika Selatan sebagai daerah asal. Pendapat pertama didukung oleh alasan-alasan yang sangat kuat. Penyelidikan yang dilakukan Zeven (1926) terhadap fosil tepung sari (pollen) yang terdapat dalam lapisan-lapisan arkeologis dari zaman Miocene maupun lapisan-lapisan yang lebih muda, memberikan indikasi bahwa kelapa sawit telah tumbuh sejak lama sekali di kawasan Afrika. Selanjutnya catatan-catatan sejarah penjelajahan orang-orang Eropa ke Benua Afrika pada abad ke- 15 dan ke- 16 turut memperkuat pendapat tersebut. Don Mosto dalam penjelajahan antara tahun 1435 dan 1460 menemukan sejumlah besar pohon hitam di Afrika Barat. Dalam kisah perjalanan Duarte Peraria disebutkan adanya pohon- pohon kelapa sawit di pantai Liberia dan perdagangan minyak kelapa sawit di Nigeria. Penjelajahan kemudian dilakukan oleh pengelana bangsa Portugis, Belanda, dan Inggris juga menyebutkan adanya minyak kelapa sawit dan anggur (wine) kelapa sawit. Sedangkan perjalanan Broecke menjelang akhir abad ke- 16 diantaranya mengemukakan adanya bahan-bahan yang diperkirakan berasal dari pohon kelapa sawit.

Telaah linguistik juga mendukung pendapat bahwa kelapa sawit berasal dari Afrika. Di suriname misalnya, nama-nama yang dipakai untuk kelapa sawit merupakan modifikasi kata “Afrika” dalam bahasa-bahasa Yoruba , Fanti- Twi, dan kikongo. Demikian pula nama “dede” yang dipakai di Brazil diperkirakan berasal dari


(16)

kata “ndenden” yang memeberikan petunjuk bahwa kelapa sawit dibawa ke Benua Amerika dalam abad ke -16 bersama sama dengan budak belian, dan tumbuh dengan baik di Brazil. (Mangonsoekarjo.S,2003)

2.1.2 Morfologi Tanaman

Tanaman kelapa sawit termasuk tumbuhan monokotil. Bagian tanaman kelapa sawit yang penting terdiri atas akar, batang , dan daun. Bentuk tanaman kelapa sawit semenjak dari biji hingga dewasa dapat dilihat.

Akar

Biji kelapa sawit berkeping tunggal, sehingga akhirnya adalah serabut. Perakarannya sangat kuat. Akar tua tetap kuat dan tetap utuh tidak membusuk sekalipun telah mati. Sistem penyebaran akar tersebut terkonsentrasi pada tanah lapisan atas. Karena sistem perakarannya yang kuat tadi maka jarang di temukan tanaman yang roboh atau tumbang.

Sebagimana fungsi akar pada umumnya, akar kelapa sawit juga berperanan terutama dalam penyerapan unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Adapun karakter akar tanaman ini antara lain adalah :

1. Tidak berbau

2. Berwarna putih atau kekuningan.

3. Bentuk ujungnya meruncing sehingga mudah menerobos kedalam tanah. 4. Ujung akar tumbuh terus, namun tidak secepat pertumbuhan batang.

Batang

Batang kelapa sawit tumbuh lurus ke atas, diameternya dapat mencapai 40 – 60 cm. Pada tanaman yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh


(17)

baru jelas terlihat sesudah tanaman berumur 4 tahun. Namun demikian, hal ini tergantung selain pada jenis, kesuburan lahan serta iklim setempat.

Daun

Daun tanaman kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, panjangnya dapat mencapai 3 – 5 meter. Daun mempunyai pelepah yang pada bagian kiri maupun kanannya tumbuh anak-anak daun. Tanaman kelapa sawit yang sudah dewasa mempunyai anak daun yang jumlahnya dapat mencapai 100 – 160 pasang. Pada bagian pangkal pelepah daun tumbuh duri dan bulu-bulu kasar dan halus. Duduknya pelepah daun pada batang tersusun teratur, melingkari batang membentuk konfigurasi spiral.

Daun kelapa sawit tumbuh pada batang, sifatnya bergerombol, roset. Daun yang telah tua berubah warnanya menjadi kuning dan pucat sebelum mereka rontok meninggalkan bekas pada batang. Penambahan jumlah daun pada kanopi tanaman lebih cepat dibandingkan dengan jumlah daun yang gugur. Oleh karenanya tampak daun kelapa sawit tumbuh bergerombol di bagian atas tanaman.

Bunga

Tanaman kelapa sawit bersifat monoecious atau berumah satu. Monoecious bermakna bahwa bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman. Namun demikian, bunga jantan terpisah dengan tandan bunga betinanya. Bungan kelapa sawit atau yang juga disebut tandan muncul pada ketiak daun. Rumus bunga betina adalah : K3, C3, A0, G(3) sedangkan rumus bunga jantannya adalah K3, C3, A(6), G0. Dimana : K adalah kaliks / kelopak (sepal); C corola (petal); A androecioum (bunga jantan) dan G adalah gynoecioum (bunga betina). (Syamsulbahri. MS., 1996).


(18)

2.2 Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) dikenal terdiri dari empat macam tipe atau varietas, yaitu tipe Macrocarya, Dura, Tenera, dan Pisifera. Masing-masing tipe dibedakan berdasarkan tebal tempurung. Warna daging buah ialah putih kuning diwaktu masih muda dan berwarna jingga setelah buah menjadi matang. Daerah penanaman kelapa sawit di Indonesia adalah daerah Jawa Barat (Lebak dan Tangerang), Lampung dan Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh. Negara penghasil kelapa sawit selain Indonesia adalah Malaysia, Amerika Tengah, dan Nigeria.

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oli) dan sebagai hasil samping adalah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet). Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah bubuk yang telah di cetak kecil- kecil berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. Selain itu bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak. Di Indonesia Pabrik yang menghasilkan minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti kelapa sawit adalah Pabrik Ekstraksi minyak kelapa sawit di Belawan – Deli.

2.2.1 Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40%. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi tetap. Kandungan karotein dapat mencapai 1000ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenera kurang lebih 500-700pp m, kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan


(19)

2.2.2 Sifat Fisiko-Kimia Kelapa Sawit

Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor, kelarutan, titik cair dan polimorpism, titik didih, titik pelunakan, slipping point, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan, titik asap,titik nyala dan itik api.

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotein yang larut dalam minyak.

Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan betaionone.

Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-beda. (Ketaren, 1986)

2.3 Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Sterilisasi dan perontokan

Sterilisasi bertujuan untuk menghentikan aktivitas enzimatis dan mengumpulkan protein dalam buah sawit serta membunuh mikroba. Terhentinya proses enzimatis akan mengurangi kerusakan bahan, antara lain akibat penguraian minyak jadi asam lemak bebas. Penggumpalan protein bertujuan agar supaya tidak ikut terekstrak pada waktu pengepresan minyak atau ekstraksi. Sterilisasi juga bermanfaat untuk pengawetan dan memudahkan perontokan buah. Tandan buah yang telah disortir direbus dengan uap panas selama 2-2,5 jam.


(20)

Akhir perebusan ditandai dari beberapa gejala, antara lain bau buah yang gurih, empuk dan buah mudah rontok. Setelah direbus, selanjutnya dimasukan kedalam alat perontok.

Pengempaan

Buah dalam bak penumpukan dimasukan dalam tanki penghancur. Sebagai pembantu dalam proses ini dipakai uap air panas, dan hancurannya disebut jladren.

Jladren dimasukan kedalam alat pengepres yang berbentuk silinder tegak. Pengepresan dilakukan pada tekanan sebesar 200-300 kg/cm2 dengan kecepatan penekanan 5-6 kali dalam 1 menit.

Perebusan

Minyak yang berada dalam monteyuwes dipanaskan dengan uap air supaya tidak membeku. Dari Monteyuwes minyak dipompakan dalam bak tungku dengan bantuan tekanan uap sebesar 2 kg/cm2, dan dari bak tungku minyak dialirkan kedalam tanki pengendapan.

Penjernihan

Minyak sawit dipompakan dari bak tungku didalam tanki penjernihan atau klarifikator. Didalam tanki penjernihan ini minyak kelapa sawit dimasak lagi dengan uap air panas selama lebih kurang 60 menit, kemudian didinginkan selama 60 menit.

Penyaringan

Minyak yang dialirkan dari tangki penjernihan, disaring didalam alat penyaring sentrifugal. Dari penyaringan sentrifugal minyak bersih dipompakan kedalam tangki penimbun,sedangkan air dan kotoran dikembalikan kedalam tanki pengendapan.


(21)

Tanki penyimpanan minyak sawit

Bagian dalam tangki penyimpanan minyak sawit dilengkapi dengan pipa uap untuk memanaskan minyak sawit supaya tidak sampai membeku.(Ketaren,1986)

2.3.1 Pengendalian Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Secara umum pengedalian pengolahan adalah pengendalian efisiensi. Efisiensi adalah perbandingan antara masukan (input) yang diberikan dengan keluaran (output yang diperoleh. Pengawasan atau pengendalian yang dilakukan adalah terhadap sumber daya manusia, mesin, uang, bahan dan waktu. Tetapi pengendalian pengolahan adalah juga pengendalian produktivitas. Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran yang diperoleh terhadap masukan tertentu yang diberikan.pengawasan dan pengendalian adalah pada alat dan cara kerja . pedoman untuk ini adalah kapasitas olah yang tercapai dan kehilangan yang terjadi dalam pengolahan. Dengan demikian pengolahan yang baik ialah yang menghasilkan pengutipan minyak dan inti sawit yang sebanyak mungkin.(Mangonsoekarjo, 2003)

2.4 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Mutu minyak kelapa sawit yang baik adalah mempunyai kadar air kurang dari 0,1% dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01%, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin kurang dari 2%, bilangan peroksida dibawah 2 ,bebas dari warna merah dan kuning, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam.(Ketaren, 1986)

2.4.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit

Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pascapanen atau kesalahan selama pemerosesan dan pengangkutan nya. Berikut ini akan dikemukakan


(22)

beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu minyak sawit dan sekaligus cara pencegahannya.

1. Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar asam lemak bebas yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain:

- pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

- keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah - penumpukan buah yang terlalu lama

- proses hidrolisa selama pemerosesan di pabrik.

Peningkatan kadar ALB pada peroses hidrolisa di pabrik, dimana pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan.akan tetapi proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak.Untuk itu setelah akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan bejana hampa pada suhu 90C. Sebagai ukuran standar mutu dalam perdagangan internasional untuk ALB


(23)

2. Kadar zat menguap dan kotoran

Kotoran-kotoran yang berukuran besar memang bisa disaring, akan tetapi kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa di saring, hanya melayang-melayang di dalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit.

3 Kadar logam

Beberapa jenis bahan logam yang dapat terikut dalam minyak sawit antara lain besi, tembaga, dan kuningan. Logam-logam tersebut biasanya berasal dari alat-alat pengolahan yang digunakan. Mutu dan kulitas minyak sawit yang mengandung logam-logam tersebut akan turun sebab dalam kondisi tertentu logam-logam itu dapat menjadi katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak sawit.(Tim penulis SP,2000)

2.5 Minyak dan Lemak

Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak atau lemak, khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam lemak essensial seperti asam linoleat, linolenat, dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, dan K.

Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak sering kali ditambahkan dengan sengaja kebahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan bahan pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas, seperti minyak


(24)

goreng, shortening (mentega putih), lemak (gajih), mentega, dan magarin. Disamping itu, penambahan lemak dimaksudkan juga untuk menambah kalori serta memperbaiki tekstur dan cita rasa bahan pangan, seperti pada kembang gula, penambahan shortening pada pembuatan kue-kue, dan lain-lain. Lemak ditambahkan kedalam bahan pangan atau dijadikan bahan pangan membutuhkan persyaratan dan sifat-sifat tertentu. Berbagai bahan pangan seperti daging, ikan, telur, susu, apokat, kacang tanah, dan beberapa jenis sayuran yang mengandung lemak atau minyak yang biasanya termakan bersama bahan tersebut. Lemak dan minyak tersebut dikenal sebagai lemak tersembunyi (invisible fat). Sedang lemak atau minyak yang telah di ekstraksi dari ternak atau bahan nabati dan dimurnikan dikenal sebagai lemak minyak biasa atau lemak kasat mata (visible fat). (Winarno. F.G., 1997).

2.5.1 Perusakan Lemak dan Minyak

Ketengikan

Ketengikan terjadi bila komponen cita rasa dan bau yang mudah menguap terbentuk sebagai akibat kerusakan oksidatif dari lemak dan minyak yang tak jenuh. Komponen-komponen ini menyebabkan bau dan cita-rasa yang tak diinginkan dalam lemak dan minyak dari produk yang mengandung lemak dan minyak itu.

Hidrolisa

Hidrolisa minyak dan lemak menghasilkan asam-asam lemak bebas yang dapat mempengaruhi cita-rasa dan bau daripada bahan itu. Hidrolisa dapat disebabkan oleh adanya air dalam lemak atau minyak atau karena kegiatan enzim. (Buckle.K.A.,1987).

2.5.2 Penentuan Kadar Lemak dan Minyak

Penentuan kadar lemak dengan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipida, sterol, asam lemak bebas, karotenid, dan pigmen yang lain. Karena itu hasil analisanya


(25)

disebut lemak kasar (“crude fat”). Pada garis besarnya analisa lemak kasar ada dua macam yaitu cara kering dan cara basah.

Pada cara kering bahan dibungkus atau di tempatkan dalam timbel, kemudian di keringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya. Pemanasan harus secepatnya dan dihindari suhu yang terlalu tinggi, untuk ini dianjurkan dengan vakum oven (suhu 70o C) dengan tekanan vakum. Karena sampel kering maka pelarut yang dipilih harus bersifat tidak menyerap air. Apabila bahan masih mengandung air yang tinggi maka bahan pelarut akan sulit masuk kedalam jaringan/sel dan pelarut menjadi jenuh dengan air, selanjutnya ekstraksi lemak kurang effisien. Selain itu adanya air akan menyebabkan zat-zat yang larut dalam air akan ikut pula terekstraksi bersama lemak sehingga hasil analisa kurang mencerminkan yang sebenarnya.

Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dikerjakan secara terputus-putus atau bersinambungan. Ekstraksi secara terputus di jalankan dengan alat soxhlet atau alat ekstraksi ASTM (American Society Testing Material). Sedangkan cara bersinambungan dengan alat Goldfisch atau ASTM yang dimodifikasi.

Beberapa bahan pelarut yang sering digunakan dalam ekstraksi lemak adalah ether yaitu ethil-ether dan petroleum ether. Petroleum ether lebih banyak digunakan daripeda ethil-ether karena lebih murah, kurang berbahaya terhadap kebakaran dan ledakan serta lebih selektif dalam pelarutan lipida. Ethil-ether selain melarutkan lipida juga melarutkan lipida yang sudah mengalami oksidasi serta zat bukan lipida misalnya gula. Ether kering (tidak mengandung air ) mempunyai tendensi membentuk peroksida. Selain pelarut tersebut juga sering dipakai campuran alkohol ether yaitu untuk mengekstraksi lipida dari jaringan biologis. Campuran butanol dan air (jenuh ) untuk mengekstraksi lipida dari terigu, tepung, katul. Sedangkan campuran


(26)

khloroform methanol dan air untuk isolasi dan pemurnian lipida total dari jaringan hewani. (Sudarmadji.S., 1989).

2.6 Asam Lemak

Struktur

Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam karboksilat yang mempunyai rantai karbon panjang dengan rumus :

O

R – C - OH

Dimana R adalah rantai karbon yang jenuh atau yang tidak jenuh dan terdiri atas 4 sampai 24 buah atom karbon. Rantai karbon yang tidak mengandung ikatan rangkap, sedangkan yang mengandung ikatan rangkap disebut rantai karbon tidak jenuh. Pada umumnya asam lemak mempunyai jumlah atom karbon genap. (Poedjiadi.A.,1994)

2.6.1 Kandungan Asam Lemak Minyak Sawit

Seperti jenis minyak yang lain, minyak sawit tersusun dari unsur-unsur C, H, O. Minyak sawit ini terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandingan yang seimbang. Penyusun fraksi padat terdiri dari asam lemak jenuh, antara lain asam miristat (1%), asam palmitat (45%), dan asam stearat. Sedangkan fraksi cair tersusun dari asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%) dan asam linoleat (11%). Komposisi tersebut ternyata agak berbeda jika dibandingkan dengan minyak inti sawit dan minyak kelapa. Perbedaan jenis asam lemak penyusunnya dan jumlah rantai asam lemak yang membentuk trigeliserida dalam minyak sawit menyebabkan kedua jenis minyak tersebut mempunyai sifat yang bebeda dalam kepadatan. Minyak


(27)

sawit dalam suhu kamar bersifat setengah padat, sedangkan pada suhu yang sama minyak inti sawit berbentuk cair.

Bila terjadi penguraian minyak sawit, misalnya dalam proses pengolahannya, maka akan didapatkan berbagai jenis asam lemak dan bahan kimia gliserol yang jumlahnya sekitar 10% dari bahan baku minyak sawit yang dipergunakan. Masing-masing bahan kimia tersebut mempunyai ruang lingkup penggunaan yang tidak sama, sehingga dari bahan itu dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi produk yang siap pakai atau bahan setengah jadi.

Walaupun kadar asam lemak jenuh dalam minyak sawit mencapai 50%, tetapi kenyataan menunjukan bahwa minyak sawit merupakan minyak yang istimewa sebab penggunaannya tidak menimbulkan gangguan arteri. Dari serangkaian hasil percobaan membuktikan bahwa asam-asam lemak jenuh yang berantai panjang (mengandung atom C lebih dari 20) lebih besar kemungkinannya menyebabkan penggumpalan darah dibandingkan yang berantai pendek. (Tim Penulis SP,2000)

2.6.2 Asam Lemak Jenuh

Minyak ini sulit mengikat gugus fungsi bila di lakukan reaksi subtitusi terhadapnya karena mempunyai atom C ikatan yang tunggal.

2.6.3 Asam Lemak Tak jenuh

Minyak jenis ini dapat mengikat gugus fungsi bila di lakukan reaksi subtitusi terhadapnya karena mempunyai atom C ikatan rangkap dua atau rangkap tiga.


(28)

Beberapa Asam Lemak yang umum:

No Jenis Asam Rumus molekul

1 2 3 4

Asam Lemak Jenuh Asam Butirat Asam Kaproat Asam Palmitat Asam Stearat

C3H7COOH C5H11COOH C15H31COOH C17H35COOH

1 2

Asam Lemak Tak Jenuh Asam Oleat Asam Linolenat

C17H33COOH C17H31COOH


(29)

BAB 3

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

- Beaker glass 50 ml - Cawan porselin - Neraca analitis - Pipet tetes - Oven

- Gelas erlenmeyer 50 ml - Gelas ukur 10 ml - Desikator

- Buret digital - spatula

- penjepit tabung - hot plate

3.1.2 Bahan-bahan

- Sampel minyak sawit(CPO) - Alkohol 95%

- Indikator Phenolphtalein(PP) - NaOH 0,1 N


(30)

3.2 Prosedur

3.2.1 penentuan kadar air(moisture)

- Ditimbang berat wadah(cawan porselin) - Ditimbang sampel sebanyak 5 gr

- Sampel yang telah diketahui beratnya kemudian dimasukan kedalam cawan porselin

- Dipanaskan kedalam oven pada temperatur 1300C selama 20 menit - Didinginkan pada desikator selama 20 menit

- Kemudian ditimbang kembali sampel - Dicatat kadar air (moisture) nya

3.2.2 penentuan kadar asam lemak bebas(FFA)

- Ditimbang sampel sebanyak 5 gr - Dimasukan kedalam gelas erlenmeyer - Ditambahkan alkohol 95% sebanyak 50 ml

- Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator Phenolphtalein(PP) - Dipanaskan supaya campuran homogen

- Dititrasi dengan NaOH 0.1% sampai diperoleh warna kemerahan - Dicatat kadar asam lemak bebas yang diperoleh


(31)

BAB 4

DATA, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4

.1. Data analisa kadar air dan kadar asam lemak bebas

No Hari Kadar asam lemak bebas (Free Fatty Acid)

Kadar Air (Moisture) 1 2 3 4 5 6 Sabtu Senin Selasa Rabu Jumat Senin 4,47 % 3,29 % 4,14 % 4,55 % 4,65 % 4,99 % 0,18 % 0,16 % 0,18 % 0,18 % 0,18 % 0,19 %

Standar kadar air pada CPO dan kadar asam lemak bebas dari PKS.PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN yaitu:

- kadar air = <0,2% - kadar Asam Lemak Bebas = <5%


(32)

4.2 PERHITUNGAN

A. Penentuan kadar air (moisture)

Berat wadah (W) = 25,5892 gr Berat sampel (S) = 5,7843 gr Berat wadah + Berat sampel setelah pemanasan (P) = 31,3631 gr Kadar air = ( W + S ) – P

S

x 100%

= (25,5892 + 5,7843) – 31,3631 5,7843

x 100%

= 0,179 %

B. Penentuan kadar asam lemak bebas (FFA) Berat sampel = 4,9416 gr ml NaOH = 8,57 ml N NaOH = 0,1009 N BM minyak kelapa sawit = 256

Kadar asam lemak bebas (FFA) = ml NaOH x N.NaOH x BM Berat sampel x 1000

x 100%

= 8,57 x 0,1009 x 256 4,9416 x 1000

x 100%


(33)

4.3 Pembahasan

Kadar air dipengaruhi oleh lamanya pengendapan, suhu klarifikasi serta pemakaian pengering vakum. Pada stasiun klarifikasi diusahakan suhu antara 84-95 C sehingga air dan kotoran mudah terpisah dari minyak . Pemurnian minyak dari kotoran dan air sangat mempengaruhi kenaikan kadar asam lemak bebas selama penyimpanan. Pada proses penyimpanan CPO didalam tanki timbun , enzim yang tedapat dalam CPO tersebut telah dihilangkan. Namun begitu mutu CPO masih dapat menurun selama penyimpanan karena adanya hidrolisa autokatalik. Reaksi autokatalik ini dapat menyebabkan naik nya kandungan asam lemak bebas.

Kandungan air dalam minyak sawit merupakan salah satu faktor utama dimana jika kandungan air melebihi standar 0,1 % dapat menimbulkan kerusakan pada mutu minyak sawit. Kandungan air dalam minyak sawit dapat diturunkan pada saat perebusan dan terutama pada pemurnian dengan menggunakan alat oil tank yang dapat menurunkan kadar air sekitar 0,6%. Selanjut nya kadar air didalam minyak sawit yang keluar dari vacum dryer dijaga sekitar 0.08-0,1 % dengan tujuan agar tidak terjadi hidrolisa trigliserida.

Dari analisa data dapat dilihat hubungan antara kadar air dengan asam lemak bebas yaitu dimana semakin tinggi kadar air yang terkandung dalam CPO maka semakin besar pula kadar asam lemak bebas nya. Dan sebaliknya semakin rendah kadar air yang terkandung didalam CPO maka semakin kecil pula kadar asam lemak bebas dalam CPO tersebut.


(34)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

- Dari analisa yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa rata-rata kadar air(moisture) yang diperoleh 0,1 % dan kadar asam lemak bebas(FFA)4,3 %. - Dari analisa yang dilakukan dapat dilihat hubungan antara kadar air dengan

kadar asam lemak bebas yaitu semakin tinggi kadar air yang terkandung didalam minyak sawit maka semakin besar pula kadar asam lemak bebas nya dan semakin rendah kadar air yang terkandung dalam minyak sawit maka semakin rendah pula kadar asam lemak bebas yang diperoleh.

4.2 Saran

- Sebaiknya tandan buah segar kelapa sawit jangan dibiarkan tersimpan lama, sebaiknya langsung diolah agar asam lemak bebasnya tidak terlalu tinggi. - Sebaiknya pada proses pengolahan terutama pada stasiun pemurnian dan

tangki penimbunan suhu nya harus terjaga sesuai ketentuan agar CPO yang diperoleh tidak mengandung air, kotoran dan asam lemak bebas yang tinggi.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Buckle. K. A. (1987). Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Ketaren. S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Cetakan I. Universitas Indonesia. Jakarta.

Mangoensoekarjo. S . (2003). Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. UGM - Press. Yogyakarta.

Poedjiadi. A. (1994). Dasar-Dasar Biokimia.Penerbit UI-Press. Jakarta.

Syamsulbahri. M.S. (1996). Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Pertahunan. UGM-Press.Yogyakarta.

Sudarmadji. S. (1989). Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian. Penerbit UGM. Yogyakarta.

Tim Penulis SP.(2000).Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfatan Hasil Dan

Aspek Pemasaran. PT.Penebar Swadaya. Jakarta.

Winarno. F. G. (1997). Kimia Pangan Dan Gizi. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.


(1)

3.2 Prosedur

3.2.1 penentuan kadar air(moisture)

- Ditimbang berat wadah(cawan porselin) - Ditimbang sampel sebanyak 5 gr

- Sampel yang telah diketahui beratnya kemudian dimasukan kedalam cawan porselin

- Dipanaskan kedalam oven pada temperatur 1300C selama 20 menit - Didinginkan pada desikator selama 20 menit

- Kemudian ditimbang kembali sampel - Dicatat kadar air (moisture) nya

3.2.2 penentuan kadar asam lemak bebas(FFA)

- Ditimbang sampel sebanyak 5 gr - Dimasukan kedalam gelas erlenmeyer - Ditambahkan alkohol 95% sebanyak 50 ml

- Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator Phenolphtalein(PP) - Dipanaskan supaya campuran homogen

- Dititrasi dengan NaOH 0.1% sampai diperoleh warna kemerahan - Dicatat kadar asam lemak bebas yang diperoleh


(2)

BAB 4

DATA, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data analisa kadar air dan kadar asam lemak bebas

No Hari Kadar asam lemak bebas

(Free Fatty Acid)

Kadar Air (Moisture) 1 2 3 4 5 6 Sabtu Senin Selasa Rabu Jumat Senin 4,47 % 3,29 % 4,14 % 4,55 % 4,65 % 4,99 % 0,18 % 0,16 % 0,18 % 0,18 % 0,18 % 0,19 %

Standar kadar air pada CPO dan kadar asam lemak bebas dari PKS.PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN yaitu:

- kadar air = <0,2%


(3)

4.2 PERHITUNGAN

A. Penentuan kadar air (moisture)

Berat wadah (W) = 25,5892 gr

Berat sampel (S) = 5,7843 gr

Berat wadah + Berat sampel setelah pemanasan (P) = 31,3631 gr Kadar air = ( W + S ) – P

S

x 100%

= (25,5892 + 5,7843) – 31,3631 5,7843

x 100%

= 0,179 %

B. Penentuan kadar asam lemak bebas (FFA) Berat sampel = 4,9416 gr ml NaOH = 8,57 ml

N NaOH = 0,1009 N

BM minyak kelapa sawit = 256

Kadar asam lemak bebas (FFA) = ml NaOH x N.NaOH x BM Berat sampel x 1000

x 100%

= 8,57 x 0,1009 x 256 4,9416 x 1000

x 100%


(4)

4.3 Pembahasan

Kadar air dipengaruhi oleh lamanya pengendapan, suhu klarifikasi serta pemakaian pengering vakum. Pada stasiun klarifikasi diusahakan suhu antara 84-95 C sehingga air dan kotoran mudah terpisah dari minyak . Pemurnian minyak dari kotoran dan air sangat mempengaruhi kenaikan kadar asam lemak bebas selama penyimpanan. Pada proses penyimpanan CPO didalam tanki timbun , enzim yang tedapat dalam CPO tersebut telah dihilangkan. Namun begitu mutu CPO masih dapat menurun selama penyimpanan karena adanya hidrolisa autokatalik. Reaksi autokatalik ini dapat menyebabkan naik nya kandungan asam lemak bebas.

Kandungan air dalam minyak sawit merupakan salah satu faktor utama dimana jika kandungan air melebihi standar 0,1 % dapat menimbulkan kerusakan pada mutu minyak sawit. Kandungan air dalam minyak sawit dapat diturunkan pada saat perebusan dan terutama pada pemurnian dengan menggunakan alat oil tank yang dapat menurunkan kadar air sekitar 0,6%. Selanjut nya kadar air didalam minyak sawit yang keluar dari vacum dryer dijaga sekitar 0.08-0,1 % dengan tujuan agar tidak terjadi hidrolisa trigliserida.

Dari analisa data dapat dilihat hubungan antara kadar air dengan asam lemak bebas yaitu dimana semakin tinggi kadar air yang terkandung dalam CPO maka semakin besar pula kadar asam lemak bebas nya. Dan sebaliknya semakin rendah kadar air yang terkandung didalam CPO maka semakin kecil pula kadar asam lemak bebas dalam CPO tersebut.


(5)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

- Dari analisa yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa rata-rata kadar air(moisture) yang diperoleh 0,1 % dan kadar asam lemak bebas(FFA)4,3 %. - Dari analisa yang dilakukan dapat dilihat hubungan antara kadar air dengan

kadar asam lemak bebas yaitu semakin tinggi kadar air yang terkandung didalam minyak sawit maka semakin besar pula kadar asam lemak bebas nya dan semakin rendah kadar air yang terkandung dalam minyak sawit maka semakin rendah pula kadar asam lemak bebas yang diperoleh.

4.2 Saran

- Sebaiknya tandan buah segar kelapa sawit jangan dibiarkan tersimpan lama, sebaiknya langsung diolah agar asam lemak bebasnya tidak terlalu tinggi. - Sebaiknya pada proses pengolahan terutama pada stasiun pemurnian dan

tangki penimbunan suhu nya harus terjaga sesuai ketentuan agar CPO yang diperoleh tidak mengandung air, kotoran dan asam lemak bebas yang tinggi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Buckle. K. A. (1987). Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Ketaren. S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Cetakan I. Universitas Indonesia. Jakarta.

Mangoensoekarjo. S . (2003). Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. UGM - Press. Yogyakarta.

Poedjiadi. A. (1994). Dasar-Dasar Biokimia.Penerbit UI-Press. Jakarta.

Syamsulbahri. M.S. (1996). Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Pertahunan. UGM-Press.Yogyakarta.

Sudarmadji. S. (1989). Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian. Penerbit UGM. Yogyakarta.

Tim Penulis SP.(2000).Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfatan Hasil Dan

Aspek Pemasaran. PT.Penebar Swadaya. Jakarta.

Winarno. F. G. (1997). Kimia Pangan Dan Gizi. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.