ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jarak pagar Jatropha curcas L. merupakan tanaman perdu serbaguna, dimana hampir dari semua bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk mencukupi kebutuhannya. Biji tanaman jarak pagar dapat diolah menjadi minyak jarak yang dapat digunakan sebagai pengganti minyak
tanah dan pensubstitusi bahan bakar Hambali, 2006. Jarak pagar juga berpotensi sebagai penghasil Bahan Bakar Nabati BBN. Potensi jarak pagar sebagai sumber
bahan bakar nabati BBN cukup besar jika dibandingkan dengan sumber bahan bakar nabati yang lain seperti kelapa sawit, tebu, singkong dan lain-lain
Pelayanan Informasi Jarak Pagar, 2006. Penggunaan jarak pagar tidak mengganggu kebutuhan yang lain. Artinya,
jika kelapa sawit digunakan sebagai bahan bakar nabati, maka pasokan untuk minyak goreng akan terganggu. Demikian juga dengan penggunaan tebu akan
mengganggu produksi gula yang sampai saat ini masih merupakan komoditas impor. Penggunaan singkong juga akan mensubsitusi penggunaan singkong
sebagai bahan pangan Krisnamurthi, 2006. Dewasa ini, Pemerintah telah berencana untuk mengembangkan jarak
pagar secara besar-besaran. Pada tahun 2006 luas areal pertanaman ditargetkan mencapai 100.000 ha dan tahun 2009 ditargetkan mencapai 10 juta ha di seluruh
wilayah Indonesia Pelayanan Informasi Jarak Pagar, 2006. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak BBM dalam negeri sebesar 40 juta kilo litertahun. Ini
1
iii diperkirakan hanya memerlukan 10 juta ha jarak pagar atau kurang dari separuh
lahan kritis yang ada di Indonesia Hamdi, 2006. Bahan bakar alternatif sedapat mungkin bersifat ramah lingkungan
environmental friendly, berkelanjutan sustainable dan dapat diperbaharukan renewable Hariyadi, 2005. Beberapa kelebihan bahan bakar minyak jarak ini
dibandingkan solar yaitu karena ramah lingkungan dan dapat menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna pada mesin, sehingga emisi gas buangannya
relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan solar Hariyadi , 2005. Menurut Hamdi 2005, minyak jarak pagar menghasilkan bahan bakar yang lebih ramah
lingkungan dan menghasilkan cetane number lebih tinggi dibandingkan bahan bakar diesel konvensional di pasaran.
Sejalan dengan peningkatan jumlah konsumsi Bahan Bakar Fosil BBF oleh penduduk dunia, maka deposit minyak bumi diperkirakan hanya akan
mencukupi sampai tahun 2020, sehingga perlu mencari sumber energi alternatif pengganti Mardjono, 2006. Jarak pagar berpotensi sebagai alternatif energi
terbarukan pengganti minyak bakar dan solar, disamping manfaatnya yang lain yaitu untuk pembuatan sabun, insektisida, farmasi, dan pupuk organik serta
sebagai penahan erosi dan barrier tanaman utama Gubitz, 1998. Sesuai dengan Inpres No. 1 tahun 2006 dan Peraturan Pemerintah No. 5
tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional maka perlu digalakkan pengembangan energi alternatif yakni biofuel Krisnamurthi, 2006. Berdasarkan
Inpres ini pemerintah tahun 2009 mentargetkan memproduksi 0,72 juta kilo liter biodiesel dan 0,423 juta kilo liter bio oil untuk menggantikan BBM fosil. Hal ini
iv hanya dapat diperoleh dari penanaman jarak pagar seluas 900.000 ha tahun 2009
Krisnamurthi, 2006. Selain itu minyak jarak tidak termasuk kategori minyak makan edible oil sehingga penggunaannya sebagai bahan bakar tidak
menimbulkan kompetisi dengan pangan. Namun salah satu kendala yang perlu segera diselesaikan adalah bagaimana cara membudidayakan tanaman jarak pagar
dengan baik dan benar. Pengadaan bahan tanam jarak pagar dapat dilakukan secara generatif biji
dan vegetatif setek cabang atau batang dan kultur jaringan. Secara konvensional, untuk menghasilkan minyak sebagai bahan bakar, pengembangannya sebaiknya
menggunakan biji karena produksinya lebih tinggi dan hidup lebih lama Mahmud,
dkk, 2006. Sedangkan alternatif perbanyakan untuk memperbaiki sifat tanaman ini dapat diakukan secara vegetatif yaitu dengan teknik kultur in vitro Hosoki dan
Sugawa, 1977; Marlin, 2000. Seiring dengan peningkatan permintaan dan kebutuhan akan bahan
tanaman jarak pagar ini, maka perlu dilakukan upaya perbanyakan tanaman dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat. Pemanfaatan teknologi kultur in vitro
dapat digunakan untuk pemuliaan dan perbanyakan tanaman mikropropagasi. Teknologi ini sekaligus juga dapat menjawab permasalahan keterbatasan lahan
untuk penanaman Heble, 1996. Perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan merupakan teknik alternatif yang tidak dapat dihindari jika bahan tanam yang
disediakan dituntut untuk seragam dan penyediaannya dilakukan dalam skala besar Yusnita, 2004.
v Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini diarahkan dalam
usaha untuk mengkaji pengaruh zat pengatur tumbuh yaitu NAA dan BAP terhadap induksi kalus jarak pagar J. curcas yang ditanam pada media MS
dengan metode kultur kalus.
B. Rumusan Masalah