PENGAWASAN MUTU HASIL DAN PEMBAHASAN

Laboratorium Fitokimia, Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Farmakologi, Laboratorium Fabrikasi dan Laboratorium Central dan Instrumentasi. Pada Laboratorium Fabrikasi dilakukan pemeriksaan terhadap waktu hancur, derajat halus, kadar air, kekerasan, dan keseragaman bobot. Selain itu, laboratorium ini juga mengeluarkan nomor batch dan kode produksi dari produk yang dihasilkan. Nomor batch diberikan apabila produk tersebut telah memenuhi syarat dari pemeriksaan di seluruh laboratorium yang ada. Bahan- bahan yang diperiksa pada laboratorium ini antara lain jamu setengah jadi, jamu jadi yang sudah dikemas, pil, tablet, kapsul, Madurasa, kosmetik, dan obat luar. a. Pemeriksaan nomor Batch dan kode produksi Pemberian nomor batch dilakukan dengan pemberian digit angka yang akan diubah menjadi huruf oleh bagian produksi. Digit yang digunakan sebanyak 6 digit sedangkan untuk kode produksi dilakukan oleh produksi. b. Pemeriksaan kekerasan Uji kekerasan dilakukan dengan satuan kg. alat yang digunakan adalah “ Hardness Tester ”. Biasanya digunakan pada produk jamu yang berbentuk pil, kapsul, tablet, dan param. c. Pemeriksaan waktu hancur Pemeriksaan ini dilakukan guna mengetahui waktu hancur dari sediaan padat dan dari produk ekstrak. Alat yang digunakan “ Desen Tegration Tester ”. Air yang digunakan suhunya ± 36º − 39ºC. Syarat kehancuran untuk tablet dan kapsul adalah 15 menit, untuk pil 30 menit. Cara pemeriksaannya: sampel dimasukkan dalam becker glass yang berisi air dengan suhu 36º − 39ºC, kemudian pasang pada alat maka tabung akan bergerak naik turun, dan dicatat waktu hancurnya berapa. d. Pemeriksaan kadar air Alat yang digunakan untuk mengukur kadar air bahan adalah “ Moisture Tester ”. Kadar harus sesuai dengan Standar Air Mancur SAM yaitu 8-10. Cara pengujian kadar air adalah memasukkan sampel ke dalam alat dan akan terbaca hasilnya. Jika masih tinggi akan dilakukan pengovenan maksimal 3 kali. e. Derajat kehalusan Tujuannya untuk melihat kehalusan dari serbuk jamu yang dihasilkan. Caranya dengan menggunakan ayakan 120 mesh dan timbang sampel 5 gram dan diayak. Sisa bahan yang tidak ikut tersaring ditimbang lagi dan persentase derajat kehalusan dapat dihitung, minimal 90 yang lolos. f. Keseragaman bobot Alat yang digunakan yaitu “Timbangan Satorius”, dengan cara mengambil beberapa sampel tablet atau pil dari mesin pencetak kemudian ditimbang dan dihitung bobot rata-ratanya. Apabila terjadi penyimpangan maka segera dilaporkan pada proses produksinya.

D. SANITASI

1. Sanitasi Bahan Baku

Sanitasi bahan baku dilakukan dengan cara formalinisasi pada bahan baku yang berupa umbi-umbian, akarrimpang, dan biji-bijian. Formalinisasi dilakukan di gudang kantor tempat penyimpanan bahan baku yang baru diterima dari pemasok. Biasanya dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan cara memanaskan kristal formalin di atas kompor listrik dalam ruang tertup selama 10 jam. Tujuan formalinisasi adalah membunuh mikroorganisme, serangga, dan mengusir hewan pengganggu. Setelah dilakukan formalinisasi akan dilakukan pemeriksaan oleh laboratorium mikrobiologi. Jika formalin tidak kontak langsung dengan bahan baku maka dianggap tidak bahaya. Selain itu dengan melakukan sortasi. Proses ini dilakukan karena mengingat bahan baku hasil pertanian yang diperoleh dari petani, pengumpul dan pedagang, sehingga dimungkinkan masih banyak mengandung mikroorganisme dan kotoran-kotoran yang masih melekat pada bahan. Sedangkan fumigasi dilakukan pada bahan yang berupa daun- daunan dengan menggunakan fostoksin dalam bentuk tablet. Fostoksin terdiri dari bahan aktif yang dibungkus dengan kertas dan diletakkan di dekat atau di ruangan yang akan difumigasi.

2. Sanitasi Ruangan dan Mesin Peralatan

Sanitasi ruangan produksi dilakukan setiap hari oleh karyawan. Untuk pembersihan dilakukan setiap hari. Setiap dua minggu sekali dilakukan formanilisasi dengan cara memanaskan formalin di atas kompor dengan ruangan ditutup selama 10 jam. Sanitasi mesin dan peralatan, peralatan produksi dibersihkan secara berkala bersamaan dengan perawatan mesin minimal satu bulan sekali. Mesin setelah dipakai dibersihkan dengan vacum. Pembersihan mesin dilakukan pada saat pergantian bahan atau racikan.

3. Sanitasi Karyawan

Perlengkapan yang dikenakan karyawan antara lain penutup rambut, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan. Selama bekerja karyawan wajib memakai alas kaki berupa sandal jepit yang telah disediakan perusahaan. Kesulitan yang dialami perusahaan adalah jika pengawasan yang kurang ketat, karyawan sering kali tidak mau mengenakan perlengkapan kerjanya karena berbagai alasan seperti panas, membuat sulit bernapas, repot dan lain-lain.

4. Penanganan Limbah

Limbah yang dihasilkan dari proses produksi meliputi : a. Limbah Padat Limbah padat yang dihasilkan PT. JAMU AIR MANCUR berupa : 1. Sisa empon-empon dan skala percobaan yang dilakukan pihak laboratorium diolah menjadi pupuk kandang. 2. Sisa-sisa sortasi cara penanganannya dibakar ditempat pembakaran yang selanjutnya dibuang di Tempat Pembuangan Akhir TPA. 3. Ranting yang masih mengandung minyak atsiri dapat dijual kepada umum tetapi tidak pada perusahaan jamu competitor .