Pengaruh dukungan orang tua dan sel-control terhadap kecenderungan kenakalan remaja SMK Bina Potensi Palu-Sulawesi Tengah

PENGARUH DUKUNGAN ORANG TUA DAN
SELF-CONTROL TERHADAP KECENDERUNGAN
KENAKALAN REMAJA SMK BINA POTENSI
PALU-SULAWESI TENGAH
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh :

SRI WAHIDA
206070004194
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011

i

PENGARUH DUKUNGAN ORANG TUA DAN
SELF-CONTROL TERHADAP KECENDERUNGAN

KENAKALAN REMAJA SMK BINA POTENSI
PALU-SULAWESI TENGAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
SRI WAHIDA
Nim : 206070004194

Dibawah Bimbingan
Pembimbing I

Pembimbing II

Gazi, S. Psi, M. Si

Ikhwan Lutfi, M. Psi
NIP : 197307102005011006


NIP : 19711214200701017

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011

ii

LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH DUKUNGAN ORANG TUA DAN SELFCONTROL TERHADAP KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA SMK
BINA POTENSI PALU-SULAWESI TENGAH” telah diujikan dalam

sidang

munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 16 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi:
Jakarta, 16 Juni 2011
Sidang Munaqasyah

Dekan/

Pembantu Dekan/

Ketua Merangkap Anggota

Sekretaris Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph. D

Dra. Fadhilah Suralaga, M. Si

NIP. 130 885 522

NIP. 19561223 198303 2 001
Anggota:

Dra. Diana Mutiah, M. Si

Gazi, S. Psi, M. Si


NIP: 1967101996032001

NIP : 19711214200701017

Ikhwan Lutfi, M. Psi
NIP:197307102005011006

iii

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sri Wahida
Nim

: 206070004194

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Dukungan

Orang Tua Dan Self-control Terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja
SMK Bina Potensi Palu-Sulawesi Tengah” adalah benar merupakan karya saya
sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut.
Adapun kutipan-kutipan dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan
sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan UndangUndang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan
dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 16 Juni 2011

SRI WAHIDA
NIM : 206070004194

iv

ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B)


16 Juni 2011

(C)

Sri Wahida

(D) 94 halaman + lampiran
(E) Pengaruh Dukungan Orang Tua Dan Self-control Terhadap Kecenderungan
Kenakalan Remaja SMK Bina Potensi Palu-Sulawesi Tengah.
(F) Kenakalan Remaja merupakan tindakan yang melanggar aturan baik hukum
maupun nilai-nilai norma yang dilakukan remaja di bawah umur 18 tahun.
Kenakalan remaja terbentuk dari adanya konflik-konflik yang terdapat dalam
diri remaja dan tidak terselesaikan dengan baik. Banyak hal yang memicu
munculnya kenakalan remaja, diantanya dipengaruhi oleh rendahnya
dukungan orang tua dan pengendalian diri (self-control) dari remaja itu
sendiri. Dukungan orang tua tersebut meliputi dukungan emosional,
dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasi.
Adapun pengendalian diri (self-control) tersebut meliputi kemampuan
mengontrol tingkah laku, kemampuan mengontrol kognisi dan kemampuan

mengontrol keputusan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan orang tua dan
self-control terhadap kecenderungan kenakalan reamaja SMK Bina Potensi
Palu-Sulawesi Tengah.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dengan analisis
regresi. Subyek adalah siswa kelas I-Otomotif SMK Bina Potensi PaluSulawesi Tengah. Teknik pengambilan sampel menggunakan Cluster
sampling. Dalam pengambilan sampel fieldtest 45 responden dengan teknik
pengambilan data menggunakan skala model likert. Skala dukungan orang
tua dari Sarafino (1994) yang berjumlah 40 item, skala self-control dari
Averill (1973) berjumlah 40 item dan skala kecenderungan kenakalan remaja
dari Jensen (dalam Sarwono, 2002) berjumlah 30 item.
Berdasarkan data yang diperoleh dalam uji regresi diketahui koefisien
determinasi R Square (R2) menunjukkan nilai sebesar 0.888 atau 88.8%. Hal
ini berarti dukungan orang tua dan self-control memberikan sumbangsih
sebesar 88.8% terhadap kecenderungan kenakalan remaja. Dengan demikian
11.2% sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain selain dukungan orang tua
dan self-control.

v


Berdasarkan uji hipotesis, didapatkan signifikansi 0.000 < 0.05 maka
keputusannya adalah Ha diterima dan dinyatakan ada pengaruh yang
signifikan dukungan orang tua dan self-control terhadap kecenderungan
kenakalan remaja. Dalam hal ini, dukungan orang tua dan self-control yang
tinggi dapat menekan munculnya kecenderungan kenakalan remaja.
Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengembangkan penelitian tentang
kecenderungan kenakalan remaja yang dipengaruhi oleh variabel lainnya
selain dukungan orang tua dan self-control, seperti variabel teman sebaya,
usia, jenis kelamin, dan lain-lain. Sehingga dapat semakin menyempurnakan
hasil penelitian sebelumnya.
(G) Daftar Bacaan 38 (1973 - 2010)

vi

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Dukungan Orang Tua Dan Selfcontrol Terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja SMK Bina Potensi PaluSulawesi Tengah”. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan
indahnya hidup di bawah naungan Islam.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1.

Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Jahja Umar,
Ph.D, seluruh dosen dan seluruh staf karyawan fakultas yang telah banyak
membantu dalam menuntut ilmu di Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah.

2.

Bapak Ikhwan Lutfi, M. Psi dosen pembimbing I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan yang sangat berarti dengan segenap kesabarannya,
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan maksimal.

3.

Bapak Gazi, S. Psi, M. Si, dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan arahan, bimbingan, dan masukan yang teramat bermanfaat

dalam penyelesaian penelitian ini.

4.

Ibu Dra Diana Mutiah, M. Si dan Bapak Gazi, S. Psi, M. Si Sebagai

vii

penguji yang telah menguji penulis hingga dapat lulus dan memperoleh
gelar Sarjana Psikologi.
5.

Untuk kedua orang tua saya Bapak Drs. Djasir dan Ibu Risnawati, serta
kakakku Nirwan dan Suharno terimakasih atas semua dukungan, sumber
inspirasi, semangat, kasih sayang serta doa yang telah kalian berikan
kepada peneliti untuk selalu meneruskan perjuangan ini agar mencapai
yang terbaik. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan
menganugerahkan kebahagiaan kepada keluargaku tercinta.

6.


Pembimbing Akademik Yunita Faeala Nisa, M. Si yang telah
membimbing peneliti selama perkuliahan ini.

7.

Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang telah
memberikan banyak pengetahuan dan pelajaran selama penulis mengikuti
kuliah, staff akademik, dan petugas perpustakaan yang dengan ikhlas
selalu membantu dan melayani penulis.

8.

Untuk Ariez, terima kasih atas segala semangat, dukungan, kasih sayang,
cinta dan perhatian yang diberikan kepada peneliti sehingga peneliti terus
optimis dalam menyusun skiripsi ini.

9.

Untuk sahabat-sahabat terbaikku, Netha, Vera, Nay, Sukma, ka Desi dan
yang lainnya terima kasih ya atas segala bantuan, semangat dan doanya,
aku sayang kalian.

10.

Teman-teman Fakultas Psikologi Angkatan 2006 Reguler dan NonReguler, terima kasih atas dukungan dan semangat yang kalian berikan
kepada peneliti.

viii

11.

Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
karena dukungan dan pengertian mereka sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Hanya doa yang dapat penulis panjatkan kepada
semua pihak yang telah membantu penulis semoga mendapatkan balasan
pahala berlipat ganda dari Allah SWT.

Peneliti menyadari dengan segala semua kemampuan dan keterbatasan yang
dimiliki dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena
itu peneliti mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan
penelitian ini dapat bermanfaat sebagai mana mestinya, terutama untuk peneliti
sendiri.
Akhirnya peneliti ucapkan terima kasih sekali lagi untuk semua pihak
yang sudah membantu penyelesaian laporan penelitian ini. Wassalam
Jakarta, 16 Juni 2011

Peneliti

ix

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................

ii

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................

iii

HALAMAN PERNYATAAN ...............................................................

iv

ABSTRAKSI ........................................................................................

v

KATA PENGANTAR .........................................................................

vii

DAFTAR ISI ........................................................................................

x

DAFTAR TABEL ................................................................................

xvi

DAFTAR BAGAN ...............................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

xvi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah................................................................ 1

1.2

Pembatasan Masalah ..................................................................... 9

1.3

Perumusan Masalah ...................................................................... 10

1.4

Tujuan Penelitian ......................................................................... 11

1.5

Manfaat penelitian ....................................................................... 11

1.6

Sistematika Penulisan .................................................................. 12

BAB 2 KAJIAN TEORI
2.1

Kenakalan Remaja ...................................................................... 14
2.1.1 Pengertian Kecenderungan Kenakalan Remaja .................. 14
x

2.1.2 Bentuk-bentuk dan Aspek-aspek Kenakalan Remaja ......... 17
2.1.3 Karakteristik Remaja Nakal ............................................... 21
2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja ...... 22
2.2

Dukungan Orang Tua ................................................................... 27
2.2.1 Pengertian Dukungan Orang Tua ....................................... 27
2.2.2 Komponen Dukungan Orang Tua ...................................... 29
2.2.3 Sumber Dukungan Orang Tua ........................................... 31
2.2.4 Dukungan Orang Tua Pada Remaja .................................... 32

2.3

Self-control .................................................................................. 33
2.3.1 Pengertian Self-control ....................................................... 33
2.3.2 Aspek-aspek Self-control .................................................... 35
2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Self-control ................. 37
2.3.4 Fungsi Self-control ............................................................. 41

2.4

Remaja ......................................................................................... 42
2.4.1 Pengertian Remaja ............................................................. 42
2.4.2 Ciri-ciri Masa Remaja ....................................................... 43
2.4.3 Tugas-tugas Perkembangan Remaja .................................. 47

2.5

Kerangka Berpikir ....................................................................... 47

2.6

Hipotesa Penelitian ..................................................................... 51

BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1

Jenis Penelitian ............................................................................. 53

xi

3.1.1 Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian ...................... 53
3.2

Variabel Penelitian........................................................................ 54

3.3

Definisi Konseptual ...................................................................... 55

3.4

Definisi Operasional ..................................................................... 56

3.5

Populasi dan Sampel ..................................................................... 57
3.5.1 Populasi .............................................................................. 57
3.5.2 Sampel ............................................................................... 57

3.6

Teknik Pengambilan Sampel ........................................................ 58

3.7

Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 58
3.7.1 Skala Dukungan Orang Tua ................................................ 59
3.7.2 Skala Self-control ................................................................ 60
3.7.3 Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja ........................... 62

3.8

Teknik Uji Instrumental Penelitian ............................................... 63
3.8.1 Uji Validitas ....................................................................... 63
3.8.1.1 Hasil Pengujian Validitas Skala Dukungan Orang Tua ..... 64
3.8.1.2 Hasil Pengujian Validitas Skala Self-control ..................... 65
3.8.1.3 Hasil Pengujian Validitas Skala Kecenderungan Kenakala
Remaja ............................................................................... 66
3.8.2 Uji Reabilitas ..................................................................... 67
3.8.3 Uji Regresi ......................................................................... 68

3.9

Prosedur Penelitian ...................................................................... 68

xii

3.9.1 Persiapan Penelitian ........................................................... 68
3.9.2 Pengujian Alat Ukur ........................................................... 69
3.9.3 Pelaksanaan Penelitian ....................................................... 70
3.9.4 Pengolahan Data ................................................................ 70
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
4.1

Gambaran Umum Responden ...................................................... 71
4.1.1. Responden Berdasarkan Usia ............................................ 71
4.1.2. Responden Berdasarkan Jenis kelamin .............................. 72

4.2

Deskripsi Data Penelitian ............................................................ 72
4.2.1 Data Skor Skala Dukungan Orang Tua .............................. 72
4.2.2 Data Skor Skala Self-control ............................................... 74
4.2.3 Data Skor Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja .......... 76

4.3

Hasil Uji Hipotesis ....................................................................... 78
4.3.1 Hasil Uji Regresi Dimensi Dukungan Orang Tua Dan Selfcontrol Terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja .................. 78

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI & SARAN
5.1

Kesimpulan ............................................................................... 87

5.2 Diskusi ...................................................................................... 88
5.3 Saran .......................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 92

xiii

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1

Blue Print Skala Dukungan Orang Tua ........................................... 59

Tabel 3.2

Bobot Skor Skala Dukungan Orang Tua ......................................... 60

Tabel 3.3

Blue Print Skala self-control ........................................................... 61

Tabel 3.4

Blue Print Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja ...................... 62

Tabel 3.5

Bobot Skor Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja .................... 63

Tabel 3.6

Blue Print field test Skala Dukungan Orang Tua ............................. 64

Tabel 3.7

Blue Print field test Skala Self-control ............................................ 65

Tabel 3.8

Blue Print field test Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja ........ 66

Tabel 3.9

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas .................................................... 68

Tabel 4.1

Responden Berdasarkan Usia ......................................................... 71

Tabel 4.2

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................... 71

Tabel 4.3

Descriptive Statistics (Skor Perolehan Skala Dukungan Orang Tua)
........................................................................................................ 73

Tabel 4.4

Kategorisasi Skor Skala Dukungan Orang Tua ............................... 74

Tabel 4.5

Descriptive Statistics (Skor Perolehan Skala Self-control) .............. 75

Tabel 4.6

Kategorisasi Skor Skala Self-control ............................................... 76

Tabel 4.7

Descriptive Statistics (Skor Perolehan Skala Kecenderungan
Kenakalan Remaja) ........................................................................ 77

Tabel 4.8

Kategorisasi Skor Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja .......... 78

Tabel 4.9

Model Summary ............................................................................. 79

Tabel 4.10

Anova (b) ....................................................................................... 80

Tabel 4.11

Coefficients (a) ............................................................................... 81

Tabel 4.12

Model Summary Dukungan Emosional .......................................... 82

Tabel 4.13

Model Summary Dukungan Penghargaan ....................................... 83

Tabel 4.14

Model Summary Dukungan Instrumental ....................................... 83

Tabel 4.15

Model Summary Dukungan Informasi ............................................ 84

Tabel 4.16

Model Summary Mengontrol Tingkah Laku ................................... 84

xiv

Tabel 4.17

Model Summary Mengontrol Kognisi ............................................ 85

Tabel 4.18

Model Summary Mengontrol Keputusan ........................................ 85

DAFTAR BAGAN
Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpikir ................................................................ 51

xv

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Surat izin penelitian

Lampiran 2

Angket Try Out

Lampiran 3

Skoring Dukungan Orang Tua Try Out

Lampiran 4

Skoring Self-control Try Out

Lampiran 5

Skoring Kecenderungan Kenakalan Remaja Try Out

Lampiran 6

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 7

Angket Field Tes

Lampiran 8

Skoring Dukungan Orang Tua Field Tes

Lampiran 9

Skoring Self-control Field Tes

Lampiran 10 Skoring Kecenderungan Kenakalan Remaja Field Tes
Lampiran 11 Hasil Uji Regresi Dukungan Orang Tua Dan Self-control Terhadap
Kecenderungan Kenakalan Remaja

xvi

1

BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

1.1.

Latar Belakang

Gejala kenakalan remaja (juvenile delinquency) terutama dikota-kota besar di
Indonesia semakin menjadi masalah yang diresahkan oleh masyarakat. Berbagai
seminar, simposium, diskusi, dan lain-lain pembicaraan telah diadakan berkalikali oleh berbagai pihak seperti para pendidik, badan-badan sosial, polisi,
perguruan tinggi, para anggota Parlemen, Dewan Pertimbangan Agung dan lain
sebagainya untuk menentukan cara-cara menanggulangi masalah kenakalan
remaja. berbagai kesimpulan, diagnose dan terapi telah diajukan, namun
kekhawatiran masyarakat tidak berkurang (Soekanto, 1991).
Masalah kenakalan remaja semakin rumit dengan masuknya unsur-unsur
kebudayaan yang negatif dari negara-negara lain sebagai akibat dari komunikasi
yang mengalami kemajuan yang pesat sebagai hasil perkembangan teknologi.
Melalui jalan tersebut terjadilah pertemuan dari berbagai unsur-unsur kebudayaan
asing dengan unsur-unsur kebudayaan asli, sehingga khususnya para remaja
mengenal tata cara hidup masyarakat lain dari luar Indonesia, dan mulailah
mereka menirunya. Sayang sekali kebanyakan tata cara kehidupan yang ditiru itu
adalah tata cara kehidupan yang mengakibatkan pengaruh yang negatif pada
remaja (Soekanto, 1991).

2

Sebenarnya ciri-ciri khas remaja itu mudah dipengaruhi, baik ke arah yang
konstruktif maupun yang destruktif. Konstruktif, bila para pendidik mau
memberikan perhatian, bimbingan dan pengarahan yang tepat. Destruktif, kalau
remaja dilepas bebas tanpa pengendalian dan pengawasan. Dengan akibat
terjadinya kenakalan remaja, baik yang dilakukan sendiri maupun berkelompok
(Pohan, 1986).
Menurut Pohan (1986), Kenakalan-kenakalan remaja sangat bervariasi dari
yang ringan sampai yang berat dan diancam pidana. Seprti bolos sekolah, lari dari
rumah, sering berkelahi, membuat keributan, kebut-kebutan, melihat gambar dan
film porno, ketempat pelacuran, mencuri, menodong, merampok, memperkosa
dan membunuh.
Masgudin (2004) menyatakan bahwa dari 1.110 remaja di Jawa Barat
(Bandung dan Cianjur) remaja yang pernah mengendarai kendaraan bermotor
dengan kecepatan tinggi sebanyak 33%, pengalaman membolos sebanyak 85,6% ,
menyontek 80%, meninggalkan rumah tanpa izin orang tua sebanyak 96,7%,
corat-coret dinding 49,9%, pemerasan dan pencurian 7,2% dan perusakan gudang
5,7%.
Disamping itu, hampir setiap hari kasus kenakalan remaja selalu kita temukan
di media massa, dimana sering terjadi di Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya
dan Medan, salah satu wujud dari kenakalan remaja adalah tawuran yang
dilakukan oleh para pelajar atau remaja. Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri
Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994
meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995

3

terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat
lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota
Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat
dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan
sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat
sekaligus (Adjie, 2010).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Polres Jakarta selatan bahwa tahun lalu
jumlah kenakalan remaja ini mencapai 23 kasus. Tawuran terakhir terjadi pada
akhir pada bulan februari tahun 2011 antara siswa SMA Triguna dan SMA 74
Ciputat di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (Media Indonesia, 04 april 2011).

Selain beberapa data jumlah kasus perkelahian pelajar terdapat juga hasil
penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu dan
Banjarmasin. Bahkan di Palu, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah
melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen (Sugiarto, 2010).
Selain bentuk-bentuk kenakalan remaja di atas, Pohan (1986) menyatakan
bahwa kenakalan remaja cenderung semakin mengkhawatirkan. Sebab dilakukan
pula dengan mengunakan senjata tajam dan senjata api, memakai kendaraan
bermotor, serta terlibat dalam minuman keras, narkotika dan obat berbahaya
lainnya. Bahkan, saat ini kenakalan remaja dengan menggunakan narkotika sudah
menjadi masalah nasional, membahayakan bangsa dan negara.
Berdasarkan data dari United Nation on Drugs and Crime (UNODC) pada
periode 2005/2006 sekitar 5% penduduk dunia (200 juta orang) yang berusia 15-

4

64 tahun menggunakan obat terlarang setiap tahunnya (Budianti, 2008).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BBN)
dan Universitas Indonesia (UI) tahun 2007, menunjukkan ada 10 kota yang
presentase penyalahgunaan narkoba menempati rangking tertinggi: Palu (8,4%),
Medan (6,4%), Surabaya (6,3%), Maluku Utara (5,9%), Padang (5,5%), Bandung
(5,1%), Kendari (5%), Banjarmasin (4,3%), Yogyakarta (4,1%) dan Pontianak
(4,3%), belum lagi Jakarta yang tidak dimasukkan dalam Survey ini (AlMighwar, 2006).

Berdasarkan survei penyalahgunaan Napza yang telah dilakukan oleh Badan
Narkotika Nasional, dilaporkan jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia pada
tahap coba pakai diperkirakan 807 ribu-938 ribu orang yang sebagian besar
adalah laki-laki (85%). Kebanyakan berasal dari kelompok pelajar (90%),
terutama laki-laki. Provinsi yang memiliki kasus terbesar berada di Jawa Timur
(15%), Jawa Tengah (15%), Jawa Barat (14%), dan Jakarta (10%). Sedangkan
jumlah penyalahgunaan dalam tahap teratur pakai sekitar 829 ribu – 959 ribu
orang yang sebagian besar didominasi oleh laki-laki (89%). Penyalahguna teratur
pakai kebanyakan berada pada kelompok bukan pelajar (60%). Penyalahguna
teratur pakai paling banyak berada di Jawa Barat (23%), Jawa Timur (18%), dan
Jawa Tengah (14%). Di Sulawesi Selatan, jumlah penyalahguna Napza kategori
coba pakai diperkirakan meningkat sebesar 7,8% dari 38.267 orang pada tahun
2010 menjadi 41.259 orang pada tahun 2011. Sedangkan pada kategori teratur
pakai diperkirakan meningkat sebesar 6,3% dari 23.444 orang di tahun 2010
menjadi 24.935 orang di tahun 2011 ini (Sudarianto, 2011).

5

Kenakalan yang dilakukan oleh remaja di atas merupakan refleksi dari adanya
ketidakseimbangan yang terdapat dalam diri seseorang dalam keluarga serta
dalam masyarakat. Umumnya bersumber dari perubahan-perubahan yang terjadi
dalam hidup dan kehidupan seseorang di dalam keluarganya (Pohan, 1896).
Menurut Zakiah Daradjat (2005), masa remaja merupakan masa yang
pergejolakannya bermacam-macam perasaan, dan terkadang satu sama lain
bertentangan, sehingga remaja menjadi sulit menghadapi gejolak emosi yang
saling bertentangan dan ketidakserasian yang terdapat dalam keluarga, sekolah
dan masyarakat.
Santrock (2003), mengatakan faktor keluarga sangat menentukan munculnya
kenakalan remaja. Pemicu kenakalan remaja seringkali berasal dari keluarga,
seperti orang tua. Orang tua jarang mengawasi anak-anak remajanya, memberikan
sedikit dukungan di setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan remaja dan
penerapan pola disiplin secara tidak efektif. Hal ini senada dengan penelitian yang
dilakukan oleh Prastiwi Yunita Dewi (2009), menyatakan bahwa ada hubungan
antara kelekatan dengan orang tua dan identitas diri dengan kenakalan remaja.
Berdasarkan penelitian di atas bahwa orang tua berpengaruh terhadap
kenakalan remaja. Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan dukungan
terhadap remaja agar terhindar dari kenakalan remaja. Dukungan orang tua
tersebut meliputi dukungan emosional yaitu berupa empati, perhatian, kasih
sayang dan kepedulian. Dukungan emosional ini sangat diperlukan oleh siapapun
termasuk remaja karena pada masa labil remaja membutuhkan kasih sayang,
empati, perhatian, dan kepedulian dari keluarganya terutama kedua orang tua.

6

Kedua, yaitu Dukungan penghargaan yaitu berupa penghargaan positif terhadap
individu serta dukungan atau persetujuan tentang ide-ide atau perasaan dari
individu tersebut dan perbandingan positif dari individu dengan orang lain yang
keadaannya lebih baik atau lebih buruk. Ketiga, Dukungan instrumental yaitu
berupa bantuan material atau jasa yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah secara praktis. Keempat, dukungan informasi yaitu berupa
pemberian nasehat/saran, penghargaan, bimbingan/pemberian umpan balik,
mengenai apa yang dilakukan individu, guna untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Kelima, dukungan jaringan sosial yaitu berupa rasa

kebersamaan

dalam kelompok serta berbagi dalam hal minat dan aktivitas sosial.
Faktor lain yang juga ikut mempengaruhi perilaku kenakalan pada remaja
adalah pengendalian diri (self-control). Remaja yang memiliki pengendalian diri
(self-control) yang rendah akan mudah memicu kenakalan remaja. Pengendalian
diri (Self-control) merupakan kemampuan mengendalikan tingkah laku, perasaan,
emosi, keputusan, dan tindakan yang muncul karena adanya kemauan sehingga
dapat membawa ke arah yang positif (Santrock, 2003).
Pada sebuah penelitian yang dilakukan Feldman & Weinberger (1994),
pengendalian diri (self-control) memainkan peran penting dalam kenakalan
remaja. Pola asuh orang tua yang efektif di masa kanak-kanak (penerapan strategi
yang konsisten, berpusat pada anak, dan tidak asertif) berhubungan dengan
dicapainya keterampilan pengaturan diri pada anak. Selanjutnya, dengan memiliki
keterampilan ini sebagai atribut internal akan berhubungan dengan menurunnya
tingkat kenakalan di masa remaja (Santrock, 2003).

7

Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan dalam
mengembangkan pengendalian diri (self-control) yang cukup dalam hal tingkah
laku. Beberapa anak gagal mengembangkan pengendalian diri (self-control) yang
esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Remaja akan
melakukan tindakan antisosial memerlukan pemikiran kritis terhadap dirinya
sendiri agar bisa menghambat kecenderungan dalam melanggar hukum. Oleh
sebab itu, remaja yang memiliki orang tua, guru, dan teman sebaya yang memiliki
standar kritis terhadap diri sendiri biasanya mengembangkan pengendalian diri
(self-control) yang diperlukan untuk menahan diri dari tindakan melanggar hukum
dan anti sosial (Santrock, 2003).
Pengendalian diri (self-control) sangat penting bagi setiap individu terutama
bagi remaja karena remaja masih memiliki emosi yang labil. Maka dengan adanya
self-control, remaja mampu mengendalikan tingkah lakunya, kognitifnya serta
dalam mengambil keputusan terutama terhadap hal-hal yang berhubungan dengan
tindakan melanggar hukum dan anti sosial.
Penelitian Nurmi, et al (1992) (dalam Melly Latifah, 1997), menyimpulkan
bahwa keyakinan akan kemampuan diri untuk melakukan kontrol ternyata
memegang peranan penting dalam mengarahkan perkembangan seseorang dalam
sepanjang rentang kehidupannya. Oleh karena itu, keyakinan dan kemampuan
seorang remaja dalam mengendalikan dirinya akan bermanfaat bagi dirinya dan
orang lain dalam sepanjang hidupnya.
Penelitian Haditono (dalam Monks, 2002), menyatakan bahwa motif dalam
melakukan kenakalan adalah emosi yang tidak terkontrol, dan mencari pelarian

8

karena keadaan rumah yang tidak menyenangkan dan kurang kasih sayang.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada guru SMK Bina
Potensi di dapat hasil bahwa kasus siswa membolos 6-10 orang dalam seminggu,
perkelahian 2-3 kasus dalam seminggu. Kemudian hasil wawancara pada seorang
siswa SMK Bina Potensi berinisial A menyatakan bahwa pernah membolos 3 kali
dalam seminggu, meminum minuman keras di lingkungan sekolah 1-3 kali dalam
sebulan dan menggunakan obat terlarang dilingkungan sekolah 2-3 kali dalam
sebulan. Hal ini dia lakukan karena A kurang mampu mengendalikan dirinya
(self-control) dari rasa kecewa terhadap ayahnya dan kurangnya dukungan yang
dia dapatkan dari kedua orang tuanya. A merasa kecewa karena ayahnya
meninggalkan ibunya sejak A lahir. Ibunya kurang mampu memberikan dukungan
kepada A karena ibunya memiliki kekurangan fisik (cacat) dan tidak memiliki
pekerjaan tetap. Hal ini sejalan dengan pendapat Graham (dalam Hadimuhain,
2011) menyatakan bahwa faktor penyebab kenakalan remaja salah satunya adalah
faktor lingkungan berupa orang tua yang bercerai, orang tua yang cacat dan
kesulitan keuangan.
Dari hasil penelitian penelitian dan fenomena yang disebutkan di atas bahwa
ada beberapa hal yang mempengaruhi kenakalan remaja serta kota Palu juga
memiliki jumlah kenakalan remaja yang tinggi. Maka peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul ”Pengaruh dukungan orang tua dan self-control
terhadap kecenderungan kenakalan remaja SMK Bina Potensi PaluSulawesi Tengah”.

9

1.2.

Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1.2.1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya dan lebih terarahnya penelitian mengenai
hubungan Dukungan Orang Tua dan Self-control dengan Kecenderungan
Kenakalan Remaja, perlu dilakukan pembatasan masalah. Adapun variabelvariabel yang berkaitan dengan judul penelitian ini diberi batasan sebagai berikut :
a. Dukungan orang tua merupakan pemberian perhatian, dorongan, kasih sayang,
barang, informasi dan jasa dari orang tua sehingga penerima dukungan
merasa disayangi dan dihargai. Dukungan orang tua tersebut meliputi
dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan
dukungan informasi (Sarafino, 1994).
b. Self-control adalah kemampuan mengendalikan tingkah laku, perasaan, emosi,
keputusan, dan tindakan yang muncul karena adanya kemauan sehingga dapat
membawa ke arah yang positif. Self-control tersebut meliputi kemampuan
mengontrol tingkah laku, kemampuan mengontrol kognisi dan kemampuan
mengontrol keputusan (Averill, 1973).
c.

Kecenderungan Kenakalan Remaja adalah kecenderungan remaja untuk
melakukan tindakan yang melanggar aturan baik hukum maupun nilai-nilai
norma yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap
dirinya sendiri maupun orang lain yang dilakukan remaja di bawah umur 18
tahun. Kecenderungan kenakalan remaja tersebut meliputi kenakalan yang
menimbulkan korban fisik pada orang lain, kenakalan yang meninbulkan

10

korban materi, kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak
orang lain dan kenakalan yang melawan status (Jensen dalam Sarwono, 2002).
d. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMK Bina Potensi Palu
Sulawesi Tengah.
1.2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang akan dirumuskan dalam penelitian
ini adalah :
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan orang tua dan self-control
terhadap kecenderungan kenakalan remaja di SMK Bina Potensi PaluSulawesi Tengah?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan emosional terhadap
kecenderungan kenakalan remaja di SMK Bina Potensi Palu-Sulawesi
Tengah?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan penghargaan terhadap
kecenderungan kenakalan remaja di SMK Bina Potensi Palu-Sulawesi
Tengah?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dukungan instrumental terhadap
kecenderungan kenakalan remaja di SMK Bina Potensi Palu-Sulawesi
Tengah?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara dukungan informasi terhadap
kecenderungan kenakalan remaja di SMK Bina Potensi Palu-Sulawesi
Tengah?
6. Apakah ada pengaruh yang signifikan kemampuan mengontrol tingkah laku

11

terhadap kecenderungan kenakalan remaja di SMK Bina Potensi PaluSulawesi Tengah?
7. Apakah ada pengaruh yang signifikan kemampuan mengontrol kognisi
terhadap kecenderungan kenakalan remaja di SMK Bina Potensi PaluSulawesi Tengah?
8. Apakah ada pengaruh yang signifikan kemampuan mengontrol keputusan
terhadap kecenderungan kenakalan remaja di SMK Bina Potensi PaluSulawesi Tengah?

1.3.

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dukungan orang
tua dan self-control dengan

kecenderungan kenakalan remaja.

Dan ingin

mengetahui pengaruh dari aspek-aspek dukungan orang tua (aspek dukungan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan
informasi) dan self-control (aspek kemampuan mengontrol tingkah laku, aspek
kemampuan mengontrol kognisi dan aspek kemampuan mengontrol keputusan)
terhadap kecenderungan kenakalan remaja.
1.3.2. Manfaat Penelitian
1.3.2.1.

Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan teoriteori Psikologi baik pendidikan, perkembangan maupun sosial
terutama yang berkaitan dengan pengaruh dukungan orang tua dan

12

self-control terhadap kecenderungan kenakalan remaja.
1.3.2.2.

Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para orang tua, guru
dan remaja itu sendiri untuk lebih memperhatikan pentingnya
dukungan orang tua dan self-control dalam kaitannya dengan
kecenderungan kenakalan remaja.

1.4. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, akan digunakan kaidah APA style, yaitu kaidah
penelitian

berdasarkan

aturan

yang

dikeluarkan

oleh

APA (American

Psychological Association). Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini
terdiri dari lima bab, meliputi
BAB I :

PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, Identifikasi Masalah, Tujuan dan Manfaat
penelitian, Perumusan

masalah dan pembatasan masalah, serta

sistematika penulisan.
BAB 2 :

LANDASAN TEORI
Berisi Landasan teori tentang kecenderungan kenakalan remaja,
dukungan orang tua, self-control, remaja, kerangka berpikir dan
hipotesis.

13

BAB 3 :

METODE PENELITIAN
Berisi tentang metodelogi penelitian yang meliputi Metode
penelitian,

metode pengumpulan data,

karakteristik subjek

penelitian, prosedur penelitian, populasi dan sample, metode
pengolahan dan analisis data.
BAB 4 :

PRESENTASI DAN ANALISA DATA
Berisi tentanang analisis data yang meliputi gambaran umum
responden berdasarkan penelitian pada remaja di SMK Bina
Potensi Palu-Sulawesi Tengah yang merupakan keseluruhan
responden berdasarkan masing-masing anak.

BAB 5 :

PENUTUP

Berisi tentang Kesimpulan, diskusi dan saran.

14

BAB 2
LANDASAN TEORI

Pada bab ini, yang akan dibahas adalah kenakalan remaja yang meliputi definisi
kenakalan remaja, bentuk dan aspek-aspek kenakalan remaja, karakteristik remaja
nakal, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja. Dukungan orang
tua meliputi pengertian dukungan orang tua, komponen dukungan orang tua,
sumber dukungan orang tua, dan dukungan sosial orang tua. Pengendalian diri
(self-control) meliputi Pengertian pengendalian diri (self-control), aspek-aspek
pengendalian diri (self-control), faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian
diri (self-control), dan fungsi pengendalian diri (self-control). Remaja meliputi
pengertian remaja, ciri-ciri remaja dan tugas-tugas perkembangan remaja.
Kerangka berpikir dan hipotesis.

2.1. Kenakalan Remaja
2.1.1. Definisi Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari bahasa Latin
juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda,
sifat-sifat khas pada periode remaja. Sedangkan delinquent berasal dari bahasa
latin “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas
artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut,
pengacau, peneror, durjana dan lain sebagainya. Juvenile delinquency atau

15

kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda,
merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan
bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu
rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai
pelanggaran status hingga tindak kriminal.(Kartono, 2002).
Menurut Pedoman Bakolak Inpres No. 6/1971 adalah istilah terjemahan dari
kata asing "juvenile delinquency" dan dirumuskan sebagai kelainan tingkah laku,
perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asosial, bahkan anti-sosial, yang
melanggar norma-norma sosial agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam
masyarakat. Remaja yang dimaksud adalah yang berusia 12-18 tahun dan belum
menikah (Prayitno, 1993).
Gunarsa (1979) menyatakan bahwa kenakalan remaja dapat diketahui
berdasarkan ciri-ciri pokok kenakalan remaja, yaitu :
1. Dalam pengertian kenakalan, harus terlihat adanya perbuatan atau tingkahlaku yang bersifat pelanggaran hukum yang berlaku dan pelanggaran nilainilai moral.
2. Kenakalan tersebut mempunyai tujuan yang a-sosial yakni dengan perbuatan
atau tingkah laku tersebut ia bertentangan dengan nilai-nilai atau norma sosial
yang ada di lingkungan hidupnya.
3. Kenakalan remaja merupakan kenakalan yang dilakukan oleh mereka yang
berumur antara 13-17 tahun. Mengingat pengertian di Indonesia pengertian
dewasa selain ditentukan oleh batas-batas umur, juga ditentukan oleh status

16

pernikahan, maka dapat ditambahkan bahwa kenakalan remaja adalah
perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh mereka yang berumur antara 1317 tahun dan belum menikah.
4. Kenakalan remaja dapat dilakukan oleh seorang remaja saja, atau dapat juga
dilakukan bersama-sama dalam suatu kelompok remaja.
Adapun Conger (1991) mendefinisikan kenakalan remaja sebagai suatu
kenakalan yang dilakukan oleh seseorang individu yang berumur di bawah 16 dan
18 tahun yang melakukan perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman.
Sedangkan menurut Strang (dalam Kartono, 1991), menyatakan bahwa :
“A juvenile delinquency is an act of a child or adolescent who breaks a
law. When a child is old enough to know that he is doing wrong and he
does it, that is being delinquent A person under 21 who breaks the law is a
juvenile delinquent”.
Menurut Murdaningsih (dalam Kartono, 1991) mendefinisikan kenakalan
remaja adalah tingkah laku melawan norma yang diperbuat oleh anak yang belum
dewasa. Misalnya : perusakan, kenakalan, kejahatan, pengacauan dan lain-lainnya.
Sedangkan Sarwono (2002) mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah
laku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana.
Santrock (1999) juga menambahkan kenakalan remaja sebagai kumpulan dari
berbagai perilaku, dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai
tindakan kriminal.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan
kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang

17

melanggar

aturan

baik

hukum

maupun

nilai-nilai

norma

yang

dapat

mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun
orang lain yang dilakukan remaja di bawah umur 18 tahun.

2.1.2. Bentuk dan Aspek-Aspek Kenakalan Remaja
Jensen (dalam Sarwono, 2002) membagi kenakalan remaja menjadi empat bentuk
yaitu:
a.

Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti
perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain- lain.

b.

Kenakalan yang meninbulkan korban materi. Seperti perusakan, pencurian,
pencopetan, pemerasan dan lain- lain.

c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain. Seperti
pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas.
d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai
pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah, membantah perintah.

Di dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa II (PPDG-II)
yang diterbitkan oleh Depkes R.I. pada tahun 1983 terhadap kriteria diagnostik
untuk Gangguan Kepribadian Antisosial yang timbulnya sejak usia di bawah 15
tahun dan dinyatakan oleh riwayat sebagai berikut (Prayitno, 1993) :
a. Sering membolos.
b. Kenakalan kanak/remaja (ditangkap atau diadili oleh pengadilan anak karena
kenakalannya).

18

c. Dikeluarkan atau diskors dari sekolah karena berkelakuan buruk.
d. Seringkali lari dari rumah (minggat) dan bermalam di luar rumah.
e. Sering bohong.
f. Berulang-ulang melakukan hubungan seks, walaupun hubungannya belum
akrab.
g. Sering mabuk dan menyalahgunakan napza.
h. Seringkali mencuri.
i.

Sering merusak barang orang lain.

j.

Prestasi disekolah jauh di bawah taraf kecerdasannya (IQ) sehingga berakibat
tidak naik kelas.

k. Seringkali melawan aturan di rumah dan di sekolah.
l.

Seringkali memulai perkelahian.

Menurut Gunarsa (1979) dalam jenisnya kenakalan remaja dapat digolongkan
dalam dua kelompok besar, sesuai kaitannya dengan norma hukum yaitu:
1. Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial yang ini semua tidak terdapat
dalam undang-undang, sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai
pelanggaran hukum antara lain:
a. Bebohong, memutar-balikkan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau
menutup kesalahan.
b. Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak
sekolah.
c. Kabur, meninggalkan rumah tanpa izin orang tua atau menentang

19

keinginan orang tua.
d. Keluyuran, pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan, dan mudah
meninggalkan perbuatan iseng yang negatif.
e. Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain, sehingga
mudah terangsang untuk mempergunakannya. Misalnya pisau, pistol,
pisau silet dan lain sebagainya.
f. Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, sehingga mudah
terjerat dalam perkara yang benar-benar kriminal.
g. Berpesta pora semalaman suntuk tanpa pengawasan, sehingga mudah
timbul tindakan-tindakan yang kurang bertanggung jawab (a-moral dan asosial).
h. Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan mempergunakan bahasa yang
tidak sopan, tidak senonoh seolah-olah menggambarkan kurang perhatian
dan pendidikan dari orang dewasa.
i.

Secara berkelompok makan di rumah makan, tanpa membayar atau naik
bus tanpa membeli karcis.

j.

Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri baik dengan tujuan kesulitan
ekonomis maupun tujuan lainnya.

k. Berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras atau mengisap ganja
sehingga merusak dirinya maupun orang lain.
2. Kenakalan yang dianggap melanggar hukum diselesaikan melalui hukum dan
seringkali biasa disebut dengan istilah kejahatan. Kejahatan ini dapat
diklasifikasikan sesuai dengan berat ringannya pelanggaran kejahatan tersebut,

20

misalnya :
a. Perjudian dan segala macam bentuk perjudian yang mempergunakan uang.
b. Pencurian dengan kekerasan maupun tanpa kekerasan : pencopetan,
perampasan dan penjambretan.
c. Penggelapan barang.
d. Penipuan dan pemalsuan.
e. Pelanggaran tata susila, menjual gambar-gambar porno dan film porno,
pemerkosaan.
f. Pemalsuan uang dan pemalsuan surat-surat keterangan resmi.
g. Tindakan-tindakan anti-sosial : perbuatan yang merugikan milik orang
lain.
h. Percobaan pembunuhan.
i.

Menyebabkan kematian orang, turut tersangkut dalam pembunuhan.

j.

Pembunuhan.

k. Pengguguran kandungan.
l.

Penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian seseorang.

Dari beberapa bentuk kenakalan pada remaja dapat disimpulkan bahwa
semuanya menimbulkan dampak negatif yang tidak baik bagi dirinya sendiri dan
orang lain, serta lingkungan sekitarnya. Adapun aspek-aspeknya diambil dari
pendapat Jensen (dalam Sarwono, 2002). Terdiri dari aspek perilaku yang
menimbulkan korban fisik pada orang lain, perilaku yang meninbulkan korban
materi, perilaku yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain dan perilaku

21

yang melawan status.

Peneliti menggunakan teori dari Jensen karena teori

tersebut lebih mewakili aspek-aspek dari kecenderungan kenakalan remaja dalam
penelitian ini.

2.1.3. Karakteristik Remaja Nakal
Dalam Konsep Rancangan Undang-undang Peradilan Anak dijumpai batasan
mengenai "anak nakal" yaitu (dalam Gondoyumono, 1988):
1. Yang melakukan tindak pidana.
2. Yang tidak dapat diatur dan tidak taat kepada orang tua/wali/pengasuh.
3. Yang sering meninggalkan rumah, tanpa izin/pengetahuan orang
tua/wali/pengasuh.
4. Yang bergaul dengan penjahat-penjahat atau orang-orang tidak bermoral,
sedang anak tersebut mengetahui hal itu.
5. Yang seringkali mengunjungi tempat-tempat yang terlarang bagi anak.
6. Yang sering mempergunakan kata-kata kotor.
7. Yang melakukan perbuatan yang mempunyai akibat yang tidak baik bagi
perkembangan pribadi, sosial rohani dan jasmani anak tersebut.

Menurut Murdaningsih (dalam Kartono, 1991) menyatakan bahwa sifat-sifat
dari remaja yang nakal terletak pada :
1. Adanya infantilisme (sifat seperti anak bayi).
2. Ketergantungan.
3. Tidak mampu menerima realitas.

22

4. Frustasi.
5. Tidak dapat menguasai dorongan-dorongan nafsunya
6. Mempunyai sikap bermusuhan terhadap dunia sekitarnya.
7. Perkembangan emosi yang tidak matang (immature). Kadang-kadang
emosinya tidak stabil dan amat peka terhadap ketegangan emosional.
Misalnya sering menjadi agresif, bermusuh, curiga, cemburu, suka bertengkar
serta menimpakan kekurangmampuannya sendiri kepada kesalahan orang lain
(ada kecenderungan proyeksi).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja nakal biasanya berbeda
dengan remaja yang tidak nakal. Remaja nakal biasanya lebih percaya diri,
pemberontak, mempunyai kontrol diri yang kurang, tidak mempunyai orientasi
pada masa depan dan kurangnya kemasakan sosial, sehingga sulit bagi mereka
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.

2.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja
Faktor-faktor kenakalan remaja menurut Santrock, (1996) lebih rinci dijelaskan
sebagai berikut :
a. Identitas
Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (dalam
Santrock, 1996) masa remaja ada pada tahap di mana krisis identitas harus di
atasi. Perubahan biologis dan sosial memungkinkan terjadinya dua bentuk
integrasi terjadi pada kepribadian remaja: (1) terbentuknya perasaan akan

23

konsistensi dalam kehidupannya dan (2) tercapainya identitas peran, kurang
lebih dengan cara menggabungkan motivasi, nilai-nilai, kemampuan dan gaya
yang dimiliki remaja dengan peran yang dituntut dari remaja.
Erikson percaya bahwa delinkuensi pada remaja terutama ditandai dengan
kegagalan remaja untuk mencapai integrasi yang kedua, yang melibatkan
aspek-aspek peran identitas. Ia mengatakan bahwa remaja yang memiliki masa
balita, masa kanak-kanak atau masa remaja yang membatasi mereka dari
berbagai peranan sosial yang dapat diterima atau yang membuat mereka
merasa tidak mampu memenuhi tuntutan yang dibebankan pada mereka,
mungkin akan memiliki perkembangan identitas yang negatif. Beberapa dari
remaja ini mungkin akan mengambil bagian dalam tindak kenakalan, oleh
karena itu bagi Erikson, kenakalan adalah suatu upaya untuk membentuk suatu
identitas, walaupun identitas tersebut negatif.
b. Kontrol diri
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk
mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa
anak gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang esensial yang sudah
dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Kebanyakan remaja telah
mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah
laku yang tidak dapat diterima, namun remaja yang melakukan kenakalan
tidak mengenali hal ini. Mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku
yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, atau mungkin mereka
sebenarnya su