Tinjauan Sosiologi Terhadap Kenakalan Re

TINJAUAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN TERHADAP KENAKALAN REMAJA
(TAWURAN PELAJAR)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
DETIRA PUTRI
NPM : 1006010020

DOSEN PEMBIMBING : SAMIO, M.S, S.Pd
MATA KULIAH : SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SEMESTER III
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AL WASHLIYAH
MEDAN

2011

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmannirrahim.
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT . Karena atas rahmat dan
nikmat – Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Tinjauan
Sosiologi Pendidikan Terhadap Kenakalan Remaja (Tawuran Remaja)”. Makalah ini disusun
untuk memperoleh nilai tugas individu mata kuliah “Sosiologi Pendidikan”. Shalawat dan
salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalahnya
kepada manusia untuk membimbing umatnya ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang masalah yang berhubungan dengan judul
makalah. Penulis berharap semoga isi makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan
mudah-mudahan pembahasan ini dapat menjadi bahan acuan dalam menyelesaikan tugastugas yang dihadapi para mahasiswa.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,
masih banyak terdapat kejanggalan dan kekurangan dikarenakan kurang luasnya wawasan
penulis, oleh karena itu penulis sangat mengharap kritik dan saran ataupun sanggahan yang
sifatnya membangun dari berbagai pihak demi kesempunaan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini baik secara

langsung maupun tidak langsung. Semoga segala bantuannya mendapat balasan dari Allah
SWT dan memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, 12 November 2011

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………....................................
Daftar Isi………………………….………………………………………………..

ii
iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….
1. Latar Belakang Masalah………………………………………………..
2. Rumusan Masalah……………………………………………………….

3. Tujuan……………………………………………………………………

1
1
1
1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..
1. Pengertian Kenakalan Remaja………………………………………….
2. Faktor yang Mempengaruhi…………………………………………….
3. Cara Mengatasi………………………………………………………….

2
2
2
7

BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………

10


Daftar Pustaka…………………………………………………………………….

iv

BAB I
iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kenakalan remaja selalu diartikan sebagai perilaku yang menyimpang yang dilakukan
oleh para remaja. Perilaku menyimpang pelajar adalah salah satu dari masalah sosial karena

dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Ada hubungan sebab akibat antara disorganisasi
sosial dalam keluarga dengan perilaku menyimpang pelajar. Artinya adanya disorganiasi
sosial dalam keluarga memberi peluang pelajar untuk melakukan perilaku menyimpang.
Sebaliknya bagi pelajar yang keluarganya harmonis dan utuh maka kemungkinan melakukan
perilaku menyimpang sangat kecil.

B. Rumusan Masalah

Agar masalah yang akan dibahas tidak terlalu luas, maka penulis membatasi
permasalahan sepanjang hal-hal yang berkaitan dengan:
1. Pengertian kenakalan remaja.
2. Faktor yang mempengaruhi.
3. Cara mengatasi.

C. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini yaitu sebagai jawaban atas permasalahan yang ada dalam
makalah. Serta sebagai tambahan nilai tugas kelompok mata kuliah “ Sosoiologi
Pendidikan .” Diharapkan makalah ini juga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
untuk menambah wawasan tentang dunia pendidikan.

BAB II
1
PEMBAHASAN
TINJAUAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN TERHADAP KENAKALAN REMAJA
(TAWURAN PELAJAR)

1. Pengertian Kenakalan Remaja


Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun.
Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum
cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi.
Definisi kenakalan remaja menurut para ahli
1. Kartono, ilmuwan sosiologi
Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile
delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk
pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang".
2. Santrock
Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak
dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal."

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi
Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh bebera hal, sebagai sebagian diantaranya:
1. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis diri remaja memungkinkan terjadinya dua benytuk
integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan dan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua,
tercapainnya identitas peran. Kenalakan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa
integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah

Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima
dengan tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku “nakal”. Begitupun bagi mereka yang
telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan
control diri untuk bertingkahlaku sesuai dengan pengetahuannya.

3. Keluar

2

Perceraian orang tua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar
anggota keluarga bisa memicu perilaku negataif pada remaja. Pendidikan yang salah di
keluargapun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama atau
penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab kenakalan remaja.
4. Teman sebaya yang kurang baik

Pengaruh teman sering diumpamakan sebagai segumpal daging busuk, apabila dibungkus
dengan segunpal daun, maka daun itupan akan berbau busuk, sedangkan bila sebatang kayu
cendana di bungkus dengan selembar kertas, kertas itupun akan wangi baunya. Perumpamaan
ini merupakan sedemikian besarnya pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan
kepribadian seseorang ketika remaja berhati-hati dan bijaksana dalam memberikan

kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan kawan-kawan yang tidak
benar. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak dikemudian hari akan banyak masalah
bagi dirinya sendiri dan orang tuanya.
5. Pendidikan
Memberikan pendidikan yang sesuai dengan anak adalah merupakan salah satu tugas orang
tua kepada anak, maka pilihkan lah sekolah yang bermutu. Namun, masih sering terjadi dalam
masyarakat, orang tua memaksanakan kehendaknya, agar di masa depan anaknya memilih
fropesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orang tua. Pemaksaan ini justru kan berakhir
dengan kekecewaan, sebab, meski memang sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak
orang tua tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil dan kemudain kecewa,
frustasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka mudah pergi bersama
kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian
menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.
6. Penggunaan waktu luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha
menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu
luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak pada sisi remaja akan timbul gagasan untuk mengisi
waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila bentuk kegiatan itu positif, hal ini
tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negative maka
lingkungan akan tergangu. Seringkali perbuatan negative ini hanya terdorong rasa iseng saja.

Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja
untuk menarik perhatian lingkungannya, perhatian yang diharapkan dapat berasal dari
orangtuanya maupun teman seperjuangannya.Celakanya, kawan sebaya sering menganggap
iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan.
Misalnya, ngebut tanpa lampu malam hari, mencuri, merusak, minum-minuman keras, obat
bius, dan sebagainya.

7. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik
3
Perilaku 'nakal' remaja bisa juga disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal)
maupun faktor dari luar (eksternal). Faktor internal:
1. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk
integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua,

tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa
integrasi kedua.
2.

Kontrol diri yang lemah


Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima
dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka
yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
1. Keluarga
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar
anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di
keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau
penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2.

Teman sebaya yang kurang baik

3.

Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam menilai ada tidaknya


hubungan antara perilaku menyimpang atau kenakalan pelajar dengan disorganisasi sosial,
terutama masalah dalam keluarga, (Masngudin HMS : wordpress.com/2008), yaitu :
1. Hubungan dengan sikap orang tua dalam pendidikan
Salah satu sebab kenakalan yang disebutkan pada kerangka konsep di atas adalah sikap orang
tua dalam mendidik anaknya. Mereka yang orang tuanya otoriter, dan tidak memperhatikan
sama sekali pendidikan anaknya, sering melakukan kenakalan khusus, ternyata peranan
keluarga dalam pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak.
2. Hubungan dengan pekerjaan orang tua

4

Untuk mengetahui apakah perilaku menyimpang atau kenakalan juga ada
hubungannya dengan pekerjaan orangtuanya, artinya tingkat pemenuhan kebutuhan hidup.
Karena pekerjaan orangtua dapat dijadikan ukuran kemampuan ekonomi, guna memenuhi

kebutuhan keluarganya. Hal ini perlu diketahui karena dalam keseharian orang tua terkadang
tidak mampu dan melalaikan tugas sosial keluarga, karena kesibukannya dalam pekerjaan
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
3. Hubungan dengan keutuhan keluarga
Secara teoritis keutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap kenakalan pelajar. Artinya
banyak terdapat anak-anak pelajar yang nakal datang dari keluarga yang tidak utuh, baik
dilihat dari struktur keluarga maupun dalam interaksinya di keluarga, namun ketidakutuhan
struktur keluarga bukan jaminan bagi anaknya untuk melakukan kenakalan.
Namun jika dilihat dari keutuhan dalam interaksi, terlihat jelas bahwa yang melakukan
kenakalan khusus berasal dari keluarga yang interaksinya kurang dan tidak serasi. Jadi ketidak
berfungsian

keluarga

untuk

menciptakan

keserasian

dalam

interaksi

mempunyai

kecenderungan anak pelajarnya melakukan kenakalan. Artinya semakin tidak serasi hubungan
atau interaksi dalam keluarga tersebut tingkat kenakalan yang dilakukan semakin berat, yaitu
pada kenakalan khusus. seperti hubungan seks di luar nikah, menyalahgunakan narkotika,
kasus pembunuhan, pemerkosaan, kumpul kebo, serta menggugurkan kandungan.
4. Hubungan antara interaksi keluarga dengan lingkungannya
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, oleh karena itu mau tidak mau harus
berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Adapun yang diharapkan dari hubungan tersebut
adalah serasi, karena keserasian akan menciptakan kenyamanan dan ketenteraman. Apabila
hal itu dapat diciptakan, yaitu menerapkan proses sosialisasi yang baik bagi anak-anaknya,
5
dengan tetangga atau lingkungan sosialnya, maka kecenderungan anaknya melakukan
kenakalan pada tingkat yang lebih berat yaitu kenakalan khusus, akan terhindarkan.
5. Hubungan dengan kehidupan beragama keluarga

Kehidupan beragama keluarga juga merupakan salah satu ukuran untuk melihat
hubungan perilaku penyimpangan pelajar dengan disorganisasi sosial dalam keluarga. Sebab
keluarga yang menjalankan kewajiban agama secara baik, berarti mereka akan menanamkan
nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi keluarga yang menjalankan
kewajiban agamanya secara baik, maka anak-anaknyapun akan melakukan hal-hal yang baik
sesuai dengan norma agama.
Dengan demikian ketaatan dan tidaknya beragama bagi keluarga sangat berhubungan
dengan kenakalan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Hal ini berarti bahwa bagi keluarga
yang taat menjalankan kewajiban agamanya kecil kemungkinan perilaku anaknya
menyimpang, baik kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan maupun
kenakalan khusus, demikian juga sebaliknya.
Menurut teori Durkheim kenakalan pelajar disebabkan ketidak berfungsian sebuah
organisasi yang dalam hal ini adalah organisasi keluarga, untuk itu solusi yang diambil yaitu
memfungsikan kembali organisasi itu atau keluarga untuk mencegah tingkat kenakalan pelajar
tersebut. (Soerjono Soekanto, 2007:324). Dan pada dasarnya keluarga memang adalah
organisasi pertama sebagai pembentuk watak dan kepribadian anak atau pelajar, jadi
keberfungsian keluarga sangat menentukan masa depannya.

3. Cara Mengatasi
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi6kenakalan remaja:
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi
dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orangorang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang
harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.

4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan
dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Pada dasarnya perilaku menyimpang atau kenakalan pelajar adalah hal-hal yang dilakukan
oleh pelajar sebagai individu dan yang tidak sesuai dengan norma-norma hidup yang belaku
di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan pelajar yang nakal itu
disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh
pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh
masyarakat sebagai suatu kelainan dan dianggap terjadi hal yang menyimpang atau
“kenakalan”.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja, yaitu sebagai
berikut :

1. Kegagalan menghadapi identisan peran dan lemahnya control diri bisa dicegah atau bisa
diatasi dengan prinsif keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur
orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik, juga mereka
berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.

2. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang
harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi mereka.

3. Kehidupan beragama keluarga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat keberfungsian
sosila keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik berarti mereka akan
menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi keluarga yang
menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka anak-anaknyapun akan melalukan halhal yang baik sesuai dengan norma-norma agama.
7

4. untuik menghindari masalah yang timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk
mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua juga hendaknya memberikan kesibukan dan
mempercfayakan tanggungjawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggungjawab
ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun mengada-ada. Berilah pengertian yang jelas

dahulu, sekaligus berilah teladan pula. Sebab dengan memberikan tanggungjawab dalam
rumah akan dapat mengurangi waktu anak “Keluyuran” tidak karuan dan sekaligus dapat
melatih anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggungjawab dalam ruamh tangga.
Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik
untuk mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasab teman yang
baik.
5. Orang tua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar anak memilih jurusan sesuai
dengan bakat, kesenangan, dan hobi si anak. Tetapi apabila anak tersebut tidak ingin
bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka berilah pengertian kepadanya bahwa tugas
utamanya adalah bersekolah sesuai dengan pilihanya. Sedangkan hobi adalah kegiatan
sampingan

yang

boleh

dilakukan

bila

tugas

utama

telah

selesai.

6. Mengisi waktu luang diserahkan kepada kebijaksanaan remaja. Remaja selain
membutuhkan materi, juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Oleh
karena itu. Waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan keluarga sekaligus
sebagai sarana rekreasi. Kegiatan dapat berupa melakukan berbagai bentuk permainan
bersama, misalnya scrabble, monopoli, catur dan lain sebagainya. Selain itu, dapat pula
berupa tukar pikiran berbicara dari hati ke hati, misalnya makan malam bersama atau duduk
santai di ruang keluarga. Kegiatan keluarha ini hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota
keluarga.
7. Remaja hendaknya pandai memilih lingkungan pergaulan yang baik serta orang tua
memberi

arahan

arahan

di

komunitas

nama

remaja

harus

bergaul.

8. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata temanteman

sebaya

atau

komunitas

yang

ada

tidak

sesuai

dengan

harapan.

BAB8 III
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis di atas, ditemukan bahwa perilaku menyimpang pelajar adalah
kenakalan pelajar yang biasanya dilakukan oleh pelajar-pelajar yang gagal dalam menjalani

proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanakkanaknya, Penyimpangan biasanya dilihat dari perspektif orang yang bukan penyimpang.
Untuk menghargai penyimpangan adalah dengan cara memahami, bukan menyetujui apa yang
dipahami oleh penyimpang.
Kenakalan pelajar dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara lain; adanya
pengaruh kawan sepermainan, kegagalan dalam pendidikan, banyaknya waktu luang,
pemberian uang saku yang berlebihan, dan pergaulan sex bebas. Pelajar yang demikian, besar
kemungkinan untuk melakukan kenakalan atau perilaku menyimpang. Demikian juga dari
adanya disorganiasi sosial dalam keluarga yang dialami oleh pelajar, maka akan melakukan
perilaku menyimpang atau kenakalan pada tingkat tertentu. Sebaliknya bagi keluarga yang
harmonis dan utuh maka kemungkinan anak-anaknya melakukan perilaku menyimpang sangat
kecil, apalagi kenakalan khusus.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka untuk memperkecil tingkat perilaku
menyimpang pelajar, maka perlu kiranya orangtua menjaga dan mempertahankan keutuhan
keluarga dengan mengoftimalkan fungsi sosial keluarga melalui program-program
kesejahteraan sosial yang berorientasi pada keluarga dan lingkungannya, pengenalan agama
lebih dini dan mengamalkannya di kehidupan sehari-hari.

Daftar9Pustaka
Achlis, 1992, Praktek Pekerjaan Sosial I, STKS , Bandung
Gunarsa, Singgih D, 1988, Psikologi Pelajar, Jakarta, BPK Gunung Mulya.
Kartini, Kartono,1986, Psikologi Sosial 2, Kenakalan Pelajar, Jakarta, Rajawali.

_______________, 2007, Psikologi Anak, , Bandung. Mandar Maju.
_______________, 1985 Perubahan Sosial, Jakarta, Rajawali.
Soerjono Soekanto, 1988, Sosiologi Penyimpangan, Rajawali, Jakarta
_________________, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
http://h4b13.wordpress.com/2008/01/14/hal-hal-yang-mempengaruhi-timbulnya- kenakalanpelajar/ , diakses 29 Januari 2009.
http://em4lzy.multiply.com/journal/item/5/kenakalan_pelajar, diakses 1 Pebruari 2009.
http://innventarisasi-pengetahuan.blogspot.com/2008/04/kenakalan pelajar.html, diakses 10
Pebruari 2009.
Drs. H. Abu Ahmadi. (2004). SOSIOLOGI PENDIDIKAN Jakarta: Rineka Cipta
Drs. Kuswanto, M.M. Bambang Siswanto, S.H. (2003). SOSIOLOGI
Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
H4b13’S Weblog. HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI
KENAKALAN REMAJA
ASIAN BRAIN.com. Content Team. Kenakalan Remaja

iv